PENGARUH NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA 2009 – 2013.

(1)

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK

INDONESIA 2009 - 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen

Oleh:

Arif Indr/a Pranata

0901054

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pertambangan di Bursa Efek Indonesia 2009 - 2013

Oleh: Arif Indra Pranata

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Arif Indra Pranata Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang, skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI UNTUK UJIAN SIDANG DRAFT SKRIPSI

PENGARUH NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

2009 -2013

ARIF INDRA PRANATA 0901054

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh: 1. Dosen Pembimbing

Budhi Pamungkas G, SE. M.Sc NIP. 19820707 200912 1 005

2. Ketua Program Studi

Dr. Vanessa Gaffar, SE., AK. MBA NIP. 19740307 200212 2 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Pengaruh Nilai Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia 2009 - 2013" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, April 2015

Arif Indra Pranata NIM: 0901054

/


(5)

ABSTRAK

Arif Indra Pranata, 0901054. Pengaruh Nilai Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia 2009 - 2013. Di bawah bimbingan Budhi Pamungkas Gautama, SE.,M.Sc.

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Tanpa adanya return investor tidak akan berminat untuk berinvestasi karena tujuan utama investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan suatu keuntungan atau return. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh menurunnya return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 – 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nilai pasar yang diukur oleh price to book value dan gambaran return saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 – 2013 dan mengukur pengaruh nilai pasar yang diukur dengan price to book value terhadap return saham.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dalam penelitian ini dari 38 perusahaan pertambangan diambil 20 perusahaan untuk dijadikan sampel dengan menggunakan purpose sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana dan uji hipotesis menggunakan uji t.

Setelah dilakukan penelitian maka didapat hasil yang menunjukan bahwa nilai pasar mempunyai fluktuasi yang cenderung menurun sehingga menyebabkan kepercayaan investor terhadap perusahaan menurun dan return saham mempunyai trend yang cenderung menurun sehingga menyebabkan return saham yang didapat menurun pula. Nilai pasar berpengaruh terhadap return saham dan memiliki hubungan yang positif.


(6)

ABSTRACT

Arif Indra Pranata, 0901054. The Influence of Market Value towards Stock

Return Mining Company in Indonesia Stock Exchange 2009 2013. Under guidance of Budhi Pamungkas Gautama, SE.,M.Sc.

Stock return is a result that obtained from an investment. Without return investors will not be interested to invest, because the main purpose of investment is to earn a profit or return. This research is motivated by stock returns decreasing phenomenon of mining company in Indonesian Stock Exchanged 2009-2013 period. This Research is to reveal the market value as measured by price to book value, to describe of stock returns of mining company in Indonesian Stock Exchanged 2009 - 2013 period and to measure the effect of market value measured by price to book value to stock return.

This research uses descriptive and verification method. In this study of 38 mining companies were taken 20 companies to be sampled using purposive sampling. The analysis used in this study is a simple linear regression and hypothesis testing using t test.

After done researching, the results showed that the fluctuations of market value have tended to decline, decreasing investor confidence in the company as well as stock returns have a trend that tends to decline, reducing the stock return that obtained. The market value has an effect on stock returns and have a positive relation.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum pasar modal memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, karena perusahaan dapat mendapatkan dana menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal. Sedangkan bagi pemegang saham atau investor baik itu individu maupun perusahaan, pasar modal dapat menjadi salah satu sarana menginvestasikan dananya mendapatkan keuntungan berupa deviden dan capital gain. Karena pada umumnya, perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan terpercaya, sehingga saham-saham yang dikeluarkan akan laku dijual belikan di bursa.

Menurut Undang – Undang Pasar Modal Republik Indonesia Nomor 8

tahun 1995 Pasal 1 butir 13 menyebutkan bahwa “Pasar modal adalah kegiatan

yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan potensi yang berkaitan dengan efek.

Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu atau institusi dalam perusahaan (Ang, 1997). Sedangkan menurut Suad Husnan (2005: 29) saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta


(8)

Di dalam pasar modal keuntungan dari saham dapat dihubungkan dengan return saham. Karena return saham merupakan tujuan utama dari para pemegang saham atau investor, oleh sebab itu perusahaan harus memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada investor dengan pemberian return yang optimal dari investasi-investasi yang ada di perusahaannya. Penentuan return saham dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut dari harga saham pada penutupan akhir tahun ke tahun. Para investor mengharapkan return yang maksimal. Harapan memperoleh return yang maksimal tersebut diusahakan agar dapat terwujud dengan mengadakan analisis dan upaya tindakan yang berkaitan dengan investasi dalam sahamnya.

Sentimen negatif akibat krisis ekonomi global terhadap Indonesia berdampak paling besar ke pasar saham. Koreksi harga saham terjadi di hampir seluruh sektor. Utamanya di sektor pertambangan, perdagangan, dan pertanian.

Secara keseluruhan, indeks harga saham di sektor pertambangan mengalami pelemahan pada 2012 sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia. Indeks harga saham di sektor pertambangan sebenarnya masih menguat sepanjang kuartal pertama dan mulai menurun pada April dan Mei.

Bapak Chairul tandjung sebagai ketua KEN (komite ekonomi nasional) mengungkapkan bahwa menurunnya harga saham perusahaan pada sektor pertambangan tersebut tidak terlepas dari penurunan harga-harga komoditas pertambangan di pasar internasional. Sejak awal tahun 2012, komoditas pertambangan seperti aluminium, nikel, dan timah putih menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Misanya, harga nikel dari harga rata-rata 20.450 dolar AS


(9)

per ton pada Februari 2012 turun menjadi 15.658 dolar AS per ton pada Agustus 2012. Sedangkan, harga timah putih dari harga rata-rata sebesar 2.057 dolar AS per ton pada Februari 2012, turun menjadi 1.814 dolar AS per ton pada Agustus 2012.

http://id.beritasatu.com/energy/ken-2013-kinerja-sektor-tambang-masih-tertekan/50496

Saham-saham pertambangan terus mengalami tekanan akibat penurunan harga komoditas dan kebijakan pemerintah yang tak menguntungkan perusahaan pertambangan. Kalangan pelaku pasar memperkirakan tekanan terhadap saham pertambangan akan berlanjut hingga akhir 2012.

Dalam tiga pekan terakhir, sejumlah saham emiten tambang mengalami tekanan. Beberapa saham tersebut seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 8,84%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 16,46%, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 42%, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) turun 9,17%, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) turun 15,61%, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 22,13%.

http://energitoday.com/2012/05/23/harga-komoditas-dunia-turun-kinerja-saham-pertambangan-tertekan/

Di Bursa Efek Indonesia terdapat 3 sektor, yaitu sektor utama (industri penghasil bahan baku), sektor kedua (industri manufaktur), dan sektor ketiga (industri jasa). Sektor utama terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan, sektor kedua yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor


(10)

real estate, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan, jasa dan investasi.

