POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA.

POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD
PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH
HANDAYANI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :
SAFIRA RACHMA RISKIKA
NPM : 0943010192

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD
PENYANDANG DOWN SNDROM DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI
SURABAYA
Oleh :
SAFIRA RAHMA RISKIKA
NPM. 0943010192
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 19 J uli 2013
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 367049500361
2. Sekretaris


J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 367049500361

Dr s. Saifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 370069400351
3. Anggota

Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001
Mengetahui,
DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507181983022001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU
DENGAN SISWA SD PENYANDANG DOWN SYNDROM
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK DI
SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA

J udul Penelitian

:

Nama

:

Safira Rahma Riskika

NPM

:

0943010192


Program Studi

:

Ilmu Komunikasi

Fakultas

:

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Pr oposal
Menyetujui,

Pembimbing Utama

J UWITO S.Sos. M.Si.
NPT. 3 6704 95 0036 1


Mengetahui
Ketua Program Studi

J UWITO S.Sos. M.Si.
NPT. 3 6704 95 0036 1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah dan karunia-Nya
kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “
POLA

KOMUNIKASI


ANTARA

GURU

DENGAN

SISWA

SD

PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA
“ guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam menempuh program Strata Satu
jurusan Ilmu Komunikasi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku
Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu moril, spiritual maupun materiil.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto selaku rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN ”Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
UPN “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan kemudahan kepada penulis.
4. Drs. Kusnarto, M.Si dan Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si selaku Dosen Penguji
yang telah memberikan arahan dan perbaikan dalam menyusun skripsi ini.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Mama dan Papa tercinta yang telah membesarkan dan membimbing dengan
penuh kasih sayang. Segala pengorbanan untuk kesuksesan dan kebahagiaan
anak-anaknya. Penulis persembahkan skripsi ini untuk Mama, Papa dan
seluruh keluarga.
6. Kakakku tersayang Kurnia Rahmawati, Ifani Rahman dan Rossy Rizkiawan
yang senantiasa mensupport dan memotivasi penulis untuk selalu semangat
menyelesaikan segala tugas kuliah dan skripsi.

7. Tedo Handaldi Putra yang memberi support. Serta terima kasih atas doanya.
8. Kakak-kakak sepupu dan semua keluargaku yang menyayangi, memotivasi
dan memberi masukan kepada penulis saat penyusunan skripsi.
9. Terimakasih kepada teman – teman tercinta Okky, Friska, Andhini, Yanti,
Ira, Anien, Pramita,Afida yang telah membantu dan memberikan dorongan.
Semoga Allah meridhio semua keinginan kita. Sukses selalu untuk kita.
Semoga kita bisa meraih apa yang kita inginkan. Amin.
Semoga Allah SWT memberi rahmat dan limpahan karunia-Nya atas jasa dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 10 Mei 2013
Penulis

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI


HALAMAN J UDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJ UAN ...........................................................................iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
ABSTRAK / ABSRTACT ................................................................................ x

BAB 1 : PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 LatarBelakangMasalah ................................................................................ 1
1.2PerumusanMasalah ..................................................................................... 12
1.3 TujuanPenelitian ........................................................................................ 12
1.4 KegunaanPenelitian ................................................................................... 12
1.4.1 KegunaanTeoritis ........................................................................... 12
1.4.2 KegunaanPraktis ............................................................................ 13
BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ....................................................................... 14

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.1 HasilPenelitianTerdahulu…………………………………………………..14
2.2LandasanTeori ............................................................................................ 15
2.2.1 PendekatanInteraksionismeSimbolik .............................................. 15
2.2.2 PolaKomunikasi ............................................................................. 17
2.3ProfilSekolahInklusifGaluhHandayani Surabaya ......................................... 18
2.4Komunikasi................................................................................................. 31
2.5Komunikasi Interpersonal ........................................................................... 32
2.5.1 DefinisiKomunikasi Interpersonal .................................................. 32
2.5.2 Proses Komunikasi Interpersonal ................................................... 34
2.6PengertianPolaKomunikasi ......................................................................... 35
2.6.1 PengertianKeluarga ........................................................................ 37
2.6.2 FungsiKeluarga .............................................................................. 37
2.6.3 Macam – macamPolaKomunikasi .................................................. 39
2.6.4 Pengertian Orang Tua..................................................................... 43
2.6.5 PengertianAnak .............................................................................. 44
2.7Down Syndrom ........................................................................................... 45
2.7.1 CiriFisik Dan PenampilanSiswaPenyandang Down Syndrom ......... 46

vii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.7.2 KebutuhanPembelajaranSiswaPenyandang Down Syndrom ........... 47
2.8KarakteristikAnak Down Syndrom.............................................................. 47
2.9KerangkaBerfikir ........................................................................................ 48
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 50
3.1 MetodePenelitian ....................................................................................... 50
3.2PembatasanMasalah .................................................................................... 53
3.3LokasiPenelitian.......................................................................................... 54
3.4Unit AnalisisPenelitian................................................................................ 54
3.5Subyek Informal Penelitian ......................................................................... 55
3.6TeknikPengumpulan Data .......................................................................... 57
3.7TeknikAnalisis Data ................................................................................... 58
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 60
4.1 GambaranUmumObyekPenelitiandanPenyajian Data ................................. 60
4.1.1 GambaranUmumObyekPenelitian .................................................. 60
4.1.2 Penyajian Data ............................................................................... 62
4.1.3Informan ......................................................................................... 66
4.2 Analisis Data.............................................................................................. 68

