KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF K.H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AL SAMARANI - Test Repository

  

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK

PERSPEKTIF K.H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT

AL SAMARANI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh :

ANDRI WINARCO

111-12-003

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

لﻮﺳر لﺎﻗ :لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ :ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ َﻤْﯾِإ َﻦْﯿِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا ُﻞَﻤْﻛَا

  ﺎ ﺎًﻘُﻠُﺧ ْﻢُﮭُﻨَﺴْﺣَأﺎًﻧ .(

ىﺬﻣﺮﺘﻟا هاور)

  “Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Tirmidzi).

  

PERSEMBAHAN

  Karya tulis ini, kupersembahkan untuk: 1. Ayah dan Ibu, yang tidak pernah berhenti mendoakanku.

  2. Para Kiai dan Guruku, ilmu yang disampaikan tidak akan terbalas dengan materi apapun.

  3. Seluruh keluarga besarku, yang telah memberikan dukungan dalam menimba ilmu.

  4. Dra. Supartinah, Sp. THt., yang telah memotivasiku untuk menimba ilmu.

  5. Keluarga Besar Bidikmisi IAIN Salatiga, yang telah memberikan sarana penunjang dalam memperjuangkan kelancaran studi ini.

  6. Keluarga PP. Al Islah, Cengek, Tingkir dan PP. Edi Mancoro,

  Gedangan, Tuntang, yang membersamai langkah-langkahku dalam menggapai asa.

  7. Keluarga Besar Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz, yang telah menghiasi perjalananku selama ini.

  8. Yaa Bismillaah, keluarga kedua yang peluk hangatnya selalu mampu kurasa.

  9. Sahabat-sahabatku, Muhammad Hasanuddin, Lc dan Taufiqurrahman, S.Pd., yang senantiasa menjadi sahabat terbaikku dalam menuntut ilmu.

  10. Akrom Musabbihin, S.Pd. dan Muhammad Sulkhan, yang telah meluangkan waktunya untuk membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Dan teruntuk semuanya, terimakasih.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berkenan mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di tengah padatnya tugas.

  4. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik, beserta bapak dan ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis selama masa studi.

  5. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan serta ide cemerlangnya dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Orangtuaku tercinta, yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, aspirasi dan gemblengan bagi penulis.

  7. Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu khair al-jaza’.

  Kepada mereka semua, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya, dari karya tulis ini penulis berharap kemanfaatan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Penulis

  

ABSTRAK

  Winarco, Andri, 2017, Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif K.H. Muhammad Sholeh Darat Al Samarani. Skripsi . Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag. Kata Kunci: Konsep, Pendidikan, Akhlak, Sholeh Darat.

  Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut akhlaqul karimah. Salah satu dari sekian banyak tokoh Islam di Indonesia yang mengedepankan akhlak di atas ilmu ialah tokoh dari Semarang yang lebih dikenal dengan nama KH. Muhammad Sholeh Darat.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini: 1) Bagaimana konsep pemikiran Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak? 2) Bagaimana relevansi pemikiran Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak dengan pendidikan saat ini?

  Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan. Adapun sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari karya-karya Muhammad Sholeh Darat Al Samarani yang berkaitan dengan judul penelitian. Data sekunder diambil dari literatur dan buku- buku yang bersangkutan dengan obyek pembahasan penulis. Sementara itu, metode pengumpulan data dalam karya tulis ini menggunakan metode dokumentasi dan wawancara.

  Adapun teknis analisa data menggunakan metode deduktif, induktif, dan historis. Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Kiai Sholeh Darat tentang pendidikan akhlak terbagi menjadi eksistensi akhlak, sumber akhlak, klasifikasi akhlak, metode pendidikan akhlak, dan urgensi akhlak. Konsep pendidikan akhlak beliau adalah konsep pendidikan akhlak yang lebih menekankan pada pembiasaan-pembiasaan dalam melakukan ritual ibadah, seperti dalam berwudhu, mendirikan solat, menjalankan puasa, menunaikan zakat, dan pergi ke tanah suci untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima. Di sisi lain, Kiai Sholeh Darat juga menganjurkan kepada manusia untuk selalu berhati-hati dalam bertingkah laku dan beribadah, karena hadirnya nafsu syahwat. Selain itu, Kiai Sholeh Darat juga menganjurkan kepada manusia untuk menghilangkan sifat- sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji atau dapat dikatakan sebagai proses tazkiyatun nafs. Adapun relevansi pendidikan akhlak Kiai Sholeh Darat dengan pendidikan saat ini berujung pada kesimpulan bahwa konsep yang diusung Kiai Sholeh Darat sangat relevan, mengingat era pendidikan saat ini lebih mengutamakan segi kognitif daripada afektif. Hasilnya pun juga baik, terpelajar, namun, apabila mereka terjun ke dalam dunia masyarakat mereka tidak akan mampu menggantikan dari segi afektif, yang terdidik dalam bidang akhlaknya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN BERLOGO............................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................. v MOTTO...................................................................................................... vi PERSEMBAHAN...................................................................................... vii KATA PENGANTAR................................................................................ viii ABSTRAK................................................................................................. ix DAFTAR ISI.............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah..................................................................................

