ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

  

ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN

EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

  

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  

Program Studi Akuntansi

Oleh:

  

Yulius Fitra

NIM: 012114242

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

  

ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN

EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

  

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  

Program Studi Akuntansi

Oleh:

  

Yulius Fitra

NIM: 012114242

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

  

SKRIPSI

ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN

EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

Oleh :

  

Yulius Fitra

NIM: 01 2114 242

  

Telah Disetujui Oleh: Pembimbing I

Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA. Tanggal: 13 Maret 2008 Pembimbing II UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : Analisis Efisiensi Belanja Daerah Dan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2008 adalah hasil karya saya.

  Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

  Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

  Yogyakarta, 02 September 2008 Yang membuat pernyataan,

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yulius Fitra Nomor Mahasiswa : 012114242

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS

PENDAPATAN ASLI DAERAH beserta perangkat yang diperlukan. Dengan

  demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 06 Oktober 2008 Yang menyatakan,

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan akan jadikan segala sesuatunya indah pada saatnya apabila kita menjalaninya dengan ikhlas”

  

“Taklukkanlah dirimu sebelum kamu menaklukkan orang lain”

“Jadikan Pengalaman sebagai Guru yang Terbaik”

  Karya ini Kupersembahkan untuk:

  

ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN

EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

Oleh :

  

Yulius Fitra

012114242

Universitas Sanata Dharma

  

Yogyakarta

2008

  Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat efisiensi Belanja Daerah, 2) Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah, 3) Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah studi kasus. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun anggaran 2003, 2004, 2005. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh diolah dengan analisis rasio efisiensi dan rasio efektivitas.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Tingkat efisiensi Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang semakin efisien.Rasio yang dicapai untuk tahun 2003 adalah 126,36 %, tahun 2004 adalah 106 %, dan 93,32 % untuk tahun 2005, 2) Tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang sudah berjalan efektif. Tingkat rasio efektivitas yang dicapai untuk tahun 2003 adalah 104,71 %, tahun 2004 adalah 273,66 %, dan tahun 2005 adalah 275,80 %. 3) Efisiensi Belanja Daerah dan efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang mengalami peningkatan yang disebabkan karena adanya pengurangan realisasi anggaran belanja dari Pemerintah Pusat dan untuk Pendapatan Asli Daerah karena meningkatnya Pendapatan dari sektor Pajak Daerah, Khususnya Pajak Penerangan Jalan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

  

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF EFFICIENCY OF REGIONAL PUBLIC

EXPENDITURE AND

THE EFFECTIVENESS OF REGIONAL ORIGINAL REVENUE

A Case Study at Regency of Bengkayang Kalimantan Barat

By:

  

Yulius Fitra

012114242

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

2008

  This research aimed : 1) To know the efficiency level of Regional Public Expenditure, 2) To know the effectiveness level of Regional Original Revenue, 3) To know the causes of fluctuation of those efficiency and effectiveness. The type of the research conducted by the author was case study. The data needed in this research were the data of Regional Budget Realization in the budget years of 2003, 2004, 2005. The techniques of data collecting used interviews and documentation. The data obtained were analyzed by using analysis of efficiency ratio and effectiveness ratio.

  The result of this research revealed that 1) The efficiency level of Regional Public Expenditure in Bengkayang Regional Government was getting efficient. The achieved ratio in 2003 was 126,36 %, in 2004 was 106% and 93,32% for 2005. The effectiveness level of regional original revenue in Bengkayang Regional Government had already effective. The effectiveness ratio which was achieved in 2003 was 104,71 %, in 2004 was 273,66%, and in 2005 was 275,80%. 3) Those effectiveness and efficiency in Bengkayang had increased that was caused by the reduction of budget realization from central government and for the regional original revenue, it was because of the increasing of income from local tax sector, especially in street electricity tax and the other legal regional original revenues.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas kasih, karunia, pengampunan dan terang-Nya, Bunda Maria untuk cinta kasihnya, serta Tuhan Yesus Kristus atas berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Efisiensi Belanja Daerah Dan Efektivitas Pendapatan

  Asli Daerah.”