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.1PolaKomunikasiPadaSiswaPenyandang Down Syndrom ................. 68
4.3 Pembahasan ............................................................................................... 82
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 87
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 87
5.2 Saran.......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...…………89
LAMPIRAN INTEVIEW GUIDE ....................................................... ……90
LAMPIRAN HASIL INTERVIEW .............................................................. 92
LAMPIRAN FOTO ..................................................................................... 106

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
SAFIRA. POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD
PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI
SURABAYA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi
antara guru dengan siswa SD penyandang down syndrome dalam meningkatkan
di sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
Peneliti menggunakan landasan teori Interaksionisme simbolik dan pola
komunikasi.Namun peneliti lebih condong menggunakan polakomunikasi.Tipe
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah
wawancara mendalam ( in depth interview ).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pola komunikasi
yang digunakan oleh guru kepada siswa adalah pola komunikasi authoritative (
demokratis ).
Kata Kunci : Pola Komunikasi, Komunikasi, Down Syndrom, Akademik,
Authoritative.

ABSTRACT
SAFIRA. COMMUNICATION PATTERN BETWEEN TEACHER AND
ELEMENTARY STUDENT WITH DOWN SYNDROM IN ORDER TO
IMPROVING ACADEMIC ACHIEVEMENTS IN GALUH HANDAYANI
INCLUSIVE SCHOOL SURABAYA.
The purpose of this study is to understand the communication pattern
between teacher and elementary student with down syndrom in order to improving
academic achievements in GaluhHandayani Inclusive School Surabaya.
Researcher used symbolic interactionism and communication patterns as
the theoretical basis. However, researcher are more inclined to use the
communication pattern. This type of research is descriptive study with qualitative
analysis. Technique of collecting prime data is by deep interview.
Based one the result of this study suggested that the communication
patterns used by teacher to student is authoritative ( democratic ) communication
pattern.
Keyword : Communication Pattern, Communication, Down Syndrom, Academic,
Authoritative.

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Manusia membutuhkan komunikasi satu dengan lainnya untuk
mempertahankan hidupnya dan mencapai kebutuhan tertentu. Oleh karena itu
manusia disebut dengan makhluk sosial.
Hubungan antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi
verbal ( bahasa ) maupun non verbal ( simbol, gambar, atau media komunikasi
lainnya ). Selain itu komunikasi dilakukan karena mempunyai fungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh
kebahagiaan.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari
kata lain communication dan bersumber dari kata komunis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal ( Effendy, 2002 :
3 ).
Komunikasi mempunyai banyak makna, namun dari sekian banyak
definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap
dengan maknannya yang hakiki yaitu komunikasi adalah proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung melalui
media ( Effendy, 2002 :5 ).

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Komunikasi interpersonal biasa disebut dengan komunikasi antarpribadi.
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah suatu proses
penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau kelompok kecil kepada
kelompok kecil lainnya dengan beberapa efek dan umpan balik. Lebih lanjut,
menurut Devito dalam Liliweri ( 1977 ), komunikasi antarpribadi merupakan
pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan
umpan balik yang langsung.
Ciri unik lainnya adalah bahwa komunikasi interpersonal juga menurut
adannya tindakan yang saling memberi dan menerima antar pelaku yang terlibat
dalam komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku yang ada dalam proses
komunikasi antarpribadi saling bertukar informasi, pikiran, dan gagasan (
Sandjaja, 1993 : 117 ).
Komunikasi Antarpersonal ( Interpersonal Communication ) adalah
komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini
dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang.
Karena sifatnya dialogis berupa percakapan arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat
komunikasi dilancarkan komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinnya
itu positif atau negatif, berhasil atau tidak, jika tidak ia dapat meyakinkan
komunikan ketika itu juga karena ia dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas – luasnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Pentingnya situasi komunikasi antarpersonal seperti itu bagi komunikator
ialah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap – lengkapnya. Ia
dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, agamannya, pengalamannya, cita –
citannya dan yang penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilakunya. Dengan demikian komunikator dapat mengarahkannya ke suatu
tujuan sebagaimana ia inginkan ( Onong Uchjana 2008 : 8 ).
Pola komuniakasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman atau penerimaan dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami ( Djamarah 2004 : 1 ).
Terdapat 3 pola komunikasi hubungan orang tua dan anak menurut ( Yusuf, 2001
: 51 ) :
a. Authoritarian ( Cenderung Bersikap Bermusuhan )
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance

( penerimaan ) rendah,

namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, sikap mengkomando,
mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan ( sesuatu tanpa kompromi
), bersikap kaku ( keras ), cenderung emosional dan bersikap menolak.
Sedangkan dipihak anak mudah tersinggung, penakut, pemurung

dan

merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh stres, tidak mempunyai arah masa
depan yang jelas serta tidak bersahabat.
Ciri pada pola komunikasi ini menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena – mena tanpa dikontrol oleh anak.
Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan
oleh orang tua. Dari segi positifmya anak cenderung menjadi disiplin, yakni

