PENERAPAN PERMAINAN CHEERLEADERS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UJARAN KATA BENDA PADA ANAK TUNARUNGU.

(1)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN PERMAINAN CHEERLEADERS

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UJARAN

KATA BENDA PADA ANAK TUNARUNGU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dariSyarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh

RENNY SRI HERDIANTY 0907136

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

2013

Penerapan Permainan

Cheerleaders

Dalam Meningkatkan Kemampuan

Membaca Ujaran Kata Benda

Pada Anak Tunarungu

Oleh

Renny Sri Herdianty

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Renny Sri Herdianty 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

RENNY SRI HERDIANTY 0907136

PENERAPAN PERMAINAN CHEERLEADERS

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UJARAN KATA BENDA PADA ANAK TUNARUNGU

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. NIP. 19700417 199402 2001

Pembimbing II

Drs. Endang Rusyani, M.Pd. NIP. 19570510 198503 1003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Drs. Sunaryo, M.Pd. .


(5)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN PERMAINAN CHEERLEADERS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UJARAN KATA BENDA PADA ANAK TUNARUNGU

SKRIPSI, Jurusan Pendidikan Khusus (PKh), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal, diantaranya dalam bidang bahasa dan ujaran. Kondisi tersebut merupakan dampak dari ketidakberfungsian organ pendengaran. Saat membaca ujaran, anak terkadang mengalami kesulitan membaca artikulasi lawan bicaranya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan permainan cheerleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu. Permainan cheerleaders merupakan serangkaian kegiatan yang mengintegrasikan berbagai indera sensoris pada saat mengujarkan kata dengan perpindahan gerakan yang bervariatif.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitianone group pretest – post testserta pengolahan data menggunakan uji Wilxocon. Sampel penelitian sebanyak 6 orang peserta didik tunarungu kelas III dari SLB N Cicendo. Instrument yang digunakan adalah tes kemampuan membaca ujaran kata benda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan permainan cheerleaders memberikan kontribusi yang relatif besar dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda yaitu sebesar 38,34 %, sehingga permainan cheerleadersdapat digunakan oleh guru sebagai alternatif pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu di SLB. Perhitungan dengan uji Wilxocon diperoleh Jhitung = 21 serta J tabel = 0, maka H0 di tolak karena Jhitung> Jtabel, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Penelitian ini dapat dikaji lebih lanjut lagi oleh peneliti selanjutnya dengan sampel penelitian yang relatif lebih banyak, kosa kata dan gerakan yang lebih variatif disesuaikan dengan kebutuhan, ketidakmampuan serta kemampuan yang dihadapi anak.


(6)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

i

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Pernyataan Keaslian Skripsi Ucapan Terima Kasih Abstrak

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... v

Daftar Grafik ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Variabel Penelitian ... 30


(7)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

ii

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Rekomendasi ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(8)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu


(9)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari ketidakberfungsian organ pendengaran, sehingga menyebabkan anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal, diantaranya adalah dalam bidang bahasa yang merupakan sistem utama yang dipergunakan untuk berkomunikasi dan ujaran sebagai bentuk komunikasi yang paling sering dipergunakan oleh orang yang dapat mendengar.Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Kemampuan berbahasa yang perlu dikuasai oleh setiap individu dalam berkomunikasi diantaranya meliputi bahasa reseptif dan ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif mengacu kepada kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan kepadanya, sedangkan kemampuan bahasa ekspresif yaitu kemampuan yang ditunjukkan melalui aktivitas berbicara. Adapun bahasa sebagai sistem menurut Sadja’ah, E. (2013 : 10) dapat dijelaskan sebagaiberikut :

a) Produksi bunyi bahasa dapat diucapkan dengan baik dan dapat didengar dengan jelas.

b) Fonem (bunyi bahasa) yang telah terangkai dalam bentuk kata menjadi bermakna sehingga pelaku komunikasi (penyampai dan penerima pesan) dapat memahaminya.

c) Kalimat yang tersusun secara efektif dan efisien bermanfaat bagi pemakai bahasa. Efektif adalah mempunyai makna bagi pelaku komunikasi, sedangkan efisien mengandung arti tercapainya sasaran sesuai dengan yang dimaksud.

Besar atau kecilnya hambatan perkembangan bahasa dan ujaran anak tunarungu tergantung pada karakteristik kehilangan pendengarannya. Oleh sebab itu, salah satu indera yang dapat dipergunakan untuk mengkompensasikan fungsi


(10)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

pendengarannya adalah indera penglihatan. Anak tunarungu dilatih untuk melihat gerak bibir lawan bicaranya dengan menggunakan sarana utamanya dalam melihat yaitu dengan membaca ujaran.Sadja’ah, E. dan Sukardi menyatakan (1995 : 45) bahwa :

Anak tunarungu tidak / kurang mampu mendengar / menangkap kata-kata atau pembicaraan orang lain melalui pendengarannya, ia hanya mampu melihat / menangkap pembicaraan orang lain atau lawan bicaranya melalui gerak bibir dengan kemampuan daya lihat (mata) matalah yang mengalih fungsi atau menutupi hal-hal yang kurang yang tidak di dapat melalui pendengarannya.

Saat membaca ujaran, anak tunarungu terkadang mengalami kesulitan dalam membaca gerakan otot-otot bicara lawan bicaranya, apalagi ketika dihadapkan dengan orang yang baru pertama kali bertemu. Anak tunarungu memerlukan waktu yang relatif lama untuk membiasakan diri dalam memahami artikulasi yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Kondisi tersebut berdampak kepada lawan bicaranya yang sulit menangkap maksud dari konten yang akan disampaikan oleh anak tunarungu. Keterpahaman ujaran pada anak tunarungu, dipengaruhi juga oleh tingkatan ketunarunguannya serta bervariasi dari hampir yang mendekati individu typical hingga yang tidak dapat dipahami sama sekali, kecuali oleh mereka yang mengenalnya dengan baik.