  4 C. Tujuan Penelitian...................................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian.................................................................................

  5 E. Metode Penelitian..................................................................................

  6 F. Penegasan Istilah...................................................................................

  10 G. Sistematika Penulisan............................................................................

  13 BAB II BIOGRAFI TOKOH A. Konteks Internal....................................................................................

  16 1. Riwayat keluarga Muhammad Sholeh Darat Al Samarani................

  16 2. Riwayat Pendidikan Muhammad Sholeh Darat Al Samarani...........

  19 3. Mengajar di Pesantren.......................................................................

  27 4. Langkah Gerakan Muhammad Sholeh Darat Al Samarani...............

  33 5. Karya-karya Muhammad Sholeh Darat Al Samarani........................

  39 6. Napak Tilas Muhammad Sholeh Darat Al Samarani........................

  44 B. Konteks Eksternal..................................................................................

  47 1. Aspek Keagamaan.............................................................................

  47

  2. Aspek Sosial Politik..........................................................................

  B. Sumber Pendidikan Akhlak..................................................................

  71

  72

  72

  73

  74

  74 BAB III KAJIAN TEORI A. Pendidikan Akhlak................................................................................

  1. Pengertin Pendidikan........................................................................

  2. Akhlak, Moral, Etika, dan Budi Pekerti............................................

  3. Pendidikan Akhlak............................................................................

  1. Al Qur’an..........................................................................................

  70

  2. Hadits................................................................................................

  3. Ijtihad................................................................................................

  75

  75

  78

  83

  85

  85

  87

  70

  67

  3. Aspek Sosial Budaya.........................................................................

  3. K.H. Ahmad Wafi MZ. (Pengasuh PP. Al Anwar, Sarang, Rembang)..........................................................................................

  C. Corak Pemikiran Muhammad Sholeh Darat Al Samarani.....................

  1. Bidang Teologi..................................................................................

  2.Bidang Tasawuf.................................................................................

  3.Bidang Akhlak...................................................................................

  4.Bidang Fiqih.......................................................................................

  5. Bidang Pendidikan.............................................................................

  D. Pendapat Para Ulama dan Para Cendekiawan.......................................

  1. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA. (Ketua Pengurus Besar Nahdlotul ‘Ulama’/PBNU)...............................................................

  2. Peter Carey (Sejarawan University of Oxford).................................

  4. Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A., M.A. (Guru Besar Sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga)........................................................................

  63

  5. Dr. Abdullah Salim (Dosen Unissula Semarang juga Peneliti Pertama Naskah K.H. Sholeh Darat)................................................

  6. Dr. Nur Cholis Majid (Cendekiawan Muslim Indonesia).................

  7. K.H. Ahmad Hadlor Ihsan (Pengasuh PP. Al Islah Mangkang, Tugu, Semarang juga Mantan Rois Syuriyah PCNU Kota Semarang).........................................................................................

  50

  54

  57

  57

  60

  62

  89

  4. Adat Istiadat.......................................................................................

  91 C. Konsep dan Tujuan Pendidikan Akhlak................................................

  92 D. Unsur-Unsur Pendidikan Akhlak..........................................................

  95 1. Pendidik............................................................................................

  95 2. Peserta Didik.....................................................................................

  96 3. Metode Pendidikan Akhlak...............................................................

  97

  4. Materi Pendidikan Akhlak................................................................. 101

  5. Lingkungan Pendidikan Akhlak........................................................ 102

  E. Hubungan Akhlak dengan Ilmu............................................................. 104

  BAB IV PEMIKIRAN TOKOH A. Analisis Konsep Pendidikan Akhlak Muhammad Sholeh Darat Al Samarani................................................................................................ 108

  1. Eksistensi Akhlak.............................................................................. 108

  2. Sumber Akhlak.................................................................................. 109

  3. Klasifikasi Akhlak............................................................................. 113

  4. Unsur-unsur Pendidikan Akhlak....................................................... 125

  5. Hubungan Akhlak dengan Ilmu......................................................... 137

  B. Relevansi Pendidikan Akhlak Muhammad Sholeh Darat Al Samarani dengan Pendidikan Saat ini................................................................... 138

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................... 144 B. Saran................................................................................................. 145 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 4 : Ringkasan Skripsi dalam Bentuk Power Point Lampiran 5 : Pernyataan Melakukan Wawancara Lampiran 6 : Foto-foto Penelitian Lampiran 7 : Lembar SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga

  setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut akhlaqul karimah. Namun, pendidikan akhlak akhir-akhir ini hampir terlupakan oleh banyak kalangan masyarakat bahkan kalangan terpelajar sekalipun. Karena, masa kini adalah masa peradaban modern, di mana dalam dunia pendidikan sering kali kita melihat pendidikan hanya berorientasikan pada nilai-nilai akademik semata.

