KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL QUR’AN SURAT AL-HUJURAT

  

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PERSPEKTIF AL QUR’AN SURAT AL-HUJURAT

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  Oleh:

SITI NUR HALIMAH

  NIM. 11112235

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

      

      

  “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah terciptanya langit dan bumi serta perbedaan bahasa-bahasamu sekalian dan warna-warnamu, sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui” (Q.S Ar.Rum:22)

  Perbedaan ada bukanlah untuk dipersatukan, Melainkan untuk disandingkan.

  PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

   Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa

  mendoakan dengan tiada henti-hentinya,

  maupun materil. Terimakasih untuk semua pengorbanan, kesabaran dan ketulusanmu;

   Kakak-kakakku tersayang, Mas Agus, Mas

  Ikhsan, Mas Yuli dan Mas Arif;

   Para dosenku, terimakasih atas ilmu dan

  bimbingan;

   Teman-teman seperjuangan, khususnya PAI

  

G angkatan 2012, good luck and success;

   Someone, thanks for care, spirit, support and everything.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana dari Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Tidak lupa penulis haturkan sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan, khususnya ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal umat manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

  Ucapan terimakasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dorongan yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga; 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan; 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga; 4. Bapak M. Farid Abdullah S.Pd.I, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dengan kesabaran dan keikhlasan.

5. Ibu Dra. Maryatin, selaku dosen Pembimbing Akademik;

  6. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan IAIN Salatiga yang telah dengan ikhlas membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini; 7. Terkhusus untuk kedua orangtuaku tercinta (Muh Ali dan Siti Shoimah) yang telah merawat, membesarkan, mendidik dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis.

  Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya ucapan terimakasih diiringi dengan doa semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan dari Allah SWT yang berlipat ganda dan mendapat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Semoga skripsi yang berjudul: KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL-

  QUR‟AN SURAT AL-HUJURAT ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

  Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Amin.

  Salatiga, 15 Desember 2016 Penulis,

  

ABSTRAK

  Siti Nur Halimah. 2016. Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Al- Qur‟an Surat Al-Hujurat. Skripsi. Salatiga. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2016. Pembimbing: M. Farid Abdullah S.Pd.I. M.Hum.

  Kata kunci: Konsep Pendidikan Multikultural Penelitian ini dilatar belakangi karena keadaan Indonesia yang multikultur.

  Kekayaan yang dimiliki Indonesia merupakan sumber kekuatan sekaligus sumber potensi timbulnya persoalan. Banyak konflik timbul karena sikap fanatisme, kecintaan terhadap kelompok, dan kurangnya sikap toleransi. Oleh karena itu, pendidikan multikultural dipilih sebagai upaya untuk menemukan solusi yang tidak terlepas dari Al-

  Qur‟an mengenai konflik yang terjadi karena pendidikan multikultural sangat relevan untuk konteks Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research. Sumber data primer menggunakan Tafsir Al-Mishbah karya M.Quraish Shihab, Tafsir

  Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar- Rifa‟i, Tafsir Nurul Majid karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dan terjemah tafsir Al-Maragi. Pengumpulan data menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i. Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis ayat-ayat yang membicarakan tema yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural perspektif Al-

  Qur‟an surat Al-Hujurat dan implementasinya dalam pendidikan Islam di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan multikultural yang terkandung dalam surat Al-Hujurat antara lain: mengutamakan klarifikasi atau tabayyun; memupuk perdamaian dan keadilan; saling menghargai dan menghormati; saling percaya dan menjauhi prasangka; bersikap terbuka; bersikap toleransi dan menambah ketakwaan kepada Tuhan. (2) konsep pendidikan multikultural dalam Q.S Al-Hujurat dapat diimplementasikan di perpustakaan. Perpustakaan sebagai gerbang multikulturalisme harus netral dari keberpihakan. Keragaman koleksi buku merefleksikan keterbukaan perpustakaan terhadap isu-isu pluralisme dan multikulturalisme. Selanjutnya para pemakai perpustakaan masuk dan berdialog dengan beranekaragam kebudayaan baik melalui pemanfaatan koleksi maupun melalui serangkaian layanan yang ada sehingga diharapkan akan tumbuh semangat dan sikap untuk menghargai keragaman dan perbedaan kebudayaan yang ada.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5 E. Definisi Operasional ...................................................................... 6 F. Kajian Pustaka ............................................................................... 9 G. Metode Penelitian .......................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 15 BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 17 A. Pendidikan Multikultural .............................................................. 17 1.

