Pengaruh Independensi Dan Standar Auditing Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh

(1)

PENGARUH INDEPENDENSI DAN STANDAR AUDITING

TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR BPK RI

PERWAKILAN PROVINSI ACEH

TESIS

Oleh

MHD. HUSNI T

087017022/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH INDEPENDENSI DAN STANDAR AUDITING

TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR BPK RI

PERWAKILAN PROVINSI ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MHD. HUSNI T

087017022/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH INDEPENDENSI DAN STANDAR AUDITING TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH

Nama Mahasiswa : Mhd. Husni T

Nomor Pokok : 087017022

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 23 Pebruari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak

Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh

Independensi dan Standar Auditing terhadap Kualitas Audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 23 Pebruari 2010 Yang Membuat Pernyataan,

Mhd. Husni T


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor independensi dan standar auditing, baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.

Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan metode sensus. Untuk itu, 99 kuesioner sudah disampaikan langsung dan kuesioner yang kembali sebanyak 65 kuesioner atau 65,66%. Sebelum dilakukan pengumpulan data, kuesioner diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan Teknik Korelasi Produk Momen dan Alpha Cronbach. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji parsial (uji t) dan uji simultan (uji F).

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa independensi dan standar auditing, baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh. Dari hasil uji t dan uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor independensi dan standar auditing baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh, dengan nilai Koefisien Korelasi (R) sebesar 0,654. Sedangkan Koefisien Determinasi (R2) hasil regresi adalah sebesar 0,428, hal ini menunjukkan bahwa 42,80% variabel terikat (kualitas audit) dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan sisanya sebesar 57,20% merupakan pengaruh dari variabel bebas lainnya yang tidak ikut diteliti.


(7)

ABSTRACT

The aim of this research is to figure out whether factors of independency and auditing standard in partial or together (simultaneous) have influence on the quality of audit at Regional Office of BPK RI in Province of Aceh.

Data has been collected by using questioners with census method. For that purpose, about 99 research questioners delivered directly and returned was 65 questioners or 65.66%. Prior, validity and reliability of questioners has been tested by Moment Product Correlation and Cronbach’s Alpha. And the hyphotesis tested by partial test (t test) and simultaneous test (F test).

The result indicates that independency and auditing standard partial and together (simultaneous) have an impact on quality of audit. F test and t test showed that independency and auditing standard factors together (simultaneous) and partial have impact on the quality of audit at Regional Office of BPK RI in Province of Aceh, with Correlation Coefficient (R) about 0.654 and the result of regression found that The Coefficient Determination (R2) is 0.428. It showed that 42.80% of determinant variable (auditor performance) influenced by independent variables, and the rest 57.20% is the impact of others independent variable which not be tested in this research.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Pengaruh Independensi dan Standar Auditing terhadap Kualitas Audit pada Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Aceh” yang merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang tertinggi kepada yang terhormat:

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan arahan dan tuntunannya selama ini;

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan arahannya;


(9)

5. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak dan Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini;

6. Drs. Rasdianto, MS., Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah menyumbangkan saran pemikiran dalam penyempurnaan tesis ini;

7. Seluruh dosen dan staf pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan;

8. Seluruh rekan-rekan kerja pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh, yang telah memberikan dukungan moril dalam penyelesaian tesis ini;

9. Secara khusus, terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Osmar Saragih, Ibunda Hj. Zainab Purba atas doa dan kasihnya, Isteriku Desy Lina serta putra-putriku tercinta, Ghaitsa Shafiyyah, Aqila Ruqayyah dan Abdullah Ali Saragih, untuk semua pengertian dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan, Pebruari 2010 Hormat saya selaku penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Mhd Husni T, lahir di Kota Pematang Siantar Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 23 Oktober 1971 anak ketiga dari enam bersaudara, putra dari Bapak H. Osmar Saragih dan ibu Hj. Zainab Purba. Menikah dengan Desy Lina dikarunia tiga orang putra-putri, Ghaitsa Shafiyyah, Aqila Ruqayyah, dan Abdullah Ali Saragih.

Pendidikan umum yang telah dijalani yaitu SD Negeri Kramat Jati 04 PT di Jakarta Tahun 1978 – 1984, SMP Negeri 109 di Jakarta Tahun 1984 – 1987, SMA Negeri 48 di Jakarta Tahun 1987 – 1990, Strata 1 (S-1) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh Tahun 1992 – 1997, Strata 2 (S-2) Universitas Sumatera Utara dalam Program Studi Akuntansi di Medan Tahun 2008 –

2010.

Bekerja di Departemen Keuangan RI sejak Maret 1998 – Desember 2004 dan pindah tugas ke BPK RI Perwakilan Provinsi Sumut di Medan sejak Desember 2004

– Juni 2008 dan pindah tugas ke BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh di Banda Aceh sejak Juni 2008 – sekarang.

Medan, Pebruari 2010


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Originalitas ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1. Kualitas Audit ... 8

2.1.2. Independensi ... 10

2.1.3. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit ... 16

2.1.4. Standar Auditing ... 16

2.1.5. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ... 22

2.1.6. Hubungan antara SPKN dengan SPAP ... 26

2.1.7. Pengaruh Standar Auditing terhadap Kualitas Audit ... 27

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 29

3.1. Kerangka Konseptual ... 29


(12)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1. Jenis Penelitian ... 33

4.2. Lokasi Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian ... 33

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 36

4.6. Metode Analisis Data ... 40

4.6.1. Pengujian Kualitas Data ... 41

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 41

4.6.2.1. Uji normalitas ... 41

4.6.2.2. Uji multikolinieritas ... 42

4.6.2.3. Uji heterokedastisitas ... 42

4.6.3. Pengujian Hipotesis ... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

5.1. Deskripsi Data ... 45

5.1.1. Gambaran Obyek Penelitian ... 45

5.1.2. Deskripsi Responden ... 46

5.1.3. Deskripsi Statistik ... 46

5.2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 47

5.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 49

5.3.1. Uji Normalitas ... 50

5.3.2. Uji Heterokedastisitas ... 51

5.3.3. Uji Multikolinearitas ... 53

5.4. Pengujian Hipotesis ... 53

5.4.1. Pengujian Secara Simultan (Uji F) ... 55

5.4.2. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... 56

5.6. Pembahasan... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 62

5.3. Saran ... 63


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Review atas Penelitian Terdahulu... 28