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

menaati peraturan, akan tetapi bisa jadi ia hanya mau menunjukan kedisiplinan
dihadapan orang tua padahal hati berbicara lain. Sehingga ketika dibelakang orang
tua anak bersikap dan bertindak liar pula.
Kebanyakan penyandang down syndrom

pada pola komunikasi ini

bersifat tertutup dan rasa stres yang tinggi. Pola komunikasi ini, orangtualah yang
memegang peran yang sangat dominan saat berkomunikasi dengan anak. Anak
menjadi takut untuk mengungkapkan sesuatu. Padahal seharusnya orang tua harus
bisa membebaskan anak untuk mengutarakan pendapat dan keinginanya,
mengingat mereka adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus. Orang tua harus
menyesuaikan keadaan anak mereka.
b. Permissive ( Cenderung Berperilaku Bebas )
Dalam hal ini sikap orang tua untuk menerima tinggi, namun kontrolnya
rendah dalam memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan keinginan.
Sedangkan anak bersikap impulsive serta agresif, kurang memiliki rasa percaya
diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya serta prestasinnya rendah. Sifat
pola komunikasi ini

children centered

yakni segala aturan dan ketetapan

keluarga ditangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua.
Orang tua menuruti segala kemauan anak, anak cenderung bertindak semena –
mena tanpa pengawasan orang tua. Dari segi negatif anak kurang disiplin dengan
aturan – aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan
tersebut secara bertanggung jawab maka anak akan menjadi seorang yang
mandiri, kreatif atau inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Anak penyandang down syndrom harus diperhatikan secara intensif.
Mereka

memiliki

potensi

yang

besar

disamping

keterlambatan

dan

keterbelakangan mental dan fisik. Oleh karenanya perlu perhatian dan kontrol
yang tinggi bagi penyandang. Jika orang tua memiliki kontrol yang rendah,
penyandang akan melakukan penyimpangan akibat tidak pernah mendapatkan
perhatian dan didikan yang intensif.
c. Authoritative ( Cenderung Terhindar dari kegelisahan dan kekacauan )
Dalam hal ini sikap acceptance ( penerimaan ) dan kontrolnya tinggi,
bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pernyataan, memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan buruk.
Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu
mengendalikan diri ( self control ) bersikap sopan, memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dan memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas, berorientasi terhadap
prestasi.
Kedudukan orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan di ambil bersama
dengan mempertimbangkan kedua belah pihak, anak diberi kebebasan yang
bertanggung jawab. Artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap dibawah
pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Akibat
positif dari pola komunikasi ini adalah anak akan menjadi seorang individu yang
mempercayai orang lain, bertanggung jawab, tidak munafik, dan jujur. Namun
akibat negatif anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Pada pola komunikasi authoritative, peran orang tua dan anak saat
berkomunikasi berjalan seimbang, masing – masing memahami perannya sebagai
pembicara maupun pendengar. Penyandang down syndrom akan bebas
mengutarakan perasaanya dan memiliki tempat untuk bercerita ( orang tua ). Akan
timbul sikap saling menerima antara orang tua dan anak. Tentu saja hal ini akan
memberikan perkembangan yang positif bagi anak penyandang down syndrom.
Pola komunikasi diatas sangat mempengaruhi seseorang penyandang
Down Syndrom dalam melakukan kebiasaannya. Sebelumnya akan dijelaskan
mengenai Down Syndrom. Down Syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adannya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang
kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Menurut buku
Human Development edisi ke – 9 karangan Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old,
Ruth Duskin Feldman. Bahwa terjadi ke – abnormalan pada kromosom 21 ekstra
atau translokasi kromosom 21.
Anak – anak penderita down syndrom secara keseluruhan mengalami
keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Mereka mengalami masalah
lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk berjalan,
perkembangan motorik halus, dan berbahasa atau berbicara. Disinilah pola
komunikasi antara orang tua maupun orang terdekat termasuk guru di sekolah
harus mampu menyesuaikan dengan kondisi penyandang tersebut.
Pola komunikasi yang dilakukan dengan penyandang Down Syndrom
tentu saja menggunakan bahasa yang sesuai agar mereka mampu mengerti apa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

yang disampaikan oleh seseorang. Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan
alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain.
Bahasa merupakan alat pergaulan. Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak
seseorang individu berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya mereka memulai
mengembangkan bahasanya dimulai dengan meniru suara atau bunyi tanpa arti
dan diikuti dengan ucapan atau satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat
sederhana, dan seterusnya. Dengan menggunakan bahasa inilah, ia berhubungan
sosial sesuai dengan tingkat perilaku sosialnya. Perkembangan bahasa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Bahasa pada dasarnya adalah hasil belajar dari
lingkungannya. Semakin besar seseorang tumbuh dan berkembang, maka akan
semakin banyak bahasa kompleks yang dikuasai. Belajar bahasa yang sebenarnya
dilakukan oleh anak berusia 6 – 7 tahun , saat ia mulai bersekolah. Jadi
perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda – tanda dan
isyarat. menguasai alat komunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk
dapat memahami dan dipahami orang lain ( Dra. Enung, 2006 : 99 ).
Permasalahan inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat
sebuah kajian tentang Pola Komunikasi Antara Guru dengan Siswa SD
Penyandang Down Syndrom Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Di Sekolah
Inklusif Galuh Handayani Surabaya. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pola
komunikasi yang digunakan oleh guru kepada siswa dalam meningkatkan prestasi
akademik. Seperti yang kita ketahui bahwa sekolah normal juga memiliki
berbagai cara dalam meningkatkan prestasi akademik siswa / siswinya. Tentunya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

