Penetapan Angka Lempeng Total Pada Air Sungai Belawan

(1)

PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL PADA AIR SUNGAI

BELAWAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

FAUZIYAH AMIN NAIBAHO NIM 122410003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Angka Lempeng Total Pada Air Sungai Belawan ” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga akhirnya terselesaikan Tugas Akhir ini. Terutama, dorongan dari kedua orang tua penulis yang telah membesarkan penulis dengan sepenuh hati, juga dalam mendidik penulis dengan penuh kasih sayang serta doa yang tiada henti – hentinya kepada penulis tanpa terkecuali kepada Kakak, abang dan adik dalam memberikan motivasi sampai penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini juga tidak pernah berhenti untuk menempuh cita - cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt, selaku Wakil Dekan I Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga selesainya tugas akhir ini.

5. Seluruh dosen/staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal yang telah membimbing penulis saat Praktek Kerja Lapangan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal (IPA).

7. Sahabat-sahabat penulis yang memberikan semangat, motivasi, tempat untuk bertukar fikiran dan dukungan dalam suka dan duka dalam menyelesaikan tugas akhir.

8. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2012 semuanya tanpa terkecuali adik – adik stambuk 2013 dan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun. Oleh karena itu, penulis sangat membuka luas bagi yang ingin


(5)

menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan untuk menambah pengetahuan penulis dalam membuat tulisan – tulisan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun yang memerlukannya. Amin

Medan, April 2015 Penulis

Fauziyah Amin Naibaho NIM 122410003


(6)

Penentuan Angka Lempeng Total Pada Air Sungai Belawan Abstrak

Air merupakan sumber daya alam sangat penting dan mutlak diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Air juga unsur utama dalam tumbuhan, tubuh hewan dan tubuh manusia.Air sungai merupakan jenis air permukaan dimana air ini mendapat derajat pengotoran yang sangat tinggi,

Sampel air sungai belawan yang digunakan dilakukan pemeriksaan dengan metode analisis angka lempeng total bakteri (viabel count) sehingga didapat tingkat pencemaran air sungai yang tinggi, didapat jumlah Angka lempeng total sebesar 900 cfu/ml pada pengenceran 10-1, pH 7,2 dan kekeruhan sebanyak 106 NTU.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen, memiliki kekeruhan < 5NTU sehingga untuk air sungai belawan diperlukan pengolahan lebih lanjut agar air tersebut dapat digunakan sebagai air minum seperti melalui proses fisika yaitu penyaringan, pengedapan, melalui proses kimiawi seperti koagulasi, flokulasi, desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme, melalui pengolahan khusus untuk menghilangkan rasa dan bau, menghilangkan besi dan mangan.

Metode pengolahan yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Sunggal ialah dengan penyaringan kasar dan halus unutk memisahkan sampah – sampah yang terdapat di air sungai kemudian dilakukan pemberian pree chlorination dilakukan pengendapan berdasarkan daya gravitasi sehingga air akan terpisah dengan lumpur–lumpur. Air tersebut dipompa kedalam clearator untuk dilakukan proses flokulasi dan koagulasi kemudian dilakukan penyaringan. Air yang melalui filter dilakukan penambahan post chlotination di dalam reservoir.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Air ... 3

2.2 Sumber Air ... 4

2.2.1 Air Permukaan ... 4

2.2.2 Air Tanah ... 5

2.2.3 Air Atmosfir ... 6

2.2.4 Air Laut ... 6

2.3. Klasifikasi Mutu Air ... 7


(8)

2.4.1 Metode Pengolahan Fisik ... 7

2.4.2 Metode Pengolahan Kimia ... 9

2.4.3 Metode Pengolahan Khusus ... 12

2.5 Pencemaran Air ... 12

2.6 Golongan Air ... 13

2.7 Persyaratan Air Bersih ... 14

2.7.1 Persyaratan Air Secara fisik ... 14

2.7.2 Persyaratan Air Secara Kimia ... 15

2.7.3 Persyaratan Air Secara Biologi ... 16

BAB III METODE PENGUJIAN ... 17

3.1 Tempat Pengambilan Sampel ... 17

3.2 Sampel, Alat Dan Bahan ... 17

3.2.1 Sampel ... 17

3.2.2 Alat ... 17

3.2.3 Bahan ... 17

3.3 Pembuatan media ... 18

3.3.1 Pembuatan Media PCA ... 18

3.3.2 Pembuatan Media NaCl ... 18

3.4 Prosedur ... 18

3.4.1 Sterilisasi Alat ... 18

3.4.2 Pengenceran ... 18


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil ... 21

4.2 Pembahasan ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1 Kesimpulan ... 22

5.2 Saran ... 22 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Sampel ... 24 2. Diagram Alir ... 25 3.. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Menkes/ per/ IV/ 2010

tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum .... 29 4. Gambar Alat ... 33 5. Gambar Tahapan Pengujian ... 35 6. Skema Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ... 36