4.1 Hierarkhi Auditor Berdasarkan Perjenjangan... 35

4.2 Definisi Operasional Variabel... 39

5.1 Deskripsi Responden Penelitian... 46

5.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian... 47

5.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Data…... 48

5.4 Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov………. 50

5.5 Uji Multikolinearitas... 53

5.6 Hasil Perhitungan Statistik…... 54

5.7 Anova Regresi... 54


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1 Model Penelitian... 29 5.1 Uji Heterokedastisitas... 52


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian………... 67 2. Tabulasi Kuesioner………... 72 3. Pengujian SPSS………... 75


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor independensi dan standar auditing, baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.

Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan metode sensus. Untuk itu, 99 kuesioner sudah disampaikan langsung dan kuesioner yang kembali sebanyak 65 kuesioner atau 65,66%. Sebelum dilakukan pengumpulan data, kuesioner diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan Teknik Korelasi Produk Momen dan Alpha Cronbach. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji parsial (uji t) dan uji simultan (uji F).

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa independensi dan standar auditing, baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh. Dari hasil uji t dan uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor independensi dan standar auditing baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh, dengan nilai Koefisien Korelasi (R) sebesar 0,654. Sedangkan Koefisien Determinasi (R2) hasil regresi adalah sebesar 0,428, hal ini menunjukkan bahwa 42,80% variabel terikat (kualitas audit) dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan sisanya sebesar 57,20% merupakan pengaruh dari variabel bebas lainnya yang tidak ikut diteliti.


(17)

ABSTRACT

The aim of this research is to figure out whether factors of independency and auditing standard in partial or together (simultaneous) have influence on the quality of audit at Regional Office of BPK RI in Province of Aceh.

Data has been collected by using questioners with census method. For that purpose, about 99 research questioners delivered directly and returned was 65 questioners or 65.66%. Prior, validity and reliability of questioners has been tested by Moment Product Correlation and Cronbach’s Alpha. And the hyphotesis tested by partial test (t test) and simultaneous test (F test).

The result indicates that independency and auditing standard partial and together (simultaneous) have an impact on quality of audit. F test and t test showed that independency and auditing standard factors together (simultaneous) and partial have impact on the quality of audit at Regional Office of BPK RI in Province of Aceh, with Correlation Coefficient (R) about 0.654 and the result of regression found that The Coefficient Determination (R2) is 0.428. It showed that 42.80% of determinant variable (auditor performance) influenced by independent variables, and the rest 57.20% is the impact of others independent variable which not be tested in this research.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah pusat/daerah bertugas dan berwenang untuk mengelola dan melaksanakan anggaran keuangan negara/daerah. Konsekuensinya adalah pihak pemerintah harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut secara periodik dengan menggunakan media laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku umum. Untuk itu pemerintah harus menyusun laporan keuangan secara periodik sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang akurat dan dapat diandalkan. Selain pemerintah, yaitu instansi pemerintah yang diperiksa (audite), masih terdapat pihak lain yang berkepentingan dengan informasi yang berasal dari laporan keuangan. Pihak lain tersebut antara lain: Lembaga perwakilan, yaitu: DPR, DPD, dan DPRD, dan instansi penegak hukum, Lembaga lain yang dibentuk berdasarkan undang-undang, WNI, dan Lembaga-lembaga internasional (Renstra BPK RI 2006 – 2010). Semuanya berkepentingan untuk melihat hasil kinerja pemerintah tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.

Untuk memastikan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh audite dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu diaudit. Pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan pemerintah tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu


(19)

diperlukan auditor untuk melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh audite.

Menurut Taylor (Christiawan, 2002) terdapat beberapa hal yang menyebabkan laporan keuangan perlu diaudit. Hal tersebut adalah: (1) informasi dalam laporan keuangan memiliki konsekuensi ekonomis yang substansial dalam pengambilan keputusan, (2) sebuah keahlian sering diperlukan dalam penyusunan dan verifikasi informasi dalam laporan keuangan, (3) pemakai laporan keuangan tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan. Informasi keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomis. Agar informasi tersebut dapat dipercaya maka laporan keuangan harus diaudit.

Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara/daerah menjadi tugas pemeriksa eksternal negara yaitu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK). BPK memiliki kedudukan strategis sebagai supreme auditor yang diamanatkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pasal itu telah diamandemen menjadi satu bab tersendiri, yakni Bab VIII A tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang berisi tiga pasal, yaitu Pasal 23E, 23F, dan 23G. Pasal 23E berbunyi: (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. (2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. (3) Hasil


(20)

pemeriksaan tersebut ditindak - lanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Hasil penelitian Christiawan (2002), menunjukkan bahwa manajemen memiliki harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh auditor. Audite akan puas dengan pekerjaan auditor jika auditor memiliki pengalaman dalam melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan tepat dan sebagainya. Di sisi lain pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan pada akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Menurut

American Accounting Association Financial Accounting Standar Committee

(Christiawan, 2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi.

Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor. Independensi berarti auditor tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada pemerintah, namun juga kepada lembaga perwakilan dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan auditor. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam kenyataan (in fact) maupun dalam penampilan (in


(21)

Dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), independensi BPK kini lebih dekat dengan independensi yang diinginkan Deklarasi Lima, hasil Kongres IX INTOSAI (International Organization

of Supreme Audit Institutions), di Kota Lima, Peru, pada Oktober 1977 dan Deklarasi

Mexico hasil kongres XIX INTOSAI di New Mexico, 2007. Independensi BPK tidak hanya menyangkut organisasinya, yang secara formal berada di luar unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Independensi yang diharapkan Deklarasi Lima juga tercermin dalam hal independensi personil dalam pengambilan keputusan, dalam bidang keuangan serta anggaran. Dalam beberapa bulan terakhir, independensi BPK kembali menjadi sorotan terkait kasus penyelamatan PT Bank Century Tbk.

