DOCRPIJM d360d0a1d7 BAB IIIBab 3 rpijm

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

BAB 3
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
3.1

ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN
ARAHAN PENATAAN RUANG

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan
berlandaskan

pada

berbagai

peraturanperundangan


dan

amanat

perencanaan

pembangunan. Untukmewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Karawang perlu memahami arahan kebijakan tersebut,
sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaanpembangunan Bidang Cipta
Karya.
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada
beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi
birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy.
Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing
daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta
Karya sangat diperlukan.
3.1.1.1 RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas
pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka
waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun
2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan
bidang Cipta Karya, yaitu:
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan

penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti
industri,perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui
pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan
terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,

serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)
dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air
minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air
minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4)penyediaan sumbersumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan

berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada
perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta
dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk
proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan

RPJMN, yaitu :

 RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama
antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
 RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 2

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu
semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
 RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa
permukiman kumuh.

3.1.1.2 RPJM Nasional 2010 – 2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)


RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong
partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan
lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi
penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan
dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air
limbah,persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman
pada periode 2010-2014, yaitu:
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan
perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan
terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun
2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air
limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan
air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah
terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas
sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total
penduduk.

c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah
perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 3

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang
memadai, melalui:
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,penanganan air limbah,
dan pengelolaan persampahan,
e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur
i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

3.1.1.3 MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia)
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju denganpertumbuhan ekonomi
7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No.
32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi
dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan
perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung
penyediaan infrastruktur permukimanpada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan
ekonomi di kawasantersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah
satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan
satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk
mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra
produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEKyang sama.


Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 4

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.1.1.4 MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan

Indonesia)
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim
di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan
pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas
pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan
swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola,
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan

kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di
Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program
prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga,
pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan
kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah
ini:

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 5

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
 Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun
2014;
 Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONGKANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA
PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

 Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk
membangun keterkaitan dengan MP3EI;
 Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
 Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
 Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;
 Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
 Penguatan sustainable livelihood.
TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
 Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
 Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 6

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)


UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung
dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat
mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang
kegiatan ekonomi di KEK.

3.1.1.6 Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang
meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs.
Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat
terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan
masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 7

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan
permukiman kumuh.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur
ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang
yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber
daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.2.1 RTRW NASIONAL
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk
mewujudkan:
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 8

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi, serta keserasian antarsektor
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan
struktur ruang meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah meliputi:
a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan;
c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan
d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 9

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

e. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
meliputi:
f. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat,laut, dan udara;
g. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi
h. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik
i. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air;dan
j. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta
mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan
c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:
1. Sistem perkotaan nasional;
2. Sistem jaringan transportasi nasional
3. Sistem jaringan energi nasional
4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan
5. Sistem jaringan sumber daya air.
1. Sistem Perkotaan Nasional
Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW
tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang
RencanaTata

Ruang

Wilayah

Provinsi

berdasarkan

usulan

pemerintahkabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW,
dan PKL dapat berupa:
a. Kawasan megapolitan;
b. Kawasan metropolitan;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 10

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

c. Kawasan perkotaan besar;
d. Kawasan perkotaan sedang; atau
e. Kawasan perkotaan kecil.
Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Jawa Barat - Banten

PKN

PKW

PKL

Kawasan Perkotaan
Jabodetabek

-

-

Kawasan Perkotaan
Bandung Raya

Sukabumi

-

Cirebon
Jawa Barat

Cikampek Cikopo
Palabuhan ratu
Indramayu
Kadipaten
Tasikmalaya
Pangandaran

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas:
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut; dan
c. Sistem jaringan transportasi udara.
3. Sistem Jaringan Energi Nasional
Sistem jaringan energi nasional terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.
4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem sumber
daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.

C. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas:
a.

Kawasan lindung nasional; dan

b.

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional

1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung nasional terdiri atas:
a.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\ bawahannya;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 11

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

b.

Kawasan perlindungan setempat;

c.

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

d.

Kawasan rawan bencana alam;

e.

Kawasan lindung geologi; dan

f.

Kawasan lindung lainnya.