(11)

Penentuan Angka Lempeng Total Pada Air Sungai Belawan Abstrak

Air merupakan sumber daya alam sangat penting dan mutlak diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Air juga unsur utama dalam tumbuhan, tubuh hewan dan tubuh manusia.Air sungai merupakan jenis air permukaan dimana air ini mendapat derajat pengotoran yang sangat tinggi,

Sampel air sungai belawan yang digunakan dilakukan pemeriksaan dengan metode analisis angka lempeng total bakteri (viabel count) sehingga didapat tingkat pencemaran air sungai yang tinggi, didapat jumlah Angka lempeng total sebesar 900 cfu/ml pada pengenceran 10-1, pH 7,2 dan kekeruhan sebanyak 106 NTU.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen, memiliki kekeruhan < 5NTU sehingga untuk air sungai belawan diperlukan pengolahan lebih lanjut agar air tersebut dapat digunakan sebagai air minum seperti melalui proses fisika yaitu penyaringan, pengedapan, melalui proses kimiawi seperti koagulasi, flokulasi, desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme, melalui pengolahan khusus untuk menghilangkan rasa dan bau, menghilangkan besi dan mangan.

Metode pengolahan yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Sunggal ialah dengan penyaringan kasar dan halus unutk memisahkan sampah – sampah yang terdapat di air sungai kemudian dilakukan pemberian pree chlorination dilakukan pengendapan berdasarkan daya gravitasi sehingga air akan terpisah dengan lumpur–lumpur. Air tersebut dipompa kedalam clearator untuk dilakukan proses flokulasi dan koagulasi kemudian dilakukan penyaringan. Air yang melalui filter dilakukan penambahan post chlotination di dalam reservoir.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air tanpa air tidak ada kehidupan. Kebutuhan air menyangkut dua hal: (1) air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati, (2) air untuk kehidupan kita dalam berbudaya (Mahida, 1984).

Air juga termasuk alat untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu kebagian lain, misalnya darah sebagian besar terdiri dari air, mengalir keseluruh bagian tubuh dan membawa oksigen yang terikat pada sel darah merah kesemua sel dalam tubuh. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh (Mahida, 1984).

Air sungai merupakan jenis air permukaan dimana, air sungai merupakan air yang mendapat pengotoran yang sangat tinggi. Oleh karena itu air tersebut harus mengalami pengolahan fisika seperti penyaringan, pengendapan, pengolahan kimia untuk membentuk flokulasi dan koagulasi, pemberian desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme, pengolahan secara khusus untuk menghilangkan baru dan rasa. Air harus dapat memenuhi kebutuhan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang “Penentuan Angka Lempeng Total Pada Air Sungai Belawan” karena analisis tersebut sangat menentukan kualitas dari air sungai belawan yang akan digunakan masyarakat.


(13)

1.2 Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran pada air sungai belawan yang bertujuan untuk penangangan dan pemberian zat–zat yang dapat menghilangkan pencemaran tersebut supaya air yang akan didistribusikan memenuhi persyaratan secara mikrobiologi.

1.2.2 Manfaat

Agar dapat menambah wawasan penulis dalam melakukan pengujian tentang pencemaran mikrobiologi yang terdapat didalam air sungai belawan.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air tanpa air tidak ada kehidupan. Kebutuhan air menyangkut dua hal: (1) air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati, (2) air untuk kehidupan kita dalam berbudaya (Mahida, 1984).

Air sebagai sumber daya alam sangat penting dan mutlak diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh hewan dan tubuh manusia. Air digunakan manusia untuk berbagai keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, industri, sumber energi, sarana transportasi dan tempat rekresi (Manik, 2009).

