Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali Jawa Tengah
Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir
(AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat
Boyolali Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Melissa
NIM : 068114093
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir
(AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat
Boyolali Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Melissa
NIM : 068114093
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
Hidup adalah 10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita, dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.
Karya ini kupersembahkan dengan cinta teruntuk:
Mama, Papa, Ci Meti dan Oh Yohan atas semua dukungan, kasih sayang, dan doanya
Sonny tersayang atas segala cinta, semangat dan dukungan yang telah diberikan Malaikat kecilku, dion, terima kasih atas senyummu yang selalu menyinari hariku almamaterku tercinta
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segalaanugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK) Ekstrak Kental
Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali Jawa Tengah”.Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya
bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
2. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan banyak waktu untuk membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan kepada penulis.
4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan kepada penulis.
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi atas batuan
yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh staf dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Mas Wagiran, Mas Sarwanto, seluruh laboran dan karyawan Universitas Sanata
Dharma.
9. Orang tua, cici, koko tercinta, atas segala kasih sayang, dukungan, dan doanya
selama ini.
10. Sonny dan dion tersayang serta keluarga yang telah banyak membantu dan
selalu mendukung penulis selama pembuatan skripsi.
11. Teman-temanku tercinta Arum (mongkie), Riri, Micell, Dian (Mei2), Heni,
Vivin, Amel untuk semangat yang selalu diberikan hingga skripsi ini berhasil terselesaikan, tengkyu very much. Teman-teman seperjuangan di laboratorium, Ayu, Grace, Dini, dan Inge. Teman-teman KKN angkatan 39 kelompok 32, terimakasih telah mau mengerti.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan skripsi ini sangat penulis
harapkan.Penulis
INTISARI
Teh (Camellia sinensis L.) telah diyakini memiliki banyak khasiat kesehatan,antara lain menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress, dan lain-lain. Teh dari
Perkebunan Rakyat Boyolali memiliki spesies yang sama dan bermutu tinggi
sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Teh yang diolah
dengan cara pemanasan disebut teh hijau. Ekstrak kental teh hijau merupakan salah
satu bentuk bahan baku obat tradisional yang harus memenuhi kualitas bahan baku
untuk menjamin mutu dan keamanan penggunaan bahan baku tersebut dengan
standarisasi bahan baku. Standarisasi bahan baku yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pengujian cemaran mikroba yang meliputi Angka Lempeng Total (ALT) dan
Angka Kapang Khamir (AKK).Pada penelitian ini dibuat ekstrak kental teh hijau dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%. Kemudian dilakukan uji ALT dan AKK yang
bertujuan untuk mengetahui nilai ALT dan AKK ekstrak kental teh hijau serta apakah
ALT dan AKK yang diperoleh melebihi batas yang ditetapkan Badan Penelitian Obat
dan Makanan (BPOM) RI dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia
(Anonim, 2004), yaitu tidak melebihi 10 koloni/g.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ALT dan AKK yang terdapat
dalam ekstrak kental teh hijau kurang dari 10 koloni/g. Hasil ini berarti tidak melebihi
batas yang ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat sehingga ekstrak
kental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali dapat diolah menjadi produk Obat
Tradisional yang aman untuk dikonsumsi berdasarkan nilai ALT dan AKK.
Kata kunci : Angka Lempeng Total bakteri (ALT), Angka Kapang/Khamir (AKK),
ekstrak kental teh hijau
ABSTRACT
Tea (Camellia sinensis L.) has been believed that it has many health benefits,including lowering blood pressure, relieveing stress, and others. Tea from Boyolali
plantation have the same species and high quality so it potentially used as raw
materials of traditional medicine. Green tea was made by warm up the tea leaves.
Green tea extract is one of traditional medicine raw materials that must fulfill the raw
materials quality to ensure quality and safety of the use of these materials with
standardization of raw materials. Standardization of raw material in this study is
microbiological test including microbial contamination Total Plate Count (ALT) and
Number of Mold / Yeast (AKK).In this study, green tea extract was made by maceration using 70% ethanol
solvent. Then it was continued by microbiological tests of ALT and AKK were aimed
to determine the value of ALT and AKK green tea extract exceed the limitation made
by Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) RI in the Monograph of Medicinal
Plant Extracts In Indonesia (Anonim, 2004), which didn’t exceed 10 colonies / g.The result indicated that the value of ALT and AKK contained in green tea
extract was under 10 CFU / g and did not exceed the limit specified in the Monograph
of Medicinal Plant Extracts In Indonesia. It was proved that green tea extract from
Boyolali plantation could be processed into traditional medicine products were safety
for consumption in terms of ALT and AKK.
Keywords: Total Plate Count (ALT), Numbers of Mold / Yeast (AKK), green tea
extract
DAFTAR ISI
halamanHALAMAN JUDUL.................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH......vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. vii
PRAKATA .............................................................................................................viii
INTISARI...................................................................................................................x
ABSTRACT...............................................................................................................xi
DAFTAR ISI............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
2. Keaslian Penelitian............................................................................ 5
3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
B. Tujuan Penelitian........................................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Teh (Camellia sinensis L.) ............................................................................ 8
1. Variabel Penelitian..................... ..................................................... 21
4. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT).........................................25
3. Ekstraksi Teh Hijau..........................................................................25
2. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh................................... 24
1. Determinasi Tanaman................... .................................................. 23
D. Tatacara Penelitian ..................................................................................... 23
C. Bahan Dan Alat Penelitian ......................................................................... 23
2. Definisi Operasional ....................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ................................................................. 21 B. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ............................................ 21
1. Keterangan Botani............................................................................. 8
E. Uji Angka Kapang Khamir (AKK)..............................................................18
D. Uji Angka Lempeng Total (ALT) ............................................................... 15
C. Ekstraksi Teh Hijau......................................................................................13
B. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh................................................10
4. Khasiat................................................................................................9
3. Kandungan Kimia ............................................................................. 8
2. Deskripsi Tanaman Teh .................................................................... 8
5. Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK).......................................27
6. Cara perhitungan berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Anonim,2000)......................................................29 E. Analisis Hasil................................................................................................32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman................... .............................................................. 35 B. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh.............. ................................. 36 C. Ekstraksi.......................................................................................................39 D. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)................... ................................. 41 E. Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK)................................................... 46 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .... .............................................................................................53 B. Saran.............................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 54
LAMPIRAN..............................................................................................................57
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 67
DAFTAR TABEL
Tabel I. Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu Inkubasi 24 Jam .............................................................................. 42 Tabel II. Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu Inkubasi 48 Jam .............................................................................. 45 Tabel III. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu Inkubasi 5 Hari ……………............................................................ 47 Tabel IV. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu Inkubasi 6 Hari ………………….................................................... 48 Tabel V. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu Inkubasi 7 Hari .................................................................................49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pohon teh............................................................................................. 58
Gambar 2. Daun teh ......................................................................................... .....59
Gambar 3. Daun, buah, dan bunga teh...................................................................59
Gambar 4. Ekstrak kental teh hijau........................................................................59
Gambar 5. Kontrol media (replikasi 1) ALT inkubasi 24 jam...............................60
Gambar 6. Kontrol pelarut (replikasi 1) ALT inkubasi 24 jam.............................60
Gambar 7. ALT 10-1 (replikasi 2) inkubasi 24 jam..............................................60
- 2
Gambar 8. ALT 10 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................60
- 3
Gambar 9. ALT 10 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................60
- 4
Gambar 10. ALT 10 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................60
- 5
Gambar 11. ALT 10 (replikasi 1) inkubasi 24 jam...............................................61
- 6
Gambar 12. ALT 10 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................61
Gambar 13. Kontrol media (replikasi 1) ALT inkubasi 48 jam..............................61
Gambar 14. Kontrol pelarut (replikasi 1) ALT inkubasi 48 jam.............................61
- 1
Gambar 15. ALT 10 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................61
- 2
Gambar 16. ALT 10 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................61
- 3
Gambar 17. ALT 10 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................62
- 4
Gambar 18. ALT 10 (replikasi 2) inkubasi 48 jam...............................................62
- 5
Gambar 19. ALT 10 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................62
- 6
Gambar 20. ALT 10 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................62
Gambar 21. Kontrol media (replikasi 1) AKK inkubasi 5 hari..............................62
Gambar 22. Kontrol pelarut (replikasi 1) AKK inkubasi 5 hari.............................63
- 1
Gambar 23. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 5 hari...............................................63
- 2
Gambar 24. AKK 10 (replikasi 2) inkubasi 5 hari...............................................63
- 3
Gambar 25. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 5 hari...............................................63
- 4
Gambar 26. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 5 hari...............................................63
- 4
Gambar 27. AKK 10 (replikasi 2) inkubasi 5 hari...............................................63
Gambar 28. Kontrol media (replikasi 2) AKK inkubasi 6 hari..............................64
Gambar 29. Kontrol pelarut (replikasi 1) AKK inkubasi 6 hari.............................64
- 1
Gambar 30. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 6 hari................................................64
- 2
Gambar 31. AKK 10 (replikasi 2) inkubasi 6 hari...............................................64
- 3
Gambar 32. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 6 hari...............................................64
- 3
Gambar 33. AKK 10 (replikasi 1) tampak depan inkubasi 6 hari........................64
- 4
Gambar 34. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 6 hari...............................................65
- 4
Gambar 35. AKK 10 (replikasi 2) inkubasi 6 hari...............................................65
Gambar 36. Kontrol media (replikasi 2) AKK inkubasi 7 hari..............................65
Gambar 37. Kontrol pelarut (replikasi 1) AKK inkubasi 7 hari.............................65
- 1
Gambar 38. AKK 10 (replikasi 2) inkubasi 7 hari...............................................65
- 2
Gambar 39. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 7 hari...............................................65
- 3
Gambar 40. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 7 hari...............................................66
- 4
Gambar 41. AKK 10 (replikasi 1) inkubasi 7 hari...............................................66
- 4
Gambar 42. AKK 10 (replikasi 2) inkubasi 7 hari...............................................66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi Tanaman.................................................................. ......57
Lampiran 2. Perhitungan Penimbangan Bahan.......................................................58
Lampiran 3. Foto Tanaman Teh .............................................................................58
Lampiran 4. Foto Ekstrak Kental Daun Teh Hijau ................................................ 59
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kental Daun Teh Hijau...................59
Lampiran 6. Foto Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu
Inkubasi 24 Jam .............................................................................. 60
Lampiran 7. Foto Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu
Inkubasi 48 Jam .............................................................................. 61Lampiran 8. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu
Inkubasi 5 Hari ……………............................................................ 62Lampiran 9. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu
Inkubasi 6 Hari ………………….................................................... 64Lampiran 10. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu
Inkubasi 7 Hari .................................................................................65BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Ekstrak kental teh hijau (Camellia sinensis L.) sebagai bahan baku obat
tradisional telah lama diyakini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan, antara lain mencegah terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), diabetes mellitus (DM), menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress, dan mempertahankan berat tubuh ideal (Hartoyo, 2003). Tanaman teh dari Perkebunan Rakyat Boyolali memiliki spesies yang sama dan digunakan oleh pabrik untuk memproduksi teh seduh sehingga mutu tanaman teh terjamin. Perkebunan tersebut berada pada ketinggian 1300-1500 m di atas permukaan laut, memiliki curah hujan yang tinggi yaitu 3222 mm, dan memiliki tipe tanah andosol sehingga cocok sebagai tempat tumbuh tanaman teh (Setyamidjaja, 2000). Diharapkan tanaman teh dari Perkebunan Rakyat Boyolali, selain digunakan sebagai bahan baku produksi teh seduh dapat pula digunakan sebagai bahan baku obat tradisional yaitu dalam bentuk ekstrak kental teh hijau. Menurut Hartoyo (2003) teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas.
Bahan baku suatu obat tradisional, baik berupa simplisia maupun ekstrak, harus memenuhi kualitas bahan baku untuk menjamin mutu, keamanan, dan khasiat penggunaan bahan baku tersebut. Standarisasi bahan baku perlu dilakukan merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Keamanan dan mutu obat tradisional bergantung salah satunya pada mutu bahan baku (Anonim, 2005a) sehingga mutu bahan baku yang tinggi akan menjamin tingginya mutu obat tradisional dalam upaya pengobatan.
Standarisasi bahan baku terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar khusus. Parameter standar umum ekstrak, meliputi : berat kering dan berat jenis, kadar air, kadar abu, kadar sisa pelarut, residu pestisida, uji batas logam berat, uji cemaran mikroba, kadar sari larut dalam pelarut tertentu, kadar terlarut dengan spektrofotometer, sidik jari kromatogram, kadar total golongan zat kandungan dan kadar zat aktif atau zat identitas (Anonim, 1999).
Parameter standar khusus ekstrak, meliputi penetapan organoleptik ekstrak (meliputi bentuk, warna, bau dan rasa) dan penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu (meliputi kadar senyawa yang larut dalam air dan kadar senyawa yang larut dalam etanol) (Anonim, 2004).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai (Anief, 2005).
Ekstrak kering memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan, ekstrak kental bersifat liat dalam keadaan dingin, dan tidak dapat dituang. Ekstrak kental mengandung air tidak lebih dari 30% sedangkan ekstrak cair dibuat sedemikian
Tujuan pembuatan ekstrak tumbuhan obat adalah untuk menstandarisasi kandungannya sehingga menjamin keseragaman mutu, keamanan dan khasiat produk akhir. Hasil standarisasi ekstrak tersebut diharapkan mampu menunjukkan kualitas ekstrak tersebut, baik dalam hal kandungan bahan aktif, kadar air maupun batas cemaran yang diperbolehkan (Anonim, 2005b). Jumlah cemaran mikroba yang tinggi dapat mengubah karakter organoleptik dan dapat membahayakan bila dikonsumsi. Jenis cemaran mikroba meliputi bakteri, kapang/fungi dan khamir serta virus yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan seperti penampilan, tekstur, rasa dan bau (Anonim, 2008). Dalam penelitian ini dibuat ekstrak kental karena uji ALT dan AKK pada ekstrak kering teh hijau pernah dilakukan. Hasil dari pengujian ALT dan AKK ekstrak kering tersebut memenuhi syarat, yaitu tidak mengandung mikroba melebihi batas yang ditetapkan. Ekstrak kental teh hijau dibuat dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pemilihan pelarut dalam ekstraksi didasarkan pada kandungan utama yang terdapat dalam teh hijau, yaitu flavonoid yang bersifat larut dalam etanol 70%.
Dalam penelitian ini dilakukan uji cemaran mikroba sebagai salah satu parameter standar umum ekstrak. Uji cemaran mikroba bertujuan memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya bagi kesehatan (Anonim, 2000). Adanya toksin bakteri yang terbentuk dalam ekstrak saat bakteri
botulinum atau adanya aflatoksin yang dihasilkan Aspergilus flavus akan sangat
berbahaya bila dikonsumsi (Anonim, 2008). Toksin botulin merupakan toksin yang sangat kuat dan merupakan neurotoksin, yaitu menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Kusnandar, Hariyadi, dan Wulandari, 2006), sedangkan aflatoksin selain meracuni organ tubuh juga bersifat karsinogenik (Anonim, 1994). Uji cemaran mikroba yang dilakukan pada penelitian ini yaitu Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK).
Uji ALT bertujuan untuk menentukan jumlah atau angka bakteri aerob mesofil yang mungkin mencemari ekstrak kental teh hijau yang merupakan bahan baku suatu produk obat tradisional. Dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, batas ALT yang diperbolehkan untuk semua jenis ekstrak menurut Badan POM RI tidak lebih dari 10 koloni/gram (Anonim, 2004). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional, ALT harus ditekan sekecil mungkin karena meskipun mikroba tersebut tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi adanya toksin yang terbentuk saat bakteri bermultiplikasi dapat menyebabkan keracunan.
Uji AKK digunakan untuk uji cemaran berupa kapang dan khamir. Pencemaran khamir dan kapang terhadap produk meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, namun sebaiknya dicegah sekecil mungkin sampai dengan persyaratan batas AKK yang berlaku (Anonim, 2005a). Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya mudah dilihat karena penampakannya yang mikroskopik dan tidak membentuk percabangan permanen (Jutono, Hartadi, Siti Kabirun, Suhadi, dan Soesanto, 1980). Batas AKK yang ditetapkan oleh Badan POM RI dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Indonesia untuk semua jenis ekstrak tidak lebih dari 10 koloni/g (Anonim, 2004). Adanya jumlah kapang dan khamir yang tinggi menunjukkan penurunan mutu obat tradisional karena jumlah kapang dan khamir yang tinggi dapat mengubah karakter organoleptik dan mengakibatkan perubahan kandungan zat aktif obat. Kapang dan khamir akan berkembang biak bila tempat tumbuhnya cocok untuk pertumbuhan. Di samping itu kapang tertentu ada yang menghasilkan zat racun (toksin) seperti jamur
Aspergilus flavus dapat menghasilkan aflatoksin yang berbahaya jika dikonsumsi
(Anonim, 1994). Sedangkan khamir dapat menyebabkan pembusukan ekstrak yang disertai dengan pembentukan alkohol dan gas CO
2 (Kusnandar, dkk., 2006).
Nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau yang diketahui menunjukkan salah satu parameter keamanan obat tradisional yaitu keamanan penggunaan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional berdasarkan nilai ALT dan AKK.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali?
2. Apakah nilai ALT dan AKK yang diperoleh melebihi batas yang
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka dan jurnal yang dilakukan oleh penulis, penelitian mengenai uji ALT dan AKK pada ekstrak kering teh hijau pernah dilakukan namun pada ekstrak kental teh hijau yang berasal dari Perkebunan Rakyat Boyolali belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai nilai ALT dan AKK dalam ekstrak kental daun teh hijau yang diperoleh dari Perkebunan Rakyat Boyolali Jawa Tengah.
2. Manfaat praktis Ekstrak kental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali memenuhi persyaratan mutu dan keamanan dari segi ALT dan AKK untuk digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui mutu dan keamanan penggunaan ekstrak kental teh hijau sebagai bahan baku obat tradisional dilihat dari nilai ALT dan AKK.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau yang berasal dari Perkebunan Rakyat Boyolali b. Membandingkan nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau apakah sesuai dengan persyaratan dari Badan POM RI yaitu tidak lebih dari 10 koloni/g.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Teh (Camellia sinensis L.)
1. Keterangan Botani Teh termasuk ke dalam suku : Theaceae, marga : Camellia, dan jenis :
Camellia sinensis (L.) O.K. , dengan sinonim : Camellia bohea Griff, C. theifera
Dyer., Thea sinensis L., T. asamica Mast, T. cochinchinensis Lour., T.cantoniensis , T. chinensis Sims., T. viridis L. Nama daerah untuk teh adalah Teh
(Melayu dan Jawa Tengah), Nteri (Sunda) (Tuminah, 2004).2. Deskripsi Tanaman Teh Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu.
Batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuk elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warna hijau. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, warna putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua cokelat kehitaman (Dalimartha, 1999).
3. Kandungan Kimia Daun teh mengandung kafein (2-3%), theobromin, theofilin, tanin,
100 g daun teh mengandung 75-80% air, polifenol 25%, protein 20%, karbohidrat 4%, kafein 2,5-4,5%, serat 27% dan pektin 6% (Dalimartha, 1999).
Zat bioaktif yang terdapat dalam teh, merupakan golongan flavonoid. Flavonoid yang terdapat dalam teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol (Hartoyo, 2003).
Menurut Svobodova, Psotova, dan Walterova (2003), zat bioaktif utama dalam teh merupakan polifenol golongan flavonoid yaitu flavonol tipe katekin, antara lain (-)-Epicatechin, (-)-Epigallocatechin, (-)-Epicatechin 3-gallate, (-)-
Epigallocatechin 3-gallate (EC, EGC, ECG dan EGCG) serta flavonol seperti
kuersetin. EGCG merupakan antioksidan yang paling efektif sebagai
chemoprotective agent , jumlahnya sekitar 60-70% dari jumlah keseluruhan
katekin.4. Khasiat Khasiat teh bagi kesehatan antara lain mencegah terjadinya Penyakit
Jantung Koroner (PJK), Diabetes Mellitus (DM), menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress, dan mempertahankan berat tubuh ideal (Hartoyo, 2003).
Menurut Henning, dkk. (2004) polifenol dalam teh yang bertindak sebagai antioksidan dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Aktivitas antioksidan ini telah banyak dibuktikan melalui penelitian in vitro misalnya penelitian yang dilakukan Vinson, Dabbagh, Serry, dan Jang (1995) yang membandingkan antara berbagai antioksidan, baik yang bersifat alami maupun buatan, dalam
2+
menghambat oksidasi LDL dan VLDL yang diinisiasi oleh ion Cu menunjukkan bahwa isomer katekin teh mempunyai aktivitas antioksidatif terkuat dibanding antioksidan lain.
Berdasarkan cara pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun tanaman teh yang segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin sedangkan teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses penggulungan daun dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi (Hartoyo, 2003).
B. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, simplisia merupakan bahan yang dikeringkan (Anonim, 1985). Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pengumpulan bahan baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, atau bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
Pengumpulan daun dilakukan dengan memetik bagian daun muda. Pada bagian daun muda dari daun yang dipanen pada saat tanaman mengalami pertumbuhan dari vegetatif ke generatif memiliki kandungan senyawa aktif tinggi, ditandai dengan munculnya kuncup-kuncup bunga pada tanaman (Anonim, 1985).
2. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan- bahan asing lainnya dari simplisia. Misalnya pada simplisia yang terbuat dari daun suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, akar, daun yang telah rusak serta pengotor lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Anonim, 1985).
3. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan dengan air mengalir yang bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung sejumlah mikroba. Jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan tersebut bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba (Anonim, 1985).
4. Perajangan Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan rimpang, dan lain-lain (Anonim, 1985). Daun teh telah cukup tipis dan mempunyai permukaan yang cukup luas sehingga tidak dilakukan perajangan.
5. Pengeringan Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu dan perusakan simplisia. Pengeringan dihentikan apabila kadar air yang terkandung dalam simplisia kurang dari 10% karena reaksi enzimatik yang dapat menguraikan senyawa aktif sudah tidak berlangsung, maka akan menekan terjadinya peruraian senyawa-senyawa kimia dalam daun oleh enzim- enzim yang ada di dalamnya (Anonim, 1985). Menurut Katno (2008) daun teh yang muda memiliki kandungan air yang lebih tinggi dan jaringan yang lebih lunak dibandingkan daun tua sehingga hal tersebut membuat pengeringan daun muda dilakukan secara bertahap dan hati-hati agar daun tidak rusak. Tahap pertama adalah simplisia diangin-anginkan dan tahap kedua adalah dengan pemanasan yang lebih tinggi. Pengeringan menggunakan oven umumnya didapatkan simplisia dengan mutu lebih baik karena pengeringan lebih merata dan waktu yang diperlukan relatif cepat dan tidak tergantung cuaca. Selain itu kadar air simplisia juga dapat ditekan serendah mungkin sehingga menekan kontaminasi mikroba. Dari hasil proses pengeringan daun teh dengan cara pemanasan ini maka diperoleh simplisia daun teh hijau.
Proses pembuatan serbuk bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga diharapkan penyarian akan lebih efektif karena dapat mempermudah penarikan senyawa aktif oleh cairan penyari.
C. Ekstraksi Teh Hijau
Ekstraksi merupakan perpindahan zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986). Ekstrak merupakan suatu bentuk bahan baku obat tradisional. Menurut Anonim (2005a) bahan baku obat tradisional adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, tanpa terkena cahaya matahari langsung. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, merupakan bahan yang dikeringkan. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979).
Menurut Voigt (1994) pada ekstrak tumbuhan jika bahan pengekstraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi : 1. Ekstrak encer, yang memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental, yang bersifat liat dalam keadaan dingin, dan tidak dapat dituang. Ekstrak kental mengandung air tidak lebih dari 30%.
3. Ekstrak kering, memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan.
Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya terbentuk suatu produk, yang mengandung air tidak lebih dari 5%.
4. Ekstrak cair, yang dibuat sedemikian, sehingga 1 bagian tumbuhan sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.
Salah satu cara ekstraksi atau penyarian yaitu maserasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
Maserasi (macerare = merendam) merupakan proses penyarian yang paling tepat di mana simplisia yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam cairan penyari sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat- zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel kemudian melarutkan zat aktif dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).
Kelebihan cara ekstraksi ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kekurangan dari metode maserasi ini adalah pengerjaan lama dan penyarian kurang sempurna (Anonim, 1986).
Cairan penyari atau pelarut yang biasa digunakan adalah air, eter, etanol, merupakan hal yang harus dipertimbangkan. Cairan penyari untuk ekstrak sebaiknya sesuai dengan zat aktif yang berkhasiat, dalam arti dapat memisahkan zat aktif tersebut dari senyawa lainnya dalam bahan sehingga ekstrak mengandung sebagian besar senyawa aktif berkhasiat yang diinginkan (Anonim, 2000). Pada ekstraksi daun teh hijau ini digunakan cairan penyari berupa etanol 70% yang merupakan campuran dua bahan pelarut yaitu etanol dan air dengan kadar etanol 70%. Menurut Voigt (1994) etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal. Hal ini dapat dikarenakan flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau larut dalam etanol 70% karena memiliki polaritas yang sama. Adanya kandungan etanol dalam ekstrak kental dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena etanol dapat menghambat pertumbuhan mikrobia dengan cara merusak dinding sel sehingga mengakibatkan lisis, mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam sel, mendenaturasi protein sel, dan menghambat sintesis asam nukleat (Mazni, 2008).
Dalam proses pembuatan ekstrak dihitung rendemen ekstrak sebagai perhitungan efektivitas prosedur (efektivitas pelarut mengekstrak komponen senyawa aktif teh hijau) (Vogel, 1996).
D. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Uji Angka Lempeng Total (ALT) memiliki prinsip yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada lempeng agar
o
dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai yaitu 35-37
C. Pengujian pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300 koloni. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai ALT dalam tiap gram contoh bahan (Anonim, 2000).