PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN KINERJA OPEN ENDED QUESTION DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN KINERJA

OPEN ENDED QUESTION DALAM PEMBELAJARAN IPS

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

(Studi Pengembangan Model Terhadap Peserta Didik SMP Di Bandung Barat)

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Doktor Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

NURSYAMSINAR NURSITI NIM. 0908037

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul ”Pengembangan Model Asesmen Kinerja Open Ended Question dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Pengembangan Model Terhadap Peserta Didik SMP Di Bandung Barat)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 19 Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

Nursyamsinar Nursiti NIM. 0908037


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Disman, M.S Ko-promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed Anggota

Prof.Dr.H. Dasim Budimansyah, M.Si Penguji

Dr. H. Dadang Iskandar, M.Pd Penguji

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana UPI


(4)

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA NIP. 196207021986011002

ABSTRAK

Nursyamsinar Nursiti (0908037). Judul Disertasi : Pengembangan Model Asesmen Kinerja Open Ended Question dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Pengembangan Model Terhadap Peserta Didik SMP di Bandung Barat). Disertasi dibimbing oleh : Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd, Prof. Dr. H. Disman, M.S, dan Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan, bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di SMP masih rendah. Hal ini disebabkan karena pembelajaran IPS yang dilakukan selama ini, lebih mendorong peserta didik untuk memilih salah satu jawaban yang benar, dan tidak mengembangkan pola pikir dalam memunculkan ide-ide atau gagasan baru. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan model rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah penelitian dan pengembangan, dengan prosedur (1) studi pendahuluan dalam bentuk deskriptif, (2) pengembangan model melalui ujicoba terbatas dan luas dalam bentuk penelitian tindakan kelas, dan (3) validasi model dalam bentuk quasi eksperimen. Subjek penelitian ini, adalah peserta didik kelas VIII pada SMP negeri maupun swasta di Kabupaten Bandung Barat. Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dokumentasi dan tes. Analisis data yang digunakan adalah matching only pre test-pos test control group design. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) model konseptual rubrik asesmen kinerja open ended question yang dikembangkan, dirumuskan dalam tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (2) secara statistik model rubrik asesmen kinerja open ended question yang diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, terbukti secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP. Rekomendasi penelitian ini, adalah (1) guru hendaknya menggunakan model rubrik asesmen kinerja yang dikembangkan secara mandiri dalam setiap pembelajaran, dan (2) penelitian ini masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih komprehensif dari model yang telah dikembangkan.


(5)

ABSTRACT

Nursyamsinar Nursiti (0908037). Title: The Development of Open Ended Question as Performance Assessment Model in Social Study to Improve Critical Thinking (A Model Development Study towards Junior High School Learners in Bandung Barat District). Under supervision of Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd., Prof. Dr. H. Disman, M.S., and Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

This research is based on the reality that the ability of Junior High School learners’ critical thinking in social study are low. The reason is the social study still urge learners to choose only one correct answer. The learning should encourage learners to develop new ideas instead of giving single perspective to learners. For that reason, the research objective is to develop open ended question performance assessment model in social study to improve learners’ critical thinking ability in Junior High School. The method used is research and development with procedure of (1) descriptive initial study, (2) model development through limited trial in classroom action research, and (3) model validation in quasi experiment. The research subject is year 8 students of junior high school both public and private schools in Bandung Barat District. Data collection technique and instruments include interviews, observations, documentation and tests. The analysis used is matching only pretest-posttest control group design. The research findings can be summarized that (1) rubric of open ended question performance assessment conception model developed, can be applied in three stages: planning, implementation and evaluation; (2) statistically, this model can develop critical thinking ability of Junior High School learners significantly. It is recommended that (1) teachers are suggested to apply rubric of open ended question performance assessment model which is developed independently in every teaching and learning process, and (2) this research should be followed up through comprehensive research of this developed model.


(6)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRAC ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Berpikir Kritis ... 18

1. Pengertian Berpikir Kritis ... 18 2. Karakteristik Berpikir Kritis ... 21 3. Tahapan Berpikir Kritis ... 23 4. Pembentukan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPS ... 26

B. Konsep Asesmen Kinerja Open Ended Qustion 1. Konsep Asesmen ... 29 2. Konsep Asesmen Kinerja ... 32 3. Konsep Open Ended Question ... 36 4. Konsep Asesmen Kinerja Open Ended Question... 42 5. Kelebihan dan Keterbatasan Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 52

C. Pendidikan IPS di SMP ... 55


(7)

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 63

E. Kerangka Berpikir ... 79

F. Hipotesis Penelitian ... 81

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 83

B. Desain Penelitian ... 86

C. Metode Penelitian ... 93

D. Definisi Istilah dan Operasional Variabel ... 94

E. Instrumen Penelitian ... 96

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 99

G. Teknik Pengumpulan Data ... 101

H. Analisis Data ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Tahap Studi Pendahuluan ... 105

1. Kondisi Pembelajaran IPS dan Asesmen Saat ini ... 107 2. Kinerja Guru Merencanakan Asesmen Pembelajaran ... 110 3. Kondisi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 112 B. Tahap Pengembangan Model Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 116

1. Penyusunan Model Awal Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 116

2. Uji Coba Model Secara Terbatas ... 123

3. Uji Coba Model Lebih Luas ... 153

C. Tahap Pengujian Model Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 168

1. Hasil Implementasi Model dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 169

2. Respon Guru dan Peserta Didik terhadap Implementasi Model ... 180

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Tahap Pendahuluan ... 183

1. Kondisi Pembelajaran IPS dan Asesmen Saat ini ... 183 2. Kinerja Guru Merencanakan Asesmen Pembelajaran ... 185


(8)

2. Tahap Pelaksanaan Model ... 193

3. Tahap Evaluasi Model ... 202

C. Tahap Pengujian Model Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 205

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 206

2. Respon Guru dan Peserta Didik terhadap Implementasi Model ... 210

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 213

B. Implikasi Hasil penelitian ... 216

C. Rekomendasi ... 217

D. Keterbatasan Penelitian ... 218

E. Dalil-Dalil Hasil penelitian ... 219

DAFTAR PUSTAKA ... 220

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 233 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...


(9)

Tabel Halaman

2.1 Tahapan dan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 25

2.2 Template Rubrik Holistik ... 49

2.3 Template Rubrik Analitik ... 50

2.4 Rubrik Berpikir Kritis ... 51

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian pada Studi Pendahuluan ... 84

3.2 Subjek Penelitian pada Tahap Pengembangan Model ... 85

3.3 Subjek Penelitian pada Tahap Pengujian Model ... 85

3.4 Operasional Variabel Penelitian ... 95

3.5 Hasil Pertimbangan Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 100

3.6 Hasil Pengujian Validitas Tes ... 101

3.7 Bentuk, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 101

3.8 Kriteria Tingkat Gain ... 104

4.1 Profil Guru IPS Kelas VIII di Kabupaten Bandung Barat .... 106

4.2 Desain Awal Model Rubrik Berpikir Kritis ... 122

4.3 Desain Model Rubrik Berpikir Kritis Hasil Revisi Ujicoba Terbatas ... 152

4.4 Desain Model Rubrik Berpikir Kritis Hasil ujicoba Luas Siklus 1 ... 159

4.5 Model Akhir Rubrik Berpikir Kritis ... 167

4.6 Hasil Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 169

4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 170

4.8 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 170

4.9 Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen... 172

4.10 Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol ... 173

4.11 Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 174

4.12 Kriteria Tingkat Gain Score ... 176

4.13 Perbedaan Hasil Gain Score Berdasarkan Kategori Sekolah Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 176

4.14 Perbedaan Hasil Gain Score Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 178


(10)

Gambar Halaman

2.1 Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis ... 24

2.2 Kerangka Berpikir Model Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 82

3.1 Desain Penelitian dan Pengembangan Model ... 88

3.2 Sikus Classroom Action Research ... 91

3.3 Validasi Model melalui Eksperimen ... 93

4.1 Kondisi Aktual Asesmen pada Studi Pendahuluan ... 115

4.2 Desain Awal Prosedur Pelaksanaan Model Asesmen Kinerja Open Ended Question ... 119

4.3 Desain Prosedur Pelaksanaan Model Hasil Revisi Ujicoba Terbatas ... ... 150

4.4 Perbandingan Skor Rata-rata Pretes dan Postes pada Ujicoba Luas Siklus 1 ... 158

4.5 Perbandingan Skor Rata-rata Pretes dan Postes pada Ujicoba Luas Siklus 2 ... 162

4.6 Prosedur Pelaksanaan Model Akhir Asesmen Kinerja Open Ended Question ... ... 166

4.7 Perbandingan Skor Rerata Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen pada Uji Efektivitas Model ... 172

4.8 Perbandingan Skor Rerata Pretes dan Postes Kelompok Kontrol pada Uji Efektivitas Model ... 174

4.9 Perbandingan Skor Rerata Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol ... 175


(11)

Lampiran Halaman

1 Instrumen Studi Pendahuluan ... 233 2 Panduan Model Asesmen Kinerja Open Ended Question

dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 246 3 RPP Implementasi Model Asesmen Kinerja Open Ended

Question pada Ujicoba Terbatas Siklus 1 ... 258 4 RPP Implementasi Model Asesmen Kinerja Open Ended

Question pada Ujicoba Terbatas Siklus 2 ... 265 5 RPP Implementasi Model Asesmen Kinerja Open Ended

Question pada Ujicoba Terbatas Siklus 3 ... 272 6 RPP Implementasi Model Asesmen Kinerja Open Ended

Question pada Ujicoba Luas Siklus 1 ... 283 7 RPP Implementasi Model Asesmen Kinerja Open Ended

Question pada Ujicoba Luas Siklus 2 ... 298 8 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis dalam

Pembelajaran IPS ... 313 9 RPP Implementasi Model Asesmen Kinerja Open Ended

Question pada Uji Efektivitas Model ... 314 10 Pedoman Wawancara terhadap Guru Model ... 333 11 Angket Refleksi Peserta Didik terhadap Implementasi

Model ... 336 12 Tabulasi Data Pretes dan Postes Tahap Ujicoba ... 338 13 Tabulasi Data Uji Validitas .Soal ... 342 14 Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen ... 343 15 Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelompok Kontrol ... 346

16 Hasil Output SPSS Pengolahan Data 349

17 Tabulasi Data Refleksi Peserta Didik dan Hasil

Pengolahan Frekuensi ... 354 18 Dokumen Kegiatan ... 357 19 Surat Keputusan Pembimbing ... 361 20 Surat Permohonan Izin Penelitian . ...

