IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK.

(1)

i

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan IPA

TESIS

MIRNAWATI 1302519

Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung

2015


(2)

ii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Oleh M i r n a w a t i

S.Pd Universitas Tadulako, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Mirnawati 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocoppy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

MIRNAWATI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,

Pembimbing,

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si NIP. 196810151994031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed NIP. 196705271992031001


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Implementasi Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Mengembangkan Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa pada Materi Indera Penglihatan dan Alat Optik” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

M i r n a w a t i (1302519)


(5)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA

PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap perbedaan peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) serta perkembangan Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) siswa di kelas yang mendapat model pembelajaran discovery (eksperimen 1) dibandingkan dengan kelas konvensional (eksperimen 2). Pembelajaran pada kedua kelas berbasis praktikum sederhana. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment, dengan desain Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan secara acak pada kelompok kelas untuk siswa kelas VIII. Instrumen penelitian ini menggunakan tes KBK dan lembar observasi penilaian KDBI. Dari data peningkatan KBK, siswa kelas eksperimen 2 meningkat dengan kategori “sedang” dan siswa kelas eksperimen 1 dengan kategori “tinggi”. Dari data perkembangan KDBI, nilai rata-rata aktivitas siswa kelas eksperimen 1 dengan kriteria “kurang” dan siswa kelas eksperimen 2 dengan kriteria “sangat kurang”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “terdapat perbedaan peningkatan KBK dan perbedaan perkembangan KDBI yang signifikan untuk siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery pada materi indera penglihatan dan alat optik. Jadi kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery memperoleh peningkatan KBK dan perkembangan KDBI yang lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(6)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTATION OF DISCOVERY LEARNING FOR INCREASE CRITICAL THINKING ABILITY AND DEVELOPING STUDENTS’ BASIC SKILLS OF SCIENTIFIC WORK ON THE MATTER OF SENSES OF VISION AND OPTICAL

TOOLS.

ABSTRACT

The aim of this research is to reveal the difference of the increasing of critical thinking ability and the development of student’s basic skill of scientific work between a class which exposed by discovery learning (1st experiment) and a class which exposed by conventional learning (2nd experiment). The instruction in both class is based on simple experiment. The research was using quasi-experimental method, with matching only pretest-posttest control group design. The subject was 8th-grade students who randomly chosen by using simple random sampling technique. The critical thinking ability test was developed and administered to the student as pretest and posttest. This research also using performance checklist of basic skill of scientific work. From the result of increasing critical thinking ability, students from 2nd experiment class was increased to “middle” category and students from 1st

experiment class was increased to “high” category. From the result of student’s basic skill of scientific work development, the mean score of student’s activity from 1st experiment class categorized “low” and 2nd experiment class categorized “very low”. The conclusion is “there is significant difference of increasing critical thinking ability and the development of basic skill of scientific work between students who exposed by conventional learning and students who exposed by discovery learning on the matter of senses of vision and optical tools”.


(7)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMAKASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Implementasi Model Pembelajaran Discovery ... 11

B. Berpikir Kritis ... 16

C. Bekerja Ilmiah ... 21

D. Hubungan antara Model Pembelajaran Discovery, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Proses Pembelajaran ... 30

E. Alat Optik dan Indera Penglihatan ... 33

F. Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Metode dan Desain Penelitian... 39

B. Populasi dan Sampel ... 40

C. Definisi Operasional ... 40


(8)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Penelitian ... 43

F. Metode Analisis Data ... 46

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Discovery ... 54

B. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) Siswa ... 64

C. Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) Siswa ... 72

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 101

A. Simpulan ... 101

B. Implikasi... 102

C. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(9)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Berpikir Kritis ... 21

2.2 Keterkaitan Aktifitas Siswa dalam Pendekatan Ilmiah ... 23

2.3 Struktur Hubungan antara Model Pembelajaran Discovery, Kemampuan Berpikir Kritis (KBK), dan Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) ... 32

3.1 Desain Penelitian ... 43

3.2 Rancangan Instrumen Penelitian ... 46

3.3 Estimasi Waktu Penelitian ... 48

3.4 Klasifikasi Validitas Butir Tes ... 50

3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 51

3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Butir Tes ... 51

3.7 Ketentuan Penilaian Kinerja KDBI Siswa ... 52

3.8 Kriteria Penilaian KDBI dalam Proses Pembelajaran ... 57

4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 60

4.2 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Pretest Berdasarkan Indikator KBK kelas Eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2 ... 69

4.3 Signifikansi Uji Normalitas Data Pretest KBK... 70

4.4 Signifikansi Uji Mann-Withney Data Pretest KBK... 71

4.5 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Posttest Berdasarkan Indikator KBK kelas Eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2 ... 71

4.6 Signifikansi Uji Normalitas Data Posttest KBK ... 72

4.7 Signifikansi Uji Mann-Withney Data Pretest KBK... 72

4.8 Nilai Rata-rata Peningkatan KBK Siswa ... 73

4.9 Signifikansi Uji Normalitas Data Peningkatan KBK (N-gain) ... 73

4.10 Signifikansi Uji Homogenitas Data Peningkatan KBK (N-gain)... 74

4.11 Signifikansi Uji Hipotesis KBK ... 74

4.12 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Aktifitas Belajar Siswa pada Aspek Kemunculan dalam KDBI Kelas Eksperimen 1 ... 77

4.13 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Aktifitas Belajar Siswa pada Aspek Ketepatan dalam KDBI Kelas Eksperimen 1 ... 78


(10)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.14 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Aktifitas Belajar Siswa pada Aspek

Kemunculan dalam KDBI Kelas Eksperimen 2 ... 78 4.15 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Aktifitas Belajar Siswa pada Aspek

Ketepatan dalam KDBI Kelas Eksperimen 2 ... 79

4.16 Prosentese Skor Kemunculan Rata-rata Aktifitas Belajar Siswa dalam Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah ... 85

4.17 Prosentese Skor Ketepatan Rata-rata Aktifitas Belajar Siswa dalam Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah ... 85

4.18 Signifikansi Uji Normalitas Data Perkembangan KDBI

Aspek Kemunculan ... 86 4.19 Signifikansi Uji Mann-Withney Data Aspek Kemunculan Aktifitas KDBI 86 4.20 Signifikansi Uji Normalitas Data Perkembangan KDBI

Aspek Ketepatan ... 87 4.21 Signifikansi Uji Mann-Withney Data Aspek Ketepatan Aktifitas KDBI 88


(11)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagian-bagian mata ... 40