Kondisi di lapangan yaitu di SLB Negeri Cicendo, kurangnya keterpahaman ujaran anak-anak tunarungukelas 3 SDLB ini adalah dalam hal ritme dan pemenggalan frasa, suara yang relatif agak monoton dan tidak ekspresif, serta tidak dapat menghasilkan warna suara yang alami. Selain itu, individu tunarungu juga melakukan bermacam-macam kesalahan artikulasi pada bunyi-bunyi ujaran tertentu seperti pada saat melafalkan huruf-huruf konsonan. Beberapa masalah artikulasi yang kerap ditemukan pada anak tunarungu adalah kebiasaan-kebiasaan pengucapan yang salah dari huruf-huruf, seperti adisi, omisi, distorsi, dan subtitusi. Kondisi tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh M.F. Berry dan Bisension, J. (1975 : 56), bahwa tipe kelainan bicara digolongkan menjadi:


(11)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

a) Kelainan Artikulasi, meliputi :

1. Distorsi dimaksudkan adanya pengubahan bunyi bahasa kepada bunyi yang tidak bisa digunakan, atau dapat mengubah arti dari keseluruhan kata atau malah tidak mengandung arti seperti dalam

kata “lari” huruf “r” diubah menjadi “l”, sehingga kata “lari” berubah menjadi “lali” yang mengandung makna yang berbeda.

2. Substitusi yaitu terjadinya penukaran suatu fonem dengan fonem yang lain, ini pun tentu membuat makna yang lain dari kesukaran

fonem yang diucapkan, seperti kata “dua” menjadi “tau”.

3. Omisi, yaitu terjadinya pengurangan satu fonem dari kata yang diucapkan, seperti kata “mobil” menjadi “mobi”, dan sebagainya. 4. Adisi yaitu terjadinya penambahan fonem dari pengucapan suatu

kata, sebagai contoh : kata “Bogor” pengucapannya menjadi “Mbogor”, kata “Bandung” pengucapannya menjadi “Mbandung”, dan sebagainya.

b) Kelainan dalam Produksi Suara

1. Kelainan yang menyangkut kualitas suara. 2. Kelainan nasality (produksi suara sengau).

Morley (1975 : 175) mengungkapkan bahwa “suara sengau

disebabkan karena penyempitan atau tak berkembangnya lubang hidung sehingga pengeluaran udara tidak semestinya”.

3. Kelainan nada tinggi.

Nada tinggi yaitu suara yang diproduksi kedengaran tinggi atau melengking, hal ini disebabkan oleh laring yang kecil atau pita suara pendek, tipis atau ringan, ataupun disebabkan banyak hal tergantung dari keadaan sekelilingnya.

4. Kelainan nada tunggal (mono pitch dan tidak ada irama). 5. Kelainan nada keras.

6. Kelainan Alalia (tidak ada pengucapan) dan Dysalia (penuturan yang salah)

Kesanggupan anak tunarungu dalam mengungkapkan ujaran atau bicara dapat dilihat dari kurang sempurnanya dalam menggerakkan otot-otot bicara, diantaranya adalah suara atau kata-kata yang diungkapkan lemah dan tidak jelas karena mengalami banyak kekeliruan seperti penggantian dan penambahan huruf, ada beberapa huruf yang hilang pada saat melafalkan kata-kata tertentu dan lain-lain. Begitu komplesnya ketidakberfungsian organ pendengaran pada individu, salah satu dampaknya yaitu kemampuan membaca ujaran kata diantaranya kata benda, sedangkan menyebutkan sejumlah benda merupakan kemampuan bahasa


(12)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

yang paling mendasar. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Sundoro (2004:64) menjelaskan bahwa :

Keterampilan yang berkaitan dengan mengungkapkan atau menjelaskan sesuatu. Kemampuan berbahasa ini dimulai dari memberikan informasi tentang diri sendiri, menerangkan benda-benda sederhana, menghubungkan kata dengan gambar, menerangkan kata-kata, serta memahami dan memakai bahasa. Berdasarkan permasalahan tersebut, tentunya perlu ada upaya agar anak tunarungu dapat memperoleh layanan atau latihan yang optimal guna meningkatkan kemampuan membaca ujaran, sehingga semua anak dapat memahami apa yang dia bicarakan. Pendidik tentunya dapat menggunakan berbagai alternatif pembelajaran yang diperkirakan dapat membantu anak tunarungu dalam berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. Alternatif yang dipergunakan yaitu melalui permainan cheerleaders.

Permainan cheerleaders adalah jenis permainan yang berkaitan dengan kata, perpindahan gerak, dan nyanyian. Tujuan dari permainan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lewis, G. dan Bedson, G. (2004 : 103)yaitu untuk

“meningkatkan kemampuan mengeja, memperbaiki ujaran serta meningkatkan kemampuan mengingat kata dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui permainan”.

Tujuan permainan cheerleadersmenurut Lewis, G. dengan Bedson, G. (1999 : 103) secara spesifik diantaranya yaitu :

a. Untuk membentuk pola ucapan bunyi bahasa yang sesuai dengan aturan.

b. Memfungsikan organ-organ bicara yang mengalami kekakuan.

c. Agar anak dapat menyadari bahwa setiap pola ucapannya apabila dirangkaikan antara satu dengan lainnya dapat menimbulkan makna-makna tertentu.

Pembelajaran harus menciptakan kondisi yang menyenangkan untuk anak. Oleh karena itu, pembelajaran melalui permainan merupakan salah satu yang relevan dengan kondisi masa kanak-kanak, dimana melalui permainan akan terjalin sejumlah interaksi antara teman sebaya yang ekstensif serta dalam


(13)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

prosesnya tercipta aktivitas yang menyenangkan dengan terlibat langsung didalamnya. Penerapan permainan cheerleaders di dalam pembelajaran membaca ujaran anak tunarungu diharapkan akan membuat kegiatan pembelajaran semakin menyenangkan dan menunjukkan progress yang positifterhadap perkembangan kemampuan membaca ujaran. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui seberapa efektifkah penerapan permainan cheerleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran anak tunarungu khususnya kata benda.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran, diantaranya :

Perkembangan intelegensi, dimana intelegensi sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep. Konsep merupakan kemampuan mental individu dalam menginterpretasikan objek atau pengalaman. Kurangnya mengeksplorasi informasi dari luar yang berbentuk bahasa melalui reseptif auditory dikarenakan ketidakberfungsian organ-organ pendengaran menyebabkan kurang berkembangnya intelegensi pada anak tunarungu, terutama yang berkaitan dengan kemampuan berpikir abstrak.

Derajat kehilangan kemampuan mendengar, semakin kecil derajat kehilangannya maka akan semakin mudah anak menerima informasi. Sebaliknya, semakin besar derajat kehilangan pendengarannya, maka semakin sulit anak menerima informasi sehingga berdampak terhadap pelafalandan keterpahaman kata-kata.