21 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 22 Riwayat Hidup Penulis ...


(12)

A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, adalah prasyarat utama dalam mengantisipasi era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, masih menggantungkan harapan pada pendidikan, sebagai salah satu lembaga yang memiliki peran, dan fungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif, dan mandiri (UU No 20 Tahun 2003:31). Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial dalam pendidikan, hal ini telah menjadi topik pembicaraan para ahli pendidikan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Demikian pula Mc Tighe dan Schollenberger (1991:73), serta Phillips & Bond (2004:157) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan yang tertinggi.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) yang bersumber dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, memegang peranan penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berpikir kritis. Seperti yang diungkapkan Bank , Barth & Shermis (1977:59) : “social studies programs have as a major purpose the promotion of civic competence which is the knowledge, skills, and attitude required of students to be able to assume in our democratic republic”Artinya program pendidikan IPS mempunyai tujuan utama membentuk warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan-keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan peserta didik dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Salah satu unsur terpenting dari pendidikan IPS, dapat mengembangkan keterampilan (skills), baik keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan berkomunikasi. Somantri (2001:184) berpendapat bahwa untuk mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik, dimulai dari proses berpikir sederhana sampai pada proses berpikir yang cukup mendalam seperti reflective thinking, yang di dalamnya terdiri dari : (a) meta-cognition, (b) critical and creative thinking, (c) thinking process, (d) core thinking skills, dan (e) the relationship of content area of knowledge to thinking.


(13)

Demikian pula Permendiknas No 22 Tahun (2006:417) tentang Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, menegaskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran IPS Sekolah Menengah Pertama (SMP), agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, menunjukkan bahwa pendidikan IPS mempunyai peranan penting, dalam pembentukan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran sudah seharusnya bergeser dari pembelajaran konvensional yang menekankan pada kemampuan berpikir tingkat rendah, ke arah pembelajaran yang menekankan pada berpikir tingkat tinggi, terutama pada kemampuan berpikir kritis. Perubahan paradigma ini perlu dilakukan, karena (1) tuntutan dalam tujuan pendidikan nasional, bahwa kemampuan berpikir kritis harus menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran, (2) tuntutan dalam kurikulum sekolah yang bertujuan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu berkomunikasi dan berkompetisi dalam masyarakat baik di tingkat lokal, nasional, dan global, dan (3) tuntutan tujuan pendidikan IPS, yaitu peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis, serta mampu menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan berpikir kritis, Ennis (1985:54), mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir secara evaluatif, dan reflektif, yang difokuskan untuk membuat keputusan tentang apa yang harus diyakini dan dilakukan. Reflektif berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun, dan hati-hati terhadap segala alternatif sebelum mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis, adalah orang yang tidak hanya menguasai dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam tata kehidupan masyarakat.

Dengan dermikian, kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses yang bermuara pada pembuatan kesimpulan, atau keputusan yang logis tentang apa yang harus diyakini, dan tindakan apa yang harus dilakukan. Jadi bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi lebih utama adalah menumbuhkan kemampuan


(14)

untuk menghasilkan gagasan yang bervariasi dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda (Achmad, 2007:7). Semakin baik mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya secara rasional, maka orang itu semakin dapat mengatasi masalah-masalah kompleks, dengan hasil yang memuaskan, karena semua solusi yang diberikan itu, dari hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi yang baik, serta dapat membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).

Seseorang tidak mungkin dapat berpikir kritis dalam suatu bidang studi tertentu, tanpa memiliki pengetahuan mengenai isi dan teori bidang studi tersebut Meyers (1986:40). Demikian pula peserta didik agar dapat berpikir kritis dalam pendidikan IPS, maka harus memahami konsep IPS terlebih dahulu dengan baik. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme, yaitu seseorang yang belajar, tidak boleh hanya meniru, atau mencerminkan apa yang diajarkan, atau apa yang dibaca, melainkan harus mengkonstruksi pengetahuannya, dengan cara mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh dengan pengetahuan yang mereka miliki secara terus menerus. Sehingga dalam proses pembelajaran IPS, peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan pertanyaan, merumuskan alternatif jawaban, memecahkan masalah, mengekspresikan gagasan, dan merefleksikannya untuk membangun pengetahuan baru, serta membantu peserta didik dalam keterampilan berpikir secara kritis.

Upaya untuk membentuk kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di SMP/MTs, diperlukan peran guru yang mau mengubah paradigma pembelajaran konvensional, yang hanya mengandalkan pada hafalan fakta, generalisasi dan teori saja, ke paradigma pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan untuk pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan kemampuan menarik kesimpulan, serta memikirkan konsekuensi aplikatif dari suatu keputusan (Hasan, 1996:14). Hal ini sejalan dengan Schafersman (1991:29) yang mengemukakan “We should be teaching the students how to think. Instead, we are teaching them what to think”. Dari kalimat tersebut terdapat dua hal penting, yaitu pertama, guru terbiasa mengajarkan kepada peserta didik “what to think” (apa yang harus dipikirkan), artinya guru hanya menyampaikan materi subjek atau transfer pengetahuan saja, sehingga


(15)

proses pembelajaran tersebut lebih menekankan pada kemampuan berpikir tingkat rendah. Kedua, seharusnya guru mengajarkan kepada peserta didik “how to think” (bagaimana cara berpikir) atau berpikir kritis, yaitu proses pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, karena peserta didik tidak hanya menerima materi subjek, tetapi mampu menggali pengetahuan yang bermanfaat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya, baik secara pribadi maupun sosial.

Selain peran guru untuk mengubah paradigma pembelajaran konvensional, dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, juga karena tuntutan karakteristik peserta didik SMP antara usia 12-15 tahun, berada pada tahap operasional fomal, yaitu tahap diperolehnya kemampuan untuk berpikir tingkat tinggi, artinya mampu berpikir secara abstrak, atau mampu berpikir kemungkinan sesuatu terjadi pada saat ini, dan akan datang, menalar secara logis dalam membuat strategi pemecahan masalah, mampu menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang tersedia, serta mampu melihat kemungkinan akibat, atau hasil dari keputusan tersebut (Piaget, 1988:61). Dengan demikian untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP, harus dimulai dari penanaman rasa ingin tahu (curiosity), sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar menyelesaikan masalah yang dihadapi. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peserta didik harus mampu menganalisis masalah dengan beberapa interpretasi, merencanakan strategi penyelesaian masalah dari berbagai sumber, dan mencetuskan gagasan yang bervariasi, serta membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Apabila latihan ini dilakukan secara terus menerus, maka peserta didik akan mampu menerapkan kegiatan berpikir secara logis dan kritis.

