STRUKTUR PENYAJIAN GONDANG HAROAN BORU PADA UPACARA PERKAWINAN HORJA GODANG HAROAN BORU MASYARAKAT MANDAILING DI DESA PORTIBI JULU KECAMATAN PORTIBI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA.

(1)

STRUKTUR PENYAJIAN GONDANG HAROAN BORU PADA

UPACARA PERKAWINAN HORJA GODANG HAROAN

BORU MASYARAKAT MANDAILING DI DESA

PORTIBI JULU KECAMATAN PORTIBI

KABUPATEN PADANG

LAWAS UTARA

SKRIPSI

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

YOHANA PERMATASARI SIMBOLON NIM. 209342070

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

YOHANA PERMATASARI SIMBOLON. NIM 209342070 “Struktur Penyajian

Gondang Haroan Boru Pada Upacara Perkawinan Horja Godang Haroan Boru

Masyarakat Mandailing Di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara”. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2014

Penelitian ini merupakan kajian mengenai gondang pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing di Desa Portibi Julu. Tujuan penelitian ini adalah membahas bentuk penyajian gondang, tata aturan dalam penyajian gondang pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing di Desa Portibi Julu yang dilaksanakan di tempat laki-laki yang disebut dengan horja godang haroan boru.

Dalam pembahasan penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti teori struktur, pengerian keberadaan, pengertian upacara perkawinan, pengertian gondang, pengertian penyajian, dan pengertian bentuk/komposisi musik pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing di desa Portibi Julu.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu pargondang (pemain musik), petuah adat dan penyelenggara pesta. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk penyajian Gondang Haroan Boru pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing di desa Portibi Julu terdapat beberapa Gondang Haroan Boru yang dimainkan sesuai dengan tor-tor didalamnya yaitu, tor-tor-tor-tor suhut bolon, tor-tor-tor-tor kahanggi, tor-tor-tor-tor anak boru, tor-tor-tor-tor raja panusunan bulung, tor-tor naposo nauli bulung, dan tor-tor namora pule (pengantin) dengan ritem gondang hampir sama jika didengar sekilas saja setelah diteliti ternyata memiliki ritem yang berbeda, yang sangat jelas perbedaannya terdapat pada lirik lagu dan melodi yang dinyanyikan oleh paronangnya (penyanyinya). Dalam Gondang ini paronangnya bukanlah orang yang bisa bernyanyi dengan baik sesuai dengan pitch (ketepan nada) melainkan siapa saja yang dapat menyampaikan petuah dalam onang-onang. Peranan Gondang Haroan Boru pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing di desa Portibi Julu sangat penting, karena Gondang ini merupakan media utama dalam pelaksanan pesta besar (horja godang). Tata aturan dalam penyajian Gondang Haroan Boru pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing di desa Portibi Julu dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu hari pertama disebut dengan panaek gondang, hari kedua disebut dengan mangalo-alo mora, dan pada hari ketiga disebut dengan patuaekkon.


(6)

iii DAFTAR ISI

ABSTRAK………..i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI ………....iii

DAFTAR FOTO………...vi

DAFTAR TABEL………vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ………... 6

C. Pembatasan Masalah ……….. 7

D. Rumusan Masalah ……….. 8

E. Tujuan Penelitian ……… 8

F. Manfaat Penelitian ……….. 9

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL … 10 A. Landasan Teoritis ……… 10

B. Teori Struktur ………... 10

C. Pengertian Keberadaan ……… 12

D. Pengertian Gondang ……… 13

E. Instrumen Gondang Haroan Boru ……….. 14


(7)

iv

2. Suling ……… 15

3. Tawak-tawak ……… 16

4. Ogung ……….. 17

F. Pengertian Upacara Perkawinan ………. 18

G. Pengertian Penyajian ……….. 19

H. Pengertian Bentuk/Komposisi Musik ………. 21

I. Kerangka Konseptual ………... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 23

A. Metodologi Penelitian………... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 25

C. Populasi dan Sampel………. 25

a. Populasi………. 25

b. Sampel……….. 26

D. Teknik Pengumpulan Data……… 26

1. Studi Kepustakaan……… 26

2. Observasi Lapangan……….. 28

3. Wawancara……… 28

4. Dokumentasi………. 29

E. Teknik Analisis Data………. 29

BAB IV PEMBAHASAN………. 31

A.Gambaran Desa Portibi Julu dan Penduduknya………. 31


(8)