2.2 Akomodasi oleh mata normal ... 41

3.1 Alur penelitian ... 49

4.1 Diagram perbandingan nilai rata-rata pretest ... 70

4.2 Diagram perbandingan nilai rata-rata posttest ... 72

4.3 Diagram perbandingan peningkatan KBK Siswa ... 73

4.4 Diagram perbandingan prosentase kemunculan aktifitas siswa dalam melakukan pengamatan... 80

4.5 Diagram perbandingan prosentase ketepatan aktifitas siswa dalam melakukan pengamatan... 80

4.6 Diagram perbandingan prosentase kemunculan aktifitas siswa dalam mengajukan pertanyaan ... 81

4.7 Diagram perbandingan prosentase ketepatan aktifitas siswa dalam mengajukan pertanyaan ... 81

4.8 Diagram perbandingan prosentase kemunculan aktifitas siswa dalam mengumpulkan informasi ... 82

4.9 Diagram perbandingan prosentase ketepatan aktifitas siswa dalam mengumpulkan informasi ... 82

4.10 Diagram perbandingan prosentase kemunculan aktifitas siswa dalam mengasosiasi ... 83

4.11 Diagram perbandingan prosentase ketepatan aktifitas siswa dalam mengasosiasi ... 83

4.12 Diagram perbandingan prosentase kemunculan aktifitas siswa dalam mengomunikasikan ... 84

4.13 Diagram perbandingan prosentase ketepatan aktifitas siswa dalam mengomunikasikan ... 84

4.14 Diagram rekapitulasi perbandingan kemunculan rata-rata aktifitas KDBI antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 ... 86

4.15 Diagram rekapitulasi perbandingan ketepatan rata-rata aktifitas KDBI antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 ... 89


(12)

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A – Perangkat Pembelajaran

A-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113

A-2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 130

Lampiran B – Instrumen Penelitian B-1 Kisi-kisi soal Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) ... 154

B-2 Analisis Instrumen Hasil Uji Coba Tes KBK ... 171

B-3 Pretest/Posttest KBK ... 172

B-4 Kisi-kisi dan Rubrik Penilaian Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) ... 179

B-5 Lembar Observasi Penilaian KDBI ... 191

Lampiran C – Analisis Data Penelitian C-1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Discovery ... 194

C-2 Penilaian Pretest-Posttest KBK Kelas Eksperimen 1 ... 197

C-3 Rekapitulasi Penilaian KBK Kelas Eksperimen 1 ... 199

C-4 Penilaian Pretest-Posttest KBK Kelas Eksperimen 2 ... 200

C-5 Rekapitulasi Penilaian KBK Kelas Eksperimen 2 ... 202

C-6 Uji Normalitas Tes KBK ... 203

C-7 Uji Hipotesis Penilaian Peningkatan KBK ... 208

C-8 Penilaian KDBI Kelas Eksperimen 1 ... 212

C-9 Rekapitulasi Penilaian KDBI Kelas Eksperimen 1 ... 224

C-10 Penilaian KDBI Kelas Eksperimen 2 ... 228

C-11 Rekapitulasi Penilaian Aspek KDBI Kelas Kontrol ... 240

C-12 Uji Hipotesis Penilaian Perkembangan KDBI ... 244


(13)

1

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak akan pernah lepas dari kegiatan sehari-hari semua manusia. IPA adalah kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2014). Seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan alam terus mengalami kemajuan seperti halnya dengan teknologi. Keduanya merupakan aspek yang tak dapat terpisahkan.

Secara khusus tujuan IPA berdasarkan implementasi Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; (b) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (d) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi; (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam; (f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai satu ciptaan Tuhan; (g) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Dari sekian banyak tujuan pembelajaran IPA di atas, yang menjadi fokus utama dalam permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah pada tujuan keempat, yaitu “melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan


(14)

2

2

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi”. Secara ideal, banyak tuntutan yang seharusnya dapat dipenuhi oleh peserta didik. Sayangnya, masih banyak kekurangan yang terdapat diberbagai aspek pembelajaran. Seperti, kurangnya tenaga pengajar yang profesional serta sarana dan prasarana sekolah yang belum mendukung. Padahal dengan semua kekurangan yang ada tersebut, peserta didik tetap dituntut untuk memahami dengan baik atau bahkan berhasil pada setiap mata pelajaran yang ada di sekolah. Hal ini berdampak pada terjadinya penurunan pada kemampuan berpikir siswa. Sanjaya (2006) menyatakan kemampuan berpikir memelukan kemampuan mengingat dan memahami. Selain itu, dampak dari banyaknya aspek pendidikan yang belum maksimal adalah pola pikir peserta didik akan menjadi lebih sempit. Hal ini terlihat pada kenyataan yang ada di lapangan, masih banyak peserta didik yang menganggap bahwa mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang cukup sulit.

Tujuan utama dari pendidikan sains adalah menyiapkan peserta didik memahami konsep dan meningkatkan keterampilan berpikirnya. Pendidikan sains dapat menolong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir yang diperlukan sebagai manusia yang memiliki tenggang rasa dan dapat berpikir untuk dirinya sendiri dan bangsanya (Rutherford dan Ahlgren dalam Liliasari, 2011). Pendidikan sains harus banyak berbuat untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah berpikir kritis. Menurut Wijaya (dalam Husnidar, 2014) berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses menganalisis, menjelaskan, mengembangkan atau menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan, membandingkan, melawankan, menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Kemampuan berpikir kritis dalam pengajaran dikembangkan dengan asumsi bahwa umumnya anak dapat mencapai berpikir kritis dan keterampilan berpikir anak selalu berkembang (Kartimi, 2013). Salah satu aspek yang patut diperhitungkan dalam membentuk peserta didik yang tidak lagi hanya bisa disuapi oleh konsep pembelajaran tetapi juga ikut mengkaji materi tersebut adalah aspek kemampuan berpikirnya. Untuk itulah peserta didik harus lebih sering dirangsang agar


(15)

3

3

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dengan baik. Untuk dapat merangsang hal tersebut maka diperlukan kreativitas guru dalam menyusun dan mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat mendukung perkembangan kemampuan berpikir peserta didiknya. Sehingga peserta didik tidak lagi hanya mengingat fakta tetapi juga dapat memprediksi sebagai bentuk pengembangan pola pikir.

Hal lain yang juga bisa diamati di lapangan, khususnya untuk mata pelajaran IPA, bahwa pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan sarana seperti alat-alat percobaan (KIT IPA) guna membantu guru dalam mengajar agar pengetahuan yang diperoleh peserta didik menjadi lebih bermakna. Sehingga para peserta didik dapat langsung mengaplikasikan pelajarannya dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataannya masih banyak peserta didik yang belum pernah sekalipun menyentuh berbagai media pembelajaran di laboratorium bahkan sampai mereka memasuki jenjang pendidikan di universitas. Pelaksanaan pembangunan yang belum merata juga turut andil dalam hal ini, sehingga walaupun telah banyak sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium beserta alat-alat pendukung pembelajaran didalamnya, kenyataannya masih sangat banyak peserta didik yang belum mengenal alat-alat tersebut. Metode ceramah yang masih banyak dilakukan oleh guru menyebabkan peserta didik tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran. Sanjaya (2006), menyatakan bahwa pembelajaran melalui ceramah akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

Saat ini pemerintah telah menggalakan kurikulum pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, dimana peserta didik diharapkan dapat lebih banyak mengambil peranan di dalam pembelajaran tersebut sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan masih banyak pembelajaran hanya berpusat pada guru saja. Kegiatan di laboratorium atau menyangkut dengan berbagai kegiatan motorik kasar lainnya masih banyak menghadapi kendala karena banyaknya sekolah atau kelas yang menerapkan proses pembelajaran dengan metode yang mengharuskan peserta didik hanya dengan membayangkan secara abstrak saja materi pelajaran yang disajikan sehingga peserta didik tidak terlatih untuk dapat memiliki keterampilan bekerja


(16)

4

4

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara ilmiah dengan benar dan tepat. Kalaupun para peserta didik bisa melakukan langkah-langkah ilmiah dalam belajar pastilah hal itu tidak terasah dengan baik. Hal ini terjadi karena kurangnya kegiatan yang dilakukan di laboratorium.