Berdasarkan laporan Human Development Index (HDI) tahun 2004, bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, dari 177 negara yang disurvey, Indonesia menempati urutan ke-111 (Ramly, 2005 : ix). Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, adalah pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah, belum mentradisikan kemampuan berpikir kritis. Seperti diungkapkan Santrock (2007:78), bahwa sedikit sekolah yang mengajarkan berpikir kritis kepada peserta didik. Sekolah justru mendorong peserta didik untuk memberi jawaban yang benar, daripada


(16)

memunculkan ide-ide baru. Guru sering meminta peserta didik untuk menceritakan kembali, mendefinisikan, dan mendeskripsikan, daripada untuk menganalisis, mensintesakan, menciptakan, menarik kesimpulan dan mengevalusi ulang. Akibatnya banyak sekolah yang meluluskan para peserta didik yang berpikir secara dangkal, hanya berdiri di permukaan persoalan, sehingga sekolah-sekolah menghasilkan peserta didik yang belum mampu berpikir secara kritis.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Durr, Lahart, & Maas (1999;75-86) yang menemukan bahwa kebanyakan guru yang disurveinya menyadari bahwa salah satu tanggung jawab utama sebagai pendidik adalah mendorong berpikir kritis peserta didik. Namun kenyataan yang diperoleh hanya 50% guru yang merasa siap mengajarkan keterampilan brpikir kritis, dan 14% guru merasa tidak siap. Banyak guru yang tidak mau mengubah gaya mengajar dari pemberian ceramah menjadi diskusi dan dialog, karena pembelajaran dengan diskusi dan dialog memerlukan waktu yang cukup banyak, untuk mempersiapkannya agar peserta didik dapat berpikir kritis. Padahal materi pada kurikulum harus diajarkan, dan guru juga ditekan untuk meningkatkan skor tes standar peserta didik. Akibatnya banyak guru yang mengabaikan mengajar berpikir kritis kepada peserta didik, dan tidak memahami keterampilan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik agar dapat berpikir kritis, selain itu, guru juga tidak mengetahui bagaimana keterampilan tersebut diajarkan

Demikian pula hasil penelitian Jacob (2000:596), menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik tergolong pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketercapaian aspek kemampuan berpikir kritis pada indikator berhipotesis sebesar 22,54 %, mengaplikasikan konsep sebesar 24,17 %, dan merumuskan alternatif solusi sebesar 61,67 %. Lebih lanjut hasil penelitian Redhana dan Liliasari (2008) mengungkapkan bahwa proses berpikir yang dilatih di sekolah-sekolah cenderung menekankan pada kognisi ingatan, atau pada kemampuan berpikir tingkat rendah. Karena peserta didik hanya menyerap informasi secara pasif, dan mengingatnya kembali pada saat tes. Selain itu, informasi yang disajikan kurang terstruktur, dan sering diberikan pertanyaan secara beruntun, sehingga peserta didik mengalami kesulitan untuk menerapkan


(17)

pengetahuan yang diperolehnya, terutama dalam memecahkan masalah dunia nyata, seperti masalah di luar sekolah.

Selain itu pembentukan kemampuan berpikir kritis yang dituangkan dalam kurikulum pendidikan belum tercapai, pernyataan ini dikemukakan Claudette Thompson (2011:1-7) dalam penelitiannya bahwa peserta didik yang lulus masih belum mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor, di antaranya guru belum mampu menafsirkan makna berpikir kritis, self-efficacy peserta didik masih rendah untuk mengembangkan pemecahan masalah, dan keterampilan peserta didik yang belum memadai dalam menggali informasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu ada latihan dan praktek melalui pembelajaran berbasis masalah kepada peserta didik, untuk diselesaikan dengan cara menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari hasil observasi, pengalaman, refleksi dan komunikasi, sebagai panduan untuk mengambil keputusan. Selain itu melalui pertanyaan terbuka yang diberikan, juga merupakan salah satu strategi guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa rendahnya mutu pendidikan, di antaranya disebabkan karena pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah belum mentradisikan kemampuan berpikir kritis, dan guru pada umumnya tidak mau mengubah gaya mengajar, dengan alasan materi pada kurikulum harus diajarkan, dan tuntutan untuk meningkatkan skor tes standar peserta didik. Akibatnya banyak guru yang mengabaikan mengajar berpikir kritis kepada peserta didik, dan cenderung menekankan pada kemampuan berpikir tingkat rendah melalui informasi yang diserap secara pasif, sehingga peserta didik mengalami kesulitan untuk menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dalam memecahkan masalah dunia nyata yang dihadapi.

Demikian pula proses pembelajaran IPS selama ini, menunjukkan bahwa peserta didik kurang mampu berpikir kritis dalam menghubungkan konsep-konsep dasar IPS, yang telah diperoleh di sekolah dengan masalah kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan karena peserta didik dikondisikan ke dalam belajar hapalan, lebih banyak mendengar dan mencatat, penyajiannya bersifat guru sentris, monoton, membosankan, materi pelajaran merupakan pengulangan, hasil


(18)

belajar peserta didik dipacu untuk menghafal materi, atau sejumlah konsep dan bersifat kognitif rendah, ketidakmuktahiran sumber belajar, sistem ujian yang sentralistik, waktu pembelajaran di kelas sangat terbatas, mencapai target kurikulum, lebih mengutamakan penguasaan fakta, dan hampir tidak pernah menguji kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menganalisis, mensintesis, mengevaluasi maupun mengaplikasi pengetahuan yang telah diperolehnya (Sanusi, 1998:10 ; Somantri, 2001:187 ; Hasan, 2007:10).

Dari beberapa permasalahan tersebut di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran IPS yang digunakan di sekolah sampai saat ini, lebih cenderung menekankan pada aspek kemampuan berpikir tingkat rendah, karena peserta didik hanya menyerap informasi secara pasif, dan tidak menantang untuk berpikir, sehingga peserta didik sangat mudah melupakan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran IPS, yang dimulai dengan guru menjelaskan konsep atau prinsip, dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, tetapi peserta didik tidak banyak yang mau bertanya, kemudian guru memberikan contoh-contoh dan selanjutnya peserta didik diberikan porsi waktu yang cukup banyak, untuk menyelesaikan tugas atau soal-soal yang berkaitan dengan konsep, melalui lembar kegiatan siswa (LKS), atau buku teks pegangan peserta didik, untuk dikerjakan baik secara individual atau kelompok. Proses pembelajaran seperti ini menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik kurang terlatih, karena guru masih sebagai pusat atau sumber materi, dan peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya dengan melakukan analisis, sintesis, menyusun strategi, dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dengan masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik, selain disebabkan karena proses pembelajaran, juga karena proses penilaian yang lebih menekankan pada aspek kognitif tingkat rendah, yaitu penilaian yang difokuskan pada satu jawaban yang benar atau yang tepat, bahkan cara penemuan jawaban sering pula sudah ditentukan oleh guru (Munandar, 1988: xvii). Hal ini dapat dilihat dari alat penilaian yang banyak digunakan di sekolah, adalah bentuk tes objektif (objective test), sepeti tes pilihan ganda atau menjodohkan. Jika pelaksanaan penilaian yang


(19)

dilakukan dan dikembangkan guru masih mengandalkan tes konvensional (paper and pencil test) sebagai satu-satunya alat penilaian, maka alat penilaian tersebut tidak sesuai dengan standar penilaian pendidikan, yang wajib menggunakan berbagai teknik penilaian dan dilakukan secara berulang, serta berkesinambungan.

Penilaian konvensional (paper and pencil test) yang digunakan untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan lain-lain, telah gagal untuk memperoleh gambaran kinerja peserta didik secara utuh (seperti : sikap, keterampilan, dan pengetahuan) yang dikaitkan dengan kehidupan nyata di luar sekolah atau masyarakat. Lebih lanjut diungkapkan bahwa instrumen tes (paper and pencil test) yang digunakan guru saat ini, belum memenuhi standar tes yang sesungguhnya, dan dapat memberi peluang spekulasi bagi peserta didik serta tidak banyak menuntut keterampilan berpikir kritis (Wiggins, 1999:703). Sehingga pada saat proses penilaian terhadap kinerja peserta didik dilakukan, dalam bentuk pemberian tugas yang memerlukan pemecahan masalah, baik secara individu maupun kelompok, maka hasil secara individu, peserta didik masih banyak yang belum dapat memecahkannya, bahkan cenderung menyelesaikan masalah seperti apa yang dicontohkan oleh guru atau seperti apa yang dipaparkan dalam buku teks. Sedangkan tugas berkelompok diharapkan hasilnya kemungkinan beragam, tetapi kenyataan jawaban yang diberikan kurang bervariasi, bahkan jawaban kelompok satu dengan kelompok yang lain cenderung serupa. Sementara kriteria penilaian sebagai pedoman hasil kerja peserta didik, baik individu maupun kelompok juga belum ada petunjuk yang jelas, sehingga proses penilaian kinerja pun tidak dapat dilakukan dengan baik.

Oleh karena itu, untuk menyikapi permasalahan yang muncul dalam proses penilaian terhadap kinerja peserta didik, dan harapan yang ingin dicapai sesuai dengan tuntutan kurikulum serta standar penilaian pendidikan, maka perlu dikembangkan suatu model penilaian yang memadai, yang dapat menjangkau selain peserta didik dapat menunjukkan kinerjanya, juga dapat menunjukkan proses berpikir yang cukup mendalam, seperti critikal thinking, atau creative thinking (Jhonson, 2000:79), dan Anderson, Orin W, and Krathwohl, David R, 2001:63). Salah satu model penilaian yang direkomendasikan para ahli pendidikan, adalah model asesnen kinerja (performance assessment), yang dapat


(20)

dijadikan sebagai alternatif dari penilaian konvensional (paper and pencil test), yang biasa digunakan guru dalam menilai belajar peserta didik (Marzano, 1994:47; Stiggins, 1994:534; Zainul 2001:5; Rustaman, 2006:3).

Asesmen kinerja (Performance assessment) sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPS, karena dapat mengukur multiple intelligence atau aspek lain di luar ranah kognitif, yang tidak mungkin dinilai hanya dengan cara-cara biasa. Multiple intelligence ini, mencakup tujuh kemampuan dasar, yaitu :

1) visual-spatial intelligence; 2) bodily-kinesthetic intelligence; 3) musical-rhythmical intelligence; 4) interpersonal intelligence; (5) intrapersonal intelligence; (6) logical mathematical intelligence; dan (7) verbal linguistic intelligence Airasian (1991:102), Gardner (2000:45), Zainul (2001:7-8), dan Lazear (2004:105).