Selain independensi dan kompetensi, kualitas audit berhubungan dengan standar auditing. Arens dan Loebbecke (1996) menyatakan standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Dalam audit laporan keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menetapkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagai standar auditing.

Akuntan publik melaksanakan pemeriksaan menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI. Menurut SPAP standar auditing yang ada meliputi (1) standar umum, (2) standar pekerjaan lapangan dan (3) standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu


(22)

kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan. Standar pelaporan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, auditor BPK berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dengan peraturan BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007. SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan keuangan Negara, SPKN harus digunakan bersama-sama dengan SPAP yang ditetapkan IAPI. SPAP tersebut berlaku untuk pemeriksaan keuangan dan perikatan atestasi yang dilaksanakan oleh akuntan publik. SPKN memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang berkaitan dengan audit keuangan dan perikatan atestasi dalam SPAP, kecuali ditentukan lain.

Pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan yang didasarkan pada SPKN akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila auditor melaksanakan dan melaporkan audit dengan SPKN maka hasil audit tersebut dapat mendukung peningkatan kualitas audit.


(23)

1.2. Rumusan Masalah

Dari penelitian ini akan diformulasikan masalah adalah: Apakah independensi dan standar auditing secara parsial dan simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh independensi dan standar auditing secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intelectual exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti.

b. Penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan-temuan empiris di bidang akuntansi bagi kemajuan dan pengembangannya di masa mendatang.

c. Bagi auditor pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh, penelitian ini sebagai kontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas audit yang dilaksanakan, khususnya dalam pemeriksaan LKPD.


(24)

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan pengulangan penelitian dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Alim dkk (2007) dan Trisnaningsih (2007) dengan variabel penelitian meliputi independensi, kompetensi, etika dan kualitas audit. Untuk membedakan dari penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan variabel penelitian meliputi independensi, standar auditing dan kualitas audit. Selain itu, populasi dan sampel yang dijadikan obyek penelitian adalah auditor pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kualitas Audit

Istilah "kualitas audit" mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audite. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audite dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan

audite dan menjaga kerusakan reputasi auditor.

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditenya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.

Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit, yaitu (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit,


(26)

(5) prinsip kehati-hatian, (6) proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, dan (7) perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner.

Deis dan Groux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada audite yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah audite, semakin banyak jumlah audite maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah audite yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan audite, semakin sehat kondisi keuangan audite maka akan ada kecenderungan audite tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan audite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan audite, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri audite, responsif atas kebutuhan audite, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan audite.


(27)

Menurut Porter dkk (2003) berdasarkan konsep auditing, kualitas audit berhubungan dengan independensi, kompetensi dan kode etik auditor. Independensi dan kompetensi menjadi faktor penting yang harus dimiliki seorang auditor dalam rangka pelaksanaan tugas audit. Arens dan Loebbecke (1996) menyatakan Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.1.2. Independensi

Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox (Alim dkk, 2007) adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap

auditenya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun.

Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Standar Auditing (SA) Seksi 220, Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 04 Alinea 2 (2001), dijelaskan bahwa “Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya”.


(28)

Independensi diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan moral yang diantaranya mengatur tentang independensi. Dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam SPAP yang ditetapkan oleh IAPI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam kenyataan (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi ini. Apabila auditor independen dalam kenyataan, tetapi pihak-pihak yang berkepentingan yakin bahwa dia adalah penasihat dari auditenya, maka sebagian besar hasil dari fungsi auditnya akan sia-sia saja.

Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Apabila auditor adalah seorang penasihat audite, seorang bankir atau yang lainnya, dia tidak dapat dikatakan independen. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting. Alasan mengapa begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaan mereka terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor adalah karena harapan mereka untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak.


(29)

Kepercayaan masyarakat atas independensi sikap auditor independen sangat penting. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor berkurang, bahwa kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi orang yang independen, auditor harus bebas dari setiap kewajiban terhadap auditenya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan auditenya. Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor independen selama pelaksanaan audit dipengaruhi oleh ada tidaknya hubungan dan kepentingan dengan pihak yang diaudit.

Independensi pada auditor BPK sedikit berbeda dengan auditor yang bekerja pada KAP. Selain berpedoman pada SPAP, independensi auditor BPK berpedoman pada SPKN. Dalam pernyataan standar umum kedua SPKN mengenai independensi dinyatakan: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.

Organisasi pemeriksa dan pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa harus menghindari situasi yang menyebabkan pihak ketiga mengetahui kenyataan dan


(30)

keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya.

Menurut SPKN pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi. Apabila salah satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena suatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan.

Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi, antara lain:

a. Memiliki hubungan pertalian darah dengan pejabat atau pegawai entitas yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap entitas yang diperiksa.

b. Memiliki kepentingan keuangan pada entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa. d. Terlibat dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti asistensi, jasa konsultasi,

pengembangan sistem, dan menyusun laporan keuangan.

e. Adanya kecenderungan untuk memihak pada pejabat atau pegawai entitas, karena keyakinan politik atau social.

f. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Apabila terjadi gangguan pribadi terhadap independensi dalam pemeriksaan, harus diselesaikan secepatnya. Dalam hal gangguan pribadi hanya melibatkan seorang pemeriksa, dapat dilakukan dengan meminta pemeriksa menghilangkan


(31)

gangguan pribadi tersebut. Misalnya, pemeriksa melepas keterkaitan dengan entitas yang diperiksa, atau tidak ikut serta dalam pemeriksaan yang terkait dengan entitas tersebut.

