PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN ACHIEVEMENT SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN KALOR.
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Ela Nurlaela
1000253
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
Oleh Ela Nurlaela
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ela Nurlaela 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ACHIEVEMENT SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN KALOR
disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I
Dr. Setiya Utari NIP.196707251992032002
Pembimbing II
Drs. H. Harun Imansyah,M.Ed NIP.195910301986011001
Mengetahui Ketua Jurusan
Dr.Ida Kaniawan,M.Si NIP.196807031992032000
(5)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP PENINGKATAN ACHIEVEMENT SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN KALOR A. Inquiry ... 9
B. Levels of Inquiry ... 10
C. Achievement ... 18
D. Kerangka Pemikiran ... 26
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian ... 30
(6)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Metode Penelitian ... 35
D. Definisi Operasional ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 37
G. Teknik Pengumpulan Data ... 43
H. Analisis Data ... 43
I. Hasil Uji Coba Instrumen ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peningkatan Achievement ... 55
B. Implementasi Levels of Inquiry Terhadap Peningkatan Achievement .. 65
C. Diskusi dan Pembahasan ... 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 119
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(7)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
(8)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN ACHIEVEMENT SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN KALOR
Ela Nurlaela NIM. 1000253
Pembimbing I:Dr. Setiya Utari Pembimbing II: Drs. Harun Imansyah,M.Ed
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
ABSTRAK
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kemampuan knowing (pengetahuan), applying (penerapan) dan reasoning (penalaran) siswa kurang terfasilitasi dalam proses pembelajaran fisika di kelas. Padahal kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang diperlukan siswa dalam menghadapi tantangan abad XXI. Levels of inquiry dipandang mampu untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan knowing (pengetahuan), applying (penerapan) dan reasoning (penalaran). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi levels of inquiry terhadap peningkatan achievement siswa pada kemampuan knowing, applying dan reasoning. Instrumen achievement dikembangkan berdasarkan kerangka penilaian TIMSS, yang terdiri dari 22 soal pilihan ganda dan 12 soal essay dengan nilai reliabilitas soal pilihan ganda 0,41 dan essay 0,6 dengan kategori cukup dan memiliki validitas dengan rentang 0,69<val<1 yang berada pada kategori tinggi hingga sangat tinggi. Melalui metode pre experimental dengan one group pretest-posttest design, penelitian diterapkan dengan menggunakan sampel 34 siswa di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Hasil analisis dengan menggunakan effect size ditemukan bahwa nilai effect size untuk achievement secara umum adalah 2,18 dengan kategori besar, sedangkan nilai effect size pada domain kognitif knowing (pengetahuan) adalah 2,73, applying (penerapan) 1,88 dan reasoning (penalaran) 2,26 dengan kategori besar. Data-data tersebut menunjukkan bahwa levels of inquiry berkontribusi besar dalam meningkatkan achievement siswa secara umum dan pada setiap domain kognitif knowing (pengetahuan), applying (penerapan) dan reasoning (penalaran).
(9)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
(10)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Niemi (dalam Algarabel & Dasi, 2001, hlm. 46),
achievement didefinisikan sebagai penguasaan konsep dan prinsip, fakta penting, keterampilan, strategi pengetahuan dan integrasi pengetahuan. Sedangkan menurut APA dalam Standard for test construction, achievement merupakan kompetensi seseorang dalam wilayah konten yang dihasilkan dari berbagai faktor intelektual dan non intelektual (Algarabel dan Dasi, 2001, hlm. 44). Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur achievement adalah soal-soal TIMSS.
TIMSS atau Trends in International Mathematic and Science Study
merupakan studi komparatif internasional yang diselenggarakan oleh
International Association for Evaluation of International Achievement (IEA) bertujuan untuk mengetahui achievement matematika dan sains siswa kelas empat dan delapan di negara-negara peserta. TIMSS berlangsung sejak tahun 1995 dan diselenggarakan empat tahun sekali.
Achievement sains siswa-siswi Indonesia dalam TIMSS sangat memprihatinkan. Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 1999 Indonesia menempati peringkat ke-32 dari 38, tahun 2003 menempati posisi ke-37 dari 46 dan pada tahun 2007 di posisi ke-35 dari
49. Sedangkan berdasarkan pemaparan Sapa’at (dalam Republika Online,
2014) pada tahun 2011 Indonesia menempati posisi ke-40 dari 42.
Rendahnya achievement sains siswa Indonesia disebabkan karena dalam pembelajarannya siswa tidak difasilitasi untuk melatihkan kemampuan-kemampuan pengetahuan (knowing), penerapan (applying)
(11)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan penalaran (reasoning). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rofiah, dkk. (2013, hlm. 17) sebagai berikut.
Berdasarkan hasil TIMSS maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam proses pembelajaran siswa kurang dirangsang untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Selain itu, pembelajaran yang berlangsung lebih menekankan pada penghafalan rumus. Sebagaimana yang disampaikan oleh Yohanes Surya (dalam Napitupulu, 2009) bahwa pembelajaran di Indonesia lebih menekankan kepada penghafalan rumus-rumus sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan rumus tersebut untuk memecahkan persoalan melalui pendekatan sains.
Dugaan ini diperkuat dengan hasil temuan peneliti di lapangan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ke salah satu kelas di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung bahwa proses pembelajaran yang berlangsung di kelas belum memfasilitasi siswa dalam melatihkan kemampuan pengetahuan (knowing), penerapan (applying) dan penalaran (reasoning). Siswa tidak dilatihkan mengidentifikasi atau menyatakan suatu fakta, menghubungkan suatu konsep dengan fenomena yang diamati, memprediksi suatu keadaan tertentu atau pun menganalisis data. Temuan ini didukung oleh data hasil wawancara peneliti dengan siswa. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa siswa jarang bahkan hampir tidak pernah melakukan eksperimen, pembelajaran lebih ditekankan pada penghafalan rumus serta mengerjakan soal-soal matematis dan perhitungan. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1.1.
Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan fisis yang kontekstual
(12)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seperti soal TIMSS. Berikut ini merupakan data yang diperoleh peneliti mengenai kemampuan siswa kelas VII dalam mengerjakan soal-soal TIMSS. Sekitar 36,5% siswa mampu mengerjakan soal knowing, 14,4% mengerjakan soal applying dan 13,5% mengerjakan soal reasoning. Soal studi pendahuluan, rubrik serta pengolahan data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1.2,1.3 dan 1.4.
Jika permasalahan ini dibiarkan tanpa adanya upaya perbaikan, maka berbagai kemampuan dan potensi siswa kemungkinan tidak akan terlatihkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran inquiry. Pembelajaran
inquiry memungkinkan untuk dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan (knowing), penerapan (applying) dan penalaran (reasoning).