Kondisi dan motivasi belajar anak, pada saat anak dalam kondisi prima, kemampuan menangkap informasi pembelajaran lebih efektif dan tepat dibandingkan ketika dalam kondisi sakit. Adapun dalam memberikan motivasi eksternalpun dapat diterima anak sebagai maksud yang baik, agar anak menyadari akan kekeliruannya dan segera memperbaikinya dalam mengucapkan kata.


(14)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Kelainan bicara organ artikulasi, lidah tebal atau pendek, tidak memiliki anak tekak, bibir sumbing, tinggi dan sempitnya langit-langit sehingga lidah sulit digerakkan pada saat berbicara, serta rahang gigi kurang bisa dikatupkan.

Metode pembelajaran, merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan secara efektif. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang tepat merupakan suatu hal yang penting mengingat akan merpengaruh terhadap peningkatan kemampuan artikulasi dan keterpahaman membaca ujaran pada anak tunarungu.

Kerusakan organ artikulasi, menyebabkan suara atau kata-kata yang diungkapkan lemah atau kurang atau bahkan menjadi tidak sempurna serta tidak jelas dikarenakan mengalami banyak penambahan atau penghilangan atau bahkan penggantian huruf yang mengalami kemiripan pada saat melafalkannya.

Sarana dan media pembelajaran, merupakan komponen yang meliputi peralatan pembelajaran membaca ujaran dan artikulasi, alat bantu dengar yang tepat juga dapat membantu proses belajar anak dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran dan menunjang perbaikan bicara atau bahasa anak.

C.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan oleh peneliti, dimana salah satu faktoryang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan membaca ujarandiantaranya yaitu dalam implementasi pembelajaran. Pembelajaran yang diterapkan harus bervariatif serta dapat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran, salah satunya melalui permainan cheerleaders. Peneliti memberi batasan dalam melakukan penelitian ini yaitu :

Penerapan permainan Cheerleadersdalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda, untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, kata benda dibatasi pada sub aspek anggota


(15)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

D.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah menurut Nazir (1983 : 143) adalah sebagai titik tolak penelitian dalam rumusan hipotesis penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

“Apakah penerapan Permainan Cheerleaders dapat meningkatkan

kemampuan membaca ujaran kata benda (anggota tubuh, buah-buahan, pakaian) pada anak tunarungu?”

E.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan permainan cheerleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pendidik dapat menjadikannya sebagai alternatif pembelajaran dalam mengajarkan artikulasi untuk meningkatkan kemampuan membaca ujaran. b. Meningkatkan keterpahaman peserta didik tunarungu dalam membaca

ujaran.

c. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan teknik operasional dalam proses pembelajaran artikulasi.


(16)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (metdhos = tata cara), berbeda dengan prosedur dan teknik penelitian. Sesuai dengan

yang dinyatakan Hasan, M.I. (2002 : 2) mengemukakan bahwa : “Metode penelitian

membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian, sedangkan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data.”

A. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu :

1. Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Permainan Cheerleaders.

2. Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat atau target behaviordalam penelitian ini adalah Membaca Ujaran Kata Benda.

1. Definisi Konsep Variabel

Cheerleaders menurut Lewis, G. dan Bedson, G. (2004 : 103)adalah orang yang melakukan aksi dengan cara memadukan berbagai gerakan dinamis seperti senam, tari, akrobatik, dan sorak sorai untuk memberi semangat tim yang sedang berkompetisi. Oleh sebab itu, permainan cheerleadersdigambarkan Lewis, G. dan Bedson, G. (2004 : 103)adalah “jenis permainan yang berkaitan dengan kata, perpindahan gerak, dan nyanyian”.

Membaca ujaran (lip reading) menurut Somad, P. dan Hernawati, T. (1995:142) yaitu “suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara”. Membaca ujaran mencakup


(17)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

pengertian atau pemberian makna pada apa yang diucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut berperan.

2. Definisi Operasional Variabel

Nazir (1983:152) mendefinisikan operasional variabel dengan suatu definisi yang diberikan pada sebuah variabel atau konstruk dengan cara memberikan atau menspesialisasikan kegiatan ataupun memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Sugiyono(2010 : 60) mendeskripsikannya dalam bentuk pernyataan, adapun yang dimaksud dengan variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulan.

Permainan cheerleaders yang dilakukan peneliti dititikberatkan pada komunikasi lisan anak tunarungu sesuai dengan buku games for children, khususnya dalam hal berbicara. Prosedur-prosedur permainan cheerleaders adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik tunarungu digali pengetahuan mereka tentang cheerleaders dengan berbagai pertanyaan melalui proses percakapan.Adapun peserta didik tunarungu yang belum mengenal cheerleadersdapat melihat melalui video pada saat cheerleaders beraksi atau melihat dari gambar. Objek permainan ini yaitu dengan mengulang huruf yang cheerleaders ucapkan atau mencoba untuk menerka apa yang mereka eja atau ucapkan.

b. Peserta didik dapat memakai kostum yang menunjukkan seorang cheerleaders dan juga dilengkapi dengan pom-pom.

c. Peserta didik diminta untuk berdiri membuat lingkaran atau setengah lingkaran di lapangan. Seseorang yang menjadi pemimpin cheerleaders mengucapkan berbagai fonem yang dipadupadankan dengan gerakan-gerakan senam dan tari, peserta didik yang lainnya mengulang fonem yang


(18)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

disebutkan oleh pemimpin cheerleadersserta mengimitasi gerakan senam dan tari yang dilakukan pemimpin cheerleaders. Rangkaian fonem tersebut dirangkaikan menjadi sebuah kata yang bermakna serta dekat dengan kehidupan anak tunarungu sendiri serta berasaskan kepada kekongkritan.Pada saat pelaksanaannya dapat dibantu dengan benda kongkrit atau gambar objek yang dimaksud untuk membantu peserta didik tunarungu memahami dengan tepat setiap arti dari kata yang dieja atau diujarkan.

d. Peserta didik yang dapat menerka ujaran pemimpin cheerleaders dan menyebutkan kata dan mengimitasi gerakannya dengan tepat serta paling cepat itulah yang mendapat point dan akan menjadi pemimpincheerleaders selanjutnya. Permainan ini harus dilakukan secara berkesinambungan dengan suasana yang menyenangkan dan tidak membuat lelah.

