PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

(1)

PEMBELAJARAN MODELDISCOVERY LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES

SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Oleh

FERRY RATNA SARI

Penelitian yang menggunakan kuasi eksperimen dengan desainNon equivalent Control Group Designini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran model

discovery learningdalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi. Dari seluruh siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 Metro

semes-ter ganjil tahun ajaran 2014-2015 diperoleh kelas XI MIA1dan kelas XI MIA3

sebagai sampel menggunakanpurposive sampling. Keefektifan modeldiscovery learning ditunjukkan oleh perbedaann-Gainketerampilan berpikir luwes yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen secara statistik. Hasil

pene-litian menunjukkan rata-ratan-Gainketerampilan berpikir luwes pada kelas kon-trol dan kelas eksperimen yaitu 0,35 dan 0,47. Berdasarkan pengujian hipotesis

menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa model pembelajarandiscovery learningefektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi.


(2)

PEMBELAJARAN MODELDISCOVERY LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES

SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Oleh

FERRY RATNA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

Skripsi

Oleh

FERRY RATNA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 33

2. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes keterampilan berpikir luwes... 39

3. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes ... 42

4. Grafik perkembangan sikap siswa ... 45


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 9

B. Keterampilan Berpikir Kreatif... 13

C. Analisis Konsep Laju Reaksi ... 16

D. Kerangka Pemikiran ... 24

E. Anggapan Dasar ... 27

F. Hipotesis Penelitian ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Populasi dan Sampel ... 28

B. Jenis dan Sumber Data ... 29

C. Metode dan Desain Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 31

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Temuan dan Pembahasan ... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Simpulan ... 63


(6)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 67

1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 68

2. Silabus Kelas Eksperimen ... 78

3. RPP Kelas Eksperimen ... 103

4. Lembar Kerja Siswa ... 145

5. Kisi-kisi Soal Pretes dan SoalPostes ... 204

6. Soal Pretes - Postes ... 217

7. Rubrik Penilaian Soal Pretes-Postes ... 223

8. Lembar Penilaian Sikap Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 246

9. Rubrik Penilaian Afektif ... 256

10. Lembar Penilaian Kinerja Siswa Pada Kegiatan Praktikum ... 271

11. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 274

12. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ... 277

13. Tabel Data Nilai Pretes, Nilai Postest dan n-Gain ... 287

14. Perhitungan Nilai Pretes, Nilai Postes Dan N-Gain ... 289


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perilaku Siswa dalam Keterampilan Kognitif Kreatif ... 14

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 15

3. Analisis Konsep Materi Laju Reaksi ... 18

4. Desain Penelitian ... 29

5. Data uji normalitas terhadap nilai pretes... 40

6. Data uji homogenitas terhadap nilai pretes ... 41

7. Data uji kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretes... 41

8. Data uji normalitas terhadap nilai n-Gain ... 43

9. Data uji homogenitas terhadap nilai n-Gain ... 43


(8)

(9)

(10)

(11)

Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran

yang baik. Dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan

kenikmatan dari hidup.

(Bodiuzzaman Said Nur)

Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk

melakukan semua kesalahan itu sendiri.

(Martin Vanbee)

Jika kamu tidak bisa menjadi yang pertama, jadilah yang terbaik. Kalau tetap

tidak bisa, jadilah yang berbeda dari yang lain.


(12)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT sang pencipta alam semesta, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Lembaran-lembaran sederhana ini kupersembahkan teruntuk:

Bapak dan Mamak tercinta..

Terimakasih atas Do a yang selalu ada untuk ku, pengorbanan dan jerih payah

kalian selama ini.

Kakak dan Keluarga Besar ku..

Terimakasih atas dukungan semangat dan do a untuk ku.

My Husband to be..

Terimakasih untuk kesabaran mu, semangat mu dan pengorbanan mu untuk ku

selama ini.

Almamater tercinta Universitas Lampung,


(13)

Penulis dilahirkan di Gantiwarno pada tanggal 10 Februari

1992 sebagai putri keempat dari empat bersaudara buah hati

Bapak Tukiman dan Ibu Rumiyatun. Pendidikan diawali pada

tahun 1996 di TK Dharma Wanita Gantiwarno dan

diselesai-kan pada tahun 1998, SD Negeri 1 Gantiwarno diselesaidiselesai-kan

pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Pekalongan diselesaikan pada tahun 2007, SMA

Negeri 5 Metro diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama diterima di

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa, pernah terdaftar sebagai Eksmud di Himpunan

Maha-siswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila. Tahun 2013, mengikuti

Pro-gram Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi di MTs. Muhammadiyah

Krui, Pesisir Barat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kependidikan Terintegrasi


(14)

SANWACANA

Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa

men-curahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

“Pembelajaran ModelDiscovery LearningUntuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Pada Materi Laju Reaksi”sebagai salah satu syarat untuk

men-capai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada

Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa

istiqomah di jalan-Nya.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

dan selaku Pembimbing I, Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing II

serta Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku Pembahas atas kesediannya untuk

selalu memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing Akademik,


(15)

5. Bapak M. Mahfudz Fauzi Syamsuri, S.Pd.,M.Sc. selaku validator Jurnal

Pendidikan Kimia atas kesediannya memberikan bimbingan, motivasi dan

saran dalam penyusunan jurnal.

6. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs. Hanwar Priyo Handoko selaku kepala SMA Negeri 5 Metro

dan Ibu Novi Kusnawati, S.Pd. selaku Guru Mitra, atas izin, kerjasama, dan

bimbingannya.

8. Kedua orang tuaku tercinta, yang dimuliakan Allah SWT, atas restu dan doa

untuk kelancaran penelitian dan keberhasilan mengenyam studi ini.

9. Kakakku tersayang, Sutrisno, Sulistyorini dan Dedi Setiawan yang telah

memberikan semangat dan motivasi.

10. Kakak ipar ku dan keponakan ku tersayang terimakasih atas keceriaan kalian.

11. My husband to be, terimakasih do’a dan semangat yang tiada henti hingga

tercapai impian ku ini.

