TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG.
TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF
SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga
Oleh
CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA, S. Si 1303307
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF
SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG
Oleh
Cecep Sandy Bagja Nugraha S. Si UPI Bandung, 2005
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd.) pada Prodi Pendidikan Olahraga
© Cecep Sandy Bagja Nugraha 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2015
Hak Cipta dilindungi undang undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lain tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA, S. Si 1303307
TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF
SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing Tesis
Dr. Surdiniaty Ugelta, M. Kes, AIFO NIP. 19591220 198703 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
Dr. Yudi Hendrayana, M. Kes, AIFO NIP. 19620718 198803 1 004
(4)
iii
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
ABSTRAK
TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF
SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA
Penelitian ini mencari jawaban sejauh mana pengaruh tingkat disiplin belajar siswa dalam pembelajaran penjas dan tingkat kognitif siswa tentang kebugaran jasmani terhadap penerapan gaya hidup aktif dalam kehidupan kesehariannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode ex-postfacto. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 10.592 siswa dari 27 sekolah. Pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan dua tahap, pertama membagi wilayah populasi menjadi lima bagian, tiap bagian terdapat Empat sampai Enam sekolah, kedua mengambil secara acak dari tiap bagian wilayah sebanyak Satu atau Dua sekolah sehingga terambil Delapan sekolah sebagai sampel. Populasi sebesar 10.592 pada taraf kesalahan 5 % ialah sebanyak 340 siswa. Dari Delapan sekolah terdapat 3.164 siswa kelas XII. Untuk mendapatkan sampel 340 siswa menggunakan proportionate stratified random sampling. Instrumen penelitian berupa angket pengembangan beberapa teori, untuk mengukur tingkat disiplin belajar (X1) menggunakan teori Gunarsa (2004, hlm. 11) dari dalam negeri. Untuk mengukur tingkat kognitif tentang kebugaran jasmani (X2) menggunakan teori Rattlife (1994, hlm. 10) dari luar negeri. Untuk mengukur gaya hidup aktif siswa (Y) mengadopsi penelitian Leen Haerens (2010, hlm. 3) dari jurnal internasional. Angket diujicobakan terhadap siswa kelas XII. Hasil penelitian menunjukan nilai koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,406 dan antara X2 dengan Y sebesar 0,444. Ini berarti terdapat hubungan kuat dan positif antara X1 maupun X2 terhadap Y. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi antara X1 terhadap Y, signifikansi X2 terhadap Y menggunakan uji t. Diperoleh thitung lebih besar dari ttabel artinya pengaruh X1, X2 terhadap Y adalah signifikan. Sementara untuk mengetahui signifikansi X1 dan X2 secara bersamaan terhadap Y menggunakan uji F. Diperoleh Fhitung lebih besar dari Ftabel artinya pengaruh X1 dan X2 secara bersamaan signifikan. Kontribusi langsung dan tidak langsung X1 terhadap Y = 11,35%. Kontribusi langsung dan tidak langsung X2 terhadap Y = 15,11 % sehingga total X1 dan X2 terhadap Y = 26,46%. Semua ini menunjukan besar kontribusi lain (epsilon) diluar kontribusi X1 dan X2 terhadap Y adalah sebesar = 73,54%. Hal ini berarti bahwa 73,54% gaya hidup aktif siswa SMU di Kota Bandung dikontribusi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
(5)
iv
ABSTRACT
LEARNING DISCIPLINE LEVEL IN PHYSICAL EDUCATION AND COGNITIVE LEVEL OF PHYSICAL FITNESS ON THE ACTIVE LIFESTYLE OF STATE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN
BANDUNG CITY
CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA ([email protected])
The research seek to find to what extent students’ learning discipline level in physical education and their cognitive level of physical fitness influence their daily active lifestyle. It adopted quantitative approach with ex-post facto method. The population of this research consisted of a total of 10.592 students from 27 schools. Sampel was taken with cluster sampling technique in two stages: First, diving the population areas into five, where each part comprised four to six schools; and secondly, randomly taking one or two schools from each area in such a way that eight schools were taken as sample. The calculation of margin of error for the 10.592 students as the population resulted in 340 students. There were 3.164 twelfth graders in the eight schools. To obtain a sample of 340 students, a proportionate stratified random smpling was undertaken. The research instrument was in discipline (X1), the theory of a national scholar, Gunarsa, (2004, p. 11) was used. To measure cognitive level of physical fitness (X2), the theory of Rattlife, an international scholar (1994, p. 10) was employed. Finally, to measure students’ active lifestyle (Y), Leen Haerens’ theory (2010, p. 3) taken from an international journal was adopted. The questionnaire was distributed to the twelfth grade students. The findings show that the coefficient correlation value between X1 and Y was 0.406 and between X2 and Y 0.444. These values mean that there was a strong and positive correlation both between X1 and X2 and Y. Subsequently, in order to find the significance of X1 for Y, and X2 for Y, t-test was carried out. It was found that the value of t was greater than tcritical, which means that X1 and X2 had significant influences on Y. Meanwhile, to find the simultaneous significance of X1 and X2 for Y, F-test was undertaken. It was found that F was greater than Fcritical, which translates as X1 and X2 simultaneously had significant influences. The direct and indirect contributions of X1 to Y and X2 to Y were 11.35% and 15.11%, respectively, with a total of contribution of both X1 and X2 to Y = 26.46%. These findings show the epsilon or contributions of other variables than X1 and X2 to Y equal to 73.54%, meaning that 73.54% of the active lifestyle of senior high school students in Bandung City was contributed by other factors unexamined in this research.
(6)
v
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……….……… i
UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii
ABSTRAK ……….. iii
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ……….. xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ……….. 11
D. Manfaat Penelitian ………. 12
E. Struktur Organisasi ……… 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Penjas………….…. 14
B. Kedudukan Disiplin dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Penjas ………. 16
C. Peningkatkan Aspek Kognitif dalam Pembelajaran Penjas .. 21
D. Hal-hal yang Mempengaruhi Tingkat Kognitif Siswa SMA (Remaja) Tentang Kebugaran Jasmani Pada Penjas … 23 E. Remaja SMA danTingkat Kognitifnya Dalam Menerima Informasi ……….. 26
F. Konsep Kebugaran Jasmani (Physical Fitness Concepts) Dalam Pembelajaran Penjas ………. 35
(7)
vi
G. Gaya Hidup Aktif (Actife Lifestyle) ……….. 37
H. Perkembangan dan Hasil Penelitian Terdahulu ……… 41
I. Kerangka Pikiran ……….. 43
J. Hipotesis ……… 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ………. 46
B. Desain dan Langkah Penelitian ……… 47
C. Partisipan ……….. 49
D. Populasi dan Sampel ……… 50
E. Instrumen Penelitian ……… 54
F. Prosedur Penelitian ……….. 61
G. Prosedur Pengolahan Data ……….. 63
1. Uji Validitas ………. 63
2. Uji Reliabilitas……….. 66
H. Analisis Data ………. 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 70
1. Gambaran Hasil Penelitian ……….. 70
a. Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Dalam Penjas… 70 b. Gambaran Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Dalam Penjas ………. 83
c. Gambaran Gaya Hidup Aktif Siswa SMA ………… 103
2. Uji Asumsi Statistik ……… 111
3. Pengujian disiplin belajar (X1), pemahaman tentang kebugaran jasmani (X2), Terhadap gaya hidup aktif siswa SMA (Y) ……… 113
4. Pengujian Disiplin Belajar dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Secara Simultan… 116 5. Pengujian Kontribusi Disiplin Belajar (X1), dan Pemahaman Tentang Kebugaran Jasmani (X2) Terhadap gaya hidup aktif siswa SMA (Y) Secara Parsial ………. 118
(8)
vii
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
6. Besar kontribusi Langsung dan tidak langsung tiap variable (X1 dan X2) Terhadap gaya hidup aktif
siswa SMA (Y)………. 119
7. Besar Kontribusi Lain (Epsilon) di Luar Variabel Disiplin Belajar (X1) dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani (X2) Terhadap
Gaya Hidup Aktif Siswa SMA (Y) ………. 121
B. Pembahasan dan Temuan ……….. 121
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ……….. 125
B. Implikasi dan Rekomendasi ………. 125
(9)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Data Populasi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung ... 50
3.2 Data Sampel SMA Negeri di Kota Bandung ... 53
3.3 Kisi-kisi Disiplin Belajar Dalam Penjas ... 55
3.4 Kisi-kisi Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani ... 57
3.5 Kisi-kisi Gaya Hidup Aktif ... 60
3.6 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data disiplin belajar (X1) …… 64
3.7 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani (X2) ……….……….. 65
3.8 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Gaya Hidup Aktif Siswa (Y)… 66 3.9 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 67
3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 67
4.1 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Secara keseluruhan ……… 71
4.2 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Secara keseluruhan Tiap Sekolah 71 4.3 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 1 ……… 73
4.4 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 1 Tiap Sekolah 73 4.5 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada sub variabel 2 ……… 75