Proses pelaksanaan permainan cheerleaders, dapat divariasikan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Variasi yang pertama adalah permainan harus dimulai dari kata yang kongkrit, artinya kata sebagai simbol nama suatu benda kongkrit menuju penggunaan kata-kata yang abstrak dan senantiasa berasal dari kehidupan anak sehari-hari. Saat pemilihan kata-kata, harus mengacu kepada perpaduan huruf atau fonem yang sudah dikuasi anak tunarungu, sehingga tingkat kesukarannya dimulai dari yang sederhana menuju kompleks.

b. Gerakan cheerleaders dapat dimasukkan, seperti double upside down L hitch, menyusun elevator, perpindahan posisi dengan memadupadankan gerakan senam dan tari, dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat permainan menjadi lebih menyenangkan.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a) Pengkondisian peserta didik dengan meminta untuk berdiri dan membuat lingkaran atau setengah lingkaran di lapangan.


(19)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

c) Presentation :

a. Mendeskripsikan skenario permainan cheerleaders kepada peserta didik.

b. Melaksanakan percakapan yang mengarah kepada kata benda (anggota tubuh, buah-buahan, pakaian), dan mendeskripsikancheerleaders. d) Latihan meniru gerakan motorik kasar.

e) Latihan meniru gerakan lidah. f) Latihan meniru gerakan bibir.

g) Pemimpin cheerleaders mengujarkan kata benda,dipadupadankandengan gerakan tangan dan perpindahan posisi.

h) Peserta didik yang tidak menjadi cheerleaders, berusaha untuk membaca ujaran kata benda yang diujarkan oleh pemimpin cheerleaders, serta mengimitasi gerakan tangan dan perpindahan posisi.

i) Peserta didik yang dapat membaca ujaran dengan tepat, akan menjadi pemimpin cheerleaders selanjutnya.

j) Peserta didik mengalami kesulitan dalam membaca ujaran gerakan otot-otot bicara temannya. Maka, dapat dibantu dengan menggunakan gambar atau benda konkrit.

k) Evaluasi pembelajaran.

Kemampuan membaca ujaran dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak tunarungu dalam menjalin komunikasi atau melakukan interaksi sosial. Membaca ujaran merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran berbahasa bagi anak tunarungu yang mempunyai tujuan agar anak dapat menangkap atau membaca apa yang diutarakan oleh orang lain secara lisan, yang tujuan luasnya agar anak dapat menangkap segala informasi yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Keterpahaman membaca ujaran dalam penelitian ini yaitu :


(20)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

1. Anak tunarungu dapat mengkomunikasikan kembali informasi lisan dari ujaran lawan bicaranya, baik dengan komunikasi lisan, menunjuk benda atau gambar yang dimaksud oleh lawan bicaranya dengan tepat, ekspresi muka, dll. 2. Anak dapat membedakan berbagai bentuk bunyi bahasa yang memiliki kesamaan yaitu dengan menerka ujaran yang disampaikan oleh lawan bicaranya dengan cara mengartikulasikannya kembali atau menunjukkan simbol bunyi bahasa yang dimaksud.

B. Metode Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak akan terlepas dari metode yang digunakan dalam penelitian tersebut, dengan demikian, peneliti dituntut untuk terampil dalam menentukan metode yang tepat sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu (Surathmad, 1985, dalam Hermawan, 2005). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.” (Sugiyono, 2008 : 107). Pada penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan suatu kegiatan percobaan guna meneliti suatu peristiwa atau gejala yang muncul akibat pemberian perlakuan atau percobaan tersebut.

Desain penelitian ini menggunakan desain one group pretes-postes. Pola desain penelitian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. One Group Pretes-Postes Design

Pretest

Penerapan Model

Postest


(21)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Menurut Arikunto (1997: 84) di dalam desain ini dilakukan dua kali observasi yaitu sebelum eksperimen dan setelah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest dan observasi yang dilakukan setelah eksperimen disebut post test. Perbedaan antara pretest dengan postest diasumsikan sebagai efek dari adanya treatment atau eksperimen.

C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung yang beralamat di Jalan Cicendo No. 2 Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung. Peneliti memilih SLB N Cicendo sebagai lokasi penelitian dikarenakan permasalahan yang akan peneliti kaji terdapat di sekolah ini. Selain itu, letaknya yang strategis serta ditunjang dengan para pendidik yang berkualitas dan fasilitas yang relatif lengkap, membuat proses penelitian diharapkan berlangsung secara optimal.

b. Populasi Penelitian

“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.” (Sudjana, 1989 :6).Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik tunarungu yang bersekolah di SLB N Cicendo Kota Bandung.

c. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap menggambarkan populasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu dengan sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, adapun karakteristik individu yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu


(22)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

anak tunarungu dengan klasifikasi kehilangan kemampuan mendengar termasuk ringan maupun sedang dengan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif subjeknya sebagai berikut : mengalami kesulitan dalam membaca gerakan otot-otot bicara lawan bicaranya terutama bunyi bahasa yang tidak terlihat pada bibir, pengucapan yang ditelan atau dikulum, ritme dan pemenggalan frasa yang tidak tepat, suaranya agak monoton dan tidak ekspresif, serta tidak dapat menghasilkan warna suara yang alami. Selain itu, individu tunarungu juga melakukan bermacam-macam kesalahan artikulasi pada bunyi-bunyi ujaran tertentu, beberapa masalah artikulasi yang kerap ditemukan pada anak tunarungu adalah kebiasaan pelafalan huruf-huruf atau katayang salahsehingga mengalami adisi, omisi, distorsi, dan subtitusi.Sampel dalam penelitian ini adalah 6 orang peserta didik tunarungu kelas 3SDLB SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrument Penelitian

Prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran. Oleh sebab itu, memerlukan alat ukur yang terstandarisasi dengan baik dalam penelitian, yaitu yang

biasa disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah “suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara

spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. (Sugiyono, 2006 : 148) Instrument dalam penelitian ini berupa tes kemampuan membaca ujaran. Tes digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan yang telah dicapai oleh subjek. Suharsimi Arikunto (1997) mengungkapkan bahwa : “tes berguna untuk mengukur ada atau tidaknya, serta besarnya kemampuan objek yang diteliti.”