v

2. Kondisi Demografis……… 32

3. Pendidikan Masyarakat……….. 33

4. Sosial dan Ekonomi Masyarakat……… 35

5. Agama Masyarakat………. 37

6. Sistem Kekerabatan Etnis Mandailing Di Desa Portibi……. 39

B.Upacara Adat Perkawinan Horja Godang Haroan Boru……….. 42

C.Struktur Penyajian Gondang Haroan Boru……….. 45

D.Komposisi Permainan Musik Gondang Haroan Boru…………. 62

a. Gondang Mangarak tu Bagas Godang ……….. 63

b. GondangMangalap Boru ……….. 66

c. Gondang Dalihan Natolu ……….. 71

d. Gondang Patuekkon ……….. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 77

A.Kesimpulan………. 77

B.Saran……… 78


(9)

DAFTAR FOTO

Foto 4.1. Tor-tor suhut bagian laki-laki ... 31

Foto 4.2. Tor-tor suhut bagian perempuan ... 31

Foto 4.3. Tor-tor Kahanggi bagian laki-laki ... 32

Foto 4.4. Tor-tor Kahanggi bagian perempuan ... 33

Foto 4.5. Tor-tor Anak Boru bagian laki-laki ... 34

Foto 4.6. tor-tor Anak boru bagian perempuan……… 34

Foto 4.7. Tor-tor Raja-raja Torbing Balok ... 35

Foto 4.8. Tor-tor Raja Panusunan Bulung... 37

Foto 4.9. Raja Panusunan Bulung saat ditutupi dengan ulos godang .... 37

Foto 4.10. Tor-tor Naposo Nauli Bulung ... 38

Foto 4.11. Tor-tor Namora Pule ... 40

Foto 4. 12. Gondang……… 41

Foto 4.13.Suling ... 42

Foto 4.14. Ogung……….. 42

Foto 4.15. Salah satu contoh busana adat Tapanuli Selatan ... 43

Foto 4.16. Suhut bagian laki-laki ,manorto panaek gondang ... 50

Foto 4.17 . Suhut bagian perempuan manortor panaek gondang ... 51

Foto 4.18 . Mangalap boru ... 52

Foto 4.19. Marosong-osong ... 53

Foto 4.20. tor-tor anak namboru dan boru tulang ... 54

Foto 4.21. Mangalap mora... 55

Foto 4.22. Mangalo-alo mora……… 55


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1Jumlah persentase suku yang ada di desa Sisundung ... 21 Tabel 4.2 Deskripsi tor-tor horja godang Tapanuli Selatan ... 44


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Data istilah sebutan sanak saudara

a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu

b. Ayak : Ayah sebagian ada juga yang memanggil Bapak c. Mamak : Ibu, sebagian ada juga yang memanggil omak d. Abang : saudara laki-laki yang lebih tua dari kita

e. Atak : saudara perempuan yang lebih tua dari kita, sebagian ada yang memanggil akkang

f. Anggi : saudara laki-laki atau perempuan yang lebih muda g. Iboto : sapaan yang lebih akrab biasa dipanggil kepada saudara

kita yang berlainan jenis, misalnya seorang perempuan memanggil saudara laki-lakinya dengan sebutan iboto, begitu juga dengan sebaliknya baik itu yang lebih muda maupun yang lebih tua.

h. Boru : anak perempuan i. Amang : anak laki-laki

j. Ambou : saudara perempuan dari Ayah, seorang istri juga

memanggil Ibu mertua dengan sebutan Ambou. Sebagian orang memanggil dengan sebutan Unden

k. Amangboru : Suami dari Ambou/Unden, ipar Ayah. Seorang istri juga memanggil Ayah mertua dengan sebutan Amangboru l. Tulang : Saudara laki-laki dari Ibu, seorang suami memanggil


(12)

