PREVALENSI DAN INTENSITAS IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG TERSERANG Lernaea cyprinacea DI SENTRA BUDIDAYA IKAN MASKOKI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR. Repository - UNAIR REPOSITORY

  SKRIPSI PREVALENSI DAN INTENSITAS IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG TERSERANG Lernaea cyprinacea DI SENTRA BUDIDAYA

IKAN MASKOKI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR.

  Oleh :

  ISWARDIYANTOK SURABAYA – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  SKRIPSI PREVALENSI DAN INTENSITAS IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG TERSERANG Lernaea cyprinacea DI SENTRA BUDIDAYA

IKAN MASKOKI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR.

  Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh :

  ISWARDIYANTOK NIM : 140911110

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Dr. Kismiyati, Ir., M.Si Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19590808 198603 2 002 NIP. 19520517 197803 2 001

  SKRIPSI PREVALENSI DAN INTENSITAS IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG TERSERANG Lernaea cyprinacea DI SENTRA BUDIDAYA

IKAN MASKOKI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR.

  Oleh :

  ISWARDIYANTOK NIM. 140911110 Telah diujikan pada Tanggal : 27 Juni 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Si. Anggota : Sudarno, Ir., M. Kes.

  Dr. Kusnoto, drh., M.Si. . Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

  Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.

  Surabaya, 14 Juli 2014 Dekan

  Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Prof. Dr. Sri Subekti, drh., DEA

  NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN

  ISWARDIYANTOK. Prevalensi dan Intensitas Ikan Maskoki (Carassius auratus

  ) yang Terserang Lernaea cyprinacea di Sentra Budidaya Ikan Maskoki Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Dosen Pembimbing I Dr. Kismiyati, Ir., M.Si dan Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.

  Ikan Maskoki (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias populer yang banyak digemari dan dibudidayakan. Seiring dengan banyaknya usaha budidaya ikan Maskoki, maka semakin besar juga tantangan yang akan dihadapi oleh para pembudidaya ikan hias ini. Salah satu diantaranya adalah timbulnya serangan penyakit yang merupakan hasil interaksi tidak seimbang antara lingkungan, kondisi inang (ikan) dan patogen. Salah satu jenis patogen yang sering menyerang ikan adalah parasit. Jenis parasit yang menyerang ikan maskoki diantaranya adalah Lernaea cyprinacea. Parasit ini hidup pada air tawar dan dikenal dengan sebutan anchor worm karena bagian anteriornya berkembang seperti jangkar di bawah kulit ikan. Penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit L.

  cyprinacea

  disebut lernaeosis. Ikan yang terserang L. cyprinacea timbul gejala klinis dan perubahan patologi. Ikan terlihat kurus, sering menggosokkan badan dan timbul luka di permukaan tubuh yang nantinya dapat menimbulkan infeksi sekunder. Berdasarkan kejadian lernaeosis di atas, maka perlu diteliti seberapa besar prevalensi dan intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang

  L. cyprinacea

  di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang L. cyprinacea di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pemeriksaan parasit dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Data hasil pemeriksaan serangan L. cyprinacea yang pada ikan Maskoki dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel.

  Nilai prevalensi ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terinfestasi L.

  cyprinacea

  di Kabupaten Tulungagung sebesar 42,7% termasuk dalam kategori commonly atau parasit biasa menginfestasi ikan. Nilai intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang L. cyprinacea di Kabupaten Tulungagung sebesar 1,8 parasit/ekor ikan termasuk dalam kategori infestasi ringan. Pengukuran kualitas air menunjukan suhu kolam pemeliharaan di desa Karang

  o o

  Rejo berkisar 28-30

  C, desa Ploso Kandang 28-29

  C, dan desa Wajak berkisar 30-

  o

  31 C. Nilai kualitas air tersebut memungkinkan ikan Maskoki untuk tumbuh dengan sehat dan optimal.

  SUMMARY

  ISWARDIYANTOK. Prevalence and Intensity of Gold Fish (Carassius auratus

  ) Which Infected Lernea cyprinacea in Gold Fish Cultivation Center Tulungagung Regency, East Java. Academic Advisor I Dr. Kismiyati, Ir., M.Si and Academic Advisor II Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.

  Gold fish (Carassius auratus) is one of popular ornamental fish which is much interested and cultivated. In a row of many cultivation enterprises of gold fish, therefore more challenges which will be faced by farmers of this ornamental fish. One of them is the rise of disease onset which is the unstable interaction among environment, the condition of fish as host and pathogen. A kind of pathogen which often attacks the fish is parasite. Kind of parasites which attacks gold fish is Lernea cyprinacea. This parasite lives in fresh water and known as anchor worm because the anterior part maturates like a anchor under the skin of fish. The disease which is caused by ectoparasite L. cyprinacea is lernaeosis. Fish which was attacked L. cyprinacea has a clinical symptom and pathological change. Fish looks thin, often rubs its body and has lesion in the surface of its body which can arise secondary infection. According to lernaeosis occurrence above, therefore is necessary to observe how many prevalence and intensity of gold fish (Carassius auratus) which is attacked L. cyprinacea in gold fish cultivation center Tulungagung Regency, East Java.

