PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN BERIBADAH ANAK KELUARGA TNI-ANGKATAN DARAT (Studi Kasus di Asrama Militer Yonif 411Pandawa Salatiga) Tahun 2017 SKRIPSI

  

PERAN KELUARGA

DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN

BERIBADAH ANAK KELUARGA TNI-ANGKATAN

DARAT

  

(Studi Kasus di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa

Salatiga) Tahun 2017

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

  

TYAS INDRA YUDIANTARI

NIM 11114226

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

  

PERAN KELUARGA

DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN

BERIBADAH ANAK KELUARGA TNI-ANGKATAN

DARAT

  

(Studi Kasus di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa

Salatiga) Tahun 2017

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

  

TYAS INDRA YUDIANTARI

NIM 11114226

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

  

ABSTRAK

  Yudiantari, Tyas Indra. 2018. Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter

  Disiplin Beribadah Anak Keluarga TNI-Angakatan Darat (Studi Kasus di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga) Tahun 2017 . Skripsi.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

  Kata Kunci: anak di lingkungan asrama militer TNI-AD, pembentukan

  

karakter disiplin ibadah, peran keluarga

  Penelitian ini membahas peran pendidikan keluarga menurut konsepsi Islam yang diimplementasikan ke dalam format pendidikan TNI di lingkungan Asmil Yonif 411/Pandawa Salatiga yang dapat membentuk dan membangun sikap disiplin kepada anak, baik disiplin waktu maupun giat beribadah. Dengan fokus penelitian (1) bagaimana peran keluarga TNI dalam membentuk karakter disiplin anak dalam beribadah di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga tahun 2018?. (2) Bagaimana bentuk pendidikan karakter disiplin ibadah yang ideal bagi anak di lingkungan Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga?. Penelitian kualitatif ini dalam pengumpulan data yang dibutuhkan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

  Hasil penelitian menunjukkan (1) bahwa orang tua yang bekerja sebagai anggota TNI di lingkungan Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga dalam membentuk karakter disiplin beribadah dengan cara memberikan nilai-nilai agama yang berkualitas kepada anak-anak mereka, mulai dari menanamkan nilai-nilai agama sejak usia dini, mengajarkan dan mengarahkan anak cara ibadah, membiasakan kepada anak untuk bersikap disiplin dimana dan kapan saja, serta memotivasi anak untuk selalu meningkatkan giat beribadah, dan memiliki akhlak yang baik, para orang tua di lingkungan Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga juga mengikutsertakan anaknya untuk belajar agama di TPQ, maupun mengundang guru privat untuk menambah ilmu agama serta memberi teladan kepada anak-anaknya, menempatkan hak dan kewajiban sebagai orang tua, meskipun sering kali sebagai prajurit TNI mereka mendapat tugas dinas di luar kota, sehingga orang tua benar-benar memanfaatkan waktunya untuk keluarga khususnya anak. Karena dalam perkembangannya anak membutuhkan arahan, motivasi, serta pengawasan dari orang tua. Selain itu, orang tua juga berusaha untuk menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya, baik dalam hal perkataan maupun perbuatannya, karena orang tua di mata anak-anaknya adalah figur atau contoh yang akan ditiru, oleh sebab itu, orang tua harus mampu memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, memberi pengasuhan yang benar serta. (2) Dalam mendidik dan membentuk karakter disiplin ibadah anak, orang tua membutuhkan waktu untuk berproses, yaitu dengan cara melatih, membiasakan, serta kontrol orang tua untuk mengembangkannya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN .................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................... iv MOTTO ......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian..................................................................... 7 E. Definisi Operasional..................................................................... 8 F. Metode Penelitian......................................................................... 10 G. Sistematika penulisan ................................................................... 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan dalam Keluarga dan Pendidikan 1. Pengertian Keluarga .............................................................. 15 2. Pengertian Orang Tua ............................................................ 16 3. Tipe Orang Tua ...................................................................... 16

  4. Kewajiban dan Hak Orang Tua dan Anak ............................. 19 5.

  Peranan Orang Tua dalam Pendidikan ................................... 23 6. Relasi Antar Personal dalam Keluarga .................................. 25 7. Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter ...................... 29 8. Upaya Orang Tua dalam Meningkatkan Kedisiplinan Diri Anak ..........................................................

  35 B. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Anak dalam Beribadah 1.

  Pengertian Kedisiplinan ......................................................... 44 2. Tujuan Disiplin....................................................................... 46 3. Macam-Macam Disiplin......................................................... 46 4. Kegunaan Disiplin .................................................................. 51 5. Pengertian Beribadah ............................................................. 53 C. Tinjauan Mengenai TNI 1.

