BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan - Septi Wagiswari BAB II

  a) Pengertian Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

  Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2009: hal 89).

  Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo: hal 213).

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kehamilan adalah penyatuan antara sel spermatozoa dan sel ovum yang akan berimplantasi di dalam uterus.

  b) Tanda dan Gejala kehamilan Menurut Mochtar (2011:hal 35) tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu :

  Amenorea (tidak mendapat haid) (1)

  Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran

  11 tanggal persalinan (HPL). (2) Mual dan muntah

  Biasanya terjadi pada bulan- bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. (3) Mengidam

  Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.

  (4) Anoreksia Hanya berlangsung ada teriwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

  (5) Payudara tegang Disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

  (6) Sering Miksi Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.

  Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.

  c) Tanda-tanda kemungkinan hamil (1) Perut membesar (2) Uterus membesar

  Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi rahim Tanda

  (3) Hegar Ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.

  Tanda (4) Chadwick

  Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labi. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen. Tanda

  (5) Piskacek Pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya, tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.( Mochtar, 2011: hal 36).

  d) Adaptasi ibu pada kehamilan Saluran genital

  (1) (a) Uterus

  Selama kehamilan, uterus berubah menjadi organ berotot yang berdinding relatif tipis dan mempunyai kapasitas memadai untuk menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Pada akhir minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk tetap berada seluruhnya di dalam panggul. Karena semakin membesar maka uterus akan bersentuhan dengan dinding abdomen bagian depan, menggeser usus ke samping dan ke atas, dan terus meninggi, hingga akhirnya hampir mencapai hati. Saat naik dari panggul, uterus biasanya mengalami rotasi ke kanan, dan dekstrorotasi ini kemungkinan besar disebabkan oleh rektosigmoid (Leveno, 2009:hal 20).

  Sejak trimester pertama, uterus mengalami kontraksi ireguler yang normalnya tidak menimbulkan nyeri. Kontraksi ini muncul secara tidak terduga dan sporadis, dan biasanya nonritmik (

  kontraksi Braxton Hicks). Selama satu atau dua minggu terakhir gestasi, kontraksi mungkin timbul setiap 10 sampai 20 menit, dan sedikit banyak memperlihatkan irama yang menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman dan menyebabkan apa yang disebut sebagai persalinan palsu. (b)

Serviks

  Selama kehamilan, terjadi pelunakan dan sianosis yang mencolok di serviks, dan kelenjar-kelenjar serviks mengalami poliferasi hebat. Segera setelah konsepsi, terbentuk suatu bekuan mucus yang sangat kental yang menyumbat kanalis serviks serviks (Leveno, 2009:hal 21). (c) Vagina dan perineum

  Selama kehamilan, di kulit dan otot perineum dan vulva terjadi peningkatan vaskularisasi, serta terjadi pelunakan jaringan ikat yang secara normal berlimpah jumlahnya. Sekresi yang banyak dan warna ungu khas pada bagina selama kehamilan (tanda Chadwick). serviks (Leveno, 2009:hal 21). (d) Kulit

  Pada bulan-bulan akhir kehamilan, sering terbentuk garis

  • – garis (stria) kemerahan yang cekung di kulit abdomen dan kadang
  • –kadang di kulit payudara dan paha.garis tengah kulit abdomen menjadi sangat berpigmen, berubah warna menjadi hitam kecoklatan untuk membentuk linea nigra (Leveno, 2009:hal 22).

  (e) Payudara Pada beberapa minggu pertama kehamilan, wamita sering mengalami nyeri tekan pada payudara mereka. Setelah bulan kedua, ukuran payudara membesar dan vena-vena halus mulai terlihat di bawah kulit. Setelah beberapa bulan pertama, sering keluar suatu cairan kental kekuningan, kolostrum dari putting (Leveno, 2009:hal 22).

Tabel 1.1 Asuhan Kehamilan Tiap Kunjungan Kunjungan Waktu Informasi penting

  Trimester pertama Sebelum minggu ke Membangun hubungan saling percaya antara 14 petugas kesehatan dan ibu hamil. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia, kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya).

