PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU : Penelitian subjek tunggal pada anak tunarungu kelas iii di sd mutiara bunda bandung.

12/S1-PKh/Agustus-Karyawan/2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA
ANAK TUNARUNGU
(Penelitian Subjek Tunggal pada Anak Tunarungu Kelas III
di SD Mutiara Bunda Bandung)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Khusus

Oleh
NENI DEWI ISNAENI
1004964

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA
ANAK TUNARUNGU
(Penelitian Subjek Tunggal Pada Anak Tunarungu Kelas III
di SD Mutiara Bunda Bandung)

Oleh:
Neni Dewi Isnaeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Neni Dewi Isnaeni 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

ulang, dicopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK
TUNARUNGU
(Penelitian Subjek Tunggal pada Anak Tunarungu Kelas III
di SD Mutiara Bunda Bandung)

Oleh:
Neni Dewi Isnaeni
1004964
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I

Drs. Endang Rusyani, M.Pd
NIP.195705101985031003

Pembimbing II


Dr. Nia Sutisna, M.Si
NIP.195701311986031001

Mengetahui,
Ketua Departeman Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd
NIP.195607221985031001

ABSTRAK
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA
ANAK TUNARUNGU
(Penelitian Subjek Tunggal pada Anak Tunarungu Kelas III
di SD Mutiara Bunda Bandung)

Dampak dari kehilangan pendengaran pada anak tunarungu yaitu terhambatnya
perkembangan bahasa. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan membaca yang
rendah. Salah satu cara yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan
membaca pada anak tunarungu adalah dengan menggunakan teknik membaca

ideovisual. Kelebihan dari teknik ini adalah anak tidak harus kenal huruf dahulu
tapi langsung membaca kata atau kalimat yang berdasarkan bacaan percakapan
yang sudah dipahaminya karena merupakan ide/pikiran ataupun pengalaman anak
sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan menggunakan desain penelitian subjek tunggal (single subject research),
dengan desain A-B-A. Desain A-B-A ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap
baseline-1 (A-1), intervensi (B) dan baseline-2 (A-2). Hasil dari penelitian ini
adalah terdapat peningkatan kemampuan membaca permulaan pada subjek. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan mean level subjek untuk membaca kata
mengalami peningkatkan dari 53,3 pada fase baseline-1(A-1) menjadi 79 pada
fase intervensi (B). Mean level subjek untuk membaca kalimat sederhana
mengalami peningkatan dari 40 pada fase baseline-1 (A-1) menjadi 76,8 pada
fase intervensi (B). Penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi para
pendidik untuk dapat menggunakan teknik membaca ideovisual dalam
pembelajaran membaca permulaan pada anak tunarungu di sekolah.
Kata kunci: Teknik Membaca Ideovisual, Membaca Permulaan, Tunarungu

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT
APPLYING OF IDEOVISUAL READING TECHNIQUE IN IMPROVING
READ ABILITY START IN IMPROVING ABILITY THE DEAF CHILD
(Research Single Subject The Deaf Child Class III in SD Mutiara Bunda
Bandung)
The impact of hearing loss at The Deaf Child is pursuing of growth of the
Ianguage. Including in it is ability to read the lowering. One of the done ways to
be able to improve reading ability at The Deaf Child is by using ideovisual
reading technique. Excess of this technique is child don't have to recognize the
letter ahead direct to but read the sentence or word pursuant to conversation
reading which have been comprehended it because the idea or experience of child
alone. The method used in this research is experiment method by using design
research single subject (single subject research), with design A-B-A. Design A-BA this consist of three step that is phase baseline-1 (A-1), intervention (B) and
baseline-2 (A-2). Result of from this research is there is improvement of reading
ability start at subject. This matter visible of improvement mean level subject to
read the natural word improvement from 53,3 at phase baseline-1(A-1) become 79
at intervention phase (B). Mean level subject to read the sentence modestly
experience of improvement from 40 at phase baseline-1 (A-1) become 76,8 at

intervention phase (B). This research presumably can become the input to all
educators to be able to use the ideovisual reading technique in read study start at
The Deaf Child in school.
Keyword: Ideovisual Reading Technique, First Reading, Deaf Child