Rumus kimia dari air adalah merupakan perpaduan dua atom H (hidrogen) dan satu atom O (oksigen) dengan formula atau rumus molekul H2O. Air yang berada

dialam ditemukan dengan wujud padat, cair, dan gas. Pada tekanan atmosfer (76 cm-Hg) dan didinginkan sampai 0 . Dalam keadaan normal (murni), air bersifat netral dan dapat melarutkan berbagai zat. Air akan pecah menjadi unsur H dan O pada suhu 2500 (Manik, 2009).

Air mungkin saja terlihat jernih, tidak berbau dan tidak berasa tetapi tidak aman untuk diminum. Air yang baik untuk diminum ialah air yang bebas mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak kesehatan. Air


(15)

mengalami polusi dan tidak dapat diminum ialah air yang mengalami pencemaran oleh mikroorganisme atau zat–zat kimia (Peleczar, 1988).

Perairan alamiah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Air atmosfer, air yang terkandung dalam awan dan dipresipitasikan sebagai hujan, salju atau hujan batu es

2. Kumpulan air seperti danau, kali dan laut

3. Air dibawah permukaan tanah di daerah yang semula pori tanahnya serta ruang didalam dan diantara batu–batunya jenuh dengan air (Irianto, 2006).

2.2 Sumber Air 2.2.1 Air Permukaan

Air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini, mendapat pengotoran selama pengalirannya. Pengotorannya seperti lumpur, batang– batang kayu, daun–daun, kotoran industri dan sebagainya. Pengotoran terjadi secara fisik, kimia dan bakteriologi (biologi) sehingga menyebabkan kualitas air permukaan menjadi berbeda–beda (Waluyo,2009).

Air permukaan sangat mudah terkena pencemaran air sehingga untuk menghilangkan kontaminan air tersebut diberi perlakuan atau di didihkan sebelum diminum (Peleczar, 1988).

Air permukaan dibagi menjadi air sungai dan air rawa atau danau. Air sungai mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Air sungai mengalami proses yang panjang agar dapat digunakan sebagai air minum sedangkan air danau kebanyakan


(16)

berwarna yang disebabkan oleh zat–zat organik yang telah membusuk. Pembusukan dapat menyebabkan kadar Fe dan Mn semakin tinggi demikian pula kelarutan oksigen menjadi sangat berkurang sampai mencapai keadaan anaerob (Waluyo,2009).

Air danau atau air tawar biasanya ditumbuhi alga pada permukaannya. Pengambilan air rawa sebaiknya pada kedalaman yang tengah agar endapan Fe dan Mn tidak terbawa demikian juga dengan alga dan lumut yang ada di permukaan (Waluyo,2009).

2.2.2 Air Tanah

Air tanah secara umum terbagi menjadi 1. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah. Lumpur dan bakteri akan tertahan sehingga air tanah dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung zat–zat kimia (garam–garam terlarut) karena melalui lapisan tanah yang memiliki unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapis tanah. Air tanah dangkal memiliki kedalaman sampai 15 meter.

2. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam lebih sulit daripada air tanah dangkal. Kualitas air tanah dalam lebih baik daripada air tanah dangkal karena terjadi penyaringan yang lebih sempurna terutama untuk bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Kualitas air tanah dalam masih sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim


(17)

3. Mata air

Air yang berasal dari sumur atau mata air telah mengalami penyaringan selama perjalanannya menembus lapisan–lapisan tanah sehingga partikel– partikel yang tersuspensikan didalamnya termasuk mikroorganisme tersingkirkan (Peleczar, 1988).

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Air yang berasal dari mata air hampir tidak dipengaruh oleh musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan munculnya kepermukaan tanah dibagi menjadi:

- Rembesan, dimana air keluar dari lereng – lereng

- Umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu dataran (Waluyo,2009). 2.2.3 Air Atmosfir (Air Hujan)

Air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran (Waluyo,2009).

Air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa–pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga air ini mempercepat terjadinya karatan (korosi). Air hujan juga memiliki sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo,2009).


(18)

2.2.4 Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung berbagai garam, misalnya NaCl. Garam NaCl memiliki kadar dalam air laut lebih kurang 3 %. Air laut tanpa diolah terlebih dahulu tidak memenuhi syarat untuk air minum (Waluyo,2009).