Terdapat beberapa langkah yang digunakan guna penyusunan instrumen test. Langkah tersebut berupa :


(23)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Kisi-kisi merupakan rangkuman rancangan penyusunan butir-butir instrument sesuai dengan bangun setiap variabel yang diukur. Tabel spesifikasi atau kisi-kisi ini dimaksudkan untuk membuat gambaran tentang indikator yang diterapkan pada butir soal test kemampuan membaca ujaran. Penggambaran kisi-kisinya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Membaca Ujaran Pada Anak Tunarungu

Variabel Penelitian

Aspek yang

Dinilai Indikator Jenis Tes Materi Soal

Permainan Cheerleaders Kemampuan membaca ujaran kata benda, dengan pem- batasan pada sub aspek anggota badan, buah-buahan, dan pakaian. 1. Membaca ujaran dengan perpaduan huruf atau fonem dengan tingkat kesukarannya dimulai dari yang sederhana menuju kompleks. 2. Membaca Tes Lisan dan Perbuatan Motivating Strategi

Presentation :

Melaksanakan percakapan yang mengarah kepada sub aspek kata bendayang akan dikenai intervensi dan mendeskripsikan

cheerleaders.

Latihan meniru gerakan motorik kasar. Latihan meniru

Bacalah ujaran tester! Anggota Badan

1. Anak

membaca ujaran “BIBIR” yang diujarkantester.

2. Anak membaca

ujaran “RAMBUT” yang diujarkan tester.

3. Anak membaca

ujaran “TANGAN” yang diujarkan tester.

4. Anak membaca


(24)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu ujaran

kata benda yang diujarkan oleh orang lain secara lisan. 3. Membaca ujaran dengan ritme yang tepat. 4. Memadankan antara gerakan dan kata benda yang diujarkan gerakan lidah. Latihan meniru

gerakan bibir. Pemimpin cheerleaders mengujarkan kata benda, dipadupadankan dengan gerakan tangan dan perpindahan posisi. Peserta didik

yang tidak menjadi

cheerleaders, berusaha untuk membaca ujaran kata benda yang diujarkan oleh pemimpin cheerleaders, serta mengimitasi gerakan dan perpindahan posisi.

Peserta didik yang dapat membaca ujaran dengan tepat, akan menjadi diujarkan tester. Buah-buahan

5. Anak membaca

ujaran “APEL”yang diujarkantester.

6. Anak membaca

ujaran “PISANG” yang diujarkan tester.

7. Anak membaca

ujaran “JERUK” yang diujarkan tester.

Pakaian

8. Anak membaca

ujaran “CELANA” yang diujarkan tester.

9. Anak membaca

ujaran “KEMEJA” yang diujarkan tester.

10.Anak membaca ujaran “ROK” yang diujarkan tester.


(25)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

pemimpin

cheerleaders

selanjutnya. Apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam membaca ujaran gerakan otot-ototbicara

temannya, maka, dapat dibantu

dengan menggunakan gambar atau benda konkrit. Evaluasi

pembelajaran.

2. Pembuatan Butir Soal

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan dalam tabel spesifikasi. Sebelumnya, untuk mengukur tingkat validitas tes dilakukan dengan cara judgement atau digunakan teknik penilaian oleh ahli, sehingga soal sesuai dengan tujuan pembelajaran, dibawah ini adalah pengembangan kisi-kisi menjadi butir soal.

Tabel 3.2. Instrument Penelitian


(26)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

SOAL BENAR SALAH KETERANGAN

Bacalah ujaran tester! Anggota Badan

1. Anak membaca ujaran “BIBIR” yang diujarkan tester.

2. Anakmembaca ujaran “RAMBUT”yang diujarkan tester.

3. Anakmembaca ujaran “TANGAN” yang diujarkan tester.

4. Anakmembaca ujaran “KAKI” yang diujarkan tester.

Buah-buahan

5. Anakmembaca ujaran “APEL”yang diujarkan tester.

6. Anakmembaca ujaran “PISANG“yang diujarkan tester.

7. Anakmembaca ujaran “JERUK” yang diujarkan tester.

Pakaian

8. Anakmembaca ujaran “CELANA” yang diujarkan tester.

9. Anak membaca ujaran “KEMEJA” yang diujarkan tester.

10.Anakmembaca ujaran “ROK”yang diujarkan tester.

Kriteria Penilaian B = 1

S = 0 Ketentuan :

Nilai 1 di dapat, apabila anak membaca ujaran kata benda yang tester ujarkan, serta menunjuk gambar atau benda konkritnya dengan tepat.

Nilai 0 di dapat, apabila anak tidak dapatmembaca ujaran kata benda yang tester ujarkan,serta menunjuk gambar atau benda konkritnya dengan tepat.

Jumlah


(27)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Setelah pembuatan butir soal maka selanjutnya dibuat suatu penilaian pada butir soal tersebut. Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor kemampuan membaca ujaran kata benda. Kriteria penilaiaannya adalah sebagai berikut :

a. Anak mendapat skor 1 apabila dapat membaca ujaran kata benda yang tester ujarkan serta menunjuk gambar atau benda konkritnya dengan tepat.

b. Anak mendapat skor 0 apabila tidak dapat membaca ujaran kata benda yang tester ujarkan serta menunjuk gambar atau benda konkritnya dengan tepat. c. Skor maksimal 10.

Setelah diberi scoring peritem, dilakukan perhitungan :

Nilai (x) = Skor Mentah (X) x 100 %

Skor Maksimum Ideal (∑X)

Keterangan : X : jumlah item yang menunjukkan kemampuan anak ∑ X : jumlah item maximum (kemampuan optimal) 4. Membuat Rencana Pembelajaran

Proses belajar mengajar yang efektif memerlukan suatu acuan yang terprogram secara spesifik, dalam hal ini dapat dirumuskan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas III SDLB-B.

2. Pengumpulan Data

Menurut Nazir (dalam Hermawan, 2005) bahwa pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan dan pengolahan data ini sebagai berikut :


(28)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Prosedur penelitian dapat diartikan sebagai langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Observasi Pendahuluan

Mengadakan studi lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui subjek di lapangan dan memperoleh informasi tentang permasalahan. Permasalahan yang terjadi di lapangan tersebut diwujudkan dalam proposal penelitian dan mempresentasikannya dalam seminar proposal. Kemudian, revisi proposal untuk diajukan menjadi skripsi.