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat masukan, saran, maupun bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Bapak Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si, Akt, QIA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si, Akt, QIA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi. Terima kasih atas bimbingannya.

  3. Bapak Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA, QIA, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

  4. Ibu Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si, QIA, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan untuk

  6. Bapak Ir. Yonathan P. Peno, M.Si, sebagai Kepala BAPPEDA Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang beserta stafnya yang telah menyediakan data dan masukan kepada penulis selama penelitian.

  7. Bapak dan Ibu Yosep Puna Tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan materi serta kesabarannya selama ini. Terima kasih untuk Doa dan kasih sayang dari lubuk hatiku yang paling dalam.

  8. Adik-adikku Tercinta (Bripda Andi) Terima kasih untuk dukungannya baik moral dan materi, (Doni & Aldo) Terima kasih atas doa dan dukungannya.

  9. Kekasihku Melda atas cinta, sayang, dukungan, dan kesabarannya untuk tetap menungguku.

  10. Teman-teman Akuntansi’96 (Simbah, Si Om, Yogo, Didik, Dwi, Aris) Terima kasih karena aku banyak belajar dari kalian.

  11. Teman-teman Akuntansi’01 (Ajie, Tomi, Qwod, Ucup, Didu, Sontrot, Toink, Onal, Ied, Keye, Anton, Tegil, Catur, Kucluk, Didit Terima kasih buat Printernya, Dan Semua AKT’01)Terima kasih untuk kekompakannya.

  12. Radit dan Keluarga kecilnya (Ida & Egy) Terima kasih untuk saran dan masukannya selama ini.

  13.Teman-teman KKP Tematik (Semoga usaha dan bantuan kita dapat bermanfaat bagi mereka).

  14. Teman-teman kelas MPT (Terima kasih buat masukan & kritikan).

  15. Sahabat-sahabat kontrakan MERAK 278 ( Krisna, wisnu, Gusur terimakasih

  Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga semua saran dan koreksi yang membangun untuk penyempurnaan lebih lanjut akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

  Yogyakarta, 05 September 2008 Penulis

  Yulius Fitra

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS..................... iv LEMBAR PUBLIKASI PERPUSTAKAAN............................................... v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................... vi ABSTRAK ................................................................................................ vii ABSTRACT ................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix DAFTAR ISI................................................................................................ xii DAFTAR TABEL........................................................................................ xv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Batasan Masalah........................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 E. Manfaat Penelitian........................................................................ 5 F. Sistematika Penulisan................................................................... 6

  C. Pengertian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah....................... 17

  D. Efisiensi ........................................................................................ 24

  E. Efektivitas..................................................................................... 25

  BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian............................................................................. 26 B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 26 C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 26

  1. Subjek Penelitian...................................................................... 26

  2. Objek Penelitian ....................................................................... 26

  D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 27

  1. Dokumentasi............................................................................ 27

  2. Wawancara .............................................................................. 27

  3. Teknik Analisis Data ............................................................... 27

  BAB IV. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG A. Geografis ...................................................................................... 32 B. Sosial ............................................................................................ 34 C. Penduduk...................................................................................... 35 D. Pertanian....................................................................................... 36 E. Industri, Listrik dan Air................................................................ 39

  BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Efisiensi.......................................................................... 42 B. Analisis Efektivitas ...................................................................... 44 BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................... 47 B. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48 C. Saran............................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50 LAMPIRAN ...................................................................................................... 52

  

DAFTAR TABEL

  Tabel III.1 Efisiensi Belanja Daerah ................................................................. 28 Tabel III.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah................................................ 30 Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administratif ................................................. 33 Tabel V.1 Efisiensi Belanja Daerah ................................................................. 43 Tabel V.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah................................................ 45

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.22 Tahun 1999 yang sudah direvisi menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang No.25 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No.33 Tahun