Minimnya cara peserta didik melakukan investigasi dalam mengumpulkan sumber informasi dalam belajar, paling tidak memberikan dampak pada kemampuan peserta didik secara umum untuk dapat melatih proses berpikirnya. Segala sesuatu yang bersifat instan biasanya akan cepat pula hilang. Fenomena inilah yang sedang jadi penyakit bagi para peserta didik di Indonesia saat ini. Kecanggihan teknologi disalah gunakan dengan mencari informasi secara cepat, bukan untuk belajar tapi untuk menyelesaikan tugas saja. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, banyak dari kalangan peserta didik yang langsung mengambil informasi dari media internet berkaitan dengan tugasnya namun tidak mengkaji lagi kebenaran dari informasi tersebut. Para peserta didik cenderung malas atau bahkan banyak yang tidak peduli dengan proses karena hanya mau segala sesuatu yang bersifat ingin cepat dalam menemukan jawaban atas pertanyaan yang menjadi tugas mereka di sekolah. Hal ini pula yang turut berperan menjadi suatu faktor buruk yang bersifat buruk dari pesatnya perkembangan teknologi saat ini. Kemampuan berpikir tidak lagi dapat dikembangkan secara saintifik, mulai dari mengamati fenomena, mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik penasaran terhadap fenomena yang mereka amati, membuat hipotesis atau dugaan sementara dari pertanyaan yang mereka ajukan, kemudian dengan rasa ingin tahu yang besar tersebut akhirnya mereka berusaha untuk mengumpulkan berbagai informasi agar dapat menjawab sendiri apa yang membuat mereka penasaran, dan jika perlu mereka akan melakukan percobaan untuk membuktikan dugaannya. Sehingga pada akhirnya para peserta didik bisa memperoleh kesimpulan yang benar untuk menjawab pertanyaan yang mereka buat sendiri tersebut.

Sesuai dengan implikasi teori Piaget dalam pendidikan yang dinyatakan oleh Ginsburg & Opper (dalam Setiono, 2009) bahwa untuk bisa mempelajari sesuatu, anak membutuhkan kesempatan untuk mengadakan tindakan terhadap objek yang dipelajari. Konsep Piaget bahwa bagi individu – berapapun umurnya – proses belajar yang paling baik didapatkan dari aktivitas yang merupakan inisiatif


(17)

5

5

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sendiri (penemuan). Guru seharusnya dapat memilih dan mengimplementasikan salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan model pembelajaran melalui penemuan (discovery learning).

Pembelajaran yang dilakukan seharusnya memberikan kontribusi suatu hasil berpikir kepada peserta didik agar pembelajaran lebih bermakna. Hasil berpikir ini dapat berupa penemuan baik konsep maupun prinsip. Suatu kegiatan discovery adalah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mental sendiri (Daryanto, 2014). Dari model ini diharapkan peserta didik dapat mampu menemukan sendiri pengetahuan atau konsep yang berhubungan dengan materi pembelajarannya. Sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Peserta didik tidak hanya menerima tetapi ikut berperan serta secara langsung. Salah satu kelebihan dari model ini adalah guru sebagai fasilitator dapat mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri (Hosnan, 2014). Hal ini sejalan dengan arah penelitian ini yang ingin mengukur kemampuan berpikir serta keterampilan bekerja ilmiah pada peserta didik.

Selain memilih model pembelajaran yang tepat, pembelajaran juga harus dikondisikan sedemikian rupa agar dapat memenuhi tuntutan kurikulum saat ini. Pembelajaran terpadu merupakan salah satu bentuk implementasi kurikulum saat ini khususnya dijenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP/MTs). Salah satu tujuan dan manfaat pembelajaran terpadu adalah meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan mendalam ketika menghadapi situasi pembelajaran (Daryanto, 2014).

Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru, peserta didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif. Jadi belajar tidak hanya merupakan suatu transfer pengetahuan saja dari guru kepada peserta didik tetapi peserta didik diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis, perbandingan, pemikiran, dan penyimpulan oleh peserta didik, agar peserta didik menemukan


(18)

6

6

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sendiri jawaban terhadap suatu konsep atau teori (Tawil dan Liliasari, 2014). Menurut Abidin (2014), eksperimen merupakan aktifitas belajar yang senantiasa muncul baik dalam inkuiri maupun dalam discovery.

Mata pelajaran IPA saat ini bukan hanya menjadi pelajaran wajib pada tingkat Sekolah Dasar saja tetapi juga telah ada dan wajib bagi peserta didik Sekolah Menengah Pertama yaitu pada mata pelajaran IPA Terpadu. IPA Terpadu dalam hal ini adalah mata pelajaran yang seharusnya dapat menggabungkan berbagai konsep dari masing-masing cabang IPA seperti fisika, kimia dan biologi untuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Menurut Puskur (dalam Trianto, 2014), pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA Terpadu sebagai suatu kerangka model dalam proses pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan tujuan pokok pembelajaran itu sendiri, yaitu: (1) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran; (2) Meningkatkan minat dan motivasi; (3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus, sehingga peserta didik tidak harus bingung memahami setiap pelajaran secara terpisah. Karena pada kenyataannya masih banyak yang beranggapan bahwa antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain merupakan sesuatu yang tidak saling berkaitan sama sekali. Hal inilah yang menjadi pertimbangan mengapa pada tingkat sekolah dasar pembelajarannya masih bersifat tematik. Dengan memberi tema pada pembelajaran guru diharapkan dapat mengajarkan peserta didik berbagai aspek ilmu pengetahuan dari satu titik tolak tertentu.