Demikian pula Lenburg (1999:68-74) mengungkapkan bahwa ada delapan Competency Outcomes and Performance Assessment (COPA) :

(1) assessment and intervention skills; (2) communication skills; (3) critical thinking skills; (4) human caring and relationship skills; (5) management skills; (6) leadership skills; (7) teaching skills; and (8) knowledge integration skills.

Pernyataan-pernyataan tersebut di atas, menunjukkan bahwa asesmen kinerja (performance assessment), dapat menilai berbagai dimensi daya pikir (multiple intelligence), salah satunya adalah interpersonal intelligence yang di dalamnya terdapat kebiasaan berpikir secara produktif (critical thinking). Oleh karena itu dalam penelitian ini, difokuskan pada asesmen kinerja (performance assessment), yang dapat menilai dimensi kemampuan berpikir kritis.

Secara prinsip asesmen kinerja (performance assessment) terdiri dari dua bagian, yaitu (1) tugas kinerja (performance task) dan (2) kriteria (rubrick) penilaian. Tugas kinerja (performance task) dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti : computer adaptive testing, tes pilihan ganda yang diperluas, extended-responnse atau open ended question, group performance assessment, individual performance assessment, interview, observasi, portofolio, project, exhibition, dan lain sebagainya. Rubrik penilaian digunakan sebagai pedoman untuk menilai hasil kinerja peserta didik, sehingga guru dapat menentukan tingkat


(21)

ketercapaian kinerja peserta didik. Oleh karena itu, bentuk asesmen kinerja dalam penelitian ini difokuskan pada bentuk asesmen kinerja open ended question.

Asesmen kinerja open ended question merupakan salah satu bentuk penilaian alternatif yang tidak berorientasi pada salah satu jawaban yang benar, tetapi lebih menekankan pada bagaimana upaya peserta didik dapat mengembangkan pola pikirnya untuk menyelesaikan pertanyaan terbuka. Penilaian alternatif ini dapat menumbuhkan proses berpikir kritis, dan pengalaman peserta didik dalam menemukan sesuatu yang baru. Sehingga dengan beragamnya kemampuan peserta didik yang diperoleh dalam menyelesaikan pertanyaan terbuka, maka diperlukan kriteria penilaian dalam bentuk rubrik yang dapat digunakan guru sebagai acuan dalam menilai hasil kinerja peserta didik. Oleh karena itu, rubrik penilaian dirancang sebagai pedoman penskoran, yang terdiri atas kriteria dari masing-masing kompetensi yang ingin dinilai, agar penilaian yang diberikan lebih objektif dan akurat. Dengan demikian penelitian ini, difokuskan pada pengembangan model asesmen kinerja open ended qustion dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik, perlu dikembangkan melalui proses pembelajaran dan latihan di sekolah, baik secara khusus maupun secara terintegrasi dalam setiap disiplin ilmu, khususnya pendidikan IPS.

Salah satu tujuan pendidikan IPS, adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Seperti yang diungkapkan Combleth (1988:115) bahwa untuk melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik, dapat dilakukan melalui penciptaan iklim belajar yang aktif, kritis, kreatif, terbuka, dan aplikatif. Oleh karena itu pembelajaran IPS di sekolah, harus menyajikan masalah-masalah terbuka yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menggali potensi berpikir peserta didik dalam belajar mengenal masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, menyimpulkan, dan dapat mengevaluasi


(22)

dari hasil keputusan tersebut. Demikian pula penilaian yang digunakan dalam pembelajaran IPS, hendaknya sesuai denga standar penilaian, yaitu bersifat multi dimensi, utuh, kontinyu dan berkesinambungan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru IPS, dalam melaksanakan proses pembelajaran lebih banyak memberikan informasi untuk mencapai target kurikulum, peserta didik lebih banyak mendengar, dan sibuk mencatat apa yang ditulis dan diucapkan guru, tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya pada guru, dan apabila ditanya guru tidak ada yang mau menjawab, tetapi mereka menjawab secara bersamaan, sehingga suaranya tidak jelas, serta terkadang ribut sendiri waktu guru menerangkan atau mengajar. Demikian pula dengan pelaksanaan penilaian dalam pembelajarn IPS yang dilakukan, dan dikembangkan guru masih mengandalkan objective test sebagai satu-satunya alat penilaian kemajuan belajar peserta didik. Walaupun ada penilaian kinerja peserta didik dilakukan, sebagian besar guru di sekolah tidak memiliki rubrik penilaian dan mereka pun tidak memiliki cukup waktu untuk membuat sebuah rubrik penilaian. Sehingga kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara pelaksanaan penilaian dengan tuntutan kurikulum dan standar penilaian yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, asesmen kinerja open ended question merupakan salah satu penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik, karena dalam asesmen kinerja tersebut peserta didik dituntut untuk menyelesaikan pertanyaan terbuka, dengan berbagai cara sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing, sebagai perwujudan dari apa yang seharusnya diketahui, dan apa yang seharusnya dapat dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini, adalah “Bagaimana mengembangkan model asesmen kinerja open ended question, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di SMP Kabupaten Bandung Barat?” Secara operasional, masalah utama tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut,

1. Bagaimanakah kondisi aktual asesmen pembelajaran IPS yang berlangsung di SMP selama ini ?


(23)

a. Bagaimanakah kondisi pembelajaran IPS dan pelaksanaan asesmen yang diterapkan di SMP selama ini ?

b. Bagaimanakah kinerja guru dalam merancang asesmen dalam pembelajaran IPS di SMP yang dilakukan selama ini ?

c. Bagaimanakah kondisi kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di SMP melalui asesmen yang dilakukan selama ini ?

2. Bagaimanakah model konseptual rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP ?

a. Bagaimanakah perencanaan rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP ?

b. Bagaimanakah pelaksanaan rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP ?

c. Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP ?

3. Bagaimanakah efektivitas model rubrik asesmen kinerja open ended question yang diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP, jika dibandingkan dengan model asesmen objective test ?

a. Bagaimanakah efektivitas model rubrik asesmen kinerja open ended question yang diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP, jika dibandingkan dengan model asesmen objective test ?

b. Bagaimanakah refleksi guru dan peserta didik, terhadap implementasi model asesmen kinerja open ended question untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS di SMP ?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini, bertujuan untuk menguji model asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan profil asesmen dalam pembelajaran IPS yang berlangsung di SMP selama ini.

a. Profil pembelajaran IPS dan pelaksanaan asesmen yang diterapkan di SMP selama ini

b. Profil kinerja guru dalam merancang asesmen dalam pembelajaran IPS di SMP yang dilakukan selama ini

c. Profil kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di SMP melalui asesmen yang dilakukan selama ini

2. Menemukan model rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP.

a. Perencanaan model rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP

b. Pelaksanaan model rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP

c. Evaluasi pelaksanaan model rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP

3. Menguji efektivitas model rubrik asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP, jika dibandingkan dengan model asesmen objective test.

a. Efektivitas model rubrik asesmen kinerja open ended question yang diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, dapat meningkatkan


(25)

kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMP, dibandingkan dengan model asesmen objective test

b. Refleksi guru dan peserta didik, terhadap implementasi model asesmen kinerja open ended question untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS di SMP

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, perlu dikembangkan melalui tugas kinerja, seperti merumuskan masalah, menganalisis alternatif pemecahan masalah dari berbagai sumber, dan membuat kesimpulan secara efektif. Menurut Anggelo (1995:6), bahwa semakin baik mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya secara rasional, maka orang itu semakin dapat mengatasi masalah-masalah komplek dengan hasil yang memuaskan. Karena semua solusi yang diberikan itu, berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi yang baik. Lebih lanjut Zainul (2001:11) menyatakan bahwa untuk menilai kinerja peserta didik dalam mengembangkan aktivitas, dan kemampuan berpikir kritisnya memecahkan masalah, adalah melalui asesmen kinerja dalam bentuk open ended question.

Dari uraian tersebut di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, terhadap upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran melalui penilaian kinerja open ended question, agar peserta didik mampu mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya secara rasional, untuk dapat menjawab tantangan masa depan, pada era globalisasi yang serba tidak pasti dan berubah dengan cepat.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi :

Siswa, yaitu dapat memperoleh pembelajaran IPS yang lebih menarik, dan pengalaman langsung dalam memecahkan masalah, serta melatih diri meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui open ended question atau


(26)

pertanyaan terbuka. Demikian pula rubrik penilaian yang jelas, dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menilai diri sendiri. Sesuai pendapat Combleth (1988:117), bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS, perlu dilakukan latihan-latihan secara kontinyu, intensif, dan terprogram yang mengarahkan kepada pola berpikir kritis, sehingga peserta didik akan terlatih dalam mengutarakan pemikirannya secara logis, sistematis dan praktis.