12. Seluruh sahabat kerabat Asrama Putri Ayu, terimakasih dukungan, semangat

dan keceriaan kalian selama ini.

13. Rekan-rekan Pendidikan Kimia 2010, dan kakak serta adik tingkatku.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa

rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains adalah suatu wahana bagi siswa untuk

mempelajari dirinya sendiri maupun alam sekitarnya, dengan pemberian

pengala-man langsung pada siswa agar dapat mengembangkan sejumlah keterampilan

ber-pikir. Pada masa yang akan datang, Indonesia sangat membutuhkan

generasi-generasi penerus bangsa yang dapat menghasilkan gagasan-gagasan kreatif,

ino-vatif dan produktif, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya bergantung dengan

kreativitas dari negara-negara lain. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia demi tercapainya generasi emas Indonesia 2045.

Di era globalisasi, dibutuhkan manusia yang tidak hanya memiliki pengetahuan

faktual, konseptual dan prosedural, namun juga dibutuhkan keterampilan berpikir

kreatif. Di era globalisasi banyak tantangan dan persaingan yang akan dihadapi,

salah satu tantangan dalam dunia pendidikan adalah mampu mengembangkan

potensi siswa agar kreatif. Untuk melatihkan keterampilanberpikir kreatif siswa,

diperlukan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk membangun

sen-diri secara aktif pengetahuannya dengan menggunakan pengetahuan yang telah


(17)

dengan pembelajaran kimia di sekolah. Keterampilan berpikir kreatif sangat perlu

ditanamkan dalam diri siswa agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan

yang akan dihadapi dalam kehidupannya (Tim Penyusun, 2013).

Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mencari jawaban atas pertanyaan

apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan

kompo-sisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat. Berdasarkan hal

tersebut, mata pelajaran kimia bertujuan untuk menciptakan sikap ilmiah yang

mencakup keterampilan berpikir kritis serta memahami konsep dan penerapannya

dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga hal

yang berkaitan dengan kimia sebagai produk, kimia sebagai proses kerja ilmiah

dan kimia sebagai sikap. Kimia sebagai produk menjelaskan pengetahuan kimia

yang berupa fakta atau data, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Kimia sebagai

proses berkaitan dengan bagaimana ditemukannya konsep tersebut, misalnya

me-lalui eksperimen yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa sehingga

da-pat melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Pemikiran kreatif dada-pat

mem-bantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah

dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat. Dengan demikian, ilmu kimia

bu-kan hanya berupa produk pengetahuan, melainbu-kan juga berupa proses (Fadiawati,

2011).

Pembelajaran kimia yang melibatkan kimia sebagai proses, produk dan sikap;

di-harapkan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa. Pembelajaran materi

laju reaksi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa

dalam menyelesaikan masalah dan dapat melatih siswa mengembangkan


(18)

3

kehidupan sehari-hari, contohnya, meledaknya petasan, terbakarnya kertas,

per-karatan besi ,dan apel yang mulanya putih berubah menjadi warna cokelat.

Me-lalui materi tersebut siswa dapat terlatih mengajukan berbagai pertanyaan dan

mengungkapkan gagasan yang bervariasi. Dengan demikian dapat dilatihkan

keterampilan berpikir luwes pada siswa.

Kompetensi dalam kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti

dan Kompetensi Dasar. Berdasarkan kurikulum 2013, materi teori tumbukan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi merupakan salah satu materi

pem-belajaran kimia di kelas XI MIA. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 pada

materi teori tumbukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah

memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan reaksi kimia (KD 3.6)

dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan

orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan (KD 3.7). Kompetensi dasar dari

kompetensi inti 4 adalah KD 4.6 menyajikan hasil pemahaman terhadap teori

tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan reaksi kimia dan KD 4.7 merancang,

melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi;orde reaksi (Tim Penyusun, 2013).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri

5 Metro, diperoleh data bahwa pembelajaran kimia pada materi laju reaksi masih

didominasi dengan penggunaan metode ceramah, latihan soal yang dibimbing

guru dan sesekali dengan diskusi kelompok , namun dalam diskusi kelompok

hanya beberapa siswa saja yang aktif. Kegiatan praktikum dilakukan dengan

de-monstrasi hanya pada materi tertentu saja untuk membuktikan konsep kimia yang


(19)

dalam mencari sumber informasi. Guru berperan sebagai pusat dari segala

infor-masi dan siswa hanya menerima inforinfor-masi dari apa yang diberikan oleh guru

tan-pa berpikir untuk mencari informasi lainnya. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia

cenderung hanya sebagai produk saja, sehingga keterampilan berpikir kreatif

sis-wa masih tergolong rendah. Hal ini tidak sesuai dengan karateristik ilmu kimia

dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa

memi-liki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif serta kreatif dalam ranah

abs-trak dan konkret. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk memecahkan

masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki proses pembelajaran.

Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menerapkan

pende-katan pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yaitu dengan model pembelajaran

penemuan (discovery learning).

Discovery Learning adalah belajar menemukan konsep, menemukan informasi, menyelidiki sendiri dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada

pembelajarannya, siswa dapat membuat perkiraan, merumuskan suatu hipotesis

dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses

de-duktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Pembelajaran

menggu-nakan model discovery learning bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran dengan model

discovery learning, dapat membantu siswa membentuk cara bekerjasama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide

orang lain untuk memecahkan suatu masalah (Bell, 1978).

Kelebihan model pembelajaran discovery learning yaitu dapat mengembangkan pola pikir atau daya ingat siswa dalam proses pembelajaran, meningkatkan


(20)

5

kemampuan siswa untuk memecahkan masalah, menemukan informasi, dan

me-latih siswa belajar mandiri. Discovery learning memiliki enam tahap kegiatan yaitu: pemberian rangsangan, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan

data, pembuktian dan menarik kesimpulan (Syah, 2004).

