Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

  PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Evina NIM : 078114073

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI

PADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica C-95)-PVP K-25

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Evina NIM : 078114073

   Dengan bekal kegigihan dan usaha yang konsisten, Kesuksesan yang kita peroleh pasti berkualitas dan membanggakan.

  Kegigihan adalah semangat pantang menyerah Yang harus kita miliki.

  • -andre wongso- In this life we cannot always do great things.

  But we can do small things with great love ~Mother Teresa Karyaku ini kupersembahkan untuk: Papa, Mama tercinta.

   Akian, Sannie, dan Irine tersayang Almamaterku

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Evina Nomor Mahasiswa : 078114073

  Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma

  domestica C-95 )-PVP K-25

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 16 Februari 2011 Yang menyatakan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 16 Februari 2011 Penulis

  Evina

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Proporsi DrugLoad Terhadap Disolusi Dispersi Padat Spray Dried Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica C-95)- PVP K-25” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.

  Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik bimbingan, dorongan, maupun saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1.

  Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Dewi Setyaningsih, M.Sc, Apt. selaku Dosen Pembimbing Utama atas bimbingan, dukungan, pengarahannya dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini, dan telah menanggung semua biaya selama penelitian.

  3. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas bimbingan, dukungan, serta pengarahannya dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

  4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji atas segala masukan dan bimbingan.

  5. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji atas segala masukan dan

  6. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. atas pemberian eksklusif berupa kurkumin standar.

  7. PT. Menjangan Sakti atas pemberian berupa PVP K-30.

  8. Segenap dosen yang telah memberikan pengetahuan dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  9. Mas Bimo, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Iswandi, Mas Sigit, Mas Kunto, Mas Ottok, Pak Timbul, Mas Yono, Pak Parjiman, Mas Heru dan segenap Satpam terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian di laboratorium.

  10. Pak Bambang, Mas Sigit, Mas Fariz, Mas Jink selaku Laboran Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Gadjah Mada atas bantuan dan kerja sama selama praktikum di laboratorium Universitas Gadjah Mada.

  11. Eka Permatasari, Oki Christina dan Reka Sudi, tim seperjuangan atas bantuan dan kerja samanya. Yemima, Septi, Fanny, dan Daniel selaku teman satu bimbingan. Lia Natalia Setiomulyo, I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, Sihendra atas semangat dan bantuan selama penyusunan skripsi.

  12. Teman-teman farmasi 2007, baik minat FST 2007, kelas B 2007 yang tidak dapat disebut satu per satu. Serta teman praktikum kelompok B1 Terima kasih atas kebersamaannya selama di farmasi. Sukses selalu bagi kita semua.

  13. Teman-teman Kamadhis Satya Dharma, Vidyasena Vihara Vidyaloka dan teman- teman kost Difa yang selalu menyemangati dan mendukung penulis.

14. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Akhir kata penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

  Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………..... iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….... vi PRAKATA……………………………………. ……………………......... vii DAFTAR ISI ……………………………………………………………... x DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xv

  INTISARI ………………………………………………………………… xvi

  

ABSTRACT ……………………………………………………………….. xvii

BAB I. PENGANTAR …………………………………………………....

  1 A.

  1 Latar Belakang ……………………………………………...................

  1.

  4 Perumusan masalah ………………………………………………...

  2.

  4 Keaslian penelitian ………………………………………................

  3.

  4 Manfaat penelitian ……………………………………….................

  B.

  5 Tujuan Penelitian ……………………………………………...............

  A.

  6 Ekstrak Rimpang Kunyit ( Curcuma domestica)……………..............

  B.

  8 Polyvinylpyrrolidone K-25…………………………………................

  C.

  9 Dispersi Padat……………………………………………………….… 1.

  9 Pengertian dispersi padat…………………………….………….… 2.

  9 Mekanisme peningkatan disolusi…………………………………..

  D.

  10 Spray Drying………………………………………………………..… 1.

  10 Definisi ………………………………………………....................

  2.

  10 Cara kerja spray dryer……………………………………………..

  E.

  11 Uji disolusi.............................................................................................

  1.