2. Pengurusan Surat Izin Penelitian

a. Pengurusan surat izin, mulai dari pembuatan surat keputusan pembimbing dari jurusan Pendidikan Khusus. Selanjutnya, pengajuan proposal kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) untuk mendapatkan surat pengantar kepada rektor.

b. Surat pengantar dari direktorat UPI disampaikan kepada pemerintah Jawa Barat melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah (Kesbang) yang dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

c. Surat pengantar dari Dinas Pendidikan Jawa Barat, diajukan kepada SLB tempat peneliti akan melaksanakan penelitian.

3. Pembuatan Instrumen Penelitian

4. Melakukan Pengujian Instrumen Penelitian

1) Pengujian Validitas

Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut (Firman, 1991), dengan ungkapan lain, validitas menunjukkan sejauhmana alat ukur memenuhi fungsinya. Hal senada diungkapkan juga oleh


(29)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Sudjana dan Ibrahim (2001) bahwa validitas alat ukur berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang akan diukur sehingga dapat betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh sebab itu, untuk mengukur tingkat validitas test, peneliti menggunakan validitas isi (content validity) dengan teknik penilaian oleh para penilai ahli atau pengajar di SLB Negeri Cicendo (Judgement) serta dosen artikulasi Pendidikan Khusus dengan tingkat valid yang sempurna apabila penilai ahli menyatakan cocok dan soal akan tidak dipakai atau dibuang apabila salah seorang atau penilai ahli menyatakan tidak cocok.

Hal ini dilakukan agar tes tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran atau agar instrumen yang dipakai memenuhi validitas isi dan mengena pada aspek yang terkandung dalam pembelajaran.

Proses validitas yang dilakukan adalah dengan memberikan perbandingan isi tes dengan tabel spesifikasi oleh para penilai ahli. Data yang telah diisi kemudian diukur validitasnya menggunakan prosentase sebagai berikut :

Prosentase Validitas Oleh Penilai

Keterangan : F : Jumlah cocok. N : Jumlah penilai ahli P : Prosentase

Berdasarkan hasil judgement dapat disimpulkan bahwa instrument kemampuan membaca ujaran kata benda, semuanya cocok digunakan untuk mengukur kemampuan keterpahaman ujaran. Instrument kemampuan membaca ujaran berdasarkan hasil judgement, kata pada butir soal no. 2 dan 9 kurang cocok digunakan karena anak kurang mengenal kata tersebut. Hal ini ditandai dengan tingkat

% 100

N F


(30)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

validitasnya yang mencapai 75 % dibandingkan dengan item soal yang lain yang mencapai 100 %. Sehingga, perlu dicari perpaduan kata yang memiliki kesamaan serta lebih dikenal oleh anak dalam kehidupan sehari-harinya.

2) Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana alat ukur dapat memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (Firman, 1991). Hal senada diungkapkan juga oleh Azwar (1995 : 177) bahwa reliabilitas adalah ukuran sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Artinya, hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.

Metode yang digunakan untuk memperoleh harga reliabilitas pada penelitian ini adalah metode belah dua atau spit – halp method atau disebut juga single – test – single – trial method. Penerapan metode ini, instrument kemampuan membaca ujaran hanya diujikan satu kali kepada responden. Instrument kemampuan membaca ujaran dianggap terdiri dari dua bagian yang sama. Cara yang digunakan untuk membelah instrument kemampuan membaca ujaran tersebut adalah dengan mengelompokkan item tes yang bernomor ganjil dan yang bernomor genap sehingga disebut belahan ganjil-genap. Kemudian kelompok bernomor ganjil dengan bernomor genap tersebut dibuat koefisien korelasinya dengan menggunakan rumus korelasi Product-Moment dari Pearson, yaitu :

r =

  

2 2

2

 

2

 

  

   

i i

i

i n

n


(31)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Keterangan :

r : Koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dengan bernomor genap.

X : Skor responden pada item tes bernomor ganjil. Y : Skor responden pada item tes bernomor genap. n : Banyaknya responden keseluruhan.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya reliabilitas adalah rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

Keterangan :

r12 : Koefisien realibilitas

rxy : koefisien korelasi antara item yang bernomor ganjil dengan genap. n : banyaknya item tes yang diujikan.

Selanjutnya dari hasil perhitungan reliabilitas soal, nilainya dapat diklasifikasikan pada beberapa kriteria yang dikemukakan kembali oleh Arikunto, (2001 : 101) antara lain sebagai berikut :

Kriteria reliabilitas antara 0,00 s.d. 0,20 mengandung arti reliabilitas sangat rendah.

Kriteria reliabilitas antara 0,21 s.d. 0,40 mengandung arti reliabilitas rendah. Kriteria reliabilitas antara 0,41 s.d. 0,60 mengandung arti reliabilitas cukup. Kriteria reliabilitas antara 0,61 s.d. 0,80 mengandung arti reliabilitas tinggi. Kriteria reliabilitas antara 0,81 s.d. 1,00 mengandung arti reliabilitas sangat tinggi.

Berdasarkan klasifikasi reliabilitas, bahwa instrument penelitian ini diinterpretasikan sebagai instrument yang memiliki reliabilitas sangat tinggi, maka instrument tersebut dapat dipakai.

r12 =

 

 

xy xy

r r

1 2


(32)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu 2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan Pre Tes

Pre tes dilakukan dengan mengimplementasikan tes membaca ujaran. b. Perencanaan Pelaksanaan Permainan Cheerleaders

c. Implementasi Permainan Cheerleaders (Treatment)

Prosedur-prosedur permainan cheerleaders adalah sebagai berikut :

1) Pengkondisian peserta didik dengan meminta untuk berdiri dan membuat lingkaran atau setengah lingkaran di lapangan.

2) Motivating Strategi 3) Presentation :

a. Mendeskripsikan skenario permainan cheerleaders kepada peserta didik.

b. Melaksanakan percakapan yang mengarah kepada kata benda (anggota tubuh, buah-buahan, pakaian), dan mendeskripsikancheerleaders. 4) Latihan meniru gerakan motorik kasar.

5) Latihan meniru gerakan lidah. 6) Latihan meniru gerakan bibir.

7) Pemimpin cheerleaders mengujarkan kata benda,dipadupadankandengan gerakan tangan dan perpindahan posisi.

