BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP PENGAMALAN AKHLAQUL KARIMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Kajian Literatur Penelitian terdahulu diambil dari skripsi Aminah Haryati (UMP

  :2009) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sub Pokok Bahasan Keteladanan Nabi Ayub A.S. Kelas 5 SD Negeri 2 Karang Lewas Lor Purwokerto Barat Tahun Pelajaran 2008/2009”. Penelitian tersebut menggambarkan, bahwa pemberian Lembar Kerja Siswa dapat meningkatkan aktifitas positif bagi siswa dan dapat meminimalisasikan aktifitas negatif pada siswa selama kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan budi pekerti siswa sesuai dengan tokoh Nabi Ayub A.S, sedangkan penelitian saya dapat dikatakan merupakan keteladanan guru yang dilakukan langsung oleh guru tersebut yaitu perilaku seorang guru dalam meniru teladan Nabi Muhammad SAW, sehingga guru mampu mengamalkan akhlaqul karimah kepada siswanya.

  Skripsi Wahyu Hernani ( UMP : 2011 ) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Budi Pekerti Anak Melalui Kegiatan Bercerita Tokoh-Tokoh Keteladanan Pada Anak Didik Kelompok B Ba’Aisyiyah 2 Merden Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011”. Penelitian tersebut menggambarkan guru menteladani dalam hal keteladanan para tokoh-tokoh dengan cara bercerita sehingga dapat meningkatkan budi pekerti anak didik.

  Sedangkan penelitian saya keteladanan seorang guru melalui praktek tingkah laku langsung dalam kehidupan sehari-hari disekolah sehingga diupayakan siswa memiliki sifat akhlaqul karimah.

  Dalam buku yang berjudul “Guru Teladan di Bawah Bimbingan Allah” karya Mahmud Samir Al-Munir menekankan guru harus menyadari profesi dan tanggungjawabnya yang besar. Seseorang guru harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu sebelum meminta siswa memperbaiki dirinya. Sebab, yang baik menurut siswa adalah apa yang guru perbuat dan yang buruk menurut mereka adalah apa yang guru tinggalkan. Buku ini mendeskripsikan tentang nasihat-nasihat sederhana untuk para guru agar mereka menjadi guru yang teladan dibawah bimbingan Allah. Sedangkan penelitian saya mendeskripsikan penerapan secara langsung menjadi guru teladan terhadap pengamalan akhlak guru terhadap siswanya.

  Dalam buku yang berjudul “Hubbur Rasul Mengajak Buah Hati Mencintai Rasul” karya Taufik Anwar menekankan keteladanan merupakan metode pendidikan yang sangat efektif. Tidak jarang, hanya bekal keteladanan tanpa harus banyak bicara, banyak orang bergerak melakukan sesuatu, sebaliknya tanpa keteladanan, tujuan pendidikan akan sulit diraih.

  Lebih dari itu, manusia memiliki kecenderungan kuat untuk meniru segala hal yang berkesan dalam hatinya. Karena manusia adalah pengekor yang hebat. Seseorang tanpa sadar meniru aksen orang lain. Ini berasal dari dorongan otak untuk berempati dan afiliasi. Buku ini mendeskripsikan tentang metode keteladanan yang paling efektif dalam hal teori dan sebab mengapa manusia lebih meniru praktek daripada sekedar teori. Sedangkan penelitian saya mendeskripsikan tentang pengaruh keteladanan guru secara nyata yang sangat bermanfaat bagi perkembangan akhlak siswa dan meningkatkan kemampuan sikap perilaku dan akhlak siswa melalui contoh perilaku akhlaqul karimah dari seorang guru.

  Dari keempat deskripsi penelitian terdahulu hanya menitik beratkan pada hal teori tentang keteladanan sebagai metode yang paling unggul dan jitu dan syarat-syarat menjadi guru teladan serta subyeknya berbeda. Sedangkan penelitian saya pada praktek guru sebagai teladan yang akan ditiru siswa disekolah. Penulis mempunyai sasaran dalam penelitian adalah membentuk siswa yang berakhlak mulia dan membentuk siswa yang baik melalui pengaruh keteladanan dari gurunya dengan keteladanan yang islami walaupun siswa bersekolah berbasic negeri. Kata baik di sini mencakup baik sifatnya dan perilakunya sehingga Penelitian ini membahas tentang “ Ada Tidaknya Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Pengamalan Akhlaqul

  

Karimah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sumbang Kabupaten

Banyumas”.