Melalui pembelajaran inquiry siswa dihadapkan pada suatu fenomena dan dilatihkan untuk mengidentifikasi atau menyatakan suatu fakta, menghubungkan suatu konsep dengan fenomena yang diamati, memprediksi suatu keadaan atau pun menganalisis data hasil percobaan.
Menurut The National Science Education Standards (National Research Council,1996) dalam Influence of Inquiry-Based Science Interventions on Middle School Students’ Cognitive, Behavioral, and Affective Outcomes (2008, hlm. 1) pembelajaran inquiry memfasilitasi siswa dalam membangun pemahamannya sendiri. Siswa dilatihkan untuk mengidentifikasi masalah yang memerlukan penyelidikan, membuat hipotesis, merancang cara untuk menguji hipotesis tersebut, melakukan percobaan, menganalisis hasil dan membuat kesimpulan. Selain itu, menurut Nadelson, dkk. (2008, hlm.1) sekitar 35% dari 46 negara yang berpartisipasi dalam TIMSS 2003 menekankan untuk menerapkan inquiry
(13)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam jurnalnya yang berjudul Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes, Wenning (2005, hlm. 3) menjelaskan bahwa inquiry harus disampaikan secara sistematis agar proses transfer pengetahuan berjalan secara efektif. Pembelajaran inquiry
yang disampaikan secara langsung akan menimbulkan permasalahan pedagogik yang signifikan. Selain itu, pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan kegagalan dalam menghadirkan keterampilan proses yang penting, yang seharusnya diintegrasikan dalam pembelajaran. Akibatnya, guru gagal dalam mengembangkan pemahaman proses dan pengetahuan sains siswa (Wenning, 2010). Oleh karena itu, pembelajaran inquiry harus disampaikan secara hirearcy. Sebuah pembelajaran sains yang mengintegrasikan pemahaman melalui inquiry secara hirearcy dikenal sebagai levels of inquiry. Melalui pembelajaran levels of inquiry, guru akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses intelektual dan ilmiah secara lebih luas (Wenning, 2011, hlm. 9).
Penerapan levels of inquiry dalam pembelajaran fisika pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam skripsinya yang berjudul “Profil Kemampuan Inkuiri Dan Hasil Belajar Siswa SMK Melalui Penerapan
Levels of Inquiry Model”, Sari mengungkapkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan levels of inquiry mampu melatihkan kemampuan inkuiri siswa dengan rata-rata 87,97 dengan kategori baik dan hasil belajar siswa memperoleh nilai n-gain sebesar 0,37 dengan kategori sedang. Penelitian tersebut dan beberapa penelitian lain mengenai penerapan levels of inquiry dalam pembelajaran, tidak menggunakan semua tahapan levels of inquiry dalam setiap pertemuannya. Pada setiap pertemuannya, peneliti hanya menerapakan satu atau dua tahapan levels of inquiry.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan empat tahapan levels of inquiry dalam satu kali
(14)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran. Selain itu peneliti juga tertarik untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan kalor dengan alasan (1) berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru fisika di lokasi penelitian, diperoleh informasi bahwa kalor merupakan pokok bahasan yang dianggap paling sulit oleh siswa kelas VII;(2) karakteristik pokok bahasan kalor cocok diajarkan dengan levels of inquiry karena konsep, rumus maupun teori dalam pokok bahasan kalor dapat dibuktikan melalui penyelidikan ilmiah.
Karena belum adanya penelitian terdahulu mengenai penerapan empat tahapan levels of inquiry untuk setiap pertemuannya dan karakteristik pokok bahasan kalor cocok diajarkan dengan levels of inquiry, maka dalam kesempatan ini peneliti hendak melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Levels of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah belum terfasilitasinya proses pembelajaran yang melatihkan kemampuan pengetahuan (knowing), penerapan (applying) dan penalaran (reasoning). Hal ini mengakibatkan achievement siswa pada domain kognitif tersebut rendah. Peneliti mencoba menerapkan levels of inquiry yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan knowing, applying dan reasoning serta aspek-aspeknya. Maka variabel dalam penelitian ini yakni:
variabel bebas : levels of inquiry variabel terikat :achievement siswa.
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, batasan masalah dalam penelitian ini adalah levels of inquiry yang mengacu pada jurnal Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes (Wenning, 2005). Adapun tahapan levels of inquiry yang
(15)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan adalah discovery learning, interactive demonstration, inquiry lessons dan inquiry labs. Hal ini dikarenakan aspek-aspek domain kognitif
achievement yang diujikan dalam penelitian ini bersesuaian dengan aspek-aspek rudimentary skills sampai integrated skills yang dilatihkan pada tahap discovery learning sampai dengan inquiry labs. Selain itu, subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang tingkat berpikirnya sudah mulai memasuki hal-hal yang bersifat abstrak.
Achievement siswa yang dimaksud adalah achievement siswa yang mengacu pada kerangka penilaian TIMSS yang terdiri dari domain kognitif knowing, applying dan reasoning. Domain kognitif knowing
terdiri dari aspek recall, describe dan provide example. Domain kognitif
applying terdiri dari aspek compare, relate, use models, interprate information serta explain. Untuk domain kognitif reasoning aspek yang dimaksud adalah analyze, predict, desain investigation dan draw conclusion.
Siswa SMP yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Adapun materi kalor yang digunakan dibatasi pada pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat dan perpindahan panas.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan achievement siswa setelah diterapkannya
levels of inquiry?.
2. Bagaimana peningkatan achievement siswa pada domain kognitif
knowing, applying dan reasoning setelah diterapkannya levels of inquiry?.
(16)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana peningkatan achievement siswa untuk setiap aspek domain kognitif knowing, applying dan reasoning setelah diterapkannya levels of inquiry?.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. memperoleh gambaran tentang peningkatan achievement siswa setelah diterapkannya levels of inquiry;
2. memperoleh gambaran tentang peningkatan achievement siswa pada domain kogitif knowing, applying dan reasoning setelah diterapkannya levels of inquiry;
3. memperoleh gambaran tentang peningkatan achievement siswa pada setiap aspek domain kognitif knowing, applying dan
reasoning setelah diterapkannya levels of inquiry.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. sebagai bukti empiris mengenai peningkatan achievement siswa pada domain kognitif knowing, applying dan reasoning serta aspek-aspeknya setelah diterapkannya levels of inquiry;
2. sebagai rujukan bagi guru untuk menerapkan levels of inquiry di sekolah;
3. sebagai rujukan atau referensi bagi mahasiswa atau peneliti untuk penelitian sejenis.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I memaparkan tentang latar belakang penelitian yang berisikan alasan peneliti memilih masalah tersebut, pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, baik dari sisi teoritis maupun praktis. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai
(17)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
identifikasi masalah yang terdiri dari variabel penelitian dan batasan masalah. Kemudian rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika organisasi skripsi.