  Pengertian TNI ....................................................................... 56 2. Sapta Marga TNI .................................................................... 56 3. Delapan Wajib TNI ................................................................ 57 4. Sumpah Prajurit ...................................................................... 58 5. Disiplin Militer....................................................................... 58

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Yonif 411 Kostrad Salatiga 1. Sejarah Berdirinya Yonif 411 Kostrad Salatiga ..................... 59 2. Letak Geografis ...................................................................... 62 3. Visi Misi TNI-AD .................................................................. 63 4. Kegiatan Keagamaan di Asmil Yonif 411/Pandawa Salatiga 64 B. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Penduduk Asmil Yonif 411/Pandawa Salatiga Kompi Markas/Mayangkara .....................................

  66 2. Kondisi Penduduk Penduduk Asmil Yonif 411/Pandawa Salatiga Kompi Markas/Mayangkara .....................................

  67 3. Kondisi Agama Penduduk Asmil Yonif 411/Pandawa

  Salatiga Kompi Markas/Mayangkara .....................................

  67 4. Kondisi Pendidikan Anak Penduduk Asmil Yonif 411/ Pandawa Salatiga Kompi Markas/Mayangkara .....................

  68 C. Hasil Penelitian 1.

  Peran Keluarga TNI dalam Membentuk Karakter Disiplin Anak dalam Beribadah.....................................................................

  69 2. Bentuk Pendidikan Karakter Disiplin Ibadah yang Ideal bagi Anak di Lingkungan TNI ...............................................

  71 BAB IV PEMBAHASAN A.

  Peran Keluarga TNI dalam Membentuk Karakter Disiplin Anak dalam Beribadah .................................................................

  87 B. Bentuk Pendidikan Karakter Disiplin Ibadah yang Ideal bagi Anak di Lingkungan TNI .....................................................

  91 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan .................................................................................. 95 B. Saran ............................................................................................. 97

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  NOTA PEMBIMBING SKRIPSI 2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN 3. SURAT KETERANGAN PENELITIAN 4. PEDOMAN WAWANCARA 5. HASIL WAWANCARA 6. DOKUMENTASI 7. LEMBAR KONSULTASI 8. KETERANGAN SKK 9. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Batas-Batas Wilayah Yonif 411/Pandawa SalatigaTabel 3.2 Profesi/Mata Pencaharian Penduduk Perempuan di Kompi

  Markas/Mayangkara Asmil 411/Pandawa Salatiga

Tabel 3.3 Pendidikan Pendudukan Asmil Yonif 411/Pandawa

  Salatiga

Tabel 3.4 Jumlah Pemeluk Agama Penduduk Asmil Yonif

  411/Pandawa Salatiga

Tabel 3.5 Pendidikan Anak Penduduk Asmil Yonif 411/Pandawa

  Salatiga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens dengan

  pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik secara sekaligus (Sukardjo & Ukim, 2009: 1). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (life

  long education ) yang berlangsung sejak di buaian hingga ke liang lahat (from the cradle to the grave) (Sukardjo & Ukim, 2009: 1).

  Pendidikan diharapkan dapat membentuk generasi muda yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta berbudi pekerti luhur, sehingga mereka mampu mengakses peran mereka di masa yang akan datang. Itulah artinya, pendidikan mesti membekali anak didik dengan keterampilan yang sangat dibutuhkan sesuai tuntutan zaman (Agus Wibowo, 2013: 2-3).

  Sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:

  “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Tolak ukur pendidikan yang membina kepribadian harus jelas. Berhubungan dengan pendidikan Islam, pembinaan kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian yang merujuk pada ajaran Islam. Contoh paling sempurna di antara semua manusia adalah pribadi Nabi Muhammad S.A.W. karena Allah S.W.T. menegaskan bahwa Rasulullah S.A.W. menjadi uswatun khasanah (contoh yang baik) bagi umat manusia.

  Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat, serta gemar untuk mengamalkan, mengembangkan ajaran Islam yang berhubungan dengan Allah bahkan manusia sesamanya, di dunia dan di akhirat nanti (Zakiah Darajat, 2008: 29-30). Jadi, tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya manusia seutuhnya, yaitu manusia berakhlak mulia yang terbina potensinya secara menyeluruh baik secara fisik intektual maupun akhlak agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah yang bahagia di dunia dan akhirat.

  Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat (Slamet Suyanto, 2005: 56). Peran keluarga dan masyarakat hanya memiliki presentase yang sedikit dalam keberhasilan pendidikan. Ibarat orang jika salah satu anggota tubuhnya mengalami masalah maka apa yang dilakukannya tidak akan maksimal. Begitu juga pendidikan, membutuhkan berbagai peran dalam pelaksanaannya. Sekolah tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan, begitu juga pemerintah, mereka hanya bertanggung jawab dalam perencana dan pengawas kependidikan, oleh karena itu, peran keluarga dalam pelaksanaan kependidikan sangatlah dibutuhkan.

  Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam setiap aspek kehidupan (Mohammad Takdir Illahi, 2013: 82).

  Banyak waktu luang yang dihabiskan bersama keluarga sejak anak dalam kandungan sampai dengan dilahirkan, tempat pertama mereka belajar yaitu dengan keluarga, karena keluarga adalah fase awal dalam membentuk generasi berkualitas, mandiri, tangguh, potensial, dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa (Mohammad Takdir Illahi, 2013: 82).

  Keluarga terutama kedua orang tua adalah penanggung jawab utama dalam proses pendidikan anak dan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan anak dalam mencapai pendidikan yang hakiki, sebagaimana dalam firman Allah S.W.T surat at-Tahriim ayat 6:

  

ُساَّنلا اًراَن اوُق

اَهْيَل َع ْمُكَسُفْنَأ اَهُّيَأ اَي

ُةَراَجِحْلاَو اَهُدوُقَو ْمُكيِلْهَأَو َنيِذَّلا

اوُنَمآ

  لا َنوُصْعَي َنوُلَعْفَيَو ََّاللَ داَدِش ظلاِغ َنوُرَمْؤُي اَم ْمُهَرَمَأ اَم ةَكِئلاَم

  Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

  Orang tua bertugas dalam mengasuh anak, dengan pola asuh yang baik dan benar. Pengasuhan orang tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional, atau kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan tuntunan dari orang tua dan melihat bagaimana orang tua menerapkan disiplin kepada anak-anaknya (Muallifah, 2009: 42).

  Peranan keluarga sangat besar menyiapkan anak, sehingga mampu mandiri, bertanggung jawab, dan disiplin di tengah masyarakat. Untuk itu diperlukan perhatian orang tua yang dimanifestasikan pada pola kepemimpinan terhadap anak dan dapat mendorong kemajuan anak di dalam keluarga, sehingga tercipta keluarga yang sejahtera, bahagia dunia dan akhirat.

  Keluarga dituntut agar dapat merealisasikan nilai-nilai positif, sehingga terbina kepribadian dan karakter anak yang baik dan disiplin untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diharapkan. Untuk itu orang tua harus terlebih dahulu menjalankan perintah agama serta memiliki akhlak yang baik, karena anak akan mencontoh apa yang dilihat dari orang tuanya, baik dalam pergaulan hidup maupun dalam berbagai hal akan menjadi teladan dan pedoman yang akan ditiru oleh anak-anaknya.

  Dewasa ini, tingkat kedisiplinan anak sangatlah minim dan disiplin dalam beribadah pun sangat kurang jika tidak melalui panggilan atau perintah dari orang tuanya. Apalagi pada kenyataannnya masih banyak sekali orang tua yang disibukan dengan pekerjaan dan hal-hal lain dan masih banyak pendidikan akhlak keagamaan dan karakter orang tua masih kurang untuk diajarkan kepada anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki bekal pengetahuan agama dan akhlak yang baik untuk diajarkan kepada anaknya.

  Walaupun dalam keadaan sesibuk apapun orang tua harus bisa menerapkan sikap disiplin belajar agama Islam bagi anak-anaknya.

  Karena, bagaimanapun juga pendidikan dan pengarahan langsung dari orang tua akan lebih berarti dan bermakna bagi si anak dari pada pendidikan dari lembaga lain. Dengan pengarahan langsung dari orang tua itu salah satu bentuk bukti orang tua perhatian terhadap anaknya. Orang tua tidak boleh hanya mengandalkan uang dan menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain seperti guru atau sekolahan, TPQ atau guru ngaji, mereka menganggap bahwa kewajibannya mereka sudah terwakilkan pada pihak yang bersangkutan dan orang tua sudah tidak lagi memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anaknya. Karena, pendidikan dilaksanakan tidak hanya pada lembaga pendidikan saja, tetapi peran orang tua dan masyarakat juga sangat mempengaruhi proses perkembangan pendidikan si anak.

