PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP MOTIFASI BELAJAR SISWA MTs MA'ARIF NYATNYONO UNGARAN TAHUN PELAJARAN 2 0 0 5

  Perpustakaan STAIN Salatiga

  06TD1009672.01 j T

  1

  ■

  

PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP

MOTIFASI BELAJAR SISWA MTs MA'ARIF

NYATNYONO UNGARAN

TAHUN PELAJARAN 2 0 0 5

S K R I P S I

  

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Disusun Oleh :

  

ISTI FAIDAH

114 0 3 0 03

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

  Drs.

  IMAM SUTOMO, M.Ag

  STAIN SALATIGA JI. Stadion No. 03 Salatiga

  NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Ha : Naskah skripsi

  Sdr. Isti Faidah Kepada Yth. Kepala STAIN Salatiga D i -

  Salatiga

  A ssalam u 'alaikum , wr, wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari. Nama : ISTI FAIDAH NIM 114 03 003 Jurusan : Tarbiyah Program : Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH

  MADRASAH TSANAWIYAH MTs MA'ARIF

NYATNYONO TAHUN 2005

  Telah dapat diajukan dalam sidang munaqosah skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

  W assalamu 'alaikum , wr, wb

  Salatiga, Pebruari 2006

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Judul : PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH MTs MA’ARrF

NYATNYONO TAHUN 2005

  Nama : Isti Faidah NIM : 11403003 Jurusan : Tarbiyah Program Studi: Pendidikan Agama Islam

  Salatiga8 Maret 2006 Dewan Penguji

  NIP. 150201971 NIP. 150242800

  

M O T T O

/r o d o /T e /z te x y a /T ~ te fiy a r /T o r a jjjfjjz jiZ a r ,

  

°<!)an ja n q a tt pem ah m erasa pin ta r dtim qak-

tettcpah oranq bodoh

  

PERSEMBAHAN

  5 c m 6 u n 5 a ? a n g s e f a f u m e m B c r i 5 u R u n g a n

  

(fhdikku. (faAtucUn. dan. teXSayang

§afja6atRu Untari, Xeftan, Burfian , San tOawan terRasifi

dan srprnanggitngan

  

S a w d u r u - ja u d a r a d ju y ur> £ u d a n jy u d u n

KATA PENGANTAR

  Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Ralimat dan HidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh profesionalisme Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) M a'arif Nyatnyono Tahun 2005

  Skripsi ini penulis susun guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pendidikan Islam pada sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Qalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha mencurahkan segala kemampuan yang ada. Namun karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempumaan skripsi ini.

  Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

  1. Drs. Badwan, MAg selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Drs. Kastolani, M.Ag selaku Ketua Jurusan Program Ekstensi.

  3. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menjalankan aktivitas akademik.

  4. Bapak atau Ibu Dosen STAIN Salatiga 5. Kepala Sekolah MTs Ma’A rif Nyatnyono.

  6. Teman-temanku Ekstensi 2003 yang senasib sepenuangan.

  Kepada seraua pihak tersebut di atas penulis hanya dapat mendoakan semoga Allah senantiasa memberikan imbalan sesuai ariial baiknya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sertipuma, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang konstniktif demi keseniputnaan skripsi ini. Akhimya penulis mengharapkaP skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

  Salatiga, 2006 Penulis,

  ISTI F AID AH

  D A F T A R IS I

  

  

  

  3. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Proses

  

  

   BAB II PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA A Masalah Profesionalisme Guru

  

  

  

  

  

  

   BABI PENDAHULUAN

  

  

  

  C Keterkaitan Antara Profesionalisme Guru dengan Motivasi Belajar

  BAB III KONDISI UMUM MADRASAH TSNAWIYAH MA’ARIF NYATNYONO A Kondisi Umum Madrasah Tsanawiyali Ma’arif

  

  

  

  

  5. Pelaksanaan Pendidikan diMadrasah Tsanawiyah

   B Data Keberadaan Gum Berdasarkan Profesionalisme Guru Dan Data Motivasi Belajar 1. Data tentang keadaan guru berdasarkan profesionalisme..