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BABBIB
PENDAHULUANB
B
A. BLatarBBelakangBMasalahB
Membaca adalah hal yang sangat penting dalam mendukung proses
pembelajaran, terutama di sekolah. Ilmu pengetahuan akan mudah
diperoleh salah satunya dengan membaca. Apabila seorang anak/siswa
tidak dapat membaca dengan baik atau memiliki hambatan dalam
membaca maka ia akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan yang ia butuhkan. Oleh karena itu kecakapan membaca

merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang anak untuk
memperoleh pengetahuan.
Dampak dari kehilangan pendengaran pada anak tunarungu yaitu
terhambatnya perkembangan bahasa. Hal ini akan membawa kepada suatu
kebutuhan pendidikan yang tidak dimiliki oleh anak yang tidak mengalami
ketunarunguan. Kelemahan anak tunarungu tidak hanya dalam berbahasa
lisan namun mereka juga mengalami kesulitan untuk memahami bahasa
tulis/membaca.
Hilangnya pendengaran akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
membaca. Pada umumnya anak tunarungu memiliki kemampuan membaca
yang rendah. Cecilia Susilo Yuniwati pada tahun 1998 membandingkan
kemampuan membaca siswa tunarungu dari beberapa SDLB di Jakarta
dengan siswa SD yang sama-sama duduk di kelas VI menggunakan
prosedur Cloze test. Skor dari Cloze test dapat merupakan indikasi
kemampuan siswa dalam mengenal kosa kata dan memahami tata bahasa
(D.J. Powe, 1985). Peneliti memilih suatu bacaan dari buku SD yang
terdiri dari kurang lebih 250 kata, pada kalimat pertama dibiarkan utuh,
kemudian mulai kalimat kedua setiap kata kelima dihilangkan. Siswa
diminta untuk membaca bacaan tersebut dan selanjutnya ditugaskan untuk
NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengisi kata-kata yang telah dihilangkan itu dengan kata yang tepat atau
sinonimnya. Ternyata tingkat pemahaman membaca siswa kelas VI SDLB
berada jauh dibawah kemampuan siswa kelas VI SD, nilai rata-rata siswa
SDLB adalah 25,7 dibandingkan dengan nilai anak SD sebesar 68,28
bahkan anak SDLB masih tertinggal dari siswa SD kelas IV yang
memperoleh nilai rata-rata 46,96. (Bunawan, 2000:52)
Kemampuan membaca (memahami isi tulisan) adalah penting untuk
anak tunarungu karena merupakan sarana yang terbaik bagi anak
tunarungu untuk memperoleh akses yang lengkap tentang bahasa.
Membaca juga merupakan cara untuk memantapkan dan memperluas
kemampuan bahasa serta memperoleh pengetahuan.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada seorang anak
tunarungu kelas tiga di sebuah sekolah inklusi di Bandung, didapati bahwa
anak tunarungu tersebut memiliki kemampuan membaca yang rendah.
Cara belajar membacanya sama dengan anak mendengar, yaitu mulai dari
pengenalan huruf, suku kata, kata lalu meningkat pada kalimat. Penulis

melihat cara ini kurang efektif untuk anak tersebut.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menggunakan
cara/teknik membaca yang tepat untuk dapat membantu anak tunarungu
agar dapat membaca dengan baik. Perlu sekali untuk memilih teknik
pembelajaran yang paling sesuai dan cocok untuk digunakan dalam
mengajar membaca permulaan.
Anak tunarungu dengan

karakteristiknya yang unik, membutuhkan

cara atau pendekatan tersendiri untuk dapat belajar membaca. Diperlukan
cara, metode atau pendekatan yang tepat saat belajar, sehingga anak tuna
rungu dapat dengan mudah belajar membaca dan meningkatkan
kemampuan membacanya.
Anak tunarungu dengan keterbatasannya dalam mendengar akan baik
sekali apabila pembelajaran yang dilakukan menggunakan teknik
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