Dalam penelitian ini, sektor pertambangan yang listing di BEI menjadi objek penelitian dalam periode waktu 2009-2013. Sektor pertambangan ini merupakan salah satu indicator penggerak Indeks Harga Saham Gabungan.

Didalam sektor pertambangan ini terdapat 4 subsektor, yaitu subsektor batu bara, subsektor minyak dan gas bumi, subsektor logam dan mineral, subsektor batu – batuan. Dalam keempat sektor ini terdapat total 38 emiten dengan rincian, 21 emiten pada subsektor batu bara, 7 emiten dalam subsektor minyak dan gas bumi, 8 emiten di subsektor logam dan mineral, dan 2 emiten pada subsektor batu – batuan.

Seorang investor akan menanamkan modalnya dengan tujuan mencari pendapatan atau pengembalian investasi (return) baik berupa cash dividend maupun capital gain yang didapat dari selisih antara harga jual saham terhadap harga belinya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvesitasi jika pada akhirnya tidak ada hasil (Ang, 1997).

Return saham ialah hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Jogiyanto, 2010: 109). Jika disimpulkan dari definisinya ada suatu resiko yang harus diperhitungkan oleh investor, yautu tingkat return saham suatu sekuritas dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktivitas usahanya. Permasalahan utama yang menjadi pertimbangan investor adalah apabila perusahaan tidak optimal atau tidak mampu menghasilkan laba.


(11)

Berikut perbandingan return saham pada sektor utama pertanian dan pertambangan :

Tabel 1.1

Rata Rata Return Saham Perusahaan Sektor Utama Bursa Efek Indonesia

2009 – 2013

(dalam %)

Sumber: Indonesia Stock Exchange 2009 – 2013 (Data diolah kembali)

Tabel diatas menunjukan return saham perusahaan sektor utama di Bursa Efek Indonesia yaitu perusahaan pertambangan dan pertanian dari tahun 2009 – 2013. Pada tahun 2009 rata – rata return saham perusahaan pertambangan sebesar 0,87% terjadi penurunan pada 2010 sebesar 0,78% menjadi 0,09%, sedangkan pada perusahaan pertanian pada tahun 2009 rata- rata return saham sebesar 0,72% terjadi kenaikan pada 2010 sebesar 0,11% menjadi 0,83%. Pada tahun 2011 terjadi penurunan pada return saham perusahaan pertambangan sebesar 0,04% menjadi 0.05% begitupun pada perusahaan pertanian terjadi penurunan sebesar 0,78% menjadi 0.05%, pada tahun 2012 terjadi penurunan pada return saham perusahaan pertambangan sebesar 0,28% menjadi -0,23%, perusahaan pertanian juga mengalami penurunan sebesar 0,09% menjadi -0,04%, dan pada tahun 2013

Sektor

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Pertambangan 0,87 0,09 0,05 -0,23 -0,07

Perkembangan -0,78 -0,04 -0,28 0,16

Pertanian 0,72 0,83 0,05 -0,04 -0,05


(12)

2009 2010 2011 2012 2013

Pertambangan 0,87 0,09 0,05 -0,23 -0,07

Pertanian 0,72 0,83 0,05 -0,04 -0,05

-0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

RETURN SAHAM

Pertambangan Pertanian

0,16% menjadi -0,07%, sedangkan return saham perusahaan pertanian mengalami penurunan sebesar 0,01% menjadi -0,05%.

Dari tabel dan penjelasan diatas dapat terlihat bahwa sektor pertambangan mengalami penurunan return saham yang lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.

Return Saham Perusahaan Pertambangan dan Pertanian yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2013 bila disajikan dalam grafik maka akan seperti berikut :

Sumber: Indonesia Stock Exchange 2009 – 2013 (Data diolah kembali) Grafik 1.1

Rata – Rata Return Saham Perusahaan Pertambangan dan Pertanian Bursa Efek Indonesia 2009 – 2013

Return saham pada tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Meskipun return saham dari sektor pertambangan dan pertanian ini menurun akan tetapi penurun yang terjadi pada sektor pertanian lebih sedikit bila dibandingkan dengan penurunan yang terjadi pada sektor pertambangan. Sehingga


(13)

bisa dikatakan kinerja perusahaan sektor pertambangan lebih buruk daripada sektor pertanian. Bagi para investor hal ini berdampak pada turunnya return yang didapatkan oleh investor, sehingga akan mempengaruhi keputusan investor untuk membeli saham perusahaan tersebut atau menjual saham yang telah dibeli untuk menghindari kerugian. Sedangkan bagi perusahaan kondisi ini berdampak pada hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga perusahaan akan kehilangan sumber tambahan modal.

Setiap investasi pasti ada resiko, untuk memperkecil resiko tersebut investor bisa mempelajari dan menyimpulkan informasi tentang perusahaan, diantaranya kinerja perusahaan melalui analisis kinerja keuangan pada laporan keuangan. Analisis rasio keuangan yang biasa digunakan untuk melihat kondisi perusahaan di pasar modal adalah rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, solvabilitas dan nilai pasar. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio nilai pasar. Nilai pasar merupakan rasio yang lazim dan khusus dipergunakan di pasar modal untuk menggambarkan situasi/keadaan perusahaan di pasar modal, tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai (Harahap, 2010: 310). Indikator nilai pasar diantaranya adalah price to book value. Pengertian price to book value sendiri menurut Harahap (2008: 311) adalah perbandimgam antara harga saham di pasar modal dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca.

Menurut Tandelilin (2001), ada hubungan antara harga saham dengan nilai buku (book value) per lembar saham dan itu bisa dijadikan pendekatan untuk


(14)

suatu saham. Perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan dapat menggunakan rasio price to book value. Price to book value menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai relatifnya terhadap modal yang diinvestasikan oleh investor.

Apabila Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan tinggi maka gambaran penilaian pasar pada perusahaan tersebut juga baik, sehingga penilaian investor terhadap perusahaan baik pula. Penilaian investor yang baik akan merubah permintaan saham pada perusahaan, sehingga harga saham akan berubah dan mempengaruhi return saham.(Rahardjo,2009:50).

Price to book value menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), semakin tinggi rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006: 76). Semakin tinggi price to book value maka semakin besar nilai yang diciptakan bagi investor, sejalan dengan hal tersebut kepercayaan terhadap perusahaan di pasar modal pun akan meningkat dan mengakibatkan tingginya permintaan akan saham perusahaan tersebut. Dengan tingginya permintaan saham di pasar modal maka harga saham perusahaan tersebut akan terdorong dan return bagi investor pun akan naik.