  11 Definisi …………………………………………………..................

  2.

  12 Metode uji disolusi……………………………………………….....

  F. Spektrofotometri UV- Vis ………………….………..…..…...................

  13 G.

  14 Validasi Metode Analisis ……………………….………....................

  H.

  17 Landasan Teori ……………………………………..............................

  I.

  18 Hipotesis ……………………………………………............................

  BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………

  19 A.

  19 Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………….................

  B.

  19 Variabel Penelitian ………………………………………….................

  C.

  19 Definisi Operasional …………………………………………..............

  D.

  20 Bahan Penelitian ……………………………………............................

  E.

  21 Alat Penelitian ………………………………………….......................

  2.

  22 Pembuatan serbuk campuran fisik…………….................................

  3.

  22 Uji disolusi…………….....................................................................

  4.

  22 Validasi metode………………………………………………….....

  G.

  25 Analisis Hasil ……………………………………………….................

  BAB IV. PEMBAHASAN ………………………………………………..

  27 A.

  27 Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Rimpang Kunyit- PVP K-25…....

  B.

  29 Pembuatan Campuran Fisik……………................................................

  C.

  29 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin……………….

  D.

  31 Pembuatan Kurva Baku Kurkumin……………………………….…… E.

  32 Validasi Metode ………………………………………………….…..

  F.

  36 Uji Disolusi………………………………………...…………………..

  G.

  37 Pengukuran Kadar Kurkumin………………………………………….

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….

  45 A.

  45 Kesimpulan…………………………………………………………….

  B.

  45 Saran………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 46 LAMPIRAN……………………………………………………………… 49 BIOGRAFI……………………………………………………………….. 84

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Grade PVP dan berat molekul PVP……………………......

  Data perhitungan recovery .................................................. Nilai recovery........................................................................ Nilai presisi………………………………………………… Kurva baku………………………………………………… Hasil Korelasi spearman …………………………………...

  43

  37

  35

  35

  34

  Data ANOVA……………………………………………...

  Tabel XI. Tabel XII. Tabel XIII. Tabel XIV. Tabel XV.

  8 Tabel II. Parameter analitik……………………………………….....

  31 Tabel IX. Konsentrasi kurva baku VS absorbansi ……….................... 32 Tabel X.

  28

  22

  Proporsi drug load ……........................................................ Formula pembuatan dispersi padat………............................ Penentuan panjang gelombang maksimum...........................

  Tabel VII. Tabel VIII.

  16 Tabel IV. Kriteria presisi………........................................................... 16 Tabel V. Level dan kisaran untuk linearitas....................................... 17 Tabel VI.

  15 Tabel III. Nilai recovery ……………..................................................

  44

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kurkumin ………………......……..........................

  2 Gambar 2. Kurkumin ………………………………..……....................

  7 Gambar 3. Hasil degradasi kurkumin dalam larutan........……..……….

  7 Gambar 4. Struktur PVP ………......…………………………………...

  8 Gambar 5. Spray dryer ………………………………………………... 11 Gambar 6. Skema kerja Spektrofometer vis…………………………… 13 Gambar 7. Grafik kurva baku ................................................................. 33 Gambar 8.

  Gamabar 9.

  Grafik drug load 0,6%.......................................................... Grafik drug load 1%.............................................................

  39

  40 Gambar 10.

  Gambar 11. Gambar 12.

  Grafik drug load 2%.............................................................. Grafik drug load 0,6, 1, dan 2%........................................... Grafik Regresi Linier……………………………………….

  41

  42

  45

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis isolate ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) ……………....…..…....................

  50 Lampiran 2. Pernyataan Jaminan Keaslian Bahan Kurkumin Standar Hasil Sintesis……………………………………………..................

  51 Pembuatan kurva baku kurkumin ..............................................

  52 Lampiran 3. Lampiran 4. Data orientasi PVP K-25…….....................................................

  54 Perhitungan penimbangan dispersi padat dan campuran Lampiran 5. fisik…………………………………….....................................