2.3 Klasifikasi Mutu Air

Klafisikasi mutu air dibagi menjadi empat (4) kelas, yaitu:

a) Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b) Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

c) Kelas tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (Manik,2009).


(19)

2.4 Pengolahan Air

2.4.1 Metode Pengolahan Fisik 1. Penyaringan

Penyaringan digunakan untuk memastikan bahwa satuan utama dalam suatu instalasi pengolahan bekerja lebih efisien, maka diperlukan pembuangan sampah-sampah besar yang mengambang dan terapung., misalnya batang-batang kayu. Saringan kasar dari batang-batang yang berjarak kira-kira 0,75 hingga 2 inci (20 hingga 50 mm), sedangkan saringan mikro (atau ayakan mikro) dibuat dalam bentuk suatu drum yang ditutup dengan saringan jala halus yang ditunjang oleh suatu jala kasar sebagai penguat. Lubang saringan bervariasi kira-kira 23 hingga 65 mikron.

2. Aerasi

Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam berbagai variasi operasi, yaitu: tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut, pembuangan karbondioksida, pembuangan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa dan pembuangan minyak uang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa.

3. Pencampuran

Bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat dimasukkan dengan mesin pemasukan larutan atau mesin pemasukan kering. Bahan-bahan kimia ini haruslah tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran yang sempurna agar efektif.


(20)

4. Flokulasi

Bahan-bahan pengental kimia apabila ditambahkan ke air yang mengandung kekeruhan, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap (koagulasi). Pembuangan kumpulan partikel pada awalnya sangat kecil, pengadukan cepat harus di ikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus (flokulasi) selama 20 – 30 menit. Hal ini akan menyebabkan bertumbukannya kumpulan-kumpulan partikel kecil yang akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit. Berhubung dengan kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat dibuang dengan pengendapan gaya berat.

5. Pengendapan

Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk, dan jenis partikel yang bersangkutan. Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat diendapkan.

6. Filtrasi

Filter yang biasa digunakan terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan batu bara yang ditunjang dengan ditunjang diatas suatu tumpukan kerikil. Air yang lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan flokulan akan bersentuhan dan melekat dengan butir-butir pasir tersebut. Hal ini kan memperkecil ukuran celah-celah yang dapat dilalui air dan menghasilkan daya penyaringan (Linsley dan Joseph, 1985).


(21)

2.4.2 Metode Pengolahan Kimiawi 1. Koagulasi

Bahan-bahan padat terapung yang berukuran halus atau koloidal di dalam air dapat dihilangkan dengan menggunakan bahan-bahan kimia agar dapat terapung dengan lebih sempurna. Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh untuk membentuk endapan flokulan. Koagulan yang paling sering digunakan adalah alum [Al2(SO4)3.18H2O], yang bereaksi dengan alkalinitas di dalam

air untuk membentuk suatu kumpulan Aluminum Hidroksida (Linsley dan Joseph, 1985).

Prosedur yang digunakan dalam pemurnian buatan meliputi koagulasi sedimentasi, penyaringan dan penggunaan bahan kimia seperti klor, ozon, dan iodium. Langkah pertama ialah membuang bahan yang melayang didalamnya dengan penambahan tawas (Aluminium Kalium Sulfat). Tawas membentuk endapan seperti, gelatin yang mengendapan pelan–pelan dengan membawa benda–benda partikel dan sejumlah besar mikroorganisme (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

Air dipompa ke alat penyaringan setelah endapan tawas mengendap. Untuk menghilangkan partikel yang ketinggalan dan bakteri yang tersisa, penyaringan dibuat dari pasir dan kerikil dengan partikel–patikel halus dekat dengan permukaan. Langkah akhir dalam pemurnian air minum ialah memberikan perlakuan kimia untuk menjamin bahwa tidak ada organisme patogen enterik dengan penambahan klor kedalam air (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).


(22)

2. Disinfeksi

Disinfeksi bermaksud membunuh bakteri patogen yang penyebarannya melalui air, seperti bakteri penyebab typhus, kolera, disentri, dan lain-lain. Metode tersebut merupakan salah satu cara untuk membunuh bakteri patogen, karena ada 3 cara yaitu:

- Cara kimia, yaitu dengan cara penambahan bahan kimia

- Cara fisika, yaitu dengan pemanasan dengan air, sinar ultraviolet

- Cara mekanis, yaitu dengan pengendapan (bakteri berkurang 25 – 75%).