  Trimester kedua Sama seperti di atas, Sebelum minggu ke ditambah kewaspadaan khusus mengenai

  28 preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria). Trimester ketiga Trimester ketiga Antara minggu 28-36 Setelah 36 minggu Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

  Sumber: Saifudin, 2010; hal 2

  e) Standar pelayanan Antenatal Care (ANC) ada standar minimal 10 T menurut (Sakti Gita,2015) yaitu:

  1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

  2. Pemeriksaan Tekanan darah

  3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

  4. Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)

  5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin(DJJ)

  6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

  7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

  8. Tes laboratorium (rutin dan khusus).

  9. Tatalaksana kasus

  10. Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan Komplikasi(P4K) serta KB pasca persalinan.

  f) Tujuan pemeriksaan kehamilan (1)

  Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tubuh kembang bayi.

  (2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

  (3) yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan

  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan (4) selama, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

  (5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima (6) kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

  (Saifuddin, 2009:hal 90).

  g) Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T : (1) Timbang berat badan.

  (2) Ukur tekanan darah (3) Ukut tinggi fundus uteri (4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap (5) Pemberian Tabet zat besi, minimum, 90 tablet selama kehamilan (6) terhadap Penyakit Menular Seksual (7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Prawirohardjo, 2009: hal 90).

Tabel 1.2 Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundus uteri.

  Akhir bulan Besar uterus Tinggi fundus uteri

  1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi)

  2 Telur bebek Di belakang simfisis

  3 Telur angsa 1-2 jari di atas simfisis

  4 Kepala bayi Pertengahan simfisis pusat

  5 Kepala dewasa 2-3 jari di bawah pusat

  6 Kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat

  7 Kepala dewasa 2-3 jari di atas pusat

  

8 Kepala dewasa Pertengahan pusat-posesus

xiphoideus

  

9 Kepala dewasa 3 jari di bawah Px atau sampai

setinggi Px

  

10 Kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan,

tetapi melebar ke samping Sumber :Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri jilid 1 2011.

  h) Ketidaknyamanan umum selama kehamilan (1) Trimester I

  (a) Nausea Nausea merupakan masalah umum yang dialami oleh lebih dari sebagian hingga tiga perempat wanita hamil. Pada kenyataanya, nausea dan muntah menjadi salah satu tanda praduga kehamilan. Jumlah puncak nausea dan muntah pada wanita hamil adalah pada usia kandungan 11 minggu dengan rata-rata antara 5 hingga 6 minggu (Varney,2007: hal 536).

  (b) Salivasi berlebihan Dapat disebabkan oleh peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan. Pada wanita yang mengalami saliva biasanya mengalami mual, kondisi ini berlangsung terus

  • – menerus dan menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva
yang berlebihan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan mereka menelan lebih sedikit menelan sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat (Varney, 2007:hal 537). (c) Keletihan

  Keletihan merupakan ketidaknyamanan yang terbatas dan hilang pada akhir trimester pertama. Keletihan di akibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas.

  Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesterone memiliki efek menyebabkan tidur (Varney,2007: hal 537).

  (d) Nyeri punggung bagian atas Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi berat. Hal ini merupakan salah satu tanda praduga kehamilan (Varney, 2007: hal 538).

  (e)

Leukorea

  Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi atau cair, yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam akibat perubahan laktat. Meski hasil ini berfungsi melindungi ubu dan jamin dari kemungkinan infeksi yang mengamcam, tetapi hasil ini merupakan medium yang dapat mempercepat pertumbuhan organisme yang bertanggung jawab terdapat terjadinya vaginitis (Varney, 2007: hal 538) (f) Peningkatan Frekuensi Berkemih

  Meningkatnya frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.

  Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda Hegar), menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar (Varney,2007: hal 538). (2) Trimester II

  (a) Nyeri ulu hati Nyeri ulu hati merupakan ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester ke tiga. Penyebab ulu hati yaitu relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron, penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus, dan tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar (Varney, 2007: hal 538).

  (b) Konstipasi Konstipasi dapat terjadi pada ibu hamil trimester ke dua atau ke tiga. Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone (Varney,2007: hal 539).

  (c) Hemoroid Hemoroid sering di dahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Pembesaran uterus juga mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid (Varney,2007: hal 539).

  (d) Kram tungkai Disebabkan oleh uterus yang membesar memberi tekanan baik dari pembuluh darah panggul, sehingga mengganggu pada sirkulasi, atau pada saraf sementara saraf ini melewati foramen obturator dalam perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah. (e) Varises

  Varises dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ibu hamil berbaring.

  (f) Insomnia Insomnia pada wanita hamil maupun tidak hamil dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut acara keesokan hari.