  3. Pendidikan Multikultural di Indonesia ..................................... 25 B. Surat Al-Hujurat ............................................................................. 28 C.

  Pandangan Islam tentang Multikultural ......................................... 33

  BAB III TAFSIR AL- QUR‟AN SURAT AL-HUJURAT .............................. 37 A. Redaksi dan Terjemah Q.S Al-Hujurat ayat 11-13 ....................... 38 B. Asbabun Nuzul .............................................................................. 39 C. Penafsiran ...................................................................................... 42 1. Penafsiran M Quraish Shihab ................................................. 42 2. Penafsiran M Nasib Ar Rifa‟i ................................................ 48 3. Penafsiran Allamah Kamal Faqih Imani ............................... 55 4. Penafsiran Al-Maragi ............................................................. 61 D. Munasabah .................................................................................... 67 1. Pengertian Munasabah ............................................................ 67 2. Munasabah Surat ..................................................................... 68 3. Munasabah Ayat ...................................................................... 69 E. Konsep Pendidikan Multikultural yang terkandung dalam Q.S Al-Hujurat .................................................................................... 71 BAB IV ANALISIS ......................................................................................... 76 A. Urgensi Pendidikan Multikultural di Indonesia ............................ 76 B. Relevansi Pendidikan Multikultural dengan Pendidikan Islam dan Implementasi Pendidikan Multikultural di Indonesia ............ 80 BAB V PENUTUP ...........................................................................................

  B.

  Saran .............................................................................................. 89 C. Penutup .......................................................................................... 90

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural terbesar di dunia. Negara

  yang terdiri dari ribuan pulau baik besar maupun kecil dengan jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta jiwa ini, terdiri dari tiga ratus suku yang menggunakan hampir dua ratus bahasa yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat beragam agama dan kepercayaan yang dianut seperti Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu serta aliran kepercayaan lainnya (Yaqin, 2005:4).

  Al- Qur‟an menjelaskan bahwa umat manusia memiliki kesatuan muasal yaitu dari segumpal darah, seperti yang tercantum dalam QS. Al Alaq ayat 2:

  2 ) ( ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”

  Dalam ayat lain menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan pria dan wanita dari air mani apabila dipancarkan. QS An Najm ayat 45-46:

  46

  45 ) ( ) ( َنَُْتُ اَذِإ ٍةَفْطُن ْنِم ىَثْ نُْلْاَو َرَكَّذلا ِْيَْجْوَّزلا َقَلَخ ُوَّنَأَو ”Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita dari air mani, apabila dipancarkan” Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa walaupun kita terlahir dengan kondisi yang beraneka ragam baik secara fisik, budaya, ras, suku, agama dan sebagainya, tetapi pada dasarnya manusia berasal dari hal yang sama yaitu dari segumpal darah, dan dari air mani.

  Indonesia ditakdirkan menjadi negara yang multi-suku, multi-etnik, multi-agama juga multi-budaya. Kekayaan itu sesungguhnya merupakan potensi dan sumber kekuatan (source of power)bangsa Indonesia. Kekayaan tersebut sekaligus sangat berpotensi menimbulkan berbagai persoalan. Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya konflik dan menumbuhkan sikap kebersamaan, saling menghargai serta menghormati, perlu dilakukan tindakan preventif. Salah satunya dengan cara membangun kesadaran pluralis pada generasi muda melalui pendidikan multikulturalisme. Hal ini sesuai dengan ungkapan Abudin Nata:

  Indonesia yang berideologi Pancasila memiliki latar belakang budaya, etnis, paham keagamaan, tingkat ekonomi dan sosial yang amat beraneka ragam. Kondisi pluralitas dan heterogenitas masyarakat di Indonesia yang demikian itu pula pada gilirannya sangat mempengaruhi corak pendidikan manusia (Nata, Tt : 1).