  The purpose of this research was to understand the prevalence and intensity of gold fish (Carassius auratus) which was attacked L. cyprinacea in gold fish cultivation center Tulungagung Regency, East Java. The examination of parasite was undertaken in Teaching Laboratory of Faculty Fisheries and Marine of Airlangga University Surabaya. Data of examination result of L. cyprinacea onset which exists in gold fish analyzed descriptively and presented in pictures and tables.

  The gold fish (Carassius auratus) prevalence which were infested L.

  cyprinacea

  in gold fish cultivation center Tulungagung Regency was 42,7% included in commonly category or parasites commonly infest the fish. The value of gold fish (Carassius auratus) intensity which were attacked L. cyprinacea in gold fish cultivation center Tulungagung Regency was 1,8 parasites/fish which whole included in light (low) infestation category. The measurement of water quality which showed temperature of rearing pond in Karang Rejo Village around 28-30

  C, Ploso Kandang 28-29

  C, and Wajak Village around 30-31

  C. The value of water quality made the gold fish possible to grow health and optimal.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, Sehingga skripsi yang berjudul “Prevalensi dan intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang Lernaea

  cyprinacea

  di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.” ini dapat terselesaikan. Laporan Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Kabupaten Tulungagung dan Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya, Propinsi Jawa Timur pada bulan Agustus 2013. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan atau kegiatan selanjutnya. Semoga Laporan Skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Surabaya, 14 Juli 2014 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik bantuan secara materi maupun semangat yang telah diberikan. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

  1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga serta dosen wali yang selalu memberikan nasehat dan arahannya.

  2. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si dan Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran yang membangun mulai dari penyusunan proposal, penelitian, sampai terselesaikannya laporan penelitian ini.

  3. Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes., Bapak Sudarno, Ir., M. Kes., dan Bapak Dr. Kusnoto, drh., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan proposal dan laporan skripsi ini.

  4. Seluruh staff dosen pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Terima kasih atas segala ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan selama ini.

  5. Seluruh staff kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga atas segala bantuannya.

  6. Seluruh staff Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

  7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sumardi dan Ibu Istirokah serta adikku Septiyan Febianto yang selalu memberikan doa dan dukungan secara moril dan materi.

  8. Rekan sesama peneliti Lernaea group Bogor, Nadia Ayu Fadila Asshaufi dan Bernideta Dewi Kriswijayanti yang telah bersedia membantu, bertukar pikiran dan ilmu.

  9. Sahabat-sahabatku Tegar, Azhar, Abid, Adam, Siman, Mardiah, Doni, Ade, Anggi, Mas Aji, Junio dan Jerry yang telah banyak memotivasi.

  10. Teman-teman GOLDFISH angkatan 2009.

  11. Adik-adik angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang selalu mendukung dan membantu saya selama penelitian.

  12. Semua keluarga besar civitas akademika Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  13. Teman-teman Wanala Universitas Airlangga khususnya diklat 32.

  14. Teman-teman KKN-BBM UNAIR angkatan 46 desa Sumberjo, Bojonegoro.

  15. Serta semua pihak yang selalu memberi semangat dan membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian laporan skripsi ini tanpa terkecuali.

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman

  1. Kategori prevalensi serangan parasit ............................................................... 20

  2. Prevalensi ikan Maskoki yang terinfestasi Lernaea cyprinacea ...................... 24

  3. Prevalensi ikan Maskoki yang terinfestasi Lernaea cyprinacea ...................... 25

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

  2.1 Morfologi ikan Maskoki ................................................................................ 6

  2.2 Lernaea betina dewasa ................................................................................... 9

  2.3 Daur Hidup Lernaea .................................................................................... 10

  3.1 Kerangka konsep penelitian ........................................................................... 16

  4.1. Diagram alir pelaksanaan .............................................................................. 22

  5.1. Infestasi Lernaea cyprinacea pada ikan Maskoki ......................................... 24

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

  1. Prosedur Pewarnaan Lernaea cyprinacea ........................................................ 36

  2. Hasil perhitungan prevalensi dan intensitas setiap kolam................................ 37

  3. Data kualitas air setiap kolam .......................................................................... 38

  DAFTAR ISI Halaman

  RINGKASAN ..................................................................................................... i SUMMARY ........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