  2. Kerangka Teoritik

  a. Keteladanan Guru

  Menurut Muchtar ( 2005 : 101 ) Keteladanan adalah metode pendidikan yang paling ampuh dibandingkan metode-metode lainnya.

  Rasulullah bersabda, “ Ibda bi nafsika “ ( Mulailah dari dirimu sendiri ) maksudnya mulailah segala sesuatu yang baik itu dari diri sendiri terlebih dahulu. Apabila kita menghendaki siswa berkata sopan santun, mulailah dari kita untuk membiasakan bertutur kata yang sopan dan santun. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa keteladanan guru menjadi penentu dalam hal baik buruknya anak, karena guru adalah contoh segala perilaku dalam pandangan pertama siswa yang akan ditirunya.

  Keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya siswa, jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka siswa akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, keberanian dan dalam sikap yang menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama. Dan jika guru bohong, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina, maka siswa akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir dan hina.

  Dalam proses belajar mengajar banyak sekali metode yang digunakan, salah satunya adalah metode keteladanan. Keteladanan yaitu pemberian contoh yang dilakukan oleh guru untuk ditiru oleh siswanya. Peniruan yang dimaksud di sini adalah peniruan dalam hal yang baik, bukan hal yang buruk. Di sini guru dituntut untuk tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tapi juga menjadi suri tauladan bagi siswanya. Seperti semboyan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu, “Ing Ngarsa Sung Tuladha” yang artinya adalah di depan seorang guru harus memberi teladan atau contoh yang baik.

  Sebagai guru hendaklah menjaga tingkah lakunya ketika berhadapan dengan siswa, maupun ketika tidak berhadapan dengan siswa. Karena semua tingkah laku guru akan dinilai oleh siswanya. Seorang guru yang tidak bisa menjaga perilakunya tidak akan bisa mentransfer nilai - nilai filosofis dari sebuah pendidikan. Oleh karena itu, setiap guru harus dapat melaksanakan keteladanan dalam proses belajar mengajar yang dilakukanya agar tujuan pendidikan Islam dapat tercapai secara optimal. Sehingga dapat membentuk kepribadian siswa yang ber akhlakul karimah. Untuk itu sebagai guru harus memperhatikan peranya agar menjadi guru yang profesional antara lain :

  1. Tugas Guru Menurut Muchtar ( 2005 : 154 ) menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar. Alangkah baiknya apabila sebelum memulai melaksanakan tugasnya, guru meniatkan kembali di dalam hati bahwa ia mengajar dan mendidik itu merupakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta ikhlas mengharap ridla Allah SWT. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa siswa memandang bahwa guru adalah satu-satunya sosok yang sangat disanjung. Maka didikan dari guru berpengaruh besar dalam memilih andil dalam membentuk kepribadian dan pemikiran siswa.

  Tugas guru merupakan bagian pendidikan yang langsung berinteraksi dan bertanggung jawab dalam pengolahan sumber daya manusia. Secara langsung mengubah pola pikir dan meningkatkan produktifitas siswa melalui ilmu yang dikembangkan secara bersama- sama dengan komponen pendidikan lain. Oleh karena itu pendidikan dibuat lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan siswa secara efektif dan efisien. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung mampu mendorong kemajuan siswa.

  Menurut Imam Al Ghazali dalam bukunya Muchtar ( 2005 : 155 ) dijelaskan ada empat tugas guru,yaitu : a.

  Menunjukan kasih sayang kepada siswa dan mengganggapnya seperti anak sendiri b.

  Mengikuti teladan pribadi Rasulullah c. Tidak menunda memberi nasihat dan ilmu yang diperlukan oleh para siswa d.

  Menasehati siswa serta melarangnya dari akhlak tercela Dari empat tugas diatas maka dapat disimpulkan, bahwa tugas guru adalah :

  1) Mujadid, yakni sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori maupun praktek sesuai syariat islam.