  48

   BAB IV ANALISIS DATA TENTANG PROFESIONALISME GURU

  DAN MOTIVASI BELAJAR

  

  

  

  

  

   LAMPIRAN - LAMPIRAN RIWAYAT H1DUP

  DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  8. Tabel VIII Tabel Presentase Tentang Profesionalisme Guru Dari Masing-

  

  9. Tabel IX Tabel tentang Presentase Motivasi Belajar Siswa Dari Masing -

  

  

  BAB I PENDAHULUAN A. AJasan Pcmilihan Judul Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, maka guru mempunyai peranan penting dalam kegiatan tersebut. Seorang guru mempunyai peranan utama, dalam arti mempunyai tugas untuk melaksanakan pendidikan dan secara sadar bertanggung jawab terhadap anak dalam mencapai kedewasaan. Seorang guru harus memiliki peranan yang baik. Dimana guru yang baik ialah guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu menghidupkan gagasan-gagasan yang b e sa r.1

  Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan demikian semua guru baik swasta maupun negeri, baik bersal dari sekolah keguruan, maupun dari non keguruan dituntut kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru, yang dalam kegiatannya nanti akan tercermin dalam bentuk yang nyata melalui tercapainya tujuan pengajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Disini tampak jelas akan tanggung jawab dan tugas guru. Guru tidak cukup hanya

  2

  mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan diajarkan kepada siswanya saja, tetapi hams menguasai tujuanyang akan dicapai menggunakan metode yang tepat, mengetahui cara-cara penggunaan alat peraga yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan, dan mampu menciptakan kondisi positif selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

  Tugas pokok seorang guru adalah berhubungan dengan berbagai pengalaman belajar yang diterima oleh murid di dalam kelas. Dengan pengalaman belajar, yang dimaksudkan adalah segala pengalaman yang diterima dan dialami oleh murid-murid di dalam kelas yang menimbulkan perubahan- perubahan dalam diri dan perilaku murid-murid. 2

  Kalau dilihat banyaknya tuntutan yang hams dijalankan guru itu sedemikian komplek, sesuai dengan perkembangan zaman sudah barang tentu terdapat perbedaan antara gum waktu dulu dengan gum zama sekarang Untuk itu timbul adanya permasalahan pokok, apakah gum-guru yang aa mampu memenuhi tuntutan yang ada. Karena masing-masing guru mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, khususnya gum-guru yang ada di MTs Ma’ arif Nyatnyono.

  Latdr belakang pendidikan akan mempengaruhi keberhasilan guru dalam mengajar dan sekaligus memjjengaruhi motivasi anak dalam belajar. Apabila seorang guru berlatar belakang pendidikan di sekolah keguruan, maka guru tersebut akan menguasai pembelajaran yang efektif.

  3 Dalam hubungannya dengan guru-guru di MTs Ma’arif Nyatnyono, gum

  sebagai pengajar, masing-masing mempunyai latar belakang yang berbeda. Ada yang berasal dari pendidikan keguman dan ada yang berasal dari pendidikan non keguruan. Karena pendidikan yang diampu adalah pendidikan formal, maka sudah sewajamya bila guru-guru tersebut dituntut kemampuannya yang mampu membawa siswa ke arali yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

  Pekerjaan guru adalah profesional. Ciri khas dari suatu profesi terlihat dengan adanya suatu peraturan yang mengikat jabatan itu. 1 Guru sebagai individu atau pribadi hams birtanggung jawab sebagai orang yang tahu di bidang profesinya, sehingga guru dituntut untuk mengamalkan ilmunya sesuai dengan aturan agama Islam sebagaimana firman Allah SWT yaitu :

  / > ° / /

  ) > 0 i * f l a j j s j U L» \ )1 JL5\ - l

  A'tinya : Amat besar kebencian di sisi Allah bahvva kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Q.S. Asli S h a f: 3) '* Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pendidik dan pegawai yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai gum ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi *

  4

  4

  guru menurut harapan masyarakat. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan.5 6 Suatu jabatan harus memenuhi kriteria profesional yaitu meliputi syarat- syarat fisik, mental kepribadian, keilmiahan atau pengetahuan dan ketrampilan.

  Dalam merumuskan jenis guru profesional dapat dilihat dari segi tanggung jawab

  \

  guru di sekolah, misalnya dalam memberikan bimbingan dan pengajaran, melaksanakan bimbingan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, mendiagnosa kesulitan belajar, menilai kemajuan belajar dan lain-lain.

  Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar, sehingga guru diharapkan dapat mengarahkan belajar siswa. Motivasi itu sangat penting, motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah sering kali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan suka membolos dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya/'

  Untuk mengetahui sejauh mana profesionalisme guru dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa, maka judul yang penulis angkat adalah "PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP MOTIVASI

  BELAJAR SISWA MADRASAH TSANA WIYAH (MTs) MA’ARIF NYATNYONO TAHUN 2005” .

  5 B. Penjelasan Istilah

  Untuk memperjelas istilah judul tersebut penulis perlu memberi batasan- batasan istilah supaya tidak teijaai salah tafsir terhadap judul tersebut.

  Untuk itu sebagian istilah perlu dijelaskan sebagai b e rik u t:

1) Profesionalisme guru

  Profesional diambil dari kata profesi, profesi adalah suatu jabatan yang mempunyai kualifikasi keahlian tertentu.7 * Guru diartikan dengan seseorang yang menyebabkan orang lain mengetahui atau mampu melaksanakan sesuatu atau

  Q

  Adapun indikatomya adalah = 1. Guru mampu menguasai materi.

  2. Guru mampu memberi motivasi serta menerima kritik dari siswa.

  3. Guru dapat menguasai kelas dan mampu menggunakan alatperaga. 2) Motivasi belajar siswa Pengertian motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi. seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.9

  Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasii pengaiaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan Iingkungannya.10 7 Djum Hur dan Moh. Surya. Bimbingan Penyuluhan di Sekoluh Bandung. CV. Umu.

  him. 16

  6 Motivasi belajar adalah keinginan mengaktin<an, menggerakkan,

  menyalurkan dan meugarahkan sikap dan perilaku individu belajar.1

  11 Fungsi motivasi adalah : 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

  2) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

  3) Sebagai penggerak. la berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya pekerjaan.12 Adapun Indikatomya = 1. Siswa dapat menguasai materi pelajaran dan mengerjakan PR.

  2. Siswa mampu bertanya tentang materi pelajaran yang belum difahami.

  3. Siswa rajin masuk sekolah dan memperhatikan penjelasan guru.

  ^ Dari judul diatas maka ada dua variabel yang memerlukan adanya bahasan yaitu :

1) Profesionalisme guru sebagai variabel pengaruh menurut Sutisna.

  Syarat-svarat suatu profesi yaitu :

a) Seorang profesional rtienggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya.

  b) la terikat oleh suatu panggilan hidup.

10 Slameto. Belajar dan Faktor-fahtor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta. 1988.

  7 b) la terikat oleh suatu panggilan hidup.

  c) la anggota organisasi profesional yang formal.

  d) la menguasai pengetahuan yang berguna.

  e) la terikat oleh syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi dan pengabdian.

  f) la memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi tekhnis yang tinggi. 1' 2) Motivasi belajar siswa sebagai variabel terpengaruh terdm dan berbagai bentuk sikap yang mana tidak lepas dari sistem mengajar, guru dan motivasi yang diberikan dalam rangka mendorong siswa untuk aktif dalam tugasnya sebagai pelajar. Dalam proses belajar mengajar suasana akan lebih hidup jika teijadi interaksi antara siswa dengan guru dan interaksi antara siswa dengan siswa. Dan keberhasilan dari suatu pengajaran apabila guru dalam mengajar dapat membangkitkan proses belajar yang efektif. terutama proses belajar dalam kelas.

  C.

  Pokok Permasaiahan

  Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah profesionalisme guru di M Ts M a’arif Nyatnyono 9 2) Bagaimana motivasi belajar siswa MTs M a’arif Nyatnyono 0

  3) Bagaimana pengaruh profesionalisme guru terhadap motrvasi belajar siswa di MTs Ma’arif Nyatnyono? 1

  3

  8 D. Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah adanya pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi belajar siswa di MTs M a’arif

  Nyatnyono.

E. Tujuan Penelitian Skripsi

  Adapun yang menjadi penulisan skripsi ini adalah sebagai b erik u t: 1) Untuk mengetahui profesional guru di MTs Ma’arif Nyatnyono.

  2) Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar di MTs Ma’arif Nyatnyono. 3) Untuk mengetahui pengaruh profesional guru terhadap motivasi belajar anak di MTs Ma’arif Nyatnyono.