Pada tingkatan sekolah menengah pertama pembelajaran memang tidak lagi bersifat tematik, namun, pelajaran IPA yang dianggap berada pada satu bidang ilmu yang setara kemudian disatukan secara terpadu. Eggen dan Kauchack (2012) menyatakan bahwa pembelajaran integratif (terpadu) dirancang untuk membantu peserta didik mencapai dua tujuan belajar yang saling terkait. Pertama, membangun pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan yang sistematis. Kedua, mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Pemilihan materi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan tertentu. Seperti, apakah materi cocok untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam berpikir dan apakah materi ajar dapat mendukung penilaian peserta didik dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Materi indera penglihatan dan alat optik merupakan satu bab


(19)

7

7

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

utuh, sistematis, dan berkaitan satu sama lain antar sub bab materinya dan materi sub bab awal menjadi prasyarat untuk mempelajari materi pada sub bab berikutnya sehingga sangat cocok digunakan dalam penelitian ini yang menuntut agar peserta didik mempunyai kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Selain itu, materi ini juga memungkinkan guru untuk mengajar dengan berbagai metode. Seperti metode eksperimen dan diskusi untuk menunjang peserta didik saat akan melakukan kerja ilmiah. Hal ini sejalan dengan pendapat Eggen & Kauchak (2012) yang menyatakan bahwa materi yang diajarkan lewat model temuan (discovery) terbimbing dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkap di atas, penulis

tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Mengembangkan Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah Peserta didik pada Materi Indera Pengelihatan dan Alat Optik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah implementasi model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan lebih mengembangkan keterampilan dasar bekerja ilmiah peserta didik pada materi indera pengelihatan dan alat optik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca?.

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran discovery pada materi indera penglihatan dan alat optik?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa di kelas yang mendapat model pembelajaran discovery dibandingkan dengan kelas yang mendapat model pembelajaran konvensional?


(20)

8

8

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah terdapat perbedaan perkembangan keterampilan dasar bekerja ilmiah antara siswa di kelas yang mendapat model pembelajaran discovery dibandingkan dengan kelas yang mendapat model pembelajaran konvensional?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan fokus maka perlu pembatasan masalah, yaitu: 1. Terdapat dua kelas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelas yang

menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan yang selanjutnya akan disebut kelas eksperimen 1 serta kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca dan selanjutnya akan disebut sebagai kelas eksperimen 2. Peserta didik pada kedua kelas akan memperoleh waktu yang sama dalam proses pembelajaran. Perbedaan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 hanyalah pada langkah pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kedua kelas akan belajar dengan bantuan praktikum sederhana. Praktikum yang digunakan pada kedua kelas bersifat penemuan, sehingga setelah peserta didik berhasil menemukan konsep yang diinginkan baru kemudian dilanjutkan dengan konfirmasi dan verifikasi diakhir pembelajaran.

2. Praktikum dalam penelitian ini adalah kegiatan praktikum yang prosesnya dibantu oleh Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang bersifat penemuan terbimbing. Tahapan-tahapan praktikumnya telah disusun sedemikian rupa oleh peneliti sehingga dapat menuntun siswa menemukan konsep tertentu

pada materi kelas VIII Bab X “Indera Penglihatan dan Alat Optik”.

3. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) peserta didik dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perubahan dari aspek kognitif peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran kelas eksperimen 1 dibandingkan dengan kelas eksperimen 2. Kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dengan mencakup 5 indikator dan 5 sub indicator (menurut Ennis) yang akan dinilai dari 12 sub


(21)

9

9

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

indikator kemampuan berpikir kritis yang ada. Kategori peningkatan kemampuan pada aspek ini ditentukan oleh skor rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain).

4. Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) peserta didik yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan aspek keterampilan dalam pendekatan saintifik peserta didik pada saat pembelajaran di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang berbasis praktikum. KDBI yang akan diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua aspek penilaian, yaitu aspek kemunculan aktifitas dan aspek ketepatan aktivitas peserta didik. Setiap indikator bekerja ilmiah dinilai pada setiap sub materi pelajaran berupa lembar observasi (daftar cek) atau performance assessment.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap gambaran implementasi model pembelajaran discovery yang akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan dasar bekerja ilmiah peserta didik pada materi -

“Indera Pengelihatan dan Alat Optik”. Tujuan penelitian ini dapat diajabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengungkap ada atau tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan pada peserta didik di kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan dan diawali dengan dengan kegiatan membaca.

2. Untuk mengungkap ada atau tidaknya perbedaan perkembangan keterampilan dasar bekerja ilmiah yang signifikan pada peserta didik di kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan dan diawali dengan dengan kegiatan membaca.


(22)

10

10

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka manfaat penelitian ini adalah memberikan gambaran nilai lebih atau kontribusi penelitian yang berjudul: implementasi model pembelajaran discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan dasar bekerja ilmiah peserta didik pada materi - “Indera Pengelihatan dan Alat Optik”. Manfaat penelitian ini dapat diajabarkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori-teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya, penulis belum menemukan penelitian yang membahas mengenai hubungan antara model pembelajaran penemuan dengan kemampuan peserta didik dalam berpikir. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi tambahan untuk melihat hubungan antara pembelajaran penemuan dengan kemampuan berpikir.

2. Pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik merupakan salah satu strategi belajar yang dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran Kurikulum saat ini, karena itulah peneliti ingin membahas mengenai hubungan antara pembelajaran penemuan dengan penilaian bekerja ilmiah. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi tambahan untuk melihat hubungan keterkaitan antara masing-masing variabel yang dibahas.

3. Pembelajaran penemuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan keterampilan dasar bekerja ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menyumbangkan kontribusi bagi pengajar untuk mengatasi masalah yang masih sering menjadi kendala bagi peserta didik yang terbiasa belajar hanya dengan menghapal tanpa memahami.


(23)

39

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1) Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi-Experiment), suatu penelitian mengupayakan pengontrolan hanya pada satu variabel dominan terhadap variabel lain yang tidak dikontrol sepenuhnya tetapi dipasangkan. (Sukmadinata, 2010). Penelitian ini dilaksanakan dalam suasana kelas normal pada sekolah yang menjadi subjek penelitian tanpa mengubah komposisi kelas yang sudah ada.

2) Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 kelas, masing-masing sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pada kelas eksperimen 1 akan dilihat implementasi Model Pembelajaran Discovery berbasis praktikum penemuan. Pada kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca. Desain penelitian yang digunakan adalah Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel & Wallen, 2009). Desain penelitian tersaji dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1: Desain Penelitian

Group Pre-test Treatment Post-test Eksperimen 1 M

Eksperimen 2 M O O

X1 X2

O O Keterangan:

X1 : Model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan. X2 : Model pembelajaran konvensional berbasis praktikum

penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca. O : Pretest-Posttest kemampuan berpikir kritis

M : M dalam desain ini berarti bahwa subjek di setiap

kelompok telah dicocokkan. Bukan siswanya yang akan diacak melainkan kelompoknya.


(24)

40

40

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rancangan ini dipilih karena selama eksperimen tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang telah ada. Pretest digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa dalam berpikir kritis pada kedua kelompok. Posttest digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan. Pada saat pembelajaran berlangsung obeserver akan mengisi daftar cek untuk mengetahui perkembangan keterampilan dasar berkerja ilmiah pada siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Palu Tahun Ajaran 2014/2015.