dalam sekolah khusus ini juga ingin meningkatkan prestasi akademik anak
didiknya.
Keseluruhan jumlah kelas sekolah dasar disini adalah 6 kelas, kelas satu
sampai dengan enam. Sama seperti sekolah normal. Masing – masing kelas
memiliki kurang lebih 12 siswa / siswi yang memiliki bermacam – macam
kebutuhan khusus. Seperti autis, down syndrome, slow liner, dan lain sebagainya.
Keseluruhan siswa penyandang down syndrom dari kelas 1 – 6 adalah 15 siswa.
Namun peneliti mengambil siswa kelas VI sebagai informan. Alasan peneliti
adalah karena siswa kelas tersebut sudah mampu diajak berkomunikasi. Jumlah
Penyandang di kelas ini adalah empat anak.
Di sekolah yang berlokasi di Jalan Manyar Sambongan no. 87 – 89
Surabaya ini terdapat tim terapis yang profesional. Terapi ini sangat mendukung
proses belajar anak. Inklusi merupakan pendidikan yang sangat bermutu dan
nondiskriminasi. Anak – anak tidak hanya mengembangkan kognisinya tapi juga
perilaku dan kepribadiannya.
Ciri khas dari Inclusive Education adalah aksesbilitas. Itu adalah syarat
utama sekolah inklusif. Jadi mereka menerima semua anak termasuk Down
Syndrom, kecuali yang emosinnya sangat labil. Bagi yang emosinya sangat labil
akan diserahkan ke dokter untuk ditangani terlebih dahulu agar dia tidak
mengganggu anak yang lain.
Sekolah inklusif ini merupakan sekolah yang sama dengan sekolah normal
lainnya, ada TK, SD, SMP, dan SMA. Yang membedakan adalah mereka
memberikan pengajaran khusus pada anak – anak yang memiliki kebutuhan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

khusus. Seperti autis, down syndrom, slow liner, dan berbagai anak yang memiliki
keterlambatan dalam belajar. Mereka mengikuti kurikulum pemerintahan, hanya
saja disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak didik nya. Dalam satu kelas
terdapat terapis, guru, dan guru pendamping.
Guru disini memiliki pengaruh besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, pola komunikasi guru disini sangat mempengaruhi siswa
penyandang

Down Syndrom dalam menerima penyampaian kegiatan belajar

mengajar dalam meningkatkan prestasi akademik.
Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah khusus penyandang Down
Syndrom membutuhkan orang tua untuk bekerjasama dalam kegiatan belajar
mengajar. Orang tua sangat diperlukan keberadaannya untuk

memberikan

informasi mengenai hal – hal yang belum diketahui oleh pihak sekolah dalam
menyesuaikan kondisi dan kebutuhan bagi anak, khususnya down syndrom. Hal
ini berguna untuk memudahkan pihak sekolah dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar.
Penjelasan diatas bisa dibahas kembali oleh Dra. Enung dalam bukunya “
Psikologi Perkembangan Anak ( Perkembangan Peserta Didik ) ” mengenai
pendidikan. Pada dasarnya, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan pada
anak. Salah satunya adalah keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara – cara
belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya.
Dalam hal ini peran orang tua adalah menjaga agar keterampilan – keterampilan
tersebut tetap dimiliki oleh anak dan dikembangkan terus – menerus sesuai tahap
perkembangannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Dalam

perkembangannya,

penyandang

down

syndrom

memiliki

keterlambatan dalam memahami ataupun menerima apa yang disampaikan oleh
seseorang. Oleh karenanya dibutuhkan kesabaran bagi terapis maupun guru
pengajar dalam menghadapi penyandang down syndrom.
Beberapa perbedaan anak penyandang down syndrome dengan anak
normal lainnya sudah kita ketahui berdasarkan penjelasan diatas. Secara
kemampuan berfikir mereka mempunyai keterlambatan. Selain kemampuan
berfikir yang berbeda dengan anak normal, mereka memiliki ciri fisikal yang unik,
diantaranya :
a. Kepala, muka dan leher
Mereka mempunyai paras muka yang hamper sama seperti muka orang
mongol. Pangkal hidungnya kemek. Jarak diantara dua mata jauh. Ukuran
mulut kecil sedangkan ukuran lidah lebih besar, hal ini mengakibatkan lidah
sering menjulur. Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur. Daun telinga
lebih rendah. Ukuran kepala biasannya lebih kecil dan agak lebar, sedangkan
bagian depan menjorok ke belakang. Bagian leher agak pendek.
b. Tangan dan lengan
Mereka memiliki jari – jari yang pendek dan kelingking yang membengkok ke
dalam. Di telapak tangannya biasannya hanya ada satu garisan urat yang
dinamakan “ Simian dan Crease “.
c. Kaki
Kaki agak pendek dan jarak diantara ibu jari dan jari kedua agak jauh terpisah.
d. Otot