  Hal ini menyebabkan semua kalangan krisis akan keteladanan, yang mana krisis keteladanan ini merupakan krisis terbesar melebihi krisis energi, kesehatan, pangan dan air (Masyhuri, 2013:131).

  Fakta masa kini yaitu lebih banyak seseorang yang pergi mencari ilmu atau menuntut ilmu bukan untuk mengejar arti yang sebenarnya dari ilmu atau hakikat ilmu, tetapi mayoritas memburu nilai, apakah baik atau buruk nilai yang didapatkan. Dalam hubungannya dengan ini, mayoritas dari mereka lupa akan hakikat dari ilmu itu sendiri sehingga yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang telah dipelajari selama di dalam lembaga pendidikan.

  Sebagai contoh, ketika anak pulang dari sekolah atau belajar, hal yang ditanyakan oleh orang tua bukan “Bagaimana tadi pembelajarannya di sekolah?” melainkan “Berapa nilai yang kamu dapatkan?” Pernyataan demikian membuktikan bahwasanya anak terdukung untuk mencari nilai akademik dibanding untuk mendalami apa hakikat ilmu tersebut. Maka hakikat ilmu yang terkandung didalamnya tersisihkan hingga orang lebih cenderung fokus pada aspek intelligensi.

  Sebagai contoh yang lain, banyak kalangan terpelajar yang masih tergiur akan manisnya dunia. Seperti halnya melakukan korupsi, meminum- minuman keras, pergaulan bebas, memakai narkoba dan lain sebagainya. Dalam sistem pendidikan atau dalam hal keilmuan hal ini sudah terbukti merugikan diri sendiri bahkan menjalar kepada lingkungan sekitar. Tetapi karena ilmu yang mereka dapat tidak diaplikasikan dan kurangnya kesadaran dalam diri mereka, akhirnya mereka terjerumus dalam berbagai pelanggaran norma.

  Tidak ada di dunia ini yang sempurna, orang yang sudah mengerti agamapun sering terjerumus di dalam masalah keduniaan. Dan itu memang menjadi ujian bagi seorang ulama untuk mendapatkan derajat yang lebih tinggi lagi. Masalah keduniaan bisa juga disebut dengan cinta kepada dunia.

  Tidak ada di dunia ini yang lebih dicintai daripada dunia. Bahkan dunia mengalahkan segala-galanya entah itu anak, tetangga, istri dan bahkan orang tua pun menjadi tak terhiraukan akibat dari cintanya seseorang terhadap dunia.

  Orang yang cinta dunia maka hal yang paling diutamakan dari segala- galanya adalah dunia. K.H. Muhammad Sholeh Darat Al Samarani menyebutkan dalam kitab beliau yaitu Kitab Munjiyat, bahwa orang yang cinta akan dunia di dalam hatinya akan ditetapkan oleh Allah SWT empat perkara yaitu susah yang tidak putus selesainya, segala urusan yang tidak pernah selesai, keinginan yang tidak pernah selalu sampai pada ujungnya dan angan-angan yang tidak pernah sampai kepada ujung. Maka dapat dikatakan orang yang cinta akan dunia, akan terus memburu dunianya sampai kapanpun dan tidak akan pernah merasa puas apalagi bersyukur terhadap Sang Pencipta atas nikmat-Nya (Darat, Tanpa tahun:27).

  Seseorang yang mampu mengerti akan hakikat dari ilmu tersebut akan mampu memilah-milah mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari, hal ini akan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan. Karena melihat sebegitu pentingnya tentang peranan ilmu, maka diwajibkan menuntut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau akan memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat (Al Haddad, 2007:83).

  Menurut para ulama’, ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang senantiasa diliputi oleh rasa Khasyah (takut) kepada Allah SWT. Sebagaimana firman- Nya.

  ْﺨَﯾ ﺎَﻤﱠﻧِإ

ٌرﻮُﻔَﻏ ٌﺰﯾِﺰَﻋ َ ﱠﷲ ﱠنِإ ۗ ُءﺎَﻤَﻠُﻌْﻟا ِهِدﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ َ ﱠﷲ ﻰَﺸ

  Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba- hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Fathir:28) (Al Qur’an, t.th:438).

  Rasulullah SAW dengan tegas mengatakan, bahwa tanda manfaat ilmu seseorang itu selalu didampingi petunjuk dan amal nyata. Artinya bila ilmu itu hanya sekedar ungkapan, teori dan basa-basi, itu bukan ilmu yang bermanfaat (Masyhuri, 2013:127).