  Namun, fenomena itu tidak sejalan dengan pernyataan yang ada pada lingkungan TNI. Di lingkungan TNI masih banyak orang tua yang memperhatikan kedisiplinan anaknya bahkan masih banyak kegiatan keagamaan masyarakat yang diadakan rutin di lingkungan TNI Angkatan Darat Yonif 411 Pandawa Salatiga. Rata-rata orang tua yang berprofesi TNI memiliki konsep pendidikan yang berbasis kedisiplinan yang akan diterapkan pada anaknya, dan juga pendidikan yang pernah ditempuh oleh orang tuanya pada masa pendidikan kemiliteran terdapat beberapa pendidikan kegamaan dan ke-rohaniahan tidak serta merta mendidik keras kedisiplinan yang akan diterapkan kepada anak mereka. Disiplin militer dalam TNI keyakinan dan taat loyal kepada atasan dengan berpegang teguh kepada sendi-sendi yang dinyatakan dalam sapta marga dan sumpah prajurit. Bukan hanya disiplin militer saja yang diterapkan dalam TNI yaitu ada disiplin beribadah, yaitu keyakinan dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diterapkan kepada setiap anggotanya, ibadah mahdhah yang dilakukan setiap prajurit TNI di lingkungan Arama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga shalat berjama’ah di masjid pandawa, yasinan rutin yang diselenggarakan di masjid pandawa, kemudian ibadah ghairu

  

mahdhah melakukan bakti sosial, menjaga tali silahturahim antar sesama

anggota, gotong royong, menjaga kerapihan dalam sikap dan tindakan.

  Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul PERAN KELUARGA

  

DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN BERIBADAH

ANAK KELUARGA TNI-ANGKATAN DARAT (Studi Kasus di

Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga) Tahun 2017 karena

  peneliti ingin mengkaji bagaimana peran pendidikan keluarga menurut konsepsi Islam yang diimplementasikan ke dalam format pendidikan keluarga TNI yang dapat membentuk dan membangun karakter anak untuk berdisiplin waktu dan giat beribadah.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah:

  1. Bagaimana peran keluarga TNI dalam membentuk karakter disiplin anak dalam beribadah di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga Tahun 2017? 2. Bagaimana bentuk pendidikan karakter disiplin ibadah yang ideal bagi anak di lingkungan TNI di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa

  Salatiga Tahun 2017? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui peran keluarga TNI dalam membentuk karakter disiplin anak dalam beribadah di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga Tahun 2017.

  2. Untuk mengetahui bentuk pendidikan karakter disiplin ibadah yang ideal bagi anak di lingkungan TNI di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga Tahun 2017.

  D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis a.

  Memberikan konstribusi keilmuan terhadap penelitian pendidikan secara umum.

  b.

  Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan yang berhubungan dengan konsep pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter disiplin beribadah.

  c.

  Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Secara Praktis a.

  Bagi orang tua, khususnya di lingkungan Asrama Militer Yonif 411 Pandawa Salatiga, merupakan bahan masukan sebagai langkah yang efektif agar tetap membimbing kedisiplinan belajar agama Islam kepada anak-anaknya.

  b.

  Bagi anak, setidaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan agar memiliki kemauan keras untuk selalu meningkatkan kedisiplinan dalam beribadah.

  c.

  Bagi penulis, untuk menambah wawasan mengenai peran pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter disiplin ibadah anak di lingkungan militer.

E. Definisi Operasional

  Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang lingkup penelitian, adapun penjelasan judul dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Peran pendidikan keluarga Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas,

  2001: 854). Pendidikan keluarga adalah pendidikan atau pembinaan secara informal yang diberikan dalam keluarga kepada anak berupa pembinaan kepribadian, memimpin, memelihara, mengasihi, bertanggung jawab, dan memberi pengetahuan untuk setiap proses perkembangannya. Keluarga merupakan akar bagi terbentuknya akhlak dan karakter anak, dan subjek dalam keluarga sebagai pendidik adalah orang tua (Haitami Salim, 2013: 135).

  2. Pembentukan karakter disiplin Karakter adalah ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Anas & Irwanto, 2013: 42). Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Anas & Irwanto, 2013: 54). Pendidikan karakter disiplin dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk menunjukan tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan.