Tabel 3.2 Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi

Jawa Barat

Kawasan Lindung Nasional
Suaka Margasatwa Cikepuh
Suaka Margasatwa Gunung Sawal
Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu
Cagar Alam Leuweung Sancang
Cagar Alam Gunung Tilu
Cagar Alam Gunung Papandayan
Cagar Alam Gunung Burangrang
Cagar Alam Kawah Kamojang
Cagar Alam Gunung Simpang
Taman Nasional Gunung Gede –
Pangrango
Taman Nasional Halimun – Salak
Taman Nasional Gunung Ciremai
Taman Wisata Alam Gunung
Tampomas
Taman Wisata Alam Laut Cijulang

Lokasi
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Garut
Kabupaten Bandung
Kabupaten Garut
Kabupaten Subang dan Purwakarta
Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Cianjur
Kabupaten Ciajur, Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Sumedang

Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi

Kabupaten Pangandaran
Kabupaten Bandung, Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Garut

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis
Kawasan budi daya terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas;
2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan
3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang
dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.
c. Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:
1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 12

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
5. Kawasan peruntukan perikanan;
d. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:
1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya,
dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau
2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
e. Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri
atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan panas bumi, serta air tanah.
f. Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:
1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
3. Tidak mengubah lahan produktif.
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
1. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau
2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
i. Kawasan peruntukan lainnya
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai
kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta
mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

Tabel 3.3 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat
Provinsi
Jawa Barat

Kawasan Andalan
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur
(Bopunjur dan Sekitarnya)

Sektor Unggulan
pertanian, pariwisata, industri
dan perikanan
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Provinsi

Kawasan Andalan

Sektor Unggulan
perikanan, pertanian, pariwisata
dan perkebunan
pertanian, industri, pariwisata
dan perikanan
industri, pertanian, pariwisata
dan perkebunan

Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya
Kawasan Purwakarta, Subang,
Karawang (Purwasuka)
Kawasan Cekungan Bandung
Kawasan Cirebon-IndramayuMajalengka-Kuningan (Ciayumaja
Kuning) dan Sekitarnya

pertanian, industri, perikanan
dan pertambangan

Kawasan Priangan Timur-Pangandaran

pertanian, industri, perkebunan,
pariwisata dan perikanan

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

D. Penetapan Kawasan Strategis Nasional
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkankepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan;
2. Pertumbuhan ekonomi;
3. Sosial dan budaya;
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;dan/atau
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Tabel 3.4 Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi

Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung

Jawa Barat

Kawasan Fasilitas Uji Terbang
Roket Pamengpeuk
Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Pamengpeuk
Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Tanjung Sari

Lokasi
Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Kota Cimahi dan
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Garut
Kabupaten Garut
Kabupaten Sumedang

Kawasan Stasiun Telecomand

Provinsi Jawa Barat

Kawasan Stasiun Bumi
Penerima Satelit Mikro

Provinsi Jawa Barat

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

3.1.2.2 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
ditetapkan dengan kriteria:
a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 14

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

berdasarkan geostrategi nasional;
b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem
persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau
c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
2. Pertumbuhan ekonomi
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan
dengan kriteria:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
c. memiliki potensi ekspor;
d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
3. Sosial dan budaya
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan
dengan kriteria:
a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional;
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
bangsa;
c. merupakan aset nasional atau internasional

yang harus dilindungi dan

dilestarikan;
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau
f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 15

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:
a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa,
serta tenaga atom dan nuklir;
b. memiliki sumber daya alam strategis nasional;
c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
e. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. rawan bencana alam nasional; atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :
a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan
Infrastruktur Selat Sunda;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 16

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan
Karimun.

3.1.2.3 RTRW PULAU
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rincidan operasionalisasi dari
RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan
RPIJM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruangantara lain mencakup arahan
pengembangan kawasanlindung dan budidaya, serta arahan pengembangan polaruang
terkait bidang Cipta Karya seperti pengembanganRTH.
b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yangmemberikan arahan batasan wilayah
mana yang dapatdikembangkan dan yang harus dikendalikan.
c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;
b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;
c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;
d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

3.1.2.4 RTRW PROVINSI JAWA BARAT
RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah,
dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah.
Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana
sektoral lainnya;
b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 17

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

e. Penataan ruang KSP; dan
f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi :
a. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang;
b. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan
c. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang

1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang
Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi :
a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui
pendekatan partisipatif;
b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci;
c. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP.
Strategi perencanaan tata ruang meliputi :
a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan
tata ruang;
b. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan RTRWP;
c. Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah;
d. Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan rtrw provinsi yang berbatasan;
e. Penyusunan rencana tata ruang KSP

2. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang
Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang meliputi :
a. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah;
Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam)
WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan.
Penetapan WP

dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan

pembangunan. Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis
Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri
atas :
a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah
Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 18

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi,
Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur;
b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka,
meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Karawang;
c. WP

Ciayumajakuning

sebagai

penjabaran

dari

Kawasan

Andalan

Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Sumedang;
d. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan
Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran
kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan)
yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan,
meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya,
Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar;
e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Cianjur; dan
f. WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten
Sumedang.
Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP,
meliputi:
a.

Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP
Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung
dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan

yang dikendalikan

perkembangannya;
b.

Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP
Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan TimurPangandaran,

ditetapkan

sebagai

kawasan

yang

didorong

perkembangannya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 19

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

c.

Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP
KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan
Timur-Pangandaran,

ditetapkan

menjadi

kawasan

yang

dibatasi

perkembangannya;
d.

Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP
Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung
sekitarnya,

ditetapkan

menjadi

dan WP Sukabumi dan

kawasan

yang

ditingkatkan

perkembangannya.
Strategi pengembangan wilayah untuk kawasan dilakukan dengan :
a. Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing dan
ramah lingkungan;
2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan
potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah;
3. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang
menarik arus migrasi masuk tinggi;
4. Mengembangkan sistem transportasi massal;
5. Meningkatkan

koordinasi

dan

kerjasama

antarprovinsi

dalam

mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan
6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama
dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung
berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam.
b. Mendorong pengembangan wilayah, meliputi:
1. Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai

dengan arahan RTRWP;
2. Mendorong

kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan

perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa;
3. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;
4. Menjamin ketersediaan serta kualitas sarana dan prasarana permukiman

yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan
5. Meningkatkan

koordinasi

dan

kerjasama

antarprovinsi

dalam

mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan.
c. Membatasi pengembangan wilayah, meliputi:

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 20

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

1. Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah
ditetapkan;
2. Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal
dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan;
3. Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan;
4. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah
perbatasan;
5. Meningkatkan

koordinasi

dan

kerjasama

antar

provinsi

dalam

mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan
6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama
dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung
berbasis das.
d. Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi:
1. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan
perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa;
2. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;
3. Mengembangkan sistem transportasi massal;
4. Menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman
yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan
5. Meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan
fungsi di wilayah perbatasan.

3. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
a. Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu
PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL;
b. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan
dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya;
c. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah
yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang
berkelanjutan;
d. Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak
melebihi dayadukung dan dayatampungnya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 21

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

e. Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan
wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah;
f. Mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan
pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.
Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah
ditetapkan meliputi :
a. Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan distribusi skala
internasional, nasional atau beberapa provinsi;
b. Mengembangkan kegiatan ekonomi di bagian timur dengan orientasi pergerakan
ke arah Cirebon;
c. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian selatan menjadi PKNp yang
mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau
beberapa provinsi;
d. Meningkatkan peran PKW sebagai penghubung pergerakan dari PKL ke PKN
terdekat melalui pengembangan prasarana dan permukiman yang dapat
memfasilitasi kegiatan ekonomi di wilayah sekitarnya;
e. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian timur dan selatan menjadi
PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau
beberapa kabupaten/kota;
f. Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan
g. Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal
yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan
Strategi pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung
lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya meliputi:
a. Mengendalikan mobilitas dan migrasi masuk terutama ke wilayah pusat
pertumbuhan;
b. Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong
pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di
kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya;
c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman skala besar dan mendorong
pengembangan permukiman vertikal di Kawasan Pantura untuk mengurangi
kecenderungan alih fungsi lahan sawah; dan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 22

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

d. Mengendalikan perkembangan kegiatan industri manufaktur dan kawasan
permukiman skala besar di koridor Bodebek-Cikampek-Bandung.
Strategi pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara dan
wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan
yang berkelanjutan meliputi :
a. Menetapkan WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, dan
WP KK Cekungan Bandung ;
b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah
belakangnya (hinterland); dan
c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster
perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan
kualitas sesuai standar pelayanan minimal.
Strategi pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai
dengan dayadukungnya meliputi :
a. Menetapkan WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan TimurPangandaran;
b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan
c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster
perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan
kualitas sesuai standar pelayanan minimal.
Strategi penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah
untuk terwujudnya sistem kota di Daerah meliputi :
a. Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah
untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan perkotaan Bandung
Raya-Cirebon, dan kawasan perkotaan Pangandaran ke arah Cirebon;
b. Mengembangkan sistem angkutan umum massal di Kawasan Perkotaan
Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya dan Cirebon untuk mengurangi
masalah transportasi perkotaan;
c. Realisasi rencana pengembangan pelabuhan laut Internasional Cirebon dan
Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, untuk memantapkan
peran kawasan perkotaan Cirebon dan mengurangi intensitas kegiatan di
Kawasan Perkotaan Bodebek dan Kawasan Perkotaan Bandung Raya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 23

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas
pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP;
e. Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi
PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan;
f. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS
untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian;
g. Mengembangkan sistem Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
(TPPAS)

regional

sesuai

dengan

proyeksi

pertumbuhan

penduduk,

perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi;
h. Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang
kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW,
dan PKWp; dan
i. Meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama
di PKL perkotaan dan PKL perdesaan, untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat kegiatan di PKN dan
PKW.
Strategi pendorong terlaksananya peran WP dan KSP dalam mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk meliputi :
a. Menentukan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan;
b. Menentukan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap
WP;
c. Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP; dan
d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas
dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP.
4. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang.
Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :
a. Pengembangan kawasan lindung; dan
b. Pengembangan kawasan budidaya.
5. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi :
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang
didasarkan kepada arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 24