Pada pembelajaran menggunakan model discovery Learning, contohnya siswa diberikan suatu wacana tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

da-lam kehidupan sehari-hari yaitu pembakaran kayu yang dipotong kecil-kecil

de-ngan kayu yang dipotong besar, dari wacana tersebut siswa akan menemukan

permasalahan mengapa kayu yang dipotong kecil-kecil akan cepat habis bereaksi

menjadi abu. Selanjutnya , siswa menyusun suatu prosedur percobaan yang

di-kembangkan dari wacana yang telah diberikan. Pada kegiatan ini, siswa dilatih

untuk mengembangkan keterampilan berpikir luwes. Kegiatan selanjutnya yaitu

mencari data dan menyusun hipotesis yang dapat melatihkan keterampilan

ber-pikir luwes siswa. Setelah siswa merumuskan hipotesis, hipotesis tersebut diuji

kebenarannya melalui kegiatan eksperimen. Setelah diuji, siswa mengolah data

yang telah didapatkan dari eksperimen yang dapat melatihkan keterampilan

ber-pikir luwes siswa, contohnya ketika siswa mengamati pembakaran kayu tersebut,

kemudian siswa diminta untuk membuktikan apakah hipotesisnya terbukti atau

tidak. Selanjutnya yaitu menarik kesimpulan, siswa menyimpulkan jawaban dari

permasalahan tersebut.

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Mutoharoh

pada tahun 2010 yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 72 Jakarta

mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan model discovery learning terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan


(21)

oleh Putri pada tahun 2014 yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1

Pagelaran mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan model discovery learning

efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif luwes siswa. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Azzahra pada tahun 2014 yang dilakukan pada

siswa kelas XI MA Negeri 1 Metro mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan

model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kre-atif luwes siswa.

Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul:

“Pembelajaran Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa pada Materi Laju Reaksi”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimana efektifitas penggunaan model discovery learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi kelas XI MIA SMA

Negeri 5 Metro?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pembelajaran discovery learning pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.

D. Manfaat Penelitian


(22)

7

1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya model discovery learning memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan diharapkan

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.

2. Bagi guru

Melalui penerapan model discovery learning guru mendapat pengalaman baru dan dapat menerapkan model ini pada materi kimia yang lain.

3. Bagi Sekolah

Menjdi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. a. Model discovery learning dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir luwessiswa apabila secara statistik hasil tes keterampilan

ber-pikir luwessiswa menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk., 2010).

b. Perkembangan sikap siswa pada pembelajaran model discovery learning

dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan sikap pada setiap

perte-muan.

c. Perkembangan kinerja siswa pada pembelajaran model discovery learning

dikatakan meningkat apabila siswa mempunyai pengalaman dalam


(23)

2. Model discovery learning yang digunakan meliputi tahapan pemberian rang-sangan, identifikasi masalah , pengumpulan data, pengolahan data,

pembuk-tian dan menarik kesimpulan (Tim Penyusun, 2013).

3. Keterampilan berpikir luwes yang akan diteliti, meliputi keterampilan

meng-hasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban pertanyaan yang

berva-riasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda


(24)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Discovery Learning

Model discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

ben-tuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi

belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan

problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada

discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru (Tim Penyusun, 2013).

Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil

dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi

sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan,

siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses

deduka-tif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya ingat siswa yang aktif dalam proses pembelajaran agar dapat


(25)

menemukan konsep, menemukan informasi, menyelidiki sendiri dan dapat

me-mecahkan masalah yang sedang dihadapi. Cara belajar yang seperti ini, dapat

digunakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yaitu: dalam penemuan

sis-wa berkesempatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga sissis-wa

bela-jar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak serta dapat

meramal-kan informasi tambahan yang diberimeramal-kan, siswa dapat merumusmeramal-kan strategi tanya

jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat. Pembelajaran dengan

pe-nemuan membantu siswa membentukkerjasama yang efektif, saling membagi

in-formasi, mendengar danmenggunakan ide-ide orang lain. Keterampilan yang

pelajari dalam pembelajaran lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan

di-aplikasikan dalam situasi belajar yang baru (Bell, 1978)

Menurut Munandar (Fathur dkk, 2012) memberikan pendapatnya bahwa

meng-ajar dengan discovery selain berkaitan dengan penemuan juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Model pembelajaran discovery merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara

siste-matis, kritis, logis, memberanalitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri.

Adapun menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan model discovery learning

di kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar


(26)

11

1. Pemberian rangsangan

Langkah awal dari tahap stimulasi ini adalah siswa dihadapkan pada sesuatu yang

dapat menimbulkan kebingungannya, setelah itu dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, hal ini dimaksudkan agar timbul keinginan siswa untuk menyelediki

sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan belajar mengajar dengan

mengajukan pertanyaan. Pada tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk terlibat

secara aktif dengan melakukan kegiatan mengamati data tentang fakta atau

feno-mena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Dengan

ada-nya kegiatan ini, peserta didik dapat melakukan pengamatan melalui kegiatan

me-lihat, menyimak, mendengar, dan membaca hal yang penting dari suatu benda

atau objek.

2. Pernyataan/ identifikasi masalah

Setelah melalui tahap pemberian rangsangan, tahap selanjutnya adalah guru

mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah yang telah

di-berikan oleh guru, kemudian siswa dapat merumuskan masalah serta hipotesisnya

atas pertanyaan dari permasalahan yang diberikan (Syah, 2004). Pada tahap ini,

siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau

per-masalahan tentang apa yang telah mereka amati pada kegiatan stimulasi. Melalui

kegiatan mengidentifiksi masalah ini dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik

dan keterbiasaan siswa untuk menemukan suatu masalah akan semakin terlatih.

Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan

beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik,


(27)

3. Pengumpulan data

Ketika proses pembelajaran berlangsung guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber

yang relevan, agar dapat membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang mereka

buat pada tahap identifikasi masalah (Syah, 2004). Tahapan ini salah satunya

di-lakukan agar peserta didik dapat menggali dan mengumpulkan data atau informasi

dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat

mem-baca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih

teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Melalui kegiatan tersebut terkumpul

sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu pengolahan

data.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu kegiatan mengolah data dan informasi yang

telah didapatkan oleh siswa. Informasi yang siswa peroleh dapat dijadikan bahan

dalam pengolahan data. Sumber informasi berupa hasil bacaan, wawancara,

ob-servasi, eksperimen dan sebagainya. Setelah itu semua data diolah, diacak,

di-tafsirkan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditaf-sirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2006). Dalam kegiatan ini,

peserta didik melakukan pemrosesan data atau informasi untuk menemukan

ke-terkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari

keter-kaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang

di-temukan.

5. Pembuktian

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara teliti, pemeriksaan itu


(28)

13

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat pada tahap

iden-tifikasi masalah. Kemudian temuan yang telah didapat pada saat melakukan

per-cobaan dapat dihubungkan dengan hasil pengumpulan data dan pengolahan data

(Syah, 2004).

6. Menarik Kesimpulan

Tahap akhir dari model discovery learning ini adalah menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pengetahuan yang telah

diperolehnya selama proses pembelajaran dan dapat dipertanggung jawabkan.

Tahap menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan secara

ke-seluruhan yang didapatkan dari tahap-tahap sebelumnya untuk kejadian atau

ma-salah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004).

B. Keterampilan Berpikir Kreatif

Kreativitas berpikir ataupun berpikir kreatif adalah kreativitas sebagai proses dan

berpikir dilakukan secara terarah. Dalam berpikir kreatif, kreativitas merupakan

tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru,

asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas juga dipandang sebuah proses

men-tal. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal

di-bandingkan kebanyakan orang lain (Purwanto, 2005).

Menurut Munandar (1992), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen)

adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia untuk

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana

pe-nekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin


(29)

kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai dengan

masa-lahnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan

yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu

jawabannya.

Menurut Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif

kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif

Perilaku Arti

1. Berpikir lancar a. menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan b. arus pemikiran lancar

2. Berpikir luwes (fleksibel)

a. menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam b. mampu mengubah cara atau pendekatan; c. arah pemikiran yang berbeda;

3. Berpikir orisinil a. memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang; 4. Berpikir terperinci

(elaborasi)

a. mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan;

b. memperinci detail-detail; c. memperluas suatu gagasan

Sedangkan menurut Guilford (Herdian 2010) menyebutkan lima

indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problemsensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, menge-nali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan 3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan

ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah

4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang

5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Munandar (1992) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif

sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2


(30)

15

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Definisi Perilaku Siswa

Berpikir Lancar (Fluency)

1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada pertanyaan. c. Mempunyai banyak gagasan

mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari anak-anak lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.

Berpikir Luwes (Flexibility)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2. Dapat melihat suatu masalah dari

sudut pandang yang berbeda. 3. Mencari banyak alternatif atau

arah yang berbeda.

4. Mampu mengubah cara pende-katan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk

menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil (Originality)

1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.

Memperinci (Elaboration)

1. Mampu memperkaya dan me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain. c. Mencoba atau menguji

detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh

d. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain.


(31)

Definisi Perilaku Siswa Menilai (Evaluation)

1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.

3. Tidak hanya mencetuskan gagas-an tetapi juga melaksgagas-anakgagas-annya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. d. Menentukan pendapat dan

bertahan terhadapnya.

Menurut Munandar dalam Putri (2014) bahwa kemampuan berpikir kreatif

di-perlukan siswa untuk memecahkan berbagai masalah yang akan mereka hadapi

dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir luwes yaitu kemampuan

ber-pikir kreatif untuk memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu

gambar, cerita, masalah, mencari berbagai alternatif atau arah yang berbeda. Pada

penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah

keterampilan berpikir luwes.

C. Analisis Konsep Laju Reaksi

Herron dkk. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang

konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan

dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep

seba-gai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

Lebih lanjut lagi, Herron dkk. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru

da-lam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur

ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.


(32)

17

label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi

konsep, contoh, dan noncontoh. Analisis konsep laju reaksi dapat dilihat pada


(33)

Tabel 3 . Analisis Konsep Laju Reaksi

No Label Konsep

Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep Contoh Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Teori tumbukan

Interaksi antara molekul-molekul pereaksi atau terjadi tumbukan antara molekul-molekul pereaksi Konsep abstrak  Tumbukan antar molekul  Tumbukan efektif  Reaksi kimia  Energy aktivasi

- Laju reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Tumbukan efektif Tumbukan yang tidak efektif Minyak tanah yang tidak terbakar pada suhu kamar Banyaknya massa KNO3

yang terlarut dalam 200 mL larutan KNO30,3 M

2. Tumbukan antar molekul

Menghasilkan sebuah reaksi dengan adanya tumbukan efektif Konsep abstrak  Tumbukan efektif  Reaksi kimia

- Tumbukan efektif

-  Molekul unsur  Molekul senyawa Tumbukan antara dua molekul etena CH2=CH2

dan hydrogen klor (HCl) menghasilkan kloroeten


(34)

19

Tabel 3. (Lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

3. Tumbukan efektif

Tumbukan yang mempunyai energy yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan kimia pada zat yang bereaksi dan menghasilkan energy Konsep abstrak  Tumbukan  Ikatan kimia

 Zat yang bereaksi

 Frekuensi tumbukan

 Energy partikel pereaksi

 Arah tumbukan

Partikel-partikel pereaksi dalam suatu reaksi Tumbukan tidak efektif Tahap transisi Tumbukan antara molekul-molekul gas N2O dan NO

menghasilkan gas N2 dan

NO2 Semakin besar konsentrasi, semakin besar kemungkina n partikel saling bertumbukan

4. Reaksi kimia Hasil dari tumbukan antar partikel yang bereaksi dapat menghasilkan senyawa baru Konsep abstrak  Reaktan  Produk Mol pereaksi

- Persamaan reaksi

- A2 (g) + B2(g) → AB(g)