  56 Lampiran 6. Data persen kurkumin terdisolusi dispersi padat dan campuran fisik……………………………………………………………

  63 Lampiran 7. Grafik proporsi drug load 0,66, 1, 2%.......................................

  69 Lampiran 8. Data Normalitas, SPSS, Spearman……………………………

  71 Lampiran 9. Scan panjang gelombang makmums..........................................

  81 Lampiran 10. Dokumentasi…………………………………………………..

  83

  

INTISARI

  Kurkumin merupakan zat warna kuning utama yang terdapat dalam

  

Curcumae domestica Rhizome , yang lebih dikenal dengan nama kunyit. Dalam hal

  kelarutaannya kurkumin memiliki kelarutan yang rendah pada air karena nilai log P yang kecil yaitu 2,56, hal ini menyebabkan bioavaibilitas kurkumin menjadi rendah.

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin. Salah satu cara yang dipilih untuk meningkatkan disolusi kurkumin adalah dengan dispersi padat amorphous. Pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcume domestica C-95)-PVP K-25 dilakukan menggunakan metode spray drying. Penambahan pembawa, yaitu PVP K-25 dengan isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcume domestica C-95) dibuat dengan proporsi drug load 0,6, 1, 2%. Hasil dispersi padat kemudian diuji disolusi kemudian ditetapkan kadar kurkuminnya menggunakan Spektrofotometer Vis.

  Dari hasil diperoleh bahwa dispersi padat lebih dapat meningkatkan disolusi kurkumin secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisik. Secara statistik dinyatakan bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara proporsi drug load dengan disolusi kurkumin dari nilai p, yaitu 0,258.

  

Kata Kunci : isolat ekstrak rimpang kunyit, PVP K-25, dispersi padat, spray

dried , spektrofotometer VIS, drug load.

  

ABSTRACT

  Curcumin is a major yellow pigment contained in Curcumae domestica

  

Rhizome , as known as turmeric. In terms of solubility of curcumin has low

  solubility in water due to the small value of log P is 2.56, this causes bioavaibility curcumin is low.

  This study aims to look at the effect of the proportion of drug load on the dissolution of curcumin. One way is chosen to increase the dissolution of curcumin is the solid amorphous dispersion. Preparation of solid dispersion isolates of turmeric extract (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 carried out using spray drying method. The addition of carrier, PVP K-25 with isolates of turmeric extract (Curcume domestica C-95) made with the proportion of drug load 0.6, 1, 2%. The results are then tested dissolution of solid dispersion and then set levels curcumin using Vis spectrophotometer.

  From the results obtained that the more solid dispersion can increase the dissolution of curcumin significantly compared with physical mixtures. The statistics revealed that there was no significant correlation between the proportion of drug-loaded with curcumin dissolution of p values, namely 0.258.

  

Keyword: turmeric rhizome extract isolates, PVP K-25, solid dispersion, spray

  dried, spektrofotometer VIS, drug load

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunyit merupakan rimpang berbentuk bulat panjang dan bercabang-

  cabang. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka (Riwan, 2008).

  Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen alkohol, turmeron dan zingiberen) dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin) (Riwan,2008).

  Kurkumin (1,7-bis-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-

  

dione ) adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit

  (Curcuma longa) (Prasetyo, 2010) dan banyak digunakan sebagai fitokontituen pada industri makanan (Paradkar, Ambike, Jadhav, dan Mahadik, 2003).

  Kurkumin juga memiliki efek farmakologi sebagai anti inflamasi, anti mikrobial, dan antikanker (Kaewnopparat, Kaewnopparat, Jangwang, Maneenaun, Chuchome, dan Panichayupakaranant, 2009).

  Gambar 1. Struktur Kurkumin (Anonim, 2010) Kurkumin merupakan zat warna kuning utama yang terdapat dalam rhizoma Curcumae longa L. atau Curcuma domestica Val., yang lebih dikenal dengan nama kunyit. Kurkumin beserta turunannya demetoksinya yaitu demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin dikenal dengan nama kurkuminoid (Martono , 1996).