Bab II berisi tentang kajian pustaka yang berisi konsep, teori dalil, hukum, model, rumus serta turunannya dalam bidang yang dikaji yang berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan dan tujuan penelitian. Pada bab ini juga dipaparkan kerangka pemikiran terkait hubungan teoritis antar variabel penelitian. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti.
Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan, yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV berisi tentang hasil penelitian mengenai: peningkatan
achievement siswa secara umum, peningkatan achievement siswa pada domain kognitif knowing, applying dan reasoning serta peningkatan
achievement siswa pada setiap aspek domain kognitif knowing, applying
dan reasoning, dan keterlaksanaan levels of inquiry. Selain itu, pada bab ini juga dipaparkan pambahasan atau analisis mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh.
Bab V berisi tentang simpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan mengenai peningkatan achievement siswa secara umum, peningkatan achievement siswa pada domain kognitif knowing, applying
(18)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan reasoning. Selain itu, pada bab ini juga menjelaskan saran yang berupa penafsiran peneliti terhadap temuan dari penelitiannya.
(19)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMP Negeri di kota Bandung yang merupakan salah satu sekolah yang telah terakreditasi A dan termasuk ke dalam cluster satu. Memiliki laboratorium yang cukup luas, peralatan eksperimen yang cukup lengkap, serta kesesuaian antara konten dengan waktu penelitian merupakan beberapa alasan peneliti memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII yang berjumlah 334 orang.
Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan peneliti memilih purposive sampling
adalah kelas yang kemampuan setiap siswanya relatif homogen dan atas rekomendasi serta saran dari salah seorang guru fisika di lokasi penelitian. Adapun sampel penelitian yang dipilih berdasarkan pertimbangan di atas adalah siswa-siswi di kelas VII F.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Dalam penelitian ini terdapat
(20)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design
Alasan peneliti menggunakan desain penelitian ini adalah karena setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda sehingga kelas eksperimen tidak dapat dibandingkan dengan kelas kontrol. Adapun alur dari desain penelitian ini adalah siswa diberikan pretest yang berisi soal-soal kognitif mengenai pokok bahasan kalor. Kemudian siswa diberi
treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry,
setelah itu diberi posttest untuk mengetahui peningkatan achievement
siswa setelah diterapkannya levels of inquiry. Adapun langkah-langkah penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Menentukan sekolah untuk dijadikan objek penelitian, membuat surat perizinan dari universitas dan menghubungi pihak sekolah dan guru fisika untuk meminta perizinan ke sekolah tersebut.
b. Melaksanakan studi pendahuluan di sekolah berupa observasi kegiatan pembelajaran, wawancara siswa serta test kemampuan kognitif siswa berupa pemberian beberapa soal TIMSS.
O1 = nilai pretest
O2 = nilai posttest
X = treatment
(21)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Melakukan studi literatur mengenai hal-hal yang akan dikaji dan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.
d. Menentukan sampel penelitian.
e. Merumuskan masalah mengenai adanya ketidak sesuaian antara kondisi ideal dengan kondisi di lapangan.
f. Menentukan variabel penelitian serta metode penelitian. g. Menyiapkan Perangkat Pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
h. Membuat dan menyusun instrumen penelitian berupa test kemampuan kognitif serta keterlaksan levels of inquiry.
i. Membuat dan mencoba alat percobaan.
j. Menjudgment instrumen oleh tiga dosen fisika. k. Merevisi instrumen berdasarkan penilaian tim ahli.
l. Menunjukkan instrumen yang telah direvisi kepada tim ahli dan meminta tim ahli menilai instrumen yang telah dibuat secara kuantitaif.
m. Melakukan uji coba instrumen.
n. Mengolah hasil uji instrumen (validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pretest) kepada siswa berupa test kemampuan kognitif pada pokok bahasan kalor. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
b. Melakukan treatment levels of inquiry selama tiga pertemuan.
(22)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Selama diberikan treatment, siswa diberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
d. Untuk mengetahui keterlaksanaan levels of inquiry
dilakukan perekaman video dan penilaian observer pada Lembar Keterlaksanaan Levels of inquiry .
e. Memberikan tes akhir (post test) kepada siswa berupa test kemampuan kognitif pada pokok bahasan kalor. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan achievement
siswa setelah diterapkannya levels of inquiry.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah data pretest, posttest, keterlaksanaan levels of inquiry dan membuat transkrip video pembelajaran.
b. Menganalisis hasil penelitian berupa pretes, posttest serta keterlaksanaan levels of inquiry dan transkrip video.
c. Memberikan simpulan berdasarkan hasil penelitian.
d. Memberikan saran dan rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
Langkah-langkah penelitian tersebut disimpulkan seperti bagan pada Gambar 3.2
(23)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menentukan sekolah, membuat surat izin dan menghubungi pihak sekolah
Melakukan studi pendahuluan
Melakukan studi literatur
Menentukan sampel, masalah, variabel serta metode penlitian
Membuat perangkat pembelajaran, instrumen dan alat percobaan
Judgment instrumen dan revisi
Uji instrumen
Analisi butir soal dan revisi TAHAP
PENDAHULUAN
Pre test
Treatment levels of inquiry, video rekaman, lembar observasi,LKS
TAHAP PELAKSANAAN
(24)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Penentuan metode penelitian didasarkan pada rumusan masalah serta tujuan penelitian yang hendak dicapai. Karena dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan achievement
siswa setelah diterapkannya levels of inquiry, sehingga metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif. Dalam penelitian kuantitatif deskriptif, peneliti hanya menggambarkan atau mendeskripsikan hasil temuannya tanpa mengeneralkan. Generalisasi
(25)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hanya dilakukan untuk sampel dengan karakteristik yang hampir sama dengan sampel yang diambil oleh peneliti.
D. Definisi Operasional
1. Levels of Inquiry merupakan serangkaian pembelajaran inquiry yang merujuk pada jurnal Wenning (2005) yang berjudul Hirearki of Pedagogical Practices and and Inquiry Process. Levels of inquiry
terdiri dari discovery learning, interactive demonstration, inquiry lessons, inquiry labs, real world application, dan hyphothetical inquiry. Dalam penelitian ini, levels of inquiry yang digunakan adalah
discovery learning, interactive demonstration, inquiry lessons dan
inquiry labs. Hal ini dikarenakan aspek-aspek domain kognitif
achievement yang diujikan dalam penelitian ini bersesuaian dengan aspek-aspek rudimentary skills sampai integrated skills yang dilatihkan pada tahap discovery learning sampai dengan inquiry labs.