Molekul A2

dan B2 atau

dianggap ikatan A-A dan B-B putus dan terbentuk ikatan A-B Katalis mempercepa t reaksi karena dapat menurunkan energy aktivasi

.5. Energi Aktivasi

Energi kinetik minimum yang harus

Konsep abstrak  Pertikel perekasi Jumlah energy

Energi Energi ionisasi Energy kinetic

Agar NO2 dan

N2O bereaksi

Peningkatan suhu


(35)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga mengahasilkan tumbukan efektif  Tumbukan efektif  Energy kinetik minimum yang tersedia dibutuhkan energy minimum sebanyak 209 kJ memperbesa r fraksi molekul yang mencapai energy aktivasi

6.. Laju reaksi Laju reaksi adalah laju bertambahnya produk atau berkurangnya pereaksi per satuan waktu, dinyatakan dalam suatu

persamaan laju reaksi dan dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi, luas bidang sentuh, suhu, serta katalis

Konsep abstrak

 Laju reaksi

 Perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam satuan waktu  Dinyatakan dalam persamaan laju reaksi Konsentra si zat komponen reaksi Reaksi kimia Faktor-faktor yang mempengaruh i laju reaksi

Konsentrasi Suhu Luas permukaan Katalis Reaksi yang berlangsung lambat seperti perkaratan besi, apel teroksidasi. Reaksi yang berlangsung cepat seperti pembakaran kertas, meledaknya bom.  Kebakara n hutan  Membusu knya nasi

7. Faktor-faktor yang mempengaru hi laju reaksi

Semua factor yang dapat mengendalikan laju reaksi baik melambatkan reaksi maupun

mempercepat laju reaksi yang terdiri atas luas permukaan, konsentrasi, suhu dan katalis Konsep abstrak Mengendalikan laju reaksi Mempercepat reaksi dan memperlambat reaksi

Komposisi Pengaruh perubahan reaksi  Kecepatan reaksi  Waktu perubahan Luas permukaan Konsentrasi pereaksi  Suhu  Katalis  Laju meluruhnya batu pualam dalam larutan HCl Bahan mkanan yang dipotong – potong lebih cepat matang

8. Luas permukaan

Semakin besar luas permukaan suatu zat, maka laju reaksinya

Konkrit  Luas permukaan besar laju Besar kecilnya luas Faktor yang mempengaru hi laju reaksi

 Konsentrasi  Suhu  Katalis  Laju berlangsun g cepat

0,3 g CaCO3 yang bentuknya

 Mengun yah makanan


(36)

21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

semakin lambat dan sebaliknya, makin luas permukaan suatu zat lajunya semakin cepat reaksi lambat  Luas permukaan kecil laju reaksi cepat

permukaan  Laju

berlangsun g lambat serbuk ketika direaksikan dengan larutan HCl 0,1M lebih cepat habis bereaksi menghasilkan gas CO2

dibandingkan dengan 0,3 g CaCO3 kepingan ketika direaksikan dengan larutan HCl 0,1M  Sayur yang dipotong kecil-kecil lebih cepat matang

9. Konsentrasi pereaksi

Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka laju reaksinya semakin cepat dan sebaliknya makin kecil konsentrasi pereaksi, lajunya semakin lambat Konkrit  Konsentrasi makin besarlaju reaksi makin cepat  Konsentrasi makin kecil laju reaksi semakin lambat Komposisi konsentrasi Faktor yang mempengaru hi laju reaksi

 Luas permukaan  Suhu  Katalis  Laju berlangsu ng cepat  Laju berlangsu ng lambat

0,06 g Mg dalam HCl 1M lebih cepat meluruh dibandingkan dengan 0,06 g Mg dalm 0,5 M larutan HCl

Alkohol yang berkonsentr asi 25% lebih cepat memabukka n dibandingka n dengan yang konsentrasin ya 5%

10. Suhu Makin tinggi suhu makin cepat laju reaksi, sebaliknya makin rendah suhu makin lambat laju

Konkrit  Suhu tinggi,aju reaksi cepat

 Suhu rendah aju reaksi

Perubahan suhu

Faktor yang mempengaru hi laju reaksi

 Luas permukaan  Konsentrasi  Katalis  Laju berlangsu ng cepat  Laju berlangsu Reaksi antara Na2S2O3

dengan HCl akan lebih cepat Air yang direbus lebih cepat mendidih pada suhu Tabel.3 (Lanjutan)


(37)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

reaksinya lambat ng lambat beraeaksi

menghasilkan endapan belerang pada suhu tinggi dibandingkan dengan pada suhu rendah tinggi dibandingka n dengan suhu rendah Makanan yang dimasak pada suhu tinggi akan lebih cepat matang dibandingka n dengan suhu rendah 11. Katalis Penambahan katalis

dapat mempercepat laju reaksi Konsep abstrak Katalis ditambahkan, laju reaksi makin cepat Zat yang ditambahk an dalam pereaksi Faktor yang mempengaru hi laju reaksi

 Luas permukaan  Konsentrasi  Suhu  Laju berlangsu ng cepat  Laju berlangsu ng lambat Reaksi H2O2  H2O

+ O2 berlangsung sangat lambat pada suhu kamar hingga sulit teramati sehingga dimbahkan FeCl3 sebagai

katalis Untuk memanjat pagar yang tinggi harus menggunaka n tangga untuk mempercepa t memanjat, tangga disnggap sebagai katalis. 12. Persamaan

laju reaksi

Persamaan laju reaksi menyatakan hasil kali suatu tetapan laju reaksi dengan konsentrasi reaktan dipangkatkan orde reaksi Konsep abstrak Persamaan laju reaksi

Tetapan laju reaksi

Orde reaksi

Konsentras i zat komponen reaksi

Laju reaksi  Tetapan laju reaksi

 Orde reaksi

- Amonia dapat dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut persamaan berikut: N2(g) +

Amonia dapat dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut persamaan berikut:


(38)

23

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

3H2(g) 

2NH3(g)

Persamaan laju nya adalah

v = k

[N2] x

[H2] y

N2(g) +

3H2(g) 

2NH3(g)

Persamaan laju nya adalah

v = k

[N2][H2]3

13. Tetapan laju reaksi

Tetapan laju reaksi adalah tetapan yang harganya bergantung pada jenis pereaksi, suhu dan katalis

Konsep abstrak

Tetapan laju reaksi Dipengaruhi jenis pereaksi, suhu, dan katalis Jenis pereaksi Suhu Katalis Laju reaksi  Orde reaksi  Persamaan laju reaksi

- Konstanta laju suatu reaksi ialah 3,46 x 10

-2

detik-1 pada 298 K.