Gangguan ektern dari pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan. Independensi dan obyektivitas suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi apabila terdapat: a. Campur tangan pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup

pemeriksaan.

b. Pembatasan waktu pemeriksaan yang tidak wajar untuk menyelesaikan pemeriksaan.

c. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang berdampak negatif terhadap pelaksanaan pemeriksaan.

d. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidak setujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksaan, atau penerapan kriteria lainnya.

e. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, berhubungan dengan kecakapan pemeriksa.

Selain itu, independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi dan struktur organisasinya. Dalam hal melakukan pemeriksaan, organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi. Pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas tempatnya bekerja.


(32)

Sekalipun dapat dilakukan tindakan yang ekstrim untuk mengeliminasi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi independensi (baik dalam kenyataan maupun dalam penampilan) untuk mendapatkan respek masyarakat setinggi-tingginya, namun tidak dapat dipastikan bahwa hal tersebut dapat mengatasi persoalan yang ada. Tindakan untuk mengeliminasi gangguan independensi secara ekstrim dapat membatasi pelayanan yang dapat diberikan kepada audite, independensi para akuntan publik dalam menjalankan praktik secara tradisional, dan kemampuan kantor akuntan publik untuk mempekerjakan staf yang kompeten.

Carey (Trisnaningsih, 2007) mendefinisikan independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi meliputi: (1) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional. (2) Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan kenyataan dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Sementara dalam penelitian Alim dkk (2007) mengindikasi terdapat lima indikator penilaian independensi auditor yaitu (1) lama penugasan audit, (2) pengungkapan kecurangan audite, (3) besarnya fee audit, (4) pemberian fasilitas dari audite, (5) penggantian auditor, dan (6) penggunaan jasa non audit.


(33)

2.1.3. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Independensi auditor merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan terhadap auditenya. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan, memperoleh kepercayaan dari audite dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh audite. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan independensinya.

Independensi seorang auditor akan terpengaruh apabila mempunyai hubungan dan kepentingan dengan auditenya, serta adanya gangguan baik dari pribadinya sendiri maupun dari pihak ekstern. Dengan demikian apabila seorang auditor dapat mempertahankan sikap mental independen sepanjang pelaksanaan auditnya, maka masyarakat pengguna laporan keuangan akan mempercayai audit dan kesimpulan sebagai hasil auditnya.

2.1.4. Standar Auditing

Auditor sendiri memandang kualitas audit diantaranya terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada. Arens dan Loebbecke (1996) menyatakan standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. IAPI berwenang menetapkan standar auditing (yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota dan


(34)

akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor independen. Dalam pelaksanaan pemeriksaan di Indonesia IAPI menetapkan SPAP yang mengatur standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultansi, standar pengendalian mutu dan aturan etika kompartemen akuntan publik.

Nasution (SPKN, 2007) mengharapkan agar standar auditing dijadikan patokan bagi pemeriksa dalam melakukan tugas pemeriksaannya agar dapat melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara efektif. Standar auditing merupakan standar teknis yang menjadi pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya (Arens dan Loebbecke, 1996). Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti.

Pedoman utama standar auditing dalam SPAP adalah sepuluh standar auditing atau 10 generally auditing standars – GAAS dan diadaptasi oleh IAPI. Kesepuluh

standar auditing dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Standar umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(35)

Standar pekerjaan lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan


(36)

dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

Standar auditing merupakan pedoman kerja yang paling utama bagi para auditor. Menurut Arens dan Loebbecke (1996) standar auditing merupakan pedoman yang memiliki kekuatan hukum bagi semua orang yang menekuni profesi auditor, akan tetapi tidak terlalu dapat diandalkan sebagai pedoman kerja. Di dalamnya hampir tidak terdapat peraturan-peraturan mengenai prosedur auditing yang spesifik; dan tidak ada aturan spesifik mengenai keputusan yang harus dibuat seorang auditor, misalnya dalam menentukan besarnya sampel yang harus ditarik, memilih sampel dari populasi, atau mengevaluasi hasil audit.

Banyak praktisi yang merasa bahwa standar auditing harus mengandung pedoman yang lebih jelas untuk mempertimbangkan jumlah dan jenis bahan bukti yang harus dikumpulkan. Pedoman yang lebih spesifik akan mengatasi beberapa kesulitan dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan proses audit dan dapat membantu kantor audit dalam menyusun pembelaan, dalam hal auditor dituntut karena hasil audit yang kurang memuaskan. Ketentuan yang terlalu spesifik dapat mengubah auditing menjadi suatu proses mekanis, tanpa adanya pertimbangan profesional.

Standar auditing harus dipandang oleh para praktisi sebagai standar minimum pelaksanaan kerja auditor dan bukan standar maksimum. Sorang auditor profesional yang berusaha mempersempit ruang lingkup pemeriksaannya dengan hanya


(37)

berlandaskan pada standar yang baku, dan tidak berupaya mengevaluasi inti masalah dari situasi yang dihadapinya, tidak akan mampu menangkap makna standar auditing. Keberadaan standar auditing tidak harus menyebabkan para auditor mematuhi secara kaku. Jika auditor yakin bahwa ketentuan standar auditing tidak sesuai dengan situasi atau tidak mungkin dilakukan, dapat mencari alternatif tindakan. Penting untuk dicatat bahwa para auditor harus bertanggung jawab atas penyimpangan dalam penerapan standar auditing tersebut.

Standar auditing memuat persyaratan keahlian dan pelatihan teknis, independensi dalam sikap mental, kemahiran profesional dengan cermat, perencanaan dan supervisi yang cukup, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian

intern, bahan bukti audit kompeten yang mencukupi, dan standar pelaporan.

Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai

Dalam standar umum ditekankan pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki seorang auditor. Seorang auditor harus memiliki latar belakang pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya dan selalu mengikuti pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan.

Independensi dalam sikap mental

Kantor akuntan publik diharuskan untuk mengikuti beberapa praktik untuk meningkatkan independensi dari semua personelnya.