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

b. Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian
pemanfaatan ruang;
c. Pemberian

izin

pemanfaatan

ruang

yang

merupakan

kewenangan

kabupaten/kota, berpedoman pada rtrwp;
d. Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh kabupaten/kota yang berdampak besar
dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan
dengan gubernur.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana tata ruang wilayah provinsi terdiri dari :
1. Rencana struktur ruang wilayah provinsi, meliputi :
 Rencana pengembangan sistem perkotaan meliputi :
1. Sistem perkotaan di Daerah terdiri atas :
a. Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung
Raya, dan Cirebon sebagai PKN, dengan peran menjadi pusat koleksi dan
distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi;
b. Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai pknp, yang mempunyai
fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau
beberapa provinsi;
c. Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu,
Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW, dengan peran
menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional;
d. Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai pkwp, yang mempunyai
fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi

atau beberapa

kabupaten/kota;
e. Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis, Cibadak, Cianjur,
Sindangbarang, Purwakarta, Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang,
Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka,
Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari
sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan
beberapa kecamatan;
f. Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang Tengah, Sukanagara,
Wanayasa, Plered, Rengasdengklok, Cilamaya, Ciwidey, Banjaran,
Majalaya,

Ciparay,

Cicalengka,

Rancaekek,

Cilengkrang,

Cililin,

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 25

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Ngamprah, Cisarua, Lembang, Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang,
Ciasem, Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur,
Patrol,

Gantar,

Arjawinangun,

Palimanan,

Lemahabang,

Ciledug,

Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang,
Luragung, Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali,
Cijeungjing, Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican dan Cijulang sebagai
PKL Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa
kecamatan.

Tabel 3.5 Sistem Perkotaan Provinsi
NO
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15

KAB./KOTA
Kota Bekasi
Kab Bekasi
Kota Bogor
Kab Bogor
Kota Depok
Kota
Sukabumi

PKN

PKNp

PKW

PKL
PERKOTAAN

PKL
PERDESAAN

Cibadak

Jampang kulon
Sagaranten
Jampang tengah

Bodebek

Sukabumi

Kab
Sukabumi

Palabuhanratu

Palabuhanratu

Cianjur
Sindangbarang
Purwakarta

Kab Cianjur
Kab
Purwakarta
Kab
Karawang
Kota
Bandung
Kab Bandung
Kab Bandung
Barat
Kota Cimahi

PKWp

CikopoCikampek

Karawang

Kawasan
Perkotaan
Bandung
Raya

Kab
Sumedang

Sumedang

Kab Subang

Pamanukan
Subang
Jalan Jagak

16

17
Kab
Indramayu
18
19
20

Kota Cirebon
Kab Cirebon
Kab
Majalengka

Indramayu

Jatibarang

Wanayasa
Plered
Rengasdengklok
Cilamaya

Wado
Tomo
Conggeang
Ciasem
Pagaden
Kalijati
Pusakanagara
Karangampel
Kandanghaur
Patrol
Gantar

Cirebon

Kadipaten

Majalengka

21
Kab
Kuningan

Sukanagara

Kuningan

Kertajati
Jatiwangi
Rajagaluh
Cikijing
Talaga
Cilimus
Ciawigebang
Luragung
Kadugede

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 26

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

NO
22
23
24

KAB./KOTA

PKN

PKNp

PKW

PKWp

Kab Garut

Rancabuaya

Kota
Tasikmalaya
Kab
Tasikmalaya

PKL
PERKOTAAN
Garut
Pameungpeuk

PKL
PERDESAAN
Cikajang
Bungbulang

Singaparna

Karangnunggal

Ciamis
Banjarsari
Parigi

Kawali
Cijeungjing
Cikoneng
Rancah
Panjalu
Pamarican
Cijulang

Tasikmalaya

25

Kab Ciamis

26

Pangandaran

Pangandaran

Kota Banjar

Banjar

Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.6 Sistem Perkotaan PKN (Kawasan Perkotaan BODEBEK)
PKN

Kota Hirarkhi I
Kota Bekasi

Kota Hirarkhi II

Kota Hirarkhi III
Tarumajaya
Tambun
Setu

Cikarang
Kota Bogor
Kawasan
Perkotaan
Bodebek

Cileungsi
Jonggol
Parung
Semplak
Rumpin
Parungpanjang
Leuwiliang
Jasinga
Cigudeg

Cibinong

Kota Depok

Cimanggis

Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.7 Sistem Perkotaan (Kawasan Perkotaan Bandung Raya)
PKN
Kota Hirarkhi I
Kota Hirarkhi II
Kota Hirarkhi III
Kota Bandun