4.6 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar sub variabel 2 Tiap Sekolah 76 4.7 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 3……… 77
4.8 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 3 Tiap Sekolah 78 4.9 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 4……… 79 4.10 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 4 Tiap Sekolah 80
(10)
ix
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
4.11 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 5……… 81 4.12 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 5 Tiap Sekolah 82 4.13 Gambaran Tingkat Kognitif Kebugaran Jasmani Keseluruhan .. 83 4.14 Gmbran Tkt Kognitif Kbugaran Jsmni Keseluruhan Tiap Sekolah 84 4.15 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 1 85 4.16 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 1 Tiap Sekolah 86 4.17 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 2 87 4.18 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 2 Tiap Sekolah 88 4.19 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 3 89 4.20 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 3 Tiap Sekolah 90 4.21 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 4 91 4.22 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 4 Tiap Sekolah 92 4.23 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 5 93 4.24 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 5 Tiap Sekolah 94 4.25 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 6 95 4.26 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 6 Tiap Sekolah 96 4.27 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 7 97 4.28 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 7 Tiap Sekolah 98 4.29 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 8 99 4.30 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 8 Tiap Sekolah 100 4.31 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Variabel 9 101 4.32 Gbran Tkt Kognitif Tntg Kbgran Jasmani Sub Var 9 Tiap Sekolah 102 4.33 Gambaran Gaya Hidup Aktif Secara Keseluruhan……… 103 4.34 Gambaran Gaya Hidup Aktif Secara Keseluruhan Tiap Sekolah…. 104 4.35 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 1………... 105
(11)
x
4.36 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 1 Tiap Sekolah 106 4.37 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 2………... 107 4.38 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 2 Tiap Sekolah 108 4.39 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 3………... 109 4.40 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 3 Tiap Sekolah 110
4.41 Hasil Uji Normalitas Data ……… 111
4.42 Hasil Uji Linearitas Data ……….. 112
4.43 Korelasi Antar Variabel ……….. 113
4.44 Hasil Koefisien Jalur Disiplin Belajar dan Kognitif Tentang
Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif ……….. 114 4.45 Hasil Koefisien Determinasi (Kontribusi Total) Disiplin Belajar
Dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap G.H Aktif 115
4.46 Hasil Uji F……… 117
4.47 Hasil Uji Kontribusi Secara Simultan ……… 117 4.48 Hasil Uji Kontribusi Secar Parsial ……….. 118 4.49 Besar Kontribusi Langsung dan Tidak Langsung Disiplin Belajar
(12)
xi
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
DAFTAR GRAFIK
Halaman
1.1 Data Peningkatan Berat Badan Anak Remaja di Indonesia …… 8 4.1 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Secara keseluruhan ……… 71 4.2 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 1……… 73 4.3 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 2……… 75 4.4 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 3……… 77 4.5 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 4……… 79 4.6 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 5……… 81 4.7 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Keseluruhan 83 4.8 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 1 .. 85 4.9 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 2 .. 87 4.10 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 3 .. 89 4.11 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 4 .. 91 4.12 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 5 .. 93 4.13 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 6 .. 95 4.14 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 7 .. 97 4.15 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 8 .. 99 4.16 Gambaran Tkt Kognitif Tntng Kebugaran Jasmani Sub Var 9 .. 101 4.17 Gambaran Tingkat Gaya Hidup Aktif Secara Keseluruhan …… 103 4.18 Gambaran Tingkat Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 1 …... 105 4.19 Gambaran Tingkat Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 2 …... 107 4.20 Gambaran Tingkat Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 3 …... 109
(13)
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Paradigma Ganda Dengan Dua Variabel Independen ………… 47
3.2 Alur Penelitian ………. 48
4.1 Path Diagram Model Persamaan Struktural Kontribusi Disiplin Belajar (X1), dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani (X2)
(14)
xiii
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DATA UJI VALIDITAS DISIPLIN BELAJAR (X1) ……….………… 132
DATA UJI VALIDITAS PEMAHAMAN TENTANG KEBUGARAN JASMANI (X2) ……... 134
DATA VALIDITAS VARIABEL GAYA HIDUP SEHAT (Y) ……….. 138
DATA UJI RELIABILITAS DISIPLIN BELAJAR (X1) ………. 140
DATA UJI RELIABILITAS PEMAHAMAN TENTANG KEBUGARAN JASMANI (X2) …… 142
DATA UJI RELIABILITAS VARIABEL GAYA HIDUP SEHAT (Y) ………. 146
REKAPITULASI DATA DISIPLIN BELAJAR (X1) ……….. 148
REKAPITULASI DATA PEMAHAMAN TENTANG KEBUGARAN JASMANI (X2) ……… 162
REKAPITULASI DATA GAYA HIDUP AKTIF (Y) ……… 190
HASIL UJI STATISTIK MENGGUNAKAN SPSS ……… 204
PERHITUNGAN PENENTUAN KRITERIA VARIABEL ……… 206
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
Perubahan perilaku merupakan hasil dari implementasi pembelajaran. Perubahan perilaku hasil pembelajaran ini diharapkan mengarah ke perubahan yang lebih baik. Begitu halnya dengan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, maka yang menjadi tujuan utamanya ialah terjadinya perubahan perilaku siswa sehingga mereka mau menjaga sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan tubuhnya, melalui kesadaran akan tubuhnya sendiri yang harus digerakan secara aktif untuk menjaga kesehatan dan kebugarannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melaksanakan gaya hidup aktif dalam menjalani aktivitas sehari-harinya. Mulai dari faktor yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor dari luar diri seseorang atau faktor eksternal yang membuat seseorang mampu melakukan gaya hidup aktif bisa datang dari perorangan maupun dari suatu kelompok atau lingkungan. Ketika seseorang berteman dengan orang yang memiliki rutinitas yang sama dan memiliki waktu luang yang sama, seperti teman sekolah, teman kuliah atau teman kerja, maka ketika temannya itu mengisi waktu luang dengan aktivitas fisik seperti bersepeda, jogging pergi ke tempat fitness centre dll, maka gaya hidup aktif seseorang yang mengikuti temannya itu dikatakan gaya hidup aktif yang berasal dari orang lain secara perorangan. Sementara jika gaya hidup aktif yang dilakukan oleh seseorang ketika berada pada lingkungan yang mengharuskan orang tersebut untuk selalu aktif misalnya masuk jurusan olahraga, mengikuti pendidikan militer dan sebagainya maka gaya hidup aktif yang dilakukan oleh orang tersebut berasal dari faktor luar berupa lingkungan.
Gaya hidup aktif yang berasal dari faktor internal atau dari dalam diri seseorang bisa dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya ialah dari pemahaman tentang pentingnya bergerak aktif yang dimiliki seseorang dan bisa juga dari tingkat kedisiplinan yang ada pada diri seseorang. Dua hal tadi tidak menjadi sesuatu yang mutlak sehingga seseorang dapat bergaya hidup aktif. Masih
(16)
2
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
banyak faktor lain dari internal seseorang yang dapat menjadi penyebab terlaksananya penerapan gaya hidup aktif. Namun demikian dua hal tersebut perlu dibuktikan dalam sebuah penelitian ilmiah apakah benar-benar berpengaruh ataukah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan gaya hidup aktif seseorang.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui beberapa aspek saja yang mungkin dapat mempengaruhi dalam penerapan gaya hidup aktif. Aspek-aspek tersebut di kerucutkan hanya pada faktor dari dalam diri seseorang saja. Selain dari itu, objek penelitian ini ingin mengungkap golongan usia remaja saja yang terhimpun dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah menengah tingkat atas yang lebih spesifiknya lagi yaitu siswa kelas XII SMU se kota Bandung. Alasan pemilihan usia remaja dikarenakan faktor-faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terlaksananya gaya hidup aktif ini bisa dipastikan semua siswa kelas XII telah mendapatkan pengajaran, arahan dan bimbingan dalam proses pendidikannya. Faktor yang ingin dicari pengaruhnya terhadap penerapan gaya hidup aktif ini ialah faktor tingkat disiplin belajar dalam pendidikan jasmani dan faktor tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani.
Pemahaman akan pentingnya menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani diharapkan dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap sikap atau perilaku dan psikomotorik siswa dalam mengisi dan menjalani kegiatan sehari-harinya. Pemahaman tentang pentingnya meningkatkan kualitas hidup bagi siswa merupakan salah satu tugas guru pendidikan jasmani, dalam pembelajaran pendidikan jasmani akan menggalakkan dan mempromosikan gaya hidup aktif dan sehat. Sebagaimana dalam beberapa karya tulis (Corbin, 2002, hlm. 119; Fairclough, 2003, hlm. 78) “The internationally proclaimed idea than PE should
promote an active and healthy lifestyle”. Artinya ide yang telah diakui secara
internasional bahwa pendidikan jasmanilah yang harus mempromosikan gaya hidup aktif dan gaya hidup sehat. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa yang memberikan pemahaman kepada siswa akan pentingnya mendinamiskan diri ialah guru pendidikan jasmani.
