PELATIHAN DAN PRODUKTIFITAS KERJA: Studi Evaluasi Dampak Pelatihan Pegawai Seksi Produksi Machining Terhadap Produktifitas Kerja Pegawai di PT. WIJAYA KARYA, Jatiwangi, Majalengka.

PELATIHAN DAN PRODUKTIFITAS KERJA
(Studi Evaluasi Dampak Pciatihan Pegawai Scksi Produksi Machining
Terhadap Produktifitas Kcrja Pegawai di PT. W1JAYA KARYA,
Jatiwangi, Majalcngka)

TESIS

Diajukan Kcpada Panitia Ujian Tcsis Pada Program Pascasarjana
Univcrsitas Pcndidikan Indonesia Untuk Mcmcnuhi Salah Satu

Syarat Memperolch Gclar Magistcr Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sckolah Konscntrasi Pciatihan

Olch

BAMBANG HARIS KAMAJAYA
N1M. 989538

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PLS KONSENTRASI PELATIHAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2000

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing :

Pembimbing I ,

^
V
Prof. Dr. H. Djudju Sudjana, M.Ed.

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, M.A.

ABSTRAK

Untuk meningkatkan hasil produksi, perusahaan harus segera
meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. Dengan dasar pemikiran ini

penulis tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan Pelatihan
dan Produktifitas Kerja, "Sejauh mana dampak pelatihan terhadap
produktifitas kerja pegawai" Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak hasil pelatihan terhadap penambahan pengetahuan dan
keterampilan pegawai, aplikasi hasil pelatihan ditempat kerja, serta
dampaknya terhadap produktifitas kerja pegawai dan lebih jauh terhadap
produktifitas perusahaan.

Pelatihan merupakan upaya peningkatan pengetahuan dan
kemampuan praktis sesuai tuntutan pekerjaan. Pelatihan dapat
meningkatkan rasa percaya diri, produktifitas kerja, memelihara moral dan
antusias yang tinggi, memupuk loyalitas, mengurangi turn-over dan
menyediakan kemampuan sesuai tuntutan kerja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
analisis free and post-fakto. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Purposive sampling
dan snow ball menjadi ciri khas dalam penelitian ini, dimana sampel
penelitian bergulir sesuai alur informasi dari populasi seluruh pegawai
bagian produksi machining. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap
yaitu, orientasi, ekplorasi dan member check. Sedangkan teknik analisis

data menggunakan cara data collection, data reduction, data display dan
Verifying.
Dari hasil pembahasan beberapa masalah pertanyaan penelitian
terungkap bahwa; Pelatihan di PT. Wika In-trade dilaksanakan melalui
training
dan
re-training
secara
terprogram,
sistematis
dan
berkesinambungan dengan menggunakan Off the job training dan On the
job training, kenyataan ini
memberikan dampak positif terhadap
peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktis pegawai, dimana hasil
latih yang diperoleh dapat diaplikasikan ditempat kerja, yang pada akhirnya
berdampak positif terhadap produktifitas kerja pegawai dan perusahaan itu
sendiri.

Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan penelitian diajukan

beberapa rekomendasi berkaitan dengan upaya penyempurnaan kegiatan
pelatihan sesuai konsep PLS bagi penyelenggara pelatihan, peserta,
pemakai out-put dan penelitian selanjutnya. Serta penerapan pelatihan yang
menekankan "To show, to tell, to do dan to check," sangat tepat digunakan
untuk jenis pelatihan yang menuntut penguasaan kemampuan praktis
peserta, tentu harus didukung oleh sarana pendukung dan media yang tepat.

IV

DAFTAR ISI

ABSTRAK

iv

KATA PENGANTAR

v

UCAPAN TERIMA KASIH


viii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN/ GAMBAR

xi
xiii
xiv

DAFTAR LAM PI RAN
BAB

BAB

I

II


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1

B. Identifikasi Masalah

4

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

6

D. Pertanyaan Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
G. Kerangka Pemikiran


10
11
15
15
16
17

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah
B. Pelatihan

21

1. Istilah Pelatihan dan Pengembangan
2. Pengertian Pelatihan
3. Tujuan Pelatihan

21

23
27

4. Metode dan Teknik Pelatihan
5. Model-model Pelatihan

31
41



Model Pelatihan Pola Re-Training

6. Keuntungan Pelatihan dan Pengembangan
7. Langkah-langkah Pelatihan dan Pengembangan
8. Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan
C.

19


46

48
50
54

Produktifitas

60

1. Pengertian Produktifitas

60

2. Indikator Produktifitas

65

xi


DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Format Training Needs Assesment
2.

Format Rencana Pelatihan

106
107

3. Matrik Capability Pegawai Seksi Machining

125

4. Laporan Hasil Produksi Bulanan Seksi Produksi Machining ..129
5. Gap Kemampuan Dasar dengan Kemampuan yang

Disyaratkan

132

6. Matrik Capability Pegawai Seksi Machining

133

7. Laporan Kinerja Bulanan Seksi Produksi Machining

143

Produksi Manifold Sebelum dan Sesudah Pelatihan

145

8.

9. Prosentasi Kenaikan Produksi dan Penuninan Rejek Bagian
Produksi Machining

146

xm

DAFTAR BAGAN/GAMBAR

Bagan

Hal

1. Alur Proses Pelatihan

18

2. Metode dan Teknik Pelatihan

33

3. Model Pelatihan Yang Berorientasi Kepada Tujuan

44

4. Model Pelatihan Yang Berorientasi Kepada Kebutuhan Peserta

44

5. Model Pelatihan Yang Berorientasi Kepada Kompetensi

45

6. Model Pelatihan Yang Bersifat Kombinasi

45

7. Preliminary Steps In Preparing A Training and Development

Program

52

8. Langkah Evaluasi Pelatihan

58

9. Elemen-elemen Pokok Sistem Penilaian Prestasi Kerja..,

76

10. Struktur Organisasi PT. WIKA IN-TRADE

101

ll.Strukrur Organisasi Seksi Machining & Finishing

102

Gambar

1. Langkah Analisis Data Kualitatif

90

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

174

2. Pedoman Wawancara/ Observasi Pasca Pelatihan bagi
Peserta Pelatihan

176

3. Evaluasi Prestasi Kerja Pasca Pelatihan

178

4. Pedoman Wawancara untuk Manager PT. Wika

180

5. Daftar Karyawan Machining

181

6.