Ayah mertua juga dengan sebutan Tulang

m. Nantulang : istri dari Tulang, seorang suami memanggil Ibu Mertua dengan sebutan Nantulang

n. Parumaen : istri anak laki-laki; istri dari keponakan laki-laki; anak perempuan dari saudara laki-laki (jika yang memanggil itu saudara perempuan)

o. Babere : panggilan kepada suami dari anak perempuan (jika yang memanggil itu saudara laki-laki)

p. Eda : panggilan kepada istri dari saudara laki-laki

q. Halak Bayo : panggilan kepada suami dari saudara perempuan suami kita, atau istri dari saudara laki-laki istri kita

r. Ipar : panggilan saudara laki-laki kepada suami dari saudara perempuannya atau besan laki-laki

s. Uda : adik dari Ayah

t. Nanguda : istri dari adik laki-laki

u. Uwak : abang dari Ayah, istri dari abang Ayah

v. Ayak Poso : panggilan kepada anak laki-laki dari saudara laki-laki (jika


(13)

Data Istilah sebutan dalam Adat Perkawinan Horja Godang Mandailing

a. Horja Godang : Pesta pernikahan yang dilaksanakan secara besar-besaran, Dihadiri oleh Dalihan Natolu yaitu Kahanggi, Anakboru Mora

b. Kahanggi : Kerabat langsung dari setiap orang Mandailing yang berasal dari Ayah yang sama atau memiliki marga yang sama sekalipun tidak berasal dari Ayah yang sama. Kahanggi merupakan kelompok yang terdiri atas orang orang yang memiliki satu marga yang sama. Dapat dikatakan, mereka ini adalah kumpulan Abang-Adik atau Adik-Kakak.

c. Anakboru : Sebutan kepada pihak yang memperistri anak perempuan dari setiap keluarga orang Mandailing. Boru dalam bahasa Mandailing berarti Anak Perempuan. Dalam konteks ini, boru tidak diartikan semata-mata hanya sebagai penunjuk jenis kelamin, tetapi ingin menunjukkan pihak yang memperistri anak perempuan etnis Mandailing d. Mora : Keluarga dari istri (pemberi istri), yakni orang tua

kandung dari istri dan juga semua orang Mandailing yang memiliki marga yang sama dengan marga istri, yaitu: Orangtua, Kakak atau Adik laki-laki dari istri serta semua orang Mandailing yang memiliki marga yang sama dengan nama marga dari istri.


(14)

e. Martahi Sabagas : Musyawarah yang dihadiri oleh seluruh

saudara kandung baik dipihak pria maupun

perempuan

f. Martahi Sahuta : Musyawarah yang dihadiri oleh seluruh masyarakat yang bermukim di daerah tersebut Baik dipihak pria maupun perempuan

g. Martahi Godang/Bolon : Musyawarah yang dihadiri oleh Raja adat

dari beberapa desa/luat dan Raja

Panusunan Bulang

h. galanggang : Tempat manortor pada Horja Godang

i. Panaek Gondang Haroan Boru : Gondang pembuka awal Horja Godang

Haroan Boru

j. Namora Pule : Pengantin yang biasa disebut dalam Horja k. Pargondang : Pemain musik yang disebut dalam Horja l. Paronang-onang : Penyanyi yang biasa disebut dalam Horja m.Marbagas : 1. Dengan Adat : yang mengikuti aturan

aturan adat Masyarakat Mandailing yang berpatokan pada Dalihan Natolu


(15)

terjadi namun tetap mengikuti Dalihan Natolu : ketika pengantin dari pihak pria melangkahi saudaranya yang pria maka pengantin tersebut hanya dapat

melaksanakan pernikahan akad nikahnya saja. Tetapi setelah saudara laki-laki yang dilangkahi sudah menikah, maka adat tersebut dapat dilaksanakan.