mengajar secara visual, termasuk belajar membaca permulaan karena anak
tunarungu adalah anak pemata atau anak visual yang mengandalkan
visual/penglihatan untuk memperoleh bahasa ataupun pengetahuan
lainnya.
Salah satu metode yang ada untuk membantu anak tunarungu dalam
belajar membaca permulaan adalah dengan Metode Maternal Reflektif
(MMR) dengan menggunakan teknik membaca ideovisual. Penulis melihat
peluang teknik membaca ideovisual ini akan berhasil digunakan pada
subjek karena sesuai dengan modal/kekuatan belajar yang dimiliki anak
tunarungu yaitu belajar secara visual/penglihatan.
Membaca ideovisual adalah membaca pikiran atau gagasan atau ide
sendiri yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan atau grafis sehingga
dapat ditangkap secara visual. (Bunawan, 2000:133).
Dalam kegiatan membaca ideovisual belum ada tuntuan pada anak
untuk dapat membaca huruf atau kata atau kalimat, tetapi hanya dituntut
untuk dapat memahami isi tulisan secara global. Karena isi tulisan tersebut
adalah pikirannya sendiri, maka anak tidak akan mengalami kesulitan
untuk mengatakan kembali isi pikirannya dengan atau sambil membaca
tulisan. Anak menebak isi tulisan berdasarkan pemahaman yang ada di

dalam pikirannya sendiri. (Bunawan, 2000:133).
B.BIdentifikasiBMasalahB
Adanya kesulitan dalam belajar membaca permulaan yang dialami oleh
anak tunarungu disebabkan oleh hambatan (kehilangan pendengaran) yang
dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan sebelumnya,
maka peneliti melihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan mambaca permulaan pada anak tunarungu/subjek. Faktorfaktor tersebut adalah sebagai berikut:
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Metode, teknik/cara guru dalam mengajarkan membaca permulaan
pada anak tunarungu yang kurang tepat sehingga potensi yang ada
pada anak tunarungu kurang tergali yang menyebabkan anak tersebut
kurang menguasai kemampuan untuk membaca.
2. Pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menguasai metode,
teknik/cara yang tepat untuk anak tunarungu dalam belajar membaca
sangat terbatas.
3. Belum diterapkannya teknik membaca ideovisual sebagai salah satu
cara/teknik dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak
tunarungu, padahal teknik ini memiliki peluang yang cukup besar
untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada
anak tunarungu.
C. BatasanBMasalahB
Berberapa identifikasi masalah diatas agar lebih fokus dan terarah,
peneliti membatasi masalah pada metode, teknik/cara membaca ideovisual
dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak tunarungu.
D. RumusanBMasalahB
Berdasarkan gambaran pada latar belakang masalah yang telah peneliti
paparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “
Apakah Penerapan Teknik Membaca Ideovisual dapat Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunarungu?”
E. TujuanBPenelitianBdanBKegunaanBPenelitianB
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak tunarungu.
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tujuan Khusus
Membantu memudahkan anak tunarungu untuk belajar membaca
karena

bacaan

yang

dibacanya

berdasarkan

pengalaman,

ide/pikiran anak sendiri yang dituangkan secara visual (gambar,
kata/kalimat) dan anak dapat membacanya secara global.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Praktis
Dapat menjadi bahan masukan bagi guru untuk menggunakan
sebuah metode dalam pembelajaran membaca permulaan pada
anak tunarungu.
b. Secara Teoritis
Memberikan acuan kepada guru dalam memberikan pembelajaran
membaca permulaan pada anak tunarungu.
3. Manfaat bagi Peneliti
Penulis sebagai peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman
dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak tunarungu dengan
teknik ideovisual.
B