  Dalam hal kelarutaannya kurkumin memiliki kelarutan yang rendah pada air karena nilai log P yang kecil, yaitu 2,56, hal ini menyebabkan bioavaibilitas kurkumin menjadi rendah. Permasalahan bioavaibilitas yang timbul sering dikaitkan dengan disolusi kurkumin yang rendah, dan kurkumin praktis tidak larut dalam air.

  Cara-cara yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan kurkumin adalah dengan membuatnya menjadi nanopartikel, pembentukan garam, kompeksisasi dengan polimer, dan dengan membuat dispersi padat. Peningkatan laju disolusi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki permasalahan bioavaibilitas.

  Salah satu cara yang dipilih untuk meningkatkan disolusi adalah dengan padat terdiri dari pembawa hidrofilik dimana obat terdispersi secara molekular atau dalam ukuran partikel yang kecil (Srinarong, Kouwen, Visser, Hinrichs, dan Frijlink, 2009). Selain itu, ketika pembawa terdispersi secara molekular, bentuk kristal dalam larutan menjadi bentuk amorphous sehingga air (H

  2 O) dapat

  terjebak pada bentuk amorphous sehingga dapat meningkatkan kelarutannya dalam air.

  Polimer hidrofilik juga sering digunakan sebagai pembawa dalam dispersi padat. Salah satu polimer yang paling sering digunakan adalah PVP karena PVP dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi dari obat yang kelarutannya rendah (Kaewnopparat, dkk, 2009). Selain itu, PVP dapat berinteraksi dengan banyak senyawa lipofilik, khususnya dalam dispersi padat. Oleh karena itu, dispersi padat menunjukan interaksi seperti ikatan hidrogen molekular antara kurkumin dengan PVP. Interaksi ini menyebabkan perubahan struktur kristal kurkumin menjadi bentuk amorphous (Kaewnopparat, dkk, 2009).

  Polyvinylpirrolidone mempunyai nama lain, yaitu povidone. PVP yang

  digunakan dalam penelitian terdapat banyak grade, yaitu PVP K-12, PVP K-17, PVP K-25, PVP K-30, PVP K-90. Nilai K pada PVP menunjukkan nilai karakterisasi dari berat molekulnya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah PVP K-25 dengan berat molekul, yaitu 28000-34000 (Folttmann dan Quadir, 2008).

  Dalam pembuatan dispersi padat, polimer hidrofilik yaitu PVP K-25 dan laju disolusi. Hal ini menandakan kristalisasi obat yang disebabkan karena terjadinya supersaturasi (Srinarong, dkk, 2009).

  1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang muncul adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat

  

spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcumae domecticae C-95)-PVP K-

  25? 2.

   Keaslian penelitian

  Sejauh yang penulis tahu sudah ada penelitian mengenai disolusi dispersi padat kurkumin-PVP K-30 dengan judul Increase Solubility, Dissolution and

  

Physicochemical Studies of Curcumin-PVP K-30 Solid Disperse , Characterization

of Curcumin-PVP Solid Dispersion Obtained by Spray Drying ,dll namun sejauh

  penulis tahu belum ada penelitian mengenai pengaruh proporsi drug load terhadap laju disolusi dispersi padat spray dried ekstrak rimpang kunyit (Curcumae

  domecticae Rhizome) -PVP K-25.

  3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis . Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan yang baru mengenai kurkumin dan metode dispersi padat.

  b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pembuatan dispersi padat kurkumin dengan menggunakan metode spray drying. sehingga dapat diaplikasikan dalam pengobatan menggunakan bahan alam lipofilik.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proporsi drug load terhadap laju disolusi dispersi padat spray dried isolate ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domesticae C-95)-PVP K-25.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Rhizome ) Kunyit merupakan rimpang berbentuk bulat panjang dan bercabang-cabang. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000

  mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka (Riwan, 2008).

  Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen alkohol, turmeron dan zingiberen) dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin) (Riwan,2008).

  Kurkumin adalah senyawa yang banyak digunakan sebagai fitokonstituen pada industri makanan dan diperoleh dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) (Paradkar dkk., 2003). Selain itu, kurkumin memiliki efek farmakologi sebagai, anti inflamasi, anti mikrobial, dan antikanker (Kaewnopparat, dkk., 2009).