  Bagaimanapun wanita hamil, memiliki tambahan alasan fisik sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan selama kehamilan, dan pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif. (3) Trimester III

  (a) Sesak napas Merupakan ketidaknyamanan yang terbesar yang dialami pada trimester ketiga. Selama periode ini uterus akan mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma (Varney, 2007: hal 543).

  (b) Kesemutan Gejala ini biasanya dimulai pada trimester kedua dan ketiga, gejala-gejala ini biasanya terjadi pada malam hari dan akan berakhir dengan sendirinya dua minggu pascapartum. Penatalaksanaan dirancang untuk meringankan gejala dan dilakukan dengan membuat pergelangan tangan untuk mempertahankannya pada posisi netral dan tetap digunakan saat tidur (Varney, 2007: hal 543). i) Komplikasi dalam kehamilan

  (1) Hiperemesis Gravidarum Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2011:hal 141). (2) Abortus

  Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

  Klasifikasi abortus dapat dibagi menjadi dua golongan: (a) Abortus spontan

  Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah (Mochtar, 2011:hal 151). Klinis abortus spontan dibagi menjadi 5 yaitu: (i) Abortus immines adalah keguguran yang mengancam.

  Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara tirah baring, tidak tidak berhubungan seksual, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin.

  (ii) Abortus insipien adalah proses keguguran yang sedang berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi.

  (iii)

  Abortus inkompletus adalah keguguran bersisa atau hanya

  sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

  (iv)

  Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi

  dikeluarkan (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.

  (v)

  Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam rahim.

  b)

  Abortus provokatus

  adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.

Abortus provokatus dibagi lagi

  menjadi : (i) Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). (ii) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. (Mochtar, 2011:hal 151-152). 3)

Mola Hidatidosa Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah

  fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (Saifuddin, 2009:hal 156). 4) Kehamilan Ektopik Terganggu

  Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (Saifuddin, 2009: hal 152).

  5) Plasenta previa

  Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta

  berimpalntasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) (Mochtar, 2011: hal 187). Klasifikasi

  plasenta previa:

  (a) Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasenta (b) Plasenta previa partialis: sebagian ditutupi plasenta (c) Plasenta letak rendah (low lying placenta): tepi plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba. 6)

  Solusio plasenta Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang

  letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir (Mochtar, 2011: hal 93).

  a) Pengertian Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

  (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2008 :39).

  Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37

  • – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa kompliksi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,2009 hal 100).

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2009: hal 100). Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Saifuddin, 2009: hal 101).

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persalinan adalah proses pengeluran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37

  • – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa disertai adanya penyulit.

  b) Ada 3 Jenis Persalinan yaitu : 1) persalinan spontan. Jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir ibu tersebut.

  2) Persalinan buatan. Jika persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi forsep atau operasi seksio sesaria.

  3) Persalinan anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prospagladin (Erawati, 2011:hal 3).

  c) Penyebab Mulai Persalinan yaitu sebagai berikut : 1) Penurunan kadar progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi otot uterus, sedangkan estrogen meningkat karena otot uterus. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estogren di dalam darah, namun pada akhir kehamilan kadar estogren menurun sehingga timbul his. 2) Teori oksitosin.pada akhir kehamilan, kadar oksitosin meningkat.

  Oleh sebab itu ,timbul kontraksi otot uterus. 3) Keregangan otot. Uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. Jika dindingnya teregang karena isinya bertambah, timbul ontraksi untuk mengeluarkan isinya. Dengan bertambahnya usia kehamilan, semakin teregang otot-otot uterus dan semakin rentan. 4) Pengaruh janin. Hipofisi dan kelenjar suprarenal janin tampaknya juga memegang peranan karena pada anenseksufalus, kehamilannya sering lebih lama dari biasanya. 5) Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oelh desidua, diduga menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan melalui intravena, intraamnial, dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan.

  Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu bhamil sebelum melahirkan atau selama persalinan (Erawati, 2011: hal 4).

  d) Tahapan persalinan (1) Kala 1 (Kala Pembukaan)

  Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada kala I pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam (Manuaba, 2010: hal 173-174).

  Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

  (bloody show) karena serviks mulai membuka

  (dilatasi) dan mendatar (effacement) (Mochtar, 2011: hal 71). Kala I dimulai pada saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:

  (a) Fase laten: Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam (b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.