  Dari ungkapan tersebut, maka pendidikan menjadi faktor penting sebagai alat untuk membangun peradaban manusia. Pendidikan merupakan sebuah sistem yang mengembangkan segala aspek pribadi dan kemampuan manusia. Dalam pendidikan itu sendiri ada beberapa aspek yang harus dicapai dalam berbagai segi kehidupan. Hal ini meliputi pengembangan segala segi kehidupan masyarakat, termasuk pengembangan sosial budaya, ekonomi, dan menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memelihara sejarah dan kebudayaannya.

  Salah satu idealitas agama Islam sebagaimana tertulis dalam Al- Qur‟an adalah untuk saling mengenal dan menghormati berbagai budaya, ras, dan agama. Akan tetapi pada kenyataannya saat ini peta dunia diwarnai dengan konflik yang muncul akibat sara. Kesenjangan antara idealitas dan realitas itulah yang perlu dijembatani dengan memberikan pemahaman multikultural dalam proses pendidikan.

  Sebagai sebuah konsep, pendidikan multikultural menemukan relevansinya untuk konteks Indonesia. Pendidikan multikultural sejalan dengan semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki pengertian bahwa Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang terdiri dari beragam suku, ras, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda tetapi dalam kesatuan Indonesia (Haryati, 2009:153).

  Pendidikan multikultural dipilih sebagai sebuah solusi untuk memaksimalkan pemahaman nilai-nilai pluralisme dalam sistem pendidikan, karena strategi pendidikan ini mengadopsi nilai-nilai yang terdapat dalam budaya yang berbeda-beda dan berusaha menegakkan pluralisme dengan cara menanamkannya ke dalam diri siswa, guru, dan komunitas mereka. Di samping itu, pendidikan multikultural menolak segala bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat dengan cara mempromosikan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial.

  Sebenarnya, pendidikan multikultural dengan mengacu pada entitas budaya, telah ada pada diri masing-masing individu, institusi sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya. Persoalannya, sejauh mana kesadaran nilai- nilai multikultural pada diri masing-masing individu itu teraktualisasi dalam kehidupannya. Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai multikultural menjadi praktik dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukan suatu upaya pengkondisian yang mengarah pada situasi tersebut (Nadlir,2013:63).

  Oleh sebab itu, wacana pendidikan multikultural sangat dibutuhkan sebagai upaya internalisasi nilai-nilai multikultural pada diri setiap manusia.

  Dengan memahami perbedaan tafsir setiap teks yang ada, diharapkan akan menghasilkan pemahaman keberagamaan yang inklusif, toleran, dan terbuka kepada siapapun. Dalam skripsi ini penulis berusaha mengkaji secara mendalam dan komprehensif sertamenelaah isi kandungan Al-

  Qur‟an surat Al-Hujurat yang menurut hemat penulis surat tersebut menyiratkan konsep matang mengenai pendidikan multikultural yang sangat relevan dengan konteks kekinian. Selain itu, dalam surat Al-Hujurat mengandung dasar kesopanan yang kompleks, mengenai bagaimana cara manusia menerima berita dari orang yang tidak dapat dipercaya, bagaimana cara menghadapi ketika ada orang beriman yang sedang berseteru, bagaimana memperlakukan saudara seagama baik ketika berhadapan muka maupun tidak, bagaimana cara menghadapi perbedaan, serta bagaimana menyikapi manusia di seluruh muka bumi. Maka skripsi ini penulis beri judul: KONSEP PENDIDIKAN

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas adalah:

  1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural perspektif Al-Qur‟an surat Al-Hujurat dalam tafsir Al-Misbah, tafsir Ibnu Katsir, tafsir Nurul Majid dan tafsir Al-Maragi?

  2. Bagaimanaimplementasi konsep pendidikan multikultural perspektif Al- Qur‟an surat Al-Hujurat dalam pendidikan di Indonesia? C.

   Tujuan Penelitian

  Dari permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan multikultural dalam perspektif Al-

  Qur‟an surat Al-Hujurat; 2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi konsep pendidikan multikultural Al-

  Qur‟an surat Al-Hujurat dalam pendidikan di Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pendidikan Islam, terutama mengenai konsep pendidikan multikultural dalam Al- Qur‟ansurat Al-Hujurat.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai konsep pendidikan multikultural perspektif Al-

  Qur‟an.

  b.