Data empiris mengenai price to book value perusahan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2013 adalah sebagai berikut:


(15)

Tabel 1.2

Rata Rata Price to Book Value (PBV) Pada Perusahaan Pertambangan Bursa Efek

Indonesia 2009 – 2013

(dalam rupiah)

Sumber: Indonesia Stock Exchange 2009 – 2012 (Data diolah kembali)

Tabel diatas menunjukan perkembangan price book to value pada tahun 2009 – 2013. Pada tahun 2009 rata – rata price to book value berada di Rp. 5,36 dan terjadi kenaikan sebesar Rp. 1,59 pada tahun 2010 menjadi Rp. 6,95. Pada tahun 2011, 2012, dan 2013 terjadi penurunan price to book value, pada tahun 2011 menurun Rp. 4,38 menjadi Rp. 2,57 pada tahun 2012 menurun Rp. 0,94 menjadi Rp. 1,63 dan pada tahun 2013 kembali mengalami penurunan sebesar Rp. 0,8 menjadi Rp. 0,83.


(16)

Price to book value pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 – 2013 bila dilihat dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:

Sumber: Indonesia Stock Exchange 2009 – 2013 (Data diolah kembali) Grafik 1.2

Rata – Rata Price to Book Value Perusahaan Pertambangan Bursa Efek Indonesia 2009 – 2013

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Fahmi Poernamawati (2008) dengan judul Pengaruh Price Book Value Ratio (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari price to book value dan price earning ratio terhadap return saham.

Berdasarkan fenomena penurunan return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta nilai pasar yang mempengaruhinya dengan rasio price to book value maka peneliti tertarik untuk

2009 2010 2011 2012 2013

rata- rata 5,36 6,95 2,57 1,63 0,83

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00


(17)

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA 2009 - 2013”.

1.2 Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas, dijelaskan bahwa return saham sektor pertambangan mengalami fluktuasi dan cenderung menurun dari tahun 2009 – 2013. Hal ini tentu menjadi kerugian karena dengan return saham yang terus menurun tentu investor pun akan sulit untuk berinvestasi kepada perusahaan.

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi.

Menurut Ang (1997) menyatakan bahwa “tanpa adanya keuntungan yang dapat

dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada

akhirnya tidak ada hasil”. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang

maupun jangka pendek mempunyai tujuan mendapatkan keuntungan (return). Sebelum melakukan investasi, investor perlu mempertimbangkan dan memilih dimana dananya akan ditanamkan. Untuk itu investor perlu informasi tentang perusahaan – perusahaan yang akan dipilihnya, Suad Husnan (2006: 54) mengemukakan bahwa sebelum investor melakukan investasi pada sekuritas, perlu dirumuskan terlebih dahulu kebijakan investasi, menganalisis laporan keuangan dan mengevaluasi kinerja keuangan.

Menurut Tandelilin (2001), ada hubungan antara harga saham dengan nilai buku (book value) per lembar saham dan itu bisa dijadikan pendekatan untuk


(18)

perusahaan dapat menggunakan rasio price to book value. Price to book value menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai relatifnya terhadap modal yang diinvestasikan oleh investor.

Apabila Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan tinggi maka gambaran penilaian pasar pada perusahaan tersebut juga baik, sehingga penilaian investor terhadap perusahaan baik pula. Penilaian investor yang baik akan merubah permintaan saham pada perusahaan, sehingga harga saham akan berubah dan mempengaruhi return saham.(Rahardjo,2009:50).

Price to book value menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), semakin tinggi rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006: 76). Semakin tinggi price to book value maka semakin besar nilai yang diciptakan bagi investor, sejalan dengan hal tersebut kepercayaan terhadap perusahaan di pasar modal pun akan meningkat dan mengakibatkan tingginya permintaan akan saham perusahaan tersebut. Dengan tingginya permintaan saham di pasar modal maka harga saham perusahaan tersebut akan terdorong dan return bagi investor pun akan naik. Definisi price to book value sendiri adalah perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca (Harahap, 2008: 311).


(19)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran Nilai Pasar pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana gambaran Return Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Nilai Pasar terhadap Return Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran Nilai Pasar pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Mengetahui gambaran Return Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Mengetahui Pengaruh Nilai Pasar terhadap Return Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?


(20)

1.5 Kegunaan Penelitian

a. Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal khususnya yang berkaitan dengan nilai pasar dan return saham.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai pasar dan return saham.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pedoman dan menjadi sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut khususnya mengenai nilai pasar dan return saham.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu hal yang penting yang harus dicapai secara maksimal oleh setiap perusahaan, karena kinerja keuangan merupakan gambaran dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber keuangannya. Dan analisis terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi para investor.

Menurut Suad Husnan (2005:54) “sebelum pemodal melakukan investasi pada sekuritas, perlu dirumuskan terlebih dahulu kebijakan investasi, menganalisis laporan keuangan, dan mengevaluasi kinerja keuangan”. Hal ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada perusahaan terkait. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan, investor dapat mengetahui potensi yang dimiliki perusahaan di masa depan.

Menurut Agnes Sawir (2005:1) “kinerja keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan”.

Sedangkan meunrut Munawir (2000:64) “kinerja keuangan merupakan suatu prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode


(22)

menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah penentuan ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh laba sehingga nilai perusahaan yang tinggi dapat dicapai dengan baik.

2.1.1.1 Komponen Kinerja Keuangan

Komponen-komponen kinerja keuangan berupa rasio keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Harmono (2009:106) analisis keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam lima aspek kinerja keuangan perusahaan yaitu:

1. Likuiditas (Liquidity)

Likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.

2. Solvabilitas (Solvability)

Solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Solvabilitas mempunyai beberapa implikasi, (1) kredit mengharapkan dana yang disediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil modalnya maka resiko bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur; (2) meskipun pengadaan dana


(23)

melalui hutang, pemilik masih dapat mengendalikan perusahaan; (3) bila perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan biaya bunga yang harus dibayar, maka pengambilan kepada pemilik dapat diperbesar.

3. Aktivitas (Activity)

Aktivitas ini mengukur tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan dengan cara membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening aktiva seperti perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan juga biaya perputaran total aktiva.

4. Profitabilitas (Profitability)

Profitabilitas mengukur tingkat efektivitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada di perusahaan seperti kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

5. Pasar (Market)

Suatu metode yang digunakan oleh perusahaan untuk melihat kondisi pasar. Dengan hal ini, maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan informasi penting perusahaan yang dijelaskan dalam basis per saham.


(24)

2.1.2 Nilai Pasar

2.1.2.1 Pengertian Nilai Pasar

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:310) “Nilai pasar merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal”. Sedangkan menurut Desy (2012) “nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa”.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan nilai pasar (market value) yaitu harga barang atau surat berharga yang diindikasikan oleh penawaran pasar, yaitu harga yang tambahan barangnya dapat dijual atau dibeli. Pada suatu saat, nilai pasar suatu surat berharga ditentukan oleh nilai penjualan terakhir.

Untuk surat-surat berharga yang tidak aktif, saat tidak ada penawaran, yang digunakan ialah harga penawaran terakhir. Untuk surat berharga yang tidak terdaftar di bursa, nilai pasar ditentukan oleh penjualan terakhir atau ditentukan oleh lembaga penilai. Nilai pasar secara terus-menerus berfluktuasi ketika ada berita-berita hangat dan akan sering berubah sepanjang hari.