2) Sampel

Berdasarkan karakteristik populasi maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random) namun, yang dirandom adalah kelasnya saja. Siswa di dalamnya adalah suatu kesatuan, karena tidak mungkin untuk mengacak siswa yang sudah di tempatkan pada kelasnya masing-masing (Frankel & Wallen, 2009). Pengambilan sampel secara acak yang dimaksudkan adalah pada sekolah yang bersangkutan dijenjang kelas VIII saja. Sampel penelitian diambil dua kelas yaitu kelas VIII I dan kelas VII M. Dikelompokkan sebagai kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua dengan masing-masing kelas berjumlah 29 siswa, sehingga jumlah seluruh siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 58 siswa.

C. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran discovery adalah model pembelajaran penemuan dengan melibatkan siswa secara aktif yang dilaksanakan di kelas eksperimen melalui beberapa tahapan pembelajaran (syntax) yaitu; (1) stimulasi, (2) identifikasi masalah, (3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, dan (6) penarikan kesimpulan. Masing-masing tahapan pada model pembelajaran discovery di atas dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas dan di


(25)

41

41

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

laboratorium. Pengukuran sejauh mana penggunaan model pembelajaran discovery ini menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model.

2. Kelas eksperimen 1 adalah kelas yg menggunakan model pembelajaran discovery dilaksanakan secara berkelompok oleh peserta didik di kelas eksperimen pada masing-masing sub materi pelajaran. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan 6 syntax yang menjadi ciri khas Model pembelajaran discovery. Kegiatan praktikum dilaksanakan pada tahapan ketiga saat mengumpulkan informasi (Data Collection).

3. Kelas eksperimen 2 adalah kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional kegiatannya dilakukan dengan metode ceramah. Ketika siswa telah siap melaksanakan pembelajaran, maka setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran lalu dilanjutkan dengan kegiatan membaca. Proses pembelajaran yang menggunakan metode caramah ini tidak disertai dengan langkah pembelajaran khusus seperti pada kelas eksperimen 1. Sehingga setelah peserta didik dibimbing untuk membaca materi yang akan dipelajari maka langsung dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Setelah melaksanakan praktikum baru kemudian diarahkan untuk mempresentasikan hasil temuanya. 4. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam berpikir dan menyerap apa yang telah dipelajarinya pada awal dan akhir pembelajaran baik kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 sesuai dengan indikator: (1) Memberi penjelasan dasar (klarifikasi); (2) Membangun keterampilan dasar; (3) Menyimpulkan; (4) Memberi penjelasan lanjutan; (5) Mengatur strategi dan taktik. Pengukuran keterlaksanaan kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan tes berbentuk uraian yang berjumlah 5 butir soal untuk mewakili masing-masing indikator berpikir kritis di atas.

5. Keterampilan dasar bekerja ilmiah adalah kecakapan yang dimiliki siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung yang diukur dengan penialain kinerja (asesmen kinerja menggunakan lembar observasi siswa) melalui perluasan metode ilmiah yang terdiri atas berbagai aktifitas seperti (1) mengamati; (2) mengajukan pertanyaan; (3) mengumpulkan data; (4) mengasosiasi; dan (6) mengomunikasikan. Pengukuran keterlaksaan keterampilan bekerja ilmiah siswa dilakukan dengan menggunakan lembar


(26)

42

42

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi dengan penilaian kinerja siswa oleh observer yang berjumlah 2 orang yang tugasnya mengamati proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik di kelas maupun di laboratorium.

D. Instrumen Penelitian

1) Instrumen penelitian untuk kemampuan berpikir kritis menggunakan framework Ennis. Tes dalam bentuk uraian (Pretest-Posttest).

2) Instrumen penelitian untuk keterampilan dasar bekerja ilmiah menggunakan asesmen kinerja siswa dengan menggunakan daftar cek (berisi rubrik penilaian) dengan lima indikator dalam penyelidikan ilmiah (5M). Observasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu menggunakan lembar observasi keterlaksanaan indikator penilaian (daftar cek) serta menggunakan pencatatan dengan alat (studi dokumentasi) (Surakhmad, 2001).

3) Instrumen penelitian untuk model pembelajaran discovery menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model (daftar cek)

Tabel 3.2: Rancangan Instrumen Penelitian

Kelas Eksperimen 1

Target Teknik

penilaian Instrumen Waktu

Kemampuan berpikir kritis

Tes Respon Terbatas

Soal tes Kemampuan Berpikir Kritis

Awal dan akhir pembelajaran Keterampilan dasar bekerja ilmiah Asesmen Kinerja Siswa Lembar Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung Model Pembelajaran Discovery Asesmen Kinerja Lembar Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung

Kelas Eksperimen 2

Kemampuan berpikir kritis

Tes Respon Terbatas

Soal tes Kemampuan Berpikir Kritis

Awal dan akhir pembelajaran Keterampilan dasar bekerja ilmiah Asesmen Kinerja Lembar Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung


(27)

43

43

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Penelitian

1) Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian meliputi 3 tahap yaitu : a) Tahap Persiapan

1. Merumuskan masalah yang akan diteliti 2. Melakukan kajian pustaka

3. Menentukan lokasi penelitian

4. Menentukan populasi dan sampel penelitian

5. Penyusunan proposal, yang kemudian dipresentasikan pada seminar proposal

6. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian b) Tahap Pelaksanaan

7. Penentuan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 oleh peneliti dari semua kelas VIII yang ada di SMP Negeri 1 Palu

8. Pemberian pretest untuk kemampuan berpikir kritis.

9. Pemberian perlakuan (penyajian materi dengan bantuan praktikum penemuan).

10. Melakukan penilaian untuk keterampilan bekerja ilmiah pada saat pembelajaran berlangsung.

11. Pemberian posttest (tes akhir untuk kemampuan berpikir kritis) c) Tahap Akhir

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah tabulasi data, pengolahan data, menganalisis data sampel dan menarik kesimpulan pada laporan hasil penelitian.


(28)

44

44

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Jadwal Penelitian

Rincian jadwal pelaksanaan penelitian:

Tabel 3.3: Estimasi Waktu Penelitian

Kegiatan 2014 2015

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Penyusunan Proposal

Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Pembuatan Instrumen Penelitian

Validasi Instrumen Penelitian

Penelitian

Analisis Data Penelitian Penyusunan Laporan Pelaporan Hasil Penelitian

Sesuai dengan tahapan penelitian dan jadwal pembelajaran untuk materi yang dipilih, maka kegiatan penelitian akan dilaksanakan dimulai pada minggu keempat bulan Maret 2015 sampai dengan minggu keempat bulan April 2015. Diawali dengan pemberian pretest kemampuan berpikir kritis, kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran dan penilaian (keterampilan bekerja ilmiah) Bab X (indra Penglihatan dan alat optik) memerlukan waktu 15 jam atau 6 kali tatap muka (TM) (dengan asumsi 5 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yakni 3 JP dan 2 JP). Kemudian diakhiri dengan pemberian posttest kemampuan berpikir kritis. Total pelaksaan pengumpulan data di lapangan adalah 4 – 5 minggu atau 8 – 9 kali tatap muka.