Klor memiliki beberapa kualitas yang mendukung penggunaannya dalam persediaan air. Keunggulan klor adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Disamping itu klor juga cukup stabil (tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

Ozon merupakan suatu senyawa pengoksidasian yang kuat, juga desinfektan air yang efektif, tetapi mahal. Ozon mempunyai kelebihan terhadap klor karena menghilangkan rasa yang tidak dikehendaki, tetapi harganya membatasi penggunaan yang praktis pada saat ini. Selain itu ozon tidak mempunyai efek anti mikroorganisme yang terus – menerus seperti klor (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan cara yang akan dipilih, yaitu:

- Daya (kekuatan) dalam membunuh mikroorganisme patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa, dan cacing


(23)

- Kemampuan dalam memproduksi residu yang akan berfungsi sebagai pelindung kualitas air pada sistem distribusi

- Kualitas estetika (warna, rasa, bau) dari air yang didesinfeksi - Teknologi pengadaan dan penggunaan yang tersedia

- Faktor ekonomi (Waluyo, 2009). 2.4.3 Metode Pengolahan Khusus

1. Menghilangkan Rasa dan Bau

Rasa dan bau disebabkan oleh gas-gas terlarut, zat-zat organik hidup, zat-zat organik yang membusuk, limbah industri dan klorin, baik sebagai residu atau dalam gabungan dengan fenol atau bahan-bahan organik yang membusuk. Aerasi, adsorpsi, dan oksidasi adalah beberapa metode yang telah dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau

2. Menghilangkan Besi dan Mangan

Metode yang digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan, penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi, filtrasi melalui zeolit mangan, dan pertukaran ion, namun metode yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan adalah metode oksidasi dan presipitasi (Linsley dan Joseph, 1985).

2.5 Pencemaran Air

Penetapan standar air yang bersih tidak mudah, air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya, apabila terdapat penyimpanan dari keadaan normal maka hal ini berarti air tersebut telah mengalami


(24)

pencemaran. Air dari mata air dipegunungan apabila lokasi pengambilan yang berbeda akan menghasikan keadaan normal yang berbeda pula. Air yang ada dibumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut didalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air dimuka bumi ini tercemar.

Air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2 dan debu

Air dari mata air mengandung Na, Mg, Ca, Fe, O2 (Wardhana, 1995).

Pencemaran didalam air diklasifikasikan menjadi: 1. Ionik dan terlarut

2. Non ionik dan tak terlarut 3. Gas –gas

Pencemaran tersebut digolongkan menjadi dua golongan tergantung pada positif dan negatif. Pencemaran non ionik dan tak larut sering kategorikan menurut ukurannya dan sebagai terapung jika mereka mengendap atau sebagai koloidal jika tak dapat mengendap. Warna dan bahan dapat diklasifikasikan baik sebagai ionik dan terlarut maupun sebagai non ionik terlarut maupun sebagai non ionik tak terlarut tergantung pada sifat molekulnya (Linsley, R dan Joseph B, 1979).

2.6 Golongan Air

Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata–rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara


(25)

150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).

Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan– golongan air tersebut, antara lain:

1. Air tanpa pengotoran, mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan patogen atau zat kimia beracun

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi, MPN< 50/100 cc 3. Air dengan penjernihan lengkap, MPN < 5000/ 100 cc

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap, MPN < 5000/100 cc

5. Air dengan penjernihan khusus, MPN > 250000/100 cc (Chandra, 2011).

2.7 Persyaratan Air Bersih

Semakin sulitnya tempat dan sumber air, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut. Oleh karena itu, nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan ditentukan berdasarkan syarat fisik, persyaratan kimia dan persyaratan biologis dari WHO, APPHA (American Public Health Association) Amerika Serikat, atau Departemen Kesehatan RI (Suriawiria, 2005).

2.7.1 Persyaratan Air Secara Fisik

Bahan padat, kekeruhan yang terapung dan yang terlarut. Kekeruhan, mengurangi kejernihan air yang diakibatkan oleh pencemar -pencemar yang terbagi


(26)

halus dari mana pun asalnya yang ada didalam air. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempeng, partikel- partikel tanah dan pencemaran–pencemaran koloidal lainnya (Linsley, R dan Joseph B, 1979).