  I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

  1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1

  1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 3

  1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4

  1.4 Manfaat ....................................................................................................... 4

  II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5

  2.1 Ikan Maskoki (Carrasius auratus) .............................................................. 5

  2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi .................................................................. 5

  2.1.2 Habitat dan Penyebaran...................................................................... 6

  2.1.3 Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan .................................................... 7

  2.1.4 Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Maskoki .......................................... 7

  2.2 Lernaea ....................................................................................................... 8

  2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi .................................................................. 8

  2.2.2 Daur Hidup Lernaea .......................................................................... 9

  2.2.3 Lernaeosis pada Ikan .......................................................................... 11

  III KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................................... 14

  3.1 Kerangka konseptual ................................................................................... 12

  IV METODOLOGI PENELITIAN...................................................................... 17

  4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................. 17

  4.2 Materi Penelitian ......................................................................................... 17

  4.2.1 Alat Penelitian .................................................................................... 17

  4.2.2 Bahan Penelitian................................................................................. 17

  4.3. Metode Penelitian....................................................................................... 18

  4.4. Prosedur Penelitian..................................................................................... 18

  4.4.1 Pengukuran Kualitas Air .................................................................... 18

  4.4.2 Pengambilan Sampel ikan Maskoki ................................................... 18

  4.4.3 Pemeriksaan Sampel .......................................................................... 19

  4.4.4 Pewarnaan Lernaea ............................................................................ 18

  4.5 Parameter Penelitian.................................................................................... 20

  4.5.1 Parameter Utama ................................................................................ 20

  4.5.2 Parameter Penunjang .......................................................................... 21

  4.6 Analisis Data ............................................................................................... 22

  V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 23

  5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 23

  5.1.1 Pemeriksaan Infestasi Lernaea cyprinacea ........................................ 23

  5.1.2 Prevalensi Lernaea cyprinacea ......................................................... 23

  5.1.3 Intensitas Lernaea cyprinacea .......................................................... 25

  5.1.4 Pengukuran Kualitas Air ................................................................... 26

  5.2 Pembahasan ................................................................................................. 26

  VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 31

  6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 31

  6.2 Saran ............................................................................................................ 31 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32 LAMPIRAN ......................................................................................................... 36

  I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perkembangan produksi budidaya ikan hias Indonesia telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Target produksi tahun 2012 yang dipatok Kementerian Kelautan dan Perikanan ternyata mencapai 115,16 persen dari target semula. Potensi ekspor ikan hias sendiri diperkirakan sebesar 60 – 65 juta dolar AS (sekitar Rp. 600 miliar) setiap tahunnya (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013).

  Salah satu kawasan sentra budidaya ikan hias di Indonesia adalah Tulungagung. Tulungagung ditetapkan sebagai kawasan segitiga emas budidaya ikan hias sebagaimana yang tertuang pada SK Bupati Tulungagung Nomor: 188.45/79/031/2011 tanggal 25 Februari 2011. Melalui SK tersebut juga ditetapkan bahwa ikan Maskoki sebagai komoditas unggulan perikanan budidaya untuk jenis ikan hias. Komoditi ikan hias Maskoki Tulungagung telah mampu menguasai pasar dalam negeri dan mancanegara. Pada tahun 2011 kabupaten Tulungagung mampu mengekspor 55,12 juta ekor per tahun dengan nilai produksi Rp. 96,5 Milyar (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2012).

  Ikan Maskoki (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias populer yang banyak digemari dan dibudidayakan. Menurut ilmuwan Cina, Shisan Chen, paling tidak ada 126 strain baru ikan Maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto, 1999 dalam Syaifudin dkk, 2004).

  Seiring dengan banyaknya usaha budidaya ikan Maskoki, maka semakin besar juga tantangan yang akan dihadapi oleh para pembudidaya ikan hias ini. Salah satu diantaranya adalah timbulnya serangan penyakit yang merupakan hasil interaksi tidak seimbang antara lingkungan, kondisi inang (ikan) dan patogen.

  Interaksi yang tidak seimbang ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Prajitno, 2005).

  Salah satu jenis patogen yang sering menyerang ikan adalah parasit. Parasit merupakan organisme yang mengambil keuntungan dari inangnya yaitu dengan menempel dan menyerap nutrisi dari inang untuk mendukung kehidupannya. Parasit dapat menyebabkan kerusakan organ sehingga pertumbuhannya terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. (Olsen, 1974 dalam Oktaviani, 2008). Menurut Anshary (2008), infeksi parasit dapat menyebabkan dampak yang merugikan secara ekonomi, yaitu ikan kehilangan berat badan, penolakan oleh konsumen karena perubahan patologi pada inang, penurunan fekunditas ikan dan penurunan jumlah dalam penetasan larva.