  Kurkumin (1,7-bis-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-dione) adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit (Curcuma

  

longa ). Senyawa tersebut memiliki dua gugus vinilguaiacol (karbonil tak jenuh) yang

saling dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon (Prasetyo, 2010).

  Gambar 2. Kurkumin (Anonim, 2010) Kurkumin memiliki stabilitas yang baik pada pH asam, sedangkan pada pH basa, kurkumin mudah mengalami dekomposisi atau degradasi (Tonnesen dan

  Karlsen , 1985, Wang dkk., 1997).

  Gambar 3. Hasil degradasi kurkumin dalam larutan (Wang, 1997)

B. Polyvinylpyrrolidone K-25

  Polyninylpyrrolidone (PVP) K-25 merupakan salah satu polimer yang

  digunakan dalam pembuatan dispersi padat (Sutriyo, dkk, 2005). PVP dalam bentuk polimer mempunyai rumus molekul ( C

  6 H 9 NO).

  Gambar 4. Struktur PVP (Folttmann dan Quadir, 2008). Polyvinylpirrolidone berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik, mudah larut dalam air, etanol 95% P, dan kloroform P, tidak larut dalam eter P. Bobot molekul PVP antara 10.000 hingga 700.000 (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

  PVP mempunyai nama lain, yaitu povidone. PVP yang digunakan dalam penelitian terdapat banyak grade, yaitu PVP K-12, PVP K-17, PVP K-25, PVP K- 30, PVP K-90. Nilai K pada PVP menunjukkan nilai karakterisasi dari berat molekulnya.

  Tabel I. Grade PVP dan Berat molekul PVP (Foltmann dan Quadir, 2008)

  

Grade PVP Rata-rata berat molekul

PVP K-12 2000-3000 PVP K-17 7000-11000 PVP K-25 28000-34000 PVP K-30 44000-54000 PVP K-90 1000000-1500000

C. Dispersi Padat 1. Pengertian dispersi padat

  Dispersi padat merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kelarutan dan bioavaibilitas dari obat yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air (Li, dkk., 2009). Dispersi padat merupakan dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam

  

pembawa inert atau matriks pada keadaan padat ( Sutriyo, dkk., 2005). Pembuatan

dispersi padat dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain: metode

peleburan (melting method), metode pelarutan (solvent method), dan metode

campuran (melting-solvent method) (Chiou, dkk., 1971).

2. Mekanisme peningkatan disolusi

  Dispersi padat amorphous dapat meningkatkan laju disolusi dari obat yang memiliki kelarutan yang rendah. Secara umum dispersi padat terdiri dari pembawa hidrofilik dimana obat terdispersi secara molekular atau dalam ukuran partikel yang kecil (Srinarong, dkk., 2009).

  Bila dispersi padat kontak dengan air, pembawa akan terlarut, dan obat dilepaskan dengan ukuran partikel yang kecil (partikel koloidal). Oleh karena terjadi peningkatan luas permukaan partikel obat, laju disolusi dan bioavailabilitasnya juga mengalami peningkatan (Chaudhari, 2006).

  Peningkatan laju disolusi dari dispersi padat menggunakan empat macam mekanisme,yaitu sebagai berikut: a) Meningkatkan kemampuan pembasahan dari obat dengan kontak langsung antara obat dengan matriks hidrofilik, b) konsentrasi saturasi pada partikel kecil lebih besar dibandingkan pada partikel besar, c) meningkatkan luas permukaan, dan

  d) energi yang dimiliki oleh obat dalam bentuk amorphous lebih tinggi dibanding dengan bentuk kristalin (Waard, Hinrichs, Visser, Bologna, dan Frijlink, 2007).

  D.

   Spray Drying 1.

   Definisi Spray drying adalah salah satu bentuk pengeringan yang tersedia untuk

  mengubah cairan, bubur atau pasta viskositas rendah ke (bubuk bebas mengalir) padat kering dalam satu operasi unit (Traub, 2008).

  Metode pengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang paling banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini mampu menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk (Rohman, 2008).