  2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menjadi tonggak dimulainya otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Dengan pemberian otonomi daerah Kabupaten dan Kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana desentralisasi secara transparan, ekonomis, efisien, efektif, dan akuntabel. Beberapa perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah penting dilakukan terutama dalam aspek anggaran, akuntansi, dan pemeriksaan yang memerlukan prioritas utama agar pengelolaan keuangan yang baik dapat dilakukan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan

  Dengan desentralisasi kewenangan Pemerintah ke daerah, daerah akan mengalami proses pemberdayaan kemampuan, prakarsa, dan kreativitas mereka akan terpacu, sehingga kemampuan mengatasi berbagai masalah ekonomi daerah akan semakin kuat (Rasyid, 2002 : 11).

  Dalam rangka akuntanbilitas publik, Pemerintah Daerah seharusnya melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.

  Anggaran daerah, khususnya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju pembangunan daerah. Disamping itu banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas, serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisien, efektivitas (Mardiasmo, 2002 : 117)

  Proses anggaran yang telah disepakati Pemerintah Daerah dan DPRD merupakan amanat rakyat. Peranan DPRD sebagai salah satu stakeholder dalam pengelolaan Pemerintahan Daerah dewasa ini menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan penentuan strategi dan prioritas APBD, penetapan arah dan Kebijakan umum APBD, bahkan sejak proses penjaringan aspirasi masyarakat, sudah melibatkan DPRD. DPRD dan aparat Pemerintah Daerah harus memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam perencanaan dan perumusan kebijakan mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat dan dilaksanakan secara efisien dan efektif.

  Kinerja yang biasa juga disebut performance(prestasi kerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika(Suyadi, 1992 : 2).

  Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang lebih baik. Bukan sekedar kemampuan menujukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara efisien dan efiktif (Mardiasmo, 2002 : 121).

  Penyelenggaraan tugas-tugas desentralisasi semakin berkembang sejalan dengan tuntutan pelaksanaan tugas Pemerintah dan Pembangunan Daerah.

  Pemerintah Daerah perlu memiliki sumber pembiayaan yang cukup untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya. Tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah, maka Pemerintah Daerah diwajibkan menggali sumber kekayaan sendiri berdasarkan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan kebijakan Pemerintah Daerah harus direncanakan dengan sebaik-

  Apabila Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan APBD maka dapat dikatakan kinerja Pemerintah Daerah baik.

  Kabupaten Bengkayang meresmikan diri menjadi Pemerintah Daerah Tingkat II tepatnya pada tanggal 29 April 1999. Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak disebelah utara Propinsi Kalimantan Barat dengan cakupan wilayah terkecil. Kabupaten Bengkayang yang sudah memiliki laporan keuangan daerah khususunya laporan perhitungan anggaran menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian. Besar kecilnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) sangat berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat. Anggaran yang berimbang dapat menjamin stabilitas perekonomian. Oleh karena itu, realisasi penerimaan dan pengeluaran suatu wilayah perlu dipantau dan dievaluasi.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana tingkat efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

  2. Bagaimana tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

  3. Apa penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan efektivitas

  C. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian hanya sebatas Belanja Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat untuk Tahun Anggaran 2003, 2004 dan 2005.

  D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005.

  2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005.

  3. Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan efektivitas penerimaan daerah dan untuk mengukur efisiensi belanja daerah.

  2. Bagi Universitas, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang ingin memperdalam pengetahuan tentang keuangan daerah.

  3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperdalam dan menerapkan teori

F. Sistematika Penulisan

  Sistematika yang dibuat oleh penulis ini secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

  Bab I : Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai salah satu dari unsur reformasi total yaitu pemberian otonomi yang luas kepada Pemerintah Daerah Kabupaten, serta undang-undang yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Dari latar belakang yang sudah tertuang di atas tersebut kemudian diambil atau dirumuskan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

  Bab II : Landasan Teori Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang dipakai dalam melakukan penelitian. Pembahasan tersebut berupa uraian mengenai otonomi daerah, kinerja, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