Sementara bila saudara perempuan yang dilangkahi, maka tidaklah menjadi masalah untuk mengadakan Horja Godang Haroan Boru.

m.Mangarak tu Bagas Godang : membawa pengantin dari Horbangan ke Bagas Godang

n. Bagas Godang : Rumah kebesaran/rumah suhut atau

rumah dari pihak pria

o. mangalo-alo mora : menyambut mora atau menyambut kedatangan dari pihak perempuan baik baik Kahanggi, dan Anakboru

p. Patuekkon : Kedua pengantin yang diiringi dengan gondang haroan boru dibawa ketapian raya bangunan


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara multicultural (suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya) dan multilingual (mampu memakai lebih dari dua bahasa) karena dikenal dengan kekayaan dan keberagaman budayanya yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain. Sumatera Utara, salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Terdiri dari berbagai suku dan etnis yang masih mempertahankan budaya tradisional. Salah satunya adalah suku Mandailing yang mendiami Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara. Masyarakat Mandailing masih memegang teguh dan menjalankan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat Mandailing ada beberapa peristiwa yang selalu diikuti dengan upacara adat tradisional, antara lain: memasuki rumah baru, kelahiran anak, perkawinan dan kematian. Acara-acara ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: upacara yang bersifat kegembiraan disebut dengan siriaon dan upacara yang bersifat kemalangan disebut siluluton.

Upacara perkawinan dalam masyarakat Mandailing dilaksanakan dengan berbagai upacara adat baik di rumah pengantin wanita (boru na ni oli) maupun pengantin pria (bayopangoli). Perhelatan perkawinan adat Mandailing berlangsung dengan sederet upacara adat yaitu Mangaririt boru (menyelidiki keadaan perempuan sebagai calon isteri oleh pihak calon suami), Padamos hata


(17)

2

(penentuan hari peminangan), Patobanghata (upacara peminangan), Manulak sere (penyerahan kewajiban/syarat-syarat perkawinan dari pihak calon suami), Upacara perkawinan, Mangalehan manganpamunan (memberi makan terakhir kepada calon isteri oleh orang tuanya sebelum meninggalkan rumah orangtuanya), Horja pabuat boru (upacara pelepasan pengantin wanita), Horja (perhelatan perkawinan di rumah pengantin pria), dan Mangupa (upacara pemberian nasihat-nasihat perkawinan). Horja/Perhelatan perkawinan di rumah pengantin pria berlangsung dengan sederet upacara adat yang tidak jauh berbeda dengan upacara adat perkawinan di rumah pengantin wanita. Diawali dari Marpokat haroan boru (mufakat menyambut pengantin wanita), Panaek gondang (memasak santan sebelum gendang ditabuh pertama kalinya), Mangalo-alo Mora (menyambut besan dari pihak pengantin perempuan), kemudian barulah tiba puncak upacara adat Mata ni horja, yaitu sebuah perhelatan besar upacara perkawinan di mana raja-raja dan dalihan na tolu akan manortor dan markobar. Pada penjelasan mengenai perhelatan perkawinan adat Mandailing berlangsung dengan sederet upacara adat baik di rumah pengantin wanita (boru na ni oli) maupun pengantin pria (bayopangoli), peneliti hanya akan memfokuskan penelitiannya pada saat perhelatan berlangsung dirumah pengantin pria. Adat ini merupakan salah satu kebudayaan yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Mandailing yang berada di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.

Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama-sama oleh sebuah kelompok manusia yang diwariskan secara turun


(18)

3

temurun dari generasi kegenerasi yang selalu dipengaruhi oleh norma adat istiadat yang berlaku dalam masyrakat. Kebudayaan bagi bangsa Indonesia juga tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyrakat diseluruh daerah Indonesia, disetiap daerah pasti memiliki ciri khas kebudayaan tersendiri. Dan ciri khas budaya itu sendiri terbentuk dari banyak unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan kesenian yang terdapat pada daerah itu sendiri. Kesenian merupakan salah satu tiang yang menopang keberadaan masyarakat dalam berbagai upacara-upacara yang terdapat ditengah-tengah masyarakat seperti upacara keagamaan (religi), upacara adat perkawinan, upacara adat kematian, upacara muda-mudi, upacara pemberian nama, upacara masuk rumah baru dan berbagai macam aktifitas masyarakat lainnya. Kesenian merupakan sarana komunikasi baik dengan warga masyarakat maupun alam semesta. Kesenian juga merupakan salah satu produk budaya yang dalam kehidupannya selalu tidak pernah lepas dari masyrakat. Kesenian merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam kebudayaan. Jadi, kesenian adalah aktifitas dari masyarakat itu sendiri yang hidup dan berkembang.