183

Jadwal Induk Pelatihan tahun 2000

7. Matrik Capability tahun 1999

185

8. Laporan Kinerja Produksi bulan Januari

187

9. Laporan Kinerja Produksi bulan Pebruari

188

10. Laporan Kinerja Produksi bulan Maret

189

11. Laporan Kinerja Produksi bulan April

190

12. Laporan Kinerja Produksi bulan Mei

191

13. Laporan Kinerja Produksi bulan Juni

192

14. Laporan Mingguan Produksi Periode 01 Januari s./d. Juni 2000

193

15. Monitor Tingkat Kehadiran

201

16. Grafik Absen Plant Machining

202

17. Izin Penelitian

203

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Transformasi atau perubahan kebutuhan merupakan hal yang biasa
terjadi pada diri manusia, organisasi dan atau perusahaan. Perubahan itu

sendiri muncul melalui proses yang panjang yaitu berupa tuntutan yang
lahir dari suatu harapan (expectasi). Lebih jauh lagi menurut Zainudin Arif

(1994:15)

kebutuhan

merupakan

kesenjangan

antara

penampilan

kemampuannya pada saat ini dengan penampilan kemampuan yang
diinginkan, sebagai diinginkan oleh dirinya, lembaganya ataupun oleh
masyarakatnya. Gap atau kesenjangan antara keduanya melahirkan suatu

tuntutan yang berupa kebutuhan. Makin rinci atau baik seseorang,
organisasi atau suatu perusahaan dapat mengidentifikasi aspirasi atau

kemampuan yang dimilikinya saat ini dengan kemampuan yang
diinginkannya, maka makin baik atau nyata rumusan kebutuhan yang

menjadi tunrutannya. Dan hal itu akan memudahkan pihak management
untuk memenuhi tuntutan keburuhannya tersebut.

Begitu pula dengan produktivitas suatu perusahaan, transformasi dari

tahun ke tahun telah memberikan warna tersendiri terhadap kebijakan
perusahaan. Akibat dari informasi yang semakin mengglobal, terjadi
pengaruh yang kuat tehadap segi-segi kehidupan termasuk sektor

perusahaan. Tuntutan konsumsi dari suatu produk perusahaan pada dewasa
ini tidak hanya mengarah pada kuantitas semata, tapi juga bagaimana
kualitas produknya.

Berbicara mengenai kuantitas dan kualitas produk, menuntut pihak
menagement perusahaan harus segera mengangkat kebijakan yang tepat

untuk mengantisipasinya. Yang harus segera dipikirkan pihak menajemen
pada langkah awal bukan memikirkan berapa saldo yang didapat, tapi harus
segera mengoreksi dan mengakomodir bagaimana potensi yang sudah
dimiliki pegawainya, apakah sudah memenuhi standar minimal atau belum.

Kalau belum bagaimana cara membina dan meningkatkan sumber daya
yang ada agar dapat memenuhi standar produksi.

Bila para pegawai gagal berperan secara wajar, seorang manager
harus mampu menilai penyebab masalah tersebut. Dengan menganalisis
keadaan-keadaan yang terlihat dalam kinerja yang tidak memuaskan,
seorang manager dapat menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk

meningkatkan hasil kerja para pegawai agar dapat memenuhi standar.
Prestasi pegawai di bawah standar mungkin disebabkan sejumlah faktor,

mulai dari keterampilan kerja yang buruk, hingga motivasi yang tidak
cukup atau lingkungan kerja yang kurang kondusif. Karena beragamnya

kemungkinan penyebab kegagalan prestasi kerja pegawai, maka diperlukan
strategi yang berbeda pula untuk memperbaiki kinerjanya. Hal yang
dilakukan oleh pihak manajemen yaitu harus segera melaksanakan analisis

tugas pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan para pegawainya dan
pekerjaan apa saja yang belum dikuasai atau harus segera ditingkatkan.
Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan-

pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan, agar
tercapai tujuan. Manfaat dari analisis pekerjaan akan memberikan informasi
yang jelas tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan,
persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang dipergunakan.
Dengan cara analisis seperti ini, maka akan memudahkan bagi pihak
menagement

untuk

mengadakan

appraisal

terhadap

prestasi

kerja

pengawainya dan akan memberikan gambaran program pembinaan,
peningkatan dan pemeliharaan kinerja pegawainya.
Dapat kita telaah sebuah hadist Buchori Muslim, yang berbunyi "jika
suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancuran". Dari gambaran itu jelas nampak bahwa jika kita
ingin mengelola suatu organisasi, lembaga atau perusahaan atau juga

pemerintahan,
bagaimana

maka yang harus

kualitas

sumber

daya

terlebih

dulu

manusia.

diperhatikan

Apakah

sudah

adalah
sesuai

penempatan SDM dengan bidang pekerjaannya? Bagaimana kompetensi
SDM-nya agar kredibilitas dan kualitas produk terjamin? Mudah memang

mengapungkan permasalahan tersebut, tapi bagaimana pembinaan dan
pengembangannya tentu memerlukan upaya ketelitian dan kehati-hatian

serta analisis yang akurat, karena bila salah dalam menganalisis kebutuhan,
pembinaan akan menjadi sia-sia.

Terkait dengan situasi permasalahan yang digambarkan di atas, maka

tak bisa ditawar lagi bahwa upaya awal setiap perusahaan untuk dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi {produktifitas), adalah

terlebih dahulu harus meningkatkan kemampuan pegawainya. Akhirnya
semua itu akan terpulang lagi kepada pihak management. Karena tidak

sedikit pihak management menilai upaya pembinaan pegawai melalui
pelatihan adalah penghamburan biaya. Tapi bagi perusahaan yang betulbetul

ingin maju, pembinaan dan peningkatan pegawai (SDM) harus

disegerakan. Kemudian bentuk atau model pembinaan seperti apa yang
diperlukan, kompetensi apa yang diburuhkan, dan siapa (pegawai mana)
yang harus dilatih, tentu terpulang lagi pada pihak management perusahaan,
mau tidak melakukannya?

B. Identifikasi Masalah

Produktifitas kerja merupakan hal yang urgen dalam mengembangkan dan mengelola suatu perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan

sangat ditentukan oleh produktifitas kerja pegawainya. Namun tidak sedikit
keluhan terjadi dalam suatu perusahaan berkaitan dengan hal tersebut dan

tak dapat disangkal lagi bahwa bila ingin memajukan perusahaan, hal

pertama yang harus diperhatikan

adalah bagaimana produktifitas

pegawainya baik, cukup atau kurang.