-

14. Orde reaksi Orde reaksi menyatakan derajat pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi

Konsep abstrak

 Derajat laju reaksi  Konsentr asi reaktan  Jenis pereaksi Laju reaksi  Tetapan laju reaksi  Persamaan laju reaksi - - - Tabel.3 (Lanjutan)


(39)

D. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran menggunakan model discovery learning terutama dalam membela-jarkan materi laju reaksi merupakan pembelajaran yang dapat memberikan kondisi

belajar aktif dan kreatif kepada siswa. Pembelajaran ini melibatkan siswa secara

langsung untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap pembelajaran,

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

mela-tihkan keterampilan dalam memecahkan masalah berdasarkan pemikiran kreatif

siswa. Model pembelajaran ini memiliki enam langkah sederhanameliputi

pem-berian rangsangan, pernyataan/ identifikasi masalah, pengumpulan data,

peng-olahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan/ generalisasi.

Pada tahap awal pembelajaran discovery learning pada materi laju reaksi adalah pemberian rangsangan kepada siswa berupa permasalahan atau fenomena yang

telah disediakan dalam bentuk narasi, visualisasi gambar sub mikroskopis dan

grafik yang dapat diamati menggunakan inderanya. Pada tahap ini sis-wa diminta

mengamati dan mengidentifikasi suatu permasalahan dan fenomena teori

tumbu-kan berdasartumbu-kan gambar sub mikroskopis dan fenomena laju reaksi seperti data

hasil percobaan yang tertera pada tabel pengamatan, dan grafik laju reaksi.

De-ngan hal itu diharapkan akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan memotifasi

siswa untuk menemukan masalah serta aktif berpikir dalam menyelesaikan

masa-lah tersebut. Kemudian siswa diminta menuliskan hasil identifikasi tersebut

da-lam LKS yang telah disediakan. Tahap ini bertujuan untuk menyediakan kondisi

interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam

menye-lesaikan masalah tersebut. Dengan demikian, keterampilan berfikir luwes siswa


(40)

25

melihat susuatu masalah dari sudut pandang yang berbeda pada tahap pemberian

rangsangan.

Tahap kedua adalah identifikasi masalah. Pada tahap ini guru memberikan suatu

permasalahan kepada siswa kemudian siswa diminta un-tuk mengidentifikasi

ma-salah tersebut, agar siswa terpacu berfikir kreatif untuk mengungkapkan gagasan

gagasan tentang permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga siswa akan

ter-motivasi untuk mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan. Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan informasi yang

relevan, kemudian siswa diminta untuk membuat hipotesis yang akan diuji

kebe-narannya. Dengan demikian, diiharapkan keterampilan berfikir luwes dapat

ber-kembang pada langkah identifikasi masalah tersebut.

Tahap ketiga adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan

data-data atau berbagai informasi tentang permasalahan atau feno-mena yang

relevan guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan informasi

yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah dengan cara mengidentifikasi

gam-bar sub mikroskopis, merancang percobaan, mengidentifikasi data hasil percobaan

laju reaksi, dan mengerjakan perhitungan berdasarkan data hasil percobaan.

Me-lalui kegiatan-kegiatan tersebut, jika ditinjau dari segi pengeta-huan (siswa akan

terpacu untuk berpikir dan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang

bervariasi), dan jika ditinjau dari segi sikap (siswa dapat memberikan

bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah). Dengan

demi-kian, diharapkan keterampilan berfikir luwes menghasilkan gagasan atau jawaban


(41)

Selanjutnya, tahap pengolahan data. Pada tahap ini, data yang telah diperoleh

kemudian dioleh guna untuk menemukan informasi atau pengetahuan baru untuk

mendapatkan pembuktian secara benar. Pada tahap ini, guru membimbing siswa

dalam mengolah data yang telah didapatkan. Selanjutnya siswa berdiskusi dalam

kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.

Melalui diskusi ini, keterampilan berpikir kreatif khususnya pada indikator

kete-rampilan berpikir luwes terlatih dengan diberikannya kebebasan siswa dalam

menghasilkan gagasannya lebih bervariasi atau berbeda dari orang lain.

Tahap selanjutnya adalah tahap pembuktian. Pada tahap ini, siswa melakukan

pemeriksaan dengan cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Dengan kebebasan dalam

me-ngolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan

penge-tahuan awal yang dimiliki siswa, sehingga proses ini membawa siswa

mengem-bangkan keterampilan berpikirnya terutama keterampilan berpikir luwes siswa.

Tahap yang terakhir adalah tahap menarik kesimpulan. Tahap ini dilakukan

se-telah hipotesis diuji kebenarannya. Siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan

dan dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai

suatu keputusan yang konkrit.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan penggunaan model

pem-belajaran discovery learning pada pembelajaran materi teori tumbukan dan laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada


(42)

27

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI MIA semester ganjil SMA Negeri 5 Metro tahun

pe-lajaran 2014/2015 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan

dasar yang sama.

2. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir kreatif siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.

3. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam pembelajaran materi laju reaksi menggunakan model

pembela-jaran discovery learningefektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

Metro Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 113 siswa yang tersebar dalam

empat kelas,yaitu kelas XI MIA1, XI MIA2, XI MIA3 dan XI MIA4 dengan

masing-masing kelas secara berturut-turut terdiri dari 29 siswa, 29 siswa, 27 siswa

dan 28 siswa. Dari populasi ini diambil dua kelas sebagai sampel penelitian. Satu

kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas lainnya

sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimba-ngan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat

po-pulasi yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan peneliti

de-ngan bantuan guru mitra maka diambil dua kelas penelitian yaitu kelas XI MIA1

dan XI MIA3 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan kognitif yang

tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Berdasarkan pengundian diperoleh kelas

XI MIA3 sebagai sampel penelitian (kontrol) dan kelas XI MIA1 sebagai kelas

eksperimen yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning.


(44)

29

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utama dan data

pen-dukung. Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Data utama yang meliputi :

a. Data hasil pretes dan postes kelompok eksperimen.

b. Data hasil pretes dan postes kelompok kontrol.

2. Data pendukung yang meliputi :

Data kinerja guru, data sikap siswa dan data kinerja siswa.

Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh

siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalent (Pretest-Posttest)Control Group Design (Creswell, 1997), didalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian.

Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas control O1 - O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) yang

terdiri dari 13 soal uraian. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan

model pembelajaran discovery learning (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Sedangkan kedua kelompok sampel diberikan postes


(45)

Metode kuasi eksperimen dipilih oleh peneliti karena metode ini mengujicobakan

model pembelajaran discovery learning yang peneliti gunakan sebagai cara meng-ajar pada siswa sebagai subjek penelitian. Dengan menggunakan model tersebut,

peneliti berharap dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, salah

satunya yaitu keterampilan berpikir luwes dalam proses pembelajaran kimia.

D.Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Se-bagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu

pembela-jaran dengan menggunakan model pembelapembela-jaran discovery learning dan pembela-jaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berpikir luwes

siswa pada materi pokok laju reaksi kimia, siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

Metro Tahun Pelajaran 2014-2015.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data

un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada

peneli-tian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah Silabus, Rencana

Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model pembelajaran

discovery learning pada materi laju reaksi sejumlah 7 LKS, soal pretes, dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili keterampilan adalah keterampilan

berpikir luwes, lembar penilaian sikap, lembar penilaian kinerja siswa, dan lembar

kinerja guru. Instrumen yang akan digunakan harus di validasi terlebih dahulu


(46)

31

menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid

apa-bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

vari-abel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen

da-pat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment. Instrumen ini meng-gunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan

ra-nah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini di-lakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan mene-laah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran,

in-dikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat

kese-suaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan

da-lam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh

karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, ma-ka peneliti meminta ahli untuk melakuma-kannya. Dalam hal ini dilakuma-kan oleh Ibu

Dr. Noor Fadiawati, M.Si. dan ibu Lisa Tania, S.Pd.,M.Sc. sebagai dosen

pem-bimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi Pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 5 Kota Metro untuk melaksanakan

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan


(47)

yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung

pelak-sanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, peneliti menyusun analisis KI-KD-indikator, silabus,

Ren-cana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes serta

Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah

sebagai berikut:

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai

de-ngan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas,

pembe-lajaran menggunakan model discovery learning diterapkan di kelas eks-perimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol

3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol

4) Melakukan tabulasi dan analisis data.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 sebagai berikut:


(48)

33

Gambar 1. Alur Penelitian

G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,

tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk melakukan

perhi-tungan data maka dilakukan perhiperhi-tungan sebagai berikut:

a. Perhitungan Nilai Siswa

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berfikir luwes secara

opera-sional dirumuskan sebagai berikut: Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Pretes

Tabulasi dan Analisis Data Observasi Pendahuluan

1. Menentukan populasi dan Sampel 2. Mempersiapkan perangkat

pembelajaran dan Instrumen 3. Validasi Instrumen

Kelas Eksperimen

Pembelajaran Menggunakan Model discovery

learning

Postes


(49)

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh

yang jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai  ………...(1)

Setelah data nilai diperoleh kemudian ditentukan n-Gain masing-masing siswa selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

b. Perhitungan n-Gain

Langkah selanjutnya, untuk mengetahui keterampilan berfikir luwes siswa pada

materi pokok laju reaksi antara pembelajaran menggunakan model discovery learning dengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Rumus n-Gain (g) menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:

nilaimaksimalideal-nilaipretes

pretes nilai -postes nilai

(g) Gain

-n  ………..(2)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kesamaan dua

rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan

pada kemampuan awal (pretes), sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan

pada n-Gain. Sebelum dilakukan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rataada uji prasyarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah


(50)

35

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : χ2

= uji Chi- kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2

tabel dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2002).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian

berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk

menentu-kan uji yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas

dilaku-kan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau

sebaliknya. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat

menggunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 : 12 22 (kedua kelas penelitian memiliki varians yang homogen)

H1 : 12 22 (kedua kelas penelitian memiliki varians yang tidak homogen)

2) Statistik Uji

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam


(51)

hitung varians terbesarvarians terkecil ... ∑ ̅

n 1

………..(4)

dengan:

S = simpangan baku x = n-Gain siswa

̅ = rata-rata n-Gain

n = jumlah siswa

F = Kesamaan dua varians

3) Kriteria Uji

Tolak H0 jika (v1 v ) atau hitung tabel dengan (v1 v ) didapat dari

distribusi dengan peluang derajat kebebasan v1 n1-1 dan v n -1. Taraf

nyata 5%. Dalam hal lainnya H0 diterima.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal

siswa dalam keterampilan berfikir luwes di kelas eksperimen tidak berbeda secara

signifikan dengan kemampuan awal siswa dalam keterampilan berfikir luwes di

kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan uji-t (Sudjana, 2005).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : Rata-rata pretes keterampilan berfikir luwes siswa di kelas eksperimen

sama dengan rata-rata pretes keterampilan berfikir luwes siswa di kelas

kontrol pada materi laju reaksi

H0 : µ1x = µ2x


(52)

37

H1 : Rata-rata pretes keterampilan berfikir luwes siswa di kelas eksperimen

tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan berfikir luwes siswa di

kelas kontrol pada materi laju reaksi

H1 : µ1x≠ µ2x

Keterangan:

µ1 = Rata-rata pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas eksperimen.