Guru, yaitu dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya secara profesional dalam menggunakan asesmen alternatif pada proses pembelajaran, khususnya asesmen kinerja open ended question. Apabila dilakukan secara kontinyu dapat membantu guru dalam melakukan penilaian terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik, dan skor yang diberikan dapat lebih objektif, terukur dan akurat. Oleh karena itu, guru dalam melatih berpikir kritis peserta didik perlu ada persiapan, di antaranya adalah sebagai berikut : (1) telah menguasai kemampuan berpikir secara metakognitif; (2) penguasaan disiplin ilmu; dan (3) mampu mendesain pembelajaran (Bennett, 1992:19).

Para pengambil kebijakan pendidikan, yaitu hasil penelitian yang berupa model asesmen kinerja open ended question, dapat dijadikan bahan masukan dalam mengembangkan model-model asesmen kinerja lainnya sesuai dengan standar penilaian yang ditetapkan BSNP. Senada dengan pendapat Hasan (2007:6), bahwa kurikulum pendidikan IPS, harus mampu mengembangkan kompetensi yang diperlukan peserta didik, untuk dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula sistem asesmen yang dilakukan dalam pembelajaran, tidak boleh hanya berkenaan dengan hasil belajar saja, tetapi harus meliputi proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Adapun struktur organisasi laporan penelitian ini dapat disusun secara sistimatis, di antaranya adalah sebagai berikut :

Bab satu berisi uraian tentang pendahuluan, dan merupakan bagian awal dari penelitian ini, terdiri dari (a) latar belakang penelitian, yang menjelaskan


(27)

bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik, secara teoritis dapat ditingkatkan salah satunya melalui proses asesmen kinerja open ended question, (b) identifikasi dan perumusan masalah, menjelaskan beberapa temuan masalah, kemudian difokuskan pada masalah utama, dan dikembangkan melalui pertanyaan penelitian, (c) tujuan penelitian yang hendak dicapai, baik secara umum maupun khusus, (d) manfaat penelitian yang diperoleh, baik secara teoritis maupun praktis, dan e) sturuktur organisasi dari laporan penelitian ini.

Bab dua membahas kajian pustaka dan kerangka pemikiran, dalam bab ini menjelaskan landasan-landasan teori, dan konsep-konsep yang menjadi dasar yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari : (a) konsep berpikir kritis, yang menjelaskan pengertian, karakteristik, tahapan berpikir kritis, dan pembentukan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS, (b) konsep asesmen kinerja open ended question, menjelaskan konsep asesmen, asesmen kinerja, open ended question, dan konsep asesmen kinerja open ended question, serta kelebihan dan keterbatasan asesmen kinerja open ended question, (c) pendidikan IPS di SMP, menjelaskan konsep pendidikan IPS, dan asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, (d) hasil penelitian sebelumnya yang relevan, (e) kerangka berpikir dalam penelitian, dan (f) hipotesis penelitian.

Bab tiga berisi penjabaran yang rinci tentang metode penelitian, terdiri dari : (a) lokasi dan subjek penelitian, menjelaskan tempat di mana penelitian dilakukan, dan siapa yang menjadi subjek penelitian, (b) desain dan metode penelitian yang digunakan, (c) definisi istilah dan operasional variabel, untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, (d) instrumen yang digunakan dalam penelitian, dan proses pengembangan instrumen, yang dilakukan melalui uji validasi dan reliabilitasnya, (e) teknik pengumpulan data dalam penelitian, dan (f) analisis data, menjelaskan bagaimana data itu diolah, melalui soft ware program SPSS versi 17.

Bab empat berisi uraian hasil penelitian, yang menjelaskan hasil temuan dalam penelitian ini, terdiri dari (a) tahap studi pendahuluan, yaitu tahap sebelum pengembangan model dilakukan, berkaitan hasil temuan tentang kondisi pembelajaran IPS dan asesmen saat ini, kinerja guru dalam merencanakan asesmen pembelajaran, dan kondisi kemampuan berpikir kritis peserta didik saat


(28)

ini, (b) tahap pengembangan model asesmen kinerja open ended question, menjelaskan bagaimana menyusun model awal asesmen kinerja open ended question, melakukan uji coba model secara terbatas, dan uji coba model lebih luas, dan (c) tahap pengujian model asesmen kinerja open ended question, menjelaskan hasil implementasi model asesmen kinerja open ended question dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, serta respon guru dan peserta didik terhadap implementasi model yang dikembangkan.

Bab lima berisi pembahasan hasil penelitian, terdiri dari (a) tahap studi pendahuluan, yang berkaitan tentang kondisi pembelajaran IPS dan asesmen saat ini, kinerja guru dalam merencanakan asesmen pembelajaran, dan kondisi kemampuan berpikir kritis peserta didik saat ini, (b) tahap pengembangan model asesmen kinerja open ended question, menjabarkan tahap perencanaan model, tahap pelaksanaan model, dan tahap pelaksanaan evaluasi model, dan (c) tahap pengujian model asesmen kinerja open ended question, menjelaskan peningkatan kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta respon guru dan peserta didik terhadap implementasi model yang dikembangkan.

Bab enam menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, implikasi dari penelitian, rekomendasi, dan keterbatasan penelitian, serta dalil-dalil hasil penelitian.


(29)

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP negeri dan swasta yang ada di Kabupaten Bandung Barat, terdiri dari 16 kecamatan. Lokasi kecamatan yang ditetapkan dalam penelitian ini, adalah tiga kecamatan, yaitu kecamatan Batujajar, Padalarang, dan Lembang. Dasar pertimbangan penentuan lokasi dalam penelitian ini, adalah (1) wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah kabupaten baru dari pemekaran Kabupaten Bandung, saat ini dalam proses pembangunan khususnya bidang pendidikan, sehingga sangat membutuhkan sentuhan inovasi dalam pengembangan pendidikan. (2) Kecamatan yang ditetapkan merupakan pusat kota yang memiliki jumlah sekolah cukup banyak, dan memiliki karakteristik yang sama dengan tujuan penelitian secara keseluruhan.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini, adalah peserta didik kelas VIII pada SMP negeri maupun swasta, dan guru IPS yang mengajar di kelas VIII SMP yang ada di kecamatan Batujajar, Padalarang dan Lembang di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Adapun dasar pertimbangan memilih subjek penelitian peserta didik kelas VIII SMP, adalah sebagai berikut (1) tingkat perkembangan kognitif peserta didik SMP berada pada tahap operasional formal, yaitu tahap perkembangan intelektual yang mampu berpikir logis, dalam memecahkan masalah yang kompleks dan abstrak, (2) perkembangan sosial peserta didik SMP sudah dapat mengembangkan sikap kepemimpinan, dan tanggung jawab dalam kelompok; dan (3) tuntutan kurikulum mata pelajaran IPS di SMP, menyatakan peserta didik harus memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.


(30)

Oleh karena banyaknya SMP negeri maupun swasta, yang ada di kecamatan Batujajar, Padalarang, dan Lembang wilayah Kabupaten Bandung Barat, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Subjek Penelitian Pada Tahap Studi Pendahuluan

Penetapan sampel penelitian pada tahap studi pendahuluan, dilakukan dengan teknik random sampling, yaitu teknik memilih sampel secara acak berdasarkan kelas atau kelompok sampel, karena semua sekolah telah terakreditasi, dan semua sekolah diposisikan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Sampel yang digunakan dari tiga kecamatan adalah 10 sekolah (7 sekolah negeri dan 3 sekolah swasta), dan setiap sekolah yang dijadikan sampel penelitian adalah satu kelas, sehingga yang menjadi sampel guru pada studi pendahuluan adalah 10 orang guru IPS yang mengajar pada kelas VIII di SMP tersebut. Berdasarkan teknik random sampling ini, maka sekolah yang terpilih menjadi sampel pada studi pendahuluan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Lokasi dan Subjek Penelitian Pada Studi Pendahuluan

Lokasi/

Kecamatan Nama Sekolah Jumlah guru

Kec. Batujajar

1. SMPN 1 Batujajar 1 orang 2. SMPN 2 Batujajar 1 orang 3. SMPN 4 Batujajar 1 orang 4. SMP Mahardika 1 orang Kec. Padalarang 5. SMPN 2 Padalarang 1 orang 6. SMPN 4 Padalarang 1 orang 7. SMP PGRI Padalarang 1 orang Kec. Lembang 8. SMPN 1 Lembang 1 orang 9. SMPN 3 Lembang 1 orang 10.SMPS Mekarwangi 1 orang

Jumlah 10 orang

b. Subjek Penelitian Pada Tahap Pengembangan Model

Subjek penelitian pada tahap pengembangan model, dari 10 sekolah yang ditetapkan sebagai lokasi dan subjek penelitian pada studi pendahuluan, kemudian dipilih satu sekolah untuk uji coba model secara terbatas, dan tiga sekolah untuk uji coba model lebih luas. Sekolah yang dipilih untuk uji coba model secara