Menurut Wardana (1987:5) “Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia”. Dengan demikian masyarakat memegang peranan penting dalam penyangga kebudayaan, salah satunya adalah seni musik.

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang sangat penting bagi masyarakat setiap suku atau etnis, begitu juga dengan masyarakat Mandailing khususnya di desa Portibi Julu yang merupakan salah satu Desa yang ada di


(19)

4

Kabupaten Padang Lawas Utara yang memiliki kesenian dengan ciri khasnya sendiri yang disesuaikan dengan sistem kekerabatan, norma dan adat istiadatnya. Sementara kesenian bagi masyarakat Mandailing tentu memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik itu seni tari, seni musik, seni anyam, dan lain-lain. Masyarakat Mandailing menyebut musik tradisional

mereka dengan ungkapan uning-uningan ni ompunta na jumolo

sunduti”.Artinya, seni musik dari para leluhur, yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satu seni yang terdapat pada masyarakat Mandailing khususnya di desa Portibi Julu adalah seni musik yang dilakukan pada upacara adat Horja Godang Haroan Boru yaitu Gondang yang berperan penting pada upacara adat perkawinan, salah satu di antaranya adalah Gondang. Gondang pada masyrakat Mandailing digunakan hanya pada saat acara tertentu seperti pesta perkwinan, acara penyambutan tamu-tamu terhormat, memasuki rumah baru atau acara kelahiran anak (aqiqah). Gondang yang dibicarakan disini adalah Gondang yang dilakukan pada saat upacara perkawinan Horja Godang Haroan Boru (datangnya pengantin/ Horja godang untuk perkawinan). Gondang hanya digunakan pada perkawinan yang besar yang disebut dengan Horja Godang, dan pada saat itulah Margondang dilaksanakan. Margondang adalah sebutan untuk pesta atau pelaksanaan Horja godang (pesta besar). Horja godang (pesta besar) dan Margondang adalah perangkat adat di Kabupaten Padang Lawas Utara khususnya di desa Portibi Julu kecamatan Portibi yang tidak bisa dipisahkan. Gondang Haroan Boru adalah suatu jenis musik persembahan atau musik pembuka untuk


(20)

5

sidang adat, juga musik pengiring tor-tor pada saat pengantin wanita (Boru) datang ketempat pihak laki-laki untuk mendatangkan tuah (keberuntungan) untuk kehidupan rumah tangga yang akan dijalankannya kelak. Boru (anak perempuan) yang bertuah adalah istri yang akan melahirkan anak keturunan yang baik-baik.

Jadi pandangan adat tidak terbatas hanya kepada pesta itu saja, tetapi menjangkau keturunan pihak lelaki untuk masa yang akan datang jauh dikemudian hari. Jelasnya Boru (anak perempuan) dalam pandangan adat adalah pembawa tuah dan yang sudah jelas terjadi pada perkawinan itu, sang boru telah menyatukan kedua belah pihak keluarga besar pihak laki-laki dan pihak boru. Sedang pengikatan kekeluargaan yang seperti itu adalah sasaran utama dari adat itu sendiri. Inilah sebabnya dalam pesta perkawinan masyarakat Mandailing disebut pesta (Horja) Haroan Boru. Pada masyarakat Mandailing yang dilaksanakan pada saat upacara perkawinan Horja Godang Haroan Boru lebih sering dilaksanakan selama satu hari satu malam, tiga hari tiga malam, atau tujuh hari tujuh malam. Jika tidak ada horja godang maka margondang pun tidak akan dilaksanakan.

Oleh karena uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masyarakat batak mandailing dengan judul “Struktur Penyajian Gondang Haroan Boru Pada Upacara Perkawinan Horja Godang Haroan Boru Masyarakat Mandailing Di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ”.


(21)

6

B.Identifikasi Masalah

Dari Uraian latar belakang yang sudah ditulis diatas, menimbulkan beberapa masalah yang perlu diidentifikasi.Maka penulis perlu melakukan identifikasi masalah agar masalah penelitian tidak terlalu luas. Permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keberadaan Gondang haroan boru pada masyrakat batak Mandailingdi Desa Portibi Julu?