  3. Ibadah Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (Depdiknas, 2001: 415).

  4. Anak Manusia yang berkembang menuju ke tingkat yang dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari orang lain yang sudah dewasa guna melakukan tugasnya sebagai makhluk (Angeningsih, 2016: 65) 5. TNI-Angkatan Darat

  Singkatan dari Tentara Nasiona Indonesia yang berada di naungan presiden republik Indonesia sebagai kekuatan inti SISHANKAMRATA (Sistem pertahanan keamanan rakyat semesta) yang menjaga NKRI dari berbagai ancaman dan serangan dari dalam maupun luar (KEPUTUSAN DANKODIKLAT TNI AD NOMOR KEP/325/XI/2011 TANGGAL 24 NOPEMBER 2011).

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penulisam kualitatif, oleh sebab itu pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Maksudnya untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6).

  Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

  2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa

  Salatiga. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan, yaitu belum pernah ada yang melakukan penelitian serupa di tempat tersebut. Alasan lainnya adalah ketertarikan peneliti terhadap peran keluarga menurut konsepsi Islam yang di implementasikan ke dalam format keluarga TNI yang nota bene bergerak dalam bidang militer yang dapat membentuk dan membangun karakter anak untuk berdisiplin dan giat beribadah.

  3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi.

  a.

  Metode Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2014: 199). Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap keluarga TNI Angkatan Darat dan aktifitas ibadah anak dalam kehidupan sehari-hari.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186). Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah orang tua yang berprofesi sebagai TNI. Adapun yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah keluarga TNI di Asrama Militer Yonif 411/Pandawa Salatiga yang berjumlah 144 keluarga dalam Kompi

  A, peneliti mengambil 20 keluarga untuk menjadi informan yang dipilih secara random.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2014: 274). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai situasi umum lokasi penelitian, dokumentasi kegiatan penelitian dan dokumentasi lainnya sebagai penguat seluruh informasi yang didokumentasikan adalah aktifitas yang berhubungan dengan pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter disiplin ibadah anak di lingkungan keluarga TNI. Dengan dokumentasi maka data yang diperoleh akan lebih terbukti kebenarannya. Metode ini berfungsi untuk mendapatkan data-data yang diperoleh di lapangan, adapun yang diperlukan untuk keperluan dokumentasi.

4. Analisis Data

  Adapun analisis data yang digunakan penulis adalah teknik analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, gambar, yang mana data tersebut berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, foto, dan lain-lain (Moleong, 2011: 11). Setelah semua data yang diperlukan dalam penulisan ini terkumpul, maka selanjutnya data diolah dan disajikan dengan menggunakan teknik deskriptif.

G. Sistematika Penulisan

  Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda.

  Berikut uraian dari masing-masing bab:

  BAB I Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini akan dikemukakan hal-hal yang diteliti yang pertama, yaitu tinjauan dalam keluarga dan pendidikan yang di dalamnya mengenai orang tua, tipe orang tua, anak, keawajiban dan hak anggota keluarga, peranan orang tua dalam pendidikan, relasi antar personal dalam keluarga, peran keluarga dalam pembentukan karakter, upaya orang tua dalam meningkatkan disiplin diri anak. Yang

  

kedua , yaitu tinjauan kedisiplinan beribadah, pengertian kedisiplinan,

  tujuan disiplin, macam-macam disiplin, bentuk dan pendekatan kedisiplinan, pengertian ibadah, disiplin dalam beribadah, kegunaan disiplin, pengertian ibadah. Ketiga, tinjauan mengenai TNI pengertian TNI, sapta marga TNI, delapan wajib TNI, sumpah prajurit, serta disiplin militer.

  BAB III Hasil Penelitian. Pada bab ini akan dikemukakan tentang gambaran umum lokasi lingkungan akademis TNI Angkatan Darat dan objek penelitian dan penyajian hasil penelitian.

  BAB IV Pembahasan. Pada bab ini akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang diintregasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

  BAB V Penutup. Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran dari peneliti sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan dalam Keluarga dan Pendidikan 1. Pengertian Keluarga Menurut Maulana (dalam Safrudin, 2015: 15) keluarga adalah

  kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di dalam keluarga tersebut.

  Menurut Achmad (dalam Safrudin, 2015: 15) keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosialnya.

  Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah (Shochib, 1998: 17).

  Dari beberapa pengertian di atas, keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki tujuan dan program yang jelas.

  2. Pengertian Orang Tua

  Menurut Thamrin Nasution (dalam Angeningsih, 2016: 27) orang tua merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari- hari disebut sebagai bapak dan ibu. Sementara, menurut Hurlock (dalam Angeningsih, 2016: 27) orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan.

  Jadi, orang tua adalah pemimpin dan pengendali yang memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam kehidupan anak.