(31)

terbatas adalah SMP Negeri 2 Batujajar dengan jumlah peserta didik 36 orang. Sedangkan untuk uji coba model lebih luas peneliti menetapkan tiga sekolah (SMP negeri dan swasta), yaitu SMPN 1 Lembang, SMPN 3 Lembang, dan SMPS Mekarwangi Lembang. Jumlah peserta didik yang menjadi subjek penelitian dalam uji coba model lebih luas adalah 94 orang, dan ketiga sekolah yang ditetapkan untuk tahap pengembangan model semua terdapat di Kecamatan Lembang. Penetapan sekolah ini lebih didasari oleh kesediaan dan kesiapan guru IPS yang dapat bekerja sama, respon dan ijin kepala sekolah, serta iklim sekolah yang mendukung kemungkinan uji coba model dapat dilaksanakan. Subjek penelitian pada tahap pengembangan model, dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Subjek Penelitian Pada Tahap Pengembangan Model

Kecamatan Sekolah Jumlah Tahap Uji Coba

Batujajar SMPN 2 Batujajar 36 orang Uji Coba Terbatas Lembang

1. SMPN 1 Lembang 28 orang

Uji Coba Lebih Luas 2. SMPN 3 Lembang 40 orang

3. SMPS Mekarwangi 26 orang

c. Subjek Penelitian Pada Tahap Pengujian Model

Subjek penelitian pada tahap pengujian model, adalah peserta didik kelas VIII pada SMP negeri dan swasta, yang ada di kecamatan Padalarang dan Lembang. Penetapan subjek penelitian berdasarkan stratified cluster random yang memiliki klasifikasi, sekolah favorit, biasa dan swasta. Klasifikasi sekolah ditetapkan berdasarkan akreditasi SSN dan SPM, serta perolehan hasil Ujian Nasional SMP tahun 2013, yang dikeluarkan oleh kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bandung Barat. Karena tahap pengujian model ini menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen, maka subjek penelitian dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek penelitian pada tahap pengujian model, dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Subjek Penelitian Pada Tahap Pengujian Model

Kategori Kelompok Sekolah Jumlah

Peserta didik

Favorit Eksperimen SMPN 1 Lembang 28 orang Kontrol SMPN 2 Padalarang 28 orang


(32)

Biasa Eksperimen SMPN 3 Lembang 40 orang Kontrol SMPN 4 Padalarang 40 orang Swasta Eksperimen SMPS Mekarwangi 26 orang Kontrol SMP PGRI Padalarang 30 orang

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk pendidikan, berupa model asesmen kinerja open ended question dalam pembelajaran IPS, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, maka desain penelitian yang digunakan mengacu pada desain research and development (R & D design) dari Borg & Gall (1989:772), yang menyatakan : “A process used to develop and

validate educational products,” yaitu sebuah proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Secara umum prosedur kerja dalam penelitian ini ditempuh dengan sepuluh langkah, yaitu:

(1) Penelitian awal dan pengumpulan informasi (research and information collection). Kegiatan ini meliputi kajian literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan.

(2) Perencanaan (planning). Tahapan ini meliputi kegiatan mengidentifikasi proses penilaian dalam pembelajaran, disesuaikan dengan tujuan penelitian. (3) Mengembangkan format produk awal (development of the preliminary form

of product). Tahapan ini merumuskan rancangan awal model penilaian, dari hasil identifikasi yang telah dilakukan.

(4) Uji lapangan awal (preliminary field testing). Pada tahapan ini ujian lapangan dilaksanakan secara terbatas, dan dalam skala kecil

(5) Revisi produk awal (main product revision), yaitu melakukan revisi terhadap model produk, sesuai dengan hasil-hasil uji lapangan awal sebelumnya. (6) Uji lapangan utama (main field testing). Pada tahapan uji lapangan

dilaksanakan secara lebih luas, dan dalam skala yang lebih besar.

(7) Revisi produk secara operasional (operation product revision). Pada tahapan ini revisi dilakukan terhadap model, sesuai dengan hasil uji lapangan.

(8) Uji lapangan secara operasional (operation field tes). Model produk dari hasil proses pengembangan, kemudian diterapkan sesuai kondisi yang ada

(9) Revisi produk akhir (find product revision). Pada tahapan ini model produk yang dihasilkan, direvisi untuk terakhir kalinya sebelum diimplementasikan. (10) Diseminasi dan implementasi (disemination and implementation). Tahapan

terakhir, adalah untuk dikomunikasikan, dan selanjutnya diimplementasikan ke berbagai pihak (Borg dan Gall,1989:775).

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersebut di atas, kemudian disederhanakan sesuai kondisi dan kegunaan praktis di lapangan, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip utama yang telah ditetapkan. Sukmadinata


(33)

(2005:182) menyederhanakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersebut menjadi tiga tahapan, yaitu (1) tahap studi pendahuluan, yang meliputi kajian pustaka, survey lapangan, dan penyusunan desain model awal; (2) tahap pengembangan model, yang meliputi uji coba terbatas dan uji coba lebih luas; dan (3) tahap pengujian model, melalui kuasi eksperimen, dengan menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila ketiga tahapan tersebut dibuat dalam bentuk desain penelitian, maka dapat dilihat pada gambar 3.1.


(34)

Studi Pendahuluan

Gambar : 3.1 Desain Penelitian dan Pengembangan Model Sumber : Borg & Gall (1989) dan Sukmadinata (2005)

Uji Coba Terbatas

Uji Coba Lebih luas

tas II Analisis

Revisi

Action Research

Desain awal Model Asesmen Kinerja Open Ended Question:

Model Hipotetik Asesmen Kinerja Open Ended Question

Survey Lapangan : - Rencana pembelajaran

- Kinerja Guru - kondisi aktual siswa

Hasil-Hasil Penelitian yang relevan

Kajian Pustaka :

- Teori-Teori

- Permendiknas No. 20

Tahun 2007

Adanya kesenjangan antara tuntutan dan realitas dalam proses penilaian

Desain Model Awal

Kuasi Eksperimen Model Hipotetik

Asesmen objective test dan Asesmen Kinerja Open Ended Question

A Pretes Asesmen Objective test

Postes

B Pretes

Asesmen Kinerja OEQ Postes

1 4

2

3

Revisi Analisis

Uji Coba Terbatas

Tahap Studi Pendahuluan

Tahap Pengembangan Model

Tahap Pengujian Model

T

erb

en

tu

k

n

y

a

Ber

p

ik

ir

K

ri

ti

s


(35)

Merujuk pada desain penelitian dan pengembangan model (Borg & Gall, 1989:772) dan Sukmadinata (2005:182-190) di atas, maka dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah operasional sebagai berikut,

1. Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan ini, peneliti mengadakan kegiatan dalam bentuk : (a) kajian pustaka, (b) survey lapangan, dan (c) penyusunan desain model awal yang akan dikembangkan

Kajian pustaka dilakukan untuk mendapatkan landasan teoritik mengenai model-model asesmen, dan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS, serta mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan model yang akan dikembangkan. Sehingga peneliti memperoleh wawasan teoritik yang tepat untuk digunakan dalam penelitian dan pengembangan model ini.

Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari guru, dan peserta didik. Data dan informasi yang diperoleh dari peserta didik adalah pendapatnya tentang pembelajaran IPS, baik menyangkut metode pembelajaran, media dan sumber belajar, serta bentuk penilaian yang sering digunakan selama ini. Data dan informasi yang diperoleh dari guru adalah latar belakang dan pengalaman mengajar guru, pandangan guru tentang pembelajaran IPS, serta asesmen pembelajaran yang digunakan, serta kondisi aktual berpikir kritis peserta didik. Data dan informasi dari guru dan peserta didik diperoleh melalui pengisian angket, observasi, dan dokumentasi untuk melihat perangkat pembelajaran yang dilakukan guru sebelum mengajar, sedangkan wawancara khusus kepada guru untuk mengetahui kondisi berpikir kritis peserta didik saat ini. Penyusunan desain model awal dilakukan setelah memperoleh landasan teoritis, dan hasil survey lapangan, mengenai kondisi aktual proses asesmen dalam pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini. Kemudian diidentifikasi dan disesuaikan dengan tujuan penelitian, sebagai dasar untuk menyusun desain model awal yang akan dikembangkan. Desain model awal yang dikembangkan sudah mengarah pada model asesmen kinerja open ended question yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP di Kabupaten Bandung Barat. Proses penyusunan desain model awal ini dirancang dan


(36)

dikembangkan berkolaborasi bersama guru, kemudian dikonsultasikan kepada para pembimbing secara intensif, untuk melihat kelayakan, baik konsep maupun kepraktisan model. Desain model awal ini juga dikonsultasikan kepada praktisi pendidikan, minimal yang berpendidikan S2. Hasil dari konsultasi ini diperoleh masukan untuk penyempurnaan desain model awal, yang selanjutnya siap untuk diujicobakan ke lapangan dengan sampel terbatas, dan sampel lebih luas.

2. Tahap Pengembangan Model

Sebelum dilakukan uji coba pada tahap pengembangan, terlebih dahulu dilakukan pelatihan singkat tentang strategi konseptual yang terkandung dalam desain model yang dikembangkan kepada guru-guru yang terpilih sebagai model, sehingga hakikat model yang dikembangkan dapat dipahami. Hasil dari pelatihan singkat ini, diperoleh masukan untuk penyempurnaan desain model, dan siap untuk diujicobakan ke lapangan.