Kemahiran profesional dengan cermat

Standar umum ketiga berhubungan dengan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek audit. Auditor wajib melaksanakan


(38)

tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan, atau kepedulian profesional. Kecermatan dan keseksamaan profesional meliputi ketelitian dalam memeriksa kelengkapan kertas kerja, mengumpulkan bahan bukti audit yang memadai dan menyusun laporan audit yang lengkap. Auditor harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran, tetapi tentu saja tidak dapat diharapkan bertindak sempurna dalam setiap situasi.

Perencanaan dan supervisi yang cukup

Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pengumpulan data dan kegiatan lain yang dilaksanakan selama audit. Standar yang pertama menentukan agar program kerja yang akan dilaksanakan direncanakan dengan matang dan pelaksanaannya oleh para asisten diawasi secara seksama. Pengawasan merupakan unsur sangat penting dalam audit karena cukup banyak bagian pekerjaan yang dilaksanakan oleh staf yang belum berpengalaman.

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

Salah satu konsep yang secara luas dalam teori dan praktek audit menyebutkan bahwa struktur pengendalian intern audite sangat penting dalam menghasilkan informasi keuangan yang andal. Jika auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern yang diterapkan audite sudah sangat baik, yaitu telah mencakup sistem pengendalian intern yang mampu menyajikan data yang andal dan memberikan jaminan aman atas aktiva dan catatan, maka jumlah bukti audit yang perlu dikumpulkan akan jauh lebih sedikit daripada jika sistem yang dimiliki audite kurang baik. Bisa jadi, struktur


(39)

pengendalian intern audite begitu buruknya sehingga mustahil dilakukan audit yang efektif.

Bahan bukti audit kompeten yang mencukupi

Keputusan mengenai berapa banyak bahan bukti yang akan dikumpulkan dalam situasi tertentu merupakan suatu yang memerlukan pertimbangan profesional.

Standar Pelaporan

Standar pelaporan mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif yang diperlukan. Laporan tersebut harus merinci apakah laporan yang diaudit sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan apakah prinsip tersebut diterapkan secara konsisten untuk tahun berjalan dibandingkan tahun sebelumnya.

2.1.5. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK di samping menggunakan SPAP juga memberlakukan SPKN. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada SPKN akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan SPKN maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para


(40)

pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan 01 SPKN tentang Standar Umum, Pernyataan standar umum pertama adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Pernyataan standar umum ketiga adalah: “Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksaan wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”. Pernyataan standar ini mengharuskan setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan SPKN.

Dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 SPKN tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan mengatur standar pelaksanaan untuk pemeriksaan keuangan. Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan oleh IAPI, berikut ini: a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Selain memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan oleh IAPI, SPKN menetapkan standar pelaksanaan tambahan berikut: a. Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah: “Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup


(41)

pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan”. b. Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah: “Pemeriksa harus

mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan”.

c. Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah: “Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinaan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan, Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan terjadi. Dan Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan dan apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.

d. Pernyataan standar pelaksanaan tambahan keempat adalah: “Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.

e. Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah: “Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi pemeriksa harus mendukung opini, temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.

Dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan 03 SPKN tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan mengatur standar pelaporan untuk pemeriksaan keuangan. Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang ditetapkan oleh IAPI, berikut ini:


(42)

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif.

b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.

Selain memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang ditetapkan oleh IAPI, SPKN menetapkan standar pelaporan tambahan berikut ini:

a. Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah: “Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan”.

b. Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah: “Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan”.

c. Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga adalah: Laporan atas pengendalian

intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern atas

pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”. d. Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah: “Laporan hasil

pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan”.

e. Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah: “Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak


(43)

dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut.

f. Pernyataan standar pelaporan tambahan keenam adalah: “Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pemeriksaannya BPK menetapkan SPKN yang harus digunakan bersama-sama dengan SPAP yang ditetapkan oleh IAPI. Secara umum standar auditing dalam SPAP diadopsi dalam SPKN dengan standar tambahan yang khusus diterapkan dalam rangka pemeriksaan pertanggungjawaban pengelolaan pemerintah baik pusat maupun daerah.

2.1.6. Hubungan antara SPKN dengan SPAP

Dalam pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor BPK, SPKN harus digunakan bersama-sama dengan SPAP yang ditetapkan oleh IAPI. SPAP tersebut berlaku untuk pemeriksaan laporan keuangan dan atestasi yang dilaksanakan oleh akuntan publik. SPKN memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang terkait dengan pemeriksaan keuangan dan perikatan atestasi dalam SPAP, kecuali ditentukan lain. Penerapan SPAP perlu memperhatikan standar umum serta standar tambahan pada standar pelaksanaan dan standar pelaporan dalam SPKN.


(44)

2.1.7. Pengaruh Standar Auditing terhadap Kualitas Audit

SPKN merupakan pedoman pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Dalam pemeriksaan laporan keuangan, pernyataan standar pemeriksaan dalam SPKN meliputi: standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan, dan standar pelaporan pemeriksaan keuangan.

Standar umum berkaitan dengan persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa, independensi organisasi pemeriksa dan pemeriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan, dan pengendalian mutu hasil pemeriksaan. Standar pelaksanaan mengatur pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan standar pelaporan mengatur pelaporan pemeriksaan laporan keuangan.

Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada SPKN akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan dan melaporkan pemeriksaan dengan SPKN maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan kualitas audit.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Review atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, topik penelitian, dan variabel yang digunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1 berikut:


(45)

Tabel 2.1. Review atas Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti/Tahun

Topik Penelitian Variabel yang Digunakan

Hasil Penelitian

1. Christiawan (2002) Kompetensi dan independensi, serta pengaruhnya terhadap kualitas audit Kompetensi, independensi dan kualitas audit Kompetensi dan independensi sangat berpengaruh terhadap kualitas akuntan publik. 2. Mayangsari

(2003) Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit Keahlian audit, independensi dan pendapat audit

Auditor yang ahli dan independen akan memberikan pendapat yang cenderung benar. 3. Tapi Anda Sari

Lubis (2005)

Persepsi auditor dan user tentang independensi akuntan Sebagai perilaku profesional dan pengaruhnya terhadap opini audit Independensi akuntan, perilaku profesional dan opini Audit Independensi akuntan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap opini audit.