Selain itu, subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang tingkat berpikirnya sudah mulai memasuki hal-hal yang bersifat abstrak. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran levels of inquiry
digunakan lembar observasi dan video rekaman.
2. Achievement atau prestasi merupakan pencapaian yang diperoleh siswa pada ranah kognitif. Dalam penelitian ini, achievement yang dimaksud merujuk pada kerangka penilaian TIMSS 2015 yang terdiri dari domain kognitif knowing, applying dan reasoning serta aspek setiap domain kognitif tersebut. Setelah menganalisis kompetensi dasar dan kompetensi inti yang harus dicapai siswa, serta melihat karakteristik materi kalor, maka aspek domain kognitif yang diukur adalah recall, describe, provide example, compare, explain, use models, interprate information, relate, desain investigation, predict, analyze dan draw conclusion. Untuk menguji acheivement, siswa
(26)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diberikan tes kognitif dan untuk mengetahui peningkatannya dihitung dengan menggunakan efffect size setelah sebelumnya menghitung besar kolerasi antara baseline (pretest) dengan intervention (posttest).
E. Instrumen Penelitian 1. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Test diberikan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan achievement siswa pada pokok bahasan kalor. Selain itu, tes juga diberikan dalam studi pendahuluan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS.
Bentuk test yang digunakan dalam penelitian ini berupa pilihan ganda dan essay. Tes achievement ini diberikan dua kali yakni sebelum levels of inquiry diberikan (pretest) dan setelah levels of inquiry diberikan (posttest).
Sebelum digunakan dalam penelitian, 3 dosen ahli telah menjudgment instrumen ini, lalu diujikan kepada siswa kelas VIII untuk kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, pengecoh dan tingkat kesukaran.
2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran dan digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
levels of inquiry. Cara pengisian lembar observasi ini adalah dengan menggunakan cheklist skala Guttman (ya-tidak). Apabila aktivitas yang tercantum dalam lembar observasi terealisasi, maka observer
(27)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk aktivitas pembelajaran yang tidak terealisasi, observer akan memberikan checklist pada kolom tidak dan bernilai 0.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan sebagai alat untuk membantu siswa dalam memudahkan percobaan atau eksperimen yang dilakukan. Selain itu, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) juga digunakan untuk membantu peneliti dalam menganalisis temuannya. Untuk setiap pertemuannya, setiap kelompok diberikan satu Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
4. Transkip Video Pembelajaran Levels of Inquiry
Transkip video merupakan gambaran percakapan pembelajaran antara guru dengan siswa yang digunakan sebagai bahan untuk membantu peneliti menganalisis hasil temuan penelitiannya. Transkip video ini dibuat berdasarkan video pembelajaran yang diambil saat penelitian berlangsung.
F. Proses Pengembangan Instrumen
1. Desain Pengembangan Instrumen Achievement Berdasarkan Kerangka Penilaian TIMSS
Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan instrumen untuk mengukur achievement siswa berdasarkan kerangka penilaian TIMSS 2015. Instrument penelitian tes terdiri dari soal pilihan ganda dan essay yang memiliki skor yang berbeda untuk kedua jenis soal tersebut. Soal pilihan ganda mendapatkan skor 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan soal essay mendapatkan skor maksimal 2 dan minimal 0. Hal ini sesuai dengan kerangka penialaian TIMSS 2015 yang memberikan skor maksimal 1 untuk soal pilihan ganda dan 1 atau 2 untuk soal essay.
(28)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kerangka penilaian sains dalam TIMSS 2015 dibagi menjadi dua dimensi, yakni dimensi konten yang mengukur materi subjek dan domain kognitif yang mengukur proses berpikir siswa. Kedua domain tersebut tidak dinilai secara terpisah. Dalam penelitian ini, peneliti memilih domain konten fisika dengan topik perpindahan panas dan konduktivitas bahan, yang bersesuaian dengan salah satu kompetensi dasar fisika SMP kelas VII yakni kompetensi dasar 3.7, 4.10 dan 4.11.
Adapun domain kognitif yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari tiga domain kognitif knowing, applying dan reasoning
dengan rincian jumlah soal masing-masing adalah 12, 12 dan 10. Hal ini disesuaikan dengan persentase domain kognitif kerangka penilaian TIMSS 2015 untuk kelas delapan, yang terdiri dari 35% soal knowing, 35% soal applying dan 30% soal reasoning. Setelah melakukan analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar serta karakteristik dari pokok bahasan, berikut ini merupakan aspek domain kognitif yang akan diukur dalam penelitian ini.
a. Recall :Mengidentifikasi atau menyatakan suatu fakta, hubungan,dan konsep, mengidentifikasi karakteristik atau sifat-sifat organisme tertentu, bahan, dan proses.
b. Describe : Menggambarkan atau mengidentifikasi deskripsi sifat, struktur, dan fungsi organisme dan bahan, dan hubungan antara organisme, bahan, proses dan fenomena.
c. Provide Example: Memberikan atau mengidentifikasi contoh organisme, bahan, dan proses yang memiliki karakteristik tertentu dan mengklarifikasi pernyataan fakta atau konsep beserta contohnya.
(29)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Compare : Mengidentifikasi atau menggambarkan persamaan dan perbedaan antara kelompok organisme, bahan, atau proses. Membedakan serta mengklasifikasikan benda, bahan, organisme, dan proses berdasarkan karakteristik tertentu.
e. Relate : Menghubungkan atau mengaitkan pengetahuan konsep sains yang mendasari kepada keadaan atau benda atau perilaku yang diamati atau disimpulkan.
f. Use Models : Menggunakan diagram atau model lain untuk menunjukkan pengetahuan tentang konsep ilmu pengetahuan, untuk menggambarkan hubungan siklus proses, atau sistem, untuk menemukan solusi suatu masalah ilmu pengetahuan.
g. Interprate Information : Menggunakan pengetahuan tentang konsep-konsep ilmu untuk menafsirkan informasi yang berbentuk tabel, grafik, diagram,gambar,dll.
h. Explain : Menyediakan atau mengidentifikasi penjelasan terhadap hasil pengamatan atau fenomena alam dengan menggunakan konsep sains atau prinsip-prinsip sains
i. Analyze : Mengidentifikasi unsur-unsur dari masalah ilmiah dan menggunakan informasi , konsep , hubungan , dan pola data yang sesuai untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah.
j. Predict : Merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab oleh penyelidikan dan memprediksi hasil dari penyelidikan.
k. Design Investigations: Merencanakan penyelidikan atau prosedur yang tepat untuk menjawab pertanyaan ilmiah atau
(30)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengujian hipotesis , dan menggambarkan atau mengenali karakteristik penyelidikan yang dirancang dengan baik dalam hal variabel yang akan diukur dan dikontrol dan hubungan apa yang akan dihasilkan.
l. Draw Conclusions: Membuat kesimpulan yang valid atas dasar pengamatan ,bukti , dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmu pengetahuan , dan menarik kesimpulan yang tepat yang menjawab pertanyaan atau hipotesis , dan menunjukkan pemahaman tentang penyebab dan efek .