  Bahkan pahlawan nasional Indonesia yang menjadi emansipasi wanita di Indonesia bahkan sampai ke ranah Internasional yaitu R.A. Kartini. Dalam buku Kartini Nyantri (Ulum, 2016:159), R.A. Kartini menjelaskan tentang pentingnya pengamalan ilmu dalam suratnya kepada R.M. Abendanon Madri pada 21 Januari 1901 yang tertulis:

  “Seorang pendidik harus juga memelihara pembentukan budi pekerti, walaupun tidak ada hukum secara pasti mewajibkannya melakukan tugas itu. Secara moril ia wajib berbuat demikian. Dan saya menjalankan tugas itu? Saya yang masih perlu juga lagi dididik ini? Kerap kali saya mendengar orang mengatakan bahwa dari yang satu dengan sendirinya budi itu menjadi halus, luhur. Tetapi dari pengamatan saya, sayang saya berpendapat, bahwa hal itu sama sekali tidak selamanya demikian. Peradaban, kecerdasan fikiran, belumlah merupakan jaminan bagi kesusilaan. Dan orang tidak boleh terlalu menyalahkan mereka yang budi pekertinya tetap jelek meskipun pikirannya cerdas benar. Sebab dalam kebanyakan hal, kesalahan tidak terletak pada mereka sendiri melainkan pada pendidikan mereka. Memang telah banyak, aduh bahkan begitu sangat banyaknya mereka yang mengusahakan kecerdasan fikiran. Tetapi apa yang telah diperbuatnya untuk pembentukan budi pekerti mereka? Sesuatupun tidak ada.”

  Maka dari itu, berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas, melalui penelitian yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif K.H.

  Muhammad Sholeh Darat Al Samarani ini, penulis berusaha membahas

  lebih dalam tentang pendidikan akhlak menurut Muhammad Sholeh Darat Al Samarani.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana konsep Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak?

  2. Bagaimana relevansi Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak dengan pendidikan saat ini?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Mengetahui konsep Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak.

  2. Mengetahui relevansi Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak dengan pendidikan saat ini.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah di atas mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

  a. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan pendidikan di Indonesia secara umum dan pendidikan Islam dalam bidang akhlak pada khususnya.

b. Sebagai salah satu sumbangan dari pokok-pokok pemikiran

  Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak pada masa mendatang.

2. Manfaat praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan panduan bahwa

  pendidikan akhlak memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan moralitas di dalam kemasyarakatan dan lingkungan sekitarnya. Bagi orang tua, penelitian ini dapat dijadikan panduan dalam mendidik b. anak agar memiliki khasanah moralitas yang luhur. Bagi remaja, dengan penelitian ini diharapkan nantinya dapat c. menambah pengetahuan dalam bidang akhlak untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mencapai keselamatan dan kedamaian serta kebahagiaan di dunia yang fana ini sampai di akhirat kelak.

E. Metode Penelitian

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan.

  Obyek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen (Zed, 2004: 89).

  2. Sumber data Adalah subyek penelitian dimana data menempel

  

  

akses pada 03

  Januari 2017, 02.38 WIB). Sebelum peneliti mengumpulkan data, peneliti memperhatikan kualifikasi sumber data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

  a. Data primer Adalah buku-buku yang secara langsung berkaitan dengan objek material penelitian (Kaelan, 2010:143). Data primer diambil dari karya-karya Muhammad Sholeh Darat Al Samarani yang berkaitan dengan judul penelitian. Yaitu diantaranya Kitab Munjiyat, Kitab

  Minhajul Atqiya’ , Kitab Matnu Al Hikam, Kitab Syarah Barzanji, Kitab Fasholatan , Kitab Munasiku Al Hajj Wa Al ‘Umroh Wa Adabu Ziyarotu Li Sayyidi Al Mursalin Sholla Allahu ‘Alaihi Wa Sallam Wajibun ‘Ala Al Hajj An Yu’arrifuha Li Al ‘Abidi Adz-Dzalil , Kitab Al Mahabbah Wa Al Mawaddah Fi Tarjamati Qouli Al Burdah Fi Al Mahabbah Wa Al Madhi ‘Ala Sayyidi Al Mursalin Li Al Imam Al ‘Allamah Al Bushoiri , Kitab Lathoifi Ath-Thoharoti Wa Asrori Ash Sholati , Kitab Majmu’ati Asy Syari’ati Al Kafiyati Li Al’awami, Kitab Al Mursyidu Al Wajiz Fi ‘Ilmu Al Qurani Al ‘Aziz , Kitab Faidh Al Rahman , Kitab Sabilu Al ‘Abid, dan Kitab Hadits Al Mi’raj.

  b. Data sekunder Adalah sumber data yang berupa buku-buku serta kepustakaan yang berkaitan dengan objek material, akan tetapi tidak secara langsung merupakan karya tokoh agama atau filsuf agama tertentu yang menjadi objek (Kaelan, 2010:144). Data sekunder diambil dari literatur dan buku-buku yang bersangkutan dengan obyek pembahasan penulis. Diantaranya yaitu Buku Bekal Hidup Bahagia Dunia Akhirat terjemah Kitab Risalatul Mu’awanah, dan buku-buku yang lain yang bersangkutan dengan penelitian.

3. Metode pengumpulan data

  Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode wawancara. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode dokumentasi ini, data mengenai penelitian yang diperoleh dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini guna menjadi data penguat pembahasan dalam penyusunan skripsi ini.