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BABBIIIB
METODEBPENELITIANB
B
A. VariabelBPenelitianB
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan kemudian

ditarik

kesimpulannya.”( Sugiyono 2009 : 61)
Penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu sebagai berikut.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2005 : 3). Pada penelitian
ini yang menjadi variabel bebas adalah “teknik membaca ideovisual”.
Pada

membaca ideovisual ini anak menvisualisasikan dari hasil

percakapan yang berisi pengalaman anak sendiri. Dalam membaca anak
menebak isi tulisan berdasarkan pemahaman yang ada di pikirannya ,
dengan intuisinya ia menyamakan tulisan dengan penghayatan langsung
yang sudah diutarakan dalam percakapan.
2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2005 : 3). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah “kemampuan membaca
permulaan”. Membaca permulaan dapat dikatakan sebagai membaca tahap
awal. Ritawati (1996:43) mengungkapkan:
membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan
kepada
anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran
selanjutnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya
adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan
baik dan benar.
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan
adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan
kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik. Dalam hal ini
maka pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan
anak tunarungu.
B. MetodeBPenelitianB
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
yang bertujuan mencari tahu pengaruh penerapan teknik membaca
ideovisual untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak
tunarungu.
Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain subjek
tunggal (Single Subject Research/SSR), yaitu suatu

penelitian yang

dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang – ulang dalam
waktu tertentu.
Pola desain penelitian yang digunakan adalah A-B-A. Mula-mula
perilaku sasaran (target behavior) diukur secara kontinyu pada kondisi
baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi
intervensi (B) dilakukan secara kontinyu sampai data stabil. Setelah
pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline
kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini
dimaksudkan

sebagai

kontrol untuk

kondisi

intervensi

sehingga

memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan adanya hubungan
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fungsional antara variabel bebas (teknik membaca ideovisual) dan variabel
terikat (kemampuan membaca permulaan).

Disain A-B-A ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
suatu perlakuan (intervensi) terhadap variabel tertentu yang diberikan pada
subjek dengan membandingkan kondisi baseline sebelum intervensi dan
baseline sesudah intervensi.
Untuk lebih jelasnya disain A-B-A dapat digambarkan sebagai berikut:

DISAINBBA-B-AB
Intervensi (B)

Baseline (A2)

Perilaku sasaran

Baseline (A1)

Sesi (waktu)
Grafik 3.1 Tampilan Disain A-B-A
A1 (keadaan baseline-1) yaitu keadaan subjek sebelum diberi
intervensi. Dalam penelitian ini mengenai kemampuan membaca
permulaan subjek sebelum diberikan intervensi/perlakuan dengan teknik
membaca ideovisual.
B (intervensi) yaitu suatu keadaan dimana subjek diberi perlakuan yang
diberikan secara berulang-ulang untuk mengetahui kondisi kemampuan
membaca permulaan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan
teknik membaca ideovisual.
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A2 merupakan pengulangan kondisi baseline 1(A1) yang dilakukan
untuk mengetahui hasil intervensi yang diberikan pada subjek, atau
sebagai evaluasi setelah dilakukannya intervensi. Melalui tahap ini dapat
diketahui kemampuan membaca permulaan subjek setelah diberi teknik
membaca ideovisual.

.. SubjekBPenelitanBdanBLokasiBPenelitianB
SubjekBPenelitianB
Subjek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki dengan nama
berinisial TA kelas 3 SD berusia 9 tahun dengan hambatan tunarungu
yang kondisi saat ini sudah mengenal huruf a-z namun belum dapat
membaca.
LokasiBPenelitianB
Penelitian dilaksanakan di SD Mutiara Bunda Bandung yang beralamat
di jalan Arcamanik Endah nomor 3 Arcamanik Bandung.
D. InstrumenBdanBTeknikBPengumpulanBDataB
InstrumenBB
Instrumen penelitian menurut Suharsimi adalah “... alat bantu yang
digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian agar pekerjaan
menjadi lebih mudah dan hasilnya menjadi lebih baik dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.” (Suharsimi
Arikunto, 2006:160).
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tes,
yaitu berupa tes membaca ideovisual. Penggunaan instrumen dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam
membaca permulaan.
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Pembuatan dan penilaian soal tes
Pembuatan soal tes disesuaikan dengan silabus Bahasa Indonesia untuk
membaca permulaan kelas satu SD. Soal tes yang digunakan yaitu
berupa kegiatan membaca nyaring kata dan kalimat sederhana. Soal tes
membaca kata yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.