  Bagi Ilmu Pengetahuan 1)

  Menambah khazanah keilmuan tentang konsep pendidikan multikultural dalam perspektif Al- Qur‟an; 2)

  Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan di bidang tersebut.

  c.

  Bagi Peneliti Berikutnya Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, antara lain: 1.

  Pendidikan Kata pendidikan berasal dari kata “didik”, yang artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata lakuseseorang dan kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan(Poerwadarminta, 1985:250).

  Maslikhah (2007:48) menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan pendidik untuk mengubah sikap dan tingkah laku (akhlak) yang dididik menuju ke arah yang lebih baik. Pengertian pendidikan lebih luas dari pengajaran. Karena pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu. Pendidikan bisa diperoleh kapan saja, tentang apa saja dan oleh siapa saja. Sedangkan pengajaran lebih bersifat formal di dalam kelas atau ruangan dan untuk mempelajari tentang materi tertentu.

2. Multikultural

  Akar kata multikultural adalah kebudayaan, sedangkan secara bahasa, multikultural terdiri dari kata multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya.

  Bagi H.A.R. Tilaar sebagaimana telah dikutip Abd Azis Albone (2009:141) multikulturalisme secara sederhana dapat diartikan sebagai yang given tetapi merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai dalam suatu komunitas.

  Multikultural yaitu keanekaragaman budaya, mencakup keanekaragaman suku, ras, bahasa, agama, dan sebagainya. keanekaragaman tersebut menjadi potensi dan sumber daya kekuatan sekaligus menjadi potensi munculnya berbagai persoalan. Berbagai persoalan tersebut salah satunya karena sikap kecintaan terhadap komunitasnya, sehingga perlu adanya sikap saling menghargai dan menghormati dengan cara membangun kesadaran pluralitas untuk meminimalisir kemungkinan munculnya berbagai persoalan.

3. Al-Qur‟an

  Al- Qur‟an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Di dalamnya terdapat penjelasan tentang pokok-pokok ajaran Islam, salah satunya yaitu mengenai pendidikan. Dalam Al-

  Qur‟an terdapat beberapa ayat yang mengisyaratkan tentang pendidikan multikultural, diantaranya yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 213 dan 256, surat Ar-Rum ayat 22, surat Yunus ayat 99, serta beberapa ayat dalam surat Al-Hujurat. Dalam hal ini penulis akan meneliti tentang pendidikan multikultural yang difokuskan pada surat Al-Hujurat, karena dalam surat Al-Hujurat mengisyaratkan pendidikan multikultural yang lebih kompleks.

F. Kajian Pustaka

  Sebelum penulis meneliti lebih dalam tentang Konsep Pendidikan Multikultural perspektif Al-

  Qur‟an Surat Al-Hujurat, penulis berusaha menelaah karya dari hasil beberapa penulis terdahulu yang berhubungan dengan pembahasan ini.

  Pertama, dalam skripsi saudara Abu Chanifah NIM 12106022

  mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, STAIN Salatiga, dan lulus tahun 2012 yang berjudul “Multikulturalisme dalam Perspektif Pendidikan Islam (Telaah Surah Al Anbiya‟ ayat 107 dan Surah Al-Hujurat ayat 9-13)”. Kesimpulan dari skripsi tersebut yaitu konsep pendidikan multikulturalisme yang ada di Indonesia yaitu pada dasarnya adalah penegakkan akan “Bineka

  Tunggal Ika”. Pendidikan multikultural dapat diimplementasikan melalui pendidikan formal, dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pendidikan multikultural mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan, baik ras, suku, budaya maupun agama. Pendidikan Islam mempunyai andil dalam upaya transformasi nilai-nilai religius peserta didik. Dalam menghadapi masyarakat yang multikultural, dibutuhkan paradigma pendidikan yang toleran, inklusif dan berorientasi pada kesalehan sosial dengan tidak melupakan kesalehan individual.