  Metode wawancara yang dimaksud disini adalah teknik mengumpulkan data adalah teknik untuk mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan data. Pencarian data dengan teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang atau beberapa orang yang diwawancarai (Muhamad, 2008:151).

4. Teknik analisis data

  Yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2014:335). Beberapa Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a. Historis

  Metode ini berkaitan dengan latar belakang historis tokoh/filsuf tersebut, serta latar belakang agama, sosial, budaya, filsafat paham/aliran, pendidikan, keluarga serta pengalaman hidupnya (Kaelan, 2010:176). Dalam hal ini, penulis mengungkap tentang latar belakang historisnya Muhammad Sholeh Darat Al Samarani.

  b. Deduktif Adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau generalisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi tersebut

  diakses pada 03 Januari 2017, 02.54 WIB). Metode ini

  digunakan penulis untuk menganalisa data tentang pendidikan akhlak yang ada di sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

c. Induktif

  Adalah diilustrasikan dengan usaha peneliti dalam mengolah data secara berulang-ulang tema-tema dan database penelitian hingga peneliti berhasil membangun serangkaian tema yang utuh (Creswell, 2010:261). Metode ini digunakan penulis dalam menganalisa pemikiran-pemikiran yang terdapat dalam karya-karya Muhammad Sholeh Darat Al Samarani tentang pendidikan akhlak, guna ditarik kesimpulan dan dicari relevansinya dengan pendidikan akhlak pada saat ini.

F. Penegasan Istilah

  Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas yaitu antara lain:

  1. Konsep Konsep adalah sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis

  (Muhamad, 2008:65-66). Maka, konsep merupakan dasar dari segala pemikiran dan komunikasi.

  2. Pendidikan akhlak Dalam konteks Islam pendidikan dimaknai dengan beberapa istilah yaitu tarbiyah yang berakar dari kata rabba, ta’dib yang berakar dari kata

  addaba dan ta’lim yang berakar dari kata ‘allama. Secara definitif, Omar

  Mohammad al-Toumy al-Syaebani menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan kehidupan dalam alam sekitarnya (Muhmidayeli, 2011:65-66).

  Selanjutnya, bapak pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro, mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya (Nata, 2010:338).

  Menurut Ibnu Kholdun, pendidikan tidak hanya dibatasi oleh ruang dan waktu, tetapi pendidikan adalah suatu proses, dimana manusia secara sadar menangkap, menyerap dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman (Iqbal, 2015:528). Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum pasal 1 menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006:5).

  Secara bahasa akhlak berasal dari kosakata bahasa arab. Terdapat dua pendapat dalam hal ini, yaitu pendapat pertama, kata akhlak merupakan isimmasdar dari kata akhlaqa-yukhliqu-akhlaqan yang berarti

althabi’ah (tabiat), aladat (kebiasaan), almaru’ah (peradaban baik).

  Pendapat kedua menyatakan bahwa kata akhlak bukan isimmasdar tetapi

  

isimjamid atau ghairmustaq yakni kata yang tidak memiliki akar kata

  karena bentuknya memang telah ada sedemikian. Menurut istilah, Al Ghozali menyatakan dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din bahwa akhlak adalah suatu keadaan dalam jiwa yang tetap yang memunculkan suatu perbuatan secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa (Jamil, 2013:2-3).

  Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan tentang prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan (Ulwan, 1995:177).

3. Perspektif

  Perspektif juga bisa berarti sudut pandang atau pandangan

  seseorang terkait dengan suatu hal atau masalah tertentu akses pada 29 Desember 2016, 12.06).Jadi, perspektif yang dimaksud disini adalah pandangan ataupun sudut pandang seorang ulama besar yang dimaksud yaitu K.H. Muhammad Sholeh Darat Al Samarani.

4. Muhammad Soleh Darat Al Samarani

  Adalah dikenal sebagai syaikhul masyayikh (maha guru) yang menelurkan banyak alim ulama di Nusantara, khususnya di Jawa (Ulum, 2016:35). Menurut Abdul Karim (Ulum, 2016:xiii) mengatakan bahwa beliau juga dapat dikatakan sebagai ulama yang produktif dalam menghasilkan sebuah karya tulis yang mana mayoritas karyanya tertulis dengan bahasa arab pegon.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca nantinya dapat memahami isi dari skripsi ini dengan mudah, maka penulis memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Yaitu skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berhubungan, sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa poin diantaranya latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II Biografi Muhammad Sholeh Darat Al Samarani Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang konteks internal yang terdiri dari: riwayat keluarga, riwayat pendidikan, langkah gerakan, mengajar di pesantren, napak tilas, dan karya-karya Muhammad Sholeh Darat Al Samarani. Selain itu, dibahas juga mengenai konteks eksternal yang meliputi: aspek keagamaan, aspek sosial politik dan aspek budaya. Selanjutnya dalam bab ini dipaparkan pula mengenai beberapa pokok pemikiran Muhammad Sholeh Darat Al Samarani dalam beberapa konteks, yaitu: bidang teologi, bidang tasawuf, bidang akhlak, bidang fiqih, dan bidang pendidikan. Selanjutnya, dalam bab ini diakhiri dengan penjelasan tentang pendapat beberapa ulama dan cendekiawan terkait dengan Muhammad Sholeh Darat Al Samarani secara umum.