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Anak – anak Down Syndrom empunyai otot yang lemah. Hal ini membuat
mereka menjadi lambat dalam menghadapi masalah perkembangan motorik.
Penyandang down syndrom adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan atau keterbelakangan perkembangan mental intelektual dibawah rata –
rata sedemikian rupa, sehingga mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam
menerima kegiatan belajar mengajar ataupun tgas – tugas akademik. Selain itu
mereka juga memiliki kendala dalam berkomunikasi maupun interaksi sosialnya
dengan masyarakat, dank arena itulah mereka memerlukan pendidikan khusus.
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif memandang individu yang sangat beragam
sehingga tidak mungkin dikelompokkan dalam satu sifat.
Penelitian mengenai Pola Komunikasi Guru Dengan Anak SD Penyandang
Down Syndrom Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Di Sekolah Inklusif
Galuh Handayani Surabaya menggunakan teknik in – depth interview. Peneliti
menggunakan teknik

In Depth Interview sebagai teknik pengumpulan data,

karena teknik tersebut memungkinkan untuk menggali bagaimana pola
komunikasi antara guru dengan anak SD penyandang Down Syndrom dalam
meningkatkan prestasi akademik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

sebagai berikut :
“ Bagaimana Pola Komunikasi Antara Guru dengan Siswa SD Penyandang Down
Syndrom dalam Meningkatkan Prestasi Akademik di Sekolah Inklusif Galuh
Handayani Surabaya “.

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Komunikasi yang

digunakan antara Guru dengan siswa SD Penyandang Down Syndrom dalam
Meningkatkan Prestasi Akademik di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.

1.4

Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah penelitian di bidang ilmu
komunikasi yang berkaitan dengan pola komunikasi guru yang membina anak SD
Penyandang Down Syndrom dalam meningkatkan prestasi akademis di Sekolah
Inklusif Galuh Handayani Surabaya. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi berkaitan dengan pola komunikasi
yang digunakan guru di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya terhadap
peningkatan prestasi akademik siswa SD penyandang Down Syndrom.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru
Sekolah Inklusif Galuh Handayani tentang pola komunikasi dalam meningkatkan
prestasi akademik anak SD penyandang Down Syndrom.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu yang berjudul, “ Pola

Komunikasi Interpersonal Anak Autis di Sekolah Autis Fajar Nugraha
Yogyakarta dalam Interaksi Sosialnya dengan Lingkungan Sekitar “ dan “ Pola
Komunikasi Dalam Mensejahterakan Penyandang Cacat di Jawa Timur “. Kedua
penelitian terdahulu ini sama – sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
Landasan teori dari judul yang pertama menjelaskan tentang tiga pola komunikasi
antara orang tua dengan anak. Sedangkan penelitian yang kedua menggunakan
teori interaksionisme simbolik.
Tiga pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian yang pertama
mengenai “ Pola Komunikasi Interpersonal Anak Autis di Sekolah Autis Fajar
Nugraha Yogyakarta dalam Interaksi Sosialnya dengan Lingkungan Sekitar “
adalah pola komunikasi authoritarian, permisive, dan authoritative. Pada
penelitian pertama, terdiri dari 6 orang informan, 3 orang tua asuh, dan 3 anak
asuh. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa 2 dari orang tua asuh
menganut pola komunikasi permisive, sedangkan satu diantarannya adalah
authoritative. Sedangkan hasil dari penelitian kedua mengenai “ Pola Komunikasi
Dalam Mensejahterakan Penyandang Cacat di Jawa Timur “ adalah bahwa
interaksi imbolik sangat dibutuhkan para penyandang dalam berkomunikasi
dengan orang lain.

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.2

LANDASAN TEORI

2.2.1 Pendekatan Interaksionisme Simbolik
Atas dasar berbagai rujukan interaksionisme simbolik, peneliti memang
harus cermat dalam memperhatikan interaksi manusia dalam komunitas. Interaksi
manusia tersebut umumnya ada yang berencana, tertata, resmi, dan juga tidak
resmi. Berbagai momen interaksi dalam bentuk apa pun, perlu diperhatikan oleh
peneliti.
Model interaksionisme simbolik akan menganalisis berbagai hal tentang
symbol yang terdapat dalam interaksi pelaku. Mungkin sekali pelaku komunikasi
menggunakan simbol – simbol unik atau spesial yang hanya dapat dipahami
ketika pelaku komunikasi saling berinteraksi. Ada beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan dalam interaksi simbolik, yaitu : ( 1 ) simbol akan bermakna
penuh ketika berada di dalam konteks interaksi aktif; ( 2 ) pelaku budaya akan
mampu merubah simbol dalam interaksi sehingga menimbulkan makna yang
berbeda dengan makna yang lazim; ( 3 ) pemanfaatan simbol dalam interaksi
kadang – kadang lentur dan tergantung permainan bahasa si pelaku; ( 4 ) makna
simbol dalam interaksi dapat bergeser dari tempat dan waktu tertentu.
Menurut pengertian dalam interaksi simbolik, kita selalu mencoba
mencapai tujuan melalui interaksi dengan orang lain. Interaksi simbolik berasal
dari dalam diri individu itu sendiri dan interaksi sosial itu dari dalam persepsi.
Dalam penelitian ini interaksi simbolik akan dilihat dalam ainteraksi antarsimbol
yang ada sebagaisebuah kegiatan yang menghasilkan sebuah makna tersendiri dan
usaha membaca pesan dari hasil pertukaran antarsimbol yang ada. Simbol –