a. Tes membaca kata.
Pada tes ini subjek diminta untuk membaca kata berdasarkan
bacaan deposit yang telah dibahas bersama dengan peneliti. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam membaca
kata. Satuan ukur yang digunakan adalah presentase. Presentase
dalam tes ini menunjukkan jumlah jawaban yang benar
dibandingkan dengan keseluruhan jawaban benar dikalikan 100%.
Soal tes membaca kata pada subjek adalah sebagi berikut.
Bacalah kata dibawah ini.
No

Kata

Penilaian
0

1.

Tas

2.

Tas biru

3.

Misting

4.

Topi

5.

Pensil

6.

Uang

1

2

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7.

Sepatu

8.

Botol

9.

Baju

10.

Buku

Keterangan:
2 = dapat membaca kata dengan jelas.
1 = dapat membaca kata namun kurang jelas.
0 = tidak dapat membaca.

b. Tes membaca kalimat sederhana.
Pada tes ini subjek diminta untuk membaca kalimat sederhana
berdasarkan bacaan deposit yang telah dibahas bersama dengan
peneliti. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek
dalam membaca kalimat sederhana. Satuan ukur yang digunakan
adalah presentase. Presentase dalam tes ini menunjukkan jumlah
jawaban yang benar dibandingkan dengan keseluruhan jawaban
benar dikalikan 100%. Soal tes membaca kalimat sederhana pada
subjek adalah sebagi berikut.
Bacalah kalimat dibawah ini.
No.

Kalimat

Penilaian
0

1

2

3

1.

Tas Tata besar.

B

B

2.

Tas Miko kecil.

B

B

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.

Tas siapa ini?

B

B

4.

Tas Tata warna biru.

B

B

5.

Tas Miko warna

B

B

coklat.
6.B

Ada baju dan sepatu.

B

B

B

B

7.B

Ada uang di tas.

B

B

B

B

8.B

Ada apa di tas Tata?

B

B

B

B

9.B

Ada misting makanan.

B

B

B

B

10B

Ada botol minum.

B

B

B

B

Keterangan:
3 = dapat membaca semua kata dalam kalimat dengan jelas.
2 = dapat membaca dua kata dalam kalimat dengan jelas.
1 = dapat membaca satu kata dalam kalimat dengan jelas.
0 = tidak dapat membaca.
2. Uji Validitas instrumen
Validitas merupakan ketetapan alat ukur yang digunakan untuk
memperoleh data. Uji validitas menggunakan validitas isi berupa
expert judgment dalam hal ini adalah pakar dan guru. Penilaian
dilakukan oleh tiga orang dan data yang diperoleh melalui expert
judgment dihitung dengan rumus:
Presentase =

X 100%

Keterangan penilai:
1. Ibu Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd (Dosen PKh UPI).
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ibu Rr. Budi Handayani, S.Pd (Manajer Inklusi Sekolah Mutiara
Bunda).
3. Ibu Dewi Nurhayati, S.Pd (Guru Kelas Unit Stimulasi Anak SD
Mutiara Bunda).
Dari hasil

expert judgment (terlampir) diperoleh tiga penilai

menyatakan semua aspek cocok sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut.
Presentase = X 100% = 100 %
Dengan demikian, instrumen yang digunakan diharapkan dapat
mengukur kemampuan membaca kata dan kalimat sederhana pada
subjek dengan baik.
PengumpulanBDataB
Pengumpulan data dilakukan melalui tes. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk tes lisan yaitu melihat kemampuan anak dalam
membaca permulaan.
Peneliti menggunakan tes membaca mulai dari kondisi baseline (A1),
intervensi (B), dan kondisi baseline (A2) untuk mendapatkan skor dari tes
yang diberikan.setelah semua data terkumpul lalu dijumlahkan. Untuk
menghitung nilai kemampuan membaca dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:




X 100

Pemberian tes yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pengumpulan data pada fase baseline-1 (A-1). Fase ini
dilakukan sebanyak tiga sesi. Baik pada tes membaca kata maupun

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada tes membaca kalimat sederhana. Setiap sesi berlangsung selama
30 menit.
2. Setelah mendapat data yang stabil pada fase baseline lalu dilanjutkan
dengan intervensi (B). Fase intervensi ini dilakukan sebanyak enam
sesi dan masing-masing sesi selama 30 menit.
3. Setelah data pada fase intervensi (B) stabil dilanjutkan fase baseline-2
(A-2). Fase baseline-2 ini dilakukan sebanyak tiga sesi, masing-masing
sesi selama 30 menit.
E. TeknikBPengolahanBDataB
Setelah semua data terkumpul, data diolah dan dianalisis ke dalam
statistik deskripsif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas
tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan
grafik pada penelitian SSR. Statistik deskriptif ini digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikannya.
Menurut Sunanto (2006: 65-76) ada dua cara dalam menganalisis data
yang telah didapat yaitu analisis dalam kondisi dan analisis dalam kondisi.
1. Analisis dalam kondisi
Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu
kondisi baseline atau intervensi. Komponennya meliputi:
a. Panjang Kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut.
Banyaknya data dalam kondisi juga menggambarkan banyaknya
sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Data dalam kondisi
dikumpulkan sampai menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas.
b. Kecenderungan Arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi
semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk
membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu
metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah (spiltmiddle). Bila menggunakan metode freehand cara yang digunakan
yaitu menarik garis lurus yang membagi dua point (sesi) pada suatu
kondisi menjadi dua bagian sama banyak yang terletak diatas dan
dibawah garis tersebut. Sedang bila menggunakan metode spiltmiddle yaitu dengan cara membuat garis lurus yang membelah data
dalam suatu kondisi berdasarkan median.
c. Kecenderungan Stabilitas
Kecenderungan stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data
dalam suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat
ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di
dalam rentang 50% diatas dan di bawah mean, maka data tersebut
dapat dikatakan stabil.
d. Jejak Data
Jejak data merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam
satu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi
tiga kemungkinan, yaitu menaik, mendatar, atau menurun.
Kesimpulan mengenai hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh
analisis pada kecenderungan arah.
e. Level Stabilitas dan Rentang
Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir
pada suatu kondisi yang dapat memberikan informasi. Informasi
yang didapat akan sama dengan informasi pada analisis tentang
perubahan level (level change).
f. Perubahan Level

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan level dapat menunjukkan besarnya perubahjan antara
dua data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data
dalam suatu kondisi

maupun data antar kondisi. Tingkat

perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data
pertama dengan data terakhir. Sementara tingkat perubahan data
antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada
kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya.
2. Analisis antarkondisi
Analisis antarkondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar
kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar
kondisi baseline dengan intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis,
peneliti harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan
dibandingkan. Komponen analisis antarkondisi adalah sebagai berikut.
a. Variabel yang diubah
Dalam analisis data antarkondisi sebaiknya variabel terikat atau
perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis
ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku
sasaran.
b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
Dalam analisis data antarkondisi, perubahan kecenderungan arah
grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna
perubahan perilaku sasaran yang disebabkan oleh intervensi.
Secara garis

besar

perubahan kecenderungan arah grafik

antarkondisi ini kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar,
(b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke
menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g)
menurun ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke
menurun.
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya.
Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukkan arah
(mendatar, menaik atau menurun) secara konsisten. Untuk
memulai menganalisis perubahan antarkondisi, data yang stabil
harus mendahului kondisi yang akan dianalisis.
d. Perubahan Level Data
Perubahan