2. Apakah pengertian dari Gondang haroan boru ?

3. Bagaimanakah fungsi masing-masing dari instrument dalam komposisi Gondang haroan boru pada saat pada upacara perkawinan Horja Godang Haroan Borumasyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ?

4. Bagaimana struktur penyajian Gondang haroan boru pada horja godang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ?

5. Bagaimanakah pengembangan alur melodi Gondang haroan boru pada upacara perkawinan Horja Godang Haroan Borumasyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ?

6. Gondang apa sajakah yang di pakai pada upacara perkawinan Horja Godang Haroan Boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ?


(22)

7

7. Bagaimanakah cara memainkan alat music Gondang haroan boru pada upacara perkawinan Horja Godang Haroan Boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ?

8. Bagaimanakah teknik dan bentuk komposisi Gondang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ?

C.Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dan untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulis, maka penulis mengadakan batasan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini, yakni dengan pendapat Surahmad (1982:31) yang mengatakan bahwa “Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas, tidak perlu dapakai sebagai masalah pendidikan, oleh karena tidak jelas batasa-batas masalahnya”.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah keberadaan Gondang haroan boru pada masyrakat batak Mandailingdi Desa Portibi Julu?

2. Bagaimana struktur penyajian dan bentuk komposisi Gondang haroan boru pada horja godang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara?


(23)

8

D.Rumasan Masalah

Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban. Bardasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Struktur Penyajian Gondang Haroan Boru Pada Upacara Perkawinan Horja Godang Haroan Boru Masyarakat Mandailing Di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara”.

E.Tujuan Penelitian

Setelah menguraikan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah. Maka peneliti menyebutkan secara spesifik maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah :

1. Mengetahui bagaimana keberadaan Gondang haroan boru pada masyrakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu

2. Mengetahui Bagaimana struktur penyajian Gondang haroan boru pada horja godang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

3. Mendeskripsikan bagaimana bentuk komposisi Gondang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara


(24)

9

F. Manfaat penelitian

1. Menambah wawasan peneliti dalam menuangkan gagasan, dan ide kedalam karya tulis

2. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan dalam mengenal dan mengerti Gondang haroan boru pada masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

3. Sebagai bahan masukan bagi generasi muda akan pentingnya melestarikan dan menghormati budaya yang ada di daerah kita sendiri maupun daerah lainnya

4. Sebagai bahan referensi sumbangan pemikiran penulis untuk perkembangan dalam penelitian selanjutnya

5. Sebagai bahan tambahan ilmu pengetahuan mengenai masyarakat batak mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

6. Sebagai media informasi untuk suatu kesenian yang berada di Kabupaten Padang Lawas Utara


(25)

83 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Banyak hal yang dapat dicatat dari kegiatan penelitian terhadap Struktur Penyajian Gondang Haroan Boru pada Upacara Adat Perkawinan Horja Godang Masyarakat Mandailing di Desa Portibi Julu. Catatan ini di samping untuk memenuhi syarat sebagai akademis dan mendapatkan Gelar Sarjana, juga sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat di luar Desa Portibi julu bahkan bisa dikatakan di luar Kabupaten Padang Lawas Utara, bahwa di Desa Portibi Julu terdapat Gondang haroan Boru yang menjadi cirri khas kebudayaan etnis Mandailing yang menetap di Desa Portibi julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

A.Kesimpulan

1. Etnis yang terdapat di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah Batak, Jawa, Melayu, Minang, dan Aceh. Masyarakat asli Desa Portibi Julu adalah etnis Melayu, namun penduduk terbanyak yang mendiami Desa Portibi Julu adalah etnis Batak.