  Bab III : Metode Penalitian Pada bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian yang dipakai yaitu studi kasus yang dilaksanakan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang. Pembahasan selanjutnya yaitu

  Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah berdirinya Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang, luas wilayah dan keadaan penduduk. Bab V : Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini akan digunakan analisis data yaitu dengan menggunakan Rasio Efisiensi dan Rasio Efektivitas. Bab VI : Penutup Pada bab ini akan ditulis tentang kesimpulan, keterbatasan dan saran dari penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

  Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan rencana strategi suatu organisasi (IAI-kompartemen akuntan sektor publik, 2002 : 4). Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi dan misi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam satu periode tertentu. Kinerja menunjukkan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisi-divisi yang ada di dalam organisasi. (IAI-Kompartemen akuntan sektor publik – Bidang Akuntabilitas Sektor Publik, 2002 : 9).

  Evaluasi kinerja mengandung pengertian bahwa pihak yang membandingkan antara realisasi dan rencana. (IAI-kompartemen Akuntan Sektor Publik – Bidang Akuntabilitas Sektor Publik, 2002 : 1).

  2. Maksud Pengukuran Kinerja

  Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud (Mardiasmo, 2002 : 121) : a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja Pemerintah, agar dapat membantu Pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. 1) Pengukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

  2) Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

  3. Manfaat Pengukuran Kinerja (Mardiasmo, 2002 : 122) :

  a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.

  b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan pengukuran kinerja yang telah disepakati.

  e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.

  f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

  g. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

4. Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah

  Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah perlu dikembangkan Standar Analisis Belanja (SAB), Tolok Ukur Kinerja, dan Standar Biaya (Mardiasmo, 2002:192). 1) Standar Analisis Belanja (SAB)

  Standar analisis belanja adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan.

  Tujuan SAB (Mardiasmo, 2002:192):

  a. Meningkatkan kemampuan Unit Kerja dalam menyusun c. Menjamin kesesuaian antara kegiatan dan anggaran.

  d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan Keuangan Daerah.

  Manfaat SAB (Mardiasmo, 2002: 193) :

  a. Pemerintah Daerah dapat menentukan kewajaran biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan Tupoksinya.

  b. Pemerintah Daerah dapat meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi anggaran.

  c. Menghindari tumpang tindih antara pengeluaran rutin dan pembangunan.

  d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolak ukur kinerja yang jelas.

  e. Unit Kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk menentukan anggarannya sendiri.

  2) Tolok Ukur Kinerja Yang dimaksud dengan tolok ukur kinerja (Mardiasmo, 2002: 196) adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja perangkat daerah. Satuan ukur merupakan tolok ukur yang digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh Unit Kerja mampu melaksanakan Tupoksinya. Tolok ukur kinerja ditetapkan dalam

  3) Standar Biaya Standar biaya merupakan komponen lain yang harus dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, selain SAB dan Tolok Ukur Kinerja. Standar Biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi masing-masing daerah. Penetapan standar biaya akan mambantu penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi daerah yang bersangkutan. Pengembangan standar biaya harus dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga yang berlaku dimasing-masing daerah (PAU SE UGM, 2003).

5. Laporan Perhitungan Anggaran

  Laporan perhitungan anggaran adalah laporan yang menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD diawal periode dengan jumlah yang telah direalisasikan dalam APBD di akhir periode. Secara umum sistem penganggaran yang diterapkan memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut(Mardiasmo, 2002: 10):

  1. Dasar penyusunaan yang digunakan bersifat incremental yakni dengan menyesuaikan volume anggaran terhadap perubahan tingkat harga atau faktor-faktor lain yang bersifat marjinal. Metode

  2. Fungsi, program dan elemen pengeluaran integral dengan struktur anggaran.

  3. Sifat dari perencanaan dan anggaran terpisah. Keduanya tidak menjadi satu kesatuan yang integral dengan struktur anggaran.