F. Met ode Penelitian Skripsi 1.

a. Populasi

  Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.14 Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Nyatnyono yang bdrjumlah 294 siswa.

  9

b. Sampel

  Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.15 Dalam mengambil jumlah sampel penelitian, peneliti menunjuk pendapat Suharsirai Arikunto sebagai berikut:

  Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-13% atau

  25%.16 Adapun sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah 20% dari jumlah populasi yang ada. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :

  20x294 = 58,8

  100 Dari jumlah tersebut dibulatkan menjadi 59 siswa yang ada di MTs Ma’arif Nyatnyono.

2. Pengumpulan Data

  Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh sedangkan data adalah hasil yang dari penelitian yang diperoleh melalui subyek penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

  10

  a. Metode angket atau disebut juga metode kuessioner, penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa, untuk memberikan informasi mengenai profesionalisme guru dalam mengajar. Adapun caranya adalah dengan menyebarkan angket terhadap siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) M a’arif

  Nyatnyono. Angket menggunakan skala likert dengan jenjang nilai 4 untuk jawaban a, 3 untuk jawaban b, 2 untuk jawaban c, dan 1 untuk jawaban d.

  b. Metode observasi Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar.17

  Observasi ini dilakukan secara langsung dengan bantuan siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.

  c. Metode interview/wawancara Metode ini dilakukan secara langsung kepada sumber data untuk memperoleh sebagian data mengenai profesionalisme guru yang pemah diwujudkan.

  Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif artinya dalam

  w

  ► 11 banyaknya, bahasa harus jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh data yang objektif dan dapat dipercaya. 18 1

  9

d. Metode Dokumentasi

  Metode dokumentasi ini penulis gunakan sebagai pelengkap dalam mengumpulkan data. Dalam rangka menerapkan metode ini hanya digunakan untuk mengumpulkan data, yang berwujud surat -surat atau dokumentasi, jumlah siswa dan siswa dan tenaga pengajar, maupun sarana yang tersedia.

e. Analisis Data

  Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalali menganalisis data yang telah diperoleh sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu :

  a) Untuk mencdpai tujuan nomor satu dan nomor dua dengan menggunakan rumus : P =

  F — xlOO

19 Keterangan :

  N

  P = persentasi F = frekuensi N = jumlah sampel

  12

  b) Untuk menganalisis tujuan nomor tiga dengan menggunakan tekhnik statistik dengan rumus korelasi produc m om ent: , w N X X Y - T X X Y

  

x n

y j h ' . Z x 2 - ( T . )2( . Z Y 2 - ( Z Y f ) 2(K

  Keterangan : rXY = Coefficient Korelation Variabel X dan Variabel Y.

  N = Banyaknya sample

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Untuk mempermudah di dalam mempelajari dan memahami serta mengetahui pokok bahasan skripsi ini, maka akan dideskripsikan dalam sistematika yang terdiri dari lima bab, masing-masing bab memuat sub-sub bab.

  Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

1) Bagian muka yang memuat

  Halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, daftar isi dan daftar pengesahan.

2) Bagian isi yang memuat

  Bab 1 Menggunakan alasan pemilihan judul, menjelaskan istilah, pokok permasalahan, hipotesis, tujuan penelitian skripsi, metodologi penelitian skripsi dan sistematika penulisan skripsi.

  13 Bab II Landasan teori yang membahas mengenai pengertian

  profesionalisme guru, karakteristik guru dan pentingnya profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar, serta motivasi belajar siswa yang membahas pengertian motivasi belajar. Usaha- usaha untuk membangkitkan motivasi belajar, dan keterkaitan antara profesionalisme guru dengna motivasi belajar.

  Bab III Laporan hasil penelitian yang mengurai tentang gambaran umum Madrdsah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Nyatnyono, pembahasan mengenai data guru dan karyawan, data murid juga data hasil penelitian tentang keberadaan guru berdasarkan profesionalisme guru dan data adanya motivasi belajar siswa.

  Sab IV Analisis dart hasil penelitian profesionalisme guru dan data motivasi belajar yaitu akan membahas analisis pertdahuluan (analisis pertama dan kedua) ddrt analisis lanjut.