2. Cara Kerja spray dryer

  Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut yaitu pertama-tama seluruh air dari bahan yang ingin dikeringkan, diubah ke dalam bentuk butiran-butiran air dengan cara diuapkan menggunakan atomizer. Air dari bahan yang telah berbentuk tetesan-tetesan tersebut kemudian di kontakan dengan udara panas. Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan-tetesan tersebut mengering dan berubah menjadi serbuk. Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas dengan serbuk dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan, serbuk kemudian kembali diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi (Rohman, 2008).

  Gambar 5. Spray dryer (Anonim, 2010)

E. Uji Disolusi 1. Definisi

  Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip disolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut (Banakar, 1992).

2. Metode uji disolusi

  Beberapa metode pengujian disolusi yaitu rotating basket method, rotating

  

paddle method, reciprocating cylinder,flow-throught cell, paddle over disk (Troy,

  2005). Selain itu cara melakukan uji disolusi dapat dilakukan dengan banyak metode antara lain sebagai berikut.

  a. Metode Wagner Metode ini dapat menghitung tetapan kecepatan pelarutan (k) dengan berdasarkan pada asumsi bahwa kondisi percobaan dalam keadaan sink, proses pelarutan mengikuti orde satu, luas permukaan spesifik turun secara eksponensial terhadap waktu.

  b. Metode klasik Metode ini menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t, yang kemudian dikenal dengan T20, T50, T90 dan sebagainya. Metode ini hanya menyebutkan satu titik saja, sehingga proses yang terjadi di luar (sebelum dan sesudah) titik tersebut tidak diketahui. Titik tersebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu tertentu (Hadi, 2007). Misalnya bisa dilihat nilai T80, dimana itu menunjukkan waktu yang diperlukan untuk melarutkan 80% zat aktif (Waard, dkk., 2007).

  c. Jumlah zat aktif yang melarut pada waktu tertentu, misalnya C30 adalah dalam waktu 30 menit zat aktif yang melarut sebanyak x mg atau x mg/ml (Shargel dan Yu, 1999).

F. Spektrofotometri UV-Vis

  Spektrofotometer UV-Vis adalah instrumentasi analisis yang bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa- senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200–400 nm) atau pada daerah sinar tampak (400-800 nm). Prinsip penentuan Spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari hukum Lambert-Beer, yaitu:

  A= - log T = - log It / Io = ε . b. C

  Dimana : A = Absorbansi dari sample yang diukur T = Transmintasi It= Intensitas sinar yang masuk Io= Intensitas sinar yang diteruskan

  ε = Koefisien ekstingsi

  b= Tebal kuvet yang digunakan C =Konsentrasi dari sampel (Sastrohamidjojo, 1991).

  Skema kerja spektrofotometer UV-Vis, yaitu: Gambar 6. Skema Kerja Spektrofotometer UV- Vis (Anonim, 2010).

  Komponen- komponen yang digunakan dalam mengukur absorpsi radiasi uv atau vis meliputi : a) Sumber cahaya (UV and visible),

  b) selektor panjang gelombang (monochromator),

  c) wadah sample,

  d) detektor, dan e) signal processor and readout (Anonim, 2010).

G. Validasi Metode Analisis

  Validasi metode analisis merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk membuktikan apakah suatu metode analisis yang kita gunakan tersebut taat secara asas dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan akurasi dan presisi yang memadai (Mulja dan Suharman, 1995).

  Menurut The United States Pharmacopeia 28, suatu metode atau prosedur analisis dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

  1. Kategori I . Mencakup prosedur analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.

  2. Kategori II . Mencakup prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis impurities ataupun degradation compounds dalam sediaan farmasi.

  3. Kategori III. Mencakup prosedur analisis yang digunakan untuk menentukan karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi, misalnya disolusi atau pelepasan obat.

  4. Kategori IV.

  Tabel II. Parameter Analitik (Rohman, 2009) Metode analitik yang digunakan untuk mengidentifikasi sediaan farmasi.