8) Peserta didik yang tidak menjadi cheerleaders, berusaha untuk membaca ujaran kata benda yang diujarkan oleh pemimpin cheerleaders, serta mengimitasi gerakan tangan dan perpindahan posisi.

9) Peserta didik yang dapat membaca ujaran dengan tepat, akan menjadi pemimpin cheerleaders selanjutnya.

10)Apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam membaca ujaran gerakan otot-otot bicara temannya. Maka, dapat dibantu dengan menggunakan gambar atau benda konkrit.


(33)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

d. Pelaksanaan Post Test

Pelaksanaan post tes dilakukan setelah treatment berlangsung. e. Mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data, Sugiyono, (2000 : 1) mengemukakan bahwa teknik analisis data lebih difokuskan pada pengujian hipotesis.

Setelah data-data dalam penelitian ini terkumpul, dilakukanlah pengolahan data menggunakan statistik non parametrik. Statistik non parametrik digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus berdistribusi normal. Statistik non parametrik dipilih karena metode statistika ini memiliki kebebasan bentuk distribusi atau bebas persyaratan distribusi. Guna menguji hipotesis pada kerangka berpikir, statistik yang digunakan adalah perhitungan statistik non-parametrik yakni dengan pengujian Wilxocon, hal ini disebabkan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan dengan jumlah sampel data yang sama banyaknya.

“Wilxocon Match Pairs Test merupakan penyempurnaan dari uji tanda (Sign

Test). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua

sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal” (Sugiyono, 2004 : 44). Pada

penelitian ini terdapat dua sampel yang berpasangan berupa satu sampel yang diukur dua kali yaitu sampel sebelum dan sesudah penerapan permainan cheerleaders.

Alasan penggunaan teknik analisis ini adalah (1) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan membaca ujaran pada anak tunarungu sebelum dan sesudah penerapan permainan cheerleaders, (2) sampel uji coba relatif kecil atau tidak berdistribusi normal sehingga dengan menggunakan uji Wilxocon diharapkan dapat diketahui dampak dari penerapan permainan cheerleaders, (3) selain melihat perubahan tanda (+) dan (-), jenjang atau rangking dari masing-masing


(34)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

sampel sangat diperhatikan, sedangkan pada alat uji yang lain hanya pada tandanya saja.

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh peserta didik pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post test). Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian Wilxocon menurut Susetyo, B. (2012 : 236) adalah sebagai berikut :

1. Memberi harga mutlak pada setiap selisih pasangan data (X-Y). Harga mutlak diberikan dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Harga mutlak terkecil diberi nomor urut atau ranking 1, kemudian selisih yang berikutnya diberikan nomor urut atau ranking 2 dan seterusnya.

2. Setiap selisih pasangan (X-Y) diberikan tanda positif dan negatif. 3. Hitunglah jumlah ranking yang bertanda positif dan negatif.

4. Selisih tanda ranking yang terkecil atau sesuai dengan arah hipotesis, diambil sebagai harga mutlak dan diberi huruf J. Harga mutlak yang terkecil atau J dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji wilxocon.

Pengujian hipotesis mempergunakan taraf signifikansi (nyata) α = 0,05 atau α = 0,01. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan harga mutlak J yang dipilih dengan harga J pada taraf nyata tertentu, maka H0 diterima atau ditolak.


(35)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

58

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan rumus Wilxocon, mengenai pengaruh penerapan permainan cheerleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu, diperoleh hasil bahwa permainan cheerleaders dapat meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, permainan cheerleaders dapat meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu, dari kesimpulan tersebut maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi, diantaranya :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi para guru sebagai alternatif pembelajaran, sehingga akan menjadi solusi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan anak berkebutuhan khusus terutama anak tunarungu yang mengalami permasalahan dalam membaca ujaran. Oleh sebab itu, disarankan kepada para guru untuk mencoba menerapkan permainan cheerleaders ini pada saat kegiatan pembelajaran. Melalui penerapan permainan ini, anak tunarungu akan semakin senang belajar membaca ujaran dikarenakan semua indera sensoris yang berfungsi dengan baik dapat teroptimalkan pada saat proses pembelajaran.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini baru diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda saja. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta tidak


(36)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

59

terpatok kepada pengoptimalan membaca ujaran kata, melainkan dapat dikembangkan kepada kalimat, diteruskan menjadi paragraf yang menggambarkan topik tertentu dan seterusnya dengan tingkat keberfungsian organ pendengaran yang beragam serta variasi gerakan yang relatif lebih banyak.


(37)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, D. dan Sugiarto, Moch. (2000). Pedoman Pengajaran Wicara untuk Anak Tunarungu. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar Bagian Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Luar Biasa. Tidak Diperdagangkan.

Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

______. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bunawan, L. dan Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama. Tidak diterbitkan.

Charlesworth, L. dan Schecter,D. (2003). Spelling Secrets. U.S.A. : Scholastic Inc.

Gruber. (2004). Cheerleading For Fun !. Jakarta : Compass Book.

Hagen, A. V. (1990). Kursus Penyegaran Pendidikan Anak Tunarungu Metode Reflektif Pengajaran Bahasa Ibu. Wonosobo : Yayasan Dena-Upakara dan Karya Bakti. Tanpa Diterbitkan.

Hernawati, T. dkk. (2008). Modul Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran. Bandung : Jurusan PLB. Tidak Diterbitkan.

Lewis, G. dan Bedson, G. (2004). Games for Children. China : Oxford University Press.

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika.

______. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi Anak Tunarungu. Bandung : San Grafika.

______. (2013). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung : Refika Aditama.


(38)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika.

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI.

Somad, P. (2008). Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia : http : // permanarian somad. blogspot. com/. [14 September 2011].

Sudiraharti, P. Tanpa Tahun. Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Dinas Pendidikan. Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

_____. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J. dkk. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung : UPI Press.

______. (2011). Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung : Refika Aditama.


(1)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

d. Pelaksanaan Post Test

Pelaksanaan post tes dilakukan setelah treatment berlangsung. e. Mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data, Sugiyono, (2000 : 1) mengemukakan bahwa teknik analisis data lebih difokuskan pada pengujian hipotesis.