Fungsi produksi perusahaan kadang kurang bergairah dan tidak
memenuhi kualitas standar yang disyaratkan. Tidak sedikit dari mereka

terjebak pada kegiatan pekerjaan rutin sampai sebatas cukup memenuhi
kebutuhan rutinitas. Padahal, sisi lain yang kurang diperhatikan adalah
aktivitas dan kreativitas kerja yang mencerminkan produktifitas kerja.
Hal-hal lain yang diperkirakan mempengamhi minimnya produktifitas kerja
pegawai diduga disebabkan oleh:

• Minimnya pengetahuan dan wawasan pegawai tentang tugas-tugas
pekerjaanya.

• Minimnya

keterampilan

pendukung

yang

mereka

miliki

untuk

menunjang kehalusan dan peningkatan produk.
• Kurang terampilnya mereka mengerjakan atau membuat pesanan yang
bervariasi.

• Dari segi motivasi kerja, kurang mendukung terhadap peningkatan
produksi.

• Perlu adanya peningkatan kualitas

produksi

disamping kuantitas

produksi untuk menjaga persaingan yang sehat dengan produk dari

pemsahaan lain.

Melihat kenyataan-kenyataan tersebut, maka pihak management
pemsahaan perlu segera mengadakan pembenahan-pembenahan temtama

pada bagian produksi, seperti:
• Melakukan appraisal terhadap semua sektor pemsahaan .

• Melakukan pengkajian kembali terhadap kebijakan yang digunakan
dalam menjalankan pemsahaan.
• Berkonsultasi

dengan

pihak-pihak

terkait

yang kompeten

untuk

memungkinkan dilakukan peningkatan produktifitas pemsahaan.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

PT. Wijaya Karya In-Trade Produk Metal merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang produksi

spare-part

otomotif khusus mesin-mesin terdiri dari divisi produksi dan divisi
perdagangan. Karena itu untuk pengelolaannya diperlukan karyawan atau

pegawai yang profesional yang memiliki produktifitas yang baik atau
pegawai yang berkinerja baik.

Mengenai produktifitas, Hidayat (1986:8) mengemukakan bahwa

ada lima situasi yang dapat memungkinkan bagi pencapaian produktifitas

yang tinggi. Kelima situasi dimaksud adalah: 1) Keluaran konstan, masukan
meningkat; 2) Keluaran meningkat, masukan berkurang; 3) Keluaran
meningkat, masukan meningkat; 4). Keluaran konstan, masukan berkurang;
5). Keluaran turun, masukan juga turun.

Jika kita telaah pendapat Hidayat tersebut, memberikan gambaran
bahwa produktifitas cenderung diartikan sebagai perbandingan antara
keluaran (output) dengan masukan (input). Sejalan dengan pendapat
tersebut, Chew dalam (Bernardin and Russel, 1993:518) mengemukakan

konsep produktifitas sebagai berikut; generally, productivity refer to ratio
of output to input, dimana input may include labor hours or cost,

production costs, and equipment cost. Output may consists of sales,
earning, market share, and defects.

Sedangkan John Suprihanto (1986:18) mengemukakan bahwa
produktifitas selain perbandingan antara output dengan

input, juga

mempakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini hams lebih baik dari hari kemarin dan hari besok hams
lebih baik dari hari ini.

Dari kedua pendapat di atas tergambar jelas bahwa pengertian
produktifitas tidak hanya mempakan perbandingan antara output dengan

input semata, tapi lebih jauh dapat juga bempa perubahan sikap yang
menekankan untuk selalu lebih baik dari sebelumnya. Dalam arti hams

adanya upaya untuk mengoptimalkan potensi untuk menghasilkan sesuatu
yang lebih baik bahkan lebih meningkat.

Secara garis besar, ada dua cara pengukuran produktifitas, yaitu

secara total

dan secara parsial

atau

perbagian-bagian.

Pengukuran

produktifitas secara total sulit dilakukan, oleh karena itu tidak sedikit

8

organisasi-organisasi atau perusahaan-perusahaan mengukur produktifitas
pegawainya dilaksanakan perbagian-bagian (parsial). Haberstad dalam
Hidayat (1986:1) mengungkapkan ada tujuh bidang produktifitas parsial
yang dapat diukur, yaitu produktifitas tenaga kerja, produktifitas organisasi,
produktifitas modal, produktifitas pemasaran, produktifitas produksi,
produktifitas keuangan, dan produktifitas produk.
Dari ketujuh bidang produktifitas parsial tersebut, yang menempati

posisi

strategis

untuk

meningkatkan

produktifitas

pegawai

suatu

pemsahaan, adalah bidang produktifitas tenaga kerja yang bekerja pada

pemsahaan tersebut. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Romen (Mustopa
Didjaya

AR.,

1997:14)

menyebutkan

bahwa

pengalaman

sejarah

kebangkitan dan perkembangan perekonomian bangsa Jepang karena
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pada buku yang

sama juga dipaparkan hasil penelitian Solow, bahwa penguasaan teknologi
dalam paruh pertama abad 20 di USA, 90 % merupakan kontribusi dari

produktifitas tenaga kerjanya yang tinggi. Atas dasar kenyataan tersebut,

penelitian ini akan memfokuskan pada telaahan produktifitas tenaga kerja
setelah mendapat pelatihan tertentu dan kembali ketempat kerjanya.

Secara

teoritis,

ada

beberapa

faktor

yang

mempengamhi

produktifitas tenaga kerja, seperti dikemukakan Pratiknya et.al (1992:62)

dan John Suprihanto (1986:19), faktor-faktor yang mempengamhi produk
tifitas tenagd kerja yaitu : status gizi, motivasi, kepuasan kerja, jenis

kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan, hubungan individual,
management dan kesempatan berprestasi.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja
di atas, pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada faktor pendidikan
dan latihan. Karena asumsinya melalui pendidikan dan latihan yang sesuai,
akan tercipta kemampuan (ability) yang diharapkan sesuai tuntutan tugas
kerja
Mengenai pendidikan dan latihan, Soekidjo Notoatmodjo, (1994:27)
mengemukakan bahwa pendidikan dan latihan adalah upaya untuk
pengembangan sumber daya manusia terutama untuk pengembangan aspek

kemampuan

intelektual

dan keterampilan manusia agar

meningkat

produktifitasnya. Dalam kaitan ini, konsep pengembangan sumber daya
manusia menjadi

(pelatihan).