level

data

menunjukkan

seberapa

besar

data

berubah.Tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan
selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan
data pertama pada kondisi berikutnya(intervensi). Nilai selisih
menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat
pengaruh intervensi.
e. Data yang Tumpang Tindih (overlap)
Data tumpang tindih adalah terjadi data yang sama pada dua
kondisi. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya
perubahan pada dua kondisi dan semakin banyak data yang
tumpang

tindah

semakinmenguatkan

dugaan

tidak

adanya

perubahan pada dua kondisi. Jika data pada suatu kondisi baseline
lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi intervensi, hal ini
memberi isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan
perilaku tidak dapat diyakini.
Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
adalah sebagai berikut:
1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 1.
2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi.
3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 2.
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline 1, kondisi intervensi dan kondisi baseline 2.
5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline1, skor intervensi dan
6. Membuat analisis data bentuk grafik sehingga dapat dilihat secara
langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
B
B
B
B

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BABBVB
KESIMPULANBDANBREKOMENDASIB
A. KesimpulanB
Berdasarkan analisa data dari penelitian yang peneliti laksanakan,
diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan membaca
permulaan pada subjek, baik dalam membaca kata maupun dalam
membaca kalimat sederhana. Peningkatan ini terlihat dari perubahan mean
level subjek, baik pada mean level pada kemampuan membaca kata saat
fase Baseline-1(A-1) ke intervensi (B) maupun mean level pada
kemampuan membaca kalimat sederhana saat fase Baseline-1(A-1) ke
intervensi (B).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik membaca ideovisual dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunarungu
subjek TA.
B. RekomendasiB
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti paparkan diatas, maka peneliti
memberikan

rekomendasi

pada

pihak-pihak

terkait

untuk

dapat

menggunakan ataupun menindaklanjuti hasil penelitian ini.
1. Rekomendasi bagi para pendidik
Penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
bagi pendidik umumnya dan khususnya bagi guru-guru di SD Mutiara
Bunda untuk menggunakan teknik membaca ideovisual dalam
pembelajaran membaca permulaan pada anak tunarungu di sekolah.
2. Rekomendasi bagi para peneliti
Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian menggunakan teknik
membaca ideovisual pada subjek yang berbeda dengan hambatan yang
sama ataupun yang berbeda.
B
B
NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B
B
B

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta:Yayasan
Santi Rama.
Iskandarwassid. (2008) Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda
Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Ritawati. (1996). Bahan Ajar Pendidikan di Kelas-Kelas Rendah SD.
Padang.IKIP.
Setiana, E. (2011). Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif Dalam
Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Siswa Tunarungu Skripsi
Sarjana pada PLB-UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Somad, P dan Hernawati,T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Somantri,T. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press.
Tim Dewan Skripsi PLB. (2011). Pedoman Penulisan Sripsi dan Makalah.
Bandung : tidak diterbitkan.

NENI DEWI ISNAENI,2014
PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016

2 6 104

EFEKTIVITAS METODE FONETIKDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN Efektivitas Metode Fonetik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini.

0 3 15

EFEKTIVITAS METODE FONETIKDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN Efektivitas Metode Fonetik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini.

0 2 14

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DII DI SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG.

0 0 29

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

0 1 31

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN BUKU ANAK ISLAM SUKA MEMBACA Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Buku Anak Islam Suka Membaca Pada Anak Kelompok B Di TKIT Al Hasna Gondang Klaten Tahun A

0 1 18

IMPLEMENTASI METODE GLENN DOMAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU.

0 2 26

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS III DI SLB B-C FADHILAH.

2 7 24

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI METODE KUPAS RANGKAI DENGAN TEKNIK REPOSISI BUNYI: Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Anak Tunagrahita Ringan.

1 3 35

PENERAPAN PERMAINAN CHEERLEADERS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UJARAN KATA BENDA PADA ANAK TUNARUNGU.

0 0 38