Warna. Air yang mengandung warna diakibatkan oleh jenis- jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tumbuh– tumbuhan yang membusuk. Warna terjadi karena pencemaran terlarut (Linsley, R dan Joseph B, 1979).

Rasa dan Bau disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Air minum secara praktis dari warna, rasa dan bau (Linsley, R dan Joseph B, 1979).

Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaannya. Pengolahan untuk membuang bahan–bahan pencemar serta pengangkutan sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut kedalaman dan ciri – ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air permukaan dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya (Linsley, R dan Joseph B, 1979). 2.7.2 Persyaratan Air Secara Kimia

Alkalinitas adalah pengukur kapasitasnya untuk menetralisir asam–asam. Alkalinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat dalam hidroksida. Karbondioksida adalah salah satu gas minor yang ada diatmosfir dan merupakan hasil akhir dari pembusukan biologis, baik yang aerobik maupun yang anaerobik. Air hujan dan kebanyakan persediaan air permukaan mengandung sejumlah kecil karbon dioksida tetapi air tanah dapat mengandung jumlah yang banyak akibat pembusukan


(27)

yang banyak mengakibatkan pembusukan biologis dari bahan–bahan organik. Adanya karbon dioksida merupakan hal yang penting karena mempengaruhi pH air, menimbulkan karat bagi sistem perpipaan dan mempengaruhi kebutuhan dosis bila dipergunakan pengolahan kimia (Linsley, R dan Joseph B, 1979).

2.7.3 Persyaratan Air Secara Biologis

Mikroorganisme nonpatogen secara relatif tidak berbahaya bagi kesehatan, namun dalam jumlah berlebihan mikroorganisme nonpatogen dapat mempengaruhi rasa dan bau sehingga dapat menyulitkan pengelolaan air (Ryadi, 1984).

Air yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air didalamnya terdiri dari berbagai bakteri: kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri akibatnya air apabila disimpan lama menjadi warna kehitam-hitaman dan kecokelat-cokelatan, (Suriawiria, 1993).

Mikroorganisme nonpatogen dapat mempengaruhi proses pengelolaan air, seperti hadirnya ganggang yang berlebihan akan mempercepat tersumbatnya sistem saringan pasir. Pertumbuhan ganggang yang merajalela di dalam sistem air lebih dirangsang secara cepat bila disertai oleh adanya kelebihan unsur tembaga (Cu) karena pembuangan Cu ke dalam sungai. Mikroorganisme coli digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air telah dikontaminir oleh bahan buangan organik. Dasar penggunaan indikator coli secara karakteristik kuman merupakan penghuni tetap dari faeces. Faeces manusia adalah merupakan media penyebaran dari beberapa jenis kuman pathogen ( Ryadi, S. 1984).


(28)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Pengujian pengaruh pemberian klorin terhadap pertumbuhan mikroba pada air baku dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada tanggal 20 Februari 2015 .

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan berupa air sungai Belawan. 3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, beaker glass, cawan petri, erlenmeyer, kapas, kertas perkamen, laminar air flow, oven, pipet inokulum, rak tabung reaksi , dan tabung reaksi.

3.2.3Bahan

Bahan–bahan yang digunakan sebagai berikut: NaCl sebagai media pengencer, PCA sebagai media penguji.


(29)

3.3 Pembuatan Media 3.3.1 Pembuatan Media PCA

Komposisi: PCA 2,35 g Aquadest 100 ml

Timbang PCA sebanyak 2,35 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Dilarutkan dengan 100 ml aquades, lalu di homogenkan. Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan mendidih dan terlarut sempurna. Ditutup dengan aluminium foil. Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 oC selama 20 menit.

3.3.2Pembuatan Media NaCl 9%

Komposisi: Natrium klorida 9 g Air suling 100 ml

Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna, disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Sonnenwirth, 1980).

3.4 Prosedur 3.4.1 Sterilisasi Alat

Alat – alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakau. Alat – alat gelas disterilkan didalam oven pada suhu 170 0C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit (Lay, 1992).


(30)

3.4.2 Pengenceran

Disetrilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan. Dilakukan pengenceran 10-1 menggunakan media pengencer NaCl. Diisi tabung reaksi 10-1 menggunakan media NaCl sebanyak 9 ml tutup menggunakan pendopol. Disterilkan media tersebut didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C diamkan sampai dingin kemudian dipipet 1 ml sampel air sungai belawan masukkan kedalam pengenceran 10-1 lalu homogenkan. Kemudian pipet 0,1 ml dari pengenceran 10-1 masukkan kedalam 10-1 lalu dihomogenkan.