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

simbol yang menyatukan interaksi antara anak – anak berkebutuhan khusus ini
mencakup penggunaan bahasa isyarat yang mencakup isyarat tangan dan gesture
tubuh.
Penggunaan simbol dalam komunikasi anak – anak penyandang down
syndrom terkadang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang ingin dia lakukan.
Bahasa yang mereka miliki tidaklah sama seperti anak normal pada umumnya.
Down syndrom memiliki kesulitan kemampuan dalam berbicara, oleh karenanya
mereka menggunakan bahasa nonverbal. Sebagai contoh, salah seorang siswa
penyandang yang sedang bermain bola, lalu bola tersebut terjatuh. Dia berusaha
meminta tolong pada orang terdekatnya untuk mengambil bola dengan cara
memegang tangan orang tersebut dan mengarahkan tangannya pada bola yang
terjatuh untuk mengambil bolanya. Sama halnya dengan komunikasi yang
dilakukan antara siswa penyandang dengan guru, terkadang mereka memakai
simbol untuk menyatakan maksud yang ingin disampaikan.
Model Interaksionisme Simbolik ini memang sesuai dengan apa yang
terjadi pada penyandang down syndrom. Mereka memakai bahasa nonverbal atau
simbol untuk melakukan sesuatu dalam berkomunikasi. Dalam hal ini
dikhususkan antara guru dengan siswa SD penyandang down syndrom. Namun
peneliti merasa ada teori lain yang lebih menguatkan dan sesuai dengan judul
mengenai pola komunikasi antara guru dengan siswa SD penyandang down
syndrom dalam meningkatkan prestasi akademik di Sekolah Inklusif Galuh
Handayani Surabaya. Teori tersebut adalah Pola

Komunikasi

Authoritarian,

permissive, dan Authoritative. Teori ini mampu menjelaskan keseluruhan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

mengenai pola komunikasi yang digunakan antara guru dengan siswa SD
penyandang down syndrom dalam meningkatkan prestasi akademik. Keseluruhan
yang dimaksud adalah tidak hanya bahasa nonverbal atau interaksi melalui simbol
saja yang digunakan dalam komunikasi antara guru dengan siswa penyandang
dalam meningkatkan prestasi akademik. Pola komunikasi ini menjelaskan secara
kompleks mengenai pola komunikasi antara guru dengan siswa SD penyandang
down syndrom dalam meningkatkan prestasi akademik. Mulai dari pengaruh
orang tua, sikap, timbal balik, serta akibat dari sebuah pola komunikasi.

2.2.2 Pola Komunikasi
Menurut Yusuf( 2001 : 51 ) dalam buku “ Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja “ terdapat pola komunikasi hubungan orang tua dan anak, yaitu :
1.

Authotarian ( cenderung bersikap bermusuhan )

2.

Permissive ( cenderung berperilaku bebas )

3.

Authoritative ( cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan )
Dalam kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, yaitu “ Pola

Komunikasi Antara Guru Dengan Siswa SD Penyandang Down Syndrom Dalam
Meningkatkan Prestasi Akademik di Sekolah Inklusif Galuh Handayani”.
Dari pengertian diatas peneliti akan mendapatkan gambaran mengenai
pola komunikasi yang digunakan dalam sebuah komunikasi yang terjadi antara
siswa penyandang down syndrom dengan orang guru. Pola komunikasi ini
memudahkan guru dan penyandang dalam berkomunikasi. Kemudahan yang sama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

– sama bisa dirasakan adalah mengenai penyampaian pesan dan penerimaan pesan
yang terjadi antara keduanya.

2.3

Profil Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya

1.

GAMBARAN UMUM
Sekolah Galuh Handayani Surabaya adalah sekolah penyelenggara

pendidikan inklusif “satu atap” meliputi jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA
dan COLLEGE (setara D2), berdiri sejak tahun 1995 di bawah naungan Yayasan
Peningkatan Prestasi Siswa (YBPPS). Sebagai gambaran umum, dapat diuraikan
perjalanan sekolah Inklusif Galuh Handayani, sebagai berikut:
1. Periode Tahun 1995 sampai dengan 2002
Pada