Hal

alasan

kuat untuk

dilaksanakannya

tersebut mengisyaratkan

bahwa

suatu

diklat

diklat

(pelatihan)

dilaksanakan tidak sekedar untuk mempersiapkan tenaga kerja menjadi

lebih terampil dalam melaksanakan pekerjaannya sekarang, tapi juga
sekaligus mempersiapkan tenaga kerja untuk memikul tanggung jawab

yang lebih besar dikemudian hari. Dari pengertian diatas tergambar jelas
bahwa peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan sangat berarti
sekali dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai yang akhirnya dapat

mendorong pada produktifitas kerja pegawai itu sendiri di tempat kerjanya.
Asumsinya, produktifitas kerja pegawai yang baik dan terkoordinir akan

10

mampu mendongkrak pada produktifitas pemsahaan. Berangkat dari asumsi
tersebut, maka dalam penelitian ini fokus kajian akan ditekankan pada
Dampak pelatihan pegawai terhadap produktifitas kerja pegawai itu sendiri
di pemsahaan tersebut. Sejauhmana dampak nyata dari suatu pelatihan
terhadap produktifitas kerja pegawai.

D. Pertanyaan Penelitian

Pokok pertanyaan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah
Sejauhmana dampak hasil pelatihan pegawai pada tingkat operator terhadap
produktifitas kerjanya dipemsahaan tersebut.

Lebih rincinya pertanyaan

penelitian yang ingin diungkap adalah sebagai berikut:
1) Sejauh mana peningkatan pengetahuan dan kemampuan pegawai setelah
mereka mendapatkan pelatihan?

2) Apakah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pegawai melalui
pelatihan dapat diterapkan di tempat kerjanya?
3) Apakah metode dan teknik pelatihan yang digunakan membantu pada
tingkat penguasaan tugas kerja pegawai?

4) Apakah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh

sebagai hasil pelatihan dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai?

5) Adakah dampak nyata yang diperoleh dari hasil
terhadap peningkatan produktifitas pemsahaan?

pelatihan pegawai

11

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan kesalahan interpretasi terhadap
proses dan hasil penelitian ini, maka beberapa istilah yang digunakan dalam

penelitian ini secara operasional akan didefinisikan sebagai berikut

Pelatihan

Pelatihan atau training, adalah suatu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan individu untuk tujuan tertentu, atau suatu

pekerjaan tertentu. Seperti yang dikemukakan Edwin B. Flippo dalam

bukunya 'Principles ofPersonal management'" mengatakan, Training is the
act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a
particular job. Pelatihan menumt pendapat ini hams menekankan pada
upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai dan mereka

yang dilatih dipersiapkan untuk suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian
pelatihan yang dilaksanakan hams berdasarkan pada kebutuhan (needs)
untuk memenuhi rugas-tugas (task-task) kerja dari suatu organisasi
(pemsahaan) atau kebutuhan individu itu sendiri. Dengan demikian

pelatihan yang dilaksanakan hams didasarkan pada analisis tugas kerja
pegawai dalam organisasinya.

Pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah pelatihan yang
menekankan pada upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan (skill)
pegawai seksi produksi machining untuk menghadapi tugas pekerjaannya.

12

Pegawai yang dilatih adalah pegawai pada tingkat operator (bagian
produksi).

Produktifitas

Produktifitas tenaga kerja suatu pemsahaan saat ini sedang mendapat
perhatian yang sangat besar, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
manusia

memiliki

potensi

untuk

dikembangkan

dan

ditingkatkan

produktifitasnya untuk meningkatkan produktifitas pemsahaan. Asumsinya

bila setiap anggota suatu organisasi (pemsahaan) dalam pengertian setiap
pegawai secara terorganisasi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk suatu pekerjaan tertentu, idealnya akan menghasilkan mutu

produk yang diharapkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Seperti yang dikemukakan oleh J.H. Gilmore bahwa,

to be productive

means : having the quality or power of producing bringing forth or able to

bring fort (especially) in abondance : creative, generative,

yielding

or furnishing results (or) benefit. (Gilmore, 1974:7); " Produktif adalah
sesuatu yang mempunyai kualitas atau kekuatan untuk terns berproduksi

atau kemampuan khusus yang menghasilkan dan menguntungkan".
Produktifitas berkaitan dengan kualitas seseorang seperti dijelaskan oleh

Erich Fromm (1975:91), Productiviness is man's abiliy to use his powers
and to realized the potentialities inherent in him. Produktifitas mempakan

13

kemampuan seseorang untuk menggunakan kekuatannya dan mewujudkan
potensi yang ada padanya.

Dari dua pendapat diatas jelas bahwa produktifitas dalam pengertian

dimaksud sejalan dengan arah penelitian yaitu kekuatan atau kemampuan
yang dimiliki seseorang (tenaga kerja) untuk mengerjakan tugasnya sesuai
dengan apa yang ia milikinya, dalam pengertian pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki untuk menghasilkan suatu produk yang
memiliki kuantitas dan kualitas yang memadai.

Produktifitas dalam konteks penelitian ini, yaitu kemampuan
pegawai seksi produksi machining yang telah diberi pelatihan, bagaimana ia
menerapkan hasil latihnya untuk menyelesaikan tugas pekerjaan di
perusahaannya.

Evaluasi

Evaluasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan
objective, untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan suatu program.
Sejalan

dengan

konteks

penelitian

ini,

Webster's

New

Collegiate

Dictionary (1981) menegaskan, Evaluation is to determine or fix the value

of 'or' to examine and jugde. Dari pengertian ini menjelaskan bahwa
sesuatu aktivitas yang dievaluasi akan menghasilkan produk untuk
pengambilan keputusan.

14

Seirama dengan pengertian di atas, Paulson (1970:1) memberikan

pengertian konsep evaluasi sebagai berikut, Evaluation is a process of
examining certain objects and events in the light ofspecific value standars
for thepurpose ofmaking adoptive decisions.
Baik menumt Paulson begitu juga Webster's New Collegiate,
menjelaskan bahwa pengertian evaluasi adalah proses untuk menguji suatu

objek atau aktivitas dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan
keputusan.

Dalam konteks penelitian ini, Evaluasi dimaksud adalah suatu
aktifitas yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk mengukur

peningkatan produktifitas pegawai di tempat kerjanya setelah mereka
mendapat pelatihan.

Dampak
Menumt Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(1984:731). Dampak adalah pengaruh positif maupun negatif dari suatu

kegiatan yang dilakukan. Pengamh daya yang ada bisa timbul karena
(orang, benda, dsb), yang berkuasa atau yang berkekuatan.

Dalam pengertian lain, dampak diartikan sebagai ; 1). Benturan, 2).