  Parameter Kinerja Analisis Pengujian kategori I Pengujian kategori II Uji kategori

  III

  Kuantitatif Uji Batas

  Akurasi Ya Ya * * Presisi Ya Ya Tidak Ya Spesifisitas Ya Ya Ya * LOD Tidak Tidak Ya *

  LOQ Tidak Ya Tidak * Linieritas

  Ya Ya Tidak *

  Kisaran (range)

  Ya Ya * *

  Ruggedness Ya Ya Ya Ya

  • *mungkin dibutuhkan, tergantung pada uji spesifiknya

  Parameter-parameter yang digunakan dalam validitas metode analisis meliputi:

  1. Akurasi Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen peroleh kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

  Menurut Anonim (2004) rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  Tabel III. Nilai recovery (Guideline, 2004)

  % Active/ impurity Acceptable mean recovery content

  98-102%

  ≥ 10

  90-110%

  ≥ 1

  80-120%

  0,1-1 < 0.1 75-125%

  2. Presisi Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi (CV). Suatu metode dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki CV < 2% tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Berikut ketentuan nilai CV yang dapat diterima (Harmita, 2004).

  Tabel IV. Kriteria nilai presisi yang diijinkan (Guideline, 2004)

  Component measured in sample Precision >10.0% ≤ 2% 1.0 up to 10.0% ≤ 5% 0.1 up to 1.0% ≤ 10% < 0.1% ≤ 20%

  3. Linieritas Linieritas merupakan kemampuan suatu metode memperoleh hasil- hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon ( y) dengan konsentrasi (x).

  Tabel V. Level dan kisaran untuk menentukan linieritas (Rohman, 2009)

  

Uji Level Kisaran Kriteria keberterimaan

  5 50 %-150 % r

  Pengujian

  ≥ 0,999; intersep –y ≤ 2,0% 5-8 10%-150 % r

  Disolusi

  ≥ 0,99; intersep –y ≤ 5,0%

  Pengotor

  5 LOQ – 2% r ≥ 0,98

  4. Spesifisitas Spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil merupakan selisih dari hasil uji keduanya (Harmita, 2004).

H. Landasan Teori

  Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia, yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen alkohol, turmeron dan zingiberen) dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin)

  Kurkumin merupakan senyawa polifenol berwarna kuning yang diperoleh dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa), memiliki efek farmakologi sebagai antioksidan, anti inflamasi, anti mikrobial, anti HIV, dan antikanker. Selain itu, kurkumin juga banyak digunakan untuk penemuan obat baru.

  Namun permasalahannya adalah kurkumin memiliki kelarutan yang rendah pada air karena nilai log P yang kecil, yaitu 2,56. Oleh karena itu, menyebabkan nilai bioavaibilitas kurkumin menjadi rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan kurkumin adalah dengan mengubahnya menjadi dispersi padat.

  Dispersi padat amorphous dapat meningkatkan laju disolusi dari obat yang memiliki kelarutan yang rendah. Secara umum dispersi padat terdiri dari pembawa hidrofilik dimana obat terdispersi secara molekular atau dalam ukuran partikel yang kecil. Selain itu ketika pembawa terdispersi secara molekular, bentuk kristal dalam larutan menjadi bentuk amorphous sehingga dapat meningkatkan kelarutannya Dispersi padat dari kurkumin dibuat dengan metode Spray drying, yang dimana menggunakan zat pembawa yaitu, PVP K-25 untuk meningkatkan laju disolusi dari kurkumin.

I. Hipotesis

  Proporsi drug load dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 dapat meningkatkan disolusi kurkumin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental dengan melakukan

  percobaan dan tidak adanya manipulasi data yang diperoleh. Peneliti menambahkan zat pembawa saat pembuatan dispersi padat untuk meningkatkan kecepatan disolusi dari kurkumin.

Dokumen yang terkait

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin.

0 3 46

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying.

2 6 96

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying.

0 2 87

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin

1 1 44

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator.

1 3 90

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying

1 3 85

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying

0 2 94

Standarisasi ekstrak rimpang kunyit [curcuma domestica val.] - USD Repository

0 4 88

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma donestica C 95)-HPMC E-5 - USD Repository

0 2 118

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-HPMC E-15 - USD Repository

0 0 89