  Kedua, dalam skripsi saudara Ismail Fuad NIM 104011000181

  mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus tahun 2009 yang berjudul “Konsep Pendidikan Multikultural dalam pendidikan multikultural dengan pendidikan Islam. Menurutnya, keduanya mendukung terhadap kesetaraan dan persamaan derajat manusia, kelompok manusia, kelompok suku bangsa, kelompok bangsa untuk hidup berdasarkan kebudayaan sendiri secara bebas dan terkendali. Dilihat dari tujuannya, keduanya memiliki tujuan yang sama. Sedangkan dalam implementasinya, pendidikan Islam multikultural dapat diwujudkan tidak hanya dalam ranah pendidikan formal, ia bisa mengambil tempat dalam pendidikan non formal, keluarga, maupun lingkup masyarakat melalui proses yang panjang dan berkesinambungan.

  Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan multikultural harus diimplementasikan dalam konteks Indonesia, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pada skripsi yang akan penulis susun yang berkaitan dengan konsep pendidikan multikultural diharapkan mampu memberikan gambaran positif yang belum sempat tercantumkan dalam kedua skripsi di atas.

G. Metode Penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk sampai pada tujuan penelitian, yaitu:

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

  research) , yaitu penelitian yang obyek utamanya adalah buku-buku atau melalui kajian pustaka dari buku-buku yang relevan dengan pembahasan (Nawawi, 1994:23).

2. Sumber Data

  Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam penelitian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dikategorikan sebagai berikut: a.

  Sumber data primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkanlangsung dari lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau orang yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau baru (Hasan, 2004:19). Yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini adalah buku-buku tafsir meliputi Tafsir Al-Mishbah karya M.Quraish Shihab, Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar-

  Rifa‟i, Tafsir Nurul Majid karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dan terjemah tafsir Al-Maragi.

  b.

  Sumber data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada

  (Hasan, 2004:19). Adapun sumber data sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku atau karya ilmiah lain yang isinya dapat melengkapi data penelitian yang penulis teliti, terutama buku-buku

  3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-bahan pustaka yang kohern dengan objek pembahasan yang dimaksud (Arikunto, 1990:24). Karena obyek dalam penelitian ini adalah ayat Al-

  Qur‟an, maka penulis menelaah dan memahami ayat-ayat yang dipilih sebagai bahan penelitian. Disamping itu, penulis memilih sumber-sumber lain yang dianggap menunjang terhadap penelitian ini.

  4. Teknik Analisis Data Setelah pengumpulan data selesai, maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula dengan analisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut (Surahmad, 1990:139).

  Menurut Miles & Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

  a.

  Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penye derhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan. Reduksi data merupakan bagian dari menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan di verifikasi.

  Dengan reduksi data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan dalam aneka macam cara yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya. Kadang kala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

  b.

  Penyajian data Penyajian data menurut Miles & Huberman membatasi suatu

  “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penulis yang merupakan juga penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar atau kah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu c.

  Penarikan kesimpulan atau verifikasi Menurut Miles & Huberman, hal ini hanyalah sebagian dari dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan- kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian itu berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya.

  Dalam menganalisis data yang sudah terkumpul digunakan beberapa metode, antara lain: 1)

  Metode Deduktif Yaitu proses berpikir yang berangkat dari yang umum ditarik tolok dari pengetahuan itu hendak menilai suatu kajian yang khusus (Sugiyono, 2005:90). Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisa data yang berupa berbagai interpretasi tafsiran surat Al Hujurat, baik dari sumber data primer maupun sekunder untuk kemudian ditemukan kekhususan konsep

  2) Metode Induktif

  Yaitu proses berpikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa khusus tersebut ditarik generalisasi yang bersifat umum (Sugiyono, 2005:90). Berangkat dari analisa konsep khusus pendidikan multikultural yang terkandung dalam surat Al Hujurat, kemudian konsep tersebut ditarik kesimpulan yang merupakan esensi dari konsep pendidikan multikulturalyang terkandung dalam surat Al Hujurat ayat secara umum. 3)

  Metode Maudlu‟i Metode Maudlu‟i adalah metode tafsir yang bermaksud menafsirkan ayat-ayat Al- Qur‟an dengan menghimpun ayat-ayat Al-

  Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik dan menyusunnya berdasarkan kronologi dan sebab turunnya ayat tersebut (Budiharjo, 2012:150) H.