Dalam proses pembelajaran penjas, siswa akan mendapatkan sebuah konsep yang menyentuh sisi kognitifnya selain dari sisi apektif dan psikomotor
(17)
yang lebih dominan dalam pembelajaran penjas. Namun demikian, ranah kognitif dalam penjas memiliki peranan yang sama penting dalam usaha pembinaan peserta didik. Salah satu isi dari pembelajaran penjas yang bertujuan untuk meningkatkan kognitif siswa ialah materi yang berupa teori tentang kebugaran jasmani. Pemahaman tentang konsep kebugaran jasmani ini diharapkan dapat menumbuhkan kognitif siswa agar mengerti bahwa mendinamiskan diri dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang penting dilakukan. Selain dari pada itu, dengan teori konsep kebugaran jasmani ini, siswa juga akan mengetahui bahwa aktivitas fisik itu baik untuk kesehatan seseorang. Sisi lain yang disampaikan dari konsep kebugaran jasmani ini ialah mengetahui aspek-aspek kebugaran jasmani itu sendiri sehingga mengetahui tujuan aktifitas fisik tertentu untuk memperoleh kebugaran jasmani tertentu pula. Dengan demikian setiap pengetahuan dari konsep kebugaran jasmani ini akan merangsang siswa untuk bergaya hidup aktif dengan sendirinya diluar pembelajaran penjas tanpa ada paksaan dari orang lain. Hal ini lah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kognitif tentang kebugaran jasmani terhadap gaya hidup aktif siswa.
Pada akhirnya pengetahuan dan pemahaman tersebut akan merangsang psikologisnya agar tumbuh kemauan untuk mendinamiskan tubuhnya. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Giriwijoyo (2013)
Untuk meningkatkan kemampuan fungsional jasmani (sehat dinamis) hanyalah dapat dilaksanakan bila ada kemauan untuk mendinamiskan dirinya sendiri dengan jalan melatih alat-alat tubuh/ jasmani itu mulai dengan intensitas yang rendah sampai mencapai intensitas yang memenuhi kriteria olahraga aerobik sesuai dengan umur dan jenis kelamin yang bersangkutan. (hlm. 42)
Adapun batasan umum dalam mengetahui intensitas rendah sampai intensitas yang memenuhi kriteria aerobik seperti yang disebut di atas ialah dengan menghitung denyut nadi maksimal (DNM). Untuk menyesuaikan dengan peserta didik, maka menggunakan rumus 220 – umur kemudian dikalikan 60-80%. Namun yang paling penting dalam upaya meningkatkan kemampuan fungsional tubuh maka mutlak harus timbul kemauan dari diri sendiri agar bisa melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mendinamiskan dirinya melalui gerak tubuh.
(18)
4
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
Hal senada dengan penjelasan mengenai sebuah kemauan untuk mendinamiskan diri sendiri yang sedang beredar di masyarakat ialah sebuah istilah active lifestyle (gaya hidup aktif), sebab siswa sangat tidak mungkin mencapai kondisi bugar jika hanya mengandalkan pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah saja. Berkenaan dengan hal ini, Simon-Morton, O’Hara, and Parcel (dalam Ratliffe, 1994, hlm. 9) mengatakan: “Many programs only offer 30-minute physical education classes taught by a qualified specialist once or twice a week. With limited time and numerous objectives, the goal of “getting kids fit” during physical education class time is not realistic. ” Hal tersebut menegaskan kepada kita bahwa dengan program pendidikan jasmani yang hanya berkisar 30 menit dan dipimpin oleh seorang guru penjas yang memiliki kompetensi tinggi sekalipun, tidak akan mencapai tujuan dalam “menjadikan siswa bugar” jika hanya dilakukan satu atau dua kali dalam seminggu. Hal tersebut kemudian menjadi permasalahan yang penulis teliti bahwa harapan agar siswa mau dan mampu mengisi kegiatan sehari-hari dengan gaya hidup aktif dapat terwujud, walaupun di sekolah memiliki keterbatasan waktu belajar penjas, sehingga setelah siswa memiliki pemahaman yang cukup tentang konsep dari kebugaran jasmani maka dapat mewujudkan gaya hidup aktif siswa dalam kehidupan kesehariannya.
Selain dari faktor pemahaman tentang kebugaran jasmani di atas, ada hal lain yang berperan penting guna mencapai perubahan perilaku siswa agar mau menerapkan nilai-nilai positif dalam menjalani kehidupannya yaitu kedisiplinan. Kedisiplinan yang dimaksud disini ialah kemampuan siswa untuk disiplin dalam belajar penjas.
Dalam proses pembelajaran, kedisiplin siswa berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang merupakan keberhasilan dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang didalamnya menanamkan
nilai- nilai kedisiplinan. Senada dengan hal tadi, Tulus Tu’u (2010) mengatakan Orang yang disiplin selalu membuka diri untuk mempelajari banyak hal.
Sebaliknya, orang yang terbuka untuk belajar selalu membuka diri untuk belajar berdisiplin dan mendisiplinkan dirinya. Dengan demikian, disiplin
(19)
bukan lagi satu paksaan atau tekanan dari luar. Tetapi, disiplin muncul dari dalam batin yang telah sadar. Disiplin kini telah menjadi bagian dari perilaku kehidupan sehari-hari. (hlm. 45)
Penjelasan mengenai kedisiplinan tadi memberikan gambaran kepada kita bahwa dengan sebuah kedisiplinan yang ditunjukan oleh siswa dalam proses pembelajaran maka harapan guru terhadap perubahan perilaku siswa untuk dapat menerapkan gaya hidup aktif dapat terwujud. Siswa yang mampu berdisiplin berarti siswa tersebut telah memiliki kesadaran bahwa sesuatu yang telah diyakininya akan memberikan manfaat bagi dirinya sehingga perilakunya akan berubah tanpa ada paksaan dari pihak luar. Oleh karena itu, penerapan gaya hidup aktif siswa dengan cara mendinamiskan diri dalam kesehariannya tidak dapat terlepas dari faktor kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
Dua faktor yang telah penulis sampaikan di atas, pertama ialah pemahaman siswa tentang kebugaran jasmani atau tingkat kognitif tentang
physical fitness dan yang kedua ialah faktor tingkat kedisiplinan siswa dalam
belajar penjas merupakan hal-hal yang sangat berperan dalam usaha penerapan gaya hidup aktif siswa. Seorang siswa diragukan dapat menerapkan gaya hidup aktif apabila siswa tersebut tidak seutuhnya memahami tentang konsep kebugaran jasmani yang hanya dapat diraih dengan aktifitas secara rutin, dalam konsep kebugaran jasmani juga siswa diberi pemahaman bagaimana cara mendapatkan tubuh yang bugar, keuntungan apa saja yang akan diperoleh apabila kita memiliki rutinitas aktivitas fisik, bahkan sampai pada penjelasan berbagai penyakit yang akan diderita apabila kita kekurangan gerak sehingga siswa tahu betapa pentingnya mendinamiskan diri dengan aktivitas fisik atau olahraga. Begitu halnya dengan faktor kedisiplinan, setiap teori yang telah difahami oleh siswa tentang pentingnya mendinamiskan diri rasanya akan sulit menjadi kegiatan rutinitas apabila kedisiplinan siswa itu sendiri tidak dilatih dan belum menjadi kebiasaan yang dapat membuahkan perilaku tanpa paksaan. Dua hal inilah yang kemudian ingin penulis teliti kontribusinya terhadap penerapan gaya hidup aktif.
Namun demikian, kenyataannya masih banyak anak-anak remaja di sekitar kita yang nampaknya belum atau bahkan tidak melakukan gaya hidup aktif sekalipun mereka tercatat sebagai siswa yang masih aktif sekolah. Pernyataan penulis tersebut diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, dalam
(20)
6
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
riset berkala yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), menyebutkan “Satu dari empat anak muda usia 17-24 tahun, kurang melakukan aktivitas fisik. ” Selanjutnya Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga (PDSKO), Dr R. Wishnu Hidayat, SpKO juga mengatakan “Aktivitas olahraga anak muda akhir-akhir ini berkurang, karena gaya hidupnya yang cenderung lebih pada penampilan dan bukan kesehatan. ”
Fakta di atas memberi penerangan kepada kita bahwa usia remaja anak Indonesia masa kini mulai meninggalkan gaya hidup aktif padahal sejatinya mereka mampu untuk melakukannya karena dalam pembelajaran di sekolah yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan khususnya pada materi tentang kebugaran jasmani para siswa diberikan ilmu pengetahuan agar memahami pentingnya mendinamiskan diri atau melaksanakan gaya hidup aktif.