Setelah instrument achievement dibuat, selanjutnya dikonsultasikan dengan pembimbing dan dijudgmnet oleh tiga orang dosen fisika. Tiga orang dosen fisika tersebut diminta kesediaannya untuk mengecek kesesuaian antara soal dengan konsep, kesesuaian soal dengan kerangka penilaian TIMSS dan indikator serta aspek penyajian soal. Langkah selanjutnya adalah mengujikan instrument
tersebut ke lapangan. Secara lebih ringkas berikut ini merupakan tahapan rancanngan poembuatan instrument achievement
berdasarkan kerangka penilaian TIMSS: a. Studi literatur.
b. Menentukan dan merumuskan indikator aspek domain kognitif TIMSS
c. Membuat instrument achievement
d. Konsultasi dengan pembimbing e. Judgment oleh ahli
f. Uji lapangan
g. Analisis butir soal yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.
(31)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Adapun jenis validitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Validitas Isi (Konten Validity)
Validitas isi adalah validitas yang akan mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator, materi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir tes dinyatakan valid, jika butir-butir yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh validitas isi adalah dengan melihat soal-soal yang membentuk tes tersebut. Jika keseluruhan soal nampak mengukur apa yang seharusnya tes itu digunakan, maka validitas isi sudah terpenuhi. Cara lain yang dapat ditempuh untuk mengetahui validitas isi dari tes adalah dengan menyelenggarakan diskusi dengan ahli. Para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan tes yang diujikan diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam tes tersebut. Hasil-hasil diskusi tersebut selanjutnya dijadikan pedoman atau bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan isi atau materi tes tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti meminta tiga orang ahli untuk menjudgment instrumen yang telah dibuat. Tim ahli yang dimaksud merupakan 3 dosen jurusan pendidikan fisika, yakni Achmad Samsudin,S.Pd, M.Pd, Muhamad Gina Nugraha, S.Pd, M.Si dan Duden Saepuzaman,M.Pd.
(32)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketiga orang ahli tersebut diminta pendapatnya untuk mengecek kesesuaian antara soal dengan konsep, kesesuaian soal dengan kerangka TIMSS dan indikator serta aspek penyajian soal. Setelah dilakukan pengecekkan, penjudgment memberikan saran perbaikan dan penilaian terhadap soal tersebut dengan skala penilaian menggunakan skala kiraan (rating) dalam politomi. Lembar Judgment dan Format Penilaian dapat dilihat di Lampiran 3.1 dan 3.2.
Setelah tim ahli memberikan penilaian untuk instrumen yang telah dibuat, selanjutnya peneliti melakukan perhitungan validitas isi dengan menggunakan indeks V menurut Aikein. Adapun rumusan indeks V sebagai berikut.
� = −1
−1 N = jumlah � c = skor kategori tertingi
r = nilai rating yang diberikan ahli
2) Validitas Empiris
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Setelah instrumen dijudgment oleh para ahli, peneliti melakukan uji coba instrumen tersebut ke salah satu kelas VIII di SMP yang dijadikan lokasi penelitian. Hasil uji coba tersebut kemudian dihitung validitas butir soalnya dengan menggunakan teknik korelasi
product moment dengan angka kasar yang dikemukakan Pearson sebagai berikut :
(33)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= Σ − Σ Σ
( Σ 2− Σ 2( Σ 2− Σ 2
Dengan :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
= skor tiap butir soal = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan di atas, digunakan kategori validitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1Kategori Validitas
b. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
Koefisien Korelasi Kategori Validitas
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,60 Sedang 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah 0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah
(34)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Karena instrumen yang digunakan terdiri dari soal pilihan ganda dan essay, maka untuk menentukan reliabilitas kedua jenis soal tersebut menggunakan rumusan yang berbeda.
1) Pilihan Ganda
Reliabilitas soal pilihan ganda dihitung dengan menggunakan metode belah dua atau split-half method. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
Rumus produk moment dengan angka kasar dari Karl Pearson, yaitu :
11 12
= Σ�1�2− Σ�1 Σ�2 ( Σ�12− (Σ�1)2)( Σ�22−(Σx
2)2)
Dengan:
n : banyak subjek
x1 : kelompok data belahan pertama, dan
x2 : kelompok data belahan kedua
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen secara keseluruhan Spearman Brown mengemukakan rumus : 11 = 2 1 2 1 2
(1 + 1 2 1 2
) Di mana :
1 2 1 2
merupakan korelasi antara skor-skor setiap belahan tes dan 11merupakan koefisien reliabilitas
(35)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang sudah disesuaikan.
2) Essay
Reliabilitas soal essay dihitung dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
11
=
−1 1−
��2 ��2 Dengan :
r11 = reliabilitas yang dicari
��2=jumlah varians skor tiap-tiap item σi2=varians total
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan di atas, digunakan kategori reliabilitas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.2Kategori Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kategori reliabilitas
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,60 Cukup 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah 0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Tertulis
Tes tertulis diberikan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan achievement siswa setelah diterapkannya levels of inquiry. Selain itu, tes tertulis juga diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS.
(36)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada saat studi pendahuluan. Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa untuk mengetahui pembelajaran yang sering diterapkan di kelas, dan sebagai referensi untuk mengungkap permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas.
3. Observasi
Observasi dilakukan saat studi pendahuluan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran yang berlangsung di kelas. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa serta keterlaksanaan levels of inquiry saat penelitian berlangsung.
4. Metode Dokumentasi dengan Video Rekaman
Video rekaman dilakukan oleh seorang observer saat proses pembelajaran berlangsung. Setelah rekaman dilakukan, peneliti membuat trasnkrip video berdasarkan video rekaman tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan levels of inquiry
dan sebagai bahan atau referensi bagi peneliti dalam menganalisis hasil temuannya.