   Sistematika Penulisan Skripsi

  Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu: Bab I, dalam bab ini berisi tentang pendahuluan. Hal ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi

  Bab II, dalam bab ini berisi tentang kajian teori yang mencakup pengertian pendidikan multikultural, pembahasan mengenai surat Al- Hujuratdan pandangan Islam tentang multikultural.

  Bab III, dalam bab ini berisi tentang taf sir Al Qur‟an Surat Al-Hujurat, mencakup redaksi dan terjemah surat Al-Hujurat ayat 11-13; Asbabun Nuzul surat Al-Hujurat ayat 11-13; Penafsiran surat Al-Hujurat ayat 11-13 menurut beberapa buku tafsir; Munasabah surat Al-Hujurat ayat 11-13; serta konsep p endidikan multikultural perspektif Al Qur‟an surat Al-Hujurat ayat.

  Bab IV, dalam bab ini berisi tentang analisis konsep pendidikan multikultural dalam surat Al-Hujurat. Mencakup urgensi pendidikan multikultural di Indonesia; dan relevansi pendidikan multikultural dengan pendidikan Islam dan implementasi pendidikan multikulturaldi Indonesia.

  Bab V, bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan dilanjutkan dengan saran-saran serta penutup.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Multikultural 1. Definisi Pendidikan Multikultural Oleh beberapa ilmuwan, pendidikan multikultural masih diartikan

  sangat beragam. Belum ada kesepakatan, apakah pendidikan multikultural tersebut berkonotasi pendidikan tentang keragaman budaya, atau pendidikan untuk mengambil sikap agar menghargai keragaman budaya.

  Pendidikan dan multikultural memiliki keterkaitan sebagai subjek dan objek atau „yang diterangkan‟ dan „menerangkan‟, juga esensi dan konsekuensi. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pendidikan multikultural, secara terminologi merupakan proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman

  Kamanto Sunarto sebagaimana dikutip Dede Rosyada (2014:3) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan yang menawarkan ragam model untuk keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai keragaman budaya masyarakat.

  Adapun definisi yang diberikan para pakar pendidikan adalah fakta bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak etnik, dengan keragaman budaya, agama, ras dan bahasa. Indonesia memiliki falsafah berbeda suku, etnik, bahasa, agama dan budaya, tapi memiliki satu tujuan, yakni mewujudkan bangsa Indonesia yang kuat, kokoh, memiliki identitas yang kuat, dihargai oleh bangsa lain, sehingga tercapai cita-cita ideal dari pendiri bangsa sebagai bangsa yang maju, adil, makmur dan sejahtera. Untuk itu seluruh komponen bangsa tanpa membedakan etnik, ras, agama dan budaya, seluruhnya harus bersatu padu, membangun kekuatan di seluruh sektor, sehingga tercapai kemakmuran bersama, memiliki harga diri bangsa yang tinggi dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain di dunia (Rosyada, 2014:3).

  Choirul Mahfud (2006:167) meminjam pendapat Andersen dan Cusher yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian, multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugrah Tuhan/sunnatullah). Kemudian bagaimana kita mampu mensikapi perbedaan tersebut dengan penuh toleran dan semangat egaliter.

  Pada prinsipnya pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan suatu proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi. Akan tetapi tidak mudah untuk mendesain pendidikan multikultural secara praksis.

  Menurut Said Agil Al Munawar (2005:207) secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai “pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan dengan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan”. Dengan demikian pendidikan multikultural selalu terkait dengan kebudayaan dan kultur lingkungan. Ini berarti pembahasan tentang pendidikan multikultural tak dapat dipisahkan dari budaya dan lingkungan sekitar masyarakat.

  Istilah ”pendidikan multikultural” dapat digunakan baik pada tingkat deskriptif dan normatif, yang menggambarkan isu-isu dan masalah-masalah pendidikan berkaitan dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan terhadap multikultural. Dalam konteks deskriptif ini, maka kurikulum pendidikan multikultural mestilah mencakup subjek-subjek seperti; toleransi; tema- tema tentang perbedaan ethno-kultural, dan agama; bahaya diskriminasi; penyelesaian konflik dan mediasi; HAM; demokratis dan pluralitas; kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain yang relevan (Al Munawar, 2005: 210).