3.4.3 Pengujian sampel

Persiapan dan homogenisasi dilakukan dan dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer NaCl. Sebanyak 1 ml dipipet dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan petri steril kemudian tuangkan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat. Biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24 jam. Jika memungkinkan inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar anaerob.

Catat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam.


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa

Dari hasil pengujian yang dilakukan menggunakan sampel air sungai belawan didapat angka lempeng total sebanyak 900 cfu/ml.

4.2 Pembahasan

Sampel yang digunakan dalam pengujian ialah air sungai belawan yang telah melalui proses penyaringan dari sampah dan akan masuk kekawasan PDAM Tirtanadi Sunggal mempunyai pH 7.2 dan kekeruhan 106 NTU. Jumlah angka lempeng total pada pengenceran 10-1 sebanyak 900 cfu/ml. Air tersebut memenuhi syarat bila dilihat dari pH karena persyaratan pH menurut permenkes terdapat pada 6,5 - 8,5 namun bila dilihat dari kekeruhan dan jumlah angka lempeng total maka air tersebut tidak memenuhi syarat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar maksimal yang diperbolehkan untuk kekeruhan yaitu sebanyak 5 NTU.

Oleh karena itu air sungai belawan perlu pengolahan sebelum digunakan sebagai air minum dengan membuang bahan yang melayang didalamnya, biasanya dilakukan dengan penambahan tawas (Aluminium Kalium Sulfat). Tawas membentuk endapan seperti, gelatin yang mengendapan pelan–pelan dengan membawa benda–


(32)

benda serta partikel dan sejumlah besar mikroorganisme (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

Endapan tawas mengendap, kemudian airnya dipompa ke alat penyaringan untuk menghilangkan partikel yang ketinggian dan juga banyak bakteri yang tersisa. Penyaringan dibuat dari pasir dan kerikil dengan partikel– patikel halus dekat dengan permukaan. Langkah akhir dalam pemurnian air minum ialah memberikan perlakuan kimia untuk menjamin bahwa tidak ada organisme patogen enterik, dilakukan dengan penambahan klor kedalam air

Pada umumnya untuk membunuh mikroorganisme dengan pemanasan lebih mudah pada reaksi medium asam atau alkalis, kalau dibandingkan dengan medium netral karena dalam keadaan netral waktu pemanasan yang diperlukan untuk membunuh akan lebih lama (Suriawiria,1993).

Kematian mikroorganisme pada temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan koloidal protoplasma yang tidak reversibel, penurunan temperatur yang tiba – tiba diatas titik beku dapat menyebabkan kematian akan tetapi penurunan temperatur secara (Suriawiria,1993).


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tingkat pencemaran pada air sungai belawan sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kekeruhan sebesar 106 NTU, pH sebesar 7,2 dan jumlah angka lempeng total sebanyak 900 cfu/ml.

5.2 Saran

Sebaiknya sampel air sungai belawan dilakukan penangan lebih lanjut agar air dapat digunakan sebagai air bersih juga dilakukan penambahan desinfektan jenis lain selain klorin.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. (2011). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Halaman.40. Darmono, (2010). Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta: Universitas

Indonesia Press. Halaman 28.

Irianto, K. (2006). Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya. Halaman 150.

Lay, W.B. (1992). Analisis Mikrobiologi Di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 32.

Linsley, R dan Joseph B.. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 119 – 125, 127 – 129, 133. 249-250. Mahida, U.N. (1984). Pencemaran Limbah dan Pemanfaatan Limbah Industri.

Jakarta : C.V Rajawali. Halaman 11.

Peleczar, Ml. (1988). Dasar –Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Halaman 53.

Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Halaman 145 – 146.

Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman 8-13.

Suriawiria, U. (2005). Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung: Penerbit: P.T Alumni. Halaman 3, 13.

Suriawiria, U (1993). Mikrobiologi Air. Bandung: Penerbit : P.T Alumni. Halaman 24, 90 - 91.

Volk,W dan Margaret, F.W. (1989). Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 266.

Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Halaman 159-166.

Wardhana, (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Halaman 72.