Pada tahap uji coba model ini, dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (action research)., secara kolaboratif dan partisipatif (Wiriaatmadja, 2005:83). Kolaboratif dalam arti bekerjasama dengan guru dalam melakukan tindakan penelitian, dan partisipatif dalam arti melaksanakan penelitian ini sesuai dengan tahapan yang ada dalam desain model tersebut.

Penelitian tindakan kelas, juga merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, dengan tujuan untuk mencapai perbaikan pembelajaran (Mc.Niff, 1992:1). Langkah-langkah penelitian tindakan ini, menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, kemudian menyusun perencanaan kembali (Kemmis dan Mc. Taggart, 1988:11). Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka langkah-langkah kerja penelitian tindakan kelas yang digunakan pada tahap uji coba model secara terbatas, dan uji coba model lebih luas, dapat dilihat pada gambar 3.2


(37)

Gambar 3.2

Siklus Classroom Action Research (Kemmis dan Mc. Taggart, 1988:11)

Pada tahap uji coba terbatas desain model yang dikembangkan, dikemas dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilakukan pada satu sekolah, satu kelas, dan satu guru IPS, yaitu di SMPN 2 Batujajar, dengan melibatkan peserta didik sejumlah 36 orang. Selama uji coba berlangsung, peneliti melakukan pengamatan langsung, dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan guru dan respon peserta didik terhadap proses model yang dikembangkan, sehingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Selain itu, peneliti melakukan tes pada setiap pelaksanaan uji coba (single group), untuk melihat kemampuan berpikir kritis peserta didik. Uji coba terbatas dilakukan dalam tiga siklus, dan setiap akhir siklus, peneliti dan guru berdiskusi untuk membahas berbagai temuan, untuk kemudian dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan secara berulang-ulang, sampai diperoleh desain model yang layak untuk di uji coba pada tahap berikutnya, yaitu uji coba model lebih luas.

Uji coba lebih luas dilakukan setelah desain model yang dihasilkan pada uji coba terbatas dianalisis, dan disempurnakan sesuai dengan masukan yang diterima. Uji coba lebih luas ini melibatkan subjek penelitian lebih banyak, yaitu SMPN 1 Lembang, SMPN 3 Lembang, dan SMPS Mekarwangi Lembang. Uji coba lebih luas dilakukan pada tiga sekolah, tiga kelas dan tiga guru IPS, dengan melibatkan peserta didik sejumlah 94 orang.

Refleksi

Dst Refleksi

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan Pelaksanaan


(38)

Dilihat dari tujuannya, kegiatan uji coba lebih luas sama dengan tujuan yang dilakukan pada uji coba terbatas, yaitu untuk memperoleh desain model yang layak untuk digunakan di sekolah-sekolah. Sehingga kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus uji coba terbatas, itu juga yang dilakukan pada siklus uji coba lebih luas. Dengan demikian pada setiap akhir uji coba, selalu ada masukan untuk melakukan revisi, dan penyempurnaan secara berulang-ulang. Kemudian hasil revisi dan penyempurnaan dari uji coba lebih luas, dikonsultasikan dengan pembimbing, dan praktisi pendidikan, sampai diperoleh model hipotetik yang layak untuk diuji validasi terlebih dahulu, sebelum menghasilkan final design model asesmen kinerja open ended question.

3. Tahap Pengujian Model

Tahap pengujian model dilakukan untuk mengetahui efektivitas model yang telah dihasilkan dari proses pengembangan, baik hasil uji coba terbatas maupun uji coba lebih luas. Pada tahap ini model hipotetik akan diuji validasi terlebih dahulu melalui kegiatan eksperimen, dengan mengunakan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Perencanaan pengujian model ini, ditetapkan tiga sekolah untuk kelompok eksperimen dan tiga sekolah untuk kelompok kontrol, dengan klasifikasi yang sama yatu kategori sekolah favorit, biasa dan swasta. Jumlah peserta didik pada kelompok eksperimen sama banyaknya dengan kelompok kontrol, dan guru yang melaksanakan proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol relatif sama dari kualifikasi pendidikan, dan pengalaman mengajar.

Pelaksanaan pengujian model, terlebih dahulu diberikan pre tes pada dua kelompok sampel ini, untuk memperoleh informasi kemampuan awal yang relatif sama baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Hal ini perlu dilakukan, untuk menghindari keraguan tentang efektif tidaknya model asesmen kinerja open ended question yang dikembangkan pada akhir uji validasi.

Adanya kesamaan atau kesetaraan kemampuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka desain yang digunakan adalah Matching only pre test-pos test control group design (Borg & Gall, 1989:778; Mc.Millan &


(1)

Thinking Skill and Attitudes towards Mathematics. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, 32 (6), hlm 811-816. Claudette Thompson (2011). Critical Thinking Across The Curriculum ; Process

Over Ouput. St.Bonaventure University. USA : Plassmann Hall. International Journal of Humanities and Social Science, 1(9), hlm 1-7 Crawford, A & Brown (2002). An Investigation of The Critical Thinking Abilities

of Nursing Students in a Selected Baccalaureate School. Journal of Nursing Education, 40, p 342-346

Dyer, M., & Moynihan, C. (2000). Open-Ended Question in Elementary Mathematics Instruction and Assessment. Journal of Educational Study in Mathematics, 25(4),p 417-422.2-346

Ennis, R. (1993). Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice. 32 (3), p. 179-186.

Gokhale, A.A. (1995). Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. Journal of Technology Education, 7 (1), p 45-50

Hancock, C.L. (1995). Enhancing Mathematics Learning With Open-Ended Questions. Journal of Mathematics Teacher Education, 88(6), p 496-499. Hudiono, Bambang (2008). Pembudayaan Open Ended Problem Solving

Approach dalam Pengembangan Daya Representasi Matematika Pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Dasar. 9 (1), hlm 23-29.

Jacob.C (2000). Mengajar Berpikir Kritis: Suatu Upaya Meningkatkan Efektivitas Belajar Matematika. Journal Of Indonesian Mathematical Society, 6 (5). hal 595-598. Prosiding Konferensi Nasional Matematika X ITB Bandung. Kilic, G.B. & Caka, M. (2007). Peer Assessment of Elementary Science Teaching

Skills. Journal of Science Teach, 18, p 91-107.

Liliasari. (2001). Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi. Jurnal Pengajaran MIP, 2 (1), hlm 55-56.

Liliasari. (2002). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proceeding Nasional Science Education Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM, hlm 174-181

Liliasari, Redhana, Wayan I. (2008). Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis Pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA. Jurnal Forum k Kependidikan, 27 (2), hlm 103-112.

Lenburg, C.B. (1999). Transformation to a competency-based performance assessment system. Proceedings from the special conference on the assessment of primary care competencies, Kansas City : MO. Care 12. P 68-74.


(2)

Lynch and Wolcott,S.K. (2001). Helping Your Students Develop Critical Thinking Skills. Idea Paper. hlm 37.

Meltzer, David,E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics : Hidden Variable in Diagnostic Pretes Scores. American Journal of Physics, 25 : 239-246.

Mertes (1991). Thinking and Writing. Middle School Journal, (22), p 24-25. Morgan,B.M. (2004). Research-Based Instructional Strategies : Preservice

Teacher Observation of Inservice Teacher Use, National Forum Journal, p 17-22

Moyer, P. S., & Milewicz, E. (2002). Learning to Question: Categories of Questioning Used by Preservice Teachers During Diagnostic Mathematics Interviews. Journal of Mathematics Teacher Education, 5, p. 293- 315. Palm, Torulf. (2008) Performance Assessment and Authentic Assessment: A

Conceptual Analysis of the Literature. Sweden : Umeå Universit. Journal, 13 (4), p 1-11

Paul, R. & Elder, L. (2008). Critical Thinking : The Art of Socratic Questioning, Part III. Journal of Developmental Education, 31 (3), p 34-35.

Philip Gendall, Hara Menelaou and Mike Brennan. ( 1996). Open Ended Question : Some Implication for Mail Survey Research. Journal International, 7 (1), p 1-8.

Pott,B. (1994). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assessment, Research & Evaluation, 4(3), p 293-315

Reyes. J Donald. (1986). Critical Thinking in Elementary Sosial Studies : Texs Series. Journal Social Studies, 77 (4), p 151-154

Sudiarta, Putu, I Gst. (2005). Pengembangan Kompetensi Berpikir Divergen dan Kritis Melalui Pemecahan Masalah Matematika Open Ended. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 3 (38), hlm 527-548. Tiwari, A. (1999). Enchancing Students Critical Thinking Through Problem

Based Learning. Proceeding of The First Asia Pasific Conference on Problem Based Learning. Hongkong : The University Grants Committie of Hongkong, Teaching Development Project. P. 75-86.

Urša Reja, Katja, Lozar M, Valentina,H. and Vasja Vehovar. (2003). Open-Ended vs. Close-Ended Questions in Web Questionnaires. Journal International. Meodoloski,19,Ljubljana : FDV. P. 159-169

Volante, L & Fazio, X. (2007). Exploring Teacher Candidates Assessment Literacy : Implications for Teacher Education Reform and Profesional Development. Journal of Education, 30 (3), pp 750-770.