(29)

45

45

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Alur Penelitian

Gambar 3.1: Alur Penelitian Judgement ahli, perbaikan instrumen, uji coba dan analisis hasil uji coba soal tes untuk menentukan soal tes yang akan

digunakan, perbaikan perangkat pembelajaran Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Model Pembelajaran Discovery, Kemampuan Berpikir Kritis (KBK), Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI), Materi- Indera Penglihatan dan Alat Optik

Penyusunan Instrumen: 1. Soal Tes

2. Daftar Cek 3. Lembar observasi

Penyusunan Perangkat Pembelajaran: 1. RPP

2. LKS

Temuan

Kesimpulan Pretest Tes KBK Kelas

Eksperimen 1

Kelas Eksperimen 2

Posttest Tes KBK

Pengolahan dan analisis data

Model Pembelajaran Discovery Model Pembelajaran Konvensional


(30)

46

46

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Metode Analisis Data

1) Analisis Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis a. Validasi Item

Sebuah tes dikatakan validitas tinggi jika tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas item tes dapat ditentukan dengan penggunaan software AnatesV4 atau dengan rumus korelasi biseral point (Arikunto, 2013):

γpbi =

q p S

M M

t t P

... (3.1)

dengan :

γpbi : Koofisien korelasi

MP : Rata-rata dari subjek yang menjawab benar Mt : Rata-rata dari skor total

P : Proporsi siswa yang menjawab benar

q : Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p) St : Standar deviasi (Simpangan baku) skor total

Tabel 3.4: Klasifikasi Validitas Butir Tes Basarnya Nilai Interpretasi 0,81 ≤ γpbi ≤ 1,00

0,61 ≤ γpbi ≤ 0,80 0,41 ≤ γpbi ≤ 0,60 0,21 ≤ γpbi ≤ 0,40

γpbi ≤ 0,20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Kriteria butir tes dikatakan valid jika 0,41  γpbi  1,00 b. Menentukan Indeks Kesukaran

Penentuan indeks kesukaran yaitu dengan menggunakan software AnatesV4 atau rumus yang di gunakan untuk menentukan indeks kesukaran adalah (Arikunto, 2013):

P =

S

J B


(31)

47

47

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab tes dengan benar Js : Jumlah siswa peserta tes

Tabel 3.5: Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Tes Indeks Kesukaran Interpretasi

P ≤ 0,30 0,31 ≤ P ≤ 0,70 0,71 ≤ P ≤ 1,00

Tes Sukar Tes Sedang Tes Mudah Kriteria penerimaan item adalah memenuhi jika : 0,31  P  0,70

c. Menentukan Daya Pembeda

Penentuan daya pembeda yaitu dengan menggunakan software AnatesV4 atau daya pembeda dapat ditentukan dengan rumus (Arikunto, 2013) :

dengan :

D : Daya pembeda

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab tes yang benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab tes dengan benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

Tabel 3.6: Klasifikasi Daya Pembeda Butir tes Daya Pembeda Interpretasi

D ≤ 0,20 0,21 ≤ D ≤ 0,40 0,41 ≤ D ≤ 0,70 0,71 ≤ D ≤ 1,00

Tes Jelek Tes Cukup Tes Baik Tes Baik Sekali Kriteria yang memenuhi jika : 0,21  D  1,00


(32)

48

48

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menentukan koefesien reliabilitas tes digunakan software AnatesV4 atau digunakan rumus (Arikunto, 2013) :

             

2

2 11 1 1 i i n n r

 ... (3.4)

dengan :

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan n : Banyaknya item

Σ 2

i

 : total varians butir

2

i

: total varians

Kriteria pengujian jika r11 > 0,70 maka tes dinyatakan reliabel/reliabilitas tinggi.

2) Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah a. Validasi Ahli

Instrumen lembar observasi keterampilan dasar bekerja ilmiah dilakukan dengan judgement expert.

b. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja dilakukan selama kegiatan pembelajaran sedang berlangsung oleh observer dengan ketentuan penilaian ditunjukkan seperti pada tabel dibawah.

Tabel 3.7: ketentuan penilaian kinerja KDBI siswa

Kegiatan Kinerja Nilai

Semua kegiatan dalam indikator penilaian KDBI

Kemunculan 1

Ketidakmunculan 0

Ketepatan 1


(33)

49

49

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Analisis Data Hasil Penelitian

a. Kemampuan Berpikir Kritis

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik statistik dan menggunakan SPSS 22. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara umum dilakukan penskoran berdasarkan pretest dan posttes yang telah dilakukan oleh siswa pada kedua kelas. Kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Pengujian normalitas data

Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas data menggunakan aplikasi SPSS 22 atau digunakan rumus Chi-kuadrat (Dowdy, 2004), yaitu :

k

i i

i i hitung

E

E

O

w

1

2 2

)

(

... (3.5) dengan :

2 hitung

χ : Uji normalitas Chi-kuadrat

k : Interval kelompok menurut aturan Sturges Oi : Frekuensi pengamatan

Ei : Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian yang digunakan pada dk = (k-3) dan peluang (1-α) dengan taraf nyata α = 0,05 adalah jika χhitung2 < 2

Tabel

χ . Data dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk melihat data kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dari populasi dan varians yang homogen atau tidak homogen. Jika Fhitung<Ftabel, maka data berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas untuk dua sampel bebas


(34)

50

50

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan aplikasi SPSS 22 atau menggunakan persamaan berikut (Coladarci, 2011):

2

2 2 1

S S

F  ... (3.6)

Keterangan:

F : Nilai F hitung

2 1

S

: Varians terbesar

2 2

S : Varians terkecil

 Jika Fhitung>Ftabel, maka data berasal dari populasi yang tidak homogen.

 Jika Fhitung<Ftabel, maka data berasal dari populasi yang homogen

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan melalui model pembelajaran yang diterapkan dihitung berdasarkan skor gain ternormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain ternormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake:

g =

...(3.7)

Berdasarkan kategori tersebut maka kemampuan berpikir kritis siswa dikatakan meningkat pada kategori perolehan N- gain: tinggi : g 70; sedang : 30 70 dan rendah: g 30.

3. Uji Hipotesis

Untuk melihat seberapa jauh hipotesis yang telah dirumuskan didukung oleh data yang dikumpulkan, maka hipotesis tersebut harus diuji. Pengujian hipotesis pertama merupakan hipotesis deskriptif yang hasil ujinya akan dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat penelitian dilangsungkan. Sedangkan untuk pengujian hipotesis kedua dan ketiga bersifat komparatif, sehingga harus diuji secara statistik.

Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan uji-t (uji dua pihak). Rumus yang digunakan untuk uji-t dua pihak (2-tailed) adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005) :


(35)

51

51

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 1 1 1 2 1 n n hit S X X t   

… (3.8)

dimana

 

2 n n S 1 n S 1 n S 2 1 2 2 2 2 1 1      ...(3.9) dengan : 1

X : peningkatan hasil tes rata-rata kelas eksperimen 1

2

X : peningkatan hasil tes rata-rata kelas eksperimen 2 n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen 1

n2 : Jumlah siswa kelas eksperimen 2 S : Simpangan baku

S12 : Varians kelas eksperimen 1 S22 : Varians kelas eksperimen 2

dengan pasangan hipotesis adalah :

H0: μo = μ1; Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan bepikir kritis yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca.

H1: μo  μ1; Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan bepikir kritis yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca.

4. Apabila data tidak terdistribusi normal maka akan digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji mann withney.

Tes U Mann-Withney dipilih karena kajian ini menggunakan dua sampel independen. Untuk sampel besar (> 20) uji mann withney secara tepat mendekati


(36)

52

52

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

distribusi normal (Seagel, 1986). Uji Mann-Withney dapat ditentukan dengan aplikasi SPSS 22 dalam analisis data pada penelitian ini.

b. Keterampilan dasar bekerja ilmiah

Data yang dikumpulkan dari lembar observasi KDBI dalam penelitian ini selanjutnya diolah dengan beberapa ketentuan sesuai dengan langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1. Melakukan penskoran pada masing-masing sub-bab. Terdapat 3 sub-bab dengan pembelajaran berbasis praktikum dan diskuksi dimana aktifitas siswa dinilai oleh observer.

2. Pada masing-masing sub-bab diperoleh nilai dari aspek kemunculan dan aspek ketepatan dengan ketentuan berikut:

a) Aspek kemcunlan

b) Aspek Ketepatan

Kriteria penafsiran prosentase dimodifikasi dari ketegori yang disusun oleh purwanto (1994) dengan ketentuan seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.8: Kriteria penilaian KDBI dalam proses pembelajaran

Kriteria Nilai

Sangat Baik 86 – 100 %

Baik 76 – 85 %

Cukup 66 – 75 %

Kurang 56 – 65 %

Sangat Kurang ≤ 55 %


(37)

53

53

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Analisis data dilakukan dengan menghitung skor rata-rata pada masing-masing kegiatan pembelajaran, sehingga diperoleh 3 nilai aktifitas berupa persentase pada masing-masing kelas. Kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

4. Pengujian hipotesis ketiga ini dilakukan dengan menggunakan uji-t (uji dua pihak). Rumus yang digunakan untuk uji-t dua pihak (2-tailed) adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005) :

2 1

1 1

2 1

n n hit

S

X X

t

  

(3.10)

dengan :

1

X : perkembangan nilai aktifitas rata-rata kelas eksperimen 1

2

X : perkembangan nilai aktifitas rata-rata kelas eksperimen 2 n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen 1

n2 : Jumlah siswa kelas eksperimen 2 S : Simpangan baku

S12 : Varians kelas eksperimen 1 S22 : Varians kelas eksperimen 2

dengan pasangan hipotesis adalah :

H0: μo = μ1; Tidak terdapat perbedaan perkembangan keterampilan dasar bekerja ilmiah yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dengan dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca.

H1: μo  μ; Terdapat perbedaan perkembangan keterampilan dasar bekerja ilmiah yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis praktikum penemuan dengan dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca.


(38)

101

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa peneliti sudah menerapkan pembelajaran dengan model discovery untuk mengungkap pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam berpikir serta untuk mengungkapkan perkembangan keterampilan dasar siswa dalam bekerja ilmiah. Implementasi model pembelajaran discovery dalam penelitian ini sudah dilaksanakan semaksimal mungkin sehingga setiap tahapan dan kegiatan pembelajarannya dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Dari hasil analisis pula terlihat bahwa mplementasi pembelajaran discovery memberikan pengaruh yang baik terhadap setiap variabel terikat yang akan diukur.

Berdasarkan temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengimplementasian model pembelajaran discovery dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis (KBK) yang dinilai merupakan indikator berpikir kritis dari Ennis. Kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran discovery berbantuan praktikum penemuan mengalami peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran konvensional berbantuan praktikum penemuan yang diawali dengan kegiatan membaca.

Selain berpikir kritis, dalam penelitian ini juga dinilai keterampilan dasar bekerja ilmiah (KDBI) siswa. Model pembelajaran discovery dianggap sangat membantu dalam penilaian KDBI pada kelas eksperimen 1. Indikator penilaian KDBI merupakan 5 indikator dalam pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa keterampilan dasar siswa dalam bekerja ilmiah mengalami perkembangan yang signifikan pada kelas eksperimen 1. Diketahui


(39)

102

102

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa indikator yang memiliki prosentase rata-rata paling tinggi pada kelas eksperimen adalah aktivitas siswa dalam mengumpulkan informasi, sedangkan indikator yang memiliki nilai prosentase paling rendah adalah aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan.

B. Implikasi

Implikasi teoritis

Teori pembelajaran penemuan (discovery) yang diterapkan dengan bantuan kegiatan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium dan dikelas dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dasarnya dalam bekerja ilmiah serta membantu siswa untuk berpikir sistematis agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis sehingga wawasan pengetahuan sainsnya lebih mendalam.

Implikasi praktis

Sebagai seorang guru atau pendidik, pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan di kelas merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik minat siswa serta berupa langkah pembelajaran yang sistematis untuk membimbing siswanya. Sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya melalui proses berpikir yang tepat dan dibantu dengan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan metode ilmiah.

C. Rekomendasi

Sekolah

Sekolah sebaiknya merumuskan visi dan misi pendidikan berlandaskan metode ilmiah, karena setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini agar dapat membantu siswa mencapai tujuan yang diinginkan serta membiasakan siswa untuk melatih proses berpikir kritis.

Guru

Guru harus dapat memahami berbagai model pembelajaran yang kemudian dicocokkan dengan karakteristik siswa dan dapat menuangkannya dalam model atau pendekatan pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan dan


(40)

103

103

Mirnawati, 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA PADA MATERI INDERA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu menuntun siswa untuk berpikir secara sistematis dan kritis dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaiknya guru IPA khususnya lebih banyak yang menggunakan laboratorium dalam proses pembelajaran, agar siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan ilmiah yang tentu saja berhubungan langsung dengan materi pembelajaran IPA.

Peneliti

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga diharapkan kedepannya dapat lebih ditingkatkan lagi. Setiap indikator berpikir kritis dan bekerja ilmiah sebaiknya dijadikan variabel penelitian masing-masing agar pengukurannya dapat lebih mendalam.


(1)

bahwa indikator yang memiliki prosentase rata-rata paling tinggi pada kelas eksperimen adalah aktivitas siswa dalam mengumpulkan informasi, sedangkan indikator yang memiliki nilai prosentase paling rendah adalah aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan.

B. Implikasi Implikasi teoritis

Teori pembelajaran penemuan (discovery) yang diterapkan dengan bantuan kegiatan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium dan dikelas dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dasarnya dalam bekerja ilmiah serta membantu siswa untuk berpikir sistematis agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis sehingga wawasan pengetahuan sainsnya lebih mendalam.