H. Analisis Data
1. Keterlaksanaan Levels of Inquiry
Keterlaksanaan levels of inquiry dilakukan dengan cara menghitung persentase setiap tahap pembelajaran yang dilakukan oleh
observer dari lembar observasi. Dengan rumus :
= ℎ � � �× 100%
Tabel 3.3Interpretasi keterlaksanaan levels of inquiry
(37)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 81%-100% Sangat baik
61%-80% Baik
41%-60% Cukup
21%-40% Kurang
0%-20% Sangat kurang
Selain itu, keterlaksanaan levels of inquiry juga dilakukan dengan melakukan transkip video rekaman yang dapat dijadikan sebagai bahan analisis peneliti terhadap hasil temuannya.
2. Tes Achievement
Tes achievement diolah dengan menggunakan tahapan sebagai berikut.
a. Pemberian skor pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan metode right only. Artinya, skor 1 akan diberikan kepada siswa yang menjawab benar, dan 0 untuk siswa yang menjawab salah. Total skor setiap siswa diperoleh dengan menghitung jawaban benar yang dijawab siswa yang dirumuskan sebagai berikut:
S = ∑R Keterangan:
S = Skor siswa
R = jawaban siswa yang benar
b. Pemberian skor essay ditentukan berdasarkan rubrik jawaban
essay yang telah dibuat. Skor maksimal untuk soal essay
adalah 2 dan minimal 0. Total skor tiap siswa dihitung dengan menjumlahkan skor yang diperoleh.
(38)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Penggabungan skor pilihan ganda dan essay dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh untuk soal pilihan ganda dan essay atau dengan menggunakan rumusan
Stotal = SPG + SE
Keterangan: Stotal = skor total
SPG = skor pilihan ganda
SE = skor essay
d. Menghitung korelasi antara baseline (pre test) dengan
intervention (post test) dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut:
= Σ − Σ Σ
( Σ 2− Σ 2( Σ 2 − Σ 2
Dengan :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
= skor tiap butir soal = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa
Nilai korelasi yang diperoleh kemudian diinterpretasi sesuai dengan Tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
(39)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,80-1,000 Sangat Kuat
Dengan menggunakan rumus di atas, selanjutnya peneliti dapat menentukan rumusan yang digunakan untuk menghitung besar
effect size.
e. Perhitungan efect size dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan achievement siswa setelah diterapkannya levels of inquiry. Jika nilai kolerasi yang diperoleh termasuk kategori kecil, maka rumusan Effect Size yang digunakan adalah sebagai berikut:
d = ( �− �) (�� �2+�� �2
2 d=effect size
MI= skor rata-rata intervention (post test)
MB= skor rata-rata baseline(pre test)
SDB= standar deviasi baseline
SDI= standar deviasi intervention
Namun, jika nilai kolerasi yang diperoleh termasuk kategori besar, rumusan effect size yang digunakan adalah sebagai berikut.
= ( �− �) ( ���
2 1− ) d=effect size
MI= skor rata-rata intervention (post test)
MB= skor rata-rata baseline(pre test) ��� =Pooled Standard Deviation r = nilai korelasi
(40)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Effect size yang diperoleh dari perhitungan kemudian diinterpretasi sesuai dengan pendapat Cohen bahwa effect size
0,20 termasuk ke dalam kategori kecil, 0,50 termasuk ke dalam kategori sedang dan 0,80 termasuk ke dalam kategori tinggi. Secara lebih terperinci dapat dilihat pada tabel interpretasi di bawah ini.
Tabel 3.5 Interpretasi effect size
Batasan (d) Kategori
≥0,80 Besar
≥0,50-<0,80 Sedang ≥0,20-<0,50 Kecil
≥0,00-<0,20 Dapat Diabaikan
f. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Dalam penelitian kuantitatif deskriptif, peneliti hanya menggambarkan atau mendeskripsikan hasil temuannya tanpa mengeneralkan. Generalisasi dapat dilakukan hanya untuk sampel dengan karakteristik yang hampir sama dengan sampel yang diambil oleh peneliti.
I. Hasil Uji Coba Instrumen
Setelah dilakukan uji coba instrumen, data kemudian diolah dengan menggunakan rumusan sebagaimana penjelasan sebelumnya. Hasil uji coba instrumen dijelaskan dalam Tabel 3.6.
(41)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6 Rekapan Hasil Uji Coba Instrumen Tes Achievement
No Validitas Ket No Validitas Ket
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,6 Cukup Dipakai 18 0,03 S-rendah Dibuang 2 -0,05 T-Valid Dibuang 19 0,42 Cukup Dipakai
3 0 T-Valid Dibuang 20 0,31 Rendah Dipakai
4 0,53 Cukup Dipakai 21 0,4 Rendah Dipakai
5 0,21 Rendah Dipakai 22 0,5 Cukup Dipakai
6 0,31 Rendah Dipakai 23 0,7 Tinggi Dipakai 7 0,36 Rendah Dipakai 24 0,56 Cukup Dipakai 8 0,001 S-rendah Dibuang 25 0,62 Tinggi Dipakai 9 0,2 S-rendah Dipakai 26 0,45 Cukup Dipakai 10 0,42 Cukup Dipakai 27 0,36 Rendah Dipakai 11 0,26 Rendah Dipakai 28 0,23 Rendah Dipakai
12 0 - Dibuang 29 0,40 Rendah Dipakai
13 0,66 Tinggi Dipakai 30 0,37 Rendah Dipakai 14 0,67 Tinggi Dipakai 31 0,33 Rendah Dipakai 15 0,34 Rendah Dipakai 32 0,51 Cukup Dipakai
(42)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16 0,37 Rendah Dipakai 33 0,11 S-rendah Dibuang 17 0,33 Rendah Dipakai 34 0,13 S-rendah Dibuang
Keterangan : T-Valid = Tidak Valid,S-rendah = Sangat Rendah,
Tabel 3.7 menyajikan distribusi soal berdasarkan aspek domain kognitif
knowing, applying dan reasoning.
Tabel 3.7 Distribusi Soal Tes Achievement berdasarkan aspek domain kognitif
knowing, applying dan reasoning No Domain
Kognitif
Aspek Domain Kognitif
Nomor Soal Jumlah Soal
Jumlah
1 Knowing Recall 1,2,17,27,28 5 12
2 Describe 15,29,30 3
3 Provide Example 7,19,23,26 4
4 Applying Compare 3,4,12,18 4 12
5 Relate 21,25 2
6 Use Models 10,33 2
7 Interprate
Information
5,11 2
(43)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 Reasoning Analyze 14,34 2 10
10 Predict 13,16,32 3
11 Design
Investigation
6,8,9 3
12 Draw Conclusion 20,31 2
Berdasarkan Tabel 3.7 terlihat bahwa proporsi jumlah soal untuk setiap aspek domain cukup distributif.