  BAB III Kajian Teori Pendidikan Akhlak Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang kajian teori pendidikan akhlak secara umum yang meliputi beberapa pembahasan diantaranya: pengertian pendidikan akhlak, sumber-sumber pendidikan akhlak, konsep dan tujuan pendidikan akhlak, hubungan akhlak terhadap ilmu.

  BAB IV Pemikiran Pendidikan Akhlak Muhammad Sholeh Darat Al Samarani Dalam bab ini penulis akan menjawab dari rumusan masalah yaitu konsep pendidikan akhlak perspektif Muhammad Sholeh Darat Al Samarani yang terdiri dari: eksistensi akhlak, sumber akhlak, klasifikasi akhlak, metode pendidikan akhlak, dan hubungan akhlak terhadap ilmu. Serta membahas tentang relevansinya konsep pendidikan akhlak perpektif Muhammad Sholeh Darat Al Samarani pada masa kini.

  BAB V Penutup Pada bab ini penulis menyimpulkan dari pemaparan- pemaparan dari beberapa bab diatas yang meliputi pokok bahasan kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI MUHAMMAD SHOLEH DARAT AL SAMARANI A. Konteks Internal

1. Riwayat keluarga Muhammad Sholeh Darat Al Samarani

  Nama lengkapnya adalah Muhammad Sholeh bin Umar bin Tasmin Al Samarani, atau lebih dikenal dengan sebutan Kiai Sholeh Darat. Ada dua alasan kenapa dipanggil “Kiai Sholeh Darat”. Pertama, sesuai dengan akhir surat yang ia tujukan kepada Penghulu Tafsir Anom, penghulu Keraton Surakarta, yaitu: “Al-Haqir Muhammad Salih Darat” dan juga menulis nama “Muhammad Salih ibn ‘Umar Darat Semarang” ketika menyebut nama-nama gurunya dalam kitab Mursyidal Wajiz (Munir, 2008:26). Kedua, sebutan “Darat” di belakang namanya, karena ia tinggal di suatu kawasan bernama “Darat”, yaitu suatu kawasan dekat pantai Utara Kota Semarang tempat mendarat orang-orang yang datang dari luar Jawa (Salim, 1995:15). Adanya laqab (penambahan) ini, memang sudah menjadi tradisi atau ciri khas dari orang-orang yang terkenal di masyarakatnya pada masa itu. Kini, di kawasan Darat, Semarang Utara, didirikan Masjid Sholeh Darat yang merupakan cikal bakal pesantren Kiai Sholeh Darat (Darat, Terj. Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah, 2016:xxv).

  Kiai Sholeh Darat dilahirkan pada 1820 M/ 1235 H di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Tahun kelahirannya ini bertepatan dengan tahun kelahirannya ulama kharismatik yang mempunyai banyak karomah dan menjadi gurunya para kiai di Jawa-Madura, yaitu Syaikhona Kholil Bangkalan (1820 M/1235

  H). Kedua tokoh ini sama-sama menjadi rujukan penting dan tempat berlabuh ulama Nusantara sebelum melanjutkan pendidikannya ke

  

Haramain . Sebagian pendapat menuturkan bahwa Kiai Sholeh Darat

  dilahirkan di Semarang. Hal ini sebagaimana yang disebut dalam

  

muqaddimah tafsir kitab faidhu Al Rahman Fi Tarjamati Tafsiri Maliki

al-Dayyan , “Qala syaikhuna al alim al-allamah bahru al-fahhamah Abu

Ibrahim Muhammad Shaleh ibn Umar al-Samarani baladan maulidan al-

Syafi’i madzhaban .” Yang artinya, “Telah berkata guru kita yang alim dan

  sangat alimnya, yang wawasan keilmuannya luas, yaitu ayah Ibrahim, Muhammad Shaleh, putra Umar dari Semarang, yang dilahirkan di Semarang pula, dan mengikuti madzhab Syafi’i” (Ulum, 2016:36-37).

  Semasa kecil ia dipanggil dengan nama Sholeh. Sholeh lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang alim dan cinta tanah air. Ayahnya adalah Kiai Umar bin Tasmin, salah satu tokoh ulama’ yang cukup terpandang dan disegani di kawasan pantai Utara Jawa. Kiai Umar juga merupakan salah satu pejuang perang Jawa (1825-1830), sekaligus sebagai orang kepercayaan dari Pangeran Diponegoro (Hakim, 2016:34). Kiai Umar beserta kawan, kolega dan santri-santrinya berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kehormatan tanah air dari para penjajah (Darat, Terj.

  Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah, 2016:xxvi).