Setelah data-data dalam penelitian ini terkumpul, dilakukanlah pengolahan data menggunakan statistik non parametrik. Statistik non parametrik digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus berdistribusi normal. Statistik non parametrik dipilih karena metode statistika ini memiliki kebebasan bentuk distribusi atau bebas persyaratan distribusi. Guna menguji hipotesis pada kerangka berpikir, statistik yang digunakan adalah perhitungan statistik non-parametrik yakni dengan pengujian Wilxocon, hal ini disebabkan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan dengan jumlah sampel data yang sama banyaknya.

“Wilxocon Match Pairs Test merupakan penyempurnaan dari uji tanda (Sign

Test). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua

sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal” (Sugiyono, 2004 : 44). Pada

penelitian ini terdapat dua sampel yang berpasangan berupa satu sampel yang diukur dua kali yaitu sampel sebelum dan sesudah penerapan permainan cheerleaders.

Alasan penggunaan teknik analisis ini adalah (1) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan membaca ujaran pada anak tunarungu sebelum dan sesudah penerapan permainan cheerleaders, (2) sampel uji coba relatif kecil atau tidak berdistribusi normal sehingga dengan menggunakan uji Wilxocon diharapkan dapat diketahui dampak dari penerapan permainan cheerleaders, (3) selain melihat perubahan tanda (+) dan (-), jenjang atau rangking dari masing-masing


(2)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

sampel sangat diperhatikan, sedangkan pada alat uji yang lain hanya pada tandanya saja.

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh peserta didik pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post test). Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian Wilxocon menurut Susetyo, B. (2012 : 236) adalah sebagai berikut :

1. Memberi harga mutlak pada setiap selisih pasangan data (X-Y). Harga mutlak diberikan dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Harga mutlak terkecil diberi nomor urut atau ranking 1, kemudian selisih yang berikutnya diberikan nomor urut atau ranking 2 dan seterusnya.

2. Setiap selisih pasangan (X-Y) diberikan tanda positif dan negatif. 3. Hitunglah jumlah ranking yang bertanda positif dan negatif.

4. Selisih tanda ranking yang terkecil atau sesuai dengan arah hipotesis, diambil sebagai harga mutlak dan diberi huruf J. Harga mutlak yang terkecil atau J dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji wilxocon.

Pengujian hipotesis mempergunakan taraf signifikansi (nyata) α = 0,05 atau α = 0,01. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan harga mutlak J yang dipilih dengan harga J pada taraf nyata tertentu, maka H0 diterima atau ditolak.


(3)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

58

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan rumus Wilxocon, mengenai pengaruh penerapan permainan

cheerleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada

anak tunarungu, diperoleh hasil bahwa permainan cheerleaders dapat meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, permainan cheerleaders dapat meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tunarungu, dari kesimpulan tersebut maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi, diantaranya :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi para guru sebagai alternatif pembelajaran, sehingga akan menjadi solusi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan anak berkebutuhan khusus terutama anak tunarungu yang mengalami permasalahan dalam membaca ujaran. Oleh sebab itu, disarankan kepada para guru untuk mencoba menerapkan permainan cheerleaders ini pada saat kegiatan pembelajaran. Melalui penerapan permainan ini, anak tunarungu akan semakin senang belajar membaca ujaran dikarenakan semua indera sensoris yang berfungsi dengan baik dapat teroptimalkan pada saat proses pembelajaran. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini baru diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda saja. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta tidak


(4)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

59

terpatok kepada pengoptimalan membaca ujaran kata, melainkan dapat dikembangkan kepada kalimat, diteruskan menjadi paragraf yang menggambarkan topik tertentu dan seterusnya dengan tingkat keberfungsian organ pendengaran yang beragam serta variasi gerakan yang relatif lebih banyak.


(5)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, D. dan Sugiarto, Moch. (2000). Pedoman Pengajaran Wicara

untuk Anak Tunarungu. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar Bagian

Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Luar Biasa. Tidak Diperdagangkan. Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

______. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bunawan, L. dan Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama. Tidak diterbitkan.

Charlesworth, L. dan Schecter,D. (2003). Spelling Secrets. U.S.A. : Scholastic Inc.

Gruber. (2004). Cheerleading For Fun !. Jakarta : Compass Book.

Hagen, A. V. (1990). Kursus Penyegaran Pendidikan Anak Tunarungu Metode

Reflektif Pengajaran Bahasa Ibu. Wonosobo : Yayasan Dena-Upakara dan

Karya Bakti. Tanpa Diterbitkan.

Hernawati, T. dkk. (2008). Modul Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi

Pendengaran. Bandung : Jurusan PLB. Tidak Diterbitkan.

Lewis, G. dan Bedson, G. (2004). Games for Children. China : Oxford University Press.

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika.

______. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi Anak Tunarungu. Bandung : San Grafika.

______. (2013). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung : Refika Aditama.


(6)

Renny sri hardayanti, 2013

Penerapan permainan chherleaders dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran kata benda pada anak tuna rungu

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu

Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika.

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI.

Somad, P. (2008). Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia : http : // permanarian somad. blogspot. com/. [14 September 2011].

Sudiraharti, P. Tanpa Tahun. Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Dinas Pendidikan. Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

_____. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J. dkk. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung : UPI Press.

______. (2011). Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara

Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung : Refika


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PERMAINAN PUZZLE KATA PADA Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Puzzle Kata Pada Anak Kelompok B TK Gebang 2 Masaran Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI PERMAINAN SUKU KATA PADA ANAK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI PERMAINAN SUKU KATA PADA ANAK KELOMPOK B 1 DI TK AISYIYAH PUCANGAN I KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 15

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU : Penelitian subjek tunggal pada anak tunarungu kelas iii di sd mutiara bunda bandung.

1 9 27

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

0 1 31

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN PERMAINAN KATA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR.

0 1 38

PERMAINAN MEMASANGKAN GAMBAR DENGAN KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK Permainan Memasangkan Gambar Dengan Kata Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca PAda Anak Kelompok A di TK Aisyiyah Kota Pasir Surakarta Tahun 2011/2012.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN SCRABBLE.

2 20 34

PENGGUNAAN MEDIA SEEK-SHAKE DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA BENDA PADA SISWA TUNARUNGU.

1 3 30

PENDEKATAN ANALITIS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERMAT PROSA FIKSI PADA ANAK TUNARUNGU.

0 2 40

STUDI KASUS TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA UJARAN ANAK TUNARUNGU DI SLB- B DENA UPAKARA WONOSOBO.

0 0 210