awal

berdiri

tahun

1995

sekolah

Galuh

Handayani

mengkhususkan diri memberikan layanan pendidikan bagi anak lambat belajar
(slow learner) yaitu anak yang memiliki kecerdasan intelektual di bawah ratarata atau ber-IQ antara 80-99 (Alfred Binet) ataupun anak lambat belajar
dikarenakan mereka mengalami kelainan tertentu baik aspek fisik, mental
intelektual, emosi, social. Walaupun statusnya sebagai sekolah reguler/umum,
namun oleh dinas pendidikan diberikan ijin untuk menyelenggarakan
pendidikan khusus anak lambat belajar tersebut, dengan pertimbangan bahwa
anak dengan kategori lambat belajar (slow Learner) cenderung terabaikan.
Padahal anak slow learner mempunyai problem dilematis dalam menentukan
tempat dimana ia harus sekolah. Apabila di sekolahkan di sekolah umum ia
mengalami kesulitan mengikuti pelajaran seperti teman-teman lainya, bahkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

sering

mendapat

ejekan,

sedangkan

guru

tidak

mempunyai

waktu

memfokuskan diri untuk memperhatikan mereka. Akibatnya mereka sering
tidak naik kelas yang pada akhirnya menjadi drop out.

Sementara jika

dimasukkan ke SLB, ia tidak akan optimal karena tidak ada kompetisi untuk
memotivasi kemampuannya. Atas dasar kondisi tersebut, Yayasan pendidikan
BPPS mencoba untuk mengawali memberikan layanan pendidikan khusus bagi
anak-anak lambat belajar tersebut, sebagai wujud ikut serta mewujudkan wajib
belajar 9 tahun dan setidaknya ikut andil dalam meminimalkan angka putus
sekolah (drop out).
Dalam perkembangannya sekolah Galuh Handayani tidak hanya
menerima anak kategori slow leaner saja tetapi juga banyak menerima anak
normal dan anak-anak yang mengalami hambatan/kelainan lainnya. Sedang
siswanya semakin meningkat termasuk berasal dari luar Jawa dan kota-kota
lainnya. Maka seiring dengan semakin meningkatnya respon masyarakat
tersebut untuk menyediakan kelanjutan pendidikan yang berjenjang, melalui
proses bertahap pihak yayasan mendirikan lembaga pendidikan “Satu Atap”
yaitu:
1. Tahun 1995 menyelenggarakan pendidikan formal tingkat SD
2. Tahun 1996 menyelenggarakan pendidikan TK
3. Tahun 1997 menyelenggarakan pendidikan formal tingkat SMP
4. Tahun 2001 mendirikan pendidikan formal tingkat SMA
5. Tahun 2004 mendirikan COLLEGE (setara D2).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Penghargaan yang diperoleh dalam periode ini adalah tahun 1995 di
Jakarta mendapat penghargaan dari Mendikbud “Tut Wuri Handayani
Award”. Dan tahun 1996 di Jakarta penghargaan dari harian Republika
sebagai “Tokoh Masyarakat Baru”.
Periode Tahun 2003 sampai dengan sekarang
Dalam memperjuangkan kepentingan pendidikan anak-anak tersebut,
sekolah Galuh Handayani terus berupaya agar keberadaan anak-anak tersebut
menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional, sehingga layanan pendidikan
yang diberikannya mendapat payung hukum yang jelas. Kemudian seiring
dengan terbitnya surat edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor:
380/C.66/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif,
sekolah Galuh Handayani telah berketetapan menyelenggarakan pendidikan
inklusif.
Penghargaan yang diperoleh pada pereode ini adalah pada tanggal 19
Januari 2009 di Bandar Lampung, Sekolah Galuh Handayani mendapat
penghargaan dari Dirjen Mandikdasmen Kemendikdas sebagai “Pelopor
Penyelenggara Pendidikan Inklusif di Indonesia”.
Kepercayaan Masyarakat dan Pemerintah
1.

Sekolah Galuh Handayani selama ini telah mendapat kesempatan dari
Direktorat Pembinaan PK-LK Dikdas Ditjen Dikdas Kemendiknas ikut
serta dalam penyusunan draff Permendiknas tentang pendidikan Inklusif
dan draff Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklsuif. Kemudian pada
tanggal 5 Oktober 2009 telah diterbitkan Permendiknas Nomor 70 Tahun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Mengalami
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan.
2.

Mendapat kepercayaan dari Dinas Pendidikan Kota, sebanyak 5 (lima)
tenaga terapis dari unit kerja Assessment Centre for Children with Special
Needs, Galuh Handayani ditugaskan memberikan layanan terapi bagi anak
berkebutuhan khusus sebanyak 66 anak dari 25 SD Negeri Inklusif di
Surabaya selama enam bulan dari tanggal 1 Juli s/d 30 Desember 2010.

3.

Mendapat tugas dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, sebanyak 8
(delapan) orang guru Sekolah Galuh Handayani ditugaskan sebagai Guru
Pembimbing Khusus (GPK)

pada 4 (empat) SMP Negeri Inklusif di

Surabaya pada tahun anggaran 2011.
4.

Ditunjuk

Direktorat

Pembinaan

PK-LK

Dikdas

Ditjen

Dikdas

Kemendiknas sebagai narasumber penyusunan pedoman identifikasi,
asesmen dan pembelajaran Anak Autis berdampingan dengan FKIP
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada tahun anggaran 2011.
Visi, Misi dan Tujuan
1.