Dengan alasan yang beragam, guru kadang melupakan akan pentingnya menanamkan aspek kognitif dan kedisiplinan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung tidak atau kurang memahami inti dari konsep kebugaran jasmani. Guru penjas biasanya akan sangat kreatif dan melakukan perencanaan pembelajaran yang ideal manakala dia memberikan materi tentang kecabangan olahraga contohnya sepak bola. Mulai dari persiapan slide (tampilan video) teknik bermain sepak bola untuk dipertontonkan dengan media OHP sebelum praktek, persiapan peralatan dan perlengkapan ketika praktek di lapangan sampai persiapan simulasi pertandingan bagi siswa yang meliputi strategi dan taktik bermain, perwasitan, sampai pada pemberian pengalaman menjadi penyelenggara pertandingan. Intinya sangat sering kita lihat guru penjas menyampaikan materi penjas tentang praktek kecabangan olahraga dipersiapkan dengan begitu sempurna dengan harapan aspek psikomotor siswa dapat ditingkatkan.
Beda halnya ketika guru penjas harus menyampaikan teori tentang kebugaran jasmani, hal ini terkadang dipandang sebelah mata. Guru penjas banyak yang hanya menyampaiakan dengan metode ceramah, tanpa ada persiapan khusus, guru penjas menyampaikan konsep kebugaran jasmani hanya sebatas definisi. Jarang sekali guru menginspirasi bahwa betapa banyak keuntungan apabila memiliki tubuh yang fit atau bugar, jarang guru menyadarkan bahwa
(21)
hanya dengan beraktifitas fisik atau berolahraga yang rutin maka kesehatan dan kekuatan tubuh kita akan terbina. Guru juga jarang memberikan gambaran berbagai penyakit yang bisa diderita hanya karena gara-gara kita kekurangan gerak. Apalagi sampai pada penjelasan tentang denyut nadi. Apa artinya jika kita memiliki denyut nadi istirahat per menit yang lebih banyak dari kawan yang lainnya. Dan masih banyak hal lain yang sangat penting diketahui dan difahami oleh siswa tentang konsep kebugaran jasmani agar siswa mau mendinamiskan diri dalam kehidupan kesehariannya.
Jika keikutsertaan siswa dalam aktivitas fisik atau olahraga tidak ada karena tidak memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya mendinamiskan diri sendiri, ini akan mendorong meningkatnya persentase masyarakat yang hipokinetik. Hal ini diperkuat oleh pendapat J. A Adegun dan E. P. Konwea (2009, hlm. 32) “Hypokinetic disorders are the resultant effect of the decrease in physical activity. ” Selain itu, McArdle, Kalch dan Kalch (2007, hlm. 239) mengungkapkan bahwa “inactivity alone resulted in a constellation of problems and conditions eventually leading to premature death. They further noted that sedentary death syndrome (SeDS) relates tohigh blood cholesterol, high blood glucose, hypertension, heart failure and obesity. ” Dapat diartikan bahwa tidak aktif saja dapat menghasilkan konstelasi dan kondisi yang bermasalah yang pada akhirnya bisa menyebabkan kematian dini. Mereka lebih lanjut mencatat bahwa sindrom kematian menetap (SeDS) berkaitan dengan kolesterol darah yang terlalu tinggi, gula darah tinggi, hipertensi, gagal jantung dan obesitas atau kegemukan.
Di dalam National Center for Chronic Disease Prevention and Health
Promotion, ditemukan bahwa:
a. During 2002–2005, 15,600 youth were newly diagnosed with type 1 diabetes annually, and 3,600 youth were newly diagnosed with type 2 diabetes annually.
b. In 2005–2008, of adults ages 20 years or older with self-reported diabetes, 67 percent had blood pressure greater than or equal to 140/90 millimeters of mercury (mmHg) or used prescription medications for hypertension.
Catatan di atas telah membuktikan bahwa sejak tahun 2002-2005, di Amerika Serikat sebanyak 15. 600 remaja telah didiagnosis dan terbukti mengidap diabetes tipe 1 dan sebanyak 3. 600 remaja mengidap diabetes tipe 2 setiap tahunnya.
(22)
8
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
Sementara dari tahun 2005-2008 sebanyak 67% dari populasi orang dewasa usia 20 tahun atau lebih terjangkit tekanan darah tinggi. Hal tersebut menjadi bukti bahwa terdapat begitu banyak manusia pada usia produktif terserang berbagai penyakit akibat dari kekurangan gerak tubuh. Keadaan tersebut sebenarnya bisa kita hindari seandainya kita mau melaksanakan gaya hidup aktif dalam menjalani aktifitas sehari-harinya.
Sementara di Indonesia sendiri mengenai bukti peningkatan remaja yang kekurangan gerak tubuh atau hipokinetik atau memiliki kegemukan atau obesitas telah diungkap dan diteliti oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), yang telah melakukan riset secara berkala dari tahun 2007 sampai 2013 sehingga menemukan fakta mengenai remaja usia 15 sampai 18 tahun yang berbadan sangat kurus, kurus dan gemuk yang bias dilihat dari diagram di bawah ini.
Grafik 1. 1 Data Peningkatan Berat Badan Anak Remaja di Indonesia Dapat kita lihat dengan seksama diagram di atas mendefinisikan antara populasi orang yang sangat kurus dan orang kurus dari tahun 2010 sampai 2013 tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Beda halnya dengan peningkatan jumlah remaja yang gemuk dari tahun 2010 sampai 2013 terlihat begitu drastis peningkatannya sampai pada angka 421,5 % {(7,3 – 1,4):1,4}x100% selama tiga tahun terakhir. Data ini sangat mengerikan apabila tidak secepatnya ditangani. Akumulasi remaja gemuk tiap tahunnya akan terus meningkat jika permasalahannya tidak ditemukan, kendati pun peningkatan remaja yang gemuk ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya penerapan gaya hidup aktif melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya dari pola makan yang tidak baik,
(23)
genetik gemuk turunan dari orang tua dll. Namun demikian, kekurangan gerak karena tidak melakukan gaya hidup aktif pun menjadi penyebab meningkatnya remaja yang berpostur tubuh gemuk. Maka dari itu, penulis beranggapan kurangnya penerapan gaya hidup aktif pada siswa yang membuat mereka terkena
hypokinetik dan obesitas ini salah satunya ialah disebabkan oleh kurangnya
pemahaman mereka tentang kebugaran jasmani dan kurang melatih kedisiplinan sehingga perubahan perilaku siswa untuk menerapkan pengetahuan akan pentingnya mendinamiskan diri tidak terealisasi dengan baik dan benar.
Dari sudut pandang yang lain, Mahendra (2009, hlm. 21) menyebutkan bahwa “melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup aktif.” Keterlibatan siswa dalam mengisi waktu senggang inilah yang menjadi faktor pendukung guna pelaksanaan gaya hidup aktif sehingga walaupun pembelajaran penjas memiliki waktu yang sangat singkat dan terbatas namun berperan dalam mempersiapkan keterampilan gerak dan menjadi mata rantai yang tidak bisa terpisahkan dengan penerapan gaya hidup aktif.
Apabila guru pendidikan jasmani tidak mengetahui akar permasalahan dari rendahnya gaya hidup aktif remaja masa kini maka akan berdampak pada ketidak berhasilan tujuan pendidikan jasmani dalam mencapai prestasi belajar siswa. Sehingga, pencapaian prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan perilaku yang seharusnya mereka lakukan setelah mereka mengetahui tentang konsep kebugaran jasmani, namun mereka tidak menerapkan gaya hidup aktif ini berarti tingkat pencapaian prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan masih belum maksimal.
Prestasi belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah dilakukannya proses belajar. Senada dengan pernyataan ini, Nana Syaodih (2009) menjelaskan bahwa
Prestasi belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya, meliputi semua akibat dari proses belajar yang berlangsung di sekolah atau di luar sekolah yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang disengaja maupun tidak disengaja. (hlm. 124)
(24)
10
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
Hal inilah yang memperkuat dugaan bahwa prestasi siswa dalam pendidikan jasmani di sekolah belum tercapai maksimal apabila siswa itu sendiri belum memiliki perilaku gaya hidup aktif setelah mendapatkan proses pembelajaran tentang kebugaran jasmani (kognitif tentang physical fitness).