Menurut Ang (1997) Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.


(25)

2.1.2.2 Indikator Nilai Pasar

Menurut Harahap (2010: 310) rasio untuk menilai nilai pasar adalah :

1. Price to Book Value (PBV)

PBV (Price to Book Value) menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006: 76).

Jika disimpulkan apabila harga pasar berada dibawah nilai bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimis atas suatu prospek suatu saham maka banyak saham yang dijual pada harga dibawah nilai buku sedangkan bila investor optimis maka saham dijual dengan harga diatas nilai bukunya. Semakin tinggi nilai PBV maka semakin tinggi pula perusahaan itu dilnilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan di perusahaan tersebut. (Ang, 1997)

Pengertian PBV sendiri menurut Harahap (2008: 311) adalah perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca.

��� =

�� �� �� � ��ℎ�

�� �� �� �


(26)

2.1.3 Pasar Modal

2.1.3.1 Pengertian Pasar Modal

Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Menurut Usman (1990:62), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan.

Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 : 4).

Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.


(27)

2.1.3.2 Pelaku Pasar Modal

Menurut Kasmir (2001 : 183-189) para pemain utama yabng terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai berikut :

1. Emiten

Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), antara lain :

a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi. b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri

dengan modal asing.

c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru.

2. Investor

Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya. Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain :


(28)

a. Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga yang dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.

b. Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar pengusahaan (menguasai) perusahaan.

c. Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya.

3. Lembaga Penunjang.

Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga penunjang yang memegang peranan penting di dalam mekanisme pasar modal adalah sebagai berikut :

a. Penjamin emisi (underwriter). Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.

b. Perantara perdagangan efek (broker / pialang). Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain adalah memberikan informasi tentang emiten dan penjualan efek kepada investor.


(29)

c. Perdagangan efek (dealer), berfungsi sebagai pedagang dalam jual beli efek dan sebagai perantara dalam jual beli efek.

d. Penanggung (guarantor). Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan dengan si penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan dananya.

e. Wali amanat (trustee). Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi :

1) Menilai kekayaan emiten.

2) Menganalisis kemampuan emiten.

3) Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten.

4) Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten.

5) Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi. 6) Bertindak sebagai agen pembayaran.

f. Perusahaan surat berharga (securities company). Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek. Kegiatan perusahaan surat berharga antara lain :

1) Sebagai pedagang efek. 2) Penjamin emisi.

3) Perantara perdagangan efek. 4) Pengelola dana.


(30)

g. Perusahaan pengelola dana (investment company). Mengelola surat-surat berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan keinginan investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana. h. Kantor administrasi efek. Kantor yang membantu para emiten maupun

investor dalam rangka memperlancar administrasinya. 1) Membantu emiten dalam rangka emisi.

2) Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para investor.

3) Membantu menyusun daftar pemegang saham.

4) Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham. 5) Membuat laporan-laporan yang diperlukan.

2.1.3.3 Fungsi dan Manfaat Pasar Modal

Sebagai pasar berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, maka pasar modal menurut Sunariah dalam bukunya pengetahuan pasar modal (2003 : 8) menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu : 1. Fungsi Ekonomi

Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu investor pihak yang memiliki kelebihan dana dan issuer pihak yang memerlukan dana. Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh return (imbalan) sedangkan pihak issuer dalam hal ini perusahaan yang dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasional perusahaan.


(31)

2. Fungsi Keuangan

Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh return (imbalan) bagi pemilik dana, sesuai dengan karateristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal diharapkan aktifitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan. Sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.

Pekembangan ekonomi suatu negara sangat ditentukan oleh lembaga perbankan dan keuangan termasuk di dalamnya pasar modal. Menurut Sunariah dalam bukunya Pengetahuan Pasar Modal (2003 : 9) bahwa manfaat pasar modal, yaitu :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3. Menyediakan leding indikator bagi trend ekonomi negara.

4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan

iklim berusaha yang sehat.

6. Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menaik.


(32)

2.1.3.4 Instrumen Pasar Modal

Menurut BAPEPAM, instrument pasar modal terdiri dari : 1. Saham

Saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah sebagai berikut:

a. Deviden : Bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham.

b. Capital gain : Keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham.

c. Manfaat non finansial, yaitu memiliki hak suara dalam aktivitas perusahaan.

2. Obligasi

Obligasi adalah surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan oleh perusahaan penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.

3. Surat Berharga Turunan (Derivative)

Selain dua jenis efek diatas yang sudah banyak digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat beberapa jenis efek yang merupakan instumen pasar modal yang dapat digunakan sebagai media hutang, yaitu :


(33)

a. Option (opsi)

Option adalah surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Warrant

Warrant adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant tersebut.

c. Right

Right adalah surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli tambahan saham pada penerbitan saham baru. Sering juga dikenal dengan HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu).

d. Reksadana

Reksadana adalah saham, obligasi, atau efek lain yang dibeli oleh sejumlah investor dan dikeloala oleh sebuah perusahaan investasi professional.


(34)

2.1.4 Saham

Saham merupakan instrumen investasi yang banyak diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Menurut Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi (2009:68) saham adalah:

1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. 2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan

diikitu dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

3. Persediaan yang siap untuk dijual.

Menurut Suad Husnan (2005:36) “saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan”, sedangkan menurut Robert Ang (1997:2) “saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan berbentuk perseroan terbatas”.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda bukti kepemilikan individu atau institusi atas suatu perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan perusahaan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.


(35)

2.1.4.1 Jenis – Jenis Saham

Menurut Jogiyanto (2010: 111) ada beberapa jenis saham yang beredar di masyarakat, antara lain:

1. Saham preferen (preferred stock)

Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil tetap berupa dividen preferen. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh Karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa

2. Saham biasa (common stock)

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak, yaitu hak control (pemegang saham bias mempunyai hak untuk memlilih dewan direksi), hak menerima pembagian keuntungan (sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan) dan hak premptif (hak untuk mendapatkan persentasi


(36)

3. Saham Treasuri (treasury stock)

Saham Treasuri adalah saham milik usahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipernsiunkan tetpai disimpan sebagai treasuri.

2.1.4.2 Nilai Saham

Menurut Jogiyanto (2010: 122) Ada berbagai jenis nilai saham, yaitu:

1. Nilai par / Nilai nominal (par value / face value)

Nilai nominal dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham.

2. Nilai buku (book value)

Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.


(37)

3. Nilai pasar (market value)

Nilai pasar berbeda dengan nilai buku, jika nilai nuku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.

4. Nilai intrinsik / Nilai riil (fair value / reasonable value)

Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham yang diperdagangkan. Sedangkan nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.

2.1.4.3 Harga Saham

Harga saham menurut Jogiyanto (2010: 8) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.

Sedangkan menurut Agus Sartono (2001: 9), harga saham terbentuk dipasar dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham (Earning Per Share), rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio (PER), tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.