  Kismiyati dkk. (2011), menyatakan bahwa salah satu jenis parasit yang menyerang ikan maskoki adalah Lernaea. Parasit ini hidup pada air tawar dan dikenal dengan sebutan anchor worm karena bagian anteriornya berkembang seperti jangkar di bawah kulit ikan. Penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit

  Lernaea

  disebut lernaeosis. Ikan yang terserang L. cyprinacea timbul gejala klinis dan perubahan patologi. Ikan yang terserang akan terlihat kurus, sering menggosokkan badan dan timbul luka di permukaan tubuh yang nantinya dapat menimbulkan infeksi sekunder (Tambunan, 2011). Faktor yang mendukung berkembangnya parasit ini adalah kandungan bahan organik yang tinggi di perairan, suhu perairan yang tinggi, dan penebaran ikan yang terlalu padat (Cahyono, 2001).

  Hingga tahun 2011 kejadian lernaeosis masih ditemukan pada budidaya ikan air tawar di Jawa Timur seperti yang dilaporkan Ugahari (2011) pada budidaya ikan Gurami di Kabupaten Blitar dengan prevalensi tertinggi terdapat di Kecamatan Tlogo dengan prevalensi 90% pada kolam III, prevalensi yang lebih rendah ada di Kecamatan Bangle sebesar 1,4% di kolam I dan Intensitas tertinggi ada di Kecamatan Tlogo pada kolam III dengan intensitas 4.3.

  Berdasarkan kejadian lernaeosis di atas, maka perlu diteliti seberapa besar prevalensi dan intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang L.

  cyprinacea

  di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

  1. Berapakah prevalensi ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang

  Lernaea

  cyprinacea di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur ?

2. Berapakah intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang

  Lernaea

  cyprinacea di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur ?

  1.3 Tujuan

  Tujuan penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui prevalensi ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang

  Lernaea

  cyprinacea di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

  2. Mengetahui intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang

  Lernaea

  cyprinacea di sentra budidaya ikan Maskoki kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

  1.4 Manfaat

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalensi dan intensitas ikan Maskoki (Carassius auratus) yang terserang

  Lernaea

  cyprinacea di sentra budidaya ikan Maskoki Desa Wajak, Ploso Kandang, dan Karang Rejo Kabupaten Tulungagung, sehingga diharapkan para pembudidaya di lokasi tersebut dapat melakukan tindakan pencegahan secara dini dan meminimalisir penyebaran penyakit yang disebabkan serangan Lernaea cyprinacea.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Maskoki (Carrasius auratus)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

  Menurut dalam Integrated Taxonomic Information

  System

  Report (2013), klasifikasi ikan Maskoki adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Superclass : Osteichthyes Class : Actinopterygii Subclass : Neopterygii Infraclass : Teleostei Superorder : Ostariophysi Order : Cypriniformes Superfamily : Cyprinoidea Family : Cyprinidae Genus : Carassius Spesies : Carassius auratus Bentuk tubuh ikan Maskoki (Gambar 2.1) sedikit memanjang dan pipih tegak (compressed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum, hampir seluruh tubuh ikan maskoki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif kecil (Iskandar, 2004). Morfologi ikan Maskoki menyerupai ikan karper (ikan Mas), yaitu sama–sama mempunyai sirip yang lengkap antara lain sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal atau dubur, dan sirip ekor. Selain itu juga ikan maskoki mempunyai sisik yang berderet rapih. Bentuk badan ikan Maskoki pendek dan gemuk, sehingga gerakan tubuhnya sangat menarik saat berenang (Sufianto, 2008).

  Gambar 2. 1. Morfologi Ikan Maskoki (Skomal, 2007). Keterangan gambar :

  A = Mulut, B = Mata, C = Operculum, D = Sirip pectoral, E = Sirip dorsal, F = Peduncle, G = Sirip anal, H = Linea lateralis, I = Sirip caudal.

2.1.2 Habitat dan Penyebaran

  Secara alami ikan maskoki menyukai habitat kolam berlumpur, bendungan sungai atau danau (Matsui, 1976 dalam Martiadi, 2002). Ikan maskoki sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia, ikan mas koki mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas koki yang terdapat di Indonesia merupakan ikan yang dibawa dari Cina. Penyebarannya merata di daratan Asia, Eropa, Amerika Utara dan Australia. Sedangkan pembudidayaan ikan mas koki di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra (Iskandar, 2004).