Pendidikan jasmani merupakan sebuah mata pelajaran yang senantiasa dipelajari oleh siswa pada setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran penjas di jenjang sekolah yang merupakan bagian integral dari Pendidikan Nasional mengarah ke tiga ranah yaitu aspek kognitif, apektif dan psikomotor. Mulai dari SD (Sekolah Dasar) dan sederajat, SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan sederajat sampai pada tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederajat. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa setiap siswa yang telah mencapai pada tingkat SMA kelas XII, maka telah mendapatkan materi tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan selama bertahun-tahun. Nampaknya hal ini tidak menjadi jaminan bagi setiap siswa yang telah mendapatkan isi materi tentang kebugaran jasmani untuk dapat melaksanakan gaya hidup aktif.
Penelitian ini harus segera dilakukan untuk mengetahui secara jelas dan ilmiah tentang jawaban atas kenyataan siswa pada masa sekarang yang seakan-akan tidak mengetahui pentingnya bergaya hidup aktif. Jika kita tidak bisa mengetahui penyebab rendahnya siswa yang menerapkan gaya hidup aktif, maka sudah dipastikan solusi dalam mengatasi hal ini tidak akan kita miliki. Jika penelitian ini secapatnya dilakukan, maka guru-guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan akan cepat mengetahui penyebab rendahnya kesadaran siswa dalam bergaya hidup aktif sehingga bisa dengan cepat dan tepat memberikan feed back atau umpan balik yang paling cocok dalam mengatasinya. Sebaliknya, jika penelitian ini tidak secepatnya dilakukan, maka akan terjadi akumulasi jumlah siswa yang tidak melaksanakan gaya hidup aktif, kemudian pembengkakan jumlah siswa yang berperilaku buruk tersebut akan berdampak sistemik pada sendi kehidupan berbangsa dan bernegara jangka panjang. Sehingga, jika pada usia remaja mereka tidak mampu dan atau tidak mengetahui akan pentingnya bergaya hidup aktif, bagaimana mungkin negara Indonesia yang kita cintai ini dapat menyongsong masa depan yang gemilang dikemudian hari, apabila sumber
(25)
daya manusianya memiliki berbagai gangguan fisik baik secara fisiologis maupun anatomis apalagi sampai pada gangguan patologis.
Berdasarkan data-data yang telah penulis paparkan, akhirnya penelitian ini berfokus pada tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dan tingkat kedisiplinan dalam pembelajaran penjas, seberapa besar kontribusinya terhadap penerapan gaya hidup aktif siswa dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.
B. Rumusan masalah penelitian
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini mencakup tiga variabel yaitu tingkat disiplin belajar penjas, tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dan tentang penerapan gaya hidup aktif siswa dalam kehidupan kesehariannya. Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, penulis menjabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah tingkat disiplin belajar penjas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya?
2. Apakah tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya?
3. Apakah tingkat disiplin belajar dan tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam Penjas secara bersamaan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat disiplin belajar penjas terhadap gaya
hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya.
(26)
12
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat disiplin belajar dan tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam penjas secara bersamaan terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa SMA Negeri Kelas XII di Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi masyarakat termasuk orang tua siswa pada umumnya dan bagi guru pendidikan jasmani pada khususnya betapa seluruh variabel yang terdapat pada penelitian ini mulai dari kedisiplinan belajar, pemahaman akan teori kebugaran jasmani dan gaya hidup aktif merupakan hal yang sangat membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak guna tercapainya kepentingan bersama. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi atas masalah yang sedang terjadi berkenaan dengan perilaku peserta didik yang cenderung tidak aktif (physical inactivity) sehingga pihak sekolah dapat mengetahui sekaligus proaktif dalam memberikan solusi dan penanganan yang lebih tepat.
2. Manfaat bagi guru olahraga
Penelitian ini dapat memberikan gambaran secara ilmiah bahwa seluruh aspek yang diteliti harus diberikan penguatan (reinforcement) dan diberikan sentuhan atau kemasan khusus dalam proses penyampaian kepada siswa agar tujuan utama pendidikan yakni perubahan perilaku siswa dapat tercapai secara maksimal.
3. Manfaat bagi organisasi olahraga
Bagi mereka yang termasuk sport sosiologis atau pihak yang peduli dengan olahraga baik secara individu atau perorangan maupun yang terjalin dalam sebuah perkumpulan olahraga, komunitas olahraga, club olahraga dan sebagainya agar dapat lebih mengembangkan program yang telah ada sehingga tidak serta merta hanya melakukan kegiatan yang bertujuan untuk psikomotor saja, tetapi juga dapat membangun kebersamaan dalam organisasi tersebut untuk meningkatkan aspek kognitif tentang kebugaran jasmani.
(27)
4. Manfaat bagi mahasiswa olahraga
Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Baik dari ranah lain untuk mewujudkan gaya hidup aktif siswa atau dari aspek yang sama untuk tujuan yang berbeda yang dirasa perlu untuk diketahui hasilnya. 5. Manfaat dari segi kebijakan
Setelah penelitian ini mendapatkan kesimpulan, diharapkan para pembuat kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang selama ini menaungi sekaligus mengorganisir keberlangsungan mata pelajaran pendidikan jasmani, supaya memberikan panduan atau silabus yang secara berkesinambungan mutlak harus ada pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah tingkat dasar sampai pada tingkat atas.
E. Struktur organisasi
Sistematika penulisan dalam tesis ini mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Nomor 4518/UN40/HK/2014 tentang PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH UPI TAHUN AKADEMIK 2014/2015. Bab I berupa pendahuluan berisi latar belakang penelitian yang menitik beratkan pada penjelasan mengenai bukti-bukti kurangnya penerapan gaya hidup aktif secara umum yaitu dari data sekumpulan orang dari berbagai usia dari data nasional dan internasional dan bukti secara khusus dari data sekumpulan orang dari usia remaja nasional yang mengindikasikan kurang menerapkan gaya hidup aktif. Selanjutnya merumuskan masalah untuk menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini. Didalamnya juga membahas manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II berisi tentang kajian pustaka dari tiga variabel penelitian ini yaitu tentang disiplin belajar penjas, pemahaman tentang kebugaran jasmani dan gaya hidup aktif kemudian membahas kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III berisi tentang metode penelitian yaitu ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Bab IV temuan penelitian dan pembahasan. Bab V berupa kesimpulan dan saran.
(28)
46
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang sifatnya belum diketahui. Dalam penelitian ini penulis ingin mencari sebuah pengaruh antara tingkat kognitif physical fitness atau pemahaman tentang kebugaran jasmani dan pengaruh disiplin belajar penjas siswa SMA se Kota Bandung terhadap penerapan gaya hidup aktif.
Berdasarkan rencana di atas, maka metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah penelitian korelasional yang merupakan salah satu bagian dari penelitian ex-postfacto. sehubungan dengan hal ini menurut Gay (dalam Sukardi, 2008) mengatakan
Penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian
ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variable
yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variable yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. (hlm. 165)
Fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan biasanya selalu terdapat hubungan antara unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi, kurikulum dengan sekolah, kurikulum dengan guru atau sebaliknya, materi dengan hasil atau prestasi belajar, meteri dengan evaluasi pembelajaran dan masih banyak lagi yang lainnya. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah dan secara statistika melalui metode penelitian korelasional. Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada hubungan variable-variabel yang telah diterangkan di atas yang merupakan pengaruh isi materi yakni Physical fitness yang telah dikuasai oleh siswa hasil dari pembelajaran penjas selama mereka menjadi siswa sampai ke tingkat SMA kelas XII dan dan pengaruh disiplin belajar
(29)
dalam penjas terhadap hasil atau prestasi belajar yakni perubahan prilaku menerapkan gaya hidup aktif dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Menurut Gay dalam Sukardi (2008, hlm. 166) “Correlational research is a research study that involves collecting data in order to determine whether and to what degree a relationship exists between two or more quantifiable variables.
” Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variable atau lebih. Penelitian korelasi ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variable yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variable ini sangat penting diteliti, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
B. Desain dan Langkah Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian dipilih atau digunakan berdasarkan kebutuhan serta situasi dan kondisi dari pelaksanaan penelitian. Adapun berdasarkan jenis penelitian yang digunakan, penulis menggunakan paradigma ganda dengan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Berikut ini adalah gambar dari paradigma penelitian.
Gambar 3. 1. Paradigma ganda dengan dua variabel independen €
X1
Y X2
Keterangan :
X1 : Disiplin Belajar Penjas.
X2 : Tingkat Kognitif tentang Kebugaran Jasmani
(30)
48
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y digunakan teknik korelasi. Untuk X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y menggunakan analisis regresi. Semuanya itu dihitung melalui rumus statistika atau dengan bantuan program SPSS.
1. Langkah Penelitian
Langkah penelitian disusun berdasarkan urutan kerja pelaksanaan penelitian. Langkah ini merupakan kerangka kerja yang dilaksanakan penulis selama pelaksanaan penelitian. Langkah penelitian juga diharapkan dapat membantu peneliti agar mempermudah pekerjaan penelitian, karena dapat menjadi petunjuk dasar mengenai apa saja yang akan dilaksanakan dalam penelitian.