2. Upacara Adat Perkawinan Horja Godang di laksanakan dengan berlandaskan system kekerabatan masyarakat Mandailing, yaitu system kekerabatan Dalihan Na Tolu (Tungku yang terdiri dari tiga batu). Hal ini


(26)

84

memaksudkan suatu kolaborasi yang erat dan menyatu antar sesame suku Mandailing. Tiga Batu penyanggah itu tampil sebagai pondasi dari setiap proses interaksi satu sama lain dalam hidup bersama. Ibarat tiga Tungku yang menyanggah beban di atasnya begitu juga masyarakat Mandailing yang selalu tolong menolong dalam berbagai hal dan selalu saling menghormati. Adapun bagian-bagian dari Dalihan Na Tolu adalah Kahanggi, Anak Boru, dan Mora.

3. Tata cara pelaksanaan upacara adat perkawinan Horja Godang di Desa Portibi Julu dilaksanakan selama tiga hari tiga malam yang dihadiri oleh Raja Panususnan Bulung (Raja dari kampong/daerah yang melaksanakan Horja Godang), dan Raja Luat (Raja dari daerah/kampong lain).

B.Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian upacara adat perkawinan Horja Godang masyarakat Mandailinng di Desa Portibi Julu sudah banyak mengalami perubahan, dikarenakan banyaknya etnis yang mendiami Desa Portibi Julu tersebut, perlu diperhatikan bagi para raja adat agar perubahannya tidak terlalu meluas dan terlalu jauh dari Adat-istiadat etnis Mandailing itu sendiri. 2. Dalam pembahasan ini peneliti sangat sulit untuk mendapatkan buku

tentang masyarakat Mandailing sebagai bahan referensi, oleh karena itu sangat diharapkan kepada para petuah adat (orang yang mahir dan mengerti


(27)

85

tentang adat-istiadat etnis Mandailing) untuk menuangkan ilmunya tentang adat-istiadat etnis Mandailing kedalam tulisan, agar tidak punah begitu saja, seiring dengan berjalannya waktu.


(28)

86

DAFTAR PUSTAKA

Buku Yayasan Manula Glamur Tanpa Tahun : 88

Banoe, Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius

Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pohan, Fitriani. 2010. Tor-Tor Tepak Pada Upacara Adat Perkawinan Horja Godang Masyarakat Mandailing Di Labuhan Batu. Skripsi, Medan: Universitas Negeri Medan.

Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Supranto, 2008. Proposal Penelitian dan Contoh. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian . Jakarta: Alfabeta.

Siregar, Panangaran. 2002. Panguhalan Bisuk Adat Budaya Daerah Tapanuli Selatan. Medan : Binawah.

W.J.S Poerwodarmata, 1966. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Wikipedia http//:www.kebudayaan-kebudayaan Mandailing.com/16 Juli 2013/19:00

http://struktur pertunjukkan.com/18 Juli 2013/15:45

http://www.Mandailing.go.id/

http://horjagodang.blogspot.com/13 Agustus 2013/21:00

http://id.wikipedia.org/wiki/gondang.comhttp://zulen.blogspot.com/2013_10_01_ archive.htl


(1)

D.Rumasan Masalah

Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban. Bardasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Struktur Penyajian Gondang Haroan Boru Pada Upacara Perkawinan Horja Godang Haroan Boru Masyarakat Mandailing Di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara”.

E.Tujuan Penelitian

Setelah menguraikan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah. Maka peneliti menyebutkan secara spesifik maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah :

1. Mengetahui bagaimana keberadaan Gondang haroan boru pada masyrakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu

2. Mengetahui Bagaimana struktur penyajian Gondang haroan boru pada horja godang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

3. Mendeskripsikan bagaimana bentuk komposisi Gondang haroan boru masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara


(2)

F. Manfaat penelitian

1. Menambah wawasan peneliti dalam menuangkan gagasan, dan ide kedalam karya tulis

2. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan dalam mengenal dan mengerti Gondang haroan boru pada masyarakat batak Mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

3. Sebagai bahan masukan bagi generasi muda akan pentingnya melestarikan dan menghormati budaya yang ada di daerah kita sendiri maupun daerah lainnya

4. Sebagai bahan referensi sumbangan pemikiran penulis untuk perkembangan dalam penelitian selanjutnya

5. Sebagai bahan tambahan ilmu pengetahuan mengenai masyarakat batak mandailing di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

6. Sebagai media informasi untuk suatu kesenian yang berada di Kabupaten Padang Lawas Utara


(3)