  2.1.3 Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan

  Di alam liar, ikan Maskoki adalah jenis ikan omnivora. Mereka memakan tanaman air, jentik nyamuk, krustasea kecil, zooplankton, dan detritus. Dalam pembudidayaan, ikan maskoki diberikan pakan buatan dalam bentuk serpihan kering (crumble) atau pelet. Sebagai hewan peliharaan, ikan Maskoki juga harus diberikan pakan yang biasa dikonsumsi jika berada di alam bebas. Pakan tambahan yang baik termasuk Tubifex beku, larva nyamuk, cacing darah (Chironomus sp.) daphnia, dan tumbuhan seperti kacang polong rebus dan selada (Street, 2005)

  2.1.4 Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Maskoki

  Menurut Watson et al (2004) dalam Sejati (2011), suhu optimal air untuk hidup ikan maskoki adalah 18-24ºC. Mempertahankan suhu untuk terus berada dalam kisaran suhu optimal perlu dilakukan. Karena pemeliharaan di luar suhu optimal dapat menekan sistem kekebalan tubuh ikan dan akan menyebabkan penurunan nafsu makan serta gangguan pada pertumbuhan ikan. Ikan Maskoki dapat hidup dalam air yang memiliki kandungan oksigen minimal 5 mg/L, pH 7- 7.8, tingkat amoniak terlarut maksimal 0,05 mg/L.

2.2 Lernaea cyprinacea

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

  Klasifikasi Lernaea cyprinacea menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Classi : Crustacea Order : Copepoda Suborder : Cyclopodia Family : Lernaeidae Genus : Lernaea Species : Lernaea cyprinacea Bila dilihat dengan mata telanjang, yang paling sering diamati pada tahap kehidupan L. cyprinacea (Gambar 2.2) khususnya jenis kelamin betina dewasa memiliki panjang sekitar 25 mm. Di bawah mikroskop, tubuh tubular L.

  cyprinacea

  memiliki jangkar di ujung anterior dan kantung telur pada ujung posterior. Jangkar, terletak di daerah anterior yang ditancapkan ke dalam jaringan tubuh inang, sedangkan ujung posterior dengan kantung telurnya, terlihat di luar tubuh ikan (Steckler dan Yanong, 2012). Bagian anterior ini disebut holdfast.

  Holdfast

  ini terdiri dari dua jangkar dorsal dan dua jangkar ventral yang digunakan untuk menancapkan tubuh ke inangnya. Lernaea memiliki warna tubuh yang transparan sampai coklat (Noble and Noble, 1982).

Gambar 2.2. Lernaea cyprinacea betina dewasa (Ho and Kim, 1997).

  Keterangan Gambar: 1. Lernaea Betina Dewasa, 2. Struktur Skematis Lernaea, A = Bagian Anterior, B = Bagian Posterior, C = Caudal, D = Antena, E = Jangkar Bagian Dorsal, F = Jangkar

  Bagian Ventral, G = Maxilla, H = Kaki, I = Kantung Telur, J = Cetae Pada Lernaea betina, bagian posterior dari kaki renang yang terakhir merupakan suatu bentukan pregenital (pregenital prominence) dan pembuka bagi kantong telur yang tergantung (Hirschhorn, 1989). Kantung telur relatif pendek dengan panjang sekitar 1,80 mm dan lebar 0,24 mm. Setiap kantung telur mengandung sekitar tiga puluh dua sampai lima puluh butir telur bulat dengan dimensi sekitar 0,03-0,08 mm dan rata-rata 0,06 mm dan umumnya terdapat 2 kantung telur (Amina, 2009).

2.2.2 Daur Hidup Lernaea

  Tirmizi (2005) dalam Wahyuni (2012) menyatakan bahwa daur hidup

  Lernaea

  (Gambar 2.3) membutuhkan waktu antara 21-25 hari. Siklus hidup Lernaea meliputi stadia nauplis, copepodid, dan cyclopodid. Dalam stadia cyclopoid, individu jantan akan mati sesaat setelah melakukan kopulasi.

  Sedangkan individu betinanya akan menusukan kepalanya pada jaringan kulit atau urat daging ikan dan berkembang menjadi individu dewasa (Noga, 1996 dalam Kriswinarto, 2002).

Gambar 2.3. Daur Hidup Lernaea (Steckler and Yanong, 2012). Keterangan :

  1. Proses pelepasan telur pada Lernaea betina dewasa, 2. Stadia nauplius dan metanauplius parasit mulai hidup bebas dalam air, 3. Pada Stadia Copepodid parasit mulai menempel pada inang 4. Copepodid mulai berkembang menjadi copepodid jantan dan betina, 5. Cyclopoid menjadi parasit Lernaea betina dewasa Menurut Kearn (2004), telur yang matang dilepaskan ke perairan dan akan menetas dalam waktu 24-36 jam menjadi nauplius yang berenang bebas. Nauplius berbentuk oval dengan panjang sekitar 150µm. Nauplius akan mengalami dua kali moulting hingga menjadi nauplius II dan III. Nauplius III akan berkembang menjadi copepod I-IV. Copepodid IV akan berkembang menjadi copepodid V jantan dan copepod V betina. Copepodid V melakukan premetamorfosis menjadi cyclopoid jantan dan cyclopoid betina. Individu jantan berenang bebas dan akan mati dalam 24 jam setelah kopulasi. Individu betina akan tetap menempel pada inangnya atau mencari inang lain. Cyclopoid betina melakukan postmetamorfosis menjadi individu betina, kemudian individu betina akan bertemamorfosis menjadi dewasa dan memproduksi telur.