Pada penelitin ini penulis menyusun langkah kerja dimulai dengan menentukan permasalahan penelitian, menentukan populasi dan sampel penelitian, mencari data menggunakan angket mengenai disiplin belajar penjas, kognitif tentang kebugaran jasmani dan gaya hidup aktif. Adapun secara garis besar, langkah pelaksanaan penelitian penulis gambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. 2. Alur Penelitian IDENTIFIKASI MASALAH
POPULASI & SAMPEL TES (ANGKET)
Kognitif tentang Kebugaran Jasmani Kedisiplinan Belajar PJOK Gaya Hidup Aktif
PENGOLAHAN DATA KESIMPULAN
(31)
C. Partisipan
Dalam melakukan penelitian, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1. Partisipan Dari Dalam Civitas Akademika UPI
Dari pihak dosen, yang lebih intensif memberikan bimbingan, masukan dan arahan berjumlah Tiga orang. Pertama, Dr. Surdiniaty Ugelta, M. Kes. AIFO, beliau adalah salah satu dosen pengampu mata kuliah Ilmu Faal Olahraga yang sekaligus menjadi pembimbing dalam penyusunan Tesis yang penulis lakukan. Berikutnya Dr. Mulyana Kurnia, M. Pd. Beliau adalah salah satu dosen pengampu mata kuliah Kepelatihan Olahraga sekaligus menjadi pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa. Selanjutnya Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes, AIFO (Ahli Ilmu Faal Olahraga). Beliau adalah salah satu dosen yang menjabat sebagai ketua program studi pendidikan Olahraga sekaligus sebagai penguji dalam pengajuan penelitian ini. Ketiga dosen tadi sangat banyak memberikan masukan, bimbingan dan arahan kepada penulis berkaitan dengan variabel-variabel yang penulis angkat menjadi karya tulis ilmiah ini.
2. Partisipan Dari Luar Civitas Akademika UPI
Pertama-tama ialah civitas SMA N 6 yang dipimpin oleh kepala sekolah Bpk. Ade Suryaman, S. Pd. , M. M untuk menguji validitas dan reliabilitas angket penelitian. Selanjutnya Bpk Nanang SH dari Kantor Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat yang membantu penulis dalam data sekolah dan data siswa SMA Negeri se Kota Bandung. Kemudian Bpk Kepala Kantor Kesatuan bangsa dan Bpk Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung yang proaktif memberi dukungan sekaligus memberikan surat izin untuk pengambilan data. Berikutnya Bpk. Drs. H. Cucu Saputra M. M. Pd, Ibu Dr. Hj Sundari, M. Pd, Bpk. Drs. H. Encang Iskandar, M. Pd, Bpk Drs. H. Jumdiat Marzuki, M. M, Bpk Drs. H. Ujang Sutiana, M. M. Pd, Ibu Isnaeni Zakiah, S. Pd, M. M. Pd, Ibu Dr. Hj.
(32)
50
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
Yeni Gantini, M. Pd, dan Ibu Dra. Entin Kartini, M. M, telah memberikan fasilitas agar siswanya menjadi sampel penelitian.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek dari penelitian. Populasi penelitian harus memiliki karakteristik tertentu, sehingga peneliti dapat mempelajari karakteristik tersebut. Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (hlm. 117) Jadi populasi merupakan wilayah penelitian yang dianggap general dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMA Negeri kelas XII se Kota Bandung Propinsi Jawa Barat dengan jumlah 10. 592 siswa dari 27 sekolah SMA Negeri se Kota Bandung. Berikut ini merupakan pemetaan populasi penelitiannya.
Tabel 3. 1. Data Populasi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung
No Nama Sekolah Alamat
Akre-ditasi
Jumlah siswa Kelas XII
1 SM A NEGERI 1 BANDUNG
JL. IR H JUANDA 93
BANDUNG A
399
2 SM A NEGERI 2 BANDUNG
JL. CIHAMPELAS NO. 173 BANDUNG KODE POS 40131
A 448
3 SM A NEGERI 3 BANDUNG
JL. BELITUNG No. 8
BANDUNG A
324
4 SM A NEGERI 4 BANDUNG
JL. GARDUJATI NO 20
BANDUNG A
503
5 SM A NEGERI 5 BANDUNG JL. BELITUNG No. 8
BANDUNG A
380
6 SM A NEGERI 6 BANDUNG
JL. PASIRKALIKI NO. 51
KOTA BANDUNG A
377
7 SM A NEGERI 7 BANDUNG
JL. LENGKONG KECIL
NO. 53 BANDUNG A
358
(33)
No Nama Sekolah Alamat Akre-ditasi
Jumlah siswa Kelas XII
9 SM A NEGERI 9 BANDUNG
JL. LMU I SUPARMIN No.
1A A
401
10 SM A NEGERI 10 BANDUNG JL. CIKUTRA 77
BANDUNG A
428
11 SM A NEGERI 11 BANDUNG
JL. KEMBAR BARU NO.
23 BANDUNG A
451
12 SM A NEGERI 12 BANDUNG
JL. SEKEJATI
KIARACONDONG BDG A
311
13 SM A NEGERI 13 BANDUNG
JL. RAYA CIBEUREUM
NO. 52 BANDUNG A
332
14 SM A NEGERI 14 BANDUNG
JL. YUDHA WASTU
PRAMUKA IV BANDUNG A
306
15 SM A NEGERI 15 BANDUNG
JL. SARIMANIS I No. 1
BANDUNG A
404
16 SM A NEGERI 16 BANDUNG JL. MEKARSARI NO. 81
BANDUNG A
550
17 SM A NEGERI 17 BANDUNG
JL. TUJUH BELAS, CARINGIN, BABAKAN CIPARAY
A 328
18 SM A NEGERI 18 BANDUNG
JL. MADESA 18
SITUGUNTING RT. 02/RW. 12
A 447
19 SM A NEGERI 19 BANDUNG
JL. IR. H. JUANDA
(DAGO POJOK) A
379
20 SM A NEGERI 20 BANDUNG
JL. CITARUM 23
BANDUNG A
385
21 SM A NEGERI 21 BANDUNG
JL. RANCASAWO
CIWASTRA BANDUNG A
308
22 SM A NEGERI 22 BANDUNG JL. RAJAMANTRI KULON
17A KOTA BANDUNG A
467
23 SM A NEGERI 23 BANDUNG
JL. MALANGBONG RAYA
ANTAPANI BANDUNG A
363
24 SM A NEGERI 24 BANDUNG
JL. AH. NASUTION NO.
27 UJUNGBERUNG A
334
25 SM A NEGERI 25 BANDUNG JL. BATU RADEN VIII No.
21 BANDUNG A
(34)
52
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
No Nama Sekolah Alamat
Akre-ditasi
Jumlah siswa Kelas XII
26 SM A NEGERI 26 BANDUNG
JL. SUKALUYU NO. 26
CIPADUNG CIBIRU A
246
27 SM A NEGERI 27 BANDUNG JL. RAYA UTSMAN BIN
AFFAN NO. 1 GEDEBA GE A
421
2. Sampel penelitian
Objek yang diambil untuk dijadikan bahan dalam penelitian disebut dengan sampel. Mengenai sampel penelitian, Sugiyono (2013, hlm. 118) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. ” Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dapat mewakili populasi yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik cluster sampling, sehingga dari 27 SMA Negeri yang tersebar di Kota Bandung peneliti hanya mengambil delapan sekolah dengan pertimbangan wilayah yang cukup luas. Sugiono (2013, hlm. 83) menjelaskan bahwa “pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling sering dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada di daerah itu”. Berdasar pada pengertian di atas, maka penulis mengambil langkah dalam mendapatkan sampel dari populasi siswa SMA kelas XI se Kota Bandung melalui dua tahap. Pertama membagi daerah di Kota Bandung menjadi lima bagian, selanjutnya mengacak nama-nama sekolah yang ada pada tiap bagian kemudian diambil satu atau dua sekolah untuk dijadikan sampel penelitiannya.
Dari Populasi siswa kelas XI se SMA Negeri di Kota Bandung yang berjumlah 10. 592 siswa maka pada taraf kesalahan 5% sampel yang diambil datanya dalam penelitian ini sebanyak 340 siswa. Selanjutnya dari teknik penyampelan ini penulis menggunakan teknik probability sampling maka dengan cara ini peneliti memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Dikarenakan pada sampel ini terdiri dari delapan sekolah dengan memiliki strata yang proporsional maka penentuan jumlah 340 dilakukan dengan proportionate stratified random sampling dengan menggunakan rumus :
(35)
= x n Keterangan :
N = Ukuran Populasi
= Ukuran populasi stratum ke 1, 2, 3, … dst n = Ukuran sampel keseluruhan
= Ukuran sampel (Riduwan, 2009, hlm. 262) Dari dua cara pengolahan populasi menjadi sampel penelitian tersebut,
diperoleh data pemetaan sampel yang penulis teliti, dengan N = 3. 164 Ni = 399, 448, 324, … dst, dan n = 340 maka diperoleh ukuran sampel dari tiap sekolah seperti pada table di bawah ini.