(38)

Dilihat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Weston dan Brigham (2005: 26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,

semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.


(39)

3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

Sedangkan menurut Alwi (2003: 87), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain:

1. Faktor Internal (Lingkungan Mikro)


(40)

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.. f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi

baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.


(41)

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. 2.1.4.4 Analisis Harga Saham

Sebelum megnambil keputusan untuk melakukan investasi atau pembelian suatu saham, investor biasanaya menggunakan beberapa metode analisis saham seperti yang dijelaskan Jogiyanto (2010: 126), yaitu:

a. Analisis Fundamental

Suad Husnan (2005: 307) mengatakan analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan :

1. Mengestimasi nilai faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

2. Menerapkan hubungan variabel – variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisa sekuritas.


(42)

kunci dalam laporan keuangan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat.

Analisis fundamental menggunakan data – data yang ada dalam laporan keuangan perusahaan dan informasi lain yang didapat sebagai acuan atau bahan yang diolah atau dianalisis untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang.

b. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya diwaktu yang lalu, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan

Para pelaku pasar modal di Bursa Efek Indonesia menggunakan informasi tersebut untuk meraih keuntungan dari investasi mereka dengan cara menentukan kapan akan membeli atau menjual saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.

2.1.5 Return Saham

Return saham ialah hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Jogiyanto, 2010: 109). Menurut Jogiyanto (2010: 109), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan.


(43)

b. Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang yang belum terjadi.

Menurut Ang (1997: 23), Expected return didefinisikan sebagai return yang diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal perusahaan sebagai contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan lain sebagainya.

2. Faktor eksternal seperti pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, dan lainnya. Faktor ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).

Dalam penelitian ini jenis return yang digunakan adalah return realisasi dimana return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis dan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan di pasar modal.

Menurut Jogiyanto (2010: 207) pada umumnya untuk menghitung return realisasi dapat menggunakan rumus di bawah ini:


(44)

Jogiyanto (2010: 207)

Keterangan:

Rit : tingkat keuntungan saham i pada periode t.

Pit : harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir) Pit-1 : harga penutupan saham i pada periode sebelumnya (awal)

Tujuan investor menanamkan dananya adalah dengan tujuan mencari pendapatan atau pengembalian investasi (return) baik berupa cash dividend maupun capital gain yang didapat dari selisih antara harga jual saham terhadap harga belinya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvesitasi jika pada akhirnya tidak ada hasil (Ang, 1997).

2.2 Pengaruh Nilai Pasar Terhadap Return Saham

Menurut Robert Ang (1997:18.44) nilai pasar dapat diukur dengan beberapa pendekatan yaitu dividend Yield, Dividend Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Price Earning Ratio (PER), Book Value Share (BVS), Price to Book Value (PBV).

PBV (Price to Book Value) menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik


(45)

perusahaan (Husnan, 2006: 76). Definisi PBV sendiri adalah perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut (Harahap, 2008: 311). Jika disimpulkan apabila harga pasar berada dibawah nilai bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimis atas suatu prospek suatu saham maka banyak saham yang dijual pada harga dibawah nilai buku sedangkan bila investor optimis maka saham dijual dengan harga diatas nilai bukunya. Semakin tinggi nilai PBV maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Ang, 1997).

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Fahmi Poernamawati (2008) Pengaruh Price Book Value Ratio (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan dari price to book value dan price earning ratio terhadap return saham.

2. Putu Rendi Suryagung Ryadi dan I Ketut Sujana (2013) Pengaruh Price Earnings Ratio, Profitabilitas, Nilai Pasar terhadap return saham indeks LQ45 di BEI. Hasil penelitiannya adalah Price Earnings Ratio dan Profitabilitas berpengaruh negatif sedangkan nilai pasar yang diukur oleh Price to Book Value berpengaruh positif terhadap return saham indeks LQ45 di BEI.


(46)

3. Penelitian Wardjono (2010) Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price to Book Value Implikasinya Terhadap Return Saham. Hasil penelitiannya adalah Price to book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

4. Jurnal Penelitian I Wayan Adi dan Henny Rahyuda (2012) Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham pada perusahaan makanan dan minuman di BEI. Hasil dari penelitian ini adalah DER, EPS, NPM, PBV secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan makanan dan minuman di BEI.

5. Jurnal Penelitian Meythi dan Mariana Mathilda (2012) Pengaruh PER dan PBV terhadap Return Saham Indeks LQ45 2007-2009. Hasil dari penelitian ini adalah PER dan PBV secara simultan tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

6. Jurnal Penelitian Agung Sugiarto (2011) Analisis Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER dan PBV terhadap Return Saham. Hasil Penelitan ini adalah PBV memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return Saham.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu informasi terpenting yang harus diketahui oleh para investor. Informasi tersebut dapat dijadikan oleh investor sebagai alat ukur pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dengan cara melihat potensi kinerja perusahaan di masa berikutnya. Menurut Agnes Sawir (2005:1): “kinerja keuangan adalah


(47)

kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan”.

Komponen-komponen kinerja keuangan berupa rasio keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat ditinjau melalui berbagai pendekatan diantaranya: profitabilitas, likuiditas, aktivitas, pasar dan solvabilitas.

Nilai pasar dapat diukur dengan beberapa pendekatan yaitu dividend Yield, dividend per share (DPS), earning per share (EPS), dividend payout ratio (DPR), price earning ratio (PER), book valueshare (BVS), price to book value (PBV). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah price to book value karena menurut Tandelilin (2001), ada hubungan antara harga saham dengan nilai buku (book value) per lembar saham dan itu bisa dijadikan pendekatan untuk mencari nilai suatu saham, karena secara teori nilai buku tercermin dari nilai pasar suatu saham. Perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan dapat menggunakan rasio PBV karena menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai relatifnya terhadap modal yang diinvestasikan oleh investor.

PBV menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), semakin tinggi rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006: 76). Semakin tinggi PBV maka semakin besar nilai yang diciptakan bagi investor, sejalan dengan hal tersebut kepercayaan terhadap


(48)

permintaan akan saham perusahaan tersebut. Dengan tingginya permintaan saham di pasar modal maka harga saham perusahaan tersebut akan terdorong dan return bagi investor pun akan naik. Definisi PBV sendiri adalah perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca (Harahap, 2008: 311).

Investor akan menanamkan modalnya dengan tujuan mencari pendapatan atau pengembalian investasi (return) baik berupa cash dividend maupun capital gain yang didapat dari selisih antara harga jual saham terhadap harga belinya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvesitasi jika pada akhirnya tidak ada hasil (Ang, 1997).

Penurunan return saham bagi investor sangat berdampak pada turunnya hasil investasi karena turunnya nilai return perusahaan. Dengan turunnya return maka investor pun akan berfikir kembali untuk berinvestasi dengan membeli saham di pasar modal, bahkan investor akan menjual saham yang telah dibeli untuk menghindari kerugian. Sebaliknya jika return saham meningkat maka investor akan berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut di pasar modal karena return saham yang tinggi akan menghasilkan keuntungan yang bagus untuk investor sesuai dengan tujuan utama investor melakukan investasi.


(49)

Sumber : Rahardjo (2009)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengaruh Nilai Pasar Terhadap Return Saham Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Pengaruh Antar Variabel KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN

LIKUIDITAS

SOLVABILITAS AKTIVITAS PROFITABILITAS

NILAI PASAR

PASAR MODAL

RETURN SAHAM HARGA SAHAM


(50)

2.5 Paradigma Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 42), paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti dan umumnya mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian, kegunaan teori ini adalah untuk merumuskan hipotesi, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.

Berikut merupakan gambaran dari paradigma pemikiran yang sesuai dengan uraian diatas :

Sumber : Rahardjo (2009)

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran 2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:71) “hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2011) “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang


(51)

diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :


(52)

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan

4.1.1 Gambaran Umum

Di Bursa Efek Indonesia terdapat 3 sektor, yaitu sektor utama (industri penghasil bahan baku), sektor kedua (industri manufaktur), dan sektor ketiga (industri jasa). Sektor utama terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan, sektor kedua yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi, sedangkan sektor ketiga terdiri dari sektor property dan real estate, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan, jasa dan investasi.

Didalam sektor pertambangan terdapat 4 subsektor, yaitu subsektor batu bara, subsektor minyak dan gas bumi, subsektor logam dan mineral, subsektor batu – batuan. Dalam keempat subsektor ini terdapat total 38 emiten dengan rincian, 21 emiten pada subsektor batu bara, 7 emiten dalam subsektor minyak dan gas bumi, 8 emiten di subsektor logam dan mineral dan 2 emiten di subsektor batu – batuan.

Dari total 38 emiten ini hanya ada 20 emiten yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2013, berikut adalah daftar nama perusahaan – perusahaan tersebut :


(53)

Tabel 4.1

Daftar Nama Perusahaan Yang Masuk Kedalam Objek Penelitian (Perusahaan Yang Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008 – 2013)

NO. Perusahaan Kode

Emiten Tanggal Listing

1 ANEKA TAMBANG (Persero) Tbk. ANTM 27 November 1997

2 RATU PRABU ENERGI Tbk. ARTI 30 April 2003

3 ATPK RESOURCES TbK. ATPK 17 April 2002

4 BUMI RESOURCES Tbk. BUMI 30 Juli 1990

5 CITA MINERAL INVESTINDO Tbk. CITA 20 Maret 2002

6 CAKRA MINERAL Tbk. CKRA 19 Mei 1999

7 CITATAH Tbk. CTTH 3 Juli 1996

8 DARMA HENWA Tbk. DEWA 26 September 2007

9 DELTA DUNIA MAKMUR Tbk. DOID 15 Juni 2001

10 ENERGI MEGA PERSADA Tbk. ENRG 7 Juni 2004

11 VALE INDONESIA Tbk. INCO 16 Mei 1990

12 INDO TAMBANGRAYA MEGAH Tbk. ITMG 18 Desember 2007

13 RESOURCE ALAM INDONESIA Tbk. KKGI 1 Juli 1991

14 MEDCO ENERGI INTERNASIONAL Tbk. MEDC 12 Oktober 1994

15 MITRA INVESTINDO Tbk. MITI 16 Juli 1997

16 PERDANA KARYA PERKASA Tbk. PKPK 11 Juli 2007

17 TAMBANG BATU BARA BUKIT ASAM (Persero) Tbk. PTBA 23 Desember 2002

18 PETROSEA Tbk. PTRO 21 Mei 1990

19 RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk. RUIS 12 Juli 2006

20 TIMAH (Persero) Tbk. TINS 19 Oktober 1995

Berikut adalah 20 profil singkat perusahaan pertambangan yang konsisten terdaftar di BEI dari tahun 2008 – 2013 :

4.1.1.1 Profil PT. Aneka Tambang (persero) Tbk. (ANTM)

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) didirikan dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" tanggal 05 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat ANTM berlokasi di Gedung Aneka Tambang, Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1, Lingkar


(54)

adalah Pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A Dwiwarna) dan 65% di saham Seri B.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANTM adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut. Saat ini, Kegiatan utama Perusahaan meliputi bidang eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian serta pemasaran bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, batubara dan jasa pemurnian logam mulia. Di tahun 2014, Perusahaan akan mulai menjual komoditas baru chemical grade alumina (CGA) seiring dengan mulai beroperasinya pabrik pengolahan CGA di Tayan, Kalimantan Barat. Selain itu Perusahaan juga tengah mengembangkan bisnis pembangkit tenaga listrik.

Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ANTM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham (Seri B) dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Nopember 1997.

4.1.1.2 Profil PT. Ratu Prabu Energi Tbk. (ARTI)

Ratu Prabu Energi Tbk (dahulu PT Arona Binasejati Tbk) (ARTI) didirikan tanggal 31 Maret 1993 dan memulai kegiatan operasinya secara komersial pada tahun 1996. Kantor pusat ARTI beralamat di Gedung Ratu Prabu 1, Lantai. 9 JL. TB. Simatupang Kav. 20 Jakarta 12560 – Indonesia.


(55)

Pemegang saham mayoritas ARTI adalah PT Ratu Prabu, dengan persentase kepemilikan sebesar 81,35%. Sebelum tahun 2008 ARTI bergerak dibidang industri manufaktur wooden furniture.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan utama ARTI adalah investasi dibidang energi (minyak dan gas) dan real estate (pengembangan, penyewaan dan pengelolaan properti). Saat ini, kegiatan usaha ARTI dijalankan melalui Anak Usahanya, antara lain: jasa pertambangan dan properti (PT Lekom Maras), pertambangan minyak (Lekom Maras Pengabuan Inc), pertambangan minyak dan gas (PT Bangadua Petroluem) dan pengembangan, penyewaan serta pengelolaan properti (PT Ratu Prabu Tiga).

Pada tanggal 23 April 2003, ARTI telah memperoleh Pernyataan Efektif BAPEPAM-LK sehubungan dengan Penawaran Umum Saham Perdana ARTI kepada masyarakat sejumlah 95.000.000 saham biasa dengan nilai nominal Rp500,- per saham pada harga penawaran Rp650,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia / BEI) pada tanggal 30 April 2003.