83

Banyak hal yang dapat dicatat dari kegiatan penelitian terhadap Struktur Penyajian Gondang Haroan Boru pada Upacara Adat Perkawinan Horja Godang Masyarakat Mandailing di Desa Portibi Julu. Catatan ini di samping untuk memenuhi syarat sebagai akademis dan mendapatkan Gelar Sarjana, juga sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat di luar Desa Portibi julu bahkan bisa dikatakan di luar Kabupaten Padang Lawas Utara, bahwa di Desa Portibi Julu terdapat Gondang haroan Boru yang menjadi cirri khas kebudayaan etnis Mandailing yang menetap di Desa Portibi julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara.

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

A.Kesimpulan

1. Etnis yang terdapat di Desa Portibi Julu Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara adalah Batak, Jawa, Melayu, Minang, dan Aceh. Masyarakat asli Desa Portibi Julu adalah etnis Melayu, namun penduduk terbanyak yang mendiami Desa Portibi Julu adalah etnis Batak.

2. Upacara Adat Perkawinan Horja Godang di laksanakan dengan berlandaskan system kekerabatan masyarakat Mandailing, yaitu system kekerabatan Dalihan Na Tolu (Tungku yang terdiri dari tiga batu). Hal ini


(4)

memaksudkan suatu kolaborasi yang erat dan menyatu antar sesame suku Mandailing. Tiga Batu penyanggah itu tampil sebagai pondasi dari setiap proses interaksi satu sama lain dalam hidup bersama. Ibarat tiga Tungku yang menyanggah beban di atasnya begitu juga masyarakat Mandailing yang selalu tolong menolong dalam berbagai hal dan selalu saling menghormati. Adapun bagian-bagian dari Dalihan Na Tolu adalah Kahanggi, Anak Boru, dan Mora.

3. Tata cara pelaksanaan upacara adat perkawinan Horja Godang di Desa Portibi Julu dilaksanakan selama tiga hari tiga malam yang dihadiri oleh Raja Panususnan Bulung (Raja dari kampong/daerah yang melaksanakan Horja Godang), dan Raja Luat (Raja dari daerah/kampong lain).

B.Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian upacara adat perkawinan Horja Godang masyarakat Mandailinng di Desa Portibi Julu sudah banyak mengalami perubahan, dikarenakan banyaknya etnis yang mendiami Desa Portibi Julu tersebut, perlu diperhatikan bagi para raja adat agar perubahannya tidak terlalu meluas dan terlalu jauh dari Adat-istiadat etnis Mandailing itu sendiri. 2. Dalam pembahasan ini peneliti sangat sulit untuk mendapatkan buku

tentang masyarakat Mandailing sebagai bahan referensi, oleh karena itu sangat diharapkan kepada para petuah adat (orang yang mahir dan mengerti


(5)

tentang adat-istiadat etnis Mandailing) untuk menuangkan ilmunya tentang adat-istiadat etnis Mandailing kedalam tulisan, agar tidak punah begitu saja, seiring dengan berjalannya waktu.


(6)

86

DAFTAR PUSTAKA

Buku Yayasan Manula Glamur Tanpa Tahun : 88

Banoe, Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius

Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pohan, Fitriani. 2010. Tor-Tor Tepak Pada Upacara Adat Perkawinan Horja Godang Masyarakat Mandailing Di Labuhan Batu. Skripsi, Medan: Universitas Negeri Medan.

Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Supranto, 2008. Proposal Penelitian dan Contoh. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian . Jakarta: Alfabeta.

Siregar, Panangaran. 2002. Panguhalan Bisuk Adat Budaya Daerah Tapanuli Selatan. Medan : Binawah.

W.J.S Poerwodarmata, 1966. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Wikipedia http//:www.kebudayaan-kebudayaan Mandailing.com/16 Juli 2013/19:00

http://struktur pertunjukkan.com/18 Juli 2013/15:45

http://www.Mandailing.go.id/

http://horjagodang.blogspot.com/13 Agustus 2013/21:00

http://id.wikipedia.org/wiki/gondang.comhttp://zulen.blogspot.com/2013_10_01_ archive.htl