  2) Mujtahid, yaitu sebagai pemikir yang ulung

  3) Mujahid, yaitu sebagai pejuang kebenaran

  Selain itu menurut ustadz Ahmad Daeroby dalam bukunya Muchtar ( 2005 : 156 ) menjelaskan mengenai adab guru terhadap siswa yaitu :

  a) Jika perlu menegur anak didik, panggilah mereka secara baik, dan berilah nasihat yang lemah lembut, bukan dengan cara yang kasar dan otoriter.

  b) Guru hendaklah memberi contoh ilmu yang diajarkannya itu kepada siswa, dengan demikian mereka akan mendapat pemahaman yang lebih dalam dan lebih terdorong untuk mengamalkannya.

  c) Janganlah menjelekkan ilmu yang diajarkan oleh guru lain, dengan harapan hanya ilmu dari dia saja yang harus diperhatikan oleh siswa. Ini merupakan akhlak tercela yang harus dijahui oleh guru.

  d) Dalam mengajarkan ilmu, hendaklah dibarengi dengan mengamalkanya, misalnya jika, kepada siswa untuk bersedekah, maka terlebih dahulu ia harus bersedekah dan sebagainya.

  e) Guru harus mengontrol keadaan siswa. Adakan “

  mukhalathah, muraqabah dan muhasabah”, artinya harus sering bergaul dengan mereka, dan memeriksa sampai dimana pengamalan ilmu yang telah diajarkan.

  Melalui pemaparan berbagai hal diatas mengenai adab guru diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akan tercapai jika guru mewujudkan sikap yang islami, profesional, ikhlas, menteladani dan tawadhu.

  2. Karakteristik Guru Teladan Menjadi guru teladan merupakan suatu proses pembelajaran seorang guru untuk mendapatkan kesempurnaan dan keridhaan Allah

  SWT dalam ilmu yang di miliki. Secara sederhana menjadi guru teladan adalah kemampuan seorang guru dalam mendapatkan sumber ilmu yang diajarkan dengan cara memberdayakan diri agar mendapatkan kebaikan dari sisi Allah SWT. Yaitu seorang guru mampu meningkatkan kemampuan fungsi panca indra dan otak, bersinergi dengan kemampuan intuisi dan hatinya.

  Islam menganjurkan kepada para guru agar membiasakan siswa dengan etika dan akhlak Islam karena demikian itu termasuk kaidah yang dibuat Islam untuk mendidik siswa agar interaksi siswa dengan orang lain selalu dibangun diatas akhlak yang mulia.

  Sebaiknya seorang guru banyak belajar tentang hakikat dan makna mendidik, baik dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah SAW.

  Adapun karakter akhlak yang harus dimiliki seorang guru menurut Cahyadi dalam bukunya Muchtar (2005 : 152 ), mengemukakan kriteria - kriteria seorang guru sebagai berikut: a.

  Berusaha menampilkan keteladanan yang maksimal didepan siswa dan masyarakat secara umum dalam berbagai bidang kehidupan.

  b.

  Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui aktivitas ibadah lillahi wahdah ( karena Allah saja ).

  c.

  Menjaga kerapian, keindahan, dan kebersihan dalam berpakaian atau berpenampilan secara umum, d.

  Menebarkan kasih sayang dan lemah lembut kepada siswa e. Menampilkan sikap kedewasaan dalam bermuamalah dengan siswa.

  f.

  Menampilkan kepribadian yang kuat, bersemangat tinggi dan berdedikasi penuh keikhlasan g.

Senantiasa siap memperbaiki kekurangan diri dalam berbagai hal

  Mengingat begitu penting guru dalam pendidikan, maka dapat disimpulkan, bahwa guru dituntut untuk memiliki kriteria - kriteria yang telah disebutkan diatas karena guru merupakan figur atau tokoh siswa dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilih antara yang baik dengan yang buruk.

  3. Metode Keteladanan ( Uswah Hasanah ) Menurut Muchtar ( 2005 : 19 ) menjelaskan Metode keteladanan merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu dibandingkan metode - metode lainnya. Melalui metode ini para guru memberi contoh atau teladan terhadap siswa bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan sebagainya. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa melalui metode ini maka siswa dapat melihat, menyaksikan dan menyakini cara yang sebenarnya sehingga siswa dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah.

  Sedangkan menurut Syahidin ( 2009 : 150 ) menjelaskan salah satu metode pendidikan yang dianggap besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah metode pendidikan. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa keteladanan merupakan suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik terhadap siswanya, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

  Manusia telah diberi kemampuan untuk meneladani para Rasul Allah dalam menjalankan kehidupanya. Diantara Rasul Allah yang kita yang harus kita contoh adalah Nabi Muhammad SAW.

  Karena beliau telah menunjukan bahwa para dirinya terdapat suatu keteladanan yang mencerminkan kandungan Al-Qur’an secara utuh.

  Adapun contoh bentuk metode keteladanan menurut Muchtar ( 2005 : 224 - 225 ) yaitu : a.

  Keteladanan Disengaja Peneladanan kadangkala diupayakan dengan cara disengaja, yaitu guru sengaja memberi contoh yang baik kepada para siswanya supaya dapat menirunya. Umpamanya guru memberikan contoh untuk membaca yang baik agar para siswa menirunya, imam membaikkan shalatnya dalam mengerjakan shalat yang sempurna kepada ma’mumnya, dan sebagainya.

  b.

Keteladanan Tidak Sengaja

  Dalam hal ini guru tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh - contoh yang baik dalam kehidupan sehari- hari. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak bergantung kepada kualitas kesungguhan realitas karakteristik pendidikan yang diteladani, seperti kualitas keilmuwanya, kepemimpinannya, keikhlasanya, dan lain sebagainya.

  Dalam kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang diharapakan ( termasuk guru ) hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggungjawab dihadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain (termasuk siswa) sebagai pengagumnya. Semakin tinggi kualitas guru akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pendidikanya.

  4. Pentingnya Figur Keteladanan Menurut Abdurrahman ( 2004 : 260 ) menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat, psikologis, emosi, mental, dan potensi manusia. Namun, tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum yang seperti ini masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan oleh seorang guru melalui perilaku dan metode pendidikan yang guru perlihatkan kepada siswanya sambil tetap berpegang pada landasan, metode, dan tujuan kurikulum pendidikan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya siswa sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan siswa pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah.

  Karena pentingnya kebutuhan itulah, Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Aisyah sendiri telah menyebutkan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Bagaimana tidak, kepribadian, karakter, perilaku, dan interaksi beliau dengan manusia merupakan pengejewantahan hakikat Al-Qur’an, etika dan hukum - hukumnya secara praktis, manusiawi dan dinamis. Lebih dari itu, akhlak beliau merupakan perwujudan landasan dan metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur’an. b. Akhlaqul Karimah ( Akhlak Mulia )

  1. Definisi Akhlaqul Karimah Menurut Ahmadi dan Salimi ( 2004 :198 ) menjelaskan bahwa Akhlak, secara etimologi berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Sedangkan karimah berarti mulia atau terpuji.

  Jadi, akhlaqul karimah merupakan tingkah laku atau akhlak mulia seseorang yang dimanifestasikan kedalam perbuatan. Sikap seseorang mungkin saja tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilakunya sehari-hari, dengan perkataan lain kemungkinan adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku.( Ahmadi dan Salimi, 2004 :206-207 ).

  Menurut Ahmadi dan Salimi ( 2004 : 207 ) untuk memberikan dorongan bagi kita melatih akhlaqul karimah ini, disampaikan contoh-contoh, yaitu antara lain : a.

  Akhlak yang berhubungan dengan Allah 1)

  Mentauhidkan Allah 2)

  Takwa 3)

  Berdoa 4)

  Tawakal b.

  Akhlak diri sendiri 1)

  Sabar 2)

  Syukur 3)

  Tawadhu 4)

  Amanah atau jujur 5)

Syaja’ah ; atau berani karena benar

  2. Pentingnya Akhlaqul Karimah Banyak pembelajaran yang justru membuat siswa semakin tidak mencintai akhlak, karena perilaku pembelajaran yaitu guru yang mencerminkan ketidaksediaan dalam menerapkan akhlak yang mulia. Guru bertindak tidak objektif dalam penilaian, bersikap pilih kasih dalam memperlakukan siswa atau pembelajaran yang tidak membangkitkan kesadaran belajar.

  Inilah pentingnya sebuah penerapan perilaku anak agar berakhlak mulia. Karena dengan siswa memiliki akhlak yang mulia maka situasi belajar akan menjadi nyaman dan semangat dalam meningkatkan kemampuan belajar. Oleh karena itu, jadikan seluruh tampilan sekolah sebagai kebaikan yang bisa ditiru anak. (Mursidin, 2011 : 58 )

  Kepala sekolah seyogyanya menerapkan kepemimpinan

  

leading by love , sebab memimpin dengan cinta kebaikan adalah

  memimpin kebaikan cinta untuk cinta kebaikan. Guru dengan segala ketulusannya, bersedia menjadi model perilaku akhlak bagi siswanya, baik dalam ucapan, hati, pikiran dan perbuatan. Usahakan penyelesaian terhadap persoalan moral yang dilakukan siswa dengan menggunakan teknik konseling, yakni proses mendorong siswa untuk menyelesaikan persoalan akhlak dengan pengertian dan ketulusan anak sendiri (Mursidin, 2011 : 59 ). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa hal tersebut perlu dilakukan agar siswa tidak menjadi trauma dengan kebaikan.

  3. Sumber Akhlaqul Karimah Karena ajaran Islam adalah dinullah, maka sumber utama dari ajaran Islam ialah : a.

Al-Qur’an ( Sumber yang Edukatif )

  Menurut Abdullah (2007 : 17), bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an juga dipandang sebagai keagungan ( majid ) dan penjelasan ( mubin ). Kemudian juga seringkali disebut pula petunjuk ( hidayah ) dan buku ( kitab ). Namun nama yang banyak dipergunakan untuk menyebut Al- Qur’an adalah buku ( kitab ) dan Al-Qur’an. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia didunia dan diakhirat kelak, salah satunya tentang petunjuk manusia agar mempunyai akhlak mulia. Allah SWT berfirman,

                   

  “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,

  Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya .” ( Al-A’raaf :

  96) Jadi, meninggalkan akhlak mulia yang disebutkan Al-

  Qur’an dan mengingkari nikmat Allah SWT, pasti akan menyebabkan kehancuran umat dan peradabanya. Sebaliknya, iman kepada Allah dan berpegang dengan akhlak mulia maka menghantarkan manusia kepada kemenangan dan kemuliaan.

  Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an, akhlak ini bertumpu dalam keimanan kepada Allah SWT dan keadilan sosial. Oleh karena itu jika di dalam Al-Qur’an terdapat ajaran keimanan, ibadah, sejarah dan sebagainya, maka akan dituju adalah agar ajaran tersebut terbentuk akhlak yang mulia. Hal ini sejalan pula dengan jawaban istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah, ketika ia di tanya oleh sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW. Siti Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.

  b. Sunnah Nabi ( Teladan Pendidikan Islam ) Setelah Al-Qur’an, pendidikan Islam menjadikan As- sunnah sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah,

  

sunnah berarti jalan, metode, dan program. Sedangkan menurut

  istilah, sunnah adalah sejumlah perkara yang dijelaskan melalui sanad yang sahih, baik itu berupa perkataan, perbuatan, peninggalan, sifat, pengakuan, larangan, hal yang disukai dan dibenci, peperangan, tindak tanduk, dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. ( Abdurrahman, 2004 : 31). Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada hakikatnya, keberadaan sunnah ditujukan untuk mewujudkan dua sasaran, yaitu pertama, menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan yang kedua, menjelaskan syariat dan pola perilaku.

  Menurut Abdurrahman (2004 : 32), Dalam dunia pendidikan, As-Sunnah memiliki dua manfaat pokok. Manfaat pertama, As-Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an, serta lebih merinci penjelasan Al-Qur’an. Kedua, As-Sunnah dapat menjadikan contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan, Misalnya kita dapat menjadikan kehidupan Rasulullah SAW, dengan para sahabat ataupun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.