Visi Sekolah
Turut serta berpartisipasi membangun Negara melalui pendidikan bagi
generasi penerus bangsa tanpa diskriminasi guna meningkatkan derajat
kemuliaan manusia yang tinggi.

2.

Misi Sekolah

1.

Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2.

Meningkat kecerdasan dan kemampuan siswa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

3.

Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan agar siswa mandiri

4.

Memberikan layanan dan kegiatan bagi kesehatan jasmani dan rohani
siswa

5.

Memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan siswa

6.

Memberikan layanan pendidikan yang ramah dan penuh kasih sayang serta
suritauladan dalam kehidupan sehari-hari.

7.

Turut membantu

menekan angka putus sekolah serta mensukseskan

program wajib belajar.
Tujuan Sekolah
1.

Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak
termasuk anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan yang
layak sesuai dengan kondisi anak.

2.

Mempercepat penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar dan
menengah.

3.

Meningkatkan pelayanan dan mutu pendidikan dasar dan menengah
dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.

4.

Mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (Life
Skill Education)

5.

Mencetak generasi yang mandiri

6.

Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminatif serta pembelajaran yang ramah terhadap semua anak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
1.

Landasan
Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan
Kebutuhan Khusus tahun 1994 (Salamanca Statement and Framework for
Action on Special Needs Education 1994) hingga saat ini masih merupakan
dokumen internasional utama tentang prinsip-prinsip pendidikan inklusif,
salah satu prinsip tersebut adalah bahwa “sekolah reguler dengan orientasi
inklusif merupakan alat yang paling efektif untuk memerangi sikap
diskriminasi, menciptakan masyarakat ramah, membangun masyarakat yang
inklusif dan mencapai Pendidikan untuk Semua”. Lebih lanjut dinyatakan
pula bahwa “mereka yang menyandang kebutuhan khusus harus memperoleh
akses ke sekolah reguler yang mengakomodasikan mereka dalam rangka
pedagogi yang berpusat pada diri anak untuk memenuhi kebutuhannya”.
(Ditetapkan secara aklamasi, di Kota Salamanca, Spanyol pada tanggal 10
Juni 1994).
Pelaksanaan pendidikan inklusif akan mampu mendorong terjadinya
perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan
melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada akhirnya
akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang tidak
diskriminatif dan akomodatif kepada semua orang.
Pernyataan tersebut senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD
1945 tentang hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan
Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan

pendidikan

layanan khusus.
Untuk menindaklanjuti UU Nomor 20 Tahun 2003 dan berdasarkan
perkembangan pendidikan inklusif baik di luar dan di dalam negeri, maka
pada tahun 2003 Dirjen Dikdasmen menerbitkan SE No: 380/C.C6/MN/2003
tanggal 20 Januari 2003 tentang Pendidikan Inklusif, menyatakan bahwa
“Penyelenggaraan

dan

Pengembangan

pendidikan

inklusif

disetiap

kabupaten/kota sekurang-kurangnya empat sekolah yang terdiri dari SD, SMP,
SMA dan SMK”.
Pendidikan inklusif merupakan paradigma pendidikan yang dianggap
mampu menjadi solusi bagi berbagai permasalahan pendidikan yang ada
terutama dalam rangka mewujudkan usaha pemerataan kesempatan belajar
bagi anak berkebutuhan khusus dan dalam penuntasan wajib belajar.
Keseriusan pemerintah untuk mengimplementasikan pendidikan inklusif di
Indonesia makin terlihat dari terbitnya Permendiknas No. 70 tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif. Dalam Permendiknas tersebut pada pasal 3 ayat 1
mengatakan: “Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya”.
Dengan demikian Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem
layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

tempat tinggalnya, dan sekolah tersebut menyediakan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan khusu

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN PRESTASIAKADEMIK MURID HUBUNGAN ANTARA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN PRESTASI AKADEMIK (Studi Korelasi Efektifitas Komunikasi Antarpribadi antara Guru dan Murid dengan Prestasi Akademik Muri

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADIDENGAN PRESTASI AKADEMIK HUBUNGAN ANTARA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DENGAN PRESTASI AKADEMIK (Studi Korelasi Efektifitas Komunikasi Antarpribadi antara Guru dan Murid dengan Prestasi Akademik Mur

0 2 15

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 KARANGLO Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Karanglo Tawangmangu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 15

Komunikasi Instruksional Guru dengan Anak Down Syndrome di Sekolah Inklusi.

0 0 2

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK YANG TERGABUNG DALAM KOMUNITAS ”EMO” DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Antara Orangtua Dengan Anak Yang Tergabung Dalam Komunitas Emo di Surabaya).

0 0 52

PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KELAS VIII SMP INKLUSIF GALUH HANDAYANI.

0 2 145

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN BERGAMBAR PADA ANAK AUTIS SMP INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA SKRIPSI

0 0 17

KESULITAN MEMBACA KATA PADA ANAK DISLEKSIA USIA 7-12 TAHUN DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 160

POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA

0 0 24

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL MANAJER KASUS DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PENYANDANG ODHA DI RSUD dr, SOETOMO SURABAYA

0 0 14