  (i) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (ii) Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  (iii) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  a) Pemantauan pada kala I (1) Kemajuan persalinan meliputi kontraksi uterus di periksa setiap ½ jam sekali pada fase aktif , pemeriksaan, pemeriksaan vagina. (2) Keadaan ibu (3) Keadaan janin

  (2) Kala II (Kala pengeluaran janin) Kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

  (10cm) dan berakhir kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008: HAL 79). Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihata, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1½-2 jam, pada multi ½-1 jam (Mochtar, 2011: hal 71).

  a) Tanda dan gejala kala II, yaitu: (1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

  (2) Ibu merasakan makin menigkatnya tekanan pada rectum atau pada vagina.

  (3) Perineum menonjol. (4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka. (5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. (3) Kala III (Kala pengeluaran Uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.

  Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.

  Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 10-15 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2011: hal 73). a) Kala III terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) Fase pelepasan plasenta

  Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain: 1) Schultze Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung.

  Cara ini merupakan cara yang paling sering terjadi sekitar 80%. Bagian yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasenta hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir. 2) Duncan

  Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir sekitar 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

  (2) Fase pengeluaran plasenta Beberapa cara untuk pengeluaran plasenta: 1) Kustner

  Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atau diatas simfisis, tali pusat di tegangkan. Jika tali pusat masuk kembali, berarti plasenta belum lepas, jika tali pusat diam atau maju, berarti plasenta sudah terlepas.

  2) Klein Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Jika tali pusat tertarik masuk, berarti plasenta belum lepas, jika tali pusat diam atau turun, plasenta sudah lepas. 3) Strassman

  Tegangkan tali pusat dan ketok pada bagian fundus, jika tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, sedangkan jika tidak bergetar artinya plasenta sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di atas simpisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras serta keluar darah secara tiba-tiba (Mochtar, 2011: hal 80). (4) Kala IV

  Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

  e) Tanda dan gejala menjelang persalinan (1)

  Lightening

  Mulai dirasakan kira

  • – kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis mayor. Sesak napas yang dirasakan sebelumnya selama trimester ketiga kehamilan akan berkurang karena
kondisi ini akan menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru.

  (2) Perubahan

  serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin “matang’’, yang tadinya selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup

  panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya, misalnya pada masa hamil, serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. (3) Persalinan palsu

  Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu timbul akibat kontraksi

Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi

  sejak sekitar enam minggu kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan. Persalinan palsu sangat nyeri dan wanita dapat mengalami kurang tidur dan kekurangan energi dalam menghadapinya.

  f) Langkah Asuahan Persalinan Normal

  1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

  a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektumdan vagina.

  c) Perineum tampak menonjol

  d) Vulva dan sfingter ani membuka

  2. Memastikan perlengkapan, peralatan bahan, dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handukbersih dan kering lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

  a) Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

  3. Mengenakan clemek plastik yang bersih

  4. Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

  5. Mamakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.

  6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

  7. Membersihkan vulva dan perimeum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.

  a) Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

  b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

  8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukan lengkap, bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi

  9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

  10. Memeriksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit.

  11. Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

  a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.

  b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

  12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.

  (Bila ada rasaingin meneran dan terjadi kontarksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

  13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan yang kuat untuk meneran : a) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

  d) Menganjurkan ibu ntuk beristirahat di antara konraksi

  e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu f) Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

  g) Menilai DJJ setiap kontaksi uterus selesai

  h) Melakukan rujukan segera jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit(1 jam) meneran (multigravida).

  14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

  15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm.

  16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

  17. Membuka tutup partus set

  18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

  19. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

  Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.

  20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

  a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.

  21. Menunggu hingga kepala bayi malakukan putar paksi luar sacara spontan

  21. Menuunggu kepala bayi melakkan putaran paksi luar secara spontan.

  22. Melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.

  Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

  23. Menggeser tangan yang berada di bawah ke arah perinium ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

  24. Melakukan penelusuran tangan yang berada diatas punggung, bokong tungkai dan sampai mata kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk di antara kaki dan pegang masing- masing mata kaki dengan ibu jari dan jari- jari lainnya).

  25. Melakukan penilian selintas :

  a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan? b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

  Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap- megap segera lakukan tindakan resusitasi.

  26. Mengeringkan dan posisikan bayi di atas perut ibu.

  a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

  b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.

  c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu.