Walker,S.E. (2001). Active Learning Strategies to Promote Critical Thinking. Journal of Athletic Trainning, 38(1), pp 263-267


(3)

Yee,F.P. (2002). Using Short Open Ended Question to Promote Thinking and Understanding, In Rogerson (ed). The Mathematics Education into 21” Century Project. Procceding of International Conference in Mathematics Education. Vol. 25. P.135-141

Zainul, Asmawi. (2008). Asesmen Alternatif untuk Mendukung Belajar dan Pembelajaran. Journal of Historical Studies, I (Special Edition). Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. P. 33-44.

Zainul, Asmawi. (2008b). "Penerapan Asesmen Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Lokal" in HISTORIA: Journal of Historical Studies, I (Special Edition). Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, pp.25-32.

ARTIKEL INTERNET

Achmad, Arief. (2007). Memahami Berpikir Kritis. (Online). Diakses dari http://researchengines.com /1007arief3.html. [24 Mei 2011].

Adair-Hauck, B. dkk. (2006). The Integrated Performance Assessment : Connecting Assessment to Instruction and Learning, Foreign Language Annals. (Online). Diakses dari http//:proquest.umi.com/pqdweb. P. 359-381 [10 Agustus 2008].

Badger, E. & Brenda, T (1992). Open-Ended Questions in Reading. Practical Assessment, Research & Evaluation. (Online). Diakses dari http://PAREonline.net/getvn.asp?v=3&n=4. This paper has been viewed 66,456 times since 11/13/1999. [March 20, 2014].

Ballou, J. (2008). Open-Ended Question, Encyclopedia of Survey Research Methods. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, Inc. Doi. (Online).

http://www.uk.sagepub.com/chambliss4e/study/chapter/encyc_pdfs/4.1_ Open-Ended%20Questions.pdf. P. 548-550. [8 November 2011].

Bonnie dan Potts. (1994). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assesment, Research & Evaluation. (Online). Diakses dari http: //edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3. [2 Juli 2003].

Carroll, R.T. (2007), Teaching Critical Thinking. (Online). Diakses dari

http://www.skepdic.com/essays1. P. 41-43. [July 1, 2011].

Cooney, et al. (2002). Open-Ended Assessment In Math A Searchable Collection Of 450 Questions. (Online). Diakses dari http://books.heinemann.com/math/ index.cfm. P. 60-67. [31 Maret 2008].

Cotton, Kathleen. (1992). Teaching Thinking Skills. (Online) Diakses dari

http://www.nwrd.org/scpd/sirs.6/cu.html.

Evi, S.B. (2011). Penilaian Kinerja. (Online). Diakses dari http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/24/penilaian-kinerja/24 Juni 2011.


(4)

Facione, P. A. & Facione, N. C. (1994). Holistic Critical Thinking Scoring Rubric. Millbrae, CA: California Academic Press. (Online). Diakses dari http://www.insightassessment.com/pdf_files/rubric.pdf.

Fadillah,S. (2008) Menumbuhkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Matematika Melalui Pembelajaran Open Ended. (Online). Diiakses dari http://fadillahatick.blogspot.com/2008/06/pendekatan-open-ended.html. [4Juni 2008].

Garnison,D,R, Anderson,T & Archer,W. (2001). Critical Thinking and Computer Conferencing : A Model and Tool to Asses Cognitive Presence. (Online). Diakses dari http://communitiesofinquiry.com./documents/cogpres_final.pdf

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. AERA-D-American Educational Research Association’s Division D, Measurement and Research Methodology. (Online). Diakses dari http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.

Innabi, Hanan. (2003). Aspects of Critical Thinking in Classroom Instruction of Secondary School Mathematics Teachers in Jordan. (Online). Diakses dari http://dipmat.math.unipa.it/pdf. [30Mei 2008].

Inprashita, M. (2004). Open Ended Approach and Teacher Education. (Online).

http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/ape2006/progress_report/Symposium/ Inprashita_a.pdf. [15 Mei 2008].

Jero Budy. (2008) Pendekatan dan Masalah Open Ended dalam Pembelajaran Matematika. (Online). http://jerobudy.blogspot.com/2008/12/pendekatan-dan-masalah-open-ended dalam.html. [2 Desember 2008].

Madaus, G. F & O`Dwyer, L. (1999). A short History of Performance Assessment : Lessons Learned. Phi Delta Kappan. Bloomington. (Online). Diakses dari

http://proquest.umi.com/pqdweb. P. 688-696. [21 Nopember 2006].

Mariza, U. (2010). Berpikir Kritis. (Online). Diakses dari

http://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/15

Juni 2010.

Marzano, R.J., (1994). Lessons from the Field about Outcome-Based Performance Assessment, Educational Leadership. (Online). Diakses dari http://proquest.umi.com/pqdweb. P. 44-50. [21 Nopember 2006].

Mas Sugiyanto. (2011). Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw. (Online). Diakses dari

http://massugiyanto.blogspot.com/2011/04/kemampuan-berfikir-kritisdalam pembelajarankooperatif.html.

Mertler, C. A. (2001). Designing Scoring Rubrics for your Classroom. Practical Assessment, Research & Evaluation, 7(25). (Online). Diakses dari http://www.jcu.edu/academic/planassess/pdf/Assessment%20/Resources/De signing%20Scoring%20Rubrics.pdf

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. (Online). Diakses dari http://www.berpikir-kritisblogspot.com. [Oktober 2011].


(5)

Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam

Pembelajaran. (Online). Diakses dari

http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran. [23 Desember 2012].

Nohda, N. (1999). A Study Of "Open-Approach" Method In School Mathematics Teaching - Focusing On Mathematical Problem Solving Activities. (Online). Diakses dari http://www.nku.edu/~sheffield/nohda.html. [31 Maret 2008].

Nur Azizah Fadhillah (2011). Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif. Lev Vygotsky. (Online). Diakses dari

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-pendidikan-teori-perkembangan-sosial-kognitif-lev-vygotsky/14 Desember 2011.

Perkins, D, J, E & Tishamn, S. (1993). Beyond Abilities: A Dispositional Theory of Thinking. Accessed. (Online). Diakses dari www.learnweb.harvard.edu/alps/thinking/docs/merrill.htm.

Robert Sumardi (2011). Implikasi Teori Psikologi Piaget, Vigotsky dan Bruner. (Online). http://robertsumardi.wordpress.com/2008/09/11/implikasi-teori psikologi piagetvygotsky-dan-bruner-dalam-pembelajaran-bahasa-inggris/4

Maret 2011.

Schafersman, Steven, D. (1991). An Introduction to Critical Thinking. (Online). Diakses dari http://www.criticalthinking.org/about.ct/defining.ct.cfm. Scriven,M & Paul, R (1987). Defining Critical Thinking. (Online). Diakses dari

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm (30 Oktober 2009).

Sudaryanto. (2008). Pengembangan Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis.

(Online). Diakses dari http://www.pk.undip.ac.id/Pengembangan pendidikan/pembelajaran kemampuan berpikir kritis.html. [26 agustus 2008].

Sutrisno, Joko. 2010. Menggunakan Ketrampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. (Online) Diakses dari

http://www.scribd.com/doc/54977805/artikel-erlangga. [18 Mei 2011] Wibowo, S. Agung. 2010. Dilema Mengajarkan Isi atau Cara Berpikir.

(Online), Fiakses dari

http://agung1971.wordpress.com/2010/03/29/dilema-mengajar-isi-atau-cara-berpikir/.

DISERTASI/TESIS/MAKALAH

Dahlan,J,A. (2004). Meningkatkan kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa SLTP melalui Pendekatan Pembelajaran Open Ended. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(6)

Darsono. (2008). Pengembangan Model Inkuiri dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.(Studi Pengembangan Pendidikan untuk Meningkatkan Pemahaman Materi IPS, dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD di Kota Metro). (Disertasi) Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hasan, Hamid, S. (2007). Revitalisasi Pendidikan IPS dan Ilmu Sosial untuk Pembangunan Bangsa. Makalah Seminar Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI Bumi Siliwangi.

Hasan, Hamid,S. (2008). Pengembangan Kompetensi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah. Makalah Seminar IKAHIMSI, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Kusumawati, Dian. (2010). Exploring Student-Centred Teaching, Open-Ended

asks, and Real Data Analysis to Promote Students’ Reasoning about

Variation. (Thesis submitted for the MSc in Mathematics and Science Education). Amsterdam : Institut Universiteit van Amsterdam.

Rachmah Huriah. (2009). Kontribusi Kompetensi Guru, Proses dan Hasil Belajar terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Sosial (Studi pada peserta didik kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri Model Di Jawa Barat dalam Pembelajaran Akuntansi). (Disertasi) Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rohayati, A. (2005) Mengembangkan kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual. (Tesis) Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rustaman. N.Y. (2006) Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapannya dalam Pendidikan Sains. Makalah FPMIPA. Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, hlm 1-18

Sri Hastuti Noer. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Kota Bandar Lampung). (Disertasi). Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sudiyatno. (2010). Pengembangan Model Penilaian Komprehensif Unjuk Kerja Siswa pada Pembelajaran Berbasis Standar Kompetensi di SMK Teknologi Industri. (Disertasi). Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Winataputra,Udin.S.(2007) Dinamika Pemikiran Inovatif dalam Khasanah Social

Studies dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Pendidikan IPS. Auditorium JICA-UPI. Bandung.

Wulan, Ratna. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.