Pengamh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:183).

15

Berkaitan dengan dampak, dapat dikategorikan sebagai dampak

proses dan dampak hasil. Dampak proses; mempakan rangkaian akibat

yang terjadi sebagai pengaruh timbal balik antara suatu program sebagai
sebuah kegiatan, dimana hubungan timbal baliknya terjadi saat program

masih dan sedang berjalan. Dampak hasil, mempakan rangkaian akibat

yang muncul oleh hasil suatu program yang telah berakhir dilaksanakan.
Dalam penelitian ini akan dikaji dampak hasil dari suatu kegiatan

pelatihan seksi produksi machining terhadap peningkatan produktifitas
kerja di pemsahaannya. Dalam pengertian pengaruh baik positif maupun

negatif dari suatu kegiatan pelatihan pegawai terhadap produktifitas kerja
pegawai dan produktifitas pemsahaan terkait.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
• Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap informasi faktual
yang objektif mengenai dampak hasil pelatihan terhadap produktifitas

kerja pegawai . Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui penambahan pengetahuan pegawai setelah
diberikan pelatihan sesuai bidang pekerjaannya.

2) Untuk mengetahui penambahan kemampuan (skill) pegawai setelah
diberikan pelatihan sesuai bidang pekerjaannya.

16

3) Untuk

mengetahui

apakah

penambahan

pengetahuan

dan

keterampilan pegawai sebagai hasil pelatihan dapat diterapkan di
tempat kerjanya.

4) Untuk

mengetahui

apakah

penambahan

pengetahuan

dan

kemampuan pegawai sebagai hasil pelatihan dapat meningkatkan
produktifitas kerja pegawai tersebut.

5) Untuk mengetahui dampak yang diperoleh pemsahaan setelah
pegawainya mendapat pelatihan.

• Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

yang berarti bagi peneliti khususnya, organisasi (pemsahaan), peserta

pelatihan dan bagi penyelenggara pelatihan
produktifitas

kerja yang

diharapkan

mengenai gambaran

serta bagaimana

proses

pemenuhannya. Apakah pelatihan yang telah dilaksanakan memberikan
pengamh yang nyata terhadap peningkatan produktifitas kerja pegawai

secara optimal.

Dan rekomendasi apa yang dapat diangkat untuk

peningkatan SDM selanjutnya. Secara rinci manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan dan wawasan

yang luas mengenai

bagaimana solusi untuk meningkatkan produktifitas kerja pegawai.

17

2) Bagi Organisasi (pemsahaan) dan pihak manajemen; mempakan

kajian spesifik sebagai kelanjutan dari appraisal kinerja pegawai
dan bagaimana upaya pemecahannya bila ingin meningkatkan
produktifitas kerja pegawai.

3) Bagi Peserta Pelatihan (pegawai); sebagai alat koreksi dan upaya
untuk meningkatkan kinerja agar produktifitas kerja pegawai
tersebut meningkat.

4) Bagi penyelenggara pelatihan; sebagai masukan untuk keperluan
perancangan kegiatan pelatihan berikutnya.

5) Bagi Konsumen; mereka dapat menikmati produk-produk yang
berkualitas.

G. Kerangka Pemikiran

Secara umum penelitian ini diarahkan untuk meneliti pengamh

pelatihan terhadap peningkatan kinerja pegawai yang pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai. Sisi kualitas
dan kuantitas memang menjadi sorotan penting bagi pihak management
pemsahaan.

Berawal dari semua tuntutan tersebut, maka dilaksanakan pelatihan

atau peningkatan produktifitas kerja pegawai melalui pelatihan. Selanjutnya

sejauh mana pengamh pelatihan terhadap peningkatan produktifitas kerja

18

pemsahaan ada atau tidak. Dari permasalahan ini, peneliti mengembangkan
alur pikir penelitian sebagai berikut:
BAGAN-1

BAGAN ALUR PROSES PELATIHAN

MASUKAN
LAIN

KEMAMPUAN,
TRAINING

Berdasarkan hasil
pegawai,

DANKETERAMPILAN

4

MENINGKAT

X ^
/

•,
}

\/ OUT)( COME
/\

appraisal, terdapat kesenjangan kompetensi

karenanya pihak management memutuskan untuk melatih

beberapa pegawai yang dipandang atau

dinilai

perlu ditingkatkan

kinerjanya. Asumsinya melalui pelatihan pengetahuan dan keterampilan
pegawai

meningkat.

Kemudian

setelah

kontribusinya terhadap produktifitas kerja?

mereka

dilatih,

ada

tidak

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini melibatkan pihak-pihak yang berkaitan

dengan manajemen pemsahaan seperti direksi, manager, supervisor dan
operator, serta sumber-sumber informasi lainnya yang mendukung pada
kelengkapan pengumpulan data penelitian. Sedangkan subjek penelitian
utama yaitu mengawasi pada tingkat operator. Data informasi yang

diperoleh dari direksi, manager dan supervisor berguna untuk memberikan
penguatan terhadap data yang diperoleh dari subjek utama.

> Operator, dalam konteks penelitian ini, yaitu pegawai pada seksi
produksi machining atau pada tingkat pelaksana teknis dilapangan.

Dengan kata lain pegawai yang mengoperasikan langsung untuk
menghasilkan suatu produk.

> Supervisor, dalam konteks penelitian ini, yaitu orang yang melaksanakan

pengawasan atau monitoring terhadap pekerjaan pegawai tingkat

operator, bagaimana produktifitas pegawai tingkat operator produktif
atau tidak? Kalau tidak sesuai harapan perlu diberikan penyeliaan.

> Kepala Seksi Produksi Machining, adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap bidangnya secara keselumhan, dimana kepala seksi im
membawahi pengawas (supervisor atau kepala regu di PT Wika InTrade) , bagian administrasi produksi dan operator produksi.
79

80

> Direksi dan manager, pada konteks penelitian ini dianggap sebagai

orang yang bertanggung jawab terhadap kemajuan suatu pemsahaan.
Peran orang-orang ini yaitu sebagai pemegang kebijakan dan penentu

keputusan yang berkaitan dengan produktifitas kerja pemsahaan secara
keselumhan.

> Customer (pelanggan), Orang atau organisasi yang memakai atau
menggunakan produk yang dihasilkan.

Bagaimana hubungan kerja antar subjek penelitian tersebut dan apa

peran dari masing-masing subjek tersebut dalam upaya meningkatkan
produktifitas kerja pemsahaan, digambarkan oleh beberapa ahli sebagai
berikut: Strauss dan Sayles (1981:41-42) mengemukakan bahwa tanggung

jawab administrasi pegawai adalah memperingatkan bagi setiap manager
hams mengambil tanggung jawab; 1) Untuk membantu bawahannya agar

berkembang, 2) Untuk mendesak agar bawahan tersebut pada gilirannya
nanti membantu pengembangan orang-orang dibawahnya lagi.
Kemudian Dann N. Suganda (1982:153) mengemukakan bagaima-

napun modernnya peralatan dan sempurnanya sistem dan prosedur disusun,
namun bila tidak disertai dengan adanya pegawai yang mau dan mampu

bekerja, maka akan sulit untuk mencapai tujuan kantor. Karena itu setiap

manajer administrasi perlu memiliki, memperhatikan motivasi dan

81

memngkatkan keterampilan pegawai yang ada dibawah tanggung jawabnya
melalui pendidikan dan latihan.

Sedangkan Sutermeister (1976:66) menyarankan agar pimpinan
suatu organisasi senantiasa mengadakan penilaian performance kerja
bawahannya dalam jangka waktu yang teratur.
Dari pendapat-pendapat diatas jelas tergambar, bahwa setiap
organisasi akan lebih produktif bila didukung oleh pegawai-pegawai yang
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

pekerjaan yang dilaksanakannya. Untuk itu kerja sama yang harmonis dari
bagian-bagian terkait hams diciptakan sekondusif mungkin.

Dalam penelitian ini, akan lebih difokuskan pada studi evaluatif
dampak pelatihan terhadap produktifitas kerja pegawai khususnya bagian
operator produksi machining di PT. Wijaya Karya In-Trade. Karena itu
sebagai tolak ukurnya selain hasil produksi itu sendiri akan ditentukan oleh
pihak-pihak seperti supervisor, manager dan direksi perusahaan terkait.
Bagaimana mereka menilai kinerja bawahannya.

B. Motodologi Penelitian

Studi evaluatif dampak pelatihan terhadap produktifitas kerja
pegawai pada tingkat operator produksi di PT. Wijaya Karya In-Trade
Produk Metal. Melihat judul yang diajukan, fokus masalah penelitian ini
yaitu perilaku manusia, untuk mengkaji permasalahan tersebut, digunakan

82

pendekatan kualitatif seperti dikemukakan oleh Guba, (1987:19-20) dalam
Nasution (1988:10), yaitu metode yang tepat untuk memahami perilaku
manusia dari sudut sipelaku itu sendiri. Walaupun demikian tidak menutup
kemungkinan kehadiran data kuantitatif.

Pada hakekatnya pendekatan penelitian kualitatif adalah cara

mengamati manusia dalam lingkungan hidupnya, meneliti bagaimana cara
mereka berinteraksi, berusaha dan bagaimana ia menafsirkan dunia

kerjanya dengan setting naturalistis dan peneliti sebagai instrumen itu
sendiri. Dalam hal ini diperlukan kejelian dan ketajaman dalam menggali
dan mengidentifikasi

informasi yang

tepat.

Dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, diharapkan data akan diperoleh lebih lengkap,
mendalam dan dapat di percaya sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen (1992:29-32) mengajukan
lima karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1) Qualitative research has the natural setting as direct source of
data and researcher is the key instrument; 2) Qualitative research is
descriptive. The data collected are in the form of words or picture
rather than number; 3) Qualitative researhers are concerned with
process rather than simply with out comes or products; 4) Qualitative
researchers tend to analyze their data inductively; 5) Meaning as of
essential concern to qualitative aproach.

Kemudian

Nasution

(1988:9-11)

mengemukakan

karakteristik

metode penelitian kualitatif lebih rinci lagi, yaitu :
1) Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting;
2) Peneliti sebagai instrumen utama; 3) Sangat deskriptif;
4) Mementingkan proses maupun produk; 5) Mencari makna;

83

6) Menguta-makan data langsung atau first hand; 7) Triangulasi;
8) Menomjolkan rincian konseptual; 9) Subjek yang diteliti
dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; 10) Mengutamakan
perspektif emic; 11) Adanya verifikasi; 12) Menggunakan sampling
yang purposive; 13) Meng-gunakan audit trail; 14) Partisipasi tanpa
mengganggu; 15) Mengadakan analisis sejak awal.

Dari uraian pendapat diatas tergambar bahwa metode penelitian

kualitatif menekankan pada peneliti sebagai instmmen utama, karena
penelitilah yang dapat melaksanakan pengamatan atau wawancara yang tak
berstruktur. Dalam hal ini peneliti terjun langsung mengadakan observasi,
wawancara dan menarik kesimpulan dari natural setting tanpa ada pengamh
luar. Data atau informasi yang diperoleh dari satu sumber, dicross check
dengan menggunakan triangulasi yang tujuannya untuk membandingkan

tingkat kesohihan data atau informasi dengan kenyataan sebenamya.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengikuti jejak atau lacak
responden untuk mengetahui dan memahami pernyataan responden dengan
tidak mengganggu kewajaran situasi. Analisis terhadap data yang diperoleh,

dilakukan sejak awal yakni sejak data itu mulai diperoleh atau sejak dimulai
penelitian. Jadi metode kualitatif yang digunakan menekankan pada proses
untuk mencapai data informasi yang memadai.
Dalam pengambilan sampel untuk metode ini, dipilih sesuai tujuan

penelitian {purpose). Sedangkan untuk

menganalisis

datanya tidak

menggunakan analisa statistik, karena penelitian kualitatif bemsaha mencari
makna di belakang kelakuan atau perbuatan untuk memahami masalah atau

84

situasi. Walaupun demikian, penelitian ini tidak menolak data kuantitatif,

karena dapat digunakan untuk memperoleh gambaran umum produktifitas
kerja pegawai.

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian mempakan sumber data yang dapat
memberikan informasi pada suatu penelitian. Goetz dan Lecomte (1984:67)
menjelaskan populasi sebagai berikut:
Determining relevan populations and choosing selection and
sampling prosedure are related to how researcher defines data and
how units of data are conceptualized. Although the term population
commonly is used refer to potential respondent or participants is a
study, non human phenomena and imaninate objects also are potential
population groups ofpeople conduct their activities with in finite and
circumstances each of these factors comparises a bounded population
from which etnografhers select and sample.

Kemudian teknik pengambilan sampel pada umumnya dapat dibagi

dua, yaitu probability dan non-probability sampling. Probability sampling
adalah random sampling proportionate, stratified random sampling,

disproportionate

stratified random

sampling,

dan area sampling.