  3. Tipe Orang Tua

  Orang tua adalah pemimpin, pengendali, dan penentu situasi dalam rumah dan anak-anaknya merupakan tempat awal pertumbuhan dan perkembangan anak, maka situasi rumah sangat menentukan bagi pembentukan karakter si anak. Oleh karena itu, orang tua pasti memiliki suatu pola atau sistem perlakuan tertentu terhadap anak- anaknya. Orang tua dapat dikelompokkan dalam tiga tipe (Bambang & Hanny, 2013: 26-28), yaitu: a.

  Orang tua pendekat (Attacher) Adalah orang tua yang mencoba mendekatkan diri kepada anak-anaknya. Mereka selalu menjaga citra, berorientasi apa kata orang terhadap mereka. Kepribadian mereka mengacu kepada emosi, perasaan, citra, dan penerimaan.

  Sisi positif yang perlu ditingkatkan dari kelompok orang tua ini adalah orang tua yang percaya diri, memberi dukungan kepada anak-anak, memberi dengan tulus, mampu membangun hubungan, memiliki empati, suka mengasuh, mendukung potensi orang lain, serta penuh perhatian.

  Sisi negatif yang perlu diperbaiki adalah selalu mencari penerimaan dari lingkungan,

  “moody”, suka menyanjung anak,

  selalu ingin memiliki citra orang tua sempurna, mementingkan hasil dan kurang sabar dalam pelaksanaan, melankolis, emosi mudah meningkat, egosentris.

  b.

  Orang tua penjaga jarak (Detacher) Adalah orang tua yang menjaga jarak. Mereka yang memiliki kepribadian ini mengacu kepada pikiran, konsep, dan aktivitas mental. Orang tua yang suka menganalisis serta mengumpulkan gagasan dan pengetahuan untuk bisa mengerti banyak hal. Mereka mengandalkan pikiran logis dalam berargumentasi.

  Sisi positif yang perlu ditingkatkan dari kelompok ini adalah rasionalitas, tenang dan seimbang, objektif, mandiri, tidak menghakimi, bisa menahan diri, bertanggung jawab, tekun, berpikir jernih, serta mampu memecahkan masalah.

  Sisi negatif yang perlu diperbaiki adalah menarik diri dari interaksi pribadi, menginginkan privasi, kurang spontan, tidak komunikatif, ketakutan, ragu-ragu, defensif, curiga, serta suka menunda-nunda.

  c.

  Orang tua bela diri (Defender) Adalah kelompok orang tua yang membela diri, memiliki kepribadian yang mengacu kepada fisik, naluri, dan penghargaan.

  Orang tua yang terlalu mengandalkan nalurinya untuk merasa aman serta ingin didengar dan dihargai anak-anaknya.

  Sisi positif yang perlu ditingkatkan dari orang tua ini adalah terus terang, melindungi yang lemah, berorientasi pada detail, terus-menerus memperbaiki diri, serta memiliki kemampuan analisis.

  Sisi negatif yang perlu diperbaiki adalah otoriter, kaku, mengendalikan, menyalahkan orang lain, berfokus pada kesalahan, tidak fleksibel, serta sensitif atas kritik.

4. Kewajiban dan Hak Orang Tua dan Anak a.

  Kewajiban dan hak Ayah Seorang ayah sebagai kepala keluarga sudah selazimnya tidak sebatas mencukupi keperluan anggotanya secara batin saja.

  Akan tetapi, sang ayah sekaligus suami juga berkewajiban dalam pemenuhan keperluan lahir khususnya yang bersifat primer berupa sandang, pangan, dan papan, serta pendidikan.

  Kewajiban besar yang harus dipikul seorang suami mencakup memelihara keluarga dari api neraka, mencari dan memberi nafkah secara halal, bertanggung jawab atas ketenangan, keselamatan, dan kesejahteraan keluarga, memimpin keluarga, mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab, mencari istri yang shalehah, memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada istri sesuai dengan ajaran agama, mendoakan anak-anaknya, menciptakan kedamaian (ketenangan jiwa) dalam keluarga memilih lingkungan yang baik serta berbuat adil (Safrudin, 2015: 36).

  Tanggung jawab berat tersebut dipikul oleh seorang ayah dalam mendidik anggota keluarganya untuk senantiasa berbuat baik, beribadah dan bertaqwa dalam menjalani kehidupan di dunia. Sedangkan, memenuhi kecukupan nafkah lahir secara halal harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya.