Bab V Kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Masalah Profcsionalisme Guru

1. Pengertian Profcsionalisme Guru

  Profesionalisme adalah seseorang pekeija yang terampil atau jpakap dalam keijanya21 Dalam kehidupan sehari-hari profesionalisme berhubungan dengan profesi, kata profesional tersebut diambil dari kata profesi, profesi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi keahlian tprtentu22 Pefcerjaan guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merypakan orang yang ahli, keahlian itu tidak dasar pendidikan keahlian tersebut.

  Guru adalah orang yang pekeijaannya mengajar” Jadi profesionalisme guru adalah orang yang pekeijaannya mengajar dengan terampil atau cakap dalam keijanya. Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat dapat menimbulkan kompleksnya tuntutan dalam kehidupan bermasyarakat, diperlukan adanya spesialisasi kemampuan seseorang didalam melakukan tugas-tugas. Dengan spesialisasi tugas diharapkan pekeijaan itu akan dapat diselesaikan dengan baik, termasuk didalamnya tugas-tugas gum melaksanakan pendidikan.

  Menurut Abdul Mu’ti dalam bukunya PBM-PAI di sekolah profesionalisme adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berkualifikasi tinggi dalam melayani atau mengabdi kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan manusia.24

  Sam ana. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta Kamsius, 1994 him 27

22 Dspsr!tjtp.sr. RJ fsl&ta isksrts * 200!

  him. 5 Depdikbud. Kamus Resar Rahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1970. him. 282 :4Chabib thoha dan Abdul Muti, -PAJ PRM di sekolah, Yogyakarta : Pustaka

  Pelajar Offset. 1998, him. 91

  15

  Tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan pada pertimbangan profesional secara tepat. Pekeijaan guru menuntut kesungguhan dalam kegiatan belajar mengajar, pekeijaan pendidikan atau orang-orang yang disebut pendidik. Pekeijaannya ini pa tut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh-sungguh. Karena pendidikan tidak boleh jatuh ke tangan orang-orang yang bukan ahlinya. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah dikutib oleh Abdul Mu’ti, Rasululllah SAW bersabda:25 Ariinya: Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya.

  maka tunggulah kehancurannya.

  Menurut Safruddin Nurdin dan Basyirudin Usman profesioanal adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya 26

  Menurut Roesliyah pendidik profesional adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional, yang mampu dan setia mengembangkan profesinya menjadi anggota organisasi profesional pendidikan, memegang teguh kode etik profesinya. Doit serta didalam mengkomunikasikan usaha pengembangan profesi dan bekeija sama dengan profesi yang lain.27

  Ibid , him. 124 Kurikulum, Jakarta : Ciputat Pers. 2002. him. 15 Roestivah, Masaiah-masalah Untu Keguruan, Bina Aksara. 1982 him 175

  16

2. Karakteristik Guru

i. Gum hams periang

  b. Bersifat sabar dan suka membantu, mem ben perasaan tenang

  him 27 M Sriyono, dkk, Tekknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Rineka Cipta. 19X8.

  f. Memperlihatkan tingkah laku dan lahiriyah yang menarik.29 Dapat ditambalikan bahwa sebagai seorang gum yang baik harus memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut: a. Hams seorang Pancasila sejati

  e. Memiliki rasa humor dan kesegaran pergaulan

  d. Cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam

  c. Adil dan tidak memihak, tegas

  Karena adanya perbedaan individu pada murid-murid, tentunya murid-murid memiliki kriteria gum yang baik yaitu: a. Bersifat ramah dan bersedia memahami setiap orang

  Agar guru dapat menjalankan tugas dan kewajibannya yang mulia itu dengan baik, maka kriteria-kriteria yang hams dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: a. Gum harus menjadi orang tua bagi murid-muridnya.

  j. Gum hams gesit k. Gum harus sehat jasmani dan rohani.28

  h. Gum hendaklah berpengetahuan luas

  g. Gum hams menjadi teladan bagi murid-muridnya

  f. Gum hams bersifat ikhlas

  e. Gum hendaknya bersikap adil dan jujur

  d. Gum hams merasa berkewajiban kepada masyarakat

  c. Gum hendaknya mempunyai pengetahuan tentang anak

  b. Ada hubungan yang baik antara gum dan murid-muridnya

29 Winamo Surakhmad. Pengantar Inleraksi Mengajar Belajar. Bandung . Tarsito.

  18 Profesi disini erat kaitannya dengan jabatan dan pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu pula. Dal am pengertian profesi, telah tersirat adanva suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berftuigsi dengan sebaik-baiknya, karena kompetensi sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi profesi.

  Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah peketjaan guru itu membutuhkan adanya keprofesionalan? Karena sementara itu masih ada pihak yang berpendapat bahwa pekeijaan guru itu tidak perlu keprofesionalan, berbagai alasan yang mereka kemukakan seperti setiap orang bisa menjadi seorang guru asalkan telah mengalami jenjang pendidikan tertentu ditambah dengan sedikit pengalaman mengajar. Bahwa pendidikan dapat saja berhasil walaupun mengajarnya tidak pemah belajar ilmu pendidikan dan keguruan.

  Seorang guru tidak hanya terbatas pada mengajar di kelas saja melamkan guru disamping mempunyai tugas mengajar, juga berperan sebagai pendidik. Mengajar ialah nielatih keterampilan, menyampaikan pengetahuan, membentuk sikap dan memindahkan nilai-nilai, mengajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah disiapkan pihak lain.

  Jadi pada dasamya mengajar adalah memberi pengetahuan kepada anak atau siswa yang menyangkut segi intelektual anak disamping itu juga membentuk pribadi anak, maka mendidik menyangkut juga segi perasaan.

  1 Disini akan nampak keberadaan guru pada suatu lembaga pendidikan. a harus mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

  karena tugas tersebut merupakan tugas yang tidak mudali, sehingga dalam hal ini membutuhkan suatu kesungguhan, ketekunan dan kesabaran Dalam A1 Qur'an surat Al-Hajj ayat 78 disebutkan:33

35 Khodim Al Haramain Asy Syarifain. A / Q ur'an dan T erjem ahan Jakarta i9?t

  19 Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jih a d yang sebenar-benamya.(O.S. A l-H ajj: 78).

  Maksud dan ayat tersebut adalah seorang gum daJam mengajar dan inendidik hendaknya bersungguh-sungguh dalam pelaksanaannya tanpa meminta suatu pamrih, tetapi benar-benar lkhlas dalam menanamkan ilmunya kepada muridnya.

  Sebagai tugas gum men unit ajaran islam mempakan ibadah untuk

  menyem kepada orang lain untuk melakukan kewajiban. Sebagaimana

  : M finnan Allah SWT jaa a j <

  JtSj UJUa J

  C- ^11 Ic-J VjS <>»*) <>j

Artinya: Siapa yang lebih baik perkataannya da n orang-orang yang

menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah d iri”. (OS. Fushshilat: 33).

  Dengan demikian gum berkewajiban membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan sekurang-kurangnya terns menems membina suasana keagamaan, kerja dengan penuh tanggungjawab. 4 4. Pentingnya profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar.

  Gum adalah pengajar dan pendidik dalam proses belajar mengajar siswa oleh karena itu sering dijadikan tokoh, teladan, figur balikan menjadi tokoh ide.itifikasi diri, oleh karena itu gum hams mempunyai pnlaku yang memadai untuk mengembangkan pribadi siswa secara utuh.

  20 Sebagaimana firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 110:35

  a j j - k < J j t i . ^

Artinya: Kamu adalah umat yang terhaik yang dilahirkan untuk mamisia

menyuruh kepada yang ma ru f dan mencegah dari yang munkar (Q.S. Ali Im ran: 110).

  Pada saat ini terdapat perkembangan baru dalam sistem pengajaran dan pendidikan, ada kecenderungan yang kual bahwa untuk menmgkatkan kualitas layanan dan kualitas profesional guru, guru perlu membuia dan menata kembali kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk mengarahkan peralatan program guru.

  Apabila guru mengajar di kelasnya, maka ia akan menjadi salah satu sumber belajar yang dikelolanya, maka ia bertindak sebagai guru pelaksana oleh karena itu fimgsi seorang guru dalam pengdolaan pengajaran ada 4 yaitu:

  1. Merencanakan

  2. Mengorganisasikan

  3. Memimpin

  4. Mengawasi.36

  21 Fungsi guru dal am pengelolaan pengajaran tersebut dapat digambarkan sebagai diagram berikut:

  Pekeijaan profesiortal selalu mengadakan pelayanan pengabdian yang dilandasi kemampuan profesi dan filsafat hidup. Dengan demikian pengelolaan pengajaran metnbutuhkan dinamika profesi keguruan, agar dapat membantu dan menopang tugas guru serta fungsi guru.