Sedangkan non-probability adalah sampling systematis, sampling kuota,
sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball
sampling. (Nasution, 1982:64).

Untuk penelitian kualitatif, menggunakan "purposive sampling", dan
"snowball sampling" yaitu meminta responden dan menunjuk orang lain
yang dapat memberikan informasi yang diperlukan sampai diperoleh

85

informasi yang memuaskan sesuai dengan tujuan penelitian. Seperti
dikemukakan Lincoln dan Guba (1985:202) Naturalistic inquiry is often
critiezed on the grounds that it cannot zeild generalization, because at
samplingflow.

Dalam penelitian ini, digunakan dua tipe sumber data yaitu sumber
data manusia dan suber data dokumentasi. Sumber data manusia terdiri dari

pegawai bagian operator sebagai sumber data utama dan direksi, manager
serta supervisor pemsahaan sebagai bahan untuk melakukan cross check

triangulasi) untuk menelaah kebenaran data. Sedangkan sumber data
dokumentasi di teliti untuk melengkapi data yang relevan.

D. Langkah-langkah Penelitian

Langkah penelitian yang dilakukan untuk menjaring informasi yaitu
1) Tahap orientasi, 2) Tahap eksplorasi, dan 3) Tahap member check.

1). Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran data yang lengkap
dan jelas sesuai dengan masalah yang hendak di teliti. Kegiatannya dimulai

dengan penjajagan lapangan untuk menentukan fokus penelitian.

2). Tahap Eksplorasi

Yaitu tahap penjelajahan dan eksplorasi fokus masalah penelitian
dengan cara mengumpulkan data informasi dari sumber-sumber informasi

86

yang dianggap relevan. Pengumpulan informasi ini dilakukan melalui
angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

3). Member Check

Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dan

informasi yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian lebih dapat
dipercaya. Pengecekan data dan informasi ini dilakukan dengan cara :
> Mengkonfirmasikan kembali hasil (data) kepada semua sumber data.

> Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada sumber
data tertentu.

> Melakukan triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan.
Pada tahap ini, data yang terkumpul dirangkum dan didiskusikan lagi

dengan sumber-sumber data yang relevan untuk mencek kebenarannya.
Pada tahap akhir dari penelitian, dilakukan pengujian kredibilitas
terhadap hasil penelitian dengan mendiskusikannya kembali dengan semua
sumber data yaitu bagian operator, supervisor, manager dan direksi
pemsahaan terkait.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif instmmen penelitian bisa berubah sesuai
dengan kenyataan yang ada dilapangan. Dengan demikian, instrumen lebih

bersifat lentur tidak ketat atau kaku. Kenyataan tersebut ka^nji; adanya
realitas ganda dilapangan yang secara persis belum diketfhui dan tidak
V.
V

87

dapat diramalkan sebelumnya, apakah yang bembah sebagai akibat
interaksi antara peneliti, realitas dan bermacam sistem nilai yang terkait
dengan cara yang tidak dapat diramalkan (Moleong, 1989:8).
Dari uraian di atas secara implisit menekankan bahwa untuk metode
penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instmmen utama, dimana

peneliti mengadakan penelitian dengan terjun langsung kelapangan untuk
mengadakan wawancara dan observasi. Peneliti dapat langsung menarik

kesimpulan dari natural setting sebagaimana adanya tanpa ada yang
mempengamhi secara sengaja. Terhadap kenyataan tersebut, Bogdan
(1992:29) menjelaskan, "Qualitative researcher has the natural setting as
the source of data and researcher is the key instrumen." Kemudian
Nasution (1992:54) menguraikan:

Dalam penelitian naturalistik penelitilah yang menjadi instmmen
yang terjun ke lapangan serta bemsaha sendiri mengumpulkan
informasi melalui obervasi dan wawancara. Wawancara yang dilakukan
sering bersifat terbuka dan tak berstruktur. Ia tidak menggunakan tes
standar

atau

instrumen

lain

yang

telah

diuji

validitasnya.

Ia

mengobservasi apa adanya dalam kenyataan. Ia mengajukan pertanyaan
dalam wawancara itu secara wajar berdasarkan ucapan dan buah pikiran
yang di cetuskan oleh orang yang di wawancara itu.
Selanjutnya Lincoln dan Guba (1985:236) menambahkan, "The

instrumen of choise in naturalistic inquiry is the human, for reasons that
have been reviened in later phases of an inquiry, but the human is the
initial and continuing mainstay". Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pada

awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, karena itu peneliti menjadi

88

instrumen itu sendiri, tetapi bilamana masalah yang di pelajari sudah jelas,
maka dapat dikembangkan instmmen.

Pedoman wawancara dapat dikembangkan terns sebagai instmmen
sementara, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkannya
dengan yang telah ditemukan melalui pengamatan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif

dilakukan melalui observasi langsung, wawancara yang mendalam, dan

studi dokumentasi untuk memperoleh data yang lengkap. David Kline
(Sugiono, 1990:45) menyatakan bahwa:

Naturalistic methods are sometimes referred to as "observational
methods" and sometimes as "qualitative research methods". These
terms are both misnomers. Naturalistic inquiry is primarily an
observational technique such as informal interviewing, reporting and
physical trace analysis.
Pada penelitian kualitatif,

Bogdan

dan

Biklen

(1982:72-74)

menjelaskan, bahwa keberhasilan suatu penelitian sangat tergantung kepada
ketelitian, kelengkapan catatan lapangan yang disusun peneliti. Untuk

mendapatkan catatan lapangan tersebut seperti diuraikan diatas dapat
diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

89

• Observasi;

Observasi (pengamatan) digunakan untuk menggali atau menjaring data
langsung dari lapangan. Peneliti terjun langsung ke lapangan mengamati
proses kerja dan perilaku kerja pegawai di pemsahaan terkait.

• Wawancara ;

Wawancara dilakukan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan

fokus penelitian, dalam hal ini produktifitas kerja pegawai sebagai akibat
dari pelatihan yang telah dilaksanakan. Wawancara juga dilakukan
kepada sumber-sumber data lainnya yang relevan sesuai kebutuhan.

• Dokumentasi;

Studi dokumentasi dilakukan untuk menggali data dan informasi yang
berkaitan dengan kegiatan pelatihan yang telah di laksanakan serta hasil-

hasil kerjanya sebelum pegawai tersebut di latih dan setelah pegawai
tersebut di latih.