2.2.3 Lernaeosis pada Ikan

  Ho (1998) dalam Marina et al (2008) menyatakan Lernaeosis adalah penyakit pada ikan air tawar yang disebabkan oleh parasit jenis copepod dari family Lernaeidae. Predileksi serangan Lernaea meliputi kulit, sirip, insang, dan rongga mulut. Sebagian besar Lernaea dalam stadia copepodid dapat mematikan ikan-ikan kecil dengan merusak insang sehingga sulit bagi ikan untuk bernapas. Parasit betina dewasa yang menempel pada inang, menancap ke dalam jaringan dan tubuh ikan. Sementara infeksi oleh sejumlah kecil parasit belum tentu mengakibatkan kematian (Steckler and Yanong, 2012). Ikan yang terinfestasi berat akan menunjukan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis yaitu ditandai dengan ikan terapung ke permukaan, kulit ikan menjadi pucat dan mengelupas, sirip luka dan insang tampak pucat (Noble and Noble,

  1989). Hal ini akan mengakibatkan luka pada seluruh tubuh ikan. Berat badan ikan akan menurun, anemia dan akhirnya ikan akan mati (Mahasri dkk, 2010).

  Bruno et al (2003) menyatakan Lernaea betina akan memakan sel darah ikan dengan mengabsorbsi darah, menyebabkan kebutaan, nekrosis pada epidermis dan dermis, kerusakan pada daerah yang tertancap holdfast Lernaea

  cyprinacea

  , dan juga dapat menyebabkan perdarahan dan nekrosis otot pada daerah dimana parasit ini berpenetrasi dan menyebabkan peradangan dan pendarahan pada kulit, sirip, dan otot (Amina, 2009).

  Faktor yang mendukung berkembangnya parasit lernaeosis adalah kandungan bahan organik yang tinggi di perairan, suhu perairan yang tinggi, dan penebaran ikan yang terlalu padat (Cahyono, 2001). Rustikawati dkk (2004) menyatakan intensitas dan prevalensi ektoparasit yang tinggi juga dipengaruhi oleh kepadatan ikan yang tinggi pada kolam pemeliharaan. Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan ikan menjadi stress. Pada kolam dengan kepadatan ikan yang tinggi, ikan akan saling bergesekan satu dengan lainnya, sehingga akan terjadi penularan ektoparasit dengan cepat.

  Winaruddin dan Eliawardani (2007) meneliti serangan Lernaea pada budidaya ikan Mas yang dipelihara di dalam jaring apung di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan serangan 42% terhadap 50 ekor benih Ikan Mas dan 48% pada 50 ekor ikan Mas dewasa. Laporan tahun 2012 di daerah Multan, Pakistan menunjukkan prevalensi serangan Lernaea sebesar 52,36% terhadap 317 ekor ikan Catla catla. Spesies Lernaea yang ditemukan berasal dari jenis Lernaea cyprinacea sebesar 32,17%, Lernaea polymorpha 13,24%, Lernaea

  oryzophila

  3,5%, Lernaea lophiara 1,57%, dan Lernaea spp. Sebesar 1,57% (Kanwal et al, 2012).

III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

  Ikan Maskoki (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias populer dan banyak digemari. Kelebihan dari ikan ini adalah karena strainnya sedikitpun tidak mirip dengan aslinya. Menurut ilmuwan Cina, Shisan Chen, paling tidak ada 126 strain baru ikan maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto, 1999 dalam Syaifudin dkk, 2004). Ikan tersebut sangat digemari baik didalam maupun di luar negeri (pasar lokal daerah maupun regional), serta pasar luar negeri untuk ekspor (Basuki, 2007).

  Pemasaran komoditas ikan hias ini semakin meningkat, karena banyak yang mulai menggemari usaha memelihara ikan hias di akuarium untuk menghias ruangan maupun pada kolam–kolam kecil di taman atau halaman rumah. Di tempat-tempat umum, seperti hotel maupun rumah makan, ikan hias biasanya diletakkan dalam akuarium ditata sedemikian rupa, sehingga mampu menambah semaraknya suasana dalam ruangan (Muchtar, 2002).