1. Validitas
Berikut ini merupakan hasil validitas butir soal pilihan ganda dan
essay dengan menggunakan microsoft exel.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Validitas Item Tes
Kategori Validitas
Nomor Soal Jumlah
Sangat tinggi
- 0
Tinggi 13,14,23, 25 4
Cukup 1,4,10,19,22,24,26,29,32 9 Rendah 5,6,7,11,15,16,17,20,21,
27,28,30,31
13
Sangat rendah
(44)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, diperoleh informasi bahwa 11,76% perangkat tes berada pada kategori tinggi, 26,5% pada kategori cukup, 38,2% pada kategori rendah dan 14,7% pada kategori sangat rendah. Pengolahan data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 3.4. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya menggunakan hasil uji instrumen, tapi juga penilaian ahli. Hal ini dikarenakan saat uji instrumen berlangsung, siswa mengerjakan dengan kurang serius dan alokasi waktu yang diberikan hanya 15 menit. Selain itu, peneliti mempercayakan kredibilitas tim ahli sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam menganalisis dan memutuskan hasil uji instrumen.
Adapun rekapan rata-rata penilaian ahli digambarkan pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Rekapan Validitas Penilaian Ahli
No Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Rata-
Rata Kategori
1 1 1 0,83 0,94 Sangat Tinggi
2 0,5 0,83 0,75 0,69 Tinggi
3 1 0,83 0,75 0,86 Sangat Tinggi
4 1 1 0,67 0,89 Sangat Tinggi
(45)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 0,92 0,92 0,58 0,81 Sangat Tinggi
7 1 0,83 0,75 0,86 Sangat Tinggi
8 1 1 0,75 0,92 Sangat Tinggi
9 0,92 1 0,58 0,83 Sangat Tinggi
10 0,92 1 0,67 0,86 Sangat Tinggi
11 0,92 1 0,67 0,86 Sangat Tinggi
12 0,75 0,75 0,67 0,72 Tinggi
13 1 1 0,75 0,92 Sangat Tinggi
14 1 1 0,83 0,94 Sangat Tinggi
15 0,75 1 0,67 0,81 Sangat Tinggi
16 0,92 1 1 0,97 Sangat Tinggi
17 0,83 0,92 0,92 0,89 Sangat Tinggi
18 0,75 0,92 0,83 0,83 Sangat Tinggi
19 0,83 0,92 0,75 0,83 Sangat Tinggi
20 0,92 1 0,75 0,89 Sangat Tinggi
21 0,83 0,83 0,67 0,78 Tinggi
22 0,92 1 0,92 0,95 Sangat Tinggi
23 0,92 1 0,83 0,92 Sangat Tinggi
24 0,92 1 0,75 0,89 Sangat Tinggi
25 0,92 0,83 1 0,92 Sangat Tinggi
26 0,75 1 0,92 0,89 Sangat Tinggi
27 1 0,67 0,83 0,83 Sangat Tinggi
Tabel 3.9 Rekapan Validitas Penilaian Ahli (Lanjutan)
No Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Rata-
Rata Kategori
28 0,92 1 0,83 0,92 Sangat Tinggi
(46)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30 1 1 0,67 0,89 Sangat Tinggi
31 1 1 0,92 0,97 Sangat Tinggi
32 0,83 1 0,75 0,86 Sangat Tinggi
33 1 1 0,83 0,94 Sangat Tinggi
34 0,92 1 0,83 0,92 Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa 8,82% dari 34 soal memiliki nilai validitas tinggi dan 91,18% dari 34 soal memiliki nilai validitas sangat tinggi, sehingga seluruh soal digunakan atau tidak ada soal yang dibuang. Pengolahan data penilaian ahli dapat dilihat di Lampiran 3.3 dan pengolahan validitas dapat dilihat di Lampiran 3.4.
2. Reliabilitas
Nilai reliabilitas soal pilihan ganda berdasarkan perhitungan rumus Spearman-Brown adalah 0,41 dengan kriteria cukup, sedangkan untuk soal
essay adalah 0,6 dengan kriteria cukup. Pengolahan data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 3.4.
(47)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan data maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Peningkatan achievement siswa setelah diterapkan levels of inquiry
berada pada kategori besar. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry
berkontribusi besar dalam meningkatkan achievement siswa. 2. Peningkatan achievement siswa pada domain kognitif knowing,
applying dan reasoning setelah diterapkan levels of inquiry berada pada kategori besar. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry
berkontribusi besar dalam meningkatkan achievement siswa pada domain kognitif knowing, applying dan reasoning.
3. Peningkatan achievement siswa pada aspek recall, provide example, dan draw conclusion setelah diterapkannya levels of inquiry berada pada kategori besar. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry berkontribusi besar dalam meningkatkan achievement
siswa pada aspek recall, provide example, dan draw conclusion. Peningkatan achievement siswa pada aspek describe, compare, interprate information, analyze,predict, dan design investigation
setelah diterapkannya levels of inquiry berada pada kategori sedang. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry berkontribusi sedang dalam meningkatkan achievement siswa pada aspek describe, compare, interprate information, analyze,predict, dan design investigation. Peningkatan achievement siswa pada aspek relate
(48)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan compare setelah diterapkannya levels of inquiry berada pada kategori kecil. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry berkontribusi kecil dalam meningkatkan achievement siswa pada aspek relate.
Peningkatan achievement siswa pada aspek explain setelah diterapkannya levels of inquiry berada pada kategori dapat diabaikan. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry tidak berkontribusi dalam meningkatkan achievement siswa pada aspek
explain. B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara lain:
1. Untuk para pengguna hasil penelitian, penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan untuk sampel yang memiliki karakteristik tertentu.
2. Untuk para peneliti selanjutnya, sebaiknya memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. harus memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik seperti membuat suasana kelas tetap kondusif selama pembelajaran dan memanage waktu dengan baik;
b. sebaiknya setiap kelompok diamati oleh seorang observer
sehingga pengamatan menjadi lebih fokus dan terlihat perkembangannya;
c. sebaiknya saat pembelajaran berlangsung, observer yang bertugas merekam video pembelajaran, memfokuskan pada salah satu kelompok, sehingga percakapan guru dan siswa menjadi lebih jelas. Namun, perekaman terhadap kelas pun tetap dilaksanakan;
(49)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. sebaiknya ketika menampilkan sebuah fenomena atau pun melakukan demonsrasi, dilengkapi dengan proyektor, sehingga fenomena ataupun demonstrasi yang dilakukan dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa;
e. sebaiknya materi untuk setiap aspek domain kognitif yang diujikan dibuat merata sehingga tidak terjadi dominasi materi tertentu pada salah satu aspek domain kognitif;
f. alangkah lebih baik jika menggunakan desain penelitian
pretest-posttest control group design, sehingga dapat dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk mengetahui peningkatan achievement siswa setelah diterapkannya levels of inquiry.