4.1.1.3 Profil PT. ATPK Resources Tbk. (ATPK)

PT ATPK Resources Tbk (d/h PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk) (ATPK) didirikan tanggal 12 Januari 1988. Kantor Pusat ATPK beralamat di Wisma GKBI Lantai 39, Jl Jenderal Sudirman No. 28, Jakarta 10210 dan kantor operasional berlokasi di AXA Tower Lantai 29, suite 01 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Kuningan City Jakarta 12940. Induk usaha terakhir ATPK adalah PT Pacific


(56)

RUPSLB ATPK pada tanggal 26 Januari 2006, menyetujui melakukan perubahan kegiatan usaha utama dari bidang pertambakan ke bidang perkebunan kelapa sawit. Kemudian pada tanggal 7 Juni 2006 diadakan RUPSLB kembali, dan menyetujui;

1. Perubahan nama dari PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk. menjadi PT ATPK Resources Tbk.,

2. Perubahan domisili dari Medan ke Jakarta, dan

3. Diversifikasi bidang usaha ke bidang usaha pertambangan umum dan pembangunan infrastruktur.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha utama ATPK adalah bergerak dalam usaha pertambangan, minyak dan gas bumi, infrastruktur tambang, perdagangan yang berkaitan dengan produk tambang, transportasi di bidang tambang, perkebunan dan kehutanan.

Pada tanggal 28 Maret 2002, ATPK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ATPK (IPO) kepada masyarakat sebanyak 135.450.000 saham dengan nilai nominal Rp200,- per saham dengan harga penawaran perdana Rp300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) tanggal 17 April 2002.


(57)

4.1.1.4 Profil PT. BUMI Resources Tbk.

Bumi Resources Tbk (BUMI) didirikan 26 Juni 1973 dengan nama PT Bumi Modern dan mulai beroperasi secara komersial pada 17 Desember 1979. Kantor pusat BUMI beralamat di Lantai 12, Gedung Bakrie Tower, Rasuna Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940. BUMI tergabung dalam kelompok usaha Bakrie (PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan Long Haul Holdings Ltd.).

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham BUMI, antara lain: Credit Suisse AG SG Branch S/A CSAGSING-LHHL (LHHL-130M)-2023334064 (23,15%), PT Karsa Daya Rekatama (10,67%) dan PT Damar Reka Energi (6,28%). Pada saat didirikan BUMI bergerak industri perhotelan dan pariwisata.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir, ruang lingkup kegiatan BUMI meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk pertambangan dan penjualan batubara) dan eksplorasi minyak. Saat ini, BUMI merupakan induk usaha dari anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan. BUMI memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS).

Pada tanggal 18 Juli 1990, BUMI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BUMI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.500,- per saham. Saham-saham tersebut


(58)

4.1.1.5 Profil PT. Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA)

PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) didirikan dengan nama PT Cipta Panelutama 27 Juni 1992 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli 1992. Kantor pusat CITA di Gedung Ratu Plaza Lantai 22, Jalan Jenderal Sudirman No. 9, Jakarta Pusat.

Induk usaha CITA adalah Richburg Enterprise Pte. Ltd, sedangkan induk usaha terakhir CITA adalah Mineral Distribution Pte. Ltd

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CITA terutama adalah pertambangan. Saat ini kegiatan utama CITA adalah dibidang investasi pertambangan dan kegiatan pertambangan yang dilakukan melalui Anak Perusahaan yakni PT Harita Prima Abadi Mineral (HPAM) dan PT Karya Utama Tambangjaya (KUTJ) yang merupakan perusahaan pertambangan bauksit di Indonesia.

Sejak didirikan sampai pertengahan 2007, CITA bergerak di bidang perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, jasa pengangkutan darat, perbengkelan dan pembangunan.

Pada tanggal 22 Februari 2002, CITA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CITA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham dan disertai Waran Seri I sebanyak 18.000.000. Saham dan waran seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Maret 2002.


(59)

4.1.1.6 Profil PT. Cakra Mineral Tbk. (CKRA)

PT Cakra Mineral Tbk (sebelumnya PT Citra Kebun Raya Agri Tbk) (CKRA) didirikan dengan nama PT Ciptojaya Kontrindoreksa tanggal 19 September 1990 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli 1992. Kantor pusat CKRA di Jl. Mega Kuningan Barat Blok E3.5 Kav.7 Kuningan Timur – Setiabudi, Jakarta Selatan 12950, Indonesia. Induk usaha dan induk usaha terakhir CKRA adalah Redstone Resources Pte. Limited, yang berkedudukan di Singapura.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CKRA adalah bergerak dalam bidang pertambangan khususnya di bidang pertambangan mineral, perdagangan, perindustrian, perhubungan dan penanaman modal. Saat ini, kegiatan utama CKRA adalah investasi pada perusahaan pertambangan, terutama biji besi.

Pada tanggal 05 Mei 1999, CKRA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CKRA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 63.600.000 dengan nilai nominal Rp250,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Mei 1999.

4.1.1.7 Profil PT. Citatah Tbk. (CTTH)

PT Citatah Tbk (CTTH) didirikan tanggal 26 September 1968 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat Citatah beralamat di Jl. Tarum Timur No. 64, Desa Tamelang, Kecamatan Cikampek,


(60)

Karawang. Pabrik-pabrik pengolahan Citatah berlokasi di Pangkep (Sulawesi Selatan) dan Karawang.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham CTTH adalah Parallax Venture Partners XIII Ltd. (18,90%), BNP Paribas Private Bk Singapore (9,40%), Advance Capital Limited (7,03%), Meridian-Pacific International Pte. Ltd. (5,82%), PT Alpha Capital (5,81%) dan Investspring Limited (5,26%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CTTH terutama meliputi usaha produksi dan penjualan marmer, kerajinan tangan marmer, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan. Saat ini kegiatan usaha CTTH adalah menjalankan usaha dalam bidang penambangan dan pengolahan marmer dari tambang, hingga pendistribusian marmer untuk proyek-proyek bangunan komersial dan residensial di pasar domestik dan luar negeri.

Pada tanggal 10 Juni 1994, CTTH memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CTTH (IPO) kepada masyarakat sebanyak 44.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp2.375,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 03 Juli 1996.

4.1.1.8 Profil PT. Darma Henwa Tbk. (DEWA)

PT Darma Henwa Tbk (dahulu PT HWE Indonesia) (DEWA) didirikan tanggal 08 Oktober 1991 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Kantor pusat DEWA berlokasi di Gedung Bakrie Tower Lantai 8, Rasuna Epicentrum, Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta, 12940 dan proyek berlokasi di Bengalon dan Binungan Timur, Kalimantan Timur dan Asam Asam,


(61)

Kalimantan Selatan. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham DEWA adalah Zurich Assets International Ltd (21,61%) dan Goldwave Capital Limited (17,68%). DEWA beberapa kali melakukan perubahan nama, diantaranya:

1. PT Darma Henwa, per 08 Oktober, 1991 2. PT Henry Walker Eltin (HWE), per 1996 3. PT HWE Indonesia, per Januari 2005 4. PT Darma Henwa, per 05 September, 2005

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DEWA terdiri dari jasa kontraktor pertambangan, umum, serta pemeliharaan dan perawatan peralatan pertambangan. Saat ini kegiatan usaha DEWA adalah di bidang jasa kontraktor pertambangan umum.