  Motifasi yang lebih thenunjang proses belajar mengajar adalah motivasi intnnsik. Motivasi seperti ini yang diharapkan tumbuh dari diri peserta didik. Sehingga tugas guru adalah menciptakan situasi atau memberikan dorongan awal agar nantinya dapat tilnbulnya motivasi belajar dari dalam dari si pendidik.37

  Guru dalam mengajar tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa tetapi guru tnampu mentransfer kecakapan rasa dan karsa yang terkandung dalam materi pelajaran yang disajikan.38 Guru harus membantu dan membimbing untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahan.

  37 Ibid , him 208 ^ M l l h f h K m D i t — < / ( ' / / i t ' D y m t r t n » D q n / J . i n n -

  4k

  22

B. Masalah Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

  Sebeium penulis mengemukakan ten tang hal-hal yang berkaitan dengan motivasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pendapat ten tang pengertian motivasi dan belajar, agar tidak teijadi kesalah pahaman dan dapat mengerti dengan jelas.

  Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat. Seseorang akan berhasil dal am belajar, kalau pada diiinya sendiri ada kemginan untuk belajar.

  Keinginan atau dorongan untuk belajar disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal yaitu: 1) Mengetahui apa yang akan dipelajari.

2) Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

  Menurut Sartain dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan adalah pemyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap sesuatu tujuan (goal) atau perangsang.™ Tujuannya adalah yang menentukan / membatasi tingkah laku organisme itu.

  Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah *

  40 Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1). Motivasi intrinsik yaitu hal dan keadaan yang berasal dan dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar.

  9 Ngalim Punvanto Psikologi Pendidikan Remadja Karv a ke CV Bandung 1986 him.70

  23 2). Motivasi ekstrinsik yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, sun tauladan orang tua serta gum 41

  Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depan, umpamanya memben pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibanding dengan dorongan hadiah atau dorongan kehanisan dari orang tua dan guru.

  

Administration mengemukakan bahwa motivasi dapat didefinisikan

  sebagai kekuatan yang komplek, dorongan-dorongan, kebutuhan- kebutuhan, pemyataan-pemyataan ketegangan atau mekanisme- mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.42

  Menumt Oemar Hemalik motivasi adalah proses ihembangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.43 Menurut Me. Donald yang dikutip oleh Oemar Hemalik dalam bukunya “Psikologi perkembangan mengatakan bahwa “Motivation is

  

energy change within the person characterized by affective arousal and

  Motivasi adalah suatu perubahan energi di anticipatory goal reactions”. dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.44

  41 I b id , him. 137

4' Oemar Hemalik. P sik o lo g i B ela ja r dan M en g a ja r Sinar Baru Gensindo. him. 173

44 I b id . him. 173

  24 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan hasrat atau keinginan seseorang untuk melakukan akti vi tas-akti vitas tertentu karena tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

2. Fungsi-fungsi Motivasi Belajar

  Fimgsi motivasi menunit Ngalim Purwanto yaitu: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar

2) Sebagai pengarah, artinya mengerahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

  3) Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepal atau lambatnya pekeijaan 45 ia hams menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terns melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Sebagian besar dari siswa masuk sekolah dan memiliki tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya. Bagi mereka itu mungkin hanya diperlukan sedikit bantuan untuk membangkitkan motif-motifhya, akan tetapi ada juga yang masuk sekolah tanpa memiliki tujuan apa-apa. Kepada mereka ini perlu diberikan banyak bantuan agar mereka melihat tujuan-tujuan belajar yang bermakna bagi mereka.