Tabel 3. 2. Data Sampel SMA Negeri di Kota Bandung
No Nama Sekolah Alamat
Populasi Sampel
1. SMA Negeri 1 JL. IR H JUANDA 93
BANDUNG 399 43
2. SMA Negeri 2 JL. CIHAMPELAS NO. 173
BANDUNG 448 48
3. SMA Negeri 3 JL. BELITUNG 8
BANDUNG 324 35
4. SMA Negeri 8 JL. SOLONTONGAN NO.
3 BANDUNG 491 52
5. SMA Negeri 10 JL. CIKUTRA 77
BANDUNG 428 46
6. SMA Negeri 13 JL. RAYA CIBEUREUM
NO. 52 BANDUNG 332 36
7. SMA Negeri 19 JL. IR. H. JUANDA
(DAGO POJOK) BANDUNG 379 41 8 SMA Negeri 23 JL. MALANGBONG RAYA
ANTAPANI BANDUNG 363 39
Jumlah 3. 164 340
(36)
54
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
E. Instrumen Penelitian
Berkenaan dengan cara mengumpulkan data agar teruji validitasnya, maka penulis menggunakan angket untuk menilai variable-variabel yang diperlukan dalam penelitian ini. Hal tersebut diperkuat oleh Arifin (2012) beliau mengatakan bahwa
Angket memiliki kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain (1) responden dapat mejawab dengan bebas tanpa tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin (2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen (3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel. (hlm. 166) Menurut penjelasan di atas, maka peneliti akan mendapatkan data dari jumlah yang cukup besar yaitu data dari siswa SMA kelas XI se Kota Bandung dengan tingkat objektivitas yang terjamin. Namun demikian, selanjutnya Arifin (2012:166) mengatakan:
Kelemahan angket adalah (1) ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain (2) hanya diperuntukan bagi yang dapat melihat / membaca saja karena berbentuk tulisan (3) responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.
Untuk menghilangkan atau mengurangi kelemahan tersebut maka peneliti cukup mensiasati dalam menanggulangi kelemahan pada poin pertama di atas dengan cara khusus. Adapun pada poin berikutnya tidak mungkin terjadi sehubungan dengan sampel peneliti yang dapat melihat dan membaca seluruhnya. Sehingga yang akan peneliti lakukan ialah bekerja sama dengan guru penjas agar sampel dapat menjawab angket pada ruangan khusus dengan waktu yang fleksibel tanpa dibawa ke rumah dan disampaikan kepada siswa bahwa tidak ada kaitannya dengan penilaian sekolah. Diharapakn dengan cara demikian maka data yang diperoleh dapat lebih valid dan representatif.
Berikut ini adalah kisi-kisi kuesioner penulis dari variabel kognitif tentang kebugaran jasmani, kedisiplinan dalam pembelajaran PJOK dan gaya hidup aktif. Kuesioner penelitian sebagai instrument penelitian adalah teknik kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dari para responden
(37)
yang menjadi sampel penelitian. Kuesioner penelitian disusun dengan cara mengajukan pertanyaan menurut indikator-indikator penelitian yang diperoleh dari pengembangan hasil kajian pustaka. Penyusunan kuesioner penelitian ini menggunakan skala likert. Sugiono (2013, hlm. 73) menjelaskan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. ” Berikut ini penilaiannya.
Selalu = 5 Sering = 4 Kadang-kadang = 3 Jarang = 2 Tidak pernah = 1 Atau
Sangat sesuai=5 Sesuai=4 Kurang sesuai=3 Tidak sesuai=2 Sangat tdk sesuai = 1 Kisi-kisi yang penulis gunakan dalam mendapatkan data untuk variabel disiplin belajar penjas ialah mengacu pada definisi disiplin belajar menurut Gunarsa (2004, hlm. 15) dan selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa indikator yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini.
Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi mengenai disiplin belajar penjas ini penulis sajikan dalam tabel di bawah ini
Tabel 3. 3. Kisi-Kisi Disiplin Belajar Penjas Sumber: Gunarsa (2004, hlm. 15)
No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-)
I Disiplin Belajar Penjas
a. Taat, terdiri dari disiplin terhadap jam pelajaran
Menghadiri semua pertemuan pembelajaran Mengikuti
seluruh jam pelajaran Melaksanakan
intruksi dari guru 6 24 51 14 37 28 5 - 42 13 29 22 b. Tanggung jawab, terdiri dari kepatuhan terhadap aturan
Menggunakan seragam olahraga lengkap
(38)
56
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-)
sekolah Mempersiapkan peralatan praktek dan merapikannya ketika selesai pelajaran
58 40 49 32
c. Komitmen, terdiri dari kesetiaan terhadap mata pelajaran
Memberikan perhatian penuh selama
pembelajaran Menjadi bagian
dalam setiap tahapan pembelajaran 50 15 18 41 41 14 16 33
d. Efektif, terdiri dari keteraturan penggunaan waktu
Melakukan dengan sungguh-sungguh ketika mendapat intruksi
Bergegas dalam hal persiapan belajar 29 36 5 26 23 28 4 20 e. Kerjasama, terdiri dari ketertiban dalam proses
pembelajaran
Berbagi
kesempatan dan peralatan
Berbagi ilmu dan informasi Menjaga
keselamatan dan 12 17 13 39 23 27 11 15 12 31 - 21
(39)
No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-)
kelancaran belajar
Kisi-kisi untuk variabel kognitif tentang kebugaran jasmani (Cognitive
Physical Fitness) mengacu pada teori dari Thomas Ratliffe dan Laraine M.
Ratliffe (2004, hlm. 10) dari bukunya yang berjudul Teaching Children Fitness,
Becoming a Master Teacher. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam table di
bawah ini.
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Kognitif tentang kebugaran jasmani Sumber: Rattlife (1994, hlm. 10)
No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-)
II Kognitif tentang kebugaran jasmani
a. Menyadari bahwa aktivitas fisik itu baik untuk kesehatan seseorang
Keuntungan jika memiliki tubuh yang sehat dan kuat
Kerugian apabila memiliki tubuh tidak/kurang sehat atau kuat
Mengetahui cara mendapatkan tubuh sehat dan kuat hanya dengan aktifitas fisik
7 2 57 30 42 64 6 2 48 - 34 - b. Menyadari bahwa tubuh manusia yang ideal
sebagaiman
Memahami latihan yang bertahap Memahami
perbedaan
spesifikasi latihan
55 38 25 53 46 30 - 44
(40)
58
Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015
Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung
No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-)
yang di tunjukan oleh media
mungkin saja tidak begitu tepat untuk ditiru
tiap individu
c. Menyadari bahwa waktu dan usaha adalah persyaratan untuk peningkatan keterampilan dan manfaat kebugaran
Perubahan pada skill dan kondisi tubuh adalah hasil latihan yang rutin Semakin keras
berlatih maka semakin baik penampilan dan kemampuan tubuh
65 34 46 8 - 26 38 7 d. Mengenali perubahan pada tubuh sepanjang aktivitas fisik
Mengetahui denyut nadi istirahat
Keuntungan dan kerugian dalam mendefinisikan denyut nadi istirahat yang cepat dan lambat
31 63 22 43 24 54 - 35 e. Mengenali kesempatan di sekolah dan
Mengetahui keuntungan bergabung dalam komunitas
(41)
No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-) komunitas untuk partisipasi secara teratur dalam
aktivitas fisik
aktivitas fisik Menghargai waktu
luang di sekolah untuk beraktivitas fisik
9 35 8 27
f. Mengenali pemanasan yang tepat, pengkondisian dan teknik pendinginan dan alasan mengenai alasan terhadap penggunaanya
Pemanasan statis dan dinamis pendinginan
45 49 66 56 37 - 55 47 g. Mengenali manfaat dari partisipasi dalam berbagai bentuk aktivitas fisik
Mengetahui tujuan
Push Up/ Back Up Pull Up/ Sit Up
21 69 19 58
h. Mengetahui dan
memahami manfaat yang sehat dari aktivitas fisik
Perubahan positif pada tubuh setelah beraktivitas fisik secara rutin. Perubahan negatif
pada tubuh ketika
33 59 11 52 - 50 10 43
(1)
penjas jangan memberikan sebuah tugas hanya pada siswa tertentu saja melainkan harus dipastikan semua siswa yang diajarnya mendapat tugas dan pengalaman yang sama dalam usaha meningkatkan kedisiplinannya. 3. Guru penjas harus mampu memberikan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kognitif siswa tentang kebugaran jasmani secara keseluruhan akan pentingnya mendinamiskan diri, hal ini bisa terwujud dengan senantiasa mempersiapkan rencana pembelajaran teori yang berkaitan dengan aspek-aspek kebugaran jasmani agar penyampaiannya dikemas semenarik mungkin seperti halnya mengemas pertemuan praktek yang cenderung selalu menarik dalam setiap pertemuannya. Dalam hal menyampaikan teori tentang konsep-konsep meningkatkan kebugaran jasmani yang meliputi bagaimana cara mendapatkan kebugaran, apa saja yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kebugaran, hal-hal apa saja yang bisa mendorong siswa untuk terus aktif sehingga kebugarannya dapat meningkat dan serangkaian hal lainnya yang dapat meningkatkan kognitif siswa tentang kebugaran jasmani ini hendaknya jangan dilakukan dengan satu metode pembelajaran saja yaitu metode ceramah saja. Sebab, hal-hal yang dapat meningkatkan pemahaman siswa akan pentingnya menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani ini bisa disampaiakan dengan berbagai macam cara yang menarik.