Pada tanggal 12 September 2007, DEWA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DEWA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.150.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp335,- per saham dan disertai 4.200.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 26 Maret 2008 sampai dengan 24 September 2010 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp340,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 26 September 2007.


(62)

4.1.1.9 Profil PT. Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID)

Delta Dunia Makmur Tbk (dahulu PT Delta Dunia Property Tbk) (DOID) didirikan tanggal 26 Nopember 1990 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1992. Kantor pusat DOID beralamat di Cyber 2 Tower, Lantai 28, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 No. 13, Jakarta.

Pemegang saham mayoritas DOID adalah Northstar Tambang Persada Ltd., dengak persentase kepemilikan sebesar 39,723. Northstar Tambang Persada Ltd merupakan sebuah konsorsium pemegang saham yang terdiri dari TPG Capital, Government of Singapore Investment Corporation Pte. Ltd., China Investment Corporation dan Northstar Equity Partners.

Pada awal didirikan DOID bergerak di bidang tekstil yang memproduksi berbagai jenis benang rayon, katun dan poliester untuk memenuhi pasar ekspor. Kemudian pada tahun 2008, DOID mengubah usahanya menjadi pengembangan properti komersial dan industrial di Indonesia.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir, ruang lingkup kegiatan DOID adalah jasa, pertambangan, perdagangan dan pembangunan. Sejak tahun 2009 kegiatan utama DOID adalah jasa penambangan batubara dan jasa pengoperasian tambang melalui anak usaha utamanya yakni PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA).

Pada tanggal 29 Mei 2001, DOID memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DOID (IPO) kepada masyarakat sebanyak 72.020.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp150,- per saham dan disertai 9.002.500 Waran seri I


(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1. Simpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai nilai pasar yang diukur dengan Price Book to Value (PBV) terhadap retrun saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013, melalui analisis deskriptif dan verifikatif, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan nilai pasar yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) pada perusahaan pertambangan di BEI periode 2009-2013 mengalami tren penurunan. Rata-rata Price to Book Value (PBV) perusahaan pertambangan pada tahun 2010 yaitu 6,95 merupakan Price to Book Value (PBV) tertinggi. Price to Book Value (PBV) terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu, 0,83. Price to Book Value (PBV) perusahaan pertambangan mengalami penurunan dalam kurun waktu 2011 hingga 2013.

2. Perkembangan return saham perusahaan pertambangan dalam kurun waktu 2009-2013 mengalami fluktuatif yang mengarah terhadap penurunan. Rata-rata perusahaan pertambangan mengalami penurunan return saham dari tahun 2010 - 2012. Hal tersebut terjadi karena, sebagian besar perusahaan pertambangan mengalami penurunan kinerja perusahaan yang berimbas pada turunnya return saham perusahaan. Rata-rata return saham perusahaan pertambangan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 0,87% dan rata-rata return saham terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu -0,23%.


(2)

3. Berdasarkan penelitian dengan pengujian hipotesis maka didapat hasil bahwa nilai pasar yang diukur dengan price to book value (PBV) berpengaruh positif terhadap return saham.

5.2. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa implikasi dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Turunnya nilai pasar yang diukur dengan Price Book to Value (PBV) pada perusahaan pertambangan menunjukan bahwa investor menilai rendah prospek perusahaan dimasa yang akan datang, hal tersebut nantinya akan tercermin dengan menurunnya harga saham perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Sehingga perusahaan diharapkan meningkatkan nilai pasar yang diukur dengan Price Book to Value (PBV) dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian, investor akan menilai perusahaan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Penilaian investor akan terlihat dari harga saham perusahaan di pasar modal yang mengalami peningkatan sehingga nilai pasar yang diukur dengan Price Book to Value (PBV) akan mengalami peningkatan.

2. Diharapkan perusahaan dapat meningkatkan return saham dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian, investor akan tertarik untuk berinvestasi pada saham perusahaan pertambangan. Sehingga harga saham dan return saham akan ikut meningkat.


(3)

3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan diharapkan dapat meneliti mengenai return saham, dengan menggunakan variabel-variabel lain yaitu, likuiditas, solvabilitas, aktifitas, profitabilitas yang dapat mempengaruhi return saham, serta untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan objek penelitian yang berbeda dan menambah periode pengamatan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Husnan, Suad. 2006. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Husnan, Suad. 2006. Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.

Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Brigham, E.F., dan Houston, J.F. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Jogiyanto . 2003. Teori Portofilio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta :BPFE

Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.

Tandelilin E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Potofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. James. C. Van Horne., dan Jhon, M.W. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen

Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Cetakan Keenambelas. Bandung: Alfabeta.

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan, Berbasis Balanced Scorecard

Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis, Edisi Pertama. Jakarta: Bumi


(5)

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariant.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sudjana. 2003. Metoda Statistika. Bandung: Tristo.

Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan

Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Referensi Lainnya

Badan Pengawas Pasar Modal. 2003. Panduan Investasi Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Pasar Modal.

Poernamawati, Fahmi. 2008. Analisis Price To Book Value (PBV) dan Price

Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen

Gajayana Vol. 5, No. 2 November, Universitas Gajayana.

Mathilda, Mariana dan Meythi. 2012. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan

Price To Book Value (PBV) Terhadap Return Saham Indeks LQ45

(Periode 2007 – 2009). Jurnal Akuntansi Vol. 4, No. 1 Mei, Universitas

Kristen Maranatha.

Suryagung Ryadi, Putu Rendi dan Sujana, I Ketut. 2013. Pengaruh Price

Earnings Ratio (PER), Profitabbilitas, dan Nilai Pasar (PBV) Terhadap Return Saham Indeks LQ45. Jurnal Akuntansi, Universitas Udayana.

Wardjono. 2010. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price to Book Value Dan Implikasinya Terhadap Return Saham. Dinamika Keuangan

dan Perbankan, Mei 2010, Hal: 83 – 96. Semarang, Universitas Stikubank.

Sugiarto, Agung. 2011. Analisis Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER dan PBV Terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol.3, No.1, UNIKA Semarang.

Adi Suarjaya, I Wayan dan Rahyuda, Henny. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI. Jurnal Ekonomi, Universitas Udayana.


(6)

Situs Internet

www.idx.co.id www.britama.com www.energitoday.com www.republika.co.id

www.bisniskeuangan.kompas.com www.swa.co.id

www.market.bisnis.com www.investor.co.id www.sahamok.com


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Modal Saham terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009.

1 39 105

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN NILAI KAPITALISASI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN. (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2012)

0 4 23

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PASAR SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PENGARUH TINGKAT PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PASAR SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013.

0 2 13

PENGARUH OVERREAKSI PASAR TERHADAP STOCK RETURN PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA Pengaruh Overreaksi Pasar Terhadap Stock Return Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 12

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013.

0 4 43

PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA SUBSEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 30

PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 70

PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR ENERGI DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 42

PENGARUH NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM DI LQ45 BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 53

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010.

0 0 21