(50)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
(51)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L.R. (1980). Content Validity and Reliability Of Single Items or Questionnaires.Educational and Psychological Measurement, 40, hlm.955-959.
Algarabel&Dasi. (2001). The definition of achievement and the Construction of tests for its measurement: A review of the main trend. "Dirección General de Investigación Científica y Técnica (PB/97-1379)” from the Spanish Ministry of Education and Science.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Survei Internasional TIMSS. Jakarta:Kemdikbud.
International Association for Evaluation of International Achievement (2013). TIMSS 2015 Science Framework. Boston:IEA
Joyce,B. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jufri. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Megawati, E. (2013). Profil Kemampuan Inkuiri dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika. (Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mi’rajiyanti, Y. (2013). Penerapan Levels of Inquiry Model Pada Pembelajaran Fisika Untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa SMA Menurut New Taxonomy For Science Education. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nadelson, dkk. (2008). Influence of Inquiry-Based Science Interventions on Middle School Students’ Cognitive, Behavioral, and Affective Outcomes.[Online].Tersedia di:http://www.campbellcollaboration.org
(52)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu [Diakses 18 Mei 2014]
Napitupulu, E. (2009). Belajar Sains Jadi Asyik dan Menyenangkan. Kompas, 23 Februari.
Purwanto.(2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rofiah, dkk. (2013). Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 1 (2), hlm. 17-22.
Sapa’at, A. (2014). Kemana Arah Pendidikan Indonesia?. Republika Online, 27 Februari.
Sari,Fera. (2013). Profil Kemampuan Inkuiri Dan Hasil Belajar Siswa SMK Melalui Penerapan Levels of Inquiry Model. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sudaryono.2012.Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Graha Ilmu Sugiyono.2013.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif,Kualitatif,dan
R&D.Bandung:Alfabeta
Sukmadinata, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Susetyo,B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra Bandung
Wenning, C. (2005).Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiryprocesses. J. Phys. Tchr. Educ. Online
(53)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wenning,C. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”.J. Phys. Tchr. Educ. Online
Wilson,dkk. (2010).The Relative Effects and Equity of Inquiry-Based and Commonplace Science Teaching on Students’ Knowledge, Reasoning, and Argumentation,47(3),hlm. 276-301.
(1)
120
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan compare setelah diterapkannya levels of inquiry berada pada
kategori kecil. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry berkontribusi kecil dalam meningkatkan achievement siswa pada aspek relate. Peningkatan achievement siswa pada aspek explain setelah diterapkannya levels of inquiry berada pada kategori dapat diabaikan. Hal ini berarti bahwa levels of inquiry tidak berkontribusi dalam meningkatkan achievement siswa pada aspek explain.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara lain:
1. Untuk para pengguna hasil penelitian, penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan untuk sampel yang memiliki karakteristik tertentu.
2. Untuk para peneliti selanjutnya, sebaiknya memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. harus memiliki kemampuan mengelola kelas dengan baik seperti membuat suasana kelas tetap kondusif selama pembelajaran dan memanage waktu dengan baik;
b. sebaiknya setiap kelompok diamati oleh seorang observer sehingga pengamatan menjadi lebih fokus dan terlihat perkembangannya;
c. sebaiknya saat pembelajaran berlangsung, observer yang bertugas merekam video pembelajaran, memfokuskan pada salah satu kelompok, sehingga percakapan guru dan siswa menjadi lebih jelas. Namun, perekaman terhadap kelas pun tetap dilaksanakan;
(2)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. sebaiknya ketika menampilkan sebuah fenomena atau pun melakukan demonsrasi, dilengkapi dengan proyektor, sehingga fenomena ataupun demonstrasi yang dilakukan dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa;
e. sebaiknya materi untuk setiap aspek domain kognitif yang diujikan dibuat merata sehingga tidak terjadi dominasi materi tertentu pada salah satu aspek domain kognitif;
f. alangkah lebih baik jika menggunakan desain penelitian
pretest-posttest control group design, sehingga dapat
dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk mengetahui peningkatan achievement siswa setelah diterapkannya levels of inquiry.
(3)
122
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
(4)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L.R. (1980). Content Validity and Reliability Of Single Items or
Questionnaires.Educational and Psychological Measurement, 40,
hlm.955-959.
Algarabel&Dasi. (2001). The definition of achievement and the Construction of tests for its measurement: A review of the main trend. "Dirección
General de Investigación Científica y Técnica (PB/97-1379)” from the
Spanish Ministry of Education and Science.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Survei Internasional TIMSS. Jakarta:Kemdikbud.
International Association for Evaluation of International Achievement (2013).
TIMSS 2015 Science Framework. Boston:IEA
Joyce,B. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jufri. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Megawati, E. (2013). Profil Kemampuan Inkuiri dan Kemampuan Berpikir Logis
Siswa SMA Dalam Penerapan Levels of Inquiry Pada Pembelajaran
Fisika. (Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mi’rajiyanti, Y. (2013). Penerapan Levels of Inquiry Model Pada Pembelajaran Fisika Untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa SMA Menurut New
Taxonomy For Science Education. (Skripsi). Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Nadelson, dkk. (2008). Influence of Inquiry-Based Science Interventions on
Middle School Students’ Cognitive, Behavioral, and Affective
(5)
120
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu [Diakses 18 Mei 2014]
Napitupulu, E. (2009). Belajar Sains Jadi Asyik dan Menyenangkan. Kompas, 23 Februari.
Purwanto.(2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar Rofiah, dkk. (2013). Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 1 (2), hlm. 17-22.
Sapa’at, A. (2014). Kemana Arah Pendidikan Indonesia?. Republika Online, 27 Februari.
Sari,Fera. (2013). Profil Kemampuan Inkuiri Dan Hasil Belajar Siswa SMK
Melalui Penerapan Levels of Inquiry Model. (Skripsi). Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sudaryono.2012.Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Graha Ilmu Sugiyono.2013.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif,Kualitatif,dan
R&D.Bandung:Alfabeta
Sukmadinata, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Susetyo,B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra Bandung
Wenning, C. (2005).Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and
(6)
Ela Nurlaela, 2014
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Achievement Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Kalor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wenning,C. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”.J. Phys. Tchr. Educ. Online
Wilson,dkk. (2010).The Relative Effects and Equity of Inquiry-Based and
Commonplace Science Teaching on Students’ Knowledge, Reasoning,