3. Sri

Trisnaningsih (2007) Independensi auditor dan komitmen organisasi sebagai mediasi pemahaman good governance, gaya kepemimpinan dan budaya organisasi tehadap kinerja auditor Pemahaman good governance, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, independensi auditor, komitmen organisasi, Kinerja auditor Pemahaman good governance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, melainkan berpengaruh tidak langsung melalui independensi auditor.

4. M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, dan Lilik Purwanti (2007) Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi

Kompetensi, independensi, kualitas audit dan etika auditor

Kompetensi dan

independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedang interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Sumber: Data primer setelah diolah


(46)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Model penelitian yang penulis ajukan didasarkan pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Model penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1. Model Penelitian

Dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan anggaran keuangan negara/daerah, pemerintah harus menyusun laporan keuangan sesuai

Independensi (X1)

Kualitas Audit (Y)

Standar Auditing (X2)


(47)

dengan SAP. Selain instansi pemerintah yang diperiksa (audite), masih terdapat pihak lain yang berkepentingan dengan informasi yang berasal dari laporan keuangan.

Untuk memastikan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh audite dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu diaudit. Pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan pemerintah tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu diperlukan auditor untuk melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh audite. Auditor BPK dituntut untuk dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit yang pernah dilakukan menghasilkan temuan yang berbeda mengenai faktor pembentuk kualitas audit. Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas, seorang auditor yang bekerja dalam suatu tim audit dituntut untuk memiliki kompetensi, independensi, dan dalam pelaksanaan audit harus berpedoman pada standar auditing yang berlaku.

Dalam penelitian ini, penulis hanya mengidentifikasikan dua faktor yang diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas audit dalam pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah pada BPK, yaitu:

a. Pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang


(48)

bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan atau terganggu independensinya, maka kesimpulan audit yang dihasilkan dianggap kurang kualitasnya karena kehilangan kepercayaan dari pengguna laporan keuangan. b. Pengaruh penerapan standar auditing terhadap kualitas audit.

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) di mana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan audite dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi audite. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing yang berlaku. Penerapan standar auditing dalam pemeriksaan laporan keuangan akan memastikan pelaksanaan audit sesuai dengan pedoman yang pada akhirnya akan menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas.

c. Pengaruh independensi dan penerapan standar auditing terhadap kualitas audit. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya. Pelaksanaan pemeriksaan berdasarkan standar auditing yang ada akan memastikan pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan harapan pemeriksaan. Kemudian dengan sikap independensinya, maka seorang auditor dapat melaksanakan dan melaporkan hasil audit, jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan. Sehingga berdasarkan logika di atas maka independensi dan standar auditing memiliki pengaruh dalam menghasilkan audit yang berkualitas baik itu proses maupun outputnya.


(49)

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Terdapat pengaruh independensi dan standar auditing secara simultan dan parsial terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.


(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini didisain untuk membuktikan apakah ada pengaruh antara independensi dan standar auditing terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga menguji besarnya pengaruh variabel independen (independensi dan standar auditing) terhadap variabel dependen (kualitas audit) melalui pengujian hipotesis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian verifikatif atau penelitian hipotesis. Penelitian verifikatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antarvariabel melalui pengujian hipotesis (Sekaran, 2006).

Paradigma penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisa data dengan prosedur statistik.

4.2. Lokasi Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh di Banda Aceh. Dipilihnya kantor tersebut adalah karena mempertimbangkan sisi kemudahan dalam penelitian, baik tenaga, biaya dan waktu dalam melakukan pengumpulan data.


(51)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga auditor yang bekerja pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh. Dipilihnya tenaga auditor tersebut adalah karena mempertimbangkan sisi kemudahan dalam penelitian, baik tenaga, biaya dan waktu dalam melakukan pengumpulan data nantinya.

Berdasarkan data Sub Bagian Sumber Daya Manusia pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh, jumlah tenaga auditor yang ada adalah sebanyak 99 orang. Tenaga Auditor yang bekerja pada kantor tersebut mempunyai perjenjangan/tingkatan auditor dan dalam penelitian ini dinamakan sebagai sub-populasi. Kriteria dalam perjenjangan auditor tersebut didasarkan atas sertifikasi peran, tingkat kepangkatan dan golongan kepegawaian auditor tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Pengendali Teknis Senior (PTS), bagi auditor yang mempunyai golongan minimal IV/a atau Pembina dan/atau sudah memiliki sertifikat PTS.

b. Pengendali Teknis Yunior (PTY), bagi auditor yang mempunyai golongan minimal III/d atau Penata Tingkat I dan sudah memiliki sertifikat PTY.

c. Ketua Tim Senior (KTS), bagi auditor yang sudah mempunyai golongan minimal III/c atau Penata dan sudah memilliki sertifikat KTS.

d. Ketua Tim Yunior (KTY), bagi auditor yang sudah mempunyai golongan minimal III/b atau Penata Muda Tingkat I dan sudah memiliki sertifikat KTY.

e. Auditor Ahli Pertama, bagi auditor yang sudah mempunyai golongan minimal III/a atau Penata Muda dan sudah memiliki sertifikat.


(52)

atau Pengatur dan sudah memiliki sertifikat.

g. Auditor Pelaksana Lanjutan, bagi auditor yang sudah mempunyai golongan minimal II/b atau Pengatur Muda Tingkat I atau sudah memiliki sertifikat.

Hierarkhi Auditor berdasarkan perjenjangan auditornya, adalah seperti pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Hierarkhi Auditor Berdasarkan Perjenjangan

No. Jabatan Auditor Jumlah Pegawai

1. Pengendali Teknis Senior 3

2. Pengendali Teknis Yunior 15

3. Ketua Tim Senior 11

4. Ketua Tim Yunior 8

5. Auditor Ahli Pertama 49

6. Auditor Penyelia 6

7. Auditor Pelaksana Lanjutan 7

Total 99

Sumber: Data Primer, Januari 2009.