  Menurut sebuah sumber, sebagaimana yang diceritakan oleh Agus Tiyanto yang mendapatkan keterangan ini dari Habib Lutfi Pekalongan bahwa ibunda Kiai Sholeh Darat masih keturunan dari Sunan Kudus, yaitu Nyai Umar binti Kiai Singapadon (Pangeran Khatib) ibn Pangeran Qodin Ibn Pangeran Palembang ibn Sunan Kudus atau Syaikh Ja’far Shodiq (3/7/2016). Data ini didukung dengan keakraban status guru- murid antara Kiai Sholeh Darat dengan Raden Kiai Muhammad Sholeh Kudus yang masih keturunan dari Sunan Kudus dan Syaikh Mutamakkin Al Hajjini (Kajen, Pati) (Ulum, 2016:37).

  Dalam sejarahnya, Kiai Sholeh Darat pernah menikah sebanyak tiga kali. Perkawinan yang pertama adalah ketika Kiai Sholeh Darat masih berada di Makkah. Belum diketahui secara pasti siapa nama dari istri beliau. Dari perkawinan yang pertama ini, Kiai Sholeh Darat dikaruniai seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Tatkala Kiai Sholeh Darat pulang ke Jawa, istrinya telah meninggal dunia dan Ibrahim tidak ikut serta ke Jawa. Untuk mengenang anaknya (Ibrahim) yang pertama ini, Kiai Sholeh Darat menggunakan nama “Abu Ibrahim” dalam halaman sampul kitab tafsirnya, Faidh Al-Rahman (Darat, Terj. Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah, 2016:xxx).

  Perkawinannya yang kedua dengan Sofiyah, puteri Kyai Murtadho teman karib bapaknya terjadi di Semarang. Dari perkawinan ini, mereka dikaruniai dua orang putera, Yahya dan Kholil. Dari kedua puteranya ini, telah melahirkan beberapa anak dan keturunan yang bisa dijumpai hingga kini (Hakim, 2016:83). Kemudian, Kiai Sholeh Darat menikah dengan Raden Ayu Aminah, puteri Bupati Bulus, Purworejo yang juga seorang

  syarifah (keturunan Nabi Muhammad SAW). Dari perkawinannya ini,

  mereka dikaruniai seorang putri bernama RA Siti Zahroh. Siti Zahroh dijodohkan dengan Kiai Dahlan, santri Kiai Sholeh Darat dari Termas, Pacitan. Dari Perkawinan ini melahirkan dua orang anak, masing-masing Rahmad dan Aisyah. Kyai Dahlan meninggal di Makkah, kemudian Siti Zahroh dipasrahkan kepada Kyai Mahfudz, kakak kandung Kyai Dahlan.

  Oleh Syaikh Mahfudz, Zahroh dijodohkan dengan Kyai Amir, juga santri K.H. Sholeh Darat sendiri asal Pekalongan. Perkawinan kedua Siti Zahroh tidak melahirkan keturunan (Dzahir, 2012:6).

2. Riwayat Pendidikan Muhammad Sholeh Darat Al Samarani a.

   Pendidikan di Jawa

  Ketika perang Jawa sudah mulai redam (1830), usia beliau menginjak 10 tahun. Sebagaimana anak seorang Kiai, masa kecil dan masa remaja Kiai Sholeh Darat sudah diwarnai dengan ajaran-ajaran Islam yaitu belajar Al Quran dan Ilmu Agama. Dari usia inilah beliau mendapatkan gemblengan ajaran agama Islam secara intensif dari ayahnya, Kiai Umar. Setelah Kiai Umar sudah tidak disibukkan lagi dengan peperangan. Sebelum tahun 1830, Kiai Sholeh Darat sudah diberikan sendi-sendi aqidah dan syari’at Islam, namun belum maksimal sebab kondisi perang yang sedang berkecamuk (Ulum, 2016:39).

  Kiai Sholeh Darat selain belajar dengan ayahnya, beliau juga mencari ilmu di beberapa kiai ternama pada masa itu. Di antaranya guru-guru beliau yang ditimba ilmunya adalah sebagai berikut. 1) K.H. M. Syahid Pati

  Seorang ulama yang mempunyai pesantren di daerah Waturoyo, Margoyoso, Pati. Pesantren ini, hingga kini keberadaannya masih ada. Kiai M. Syahid adalah cucu dari Kiai Mutamakkin yang mana Kiai Mutamakkin adalah ulama Nusantara pada masa Paku Buwono II (1727 M-1749 M). Dari sinilah Kiai Sholeh Darat memulai pengembaraan ilmunya di Jawa. Kiai Sholeh Darat belajar beberapa kitab kepada Kiai M. Syahid yaitu Fath Al Qorib, Fath Al Mu’in, Minhaj Al Qowwim,

  Syarah Al Khatib, Fath Al Wahhab dan yang lainnya (Dzahir, 2012:6).

  2) Kiai Raden H. Muhammad Sholeh bin Asnawi Kudus Kepadanya Kiai Sholeh Darat mendalami kitab Tafsir Al Jalalain karya dari Syaikh Jalaluddin As Suyuthi.