  Allah SWT menyukai seseorang yang melakukan pekerjaannya dengan sempurna. Dalam hadist juga disebutkan,

  ِءْﻲَﺷ ﱢﻞُﻛ َﻞَﻋ َﻥﺎَﺴْﺣِءﻝْﺍ َﺐَﺘﻛ َﷲ ﱠﻥِﺍ

  “ Allah mewajibkan ihsan atas segala hal.”( HR Muslim ) Apabila seorang guru mengajar, dia hendaknya mengajar dengan sebaik-baiknya. Guru hendaknya ikhlas dalam menyiapkan pelajaran, menjelaskannya, dan menyampaikan maklumat kepada para siswa. Guru hendaknya berinteraksi yang baik dengan siswa seperti kepada saudara atau anak sendiri.

  Karena itu, guru hendaknya tidak memberi ujian yang sangat sulit dan yang tidak bisa membedakan antara siswa yang belajar dan yang tidak. Guru tidak boleh membiarkan siswa mencontek dalam ujian dan ulangan. Guru hendaknya menghukum siswa yang melakukanya, Guru juga harus adil kepada semua siswa. Termasuk dalam pengertian perilaku terpuji ini, yakni guru tidak menghina satu siswapun yang mengajukan pertanyaan meski pertanyaanya sangat sederhana. ( Mahmud, 2004 : 49 ).

  Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa pemahaman siswa terhadap materi, baiknya perlakuan guru terhadapnya, serta etika guru yang terpuji merupakan faktor yang sangat penting yang membantu sampainya dakwah guru kehati siswanya dan terpengaruhnya siswa kepada dakwah guru tersebut.

  4. Akhlak atau Etika Guru Teladan Kita sepakat bahwa guru mengemban risalah para Nabi dan

  Rasul, Karena itu, guru harus memiliki sifat-sifat tertentu, sebab guru ibarat naskah asli yang hendak di copy. Jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih buruk darinya. (Mahmud, 2004 : 19 ).

  Berikut ini beberapa akhlak dan etika yang patut dimiliki seorang guru teladan dalam kelas menurut Mahmud ( 2004 : 22 ) ,antara lain : a.

  Guru meniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Dengan mengajarkan ilmu, guru juga memiliki tujuan untuk menyebarkan ilmu dan menghidupkan akhlak mulia.

  b.

  Guru jangan mengandalkan kemampuan dan usaha belaka dalam mengajar. Seorang guru harus berdoa dan meminta taufik serta pertolongan kepada Allah.

  c.

  Saat mengajar, guru harus menjaga akhlak. guru harus beretika yang baik. Jangan cepat marah, kendalikan emosi ketika marah.

  d.

  Didalam kelas, guru harus berwibawa, tenang, khusyu, tawadhu, dan menunjukan vitalitas serta keuletan agar para siswa tidak merasa malas atau bosan. e.

Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan, dan perilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang

  baik, dan memberi nasihat serta pengarahan kepada siswa anda.

  Dari pemaparan akhlak dan etika guru teladan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa guru harus berusaha komitmen agar perbuatan sesuai dengan ucapan dan perilakunya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KARAKTER SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BURAU KABUPATEN LUWU TIMUR

0 1 141

PENGARUH PEER GROUP SUPPORT TERHADAP PERILAKU PEMILIHAN JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KOTAYASA KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

0 2 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peer Group Support - PENGARUH PEER GROUP SUPPORT TERHADAP PERILAKU PEMILIHAN JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KOTAYASA KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 22

ANALISIS PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO USAHATANI JAGUNG DI DESA KARANGGINTUNG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 2 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATURRADEN II KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 10 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH TERAPI LINGKUNGAN : BERKEBUN TERHADAP PENINGKATKAN HARGA DIRI PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

2 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR - PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA IPS KELAS XI DI SMA NEGERI 01PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 20

PENGARUH PENYULUHAN MENGGOSOK GIGI TERHADAP PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA SISWA KELAS I-III SEKOLAH DASAR NEGERI II SOMAGEDE KECAMATAN SOMAGEDEKABUP ATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PROFIL PENGGUNAAN, PENGETAHUAN, SIKAP SISWA-SISWI SMA/SMK TERHADAP OBAT BATUK YANG MENGANDUNG DEXTROMETHORPHAN HBr DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi - PERSEPSI KEPALA PUSKESMAS TERHADAP PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 4 8