µ2 = Rata-rata pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas kontrol.

x = Keterampilan berfikir luwes siswa.

Kriteria pengujian : terima H0 jika -t1- t t1- dengan derajat kebebasan d(k)

= n1 + n2– 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

signifikan 5% peluang (1 – ). d. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif

perla-kuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berfikir luwes materi pokok laju reaksi yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan model

discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 5 Metro.

1) Hipotesis Kerja

Rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes siswa pada materi laju reaksi pada

kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari keterampilan berfikir luwes siswa pada kelas yang diterapkan


(53)

2) Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis

dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif

(H1).

Rumusan Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes pada materi laju

re-aksi pada kelas yang menggunakan model discovery learning lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berfikir

lu-wes siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran

konvensi-onal.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes siswa pada materi

la-ju reaksi pada kelas yang menggunakan model discovery learning

lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes

siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 = Rata-ratan-Gain (x) keterampilan berfikir luwes pada materi laju reaksi

pada kelas yang menggunakan model discovery learning.

µ2 = Rata-rata n-Gain (x) pada materi laju reaksi pada kelas yang menggunakan

pembelajaran konvensional. X = Keterampilan berfikir luwes.


(54)

64

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam

pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi,

ditunjukkan oleh tiga hal dibawah ini:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran discovery learning lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 5 Metro.

2. Perkembangan sikap pada pembelajaran discovery learning yang sangat me-ningkat adalah pada sikap antusias, mengemukakan pendapat, banyak

menga-jukan pertanyaan, dan teliti.

3. Pembelajaran model discovery learning pada aspek kinerja siswa mempunyai pengalaman dalam kegiatan praktikum.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran discovery learning hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia pada materi yang lain, tidak hanya pada materi laju reaksi karena


(55)

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian pembelajaran

discovery learning hendaknya lebih menguasai langkah-langkah pembelajaran, serta harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses

pembelajaran. Selain itu lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Azzahra, T. 2014. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Menggunakan Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Luwes Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(3):1-15

Bell, F. H.1978. Teaching and Learning Mathematics. Win. C. Brown Company Publisher. USA.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Djamarah, S. B. dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Fathur. Rohim, Hadi Susanto, Ellinawati. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics Education Journal . 1(1):2-5. Diakses 15 Januari 2015 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Diakses pada tanggal 15 Januari 2015dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa

Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies, Australia : Social Science Press. Munandar, S. C. U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Cipta. Jakarta.

Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.


(57)

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung. Purwanto. 2005. Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. 14(76):856-862.

Putri, P. Tya. 2014. Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Fleksibel Pada Materi Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(4):1-15.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Syah.2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja

Rosdikarya. Bandung

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. ___________. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D”. Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Penyusun. 2013a. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65

Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013b. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 Analisis Materi Ajar Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta. ______. 2013c. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. ______. 2013d. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Kemdikbud. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.


(1)

H1 : Rata-rata pretes keterampilan berfikir luwes siswa di kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan berfikir luwes siswa di kelas kontrol pada materi laju reaksi

H1 : µ1x ≠ µ2x Keterangan:

µ1 = Rata-rata pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas eksperimen. µ2 = Rata-rata pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas kontrol. x = Keterampilan berfikir luwes siswa.

Kriteria pengujian : terima H0 jika -t1- t t1- dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan 5% peluang (1 – ).

d. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berfikir luwes materi pokok laju reaksi yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan model

discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 5 Metro.

1) Hipotesis Kerja

Rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes siswa pada materi laju reaksi pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari keterampilan berfikir luwes siswa pada kelas yang diterapkan pembe-lajaran konvensional.


(2)

38

2) Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes pada materi laju re-aksi pada kelas yang menggunakan model discovery learning lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berfikir lu-wes siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensi-onal.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes siswa pada materi la-ju reaksi pada kelas yang menggunakan model discovery learning

lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan berfikir luwes siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Keterangan:

µ1 = Rata-ratan-Gain (x) keterampilan berfikir luwes pada materi laju reaksi pada kelas yang menggunakan model discovery learning.

µ2 = Rata-rata n-Gain (x) pada materi laju reaksi pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi, ditunjukkan oleh tiga hal dibawah ini:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran discovery learning lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 5 Metro.

2. Perkembangan sikap pada pembelajaran discovery learning yang sangat me-ningkat adalah pada sikap antusias, mengemukakan pendapat, banyak menga-jukan pertanyaan, dan teliti.

3. Pembelajaran model discovery learning pada aspek kinerja siswa mempunyai pengalaman dalam kegiatan praktikum.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran discovery learning hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia pada materi yang lain, tidak hanya pada materi laju reaksi karena ter-bukti efektif dalam meningkatkan keterampilan luwes siswa.


(4)

64

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian pembelajaran

discovery learning hendaknya lebih menguasai langkah-langkah pembelajaran, serta harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Azzahra, T. 2014. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Menggunakan Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Luwes Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(3):1-15

Bell, F. H.1978. Teaching and Learning Mathematics. Win. C. Brown Company Publisher. USA.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Djamarah, S. B. dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Fathur. Rohim, Hadi Susanto, Ellinawati. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics Education Journal . 1(1):2-5. Diakses 15 Januari 2015 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Diakses pada tanggal 15 Januari 2015dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies, Australia : Social Science Press. Munandar, S. C. U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Cipta. Jakarta.

Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.


(6)

Mutoharoh, S. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 72Jakarta.. Skripsi.

UIN Syarif Hidayatullah- Jakarta. Jakarta.

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung. Purwanto. 2005. Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. 14(76):856-862.

Putri, P. Tya. 2014. Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Fleksibel Pada Materi Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(4):1-15.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Syah.2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja

Rosdikarya. Bandung

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. ___________. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D”. Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Penyusun. 2013a. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65

Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013b. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 Analisis Materi Ajar Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta. ______. 2013c. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. ______. 2013d. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Kemdikbud. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.