Implikasi praktis

Sebagai seorang guru atau pendidik, pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan di kelas merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik minat siswa serta berupa langkah pembelajaran yang sistematis untuk membimbing siswanya. Sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya melalui proses berpikir yang tepat dan dibantu dengan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan metode ilmiah.

C. Rekomendasi Sekolah

Sekolah sebaiknya merumuskan visi dan misi pendidikan berlandaskan metode ilmiah, karena setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini agar dapat membantu siswa mencapai tujuan yang diinginkan serta membiasakan siswa untuk melatih proses berpikir kritis.

Guru

Guru harus dapat memahami berbagai model pembelajaran yang kemudian dicocokkan dengan karakteristik siswa dan dapat menuangkannya dalam model atau pendekatan pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan dan


(2)

mampu menuntun siswa untuk berpikir secara sistematis dan kritis dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaiknya guru IPA khususnya lebih banyak yang menggunakan laboratorium dalam proses pembelajaran, agar siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan ilmiah yang tentu saja berhubungan langsung dengan materi pembelajaran IPA.

Peneliti

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga diharapkan kedepannya dapat lebih ditingkatkan lagi. Setiap indikator berpikir kritis dan bekerja ilmiah sebaiknya dijadikan variabel penelitian masing-masing agar pengukurannya dapat lebih mendalam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum

2013. PT Refika Aditama. Bandung.

Abimanyu, S. & Pah, D.N. 1985. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut

Panduan Pengajaran Mikro 1. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta. Amalia, S., N. 2012. Pengembangan Soal Essai Berpikir Kritis dan Profil

Pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada Tema Sistem Organ. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Dipublikasikan.

Arends, R. I. 2012. Learning To Teach, Ninth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Bailin, S. 2002. Critical Thinking and Science Education. Science & Education 11: 361–375, 2002. Kluwer Academic Publishers. Netherlands.

Coladarci, T. dkk. 2011. Fundamentals of Statistical Reasoning in Education:

Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.

Costa, A,. L. 1985. Developing Minds, A Resource Book For Teaching

Thinking. The Association For Supervision And Curriculum

Development. United States Of America.

Dahar, R., W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Daryanto. 2014. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum

2013). Penerbit Gava Media. Yogyakarta.

DePorter, B. & Hernacki, M. 1992. Quantum Learning. Dell Publishing. New York.

Dowdy, S., Wearden, S., Chilko, D. 2004. Statistics for Research: Third

Edition. Willey. USA.

Eggen, P., Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran:

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam. PT


(4)

Ennis, R. H. 1981. Critical Thinking. The New York Times Company. United States Of America.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta

Fogarty, R. 1991. The Mindful School: How To Integrate the Curricula. IRI/Skylight Publishing, Inc. Palatine, illionis.

Frankel, J., R., & Wallen, N., E. 2009. How to Design and Research in

Education: Seventh Edition. McGraw-Hill, an imprint of The

McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue ofthe Americas. New York, NY.

Giancoli, D., C. 1999. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Hake, R,. R. 1998. Interactive-engagement methods in introductory mechanics

course. Department of Physics, Indiana University. Bloomington,

Indiana.

Hamdu, G. 2007. Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Model Inkuiri

untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar bekerja Ilmiah Siswa Kelas XI. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Dipublikasikan.

Honomicl, R. & Chen, Z. 2012. Article : The role of guidance in children’s

discovery learning. John Wiley & Sons, Ltd. wires.wiley.com/cogsci.

Volume 3, November/December 2012.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Penerbit Ghalia

Indonesia. Bogor.

Husnidar, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika. ISSN: 2355-4185. Vol. 1, No. 1, April 2014.

Inch, E.S., Warnick, B. & Endres, D. 2006. Critical Thinking And

Communication The Use Of Reason In Argument, Fifth Edition.

Pearson Education, Inc. United States Of America

Kartimi. 2013. Pengembangan Alat Ukur Berpikir kritis Kimia untuk siswa

SMA. Disertasi. UPI.

Kemendikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII (BSE). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Kemendikbud. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 (BSE). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.


(5)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru:

Implementasi Kurikulum 2013 Tahun ajaran 2014/2015 Materi Pelajaran IPA SMP/MTs. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.

Krisno, M. A., Mucharam, T., T., Mampuono., Suhada, I. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs Kelas VIII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kuswana, W. S., 2013. Taksonomi Berpikir. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kuswana, W. S., 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Marlina, R. 2013. Pemanfaatan Lingkungan Lokal dalam Kegiatan

Laboratorium Berbasis Inkuiri terhadap Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Biologi. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak

Dipublikasikan.

Muzamiroh, L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Kata Pena. Jakarta NSTA Board of Directors. 2004. NSTA Position Statement Scientific Inquiry.

http://www.nsta.org/about/positions/inquiry.aspx. Diakses rabu, 12-11-2014; 10.47 PM.

Purwanto, C. E., Nugroho, S. E., & Wiyanto. 2012. Penerapan Model

Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pemantulan Cahaya untuk meningkatkan Berpikir Kritis. Unnes Physics Education Journal. ISSN NO 2257-6935. Dipublikasikan Mei 2012.

Purwanto. 1994. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Rustaman, N. & Rustaman, A. (2003). KEMAMPUAN KERJA ILMIAH

DALAM SAINS (Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi). Seminar Pendidikan Biologi. Universitas

Pasundan. Bandung.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Setiono, K. 2009. Psikologi Perkembangan: Kajian Teori Piaget, Selman,

Kohlberg, dan Aplikasi Riset. Penerbit Widya Padjajaran. Bandung.

Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Edisi

Kedua. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Siegel, S. 1986. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta


(6)

Slavin, R., E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Penerbit Nusa Media. Bandung.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen Edisi IV. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sufyani, S., N. 2010. Pemebelajaran Berbasis Proyek untuk Mengembangkan

Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Konsep Pencemaran. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.

Tidak Dipublikasikan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, N., S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suparno, P. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &

Menyenangkan. Penerbit Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Suparno, P. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Penerbit Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Surakhmad, W. 2001. Pengantar Penenlitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan

Teknik. PT Tarsito. Bandung.

Stiggins, R., J. 1994. Student – Centered Classroom Assessment. Macmillan

Collage Publishing Company. New York.

Tawil, M. & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam

Pembelajaran IPA. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Makasaar.

Tawil, M. & Liliasari. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan

Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit

Universitas Negeri Makassar. Makasaar.

Tipler, P. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Toharudin, U., Hendrawati, S. & Rustaman, A. 2011. Membangun Literasi

Sains Peserta Didik. Humaniora. Bandung.

Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). PT Bumi Aksara. Jakarta.

Warma, R. 2012. Analisis Implementasi Scientific Approach pada

Pembelajaran IPA SMP Kurikulum 2013. Tesis. Universitas