4. Ketika terlihat ada sebuah indikasi dari siswa yang tidak mau mendisiplinkan diri dalam pembelajaran penjas, maka guru penjas harus secepatnya menangani dengan pendekatan yang spesifik jangan sampai ketidak disiplinan siswa sekecil apapun berlarut-larut terulang oleh siswa. Dengan cara demikian maka disiplin belajar siswa dalam penjas senantiasa dapat terkontrol dengan baik.
5. Bagi para pembuat kebijakan yang memiliki wewenang membuat silabus untuk dijadikan acuan bagi sekolah-sekolah, hendaknya memberikan kerangka pembelajaran yang bertahap dan terintegrasi tentang materi mengenai konsep kebugaran jasmani mulai dari sekolah dasar sampai pada tingkat atas agar terwujud keterkaitan dan kebermaknaan pada materi kebugaran jasmani tiap tingkatan sekolah. Sehingga, guru penjas bisa
(2)
lebih mudah dan terarah dalam mengembangkan dan menyesesuaikan dengan karekteristik masing- masing siswa atau sekolah.
6. Bagi para peneliti berikutnya, direkomendasikan untuk meneliti faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap penerapan gaya hidup aktif mengingat prilaku ini sangat berperan penting dalam usaha menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan suatu bangsa.
Setelah sejauh ini menyampaikan hasil penelitian, penulis rasakan dalam penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang sejatinya bisa dihindari, yaitu dalam teknik pengumpulan data dari sampel penelitian yang memiliki perbedaan waktu antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Akan lebih baik lagi jika metode pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan karena tidak akan terjadi kekhawatiran siswa sekolah yang satu telah mendapatkan beberapa konsep kebugaran jasmani sementara sekolah yang lain belum disampaikan konsep kebugaran jasmani tersebut oleh guru penjasnya dikarenakan terburu diambil datanya oleh peneliti. Alangkah lebih baik untuk penelitian berikutnya yang menggunakan metode penelitian yang sama yaitu ex-postfacto dengan populasi yang cukup luas maka hendaknya peneliti memiliki beberapa anggota dalam usaha pengumpulan data agar data bisa diperolah dalam waktu yang bersamaan sehingga dapat dipastikan bekal materi yang diperoleh oleh siswa pada tiap sekolah relatif lebih sama.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Alisabet B. Hurlock. (1999). Child Developmant, Jakarta: Erlangga.
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi ). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Ausubel, David P. (1963). The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune and Stratton.
---. (1968). Educational Psychology, A Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Azwar, Saefudin (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bahri Syaiful. (2008). Paradigma Pembelajaran Baru. Jakarta: Rineka Cipta. Berry Brazelton, Joshu D. Sparrow. (2009). Disiplin Anak, Jakarta: PT Bhuana
llmu Populer.
Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives: Book 1 Cognitive Domain. London, Longman Group.
Brazelton Berry. (1981). A New Model of Assessing the Behavioral Organization in Preterm and Fullterm Infants: Two Case Studies. University of Georgia. Athens. Yang diunduh dari
http://www.sciencedirect.com/science/article. Pages 239–263
Brown, H. Douglas. (2000). Principles of Language Learning and Teaching, 2nd ed. Cambridge Journals. Cambridge University Press. Yang diunduh dari http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=
F8A439DAF5B04B90E9D5E04FF28A3148.journals?fromPage=online&a id=254678
Bruner, J. S. (1968). Processes of Cognitive Growth Infancy (Heinz Werner Lectures). Wercester, M. A : Clark University Press.
---. (1971). The Relevance of education. Oxford, UK: W.W. Norton. Corbin CB. (2002). Physical education as an agent of change. Quest 54: 182–95. Dewey, John. (1950). democracy and Education. Cleveland: The Cleveland
Museum of Arts.
(4)
Fairclough S, Stratton G, and Baldwin G. (2003). The contribution of secondary school physical education to lifetime physical activity. European Physical Education Review 8(1): 69–84.
Fairclough SJ (2003) Girls’ physical activity during high school physical
education: influences of body composition and cardiorespiratory fitness. Journal of Teaching in Physical Education 22: 382–95.
Freire, Paulo. (1979). Educational for Critical Consciousness. London: Shedd and Ward.
Gunarsa, Singgih. (2004). Psikologi perkembangan anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia
Hetherington. (1975). Motor Learning Development. New York: Ballantine Books.
Higbee, Kenneth. (1988). Memori Anda. Semarang: Dahara Prize. http://kbbi.web.id/aktif
http://kbbi.web.id/sehat
http://bandung.bisnis.com/read/20140909/23/516797
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/.../rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-sehat-menurut-ahli-who.html#
Ibrahim, R. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
J.A Adegun,and E.P. Konwea (2009) The Prevalence of Hypokinetic Disorders Among Workers in Tertiary Institutions. Ekiti State. Yang diunduh dari http://www.nobleworld.biz/images/A_K.pdf
Leen Haerens (2010). Motivational profiles for secondary school physical education and its relationship to the adoption of a physically active lifestyle among university students. European Physical Education Review. From http://epe.sagepub.com/content/16/2/117
Lewin. K. (1951). Field Theory In Social Science: Selected Theoretical Papers. New York Harper. New York. USA
Lutan, Rusli. (2011). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas.
(5)
Mahendra.(2009). Asas Dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK UPI. Mahfud Junaedi. (2009). Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, Semarang:
Walisongo Pers, hlm18
Martens. Rainer. (2004). Successful Coaching. Third Edition.American: Human Kinetics
McArdle, Katch and Katch (2007). Attention focus during physical effort: The mediating role of task intensity. Psychology of Sport and Exercise Pages 233–245. Yang diunduh dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii
Murniarti J dan Beatrix Sophie. (2000). Perbedaan Nilai Remaja Sekarang Dengan Generasi Sebelumnya. Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Jurnal Psikologi Sosial. VII. 2000: 59-64.
Mursell, James L. (1982). Pengajaran Berhasil. Jakarta: Universitas Indonesia. Murtiningsih, Siti. (2004). Pendidikan alat Perlawanan: Teori Pendidikan
Radikal Paulo Freire. Magelang: Resist Book.
National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion (2011)New cases of diagnosed diabetes among people younger than 20 years of age, United States. yang diunduh dari http://www.familydocs.org/f/CDC %20Diabetes%20fact%20sheet-2011.pdf
Piaget, Jean (1954). The Construction of Reality in the Child. New York: Ballantine Books.
Promotion Health Glossary (1998). WHO Health Promotion Glossary: new terms. Tersedia: http://heapro.oxfordjournals.org/content/21/4/340.short
Ratliffe, T., Ratliffe, L., Mc. (1994). Teaching Children Fitness: Becaoming a Master Teacher. United States of America: Human Kinetics.
Riduwan (2007). Memahami dan memaknai analisis jalur. Bandung: Alfabeta
………... (2009), Metode dan Teknik Menyusun Proposal penelitian. Bandung: Alfabeta.
Santosa, Giriwijoyo. (2013). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A, M. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja grafindo Perkasa.
(6)
Senlin Chen. (2012). Physical activity and fitness knowledge learning in physical education: Seeking a common ground. Department of Kinesiology, Iowa State University USA. From http://epe.sagepub.com
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kualitatif, kuantiatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
……….. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suherman. (2009). Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sukardi. (2008). Metodelogi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Syaodih, Nana. (2009). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tilaar, H. A. R. (1997). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Tulus Tu’u (2010). Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Perestasi Siswa, Jakarata: PT. Grasindo, hlm.30
Vygotsky, L. S. (1934). Development of Children and the Process of learning. (M. Lopes Murillas.Terj.) Cambridge. M A: Harfard University press, Dalam bukunya William Crain, Teori Perkembangan / Konsep dan Aplikasi.