  4. Aspek evaluasi menggunakan aspek realisasi anggaran.

  5. Orientasi anggaran lebih menekankan pada input daripada output.

  6. Pendekatan perencanaan anggaran yang digunakan bersifat line-

  item budget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas”pos anggaran”yang telah ada sebelumnya.

  7. Struktur anggaran menggunakan pendekatan anggaran terpilah(fragmented).

  Komponen pada struktur anggaran (Mardiasmo, 2002 : 11-12) : 1) Belanja Rutin

  Belanja Rutin adalah Pengeluaran-pengeluaran Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk membiayai kegiatan sehari-harinya. Selama ini satu-satunya ukuran kinerja yang dijadikan sebagai penilaian kinerja adalah jumlah maksimal yang dapat dibelanjakan untuk setiap pos pengeluaran rutin dan hal tersebut merupakan tingkat penyerapan anggaran maksimal yang diharapkan dapat dicapai.

  Pemerintah Daerah dikatakan memiliki kinerja yang baik jika tingkat penyerapan anggaran yang maksimal. Evaluasi atas pelaksanaan yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja dan penyusunan anggaran tahun berikutnya didasarkan pada selisih atau varian dari anggaran dan realisasi sesungguhnya.

  2) Belanja Pembangunan Belanja Pembangunan adalah pengeluaran Pemerintah Daerah yang bersifat investasi dan ditujukan untuk melaksanakan tugas- tugas Pemerintah Daerah sebagai salah satu pelaku pembangunan. Ukuran kinerja yang digunakan adalah jumlah dana pada setiap pos pengeluaran pembangunan yang tertera dalam anggaran daerah sebagai jumlah maksimal yang dapat dibelanjakan untuk setiap pos pengeluaran pembangunan. Jika terjadi pengeluaran rutin Pemerintah Daerah yang cenderung menghabiskan dana, maka pada pengeluaran pembangunan hal yang sama juga terjadi. Selain itu, evaluasi jenis belanja ini adalah apakah sudah dengan logika penyusun dan standar atau kriteria pencapaiannya.

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuannya adalah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

  Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang berasal dari sumber- sumber keuangan daerah separti pajak daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain (Kaho, 1998: 68). Adapun yang termasuk Pendapatan Asli daerah adalah :

  1. Hasil Pajak Daerah Dasar hukum dari pajak daerah diatur dalam undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

  Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah: “Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.”

  Pajak Daerah terdiri dari :

  a. Pajak Daerah yang dipungut daerah tingkat I (Propinsi) terbagi atas: 1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 2) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 3) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

  Permukaan

  b. Pajak Daerah yang dipungut daerah tingkat II (Kabupaten/Kota) terbagi atas: 1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame 5) Pajak Penerangan Jalan 6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 7) Pajak Parkir

  2. Hasil Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

  3. Hasil pengelolaan kekayaan-kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan dan pengelolaan kekayaan ini antara lain bagian laba, deviden, penerimaan dari pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan penjualan saham milik Negara.

  4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Yang termasuk lain-lain PAD yang sah antara lain hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

C. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

1. Anggaran

  Beberapa pengertian anggaran yang bisa ditunjukan adalah sebagai berikut : a. Anggaran adalah suatu rencana finansial yang biasanya mencakup jangka waktu satu tahun dan merupakan alat perencanaan jangka pendek dan pengendalian organisasi (Anthony & Govindarajan, 1998).

  b. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara c. Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disususn secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukan perolehan dan penggunaan sumber-sumber dari suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun (Suriyono, 2000).

  d. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2001).

  Dari beberapa pengertian anggaran sebagaimana diatas maka dapat disimpulkan bahwa anggaran pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut (Bastian, 2000: 81) : 1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

  2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggungjawab guna mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.

  6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

  Pengertian APBD menurut Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

  Menurut Mamesah (1995: 20) pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada orde baru adalah rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud.

  Definisi menurut mamesah (1995:20-21) mengandung unsur :

  a. Rencana operasional daerah, yang menggambarkan adanya aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dimana b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya yang ada merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.

  c. Dituangkan dalan bentuk angka, jenis kegiatan, dan jenis proyek.

  d. Untuk keperluan satu tahun anggaran yaitu April sampai dengan Maret dan Januari sampai dengan Desember.

  Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas menjalankan mandat dari rakyat membutuhkan biaya yang besar. Untuk pembiayaan tersebut pemerintah daerah mempunyai beberapa sumber penerimaan daerah yang dituangkan dalam anggaran. Anggaran yang dibuat akan mencerminkan politik pengeluaran pemerintah yang rasional baik secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga akan terlihat (Mardiasmo, 2003: 80-81) : 1) Adanya pertanggungjawaban pemungutan pajak dan pungutan lain- lain oleh pemerintah misalnya untuk memperlancar ekonomi.

  2) Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan dana dan penariknya.

  3) Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan pola tingkat distribusi penghasilan dalam ekonomi.

3. Karakteristik APBD

  Karakteristik APBD menurut Abdul Halim (2002: 17) : a. APBD disususn oleh DPRD bersama-sama Kepala Daerah.

  b. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggaran adalah pendekatan tradisional (line item) yaitu anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan jenis pengeluaran. Oleh karena itu, setiap baris dalam APBD menunjukkan tiap jenis penerimaan dan pengeluaran. Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk melakukan pengendalian atas pengeluaran. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tradisional(tertua) diantara berbagai pendekatan penyusunan anggaran.

  c. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyusunan, dan penetapan perhitungan APBD. Penyusunan dan perhitungan APBD merupakan pertanggungjawaban APBD. Pertanggungjawaban itu dilakukan dengan menyampaikan perhitungan APBD kepada Menteri Dalam Negeri untuk Pemerintah Daerah Tingkat I dan kepada Gubernur untuk Pemerintah Daerah Tingkat

  II. Oleh karena itu, pertanggungjawaban bersifat vertikal.

  d. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta tahap penyusunan e. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku, unsur kehematan dan efisiensi, dan unsur hasil program(untuk proyek-proyek daerah).

  f. Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan tata buku anggaran yaitu anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

  Di era (pasca) reformasi, bentuk APBD mengalami perubahan cukup mendasar. Bentuk APBD yang baru didasarkan pada peraturan- peraturan mengenai otonomi daerah UU No. 32/2004, UU No. 33/2004, dan PP No. 105/2000.

  Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan keuangan makin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD diperkirakan tidak akan terdiri dari dua sisi dan akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori baru agar APBD makin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan definisi pendapatan sebagai hak Pemerintah Daerah, sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak Pemerintah Daerah. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Selanjutnya pengeluaran diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu Belanja Administrasi Umum (BAU), Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik, Belanja Modal, Belanja Transfer, dan Belanja tak terduga.

4. Fungsi APBD

  Fungsi APBD menurut Mamesah (1995: 18) :

  a. Menemukan jumlah pajak yang dibebankan pada rakyat daerah yang bersangkutan.

  b. Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab.

  c. Memberi isi dan arti kepada tanggungjawab Pemerintah Daerah umumnya dan kepada daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijakan Pemerintah Daerah.

  d. Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah dengan cara yang lebih guna dan berhasil guna.

  e. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala Daerah didalam batas-batas tertentu.

D. Efisiensi

a. Analisis Efisiensi Belanja

  Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan Pemerintah. Pemerintah Daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100 persen, sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran. Rasio efisiensi belanja dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2007: 152) :

  Realisasi Belanja Rasio Efisiensi Belanja = X 100%

  Anggaran Belanja

E. Efektivitas

  Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan (Halim, 2004: 135).

  Realisasi Penerimaan PAD Efektivitas = X 100%

  Target Penerimaan PAD Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 100 persen. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini berupa studi kasus pada Kabupaten Bengkayang. Studi kasus adalah jenis penelitian terhadap suatu

  objek tertentu dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang untuk tahun anggaran 2003, 2004, dan 2005.

  B. Tempat dan Waktu Penelitian

  a. Tempat penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang

  b. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2007.

  C. Subjek dan Objek Penelitian

  a. Subjek dalam penelitian ini adalah semua yang berhubungan dengan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yaitu Kepala Dinas, Kepala Unit, Kepala Bagian.

  b. Objek penelitian ini adalah laporan perhitungan anggaran yaitu laporan

  27 D. Teknik Pengumpulan Data

  a. Dokumentasi Adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu (Golu, 2002 : 123).

  b. Wawancara Adalah metode pengumpulan data melalui Tanya jawab secara langsung dengan orang yang bersangkutan. Teknik wawancara dilakukan kepada kepala bagian, sekretaris, dan kepala bagian dalam lingkup Pemerintahan Kabupaten Bengkayang (Golu, 2002 : 119).

E. Teknik Analisis Data

  a. Untuk menjawab permasalahan pertama, digunakan analisis Rasio Efisiensi Belanja Pada tahun anggaran 2003, 2004 dan 2005.

  Langkah – langkah yang dilakukan adalah : 1) Mengumpulkan data Realisasi Belanja dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.

  2) Mengumpulkan data Anggaran Belanja dari tahun 2003 sampai dengan 2005.

  3) Memasukkan data Realisasi Belanja (A) dan Anggaran Belanja (B) dari tahun 2003-2005 ke dalam rumus Efisiensi Belanja, sebagai berikut:

  Realisasi Belanja Efisiensi Belanja = x 100%

  Anggaran Belanja 4) Memasukan hasil perhitungan Efisiensi Belanja dari tahun 2003 sampai dengan 2005 ke dalam tabel Efisiensi Belanja:

  Tabel III.1 Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang Tahun 2003-2005 Tahun Anggaran Realisasi Belanja (A) Anggaran Belanja (B) Tingkat Efisiensi (%) (A : B)

  2003 2004 2005

  Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan kinerja Pemerintah dalam menggunakan anggaran dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 100(seratus) persen(Mahmudi, 2007: 152).

  b. Untuk menjawab permasalahan kedua, dilakukan analisis efektivitas Pendapatan Asli Daerah selama periode 2003, 2004, dan 2005. langkah-langkah yang dilakukan adalah :

  1) Mengambil data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah selama tahun 2003-2005.

  2) Mengambil data target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah selama tahun 2003-2005.

  3) Memasukkan data Realisasi Penerimaan PAD (A) dan Target Penerimaan PAD (B) ke dalam rumus Efektivitas Pendapatan, sebagai berikut:

  Realisasi Penerimaan PAD Efektivitas = X 100%

  Target Penerimaan PAD

  4) Memasukkan hasil perhitungan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah selama Tahun 2003-2005 ke dalam Tabel Efektivitas Pendapatan Asli Daerah :

  Tabel III.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang Tahun 2003-2005 Tahun Anggaran Realisasi Penerimaan PAD (A) Target Penerimaan PAD (B) Tingkat Efektivitas (%) (A : B)

  2003 2004 2005

  Kemampuan Daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100(seratus) persen, sehingga semakin tinggi rasio efektivitas berarti menggambarkan Kemampuan Daerah semakin baik (Halim, 2004: 135).

  c. Untuk menjawab permasalahan ketiga, yaitu untuk mengetahui penyebab naik/turunnya rasio Pendapatan dan Belanja Daerah pada

  Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan dalam wawancara, sebatas penyebab peningkatan dan penurunan efisiensi Belanja dan efektivitas Pendapatan Asli Daerah adalah :

  1) Apa penyebab penurunan/peningkatan efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

  2) Apa penyebab penurunan/peningkatan efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

  

BAB IV

GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN BENGKAYANG

A. Geografis

  1. Letak Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak disebelah utara Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis terletak 0

  ˚33 ‘ 00” Lintang Utara sampai 1 ˚30 ‘ 00” Lintang Utara dan 108 ˚39 ‘ 00” Bujur Timur sampai 110 ˚10 ‘ 00” Bujur Timur.