  Adapun hak suami atau ayah dalam keluarga di antaranya dihormati dan ditaati oleh seluruh anggota keluarga, dibantu dalam mengelola rumah tangga, diperlakukan dengan baik dan penuh cinta kasih dalam memenuhi kebutuhan fisik, biologis maupun psikisnya, menuntut istri untuk menjaga kehormatan dirinya dan keluarga yang diamanahkan kepadanya, disantuni dan disayangi di hari tua oleh anak bahkan setelah meninggalnya (Safrudin, 2015: 38).

  b.

  Kewajiban dan hak Ibu Seorang perempuan yang berperan sebagai ibu atau istri hendaknya memiliki kewajiban untuk senantiasa taat, hormat dan patuh pada norma agama dan susila, memberikan kasih sayang dan menjadi tempat curahan hati anggota keluarganya, mengatur dan mengurus rumah tangga, merawat, mendidik dan melatih anak- anaknya sebagai amanah Allah S.W.T, memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi diri dan harta benda keluarga, menerima dan menghormati pemberian (nafkah) suami serta mencukupkan (mengelola) dengan baik, cermat, hemat, dan bijak (Safrudin, 2015: 40).

  Sedangkan, hak seorang ibu atau istri dalam keluarga adalah memperoleh cinta dan kasih sayang dari suami, mendapatkan nafkah yang halal dan baik, mendapatkan bimbingan dan pendidikan khususnya pendidikan agama dan keluarga, dicukupi segala kebutuhannya baik ketika masih berusia muda maupun ketika sudah berusia lanjut serta memperoleh kecukupan lahir maupun batin (Safrudin, 2015: 40).

  c.

  Kewajiban dan hak anak Beberapa kewajiban yang harus dilakukan anak di antaranya adalah hormat dan patuh pada kedua orang tua, berakhlak baik pada keluarga, mendoakan keluarga khususnya kedua orang tua, menyambung silahturahmi dengan kerabat dan teman orang tua ketika orang tua sudah meninggal, menjunjung tinggi nama baik orang tua dan sebagainya (Safrudin, 2015: 42).

  Hak anak dalam keluarga pada hakikatnya mencakup aspek spiritual, sosial, maupun emosional (Safrudin, 2015: 41-42).

  Adapun rincian dari ketiga aspek di atas pada subtansinya mencakup: Pertama, hak nasab dan penyusuan. Artinya seorang anak yang dilahirkan ke dunia berhak memperoleh hak nasab atau hak menjadi keturunan dari sepasang suami istri dan memperoleh cucuran air susu dari sang ibu yang melahirkannya. Adapun anak yang lahir dan dinasabkan kepada orang tuannya bertujuan menguatkan ikatan perkawinan suami dan istri sekaligus keduanya benar-benar telah menjadi orang tua atas anak yang telah dilahirkannya.

  Sedangkan, hak memperoleh air susu ibu kandung maksud bahwa setiap anak yang dilahirkan pada hakikatnya membutuhkan asupan makanan yang cocok terbaik berupa air susu ibu. Sebab, air susu ibu secara klinis mengandung selain sebagai bahan makanan yang paling baik bagi anak juga mengandung suplemen pelindung terhadap berbagai penyakit.

  Kedua, seorang anak berhak memperoleh pengasuhan dari kedua orang tuanya. Pengasuhan ini dapat berupa pemeliharaan dalam bentuk pemberian makan, minum, pakaian, dan kesehatan, serta pendidikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan anak. Hal ini sebagaimana diamanahkan Allah SWT dalam al-

  Qur’an surah An-nisa ayat 9:

  اوُفاَخ ًةَّيِّرُذ َع اوُكَرَت ْوَل ْمِهْيَل اًفاَعِض ْمِهِفْلَخ ْنِم َنيِذَّلا َشْخَيْلَو لاْوَق اوُقَّتَيْلَف

  اًديِدَس اوُلوُقَيْلَو ََّاللَ

  Artinya:

  “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

  Bentuk pendidikan sebagaimana diamanahkan dalam ayat di atas tidak sebatas pengetahuan yang bersifat duniawi semata, namun pendidikan dan pemantapan spiritual spiritual amat penting dan harus mendapat perhatian dari kedua orang tuanya semenjak anak dilahirkan.

  Dalam ajaran Islam, pendidikan spiritual diberikan dengan mengumandangkan kalimat adzan pada telinga sebelah kanan dan iqomah pada telingan sebelah kiri. Dengan demikian, imunisasi pertama yang harus diterima anak adalah imunisasi aqidah melalui lafad kalimat-kalimat Allah, bukan imunisasi kesehatan fisik semata.