G.Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1984:23), memberikan petunjuk umum
langkah-langkah analisis data kualitatif, yaitu data collection,

data

reduction, data display dan data conclusion, drawing verifying.
Hubungan keempat langkah tersebut bersifat interaktif, seperti pada
gambar berikut:

90

Gambar 1

Langkah-langkah Analisis Data Kualitatif

Data Collection,

Pada tahap kegiatan ini, data dikumpulkan melalui observasi,
wawancara yang mendalam, serta studi dokumentasi. Dari ketiga teknik
tersebut akan diperoleh data kualitatif. Walaupun demikian data kuantitatif

tetap diperlukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai perilaku
kerja atau produktifitas pegawai. Data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi dicatat sebagai catatan data lapangan.

91

Data Reduction

Adalah kegiatan merangkum dan meringkas catatan-catatan lapangan
dengan memilih dan menilai data informasi yang penting dan berhubungan
dengan fokus masalah penelitian. Catatan data atau informasi yang akurat

sangat diperlukan. Untuk lebih memantapkan data atau informasi yang
terkumpul agar lebih grounded (berdasar pada data), maka verifikasi

dilakukan selama penelitian berlangsung. Dengan demikian tingkat
kepercayaan hasil penelitian akan lebih terjamin.

Data Display,

Yaitu kegiatan merangkum hasil penelitian dalam susunan yang
teratur dan sistematis. Pada kegiatan ini, data dirangkum secara deskriptif
dan sistematis, sehingga akan memudahkan untuk mencari tema sentral
sesuai fokus penelitian, dan memudahkan dalam memberi makna sesuai
fokus penelitian.

Verifikasi Data

Mempakan suatu kegiatan pengujian tentang kesimpulan yang telah

diambil. Dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga
akan diperoleh kesimpulan yang akurat. Pada tahap ini peneliti menafsirkan

data, mencari makna dan mencari hubungan antar satu katagori dengan
katagori lainnya. Analisis data untuk penelitian kualitatif, dilakukan sejak
awal penelitian dilaksanakan, seperti dikemukakan S. Nasution (1998:129),

92

bahwa; Dalam penelitian kualitatif, analisis data hams dilakukan sejak
awal. Data yang diperoleh dari lapangan segera hams dituangkan dalam

bentuk tulisan dan analisis. Macam-macam cara dapat diikuti. Tidak ada
cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian.

H. Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam penelitian kuantitatif, untuk mengukur keabsahan atau tingkat

kepercayaan data hasil penelitian, digunakan uji validitas dan uji
reliabilitas, yaitu untuk mencari derajat keajegan dan ketetapan alat yang
digunakan untuk menjaring data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif,
validitas ekstemal dinyatakan dalam transferability; sedang reliabilitas

dinyatakan dalam dependability; dan objektivitas dinyatakan dalam
confirmability (Lincoln and Guba, 1985:289-328).

Untuk menguji validitas dan reliabilitas dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:

1. Credibility

Credibility (kepercayaan) dilakukan agar hasil penemuan atau hasil-

hasil penelitian dapat mencapai kebenaran sesuai fokus penelitian. Licoln
dan Guba (1985:301-314) menjelaskan, bahwa ada tujuh upaya untuk
memeriksa keabsahan data, yaitu sebagai berikut:
a) Activities increasing theprobability that credible will be produced;
b) Presistent obsevation;
c) Triangulation;

93

d)
e)
f)
g)

Peer debriefing;
Referencial adequacy
Negative case analysis
Member Checks

a. Activities Increasing theprobability that credible will beproduced

Langkah ini dilakukan untuk menjamin kesahihan data yang

diperlukan, caranya dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian. Dengan demikian peneliti dapat mempelajari budaya dan
latar penelitian sehingga dapat menguji ketidakbenaran informasi baik

yang berasal dari subjektifitas peneliti, maupun dari responden, dan
dapat membangun kepercayaan subjek.

h. Presistent Observation

Ketekunan pengamatan akan menentukan kebulatan hasil, karena

dengan demikian peneliti dapat lebih teliti dan rinci serta berkesinam-

bungan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang menonjol yang
diperlukan untuk data penelitian.

c. Triangulation

Teknik ini digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, gunanya untuk
mengecek atau sebagai pembanding terhadap data. Patton (1987:331)
mengemukakan, Triangulasi dimanfaatkan untuk :

94

1) Membandingkan data hasil penga-matan dengan hasil wawancara,
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu, 4) Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang biasa, 5) membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Kemudian cara yang dapat ditempuh dalam triangulasi adalah
dengan mengecek :

• Derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik
pengumpulan data.

• Derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
d Peer debriefing
Kegiatan

ini

dilakukan

untuk

membicarakan

catatan-catatan

lapangan yang diperoleh dengan kolega atau teman sejawat, dimana
bentuk kegiatannya mendiskusikan hasil catatan lapangan. Diharapkan
akan ada masukan-masukan dan pandangan yang objektif dan netral,
sehingga diharapkan dapat meningkat kualitas hasil penelitian.

e. Referenda! adequacy

Referensi yang cukup berkaitan dengan fokus penelitian diperlukan
untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang informasi yang diberikan
oleh nara

sumber dan diupayakan untuk

memahami

disampaikan agar kemungkinan kesalahan sangat kecil.

apa yang

95

/

Negative Case Analysis

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan contoh dan kasus yang
tidak sesuai dengan kecendmngan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding.

g. Member Checks

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan keyakinan terhadap
kebenaran

data

atau

informasi

dari

sumber

data,

kemudian

dikonfirmasikan lagi agar tidak terjadi kekeliruan yang berarti. Bila ada

kekurangan, maka akan segera dapat ditambah atau diperbaiki bersama
sumber data (nara sumber).

2. Transferability

Dalam penelitian kuantitatif,

transferability adalah vasiliditas

external, sedang dalam penelitian kualitatif, validitas eksternal ini adalah
kemampuan generalisasi, yang menunjukan batas manakah hasil penelitian
dapat berlaku untuk populasi yang diteliti.

Jadi transferability dalam penelitian kualitatif adalah kemampuan

melihat sampai sejauh mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dan
digunakan dalam situasi lain. S. Nasution (1988:119) menegaskan, bagi
peneliti kualitatif, transferability bergantung pada si-pemakai, yakni hingga
manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan
situasi tertentu.

96

3. Dependability {reliabilitas)

Dependability (ketergantungan) mempakan upaya untuk melihat

sejauhmana hasil penelitian bergantung kepada keandalan konsep
dependability dalam