Berdasarkan populasi yang telah ditentukan tersebut didapatkan jumlah auditor yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 99 orang. Penelitian ini selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode survei secara sensus.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei responden, di mana sumber datanya berasal dari responden dengan memberikan lembaran kuesioner secara langsung. Instrumen dalam kuesioner tersebut berjumlah 31 pernyataan dan 6 item data dari responden. Bagian utama kuesioner dibagi dalam tiga


(53)

bagian, masing-masing mewakili satu variabel penelitian. Item pernyataan dalam kuesioner tersebut sebagian besar diambil dan diadaptasi dari penelitian sebelumnya, SPAP dan SPKN.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Berdasarkan perumusan masalah, uraian teoritis dan hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (Independent Variable), yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan independensi auditor dan penerapan standar auditing dalam pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable), yaitu kualitas audit yang dilaksanakan auditor yang bekerja pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh.

Untuk menghindari kesalahpahaman atau untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, sebagai berikut:

a. Independensi (X1)

Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun


(54)

sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki, auditor akan kehilangan sikap tidak memihak untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Berdasarkan penelitian Alim dkk (2007) dan gangguan independensi dalam SPKN, dengan penyesuaian terhadap auditor BPK, dalam penelitian ini dijadikan faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) lama penugasan audit, (2) pengungkapan kecurangan, (3) memiliki hubungan, (4) memiliki kepentingan, (5) adanya kecenderungan memihak, (6) mencari pekerjaan pada entitas, (7) membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan, (8) pembatasan waktu pemeriksaan, (9) pembatasan sumber daya, (10) ancaman penggantian pemeriksa, dan (11) pengaruh yang membahayakan auditor. Terdapat 11 pernyataan sebagai indikator independesnsi auditor. Semua item pernyataan diukur pada skala Likert 1 sampai 5 dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. b. Standar auditing (X2)

Standar auditing merupakan panduan atau pedoman yang memuat persyaratan profesional auditor, mutu pelaksanaan audit dan persyaratan laporan audit yang profesional bagi para auditor dan organisasi auditor dalam melaksanakan audit atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan standar auditing dibangun dari standar auditing SPAP dan standar pemeriksaan SPKN, yang terdiri dari: (1) kompetensi auditor, (2) sikap mental independen, (3) kemahiran professional, (4) perencanaan pekerjaan, (5) pemahaman struktur pengendalian intern (SPI), (6) bukti audit


(55)

kompeten, (7) sesuai dengan prinsip akuntansi, (8) konsistensi, (9) pengungkapan memadai, dan (10) pernyataan pendapat.

Terdapat 10 pernyataan sebagai indikator penerapan standar auditing. Semua item pernyataan diukur pada skala Likert 1 sampai 5 dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

c. Kualitas audit (Y)

Kualitas audit antara lain dapat dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan audit, dan kualitas temuan audit yang dilaporkan oleh auditor. Model yang disajikan oleh Wooten (2003) serta Deis dan Groux (1992) dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit. Faktor-faktor kualitas audit meliputi: (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati-hatian, (6) proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, (7) perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner, (8) lama waktu pada audite yang sama, (9) jumlah audite, dan (10) review oleh pihak ketiga. Semua item pernyataan diukur pada skala Likert 1 sampai 5 dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Definisi operasional variabel yang akan diteliti, adalah seperti pada Tabel 4.2. berikut ini:


(56)

Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Indikator Skala

1. Independensi (X1)

Adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan kenyataan dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

(1) lama penugasan audit, (2) pengungkapan kecurangan, (3) memiliki hubungan, (4) memiliki kepentingan, (5) adanya kecenderungan memihak, (6) mencari pekerjaan pada entitas, (7) membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan,

(8) pembatasan waktu pemeriksaan, (9) pembatasan sumber daya, (10) ancaman penggantian pemeriksa, (11) pengaruh yang membahayakan.

Interval

2. Standar Auditing (X2)

Pedoman bagi auditor dalam melakukan pemeriksaan

(1) kompetensi auditor, (2) sikap mental independen, (3) kemahiran professional, (4) perencanaan pekerjaan, (5) pemahaman struktur pengendalian intern (SPI), (6) bukti audit kompeten, (7) sesuai dengan prinsip akuntansi, (8) konsistensi, (9) pengungkapan memadai, dan (10) pernyataan pendapat.

Interval

3. Kualitas Audit (Y) Probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditenya.

(1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati-hatian, (6) proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, (7) perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner, (8) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan, (9) jumlah audite, dan (10) review oleh pihak ketiga.

Interval


(57)

4.6. Metode Analisis Data

Analisa data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Analisis regresi bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan (estimation), yaitu bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Analisis regresi juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Selain itu, regresi juga digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

Untuk mengukur variabel penelitian, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda (multiple regression) atas hasil kuesioner yang memuat variabel independensi, standar auditing, dan kualitas audit. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = a + b

1 X1 + b2 X2 + e Di mana:

Y = Kualitas Audit

a = Konstanta

X1 = Independensi

X2 = Standar Auditing

b1 dan b2 = Koefisien regresi

e = Error

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, sehingga kesungguhan responden dalam menjawab pernyataan-pernyataan merupakan hal yang penting. Kesungguhan responden dalam menjawab


(58)

pernyataan-pernyataan sangat berhubungan dengan ketepatan alat pengukuran. Oleh sebab itu suatu alat pengukur perlu diuji dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

4.6.1. Pengujian Kualitas Data

Untuk menguji kualitas data digunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r table. Jika r hitung lebih besar dari r table (dengan tingkat signifikansi 5%), maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Apabila tidak memenuhi syarat tersebut, maka instrumen tersebut harus digugurkan dan tidak digunakan lagi dalam analisis berikutnya.

Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, yaitu dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6, yaitu: (a) <0,6 tidak reliabel, (b) 0,6-0,7 acceptable, (c) 0,7-0,8 baik, dan (d) >0,8 sangat baik (Sekaran, 2006).

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik, yang meliputi pengujian: (1) normalitas, (2) multikolinieritas, dan (3) heterokedastisitas.

4.6.2.1. Uji normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah tiap-tiap bagian variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian hipotesis penelitian, data diasumsikan bersifat normal, dengan kata lain distribusi skor yang diperoleh dari instrumen penelitian akan dibandingkan dengan distribusi normal. Uji normalitas data


(1)

maka auditor tidak terpengaruh oleh auditenya. Auditor akan dengan leluasa melakukan tugas-tugas auditnya. Namun jika tidak memiliki independensi terutama jika terdapat hubungan dan kepentingan dengan audite, pemberian fasilitas, adanya pembatasan, dan adanya ancaman maka kualitas audit yang dihasilkannya juga tidak maksimal.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi dan standar auditing baik secara simultan maupun parsial terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa semua variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.

b. Kualitas audit pada auditor Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh dapat ditentukan oleh faktor independensi dan penerapan standar auditing yakni terlihat dalam koefisien determinasi sebesar 42,80% dari model penelitian, dengan demikian 57,20% kualitas audit ditentukan oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diungkapkan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi penulis dalam penelitian ini adalah:


(3)

a. Peneliti menyadari bahwa responden penelitian yang hanya auditor pada kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh tidak dapat mewakili populasi auditor secara umum.

b. Rendahnya prosentase (42,80%) kemampuan variabel penelitian dalam menjelaskan kualitas audit menunjukkan masih banyak (57,20%) variabel lain yang dapat digunakan untuk penyempurnaan penelitian, seperti kompetensi, kode etik auditor, pengalaman, dan variabel lainnya.

6.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka penyempurnaan yang disarankan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Mengingat adanya pengaruh penerapan independensi dan standar auditing dalam pelaksanaan pemeriksaan LKPD secara simultan dan parsial yang signifikan terhadap kualitas audit, disarankan agar dalam setiap pelaksanaan pemeriksaan LKPD oleh auditor BPK memperhatikan penerapan independensi dan penerapan standar auditing.

b. Mengingat 57,20% kualitas audit ditentukan oleh faktor lain di luar model penelitian, hendaknya dijadikan pertimbangan oleh peneliti berikutnya untuk menambah variabel atau mengubah model penelitian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M.N.; Hapsari, T.; dan Purwanti, L., Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007

Amir, F.M., Mengolah dan Membuat Interprestasi Hasil Olahan SPSS untuk Penelitian Ilmiah, EDSA Mahkota, Jakarta, 2006.

Arens, A.A. dan Loebbecke, J.K., Auditing Pendekatan Terpadu, Buku Satu, Jakarta, Salemba Empat, 1996.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, BPK RI, Jakarta, 2007.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Rencana Strategis BPK Tahun 2006-2010, Sekretariat Jenderal BPK RI, Jakarta, 2005.

Christiawan, Y.J., Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 2, Nopember 2002: 79 – 92 http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

De Angelo, L.E. Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure Regulation, Journal of Accounting and Economics 3. Agustus. p. 113-127, 1981.

Deis, D.R. dan Groux, G.A., Determinants of Audit Quality in The Public Sector, The Accounting Review. Juli. p. 462-479, 1992.

Dergibson, S. dan Sugiarto, Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi, PT Gramedia, Jakarta, 2000.

Erlina dan Mulyani, S., Metodologi Penelitian Bisnis, USU Press, Medan, 2007. Herawaty, A. dan Susanto, Y.K., Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik

Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya, 6 September 2008.


(5)

Herawaty, A. dan Susiana, Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Kuncoro, M., Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.

Lubis, A.F. dan Syahputra, A., Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Program Magister Akuntansi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008.

Lubis, T.A.S., Persepsi Auditor dan User tentang Independensi Akuntan Sebagai Perilaku Profesional dan Pengaruhnya Terhadap Opini Audit, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005.

Mason, R.D. dan Lind, D.A., Teknik Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kesembilan, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999.

Mardisar, D. dan Nelly R.S., Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor, Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar, 26-28 Juli 2007.

Mayangsari, S., Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperiman, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6. No. 1. Januari. p. 1-22., 2003.

Mayangsari, S., Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi Ke- 6, Surabaya. p. 1255-1269, 2003.

Porter, B.; Simon, J. and Hatherly, D., Principles of External Auditing, Second Edition, John Wiley & Sons Ltd, England, 2003.

Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta, 2007.

Republik Indonesia, Sekretariat Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta, 2005.


(6)

Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Jakarta, 2004.

Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, 2006.

Sekaran, U., Research Methods For Business Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Buku 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Trisnaningsih, S., Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007

Wahana Komputer, Menguasai SPSS 13 untuk Statistik, Salemba Infotek, Jakarta, 2006.

Widagdo, R., Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitan Audit terhadap Kepuasan Klien, Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang, 5-6 September 2002. Wooten, T.G., It is Impossible to Know The Number of Poor-Quality Audits that

Simply go Undetected and Unpublicized. The CPA Journal. Januari. p. 48-51, 2003.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat

1 14 159

Pengaruh pengalaman, due professional care, dan independensi auditor terhadap kualitas audit (survey pada auditor inspektorat dan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

0 10 1

PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN INDEPENDENSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah)

2 22 110

Pengaruh Integritas, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara.

2 7 27

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Kasus Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Bali).

0 0 103

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT INVESTIGATIF PADA KANTOR PERWAKILAN BPK-RI YOGYAKARTA.

0 2 28

PENGARUH INDEPENDENSI, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, PENERAPAN STANDAR AUDIT, DAN ETIKA AUDIT TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

0 1 11

PENGARUH TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER, KOMPETENSI AUDITOR, INDEPENDENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

1 2 10

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI KASUS PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG)

0 0 16

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Kasus Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Bali).

0 0 18