  Ketiga, anak berhak memperoleh nama yang baik. Pemberian sebuah nama atas kelahiran seorang anak adalah sebuah do’a sepanjang hayat dari kedua orang tua. Istilah jawa menyebutnya asma kinarya japa

  (nama adalah do’a atau pengharapan dari kedua orang tuanya). Dalam istilah lain, nama adalah sebuah harapan dari kedua orang tuanya agar kelak menjadi anak yang berhasil dan sukses sesuai dengan apa yang dicita- citakannya. Keempat, anak berhak mendapatkan bimbingan dan nasihat dari kedua orang tuanya termasuk pertimbangan dalam memperoleh jodoh atau calon pasangan hidup.

5. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan a.

  Peranan Ibu dalam Pendidikan Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. peranan ibu dalam keluarga amat sangat penting. Peran ibu, yaitu memberikan rasa kasih sayang dan memberi rasa aman kepada anak (Zakiah Darajat, 1995: 49). Anak tidak hanya mempunyai kebutuhan jasmani saja, akan tetapi ia juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan kejiwaan yang menentuka perkembangan selanjutnya.

  b.

  Peranan Ayah dalam Pendidikan Ayah itu berperan penting dalam perkembangan anaknya secara langsung. Mereka dapat membelai, mengadakan kontak bahasa, berbicara, atau bercanda dengan anaknya. Semuanya itu akan sangat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Ayah juga dapat mengatur serta mengarahkan aktivitas anak (Save M. Dagun, 2013: 15). Misalnya, menyadarkan anak bagaimana menghadapi lingkungannya dan situasi di luar rumah. Ia memberi dorongan, membiarkan anak mengenal lebih banyak, melangkah lebih jauh, menyediakan perlengkapan permainan yang menarik, mengajar mereka membaca, mengajak anak untuk memperhatikan kejadian-kejadian dan hal-hal yang menarik di luar rumah., serta mengajak anak berdiskusi. Semua tindakan ini adalah cara ayah (orang tua) untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan hidupnya dan dapat mempengaruhi anak dalam menghadapi perubahan sosial dan membantu perkembangan kognitifnya di kemudian hari.

  Hasil penelitian belakangan ini telah memberikan pikiran baru bahwa seorang ayah itu penting, tidak hanya melalui pengaruh yang bersifat langsung tetapi juga tidak langsung (Save M. Dagun, 2013: 16). Misalnya melalui interaksi dengan istrinya. Dengan mendukung istrinya, sang ayah secara tidak langsung mempengaruhi anaknya. Istri yang merasa disayang suaminya dengan sendirinya akan mempengaruhi sikapnya terhadap anak.

6. Relasi Antar Personal dalam Keluarga

  Kehadiran keluarga sebagai komunitas masyarakat terkecil memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun di atas dasar sistem interaksi yang kondusif.

  Pendidikan dasar yang baik harus diberikan kepada anggota keluarga sedini mungkin dalam upaya memerankan fungsi pendidikan dalam keluarga, yaitu menumbuhkembangkan potensi laten anak, sebagai wahana untuk mentransferkan nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Persoalannya adalah bagaimana sebenarnya bentuk- bentuk interasi dalam keluarga. Ada beberapa bentuk interaksi dalam keluarga, yaitu interaksi antara suami dan istri, interaksi antara ayah, ibu, dan anak, interaksi antara Ibu dan anak, interaksi antara ayah dan anak, dan interaksi antara anak dan anak (Syaiful Bahri, 2004: 49-60).

  a.

  Interaksi antara Suami dan Istri Interaksi sosial antara suami dan istri selalu saja terjadi, di mana dan kapan saja. Tetapi interaksi sosial dengan intensivitas yang tinggi lebih sering terjadi di rumah, karena berbagai kepentingan. Misalnya, karena masalah kehangatan cinta, karena ingin berbincang-bincang, karena ada permasalahan keluarga yang harus dipecahkan, karena masalah anak, karena masalah sandang pangan, karena untuk meluruskan kesalahan pengertian antara suami dan istri, dan sebagainya (Syaiful Bahri, 2004: 49). Dalam berumah tangga, bahu-membahu dan saling membantu antara suami-istri sering sangat membantu untuk meringankan kegiatan suami atau istri dalam menyelesaikan suatu tugas. Mereka terlibat dalam aktivitas yang saling mengisi, tapi masing-masing berdiri sendiri (Syaiful Bahri, 2004: 52).

  b.