  Seiring dengan meningkatnya usaha dalam budidaya ikan Maskoki, semakin besar juga tantangan yang akan dihadapi oleh para pelaku budidaya ikan hias pada umumnya dan khususnya ikan Maskoki untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak seimbang antara lingkungan, kondisi inang (ikan) dan patogen. Interaksi yang tidak seimbang ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Prajitno, 2005).

  Organisme patogen penyebab penyakit antara lain dapat berupa parasit, jamur, bakteri maupun virus. Salah satu jenis patogen yang sering menyerang ikan adalah parasit. Parasit merupakan organisme yang mengambil keuntungan dari inangnya yaitu dengan menempel dan menyerap nutrisi dari inang untuk mendukung kehidupannya. Parasit dapat menyebabkan kerusakan organ sehingga pertumbuhan terhambat dan akhirnya menyebabkan kematian (Olsen, 1974 dalam Oktaviani, 2008).

  Lernaea adalah salah satu parasit yang menyebabkan penyakit pada ikan.

  Parasit ini hidup pada air tawar dan dikenal dengan sebutan anchor worm karena bagian kepalanya berkembang seperti jangkar di bawah kulit ikan. Penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit Lernaea disebut Lernaeosis (Tambunan, 2011).

  Predileksi serangan L. cyprinacea meliputi kulit, sirip, insang, dan rongga mulut. Sebagian besar Lernaea dalam tahap copepodid dapat membunuh ikan- ikan kecil dengan merusak insang sehingga sulit bagi ikan untuk bernapas. Parasit betina dewasa yang menempel pada inang, menancap ke dalam jaringan dan tubuh ikan. Sementara infeksi oleh sejumlah kecil parasit belum tentu mengakibatkan kematian. Lernaeosis dapat menyebabkan peradangan yang cukup parah, menyebabkan infeksi sekunder bakteri misalnya, Aeromonas hydrophila dan infeksi jamur (Steckler and Yanong, 2012). Faktor yang mendukung berkembangnya parasit ini adalah kandungan bahan organik yang tinggi diperairan, suhu perairan yang tinggi, dan penebaran ikan yang terlalu padat (Cahyono, 2001). Bagan kerangka konsep dapat dilihat pada Gambar 4

  Permintaan Ikan Hias Tinggi Budidaya Ikan Maskoki Meningkat Kualitas Air Kendala Dalam Budidaya Pada Kolam Budidaya Menurun Suhu DO pH Amoniak Timbulnya Serangan Penyakit

Bakteri Parasit Virus

Infestasi ektoparasit Lernaea

  Prevalensi serangan Lernaea pada ikan Intensitas serangan Lernaea pada ikan Maskoki (Carassius auratus) Maskoki (Carassius auratus )

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian. Keterangan gambar : yang

  diteliti, yang tidak diteliti

IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

  Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan pada kolam pemeliharaan ikan Maskoki di sentra budidaya ikan Maskoki Desa Wajak, Ploso Kandang, dan Karang Rejo Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pemeriksaan parasit dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2013.

  4.2 Materi Penelitian

  4.2.1 Alat Penelitian

  Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu serok, seser, ember plastik, baskom, kantong plastik. Pemeriksaan Lernaea menggunakan alat pinset, gunting, pisau bedah, penggaris, object glass, cover glass, mikroskop binokuler. Peralatan untuk mengukur kualitas air antara lain thermometer untuk pengukuran suhu air, pH paper untuk pengukuran keasaman air, DO test kit untuk mengukur oksigen terlarut, dan NH

  3 test kit untuk mengukur amonia.

  4.2.2 Bahan Penelitian

  Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah ikan maskoki sebanyak 120 ekor dengan ukuran panjang 7,5-16,5 cm yang diambil dari kolam budidaya ikan maskoki di Desa Wajak, Ploso Kandang, dan Karang Rejo Kabupaten Tulungagung dengan masing – masing desa dua kolam. Bahan lain yang diperlukan untuk proses identifikasi dan pewarnaan dengan menggunakan metode

  Semichen-Acetic Carmine

  yaitu larutan NaCl jenuh, alkohol gliserin 5%, alkohol 70%, HCl, NaHCO

  3 , alkohol 85%, alkohol 95%, larutan Hung’s I dan larutan Hung’s II.

  4.3 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan pengambilan sampel pada lokasi secara langsung. Lokasi kolam ditentukan dengan cara sengaja atau dengan metode purposive sampling. Metode pengambilan sampel ikan dilakukan secara acak (Random sampling) terhadap ikan Maskoki (Silalahi, 2003).

  4.4 Prosedur Penelitian

  4.4.1. Pengukuran Kualitas Air

  Pengukuran parameter kualitas air dilakukan sebelum pengambilan sampel ikan pada masing-masing kolam. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu air, pH, amoniak, dan DO.

  4.4.2. Pengambilan Sampel Ikan Maskoki

  Sampel ikan Maskoki diambil dari tiga desa yang berada di Tulungagung, Jawa Timur dengan dua kolam pada masing-masing desa. Kolam budidaya berupa kolam beton. Pengambilan sampel ikan diusahakan dapat mewakili populasi ikan yang ada. Menurut Barreiro and Albandoz (2001) jumlah ikan sampel yang diambil sebesar 10% dari total populasi ikan pada tiap kolam yang dilakukan secara acak. Padat tebar ikan tiap kolam dari tiga desa masing-masing sekitar 200- 250 ekor, sehingga pengambilan sampel ikan tiap kolam sebanyak 20 ekor. Pengambilan ikan keseluruhan untuk penelitian berjumlah 120 ekor. Sampel yang telah diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan diisi air yang berasal dari kolam budidaya untuk meminimalisir dampak stress dan diberi oksigen lalu dibawa ke Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  4.4.3. Pemeriksaan Sampel

  Sampel diambil dari kantong plastik dan diletakkan di atas nampan, selanjutnya dimatikan saraf otaknya dengan menusukkan jarum pada kepala ikan dan diukur panjangnya. Untuk mengetahui secara pasti penyebab penyakit pada ikan dilakukan pemeriksaan secara teratur dan berurutan. Pada pemeriksaan tubuh bagian luar, ada beberapa langkah yang akan dilakukan, yaitu dengan mengamati gejala klinis terjadinya pendarahan atau luka pada tubuh ikan, adanya kelainan pada tubuh ikan yang membengkak atau luka akibat serangan L. cyprinacea.

  4.4.4. Pewarnaan Lernaea cyprinacea

  Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap ikan maskoki dan didapatkan parasit L. cyprinacea. Tahap selanjutnya adalah melakukan pewarnaan dengan menggunakan metode Semichen-Acetic Carmine (lampiran 1) menurut acuan dari Kuhlmann (2006).

4.5 Parameter Penelitian

4.5.1. Parameter Utama

  Parameter yang utama yang diamati dalam penelitian ini adalah prevalensi dan intensitas serangan Lernaea pada ikan Maskoki. Parasit yang ditemukan diamati jenis dan jumlah parasit tersebut serta dihitung nilai prevalensi dan intensitasnya yang kemudian dianalisa secara deskriptif. Angka prevalensi dan intensitas dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hadiroseyani dkk, 2006) : Kategori prevalensi serangan parasit adalah sebagai berikut :

  Tabel 1. Kategori prevalensi serangan parasit Kategori Infestasi Rentang Nilai (%) Almost never

  < 0,01

  Very rarely

  < 0,1-0,01

  Rarely

  < 1-0,1

  Occasional

  1-9

  Often

  10-29

  Commonly

  30-49

  Frequently

  50-69

  Usually

  70-89

  Almost always

  90-98

  Always

  99-100 Sumber : Williams and Williams, 1996 Kategori always atau selalu menggambarkan bahwa parasit selalu menginfeksi ikan (99-100%). Kategori almost always atau hampir selalu menggambarkan bahwa parasit hampir selalu menginfestasi ikan dan tingkat infestasi yang ditimbulkan parah (98-99%). Kategori usually atau biasanya menggambarkan parasit biasanya menginfestasi ikan (70-89%). Kategori

  frequently

  atau sering kali menggambarkan bahwa parasit tersebut sering kali menginfestasi ikan (50-69%). Kategori commonly atau biasa menggambarkan bahwa parasit tersebut biasa menginfestasi ikan (30-49%). Kategori often atau sering menggambarkan bahwa parasit tersebut sering menginfestasi ikan (10- 29%). Kategori occasionally atau kadang-kadang menggambarkan bahwa parasit kadang-kadang menginfeksi ikan. Kategori rarely atau jarang menggambarkan bahwa parasit tersebut jarang menginfestasi ikan (0,1-<1%). Kategori very rarely atau sangat jarang menggambarkan bahwa parasit tersebut sangat jarang menginfestasi ikan (0,01- <0,1%). Kategori almost never atau tidak pernah menggambarkan bahwa parasit tersebut tidak pernah menginfestai ikan.

  Kategori intensitas berdasarkan jumlah parasit yang menyerang ikan Maskoki dapat ditentukan sebagai berikut : infestasi sangat ringan terdapat parasit kurang dari 1, infestasi ringan 1-5, infestasi sedang 6-50, infestasi berat 51-100, infestasi sangat berat lebih dari 100 jumlah parasit (Williams and Williams, 1996).

4.5.2. Parameter Penunjang