(35)

Lampiran I. Gambar Sampel


(36)

Lampiran II. Diagram Alir I. Pembuatan Media

a. Pembuatan Media NaCl 9 %

 Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml

 Dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi sedikit hingga larut

 Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

0,9 g NaCl


(37)

b. Pembuatan Media PCA

 Ditimbang sebanyak 2,35 g

 Dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 ml

Dilarutkan dengan 100 ml air suling sampai homogenya

Dipanaskan sambil diaduk sampai terlarut sempurna, ditunggu hingga mendidih

 Ditutup dengan aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

II. Prosedur a. Sterilisasi Alat

Dibungkus dengan perkamen

Dimasukkan kedalam oven pada suhu 170

o

c selama 1 jam Alat – alat gelas

Hasil Serbuk PCA


(38)

b. Sterilisasi Media

 Dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121 oc selama 15 menit

c. Pengenceran

Disterilkan didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 oc didiamkan sampai dingin

 Dimasukkan kedalam tabung reaksi (pengenceran 10-1)

 Ditutup menggunakan pendopol

 Dipipet 1 ml sampel air sungai belawan dimasukkan kedalam pengenceran 10-1 homogenkan

Media

Hasil

sampel 9 ml NaCl


(39)

d. Pengujian Sampel

← Dilakukan persiapan dan homogenisasi

← Dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer NaCl

← Dipipet 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan petri steril

← Dituangkan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri

← Digoyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat

← Dibiarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat

← Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi

terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24

jam. Inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar anaerob

← Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam

Larutan NaCl


(40)

Lampiran III. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah per100

ml sampel

0 2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per

100 ml sampel

0 b. Kimia an – organic

1 ) Arsen mg / l 0,01

2 ) Flourida mg / l 1,5

3 ) Total Kromium mg / l 0,05

4 ) Kadmium mg / l 0,003

5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3

6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50

7 ) Sianida mg / l 0,07

8 ) Selenium mg / l 0,1

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

3 ) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg / l 500

4 ) Kekeruhan NTU 5

5 ) Rasa Tidak berasa

6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1 ) Aluminium mg / l 0,2

2 ) Besi mg / l 0,3

3 ) Kesadahan mg / l 500


(41)

5 ) Mangan mg / l 0,4

6 ) Ph 6,5 – 8,5

7 ) Seng mg / l 3

8 ) Sulfat mg / l 250

9 ) Tembaga mg / l 2

10 ) Amonia mg / l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg / l 0,001

Antimon mg / l 0,02

Barium mg / l 0,7

Boron mg / l 0,5

Molybdenum mg / l 0,07

Nikel mg / l 0,07

Sodium mg / l 200

Timbal mg / l 0,01

Uranium mg / l 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10

Deterjen mg / l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg / l 0,004

Dichloromethane mg / l 0,02

1,2-Dichloroethane mg / l 0,05

Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethene mg / l 0,05

Trichloroethene mg / l 0,02

Tetrachloroethene mg / l 0,04

Aromatic hydrocarbons

Benzene mg / l 0,01

Toluene mg / 0,7

Xylenes mg / l 0,5

Ethylbenzenes mg / l 0,3

Styrene mg / l 0,02

Chlorinated benzenes


(42)

1,4-Dichlorobenzene ( 1,4-DCB ) mg / l 0,3 Lain – lain

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

mg / l 0,6

Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2 c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10


(43)

Mecoprop mg / l 0,001 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009 d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05 Trichloroacetic acid mg / l 0,02 Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02

Dibromoacetonitrile mg / l 0,07

Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1


(44)

Lampiran IV. Gambar Alat

Autoklaf Oven


(45)

LAF Cawan petri


(46)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Penambahan media Media NaCl


(47)

Lampiran VI. Skema pengolahan air PDAM IPA Sunggal


(1)

1,4-Dichlorobenzene ( 1,4-DCB ) mg / l 0,3 Lain – lain

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

mg / l 0,6

Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2 c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10


(2)

Mecoprop mg / l 0,001 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009 d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05

Trichloroacetic acid mg / l 0,02

Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02

Dibromoacetonitrile mg / l 0,07

Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1


(3)

Lampiran IV. Gambar Alat

Autoklaf Oven


(4)

LAF Cawan petri


(5)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Penambahan media Media NaCl


(6)

Lampiran VI. Skema pengolahan air PDAM IPA Sunggal