  Baidhawy (2005:6-7) menyimpulkan mengenai pendidikan multikultural. Menurutnya, ada dua istilah penting yang berdekatan secara makna dan merupakan suatu perkembangan yang sinambung, yakni pendidikan multietnik dan pendidikan multikultural. “Pendidikan multietnik” sering dipergunakan di dunia pendidikan sebagai suatu usaha sistematik dan berjenjang dalam rangka menjembatani kelompok- kelompok rasial dan kelompok-kelompok etnik yang berbeda dan memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik. Sementara itu istilah “pendidikan multikultural” memperluas payung pendidikan multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain seperti relasi gender, hubungan antar agama, kelompok kepentingan, kebudayaan dan subkultur, serta bentuk- bentuk lain dari keragaman. Kata “kebudayaan” lebih diadopsi dalam hal ini daripada “rasisme” sehingga audiens dari pendidikan multikultural semacam ini akan lebih mudah menerima dan mendengarkan.

  Oleh karena itu, banyak pendidik yang akhirnya lebih memilih upaya meredefinisi maknanya menjadi perayaan makanan dan festival etnik; bidang ini seringkali mendapatkan kritik karena terpisah dari kritik utama terhadap rasisme dalam dunia pendidikan. Adalah penting menempatkan pendidikan multikultural dalam perjuangan hak-hak sipil demi kebebasan, kekuasaan politik, dan integrasi ekonomi (Baidhawy, 2005:7).

  Sebagai sebuah pembaruan, pendidikan agama berwawasan multikultural memiliki karakteristik khusus, meliputi: menanamkan pilar keempat kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan agama-agama (how to live and work together with others); menyemangati relasi antar manusia dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan (modest ang equal), saling percaya (mutual trust),saling memahami (mutual understanding), dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan agama-agama (respect to similarities, differences, and menyuguhkan suatu jejalin kelindan relasi dan interdependensi

  uniqueness);

  dalam situasi saling mendengar dan menerima perbedaan perspektif agama- agama dalam satu dan lain masalah dengan pkiran terbuka (open mind); suatu kreasi untuk menemukan alan terbaik mengatasi konflik (conflict

  

resolution) antaragama dan menciptakan perdamaian (reconsiliation)melalui

  sarana pengampunan (forgiveness) dan tindakan nirkekerasan (non violence) (Baidhawy, 2005:14).

  Dengan demikian, dapat dipahami bahwa orientasi dari pendidikan dan multikultural. Pendidikan semacam ini harus dilihat sebagai bagian dari upaya pencegahan dan penanggulangan konflik etnis agama, radikalisme agama, separatisme, dan disintegrasi bangsa, sedangkan nilai dasar dari konsep pendidikan ini adalah toleransi.

2. Sejarah Multikulturalisme di Indonesia

  Sejak presiden Soeharto jatuh dari kekuasaannya, yang kemudian diikuti dengan mas a yang disebut “era reformasi”, kebudayaan Indonesia cenderung mengalami disintegrasi. Krisis moneter, ekonomi dan politik yang bermula sejak akhir 1997, pada gilirannya juga telah mengakibatkan terjadinya krisis sosio-kultural di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Krisis sosial budaya yang meluas itu dapat disaksikan dalam berbagai bentuk disorientasi dan dislokasi banyak kalangan masyarakat kita. Hal ini semakin merebak seiring dengan kian meningkatnya penetrasi dan ekspansi budaya Barat, khususnya Amerika, sebagai akibat proses globalisasi yang terus tidak terbendung. Hal ini bisa dilihat misalnya, dari semakin merebaknya budaya McDonald, juga makanan instan lainnya serta budaya serba instan.

  Pluralisme kultural Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia dan Singapura sebagaimana dikemukakan Hefner yang dikutip oleh Mahfud (2006:83) sangatlah mencolok, terdapat hanya beberapa wilayah dalam teori politik Barat sepanjang dasawarsa 1930-an dan 1940-an, khususnya wilayah Indonesia dipandang sebagai “lokus klasik” bagi konsep “masyarakat majemuk/plural” (plural society) yang diperkenalkan ke dunia Barat oleh JS Furnivall (1994, 1948).

  Berhadapan dengan tantangan untuk tidak hanya mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga eksistensi negara-bangsa (nation building) yang mengandung keragaman tersebut, maka para penguasa negara-negara baru ini memiliki kecenderungan kuat untuk melaksanakan politik “keseragaman budaya” (monokulturalisme atau monoculturality). Pengalaman Indonesia sejak masa awal kemerdekaan dan masa Orde Baru di bawah Presiden Soeharto memperlihatkan kecenderungan kuat pada penerapan politik monokulturalisme.

  Secara restrospektif, politik monokulturalisme atau monokulturalitas yang dilaksanakan pemerintahan orde Baru atas nama stabilitas untuk developmentalism telah mengahancurkan local cultural

  geniuses

  , seperti tradisi “pelandong” di Ambon, republik nagari” di Sumatera Barat dan lain-lain. Padahal tradisi sosio kultural lokal seperti ini merupakan kekayaan kultural yang tidak ternilai harganya bukan hanya bagi masyarakatnya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat lain.

  Merupakan kenyataan yang sulit dihindari bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain, sehingga negara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat sebagaimana dikutip Mahfud (2006:87) mengatakan bahwa akar sejarah multikulturalisme bisa dilacak secara historis, bahwa sedikitnya selama tiga dasawarsa kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul karena adanya perbedaan secara terbuka, rasional dan damai.

  Menurut Mahfud (2006:89) ada tiga kelompok sudut pandang yang berkembang dalam menyikapi perbedaan identitas kaitannya dengan konflik yang sering muncul. Pertama, pandangan kaum primordialis. Kelompok ini menganggap bahwa perbedaan genetika, seperti suku dan ras (juga agama), merupakan sumber utama lahirnya benturan kepentingan etnis dan agama.

  Kedua, pandangan kaum instrumentalis. Menurut mereka, suku,

  agama dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar, baik dalam bentuk materiil maupun non-materiil. Konsepsi ini lebih banyak digunakan oleh politisi dan para elit untuk mendapatkan dukungan dari kelompok identitas.

  Ketiga, pandangan kaum konstruktivitis, beranggapan bahwa

  identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas, bagi kelompok ini, dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Karenanya, etnisitas mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka, persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah.

3. Pendidikan Multikultural di Indonesia

  Hingga saat ini wacana pendidikan multikultural di Indonesia belum tuntas dikaji oleh berbagai kalangan, termasuk oleh para pakar dan pemerhati pendidikan sekalipun. Pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan dengan pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah (otoda). Apabila hal itu dilaksanakan dengan tidak berhati-hati, justru mungkin akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan nasional (disintegrasi bangsa dan separatisme) (Mahfud,2006:190).

  Menurtu Azyumardi Azra sebagaimana dikutip Mahfud (2006:190) mengatakan bahwa pada level nasional, berakhirnya sentralisme kekuasaan yang pada masa Orde Baru memaksakan ”monokulturalisme” yang nyaris seragam, memunculkan reaksi balik, yang mengandung implikasi negatif bagi rekonstruksi kebudayaan Indonesia yang multikultural. Berbarengan dengan proses otonomisasi dan desentralisasi kekuasaan pemerintahan, juga terjadi peningkatan fenomena/gajala “provinsialisme” yang hampir tumpang tindih dengan “etnisitas”.

  Kecenderungan ini, jika tidak terkendali, akan dapat menimbualkan tidak hanya disintegrasi sosio-kultural yang amat parah, bahkan juga disintegrasi politik.

  Menurut SAH Al Munawar, pendidikan di Indonesia maupun di negara-negara lain, menunjukkan keragaman tujuan yang menerapkan strategi dan sarana yang dipakai untuk mencapainya. Penambahan informasi tentang keragaman budaya merupakan model pendidikan multikultural yang mencakup revisi isi atau materi pembelajaran, termasuk revisi buku-buku teks. Revisi pembelajaran seperti di Amerika Serikat merupakan strategi yang paling penting dalam reformasi pendidikan dan kurikulum. Penulisan kembali sejarah Amerika dari perspektif yang lebih beragam merupakan suatu agenda pendidikan yang diperjuangkan intelektual, aktivis dan praktisi pendidikan (Al Munawar, 2005:210).