  Tiap gum bemsaha memotivasi semua anak dengan teknik yang sama sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu, gum perlu belajar mengenai cara-cara membangkitkan motif ini, suatu teori menyatakan bahwa pemberian motifasi yang berhasil hams berasai dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu

  Kebutuhan-kebutuhan individu menumt teori Maslow adalah :

  Ib id

  25 a. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan akan makan, minum, bemafas, tidur, dan kepuasan sensoris. Bila kebutuhan ini terpuaskan dengan baik maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya akan menjadi pendorong yang kuat.

  b. Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, setiap individu selalu berusaha menyelamatkan diri. Dorongan untuk menyelamatkan diri ini akan kuat apabila kebutuhan psikologisnya terpen uhi

  c. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai, apabila seseorang sangat kurang mendapat cinta dan kasih sayang. la sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang itu

d. Kebutuhan akan harga diri, harga diri seseorang tirabul dalam hubungannya dengan orang lain di dalam kelompoknya.

  berarti akan atau harus menjadi apakah seseorang itu berdasarkan potensi-potensi yang ada didalam dirinya. 46

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Beiajar

  Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu : 1) . Umur

  2) . Kondisi 3) . Fisik. 47

  Jadi motivasi sangat penting, supaya timbul dorongan didalam melakukan aktifitas-aktifitas, tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan mudah. Dan bagaimana caranya agar timbul motivasi atau dorongan yang tinggi dalam diri seseorang dengan melakukan aktifitas ?. Dalam hal ini terfokus pada usaha beiajar yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku yang dibandingkan oleh motivator-motivator

  46 lh id him 176-177

41 Ib id . him 179

  #

  26 tersebut mengakibatkan teijadinya sejumlah tingkah laku yang meningkatkan untuk ditampilkan oleh siswa dalam belajar.

  Agar selalu termotivasi dalam belajar sebagai guru yang baik hams memiliki prinsip untuk membantu siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan oleh guru dan sisw a:

a. Pujian lebih efektif daripada hubungan

  b. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang hams mendapat pemuasan c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar d. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha pengutamaan

e. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain

  f. Pemahaman yang jelas ten tang tujuan belajar akan merangsang motivasi g. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengeijakannya ketimbang tugas, bila tugas- tugas itu dipaksakan oleh gum

  h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external rewards) kadang- kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenamya. i. Tekhnik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu lebih efektif untuk memelihara minat siswa j. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya k. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat dari para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai.

  27 1- Tekanan dan kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dan orang dewasa. m. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. n. Kecemasan akan menimbulkan kesulitan dalam belajar. o. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa. berbuat lebih baik. p. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. q. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleran yang herlainan 48

  Apabila teijadi krisis motivasi, guru tentunya tidak akan bersikap masa bodoh akan tetapi akan berusaha sedapat mungkin untuk menanamkan dan mengembangkan motivasi belajar siswa. Harus diingat bahwa motivasi termasuk dapat mendukung motivasi intrinsik yang sudah ada, bahkan ikut dapat melahirkannya, kalau pendidikan dalam keluarga sudah berusaha untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

C. Masalah Belajar

1. Pengertian belajar

  Usaha memahami mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar, terutama belajar di sekolah perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.

  Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya perubalian- perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

  Menurut Chalidjah, belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang langsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan,

48 Ib id ,

  28 ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif kontan dan berbekas.49

  Menurut Hilgard dan Bower dalam buku “Theories o f Learning" mengemukakan situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman- pengalamannya beruiang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kelelahan, pengaruh obat, kematangan dan keadaan seseorang mengalami hal tersebut.50 *

  Men unit Gagne dalam buku “ The Conditions o f Learning menyatakan bahwa belajar teijadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehmgga perbuatannya

  (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tad i.31 Menurut Morgan dalam bukunya “Introduction to Psychology" mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah laku yang teijadi sebagi suatu hasil dari latihan dan pengalaman.52 5

  3 Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barn secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.33 Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar.

a. Perubahan yang teijadi secara sadar

  Ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahafi itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah teijadi adanya suatu perubahan pada dirinya.

  D im en si-D im en si P sik o to g i P en didikart

  49 Chalidjah Hasan. AJ - Ikhlas. Surabaya him. 84 I b id ,

  “ him 85 M t f t t i . , I U I . O J

11 I b id ,

  52 him 86

  53 ci----- — /v.i^— Dinni «

  29 b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional

  Sebagai hasil belajar, perubahan yang teijadi dalam din individu berlangsuDg ta n s menerus dan tidak statis, satu perubahan yang tei}adj akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna b aa kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.