  3) Kiai Ishak Damaran Semarang Kepada beliau, Kiai Sholeh Darat belajar Nahwu dan Shorof untuk memahami kaidah bahasa Arab.

  4) K. Abu Abdullah Muhammad bin Hadi Baquni Beliau merupakan salah satu mufti dari Semarang dan kepadanya Kiai Sholeh darat belajar Ilmu Falak.

  5) Sayyid Ahmad Bafaqih Ba’alawi Semarang Kepadanya Kiai Sholeh Darat belajar Jauhar Al Tauhid karya Syaikh Ibrahim Laqqani dan Minhaj AlAbidin karya Imam

  Al Ghozali. 6) Syeikh Abdul Ghani Bima

  Seorang mufti Mekah dari Nusa Tenggara Barat yang berkunjung ke Semarang. Kepadanya Kiai Sholeh Darat mengkaji kitab Masail Al Sittin karya Abu Abbas Ahmad Al Mishri. 7) Mbah Ahmad (Muhammad) Alim Purworejo Seorang ulama yang berasal dari Bulus, Gebang, Purworejo.

  Kepada beliau Kiai Sholeh Darat belajar Ilmu Tasawuf dan Tafsir Al-Qur’an.

  Kiai Sholeh Darat juga belajar agama kepada sahabat-sahabat dari Kiai Umar, ayahandanya, seperti: Kiai Murtadlo, Kiai Darda’, Kiai Syada’, dan Kiai Bulkin. Dari sekian banyak guru-guru Kiai Sholeh Darat yang ada di Jawa menunjukkan bahwa Kiai Sholeh Darat yang di kala itu masih dalam usia tergolong belia mencerminkan akan kealimannya dan kecerdasannya. Melihat potensi yang ada di diri Kiai Sholeh Darat, ayahandanya yaitu Kiai Umar, berencana akan membawanya ke Tanah Suci yaitu Haramain (Dzahir, 2012:7). Selain untuk menunaikan haji, Kiai Umar juga bermaksud untuk memberikan pendalaman terhadap pendidikan Islam kepada Kiai Sholeh Darat (Ulum, 2016:40). Perencanaan akan hijrah ke Tanah Suci atau Haramain juga dilandasi dengan adanya kekhawatiran akan keamanan di Jawa pasca penangkapan Pangeran Diponegoro.

b. Pendidikan di Haramain

  Setelah Kiai Sholeh Darat belajar agama di beberapa daerah di Nusantara, Kiai Sholeh Darat diajak ayahandanya ke Haramain untuk beribadah haji. Sebelum mereka melakukan perjalanannya ke Haramain, Kiai Umar dan putranya yaitu Kiai Sholeh Darat, singgah terlebih dahulu di Singapura selama berbulan-bulan. Hal ini karena menanti izin resmi untuk perjalanannya ke Haramain dengan menggunakan kapal dari Belanda (Darat, Terj. Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah, 2016:xxviii).

  Dalam penantiannya, Kiai Umar dan Kiai Sholeh Darat juga sempat mengajar agama di Singapura. Seiring waktu santrinya bertambah banyak yang berada di kalangan etnis Melayu dan Jawa. Di Singapura juga terdapat kerabat beliau yaitu Kiai Umar karena menikahi salah satu perempuan yang di sana, yang mana kemudian menurunkan anak perempuan yang diperistri oleh Kiai Muhammad Hadi Giri Kusumo dari Demak (Ulum, 2016:43). Bahkan di Singapura juga terdapat perkampungan yang diberi nama Kiai Sholeh.

  Kemudian, berangkatlah Kiai Umar dan Kiai Sholeh Darat yang diperkirakan pada tahun 1835 yang dihubungkan dengan keberangkatan Syaikh Nawawi Al Bantani pada 1828 yang mana

  Syaikh Nawawi Al Bantani dengan Kiai Sholeh Darat terpaut tujuh tahun lebih tua Syaikh Nawawi Al Bantani (Dzahir, 2012:8).

  Perjalanannya ke Haramain juga diwarnai berbagai rintangan, sebelum Kiai Sholeh Darat dan ayahandanya sampai di Haramain.

  Hal ini dikarenakan C. Snock Hurgronje telah membuat kebijakan pembatasan haji atau mempersulit orang Islam dari Nusantara yang ingin menunaikan ibadah haji . Hal ini juga disebabkan visi dan misi dari Belanda untuk menjajah perekonomian dan akidah, yang mana penentang di barisan utama adalah para ulama. Kiai atau ulama dengan gelar haji bagi mereka yang sepulang dari Haramain diartikan bahwa mereka sudah menguasai ilmu syari’at. Kemudian, apabila mereka menyebarkannya ke dalam masyarakat yang pada saat itu masih belum mengerti akan syari’at, akan terjadi gejolak perang lagi seperti pasca perang Diponegoro yang mana sangat merugikan bagi Belanda (Ulum, 2015:215-217).