  27. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (janin tunggal).

  28. Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin (agar uterus berkontraksi dengan baik).

  29. Dalam waktu kurang dari 1 menit setelah bayi lahir, berikan Menyuntikan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

  30. Menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem pertama.

  31. Memotong dan pengikatan tali pusat

  a) Menggunakan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan penggunting tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut. b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

  c) Melepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan

  32. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.luruskan bahu bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu

  33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering serta pasang topi pada kepala bayi.

  34. Memindahkankan tali pusat hingga berjarah 5- 10 cm dari vulva.

  35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas symfisis untuk mendeteks.Tangan lain menegangkan tali pusat

  36. Setelah uterus berkonteraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah yambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso kranial secara hati- hati (untuk mencegah terjadinya inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30- 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tinggu sampai ada konteraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

  37. Melakukan penegangan dan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali puat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap melakukan dorso kranial).

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  b) Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan tali pusat: (1) Memberikan dosis ulang oksitosin 10 IU IM (2) Melakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh (3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya (5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir (6) Jika terjadi perdarahan lakukan manual plasenta.

  38. Melihat plasenta di introitus vagina lanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai handscoon steril untuk melakukan eksploraasi sisa selaput kemudian gunakan jari- jari tangan atau klem untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

  39. Segera setelah plsenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus dengan meletakan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan secara lambat hingga uterus berkonteraksi (fundus teraba keras). Melakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.

  40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian fetal maupun maternal dan pastikan bahwa selaput lengkap dan utuh.

  Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat khusus.

  41. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

  42. Memastikan uterus berkonteraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

  43. Berikan cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dadaibu paling sedikit 1 jam).

  a) Melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.

  Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara b) Membiarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walau bayi sudah berhasil menyusu.

  44. Melakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuscular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu –bayi.

  45. Memberikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

  a) Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu- waktu bisa disusukan.

  b) Meletakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

  46. Melakukan pemantauan kotraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam: a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

  b) 15 menit pada 1 jam pertama.

  c) 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

  d) melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri jika uterus tidak berkonteraksi dengan baik.

  47. Menganjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

  48. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

  49. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua pasca persalinan. a) Memeriksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.

  b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  50. Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5°C – 37,5°C).

  51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan yang telah didekontaminasi.

  52. Membuang bahan- bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.

  53. Membersihkan badan ibu menggunkan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

  54. Memastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memberikan ASI.

  Anjurkan keluarga untuk memberi minuman dan makanan yang diinginkannya.

  55. Mendokumentasikan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

  56. Mencelupkankan handscoon kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

  57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan handuk atau tisu kering.

  58. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV( JNPK-KR, 2008; hal : 18-23).

  g) Tanda

  • – tanda lepasnya plasenta 1) Uterus menjadi globular, dan biasanya lebih keras 2) Pengeluaran darah mendadak 3) Uterus meninggi di abdomen 4) Tali pusat semakin menonjol ke dalam vagina, yang menandakan bahwa plasenta telah turun.

  a) Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

  Menurut Sondakh (2013: hal 150) Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

  1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram 2. Panjang badan bayi 48-50 cm.

  3. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

  4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

  5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

  6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

  7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

  8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik

  9. Kuku telah agak panjang dan lemas

  10. Genitalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)

  11. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

  12. Eliminasi, urin, dan meconium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

  b) Reflek Menurut Sondakh (2013 hal: 154) reflek pada bayi baru lahir meliputi: 1) Morro apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut. 2) Rooting

  Bayi baru lahir akan menolehkan kepala ke arah stimulus, bayi akan membuka mulut, mulut bayi disentuh dengan jari atau putting. 3) Sucking

  Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia berusaha untuk menghisap 4) Walking

  Bayi akan melangkah dengan dengan satu kaki dan kemudian kali lainya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata.

  5) Grasping Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa, maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.

  6) Tonic neck Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (di gendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.

  7) Swallowing Bayi baru lahir bisa menelan bila ada cairan yang yang dihisap di belakang lidah.

  8) Babinski Jari-jari bayi akan merenggang (hiperekstensi) saat sisi kaki digosok dan ibu jari kaki menekuk (dorsofleksi) ke arah telapak kaki.

  c) Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus (1) Adaptasi pernapasan

  (i) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia (ii) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps

  (misalnya, perubahan dalam gradien tekanan) (iii) Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu.