Penetapan Angka Lempeng Total Bakteri (Alt) Dalam Obat-Obat Probiotik

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Sampel

A B

Keterangan : Sediaan A : Rillus (tiap tablet kunyah mengandung viable cell 1,0 x 109 CFU mengandung Lactobacillus plantarum 8,55

mg, Streptococcus thermophilus 8,55 mg. Dan Bifidobacterium bifidum 2,55 mg, fructooligosaccharide 480 mg. Zat tambahan yang

digunakan yaitu isomalt, xylitol, susu,dan vanila). Sediaan B : Lacbon (tiap tablet mengandung >50 juta Lactobacillus


(2)

Lampiran 1. Sampel (Lanjutan)

C D

Keterangan :

Sediaan C : Lacidofil (2 x 108 CFU organisme yang terdiri dari

Lactobacillus helveticus Rosell-52 dan Lactobacillus rhamnosus Rosell-11. Zat tambahan yang digunakan

yaitu maltodekstrin 211 mg, magnesium stearat 8 mg, asam askorbat 1 mg)

Sediaan D : Lacto B (serbuk krim nabati, dekstrosa, campuran bakteri asam laktat (Lactobacillus acidophilus 4,7 x 107 CFU/g, Bifidobacterium longum 1,3 x 107 CFU/g,

Streptococcus thermophillus), susu mineral,

konsentrat, vitamin C, vitamin B2, vitamin B6, niasin dan zink oksida


(3)

Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel

Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A pada pengenceran 10-7

2

3

1


(4)

Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel (lanjutan) Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan B pada pengenceran 10-7

1

2


(5)

Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel (lanjutan) Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan C pada pengenceran 10-7

2

1


(6)

Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel (lanjutan) Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan D pada pengenceran 10-6

1

3


(7)

Lampiran 3. Perhitungan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan 1. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A

Pengenceran sampel Jumlah koloni bakteri yang tumbuh (CFU/g)

Tanggal kadaluwarsa 10-7

1. 102x107 Januari 2017

2. 109x 107 3. 98x107

Rata-rata 103 x 107

*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel. Sediaan A adalah tablet yang mengandung jumlah koloni bakteri 1,0 x 109 CFU/tablet dan berat tiap tablet adalah 1 g maka hasil yang didapat dari perhitungan jumlah rata-rata koloni bakteri adalah 103 x 107 CFU/tablet atau 1,03 x 109 CFU/tablet.

2. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan B Pengenceran sampel Jumlah koloni bakteri

yang tumbuh (CFU/g)

Tanggal kadaluwarsa

10-7

1. 89x107 Juni 2017

2. 80x 107 3. 42x107

Rata-rata 70 x 107

*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel. Sediaan B adalah tablet yang mengandung jumlah koloni bakteri > 50 juta CFU atau 5 x 107 CFU/tablet dengan berat tiap tablet adalah 250 mg karena tablet yang dilakukan pengenceran pada 10-7 ditimbang sebanyak 1 g (4 tablet sediaan B). Untuk mendapatkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh dalam CFU/tablet, maka rata-rata jumlah koloni bakteri pada pengeceran 10-7 dibagi dengan 4 tablet sediaan B yaitu 70 x 107/ 4 = 17, 58 x 107 CFU/tablet.


(8)

Lampiran 3. Perhitungan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan (lanjutan)

3. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan C Pengenceran sampel Jumlah koloni bakteri

yang tumbuh (CFU/g)

Tanggal kadaluwarsa

10-7 1. 112 x 10

7

Desember 2017 2. 89 x 107

3. 100 x 107 Rata-rata 100, 3 x 107

*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel Sediaan C adalah kapsul yang mengandung jumlah koloni bakteri 2 x 108 CFU/kapsul dengan berat tiap kapsul adalah 200 mg karena kapsul yang dilakukan pengenceran pada 10-7 ditimbang sebanyak 1 g (5 kapsul sediaan C). Untuk mendapatkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh dalam CFU/kapsul, maka rata-rata jumlah koloni bakteri pada pengeceran 10-7 dibagi dengan 5 kapsul sediaan C yaitu 100 x 107 / 5 = 20 x 107 CFU/ kapsul atau 2,0 x 108 CFU/kapsul. 4. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan D

Pengeceran sampel Jumlah koloni bakteri yang tumbuh (CFU/g)

Tanggal kadaluwarsa

10-6

1. 30x 106 Oktober 2016

2. 32 x 106 3. 40 x 106

Rata-rata 34 x 106

*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel Sediaan D adalah serbuk yang mengandung jumlah koloni bakteri 6 x 107 CFU/g dan berat tiap sachet serbuk adalah 1 g maka hasil yang didapat dari perhitungan rata-rata jumlah koloni bakteri adalah 3,4 x 107 CFU/g.


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1982). The Oxoid Manual Fifth Edition. England: Turnergraphic Ltd Basingstoke. Halaman 254.

BPOM RI. (2008). Pengujian Mikrobiologi Pangan. Info POM Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI Vol 9, no 2 ISSN 1829-9334. Halaman 3-5.

Boehm, G., Wind, R., and Knol, J. (2010). Prebiotics and Probiotics in Infant Formulae. In: Cho, S.S., and Finocchairo, E.F. (editors). Handbook of

Prebiotics and Probiotics Ingredients. Health Benefits and Food Applications. London: CRC Press. Halaman 295.

Chandan, R.C. (2006). Manufacturing Yogurt and Fermented Milk. Australia: Blackwell Publishing. Halaman 8-10.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 891, 892, 1195.

Dwidjoseputro. (1978). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan. Halaman 52-53.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 103-104.

Guarner, F., Khan, A.G., Garisch, J., Eliakim, R., Gangl, A., Thomson, A., Krabshuis, J., Mair, T.L. (2008). Probiotic and prebiotics. World Gastroenterology Organisation Practice Guideline. Halaman 2.

Huckle, B.D., and Zhang, Z. (2011). Maintenance and Protection of Probiotics. In: Liong, M.T., (editor). Probiotics: Biology, Genetics and Health Aspects. Berlin: Springer. Halaman 91-92.

IAI. (2010). ISO. Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 45 2010-1011. Jakarta: PT ISFI Penerbitan. Halaman 480, 488, 490.

Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I. Bandung: Yrama Widya. Halaman 51-53.

Irianto, K. (2013). Mikrobiologi Medis: Pencegahan, Pangan dan Lingkungan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Halaman 368.

Lee, K.Y. and Salminen, S. (2009). Handbook of probiotics & prebiotics 2nd ed.

New Jersey: John Wiley and sons, Inc. Halaman 60-66, 282.

Mandal, V., and Mandal, N.C. (2011). New Health Potentials of Orally Consumed Probiotic Microorganisms. In: Liong, M.T., (editor). Probiotics: Biology,


(10)

Neha, A., Kamaljit, S., Ajay, B., dan Tarun, G. (2012). Review Article Probiotic: As Effective Treatment of Disease. International Research Journal of

Pharmacy IRJP 2012, 3 (1) ISSN 2230- 8407. Halaman 98.

Picard, C., Fioramonti, J., Francois, A., Robinson, T., Neant, F., dan Matuchansky, C. (2005). Review Article: Bifidobacteria as Probiotic Agents Physiological Effects and Clinical Benefits. Aliment Pharmacol

Ther 2005; 22: 495-512 Halaman 496-507.

Prakash, S., Tomaro-Duchesneau, C., Saha, S., dan Cantor, A. (2011), Review Article The Gut Microbiota and Human Health with an Emphasis on the Use of Microencapsulated Bacterial Cells. Hindawi Publishing

Corporation Journal of Biomedicine and Biotechnology volume 2011,

article ID 981214. Halaman 1-6.

Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 106-110.

Sanders, M.E., Gibson, G., Gill, H.S. and Guarner, F. (2007). Probiotics: Their Potential to Impact Human Health. CAST Issue Paper Number 36, Halaman 9-10.

Schrezenmeir, J. and de Vrese, M. (2001). Probiotics, Prebiotics and Synbiotics Approaching a Definition. Am. J. Clin. Nutrition 2001; 73 (suppl): 361S-4S Halaman 361.

Shah, N.P. (2007). Review Functional Cultures and Health Benefits. Int. Dairy J. 17 (2007) 1262-1277 Elsevier Inc, USA. Halaman 1268-1269.

Solanki, H.K., Pawar, D.D., Shah, D.A., Prajapati, D.V., Jani, G.K., Mulla, A.M., Thakari, P.M. (2013). Development of Microencapsulation Delivery System for Long-Term Preservation of Probiotics as Biotherapeutic Agent. Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International volume 2013 article ID 620719. Halaman 1-2.

Tamime, A.Y., Saarela, M., Sondergaard, A.K., Mistry. V.V., Shah. N.P. (2005). Production and Maintenance of Viability of Probiotic Micro-organism in Dairy Products. In: Tamime, A., (editors). Probiotic Dairy Products. UK: Blackwell publishing Ltd. Halaman 56.

Wardah, T.S. (2013). Mikrobiologi Pangan. Edisi I. Yogyakarta: Andi Offset. Halaman 221-224.

Yeo, S.K., Ewe, J.A., Sau-Chan Tham, C., Liong, M.T. (2011). Carriers of Probiotics Microorganism. In: Liong, M.T., (editor). Probiotics: Biology,


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan berdasarkan metode deskriptif yaitu untuk melihat jumlah bakteri yang masih hidup di dalam obat-obat probiotik. Sampel yang merupakan sediaan probiotik ini seperti Lacbon, Lacidofil, Rillus, dan Lacto B diperoleh dari Apotik X di Jl. Setiabudi, Medan. Pengamatan mikrobiologi dilakukan dengan melihat jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam obat-obat probiotik yang dilakukan dengan menggunakan metode angka lempeng total pada media PCA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah Lacbon, Lacidofil, Lacto B, dan Rillus yang diperoleh dari Apotek X di Jl. Setia Budi, Medan. Gambar dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif. Lacidofil sebanyak 20 kapsul (2 botol) diambil 10 kapsul secara acak dan ditimbang sebanyak 1 g. Lacto B sebanyak 20 bungkus diambil 5 bungkus secara acak dan ditimbang sebanyak 1 g. Lacbon sebanyak 20 tablet diambil 5 tablet secara acak dan ditimbang sebanyak 1 g. Rillus sebanyak 20 tablet diambil secara acak sebanyak 3 tablet dan ditimbang sebanyak 1 g.


(12)

3.2. Persiapan Penelitian

3.2.1. Alat-Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas, autoklaf (Fisons), batang pengaduk, benang wol, bunsen, colony counter, inkubator (Fiber Scientific), kapas, kain kassa, kertas label, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba), mikro pipet, neraca analitik (ACIS), oven (Memmert), rak tabung, spatula, tabung durham.

3.2.2. Bahan- Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, alkohol 70%, Lacbon, Lacidofil, Lacto B, dan Rillus, media PCA (Oxoid), natrium klorida 0,9%.

3.2.3 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pengujian, sesudah dicuci dengan air bersih kemudian disterilkan. Alat gelas disterilkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 1700C selama 1 jam. Media disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).

3.3 Pembuatan Media dan Pereaksi 3.3.1 Plate Count Agar (PCA)

Komposisi : Tripton 5 g Ekstrak khamir 2,5 g

Dekstrosa 1 g


(13)

Cara pembuatan :

Suspensikan 17,5 g ke dalam 1 liter air suling, panaskan sampai mendidih sambil diaduk hingga larut. Media disterilkan dalam otoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (Anonim, 1982).

3.3.2 Larutan NaCl 0,9%

Komposisi : Natrium Klorida 9 g Air Suling hingga 1000 ml Cara pembuatan :

Sebanyak 9 g NaCl ditimbang dan dilarutkan dengan akuades steril. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 1000 ml sampai larut sempurna, setelah itu ditambahkan akuades steril sampai garis tanda, dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer steril yang tertutup kemudian sterilkan dalam otoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Pengumpulan Sampel

Pada penelitian ini sampel diperoleh dari beberapa macam sediaan probiotik dengan merek yang berbeda yang beredar di pasaran.

3.4.2 Pemeriksaan Angka Lempeng Total Pada Obat-obat Probiotik

Tablet Lacbon, Lacidofil, Lacto B, dan Rillus ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl 0,9% sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-1 kemudian dihomogenkan. Disiapkan 6 tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl 0,9% dari pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung yang pertama sehingga diperoleh


(14)

pengenceran 10-2, kemudian dihomogenkan. Dilakukan seperti tersebut sampai diperoleh pengenceran 10-7. Lalu diambil sebanyak 1 ml dari masing-masing seri pengenceran dan dimasukkan pada cawan petri steril (triplo). Setelah itu, dituangkan media PCA suhu 450C ke dalam cawan petri tersebut sebanyak 15 ml dan dihomogenkan. Cawan petri segera digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, cawan diinkubasi dengan suhu 35-370C selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung (BPOM RI, 2008).


(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Angka Lempeng Total pada Sampel

Pengamatan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A, B, C dan D Keterangan : A = Rillus , B = Lacbon, C = Lacidofil, D = Lacto B

A

D

C


(16)

Gambar jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada pengenceran yang lainnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan probiotik dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah koloni bakteri pada sediaan-sediaan probiotik

Sampel Rata-rata jumlah koloni bakteri yang tumbuh (CFU/g) Tanggal kadaluwarsa Komposisi

Sediaan A 103 x 107 Januari 2017 Tiap tablet kunyah mengandung:

viable cell 1,0 x 109 CFU

mengandung:

- Lactobacillus plantarum 8,55 mg

- Streptococcus thermophilus 8,55

mg

- Bifidobacterium bifidum 2,55

Fructooligosaccharide 480 mg. Zat

tambahan yang digunakan yaitu isomalt, xylitol, susu, vanila.

Sediaan B 70 x 107 Juni 2017 Tiap tablet mengandung > 50 juta

Lactobacillus sporogenes

Sediaan C 100 x 107 Desember 2017

2 milyar (2 x 108) CFU organisme yang terdiri dari Lactobacillus

helveticus Rosell-52 dan

Lactobacillus rhamnosus Rosell-11.

Zat tambahan yang digunakan yaitu maltodekstrin 211 mg, magnesium stearat 8 mg, asam askorbat 1 mg.

Sediaan D 34 x 106 Oktober 2016 Serbuk krim nabati, dekstrosa, campuran bakteri asam laktat

(Lactobacilus acidophilus 4,7 x 107

CFU/g, Bifidobacterium longum 1,3 x 107 CFU/g, Streptococcus

thermophilus), susu mineral

konsentrat, vitamin C, vitamin B2, vitamin B6, niasin & zink oksida


(17)

Perhitungan jumlah koloni bakteri dari hasil pengenceran sampel yang lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A (tanggal kadaluwarsa bulan Januari 2017) yang tiap tablet kunyah

viable cell mengandung 1,0 x 109 CFU/tablet dengan berat tiap tablet 1 g, sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (1 tablet kunyah). Pengamatan jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-7 yaitu 103 x 107 CFU/g maka dalam 1 tablet jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 103 x 107 atau 1,03 x 109 CFU/tablet. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan sediaan A.

Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan B (tanggal kadaluwarsa Juni 2017) yang tiap tablet mengandung >50 juta atau 5 x 107 CFU Lactobacillus sporogenes dengan berat tiap tablet 250 mg, sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (4 tablet). Pengamatan jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-7 yaitu 70 x 107 CFU/g maka dalam 250 mg tablet jumlah koloni bakteri yang tumbuh yaitu 17,5 x 107 CFU/tablet. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan sediaan B.

Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan C (tanggal kadaluwarsa Desember 2017) yang mengandung 2 milyar (2 x 108) CFU Lactobacillus helveticus Rosell-52 dan Lactobacillus rhamnosus Rosell-11 dengan berat tiap kapsul adalah 200 mg, sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (5 kapsul). Pengamatan jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-7 yaitu 100,3 x 107 CFU/g. Dalam kapsul 200 mg jumlah koloni


(18)

bakteri yang tumbuh sebanyak 20,1 x 107 atau 2,01 x 108 CFU/kapsul. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan sediaan C.

Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan D (tanggal kadaluwarsa Oktober 2016) yang mengandung 6 x 107 CFU/g campuran bakteri asam laktat (Lactobacilluss acidophilus, Bifidobacterium

longum dan Streptococcus thermophilus) dengan berat satu sachet serbuk 1 g,

sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (1 bungkus serbuk). Pengamatan jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-6 yaitu tumbuh yaitu 34 x 106 CFU/g. Dalam 1 bungkus serbuk jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 34 x 106 atau 3,4 x 107 CFU/g. Jumlah tersebut lebih rendah dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan sediaan D.

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan A, B, C, dan D maka hasilnya menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A, B, dan C sudah sesuai dengan jumlah koloni bakteri yang tertera di dalam label kemasan. Sedangkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan D lebih rendah dengan jumlah pada label kemasan. Hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu formulasi atau bentuk sediaan, aktivitas air, nutrisi, dan suhu.

Bentuk sediaan A, sediaan B adalah tablet, sediaan C berupa kapsul, dan sediaan D berupa serbuk. Bentuk dari sediaan dapat mempengaruhi viabilitas dari bakteri probiotik. Hal ini karena stabilitas sediaan selama penyimpanan yang dikemas dalam bentuk kapsul dan tablet dapat ditingkatkan daripada hanya disimpan dalam bentuk serbuk. Selain itu, Bentuk sediaan kapsul dan tablet dapat


(19)

melindungi bahan aktif yang sensitif terhadap kelembaban dan panas (Huckle dan Zhang, 2011).

Aktivitas air dapat mempengaruhi viabilitas bakteri probiotik. Kadar kelembaban dan aktivitas air yang tinggi akan menurunkan daya tahan probiotik. Produk probiotik dapat memiliki masa simpan yang lama pada bentuk kering ketika disimpan pada suhu kamar jika kadar kelembabannya rendah (Neha, et al., 2012). Misalnya cara penggunaan sediaan probiotik yang salah dengan menyendoki serbuk dengan sendok basah dapat mengurangi daya tahan probiotik (Huckel dan Zhang, 2011).

Viabilitas bakteri probiotik dapat dipengaruhi oleh nutrisi yang ditambahkan ke dalam suatu produk probiotik. Di dalam sediaan A, B, C dan D terdapat bahan tambahan yaitu nutrisi yang dibutuhkan untuk membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel. Kebutuhan zat-zat nutrisi setiap jasad renik dapat bervariasi seperti Streptococcus, Lactobacillus, Bifidobacterium dan berbagai organisme heterotrof lainnya membutuhkan asam amino, purin, dan pirimidin sebagai sumber nitrogen serta vitamin B, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin B6, asam pantotenat dan vitamin B12 sebagai faktor pertumbuhan (Fardiaz, 1992). Jika kebutuhan nutrisi tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka terjadi fase kematian pada bakteri (Pratiwi, 2008).

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri seperti suhu karena setiap organisme memiliki batas suhu terendah, batas suhu tertinggi, batas-batas terhentinya tumbuh dan suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi (Irianto, 2006). Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup probiotik selama pembuatan dan penyimpanan. Semakin


(20)

rendah suhu maka akan lebih stabil viabilitas probiotik dalam produk peningkatan suhu juga memiliki efek yang merugikan terhadap stabilitas saat produk didistribusikan dan disimpan. Jika suhu yang dingin pada produk dapat dipertahankan, lebih banyak jumlah bakteri probiotik yang viabel. Hal yang penting untuk sel probiotik vegetatif dalam produk cair yaitu sumber pendinginan sewaktu penyimpanan. Dalam produk kering yang mengandung bakteri quiescent

cells, viabilitas probiotik dapat dipertahankan pada produk-produk yang disimpan


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A (103 x 107 atau 1,03 x 109 CFU/tablet), sediaan B (17,5 x 107 CFU/tablet) dan sediaan C (2,01 x 108 CFU/kapsul) pada media PCA sudah sesuai dengan jumlah koloni bakteri yang tertera di label kemasan tetapi sediaan D (3,4 x 107 CFU/g) lebih rendah dengan jumlah koloni bakteri yang tertera di dalam kemasan.

5.2 Saran

Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri probiotik sehingga dapat mengurangi jumlah koloni bakteri probiotik yang terdapat di dalam sediaan farmasi yang dijual di pasaran.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probiotik

2.1.1. Definisi Probiotik

Kata probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti for life. Probiotik pertama kali didefinisikan oleh Kollath tahun 1953 untuk menandai semua kompleks makanan organik dan anorganik untuk membedakannya dari antibiotik berbahaya. Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non patogen yang jika dikonsumsi memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya (Schrezenmeir dan de Vrese, 2001).

Probiotik adalah mikroba hidup yang dapat diformulasikan ke dalam berbagai jenis produk, termasuk makanan, obat-obatan, dan suplemen makanan. Spesies Lactobacillus dan Bifidobacterium yang paling sering digunakan sebagai probiotik, namun spesies ragi Saccharomyces cerevisiae dan beberapa

Escherichia coli dan Bacillus juga digunakan sebagai probiotik (Guarner, et al.,

2008).

Bayi memperoleh bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium yang ada di vagina pada saat proses kelahiran. Sebelum lahir, saluran cerna bayi adalah steril. Kolonisasi bakteri pada bayi akan dimulai dengan bakteri yang berasal dari bakteri vagina dan saluran cerna dari ibu. Selanjutnya perkembangan mikrobiota bayi dipengaruhi oleh makanan bayi. Selama konsumsi ASI maka komposisi mikrobiota bayi berubah cepat yang didominasi oleh Bifidobacterium sedangkan bayi yang diberi susu formula tanpa prebiotik akan didominasi oleh


(23)

Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, dan Bifidobacterium breve

(Boehm, et al., 2010). 2.1.2. Manfaat Probiotik

Organisme probiotik akan melawan bakteri yang merugikan dengan mengganggu metabolisme bakteri tersebut sehingga dapat meningkatkan kekebalan dan keadaan fisiologis tubuh. Manfaat probiotik juga dapat membantu menjaga kesehatan usus (Mandal dan Mandal, 2011).

2.1.2.1. Imunomodulator

Bakteri probiotik telah diketahui memiliki aktivitas imunomodulator dalam tubuh manusia yakni dapat menstimulasi dan mengubah respon imun terhadap antigen. Secara umum, bakteri probiotik melakukan aktivitas imunomodulator dalam dua cara yaitu imunomodulasi spesifik dan imunomodulasi tertentu. Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan awal bagi manusia. Contoh sel imunitas nonspesifik terdiri dari sel fagosit mononuklear yaitu monosit dan makrofag, polimorfonuklear limfosit terutama neutrofil, dan

Natural Killer (NK) sel. Kumpulan bakteri asam laktat yang hidup telah terbukti

menginduksi sitokin proinflamasi secara in vitro, faktor nekrosis tumor, dan interleukin 6, serta mengaktifkan produksi makrofag dan fagositosis pada tikus yang mencerminkan stimulasi imunitas nonspesifik (Mandal dan Mandal, 2011). 2.1.2.2. Hipokolesterolemia

Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat di jaringan hewan, terdapat di dalam membran plasma dan dalam lipoprotein plasma darah, sering disimpan di dalam dinding pembuluh darah bersama dengan lemak lain sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, kondisi ini dikenal


(24)

sebagai aterosklerosis, dalam hati dan otak dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke. Kolesterol juga dapat mengkristal ke bentuk batu empedu yang dapat menghalangi saluran empedu. Beberapa obat penurun kolesterol umumnya bertindak dengan memblokir biosintesis melalui penghambatan enzim 3-hidroksi-3-methylglutaryl koenzim A HMG-CoA reduktase yaitu statin mengikat asam empedu dengan serbuk tak larut dari senyawa yang menyerupai colestipol diikuti oleh eliminasinya melalui feses, asam nikotinat, dan asam fibrik (Mandal dan Mandal, 2011).

Kelemahan utama obat penurun kolesterol adalah memiliki beberapa efek samping jika obat tersebut digunakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap identifikasi cara diet lainnya untuk mengurangi kadar kolesterol darah. Termasuk penggunaan serat larut, protein kedelai, sterol, bakteri probiotik, dan prebiotik. Bakteri probiotik menunjukkan efek hipokolesterol dimana strain dari bakteri harus berkolonisasi dalam usus terlebih dahulu. Bakteri probiotik ini memproduksi garam empedu hidrolase bile salt

hidrolase (BSH). BSH mengkatalisis hidrolisis (deconjugation) dari glycine dan

atau taurin terkonjugasi garam empedu menjadi residu asam amino dan asam empedu bebas. Asam empedu bebas kurang efisien diserap ke dalam usus dibandingkan dengan garam empedu terkonjugasi, dengan demikian cenderung untuk dibuang dengan kotoran. Ini akan memicu sintesis asam empedu baru untuk menggantikan yang hilang agar kadar garam empedu dapat seimbang (Mandal dan Mandal, 2011).


(25)

2.1.2.3. Antihipertensi

Peptida bioaktif yaitu casokinins dan lactokinins dan dua tripeptida seperti valin-prolin-prolin dan isoleucine-prolin-prolin yang dihasilkan dari aksi proteolitik bakteri probiotik pada kasein (α2-kasein, k-kasein dan b-kasein) dan

whey selama fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dan Lactobacillus

helveticus dapat mengurangi tekanan darah individu yang hipertensi. Tripeptida

ini berfungsi meningkatkan aktivitas Angiotensin-I Converting Enzyme (ACE) inhibitor yang dapat menurunkan tekanan darah (Mandal dan Mandal, 2011). 2.1.2.4. Antialergi

Reaksi alergi terjadi sebagai respon terhadap zat lingkungan yang tidak berbahaya dikenal sebagai alergen dan reaksi-reaksi ini dapat terjadi secara cepat. Reaksi tersebut dapat ditandai dengan aktivasi yang berlebihan dari sel-sel darah putih tertentu yang disebut sel mast dan basofil oleh jenis antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin E (IgE) dalam respon inflamasi yang ekstrim. Probiotik mampu meningkatkan fungsi penghalang dari mukosa usus dengan demikian dapat mengurangi pengeluaran antigen melalui mukosa. Ada dua jalur yaitu gerakan transelular dan paracelular rmelalui protein antigenik melintasi penghalang epitel saluran pencernaan. Modulasi langsung dari sistem kekebalan tubuh dengan probiotik dimediasi melalui induksi sitokin anti-inflamasi atau melalui peningkatan produksi sekretori IgA. Probiotik juga dapat membantu dalam mengurangi beberapa gejala alergi makanan seperti yang terkait dengan protein susu yakni dengan mendegradasi protein menjadi peptida yang lebih kecil dan asam amino (Mandal dan Mandal, 2011).


(26)

2.1.2.5. Mencegah Kanker Usus

Penelitian telah menunjukkan bahwa diet dan antibiotik dapat menurunkan karsinogen dalam usus besar dan mengurangi tumor secara kimiawi. Efek ini tampaknya dimediasi melalui mikroflora usus. Studi tambahan menunjukkan bahwa pengenalan Lactobacillus acidophilus ke dalam makanan menurunkan kejadian tumor usus yang diinduksi secara kimia pada tikus. Sebuah mekanisme yang mungkin untuk efek-efek antikanker bergantung pada bakteri usus yang menghambat enzim yang mengkonversi prokarsinogen menjadi bentuk karsinogen (Lee dan Salminen, 2009).

2.1.2.6. Mencegah Irritable Bowel Syndrome

Gejala klinis utamanya termasuk ketidaknyamanan perut atau nyeri, diare, sembelit, dan perut kembung. Patogenesis irritable bowel syndrome (IBS) masih belum jelas, namun bukti yang tersedia menunjukkan bahwa motilitas usus yang diubah dan hipersensitivitas visceral. Ada bukti yang menunjukkan bahwa ketidakseimbangan mikroflora usus dan peradangan mukosa yang disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan IBS (Lee dan Salminen, 2009).

2.1.3. Bakteri Probiotik 2.1.3.1. Bakteri Asam Laktat

Konsep bakteri asam laktat adalah nama kelompok yang diciptakan untuk bakteri yang digunakan dalam fermentasi dan koagulasi susu serta dapat menghasilkan asam laktat dari laktosa. Nama famili Lactobacteriaceae diterapkan oleh Orla-Jensen (1919) kepada sekelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat sendiri atau asam asetat dan asam laktat, alkohol dan karbondioksida.


(27)

berdasarkan karakteristik morfologi, metabolisme, dan fisiologis. Bakteri asam laktat merupakan non spora, fermentasi karbohidrat, produksi asam laktat, tahan asam dalam keadaan non aerobik dan katalase negatif. Biasanya bakteri asam laktat adalah non motil dan tidak mereduksi nitrit dan dibagi menjadi empat genus

Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Lactobacillus. Revisi taksonomi

terbaru menunjukkan bahwa kelompok bakteri asam laktat bisa terdiri dari genera

Aerococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus,

Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, dan Vagococcus

(Lee dan Salminen, 2009).

Klasifikasi bakteri asam laktat ke dalam genus berbeda sebagian besar didasarkan pada morfologi, cara fermentasi glukosa, pertumbuhan pada temperatur yang berbeda, konfigurasi dari asam laktat yang dihasilkan, kemampuan untuk tumbuh pada konsentrasi garam tinggi, dan toleransi pada asam atau basa (Lee dan Salminen, 2009).

2.1.3.2. Genus Lactobacillus

Genus Lactobacilus meliputi kelompok bakteri gram positif berbentuk batang, biasanya non motil, tidak membentuk spora, dan anaerob fakultatif. Bakteri ini menghasilkan asam laktat atau campuran asam laktat, etanol, asam asetat dan CO2 (bergantung pada spesies) melalui fermentasi karbohidrat (Wardah, 2014).

Lactobacillus memiliki peran penting dalam mengontrol pH usus melalui

produksi asam yang menurunkan pH usus sehingga membatasi pertumbuhan bakteri patogen (Lee dan Salminen, 2009).


(28)

Bakteri Lactobacillus acidophilus digunakan untuk memproduksi produk susu fermentasi dan juga ditambahkan ke dalam susu pasteriusasi, dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul untuk dikonsumsi sebagai probiotik. Bakteri ini dapat memetabolisme laktosa dan menghasilkan asam laktat dalam jumlah yang relatif besar. Lactobacillus acidophilus tidak terdapat dalam mukosa saluran pencernaan tetapi ditemukan di dalam sel epitel usus halus (Wardah, 2014).

Bakteri Lactobacillus plantarum digunakan dalam fermentasi daging dan sayuran serta dapat memproduksi asam laktat. Lactobacillus curvatus dan

Lactobacillus sake dapat tumbuh pada suhu rendah (2-40C), dapat memfermentasi sayuran dan produk daging (Wardah, 2014).

2.1.3.3. Genus Bifidobacterium

Morfologi Bifidobacterium mirip dengan beberapa bakteri Lactobacillus

sp. dan pada awalnya dimasukkan ke dalam genus Lactobacillus. Bifidobacterium

merupakan bakteri gram positif, berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi, sel tunggal atau rantai dengan ukuran yang berbeda-beda, tidak membentuk spora, non motil, dan anaerob, walaupun demikian beberapa jenis toleran terhadap O2. Spesies tumbuh optimal pada suhu 37-410C, dengan kisaran suhu pertumbuhan 25-450C dan umumnya tidak dapat tumbuh pada pH di atas 8,0 atau di bawah 4,5.

Bifidobacterium merupakan bakteri penghasil asam laktat dan asam asetat dengan

rasio 2:3, bakteri-bakteri tersebut kurang sensitif terhadap asam lambung dan resisten terhadap garam empedu, lisozim, dan enzim pankreatik yang terdapat dalam usus halus. Bifidobacterium dapat memfermentasi laktosa, galaktosa dan beberapa pentosa. Bifidobacterium berada di bagian proksimal kolon dekat ilium.


(29)

longum, Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium thermacidophillum,

Bifidobacterium thermophillum ditambahkan dalam produk susu dan dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan usus halus manusia (Wardah, 2014). 2.1.4. Produk- Produk Probiotik

2.1.4.1. Produk Probiotik dalam Makanan

Probiotik yang paling sering digunakan sebagai makanan dalam bentuk produk susu fermentasi atau yoghurt. Produk tersebut membutuhkan pendinginan dan mempunyai batas waktu penyimpanan hanya beberapa minggu (Huckle dan Zhang, 2011). Yogurt berasal dari bahasa Turki, memiliki nama lain seperti mast

(Iran), kisel mleka (Balkan), mauzun (Armenia), dan cieddu (Italia) (Irianto,

2013). Yogurt merupakan produk semisolid yang dibuat dengan pemanasan yang standar terhadap susu dicampur dengan adanya aktivitas dari simbiosis antara

Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii. Pada negara tertentu,

penamaan yogurt terbatas pada produk yang dibuat dari dua kultur bakteri tersebut, dan pada negara lainnya suatu produk yang dibuat dengan penambahan kultur probiotik lainnya juga dapat disebut produk yogurt. Kultur lain yang umumnya digunakan ialah Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium sp,

Lactobacillus reuteri, Lactobacillus casei, Lactobacillus rhamnosus GG,

Lactobacillus gasseri, dan Lactobacillus johnsonii (Chandan, 2006).

Yogurt kaya akan protein, beberapa vitamin B, dan mineral yang penting. Yogurt memiliki lemak sebanyak susu darimana ia dibuat. Karena struktur laktosa yogurt dirusak, maka yogurt bisa dikonsumsi orang yang alergi terhadap susu. Yogurt tidak mengandung vitamin C dan zat besi dalam jumlah yang cukup untuk


(30)

tubuh, tetapi yogurt merupakan sumber yang baik untuk mensuplai protein, fosfor, kalsium, magnesium, dan kalori (Irianto, 2013).

Tabel 2.1 Beberapa produk pangan probiotik (Yeo, et al., 2011) Produk pangan Bakteri probiotik

Yogurt Lactobacillus acidophilus Lactobacillus casei Bifidobacterium bifidum Whey drink Lactobacillus casei

Keju Lactobacillus casei

Whey cheese Bifidobacterium animals Lactobacillus acidophilus Lactobacillus paracasei

Es krim Lactobacillus johnsonii

2.1.4.2. Produk Probiotik dalam Sediaan Farmasi

Produk probiotik saat ini telah berkembang menjadi bentuk sediaan beku-kering padat yang memiliki umur simpan lebih lama dan tidak perlu pendinginan. Bentuk sediaan beku-kering probiotik dapat melindungi dan meningkatkan kelangsungan hidup bakteri sehingga memiliki stabilitas penyimpanan yang baik (Huckle dan Zhang, 2011).

Bentuk sediaan beku-kering probiotik dalam bidang farmasi yaitu : a. Serbuk

Sediaan probiotik dalam bentuk serbuk mempunyai stabilitas yang baik selama penyimpanan tetapi stabilitas penyimpanan probiotik dapat dipengaruhi oleh suhu dan cara penggunaan sediaan probiotik misalnya menyendoki serbuk dengan sendok basah. Suasana asam juga dapat mempengaruhi stabilitas sel beku-kering sehingga digunakan teknik enkapsulasi (Huckel dan Zhang, 2011). Contoh sediaan probiotik dalam bentuk serbuk yang terdapat di pasaran yaitu Lacto B


(31)

(Lactobacillus acidophilus 4,7 x 107 CFU/g, Bifidobacterium longum 1,3 x 107 CFU/g, Streptococcus thermophillus), susu mineral, konsentrat, vitamin C, vitamin B2, vitamin B6, niasin dan zink oksida (IAI, 2010).

b. Kapsul

Sebagian besar produk probiotik yang tersedia saat ini dibuat dalam bentuk sediaan kapsul. Hal ini karena sel-sel kering bisa dengan mudah dimasukkan ke dalam kapsul dan stabilitas selama penyimpanan dapat ditingkatkan daripada hanya disimpan dalam bentuk serbuk. Namun, sediaan kapsul masih memerlukan penyalutan (film enterik coating) untuk meningkatkan ketahanan sel bakteri terhadap asam lambung (Huckle dan Zhang, 2011). Contoh sediaan probiotik dalam bentuk kapsul yang berada di pasaran adalah Lacidofil yang mengandung 2 milyar (2 x 108)CFU organisme yang terdiri dari Lactobacillus helveticus Rosell-52 dan Lactobacillus rhamnosus Rosell-11. Zat tambahan yang digunakan yaitu maltodekstrin, magnesium stearat, asam askorbat (IAI, 2010).

c. Tablet

Selain kapsul dan serbuk, tablet juga merupakan bentuk sediaan probiotik dalam farmasi yang terdapat di pasaran. Keuntungan dari sediaan ini mampu melindungi bahan aktif yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan serbuk (Huckle dan Zhang, 2011). Contoh sediaan probiotik dalam bentuk tablet yaitu Lacbon dan Rillus. Tiap tablet Lacbon mengandung >50 juta Lactobacillus sporogenes. Tiap tablet Rillus mengandung viable cell 1,0 x 109 CFU yang terdiri dari Lactobacillus


(32)

fructooligosaccharide. Zat tambahan yang digunakan yaitu isomalt, xylitol, susu,

dan vanila (IAI, 2010).

2.2 Prebiotik

Prebiotik adalah nutrisi yang digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dan sebagai bahan tambahan pangan yang tidak dapat dimetabolisme oleh manusia untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri kolon yang dapat meningkatkan kesehatan manusia. Prebiotik dapat menstimulasi secara selektif pertumbuhan Bifidobacterium dan Lactobacillus dalam usus, sehingga meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap patogen. Beberapa nutrisi yang dikenal sebagai prebiotik adalah laktulosa, laktitol, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, laktosukrosa, dan inulin (Wardah, 2014).

2.3 Sinbiotik

Sinbiotik merupakan gabungan 2 istilah yaitu probiotik dan prebiotik yang dapat diasumsikan sebagai penggunaan probiotik dan prebiotik secara terpisah. Sinbiotik mengandung jumlah bakteri yang menguntungkan usus dan penggunaan nutrisi untuk bakteri tersebut sehingga bakteri probiotik di dalam usus dapat tumbuh cepat dan menghasilkan manfaat yang lebih efektif (Wardah, 2014). Contoh di dalam suatu produk mengandung bakteri Lactobacillus,

Bifidobacterium, Streptococcus sebagai probiotik dan fructooligosaccharide


(33)

2.4 Viabilitas Bakteri Probiotik

Viabilitas bakteri probiotik dalam produk pangan sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini karena bakteri probiotik dalam produk tersebut harus tetap dapat bertahan hidup saat berada pada kondisi asam dalam lambung, selama proses pemecahan dengan enzim hidrolisis dan garam empedu dalam usus kecil. Viabilitas bakteri probiotik bergantung pada jenis bakteri yang digunakan, interaksi antara spesies-spesies bakteri yang digunakan, pembentukan hidrogen peroksida selama proses metabolisme bakteri dan tingkat keasamaan dari produk tersebut. Viabilitas bakteri dipengaruhi oleh nutrisi, konsentrasi gula, konsentrasi inokulum dan lama fermentasi (Tamime, et al., 2005).

Viabilitas bakteri probiotik dapat dipertahankan dengan teknik enkapsulasi. Teknik enkapsulasi dapat melindungi dan meningkatkan kelangsungan hidup bakteri dalam produk obat serta melindungi senyawa tertentu atau sel biologis terhadap lingkungan sekitar yang dapat merusak bahan inti. Teknik enkapsulasi dapat melindungi bakteri dari panas, oksigen dan kelembaban serta meningkatkan sifat aliran selama pengembangan formulasi. Hal ini dapat digunakan untuk obat yang berbeda cara penggunaannya. Dalam industri makanan, bahan-bahan dalam formulasi mikroenkapsulasi membentuk penghalang untuk melindungi bahan inti terhadap gastrointestinal. Sifat fisikokimia bahan pelapis mempengaruhi kelangsungan hidup dari sel yang dikemas dalam probiotik, jenis dan konsentrasi bahan pelapis, ukuran partikel, jumlah sel awal dan strain bakteri yang penting selama formulasi (Solanki, et al., 2013).


(34)

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Probiotik 2.5.1. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis bakteri probiotik pada saat di preparasi dan pada saat terdapat di dalam produk makanan dan obat merupakan faktor yang penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup bakteri probiotik. Pengeringan dalam produk dapat menjaga stabilitas bakteri selama penyimpanan, sedangkan produk dalam bentuk cair memungkinkan adanya aktivitas metabolit aktif dari bakteri (Neha, et al., 2012).

2.5.2. Toksisitas Bahan

Kompatibilitas probiotik dengan bahan-bahan lain dalam formulasi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup bakteri. Interaksi antara probiotik dan bahan-bahan lainnya dapat melindungi, menetralkan, atau merugikan stabilitas probiotik misalnya masuknya pengawet antimikroba dapat menghambat kehidupan probiotik. Peningkatan kadar bahan seperti garam, asam organik, dan nitrat dapat menghambat probiotik selama penyimpanan sedangkan kultur starter kadang-kadang dapat menghambat pertumbuhan probiotik selama fermentasi melalui produksi bakteriosin tertentu (Lee dan Salminen, 2009).

2.5.3. Suhu

Suhu dimana organisme probiotik tumbuh sangat penting. Suhu optimum untuk pertumbuhan probiotik antara 370C hingga 430C. Probiotik Lactobacillus dapat tumbuh pada kisaran suhu yang lebih besar yaitu sampai 440C. Namun, ada juga yang dapat tumbuh pada suhu mesofilik yaitu suhu 150C (Lee dan Salminen, 2009). Bifidobacterium dapat tumbuh optimal pada suhu 37-410C, dengan kisaran


(35)

tumbuh baik pada suhu 37-400C tetapi juga dapat tumbuh pada suhu 520C (Wardah, 2014).

Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup probiotik selama pembuatan dan penyimpanan. Semakin rendah suhu maka viabilitas probiotik dalam produk akan lebih stabil. Selama pengolahan, suhu di atas 45-500C akan merugikan kelangsungan hidup probiotik. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang viabel. Peningkatan suhu juga memiliki efek yang merugikan terhadap stabilitas produk saat didistribusikan dan disimpan (Lee dan Salminen, 2009). 2.5.4. pH

Lactobacillus menghasilkan asam organik dari metabolisme karbohidrat.

Oleh karena itu, genus bakteri ini dapat mentolerir nilai pH lebih kecil dibandingkan dengan bakteri yang lain. Banyak penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa organisme probiotik dapat tahan terhadap asam saat transit di bagian lambung, meskipun waktu pemaparannya yang relatif singkat (Lee dan Salminen, 2009). Bifidobacterium tidak dapat tumbuh pada pH di atas 8,0 atau di bawah 4,5 sedangkan Streptococcus thermophilus mampu tumbuh pada pH 4 (Wardah, 2014).

2.5.5. Oksigen

Lactobacillus dianggap anaerob sehingga oksigen dapat merusak

pertumbuhan probiotik dan kelangsungan hidupnya. Namun, sensitivitas oksigen bervariasi antara spesies dan strain bakteri yang berbeda. Secara umum,

Lactobacillus yang sebagian besar bersifat mikroaerofil lebih toleran terhadap


(36)

Bifidobacterium termasuk kelompok bakteri anaerob walaupun demikian

beberapa jenis dari Bifidobacterium toleran terhadap oksigen, sedangkan

Streptococcus thermophilus merupakan bakteri fakultatif anaerob yaitu bakteri

yang dapat hidup dengan baik bila ada oksigen maupun tidak ada oksigen (Wardah, 2014).

2.5.6. Aktivitas Air

Kadar kelembaban dan aktivitas air yang tinggi akan menurunkan daya tahan probiotik. Adanya interaksi antara aktivitas air dengan suhu yang mempengaruhi kehidupan probiotik. Produk probiotik dapat memiliki masa simpan yang lama pada bentuk kering ketika disimpan pada suhu kamar jika kadar kelembabannya rendah. Pada umumnya aktivitas air yang rendah akan memberikan ketahanan hidup yang baik. Solusi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan ketahanan bakteri terhadap aktivitas air yaitu dengan cara mikroenkapsulasi (Neha, et al., 2012).

2.5.7. Nutrisi

Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrisi sebagai sumber karbon, nitrogen, dan energi untuk kehidupan dan pertumbuhannya serta mineral dan vitamin untuk faktor pertumbuhan. Nutrisi tersebut dibutuhkan untuk membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel. Kebutuhan zat-zat nutrisi setiap jasad renik bervariasi. Streptococcus, Lactobacillus, Bifidobacterium dan berbagai organisme heterotrof membutuhkan beberapa sumber nitrogen organik dalam bentuk asam amino, purin, dan pirimidin, serta faktor-faktor pertumbuhan seperti vitamin B, vitamin B1, vitamin B2, asam nikotinat, vitamin B6, asam pantotenat


(37)

dibutuhkan oleh kebanyakan jasad renik. Vitamin C tidak berfungsi sebagai faktor pertumbuhan, tetapi dapat merangsang pertumbuhan beberapa organisme karena diduga dapat mengatur potensi oksidasi-reduksi yang tepat terhadap medium (Fardiaz, 1992).

2.6 Pengukuran dan Pertumbuhan Mikroorganisme 2.6.1. Fase Pertumbuhan Mikroorganisme

Menurut Dwidjoseputro (1978) ada beberapa fase-fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase adaptasi, fase permulaan pembiakan, fase pembiakan cepat, fase pembiakan diperlambat, fase konstan, fase kematian, dan fase kematian dipercepat.

Pada fase pertama, yaitu 1 sampai 2 jam setelah pemindahan, bakteri belum mengadakan pembiakan fase ini disebut fase adaptasi. Fase ini disusul dengan fase kedua, dimana jumlah bakteri mulai bertambah sedikit demi sedikit.

Jumlah sel seluruhnya X : waktu

Y : log dari jumlah sel

2 8 14 20

Gambar 2.1 Grafik yang menunjukkan fase-fase pertumbuhan bakteri: 1. Fase adaptasi, 2. Fase permulaan pembiakan, 3. Fase pembiakan cepat, 4. Fase pembiakan diperlambat, 5. Fase konstan, 6. Fase kematian, 7. Fase kematian dipercepat (Dwidjoseputro, 1978).

2 1 X Y 6 5 4 7 3


(38)

Fase kedua ini disusul dengan fase pembiakan cepat atau fase logaritma dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat, maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum. Pada fase berikutnya terjadi penurunan jumlah sel-sel bakteri dikarenakan faktor keadaan medium yang buruk, perubahan pH, dan menumpuknya produk buangan yang bersifat toksik sehingga kecepatan pertumbuhan bakteri menjadi berkurang fase ini disebut fase pembiakan diperlambat. Selanjutnya fase dimana jumlah bakteri yang membelah sama dengan jumlah bakteri yang mati, fase ini disebut fase konstan atau fase stasioner. Fase ini disusul dengan fase dimana jumlah bakteri yang mati makin banyak dan melebihi jumlah bakteri yang membelah diri, fase ini disebut fase kematian. Fase akhir yaitu fase dimana jumlah bakteri yang mati bertambah. Keadaan ini dapat berlangsung selama beberapa minggu. Hal ini bergantung kepada spesies dan keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan. Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus maka dapat mengakibatkan bakteri tidak dapat dihidupkan kembali dalam medium baru.

2.6.2. Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel per satuan isi kultur) ataupun densitas sel (berat kering dari sel-sel per satuan isi kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur. Kedua parameter tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivasi


(39)

Menurut Pratiwi (2008) pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Pengukuran menggunakan bilik hitung (counting chamber)

Pada pengukuran ini, untuk bakteri digunakan bilik hitung Petrofff-Hausser sedangkan untuk mikroorganisme eukariot digunakan hemositometer. Keuntungan menggunakan metode ini adalah mudah, murah dan cepat, serta dapat diperoleh informasi tentang ukuran dan morfologi mikroorganisme. Kerugiannya adalah populasi mikroorganisme yang digunakan harus banyak (minimum berkisar 106 CFU/ml), karena pengukuran dengan volume dalam jumlah sedikit tidak dapat dibedakan antara sel hidup dan sel mati, serta kesulitan menghitung sel yang motil.

b. Pengukuran menggunakan electronic counter

Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tahanan listrik (ditandai dengan naiknya tahanan) pada saat bakteri melalui orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan akurat serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan debris, filamen dan sebagainya serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati.


(40)

c. Pengukuran dengan plating technique

Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300.

Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dan dapat digunakan untuk menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel.

d. Pengukuran dengan menggunakan teknik filtrasi membran (membrane

filtration tehnique)

Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan bantuan vacuum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media yang sesuai kemudian jumlah koloni bakteri dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung, sedangkan kerugiannya adalah tidak ekonomis.


(41)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan pada manusia ketika diberikan dalam jumlah yang cukup. Probiotik telah diuji secara luas pada hewan maupun manusia untuk memberikan efek yang menguntungkan dalam pencegahan dan pengobatan pada spektrum yang luas terhadap gangguan pencernaan, gangguan dari transit kolon pada karsinogenesis kolon. Makanan fungsional lainnya itu termasuk prebiotik dan sinbiotik. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna secara selektif merangsang pertumbuhan dan aktivitas satu atau sejumlah bakteri dikolon, sedangkan sinbiotik adalah gabungan dari probiotik dan prebiotik (Picard, et al., 2005).

Bakteri-bakteri probiotik memiliki banyak sekali manfaat seperti bakteri

Lactobacillus, Bifidobacterium dan Streptococcus thermophillus mampu

menurunkan kerusakan Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) setelah terpapar agen genotoksik. Beberapa probiotik juga dapat merangsang sistem kekebalan tubuh melalui tindakan yang non spesifik sehingga mengakibatkan peningkatan respon kekebalan tubuh terhadap berbagai macam antigen secara luas (Picard, et al., 2005).

Menurut penelitian Prakash, et al., (2011) menyebutkan bahwa probiotik dapat bermanfaat terhadap pengobatan pada pasien hiperlipidemia, kanker


(42)

kolorektal, digunakan untuk metode pengobatan penyakit radang usus atau

irritable bowel disease (IBD), dan penyakit hati berlemak non alkohol.

Mikrobiota usus yang terdapat di dalam saluran pencernaan disebut juga dengan mikroflora yang memiliki peranan penting dalam kesehatan manusia. Mikrobiota usus mempunyai peranan pada etiologi dan patologi dari penyakit, sejumlah penyakit yang berhubungan dengan perubahan dari mikrobiota usus dapat diobati dan dicegah melalui hubungan yang tepat terhadap pengaturan antara jumlah dan jenis dari bakteri yang ada. Beberapa gangguan yang berkaitan dengan mikroflora seperti kanker kolon, hiperkolesterolemia, dan penyakit hati berlemak non alkohol (Prakash, et al., 2011).

Siklus pertumbuhan Lactobacillus bervariasi sekitar 1-500C, tetapi kebanyakan digunakan sebagai biakan pemula dalam fermentasi pangan terkontrol dan tumbuh baik pada suhu 25-400C. Bakteri Lactobacillus berdistribusi luas dapat ditemukan pada tanaman, sayuran, biji, susu dan susu olahan, daging baik daging olahan maupun daging fementasi serta dapat dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul untuk dikonsumsi sebagai probiotik (Wardah, 2013).

Probiotik harus sampai ketempat target dalam jumlah yang cukup dan fase aktif metabolisme yang efektif sehingga dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tubuh. Penyampaian probiotik ke saluran gastointestinal dapat lebih rendah dengan adanya asam dan empedu yang dapat menghambat kelangsungan hidup probiotik disebabkan perjalanannya melalui usus (khususnya lingkungan asam perut) (Prakash, et al., 2011).


(43)

bakteri-bakteri probiotik tersebut sampai ke tempat target maka dibuat sediaan probiotik dalam berbagai formulasi dan metode (Prakash, et al., 2011). Namun, penelitian menunjukkan kebutuhan untuk memantau kelangsungan hidup dari bakteri probiotik dari suatu produk probiotik di pasaran sering diabaikan, dengan akibat sejumlah produk mencapai tangan konsumen mempunyai jumlah bakteri hidup di bawah tahap optimum (Sanders, et al., 2007). Satuan perhitungan koloni bakteri yang dipakai adalah colony forming unit (CFU). Jumlah minimal strain probiotik yang ada dalam produk makanan adalah sebesar 106 CFU/g atau jumlah strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada saat berada dalam saluran pencernaan (Shah, 2007).

Sediaan probiotik yang berada di pasaran saat ini dapat berupa kapsul dan tablet seperti Lacbon dalam bentuk tablet yang mengandung Lactobacillus

sporogenes >50 juta, Rillus dalam bentuk tablet kunyah yang mengandung

Lactobacillus reutrii 108 CFU, Lacidofil dalam bentuk kapsul yang mengandung

Lactobacillus rhamnosus R0011 1,9 x 109 CFU dan Lactobacillus acidophilus 0,1 x 109 CFU, dan Lacto B dalam bentuk serbuk yang mengandung Lactobacillus

acidophilus, Bifidobacterium longum dan Streptococcus faeeium

1 x 107 CFU/g (IAI, 2010).

Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dilakukan penetapan Angka Lempeng Total bakteri (ALT) yang tumbuh didalam sediaan probiotik dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA).


(44)

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian adalah apakah jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik masih sesuai dengan yang tertera di label kemasan ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik tidak sesuai dengan yang tertera di dalam label kemasan karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik apakah masih sesuai atau tidak dengan yang tertera di label kemasan.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui viabilitas bakteri yang terdapat pada obat-obat probotik yang beredar di pasaran.


(45)

PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI (ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK

ABSTRAK

Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan pada manusia ketika diberikan dalam jumlah yang cukup. Probiotik harus disampaikan ketempat target dalam jumlah yang cukup dan fase aktif metabolisme yang efektif sehingga dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tubuh. Sediaan probiotik yang berada di pasaran saat ini dapat berupa kapsul dan tablet yang mempunyai jumlah bakteri-bakteri probiotik yang tertera di masing-masing kemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik masih sesuai atau tidak dengan yang tertera di label kemasan.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan obat probiotik dengan cara penetapan angka lempeng total bakteri menggunakan media Plate Count

Agar (PCA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan A (1,03 x 109 CFU/tablet), sediaan B (17,5 x 107 CFU/tablet), sediaan C (2,01 x 108 CFU/kapsul) dan sediaan D (34 x 106 CFU/g). Dapat disimpulkan bahwa sediaan A, B, dan C jumlah koloni bakteri sama dengan jumlah yang tertera di label kemasan tetapi sediaan D jumlah koloni bakteri lebih rendah dengan yang tertera di dalam label kemasan karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi.


(46)

DETERMINATION OF TOTAL PLATE COUNT OF BACTERIA ON PROBIOTIC DRUGS

ABSTRACT

Probiotics are defined as live micro-organisms which confer a health benefit on the host when administered in adequate amounts. Probiotics must be delivered to the target sites in sufficient number and metabolic active phase to be effective so as to provide a beneficial effect fot the body. The supply of probiotic in market nowadays can be found in capsules and tablets which has a number of probiotic bacteria contained in each package. The purpose of this research was to determine the number of bacteria contained in probiotic drugs on the label package.

This research used some different probiotic brands, brands Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C) and Lacto B (D) was to looked at the amount of bacteria colonies contained in supply of probiotic drugs by determining total plate count of bacteria using Plate Count Agar (PCA) media .

The results of this research shows that the number of bacterial colonies contained in brand A (1.03 x 109 CFU/tablet), brand B (17.5 x 107 CFU/tablet), brand C (2.01 x 108 CFU/capsules) and brand D (34 x 106 CFU/g). The result of this research concluded that brand A, B, and C amount of bacteria colonies are same with the listed amount in label package but in brand D the amount of bacteria colonies are lower with the listed amount in label package because there are some factors influence.


(47)

PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI

(ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK

SKRIPSI

OLEH:

Anita Carollina

NIM 131524011

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(48)

PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI

(ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ANITA CAROLLINA

NIM 131524011

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(49)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI (ALT)

DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK

OLEH:

ANITA CAROLLINA 131524011

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 4 September 2015

s Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt NIP 195006071979031001

Medan, Agustus 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan

Dr. Masfria, M.S., Apt NIP 195707231986012001 Pembimbing II

Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt NIP 195006121980032001

Panitia Penguji

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt NIP 195008281976032002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt NIP 195006071979031001

Dr. Masfria, M.S., Apt NIP 195707231986012001

Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt NIP 197806032005012004


(50)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Penetapan Angka Lempeng Total Bakteri (ALT) Dalam Obat-obat Probiotik”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., selaku Pembimbing II, yang telah membimbing, memberikan pengarahan dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt., selaku tim penguji yang telah memberikan petunjuk serta saran-saran dalam menyempurnakan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Bahruddin S.E, M.M dan Ibunda Megaria, S.Pd., yang selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang, perhatian, dan semangat yang tak terhingga kepada penulis, dan tak lupa pula kepada kakak saya Andria Eko


(51)

serta seluruh keluarga yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan, semangat dan perhatiannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta, seluruh teman-teman dari Palembang, seluruh teman-teman ekstensi farmasi angkatan 2013 dan seluruh asisten laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, serta seluruh pihak yang ikut membantu penulis yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat, doa yang tulus serta pengorbanan yang tidak ternilai dengan apapun baik materi maupun non-materi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(52)

PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI (ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK

ABSTRAK

Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan pada manusia ketika diberikan dalam jumlah yang cukup. Probiotik harus disampaikan ketempat target dalam jumlah yang cukup dan fase aktif metabolisme yang efektif sehingga dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tubuh. Sediaan probiotik yang berada di pasaran saat ini dapat berupa kapsul dan tablet yang mempunyai jumlah bakteri-bakteri probiotik yang tertera di masing-masing kemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik masih sesuai atau tidak dengan yang tertera di label kemasan.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan obat probiotik dengan cara penetapan angka lempeng total bakteri menggunakan media Plate Count

Agar (PCA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan A (1,03 x 109 CFU/tablet), sediaan B (17,5 x 107 CFU/tablet), sediaan C (2,01 x 108 CFU/kapsul) dan sediaan D (34 x 106 CFU/g). Dapat disimpulkan bahwa sediaan A, B, dan C jumlah koloni bakteri sama dengan jumlah yang tertera di label kemasan tetapi sediaan D jumlah koloni bakteri lebih rendah dengan yang tertera di dalam label kemasan karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi.


(53)

DETERMINATION OF TOTAL PLATE COUNT OF BACTERIA ON PROBIOTIC DRUGS

ABSTRACT

Probiotics are defined as live micro-organisms which confer a health benefit on the host when administered in adequate amounts. Probiotics must be delivered to the target sites in sufficient number and metabolic active phase to be effective so as to provide a beneficial effect fot the body. The supply of probiotic in market nowadays can be found in capsules and tablets which has a number of probiotic bacteria contained in each package. The purpose of this research was to determine the number of bacteria contained in probiotic drugs on the label package.

This research used some different probiotic brands, brands Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C) and Lacto B (D) was to looked at the amount of bacteria colonies contained in supply of probiotic drugs by determining total plate count of bacteria using Plate Count Agar (PCA) media .

The results of this research shows that the number of bacterial colonies contained in brand A (1.03 x 109 CFU/tablet), brand B (17.5 x 107 CFU/tablet), brand C (2.01 x 108 CFU/capsules) and brand D (34 x 106 CFU/g). The result of this research concluded that brand A, B, and C amount of bacteria colonies are same with the listed amount in label package but in brand D the amount of bacteria colonies are lower with the listed amount in label package because there are some factors influence.


(54)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... . 5

2.1 Probiotik ... 5

2.1.1 Definisi Probiotik ... 5

2.1.2 Manfaat Probiotik ... . 6

2.1.3 Bakteri Probiotik ... ... 9


(55)

2.2 Prebiotik ... 15

2.3 Sinbiotik ... 15

2.4 Viabilitas Bakteri Probiotik... ... 16

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Probiotik .... 17

2.5.1 Kondisi Fisiologis ... 17

2.5.2 Toksisitas Bahan ... 17

2.5.3 Suhu ... 17

2.5.4 pH ... 18

2.5.5 Oksigen ... 18

2.5.6 Akvitas Air ... 19

2.5.7 Nutrisi ... 19

2.6 Pengukuran dan Pertumbuhan Mikroorganisme ... 20

2.6.1 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ... 20

2.6.2 Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Sampel ... 24

3.2 Persiapan Penelitian ... 25

3.2.1 Alat ... 25

3.2.2 Bahan ... 25

3.2.3 Sterilisasi Alat ... 25

3.3 Pembuatan Media dan Pereaksi ... 25

3.3.1 Plate Count Agar ... 25

3.3.2 Larutan NaCl 0,9% ... 26


(56)

3.4.1 Pengumpulan Sampel ... 26

3.4.2 Angka Lempeng Total ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Angka Lempeng Total pada Sampel ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(57)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kurva fase pertumbuhan mikroorganisme ... 20 4.1 Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaaan A, B, C


(58)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Beberapa produk pangan probiotik ... 13 4.1 Jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan- sediaan


(59)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sampel ... 37 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel ... 39 3. Perhitungan Jumlah koloni bakteri yang terdapat


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... . 5

2.1 Probiotik ... 5

2.1.1 Definisi Probiotik ... 5

2.1.2 Manfaat Probiotik ... . 6

2.1.3 Bakteri Probiotik ... ... 9


(2)

2.2 Prebiotik ... 15

2.3 Sinbiotik ... 15

2.4 Viabilitas Bakteri Probiotik... ... 16

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Probiotik .... 17

2.5.1 Kondisi Fisiologis ... 17

2.5.2 Toksisitas Bahan ... 17

2.5.3 Suhu ... 17

2.5.4 pH ... 18

2.5.5 Oksigen ... 18

2.5.6 Akvitas Air ... 19

2.5.7 Nutrisi ... 19

2.6 Pengukuran dan Pertumbuhan Mikroorganisme ... 20

2.6.1 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ... 20

2.6.2 Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Sampel ... 24

3.2 Persiapan Penelitian ... 25

3.2.1 Alat ... 25

3.2.2 Bahan ... 25

3.2.3 Sterilisasi Alat ... 25

3.3 Pembuatan Media dan Pereaksi ... 25

3.3.1 Plate Count Agar ... 25

3.3.2 Larutan NaCl 0,9% ... 26


(3)

3.4.1 Pengumpulan Sampel ... 26

3.4.2 Angka Lempeng Total ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Angka Lempeng Total pada Sampel ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kurva fase pertumbuhan mikroorganisme ... 20 4.1 Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaaan A, B, C


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Beberapa produk pangan probiotik ... 13 4.1 Jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan- sediaan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sampel ... 37 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel ... 39 3. Perhitungan Jumlah koloni bakteri yang terdapat