OPTIMALISASI PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN OSEAN DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS.
OPTIMALISASI PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN OSEAN DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas X MIA SMAN 15 Bandung) SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Oleh:
INTAN GANDO PUTRI 0906832
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
OPTIMALISASI PERANGKAT
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL
INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN
OSEAN DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas X-MIA Salah Satu SMAN Bandung)
Oleh Intan Gando Putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Intan Gando Putri Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
INTAN GANDO PUTRI
OPTIMALISASI PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN OSEAN DAN PEMAHAMAN KONSEP
SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas X MIA SMAN 15 Bandung) Disetujui dan Disahkan Oleh
PEMBIMBING : Pembimbing I
Dr. Selly Feranie, M.Si NIP. 197411081999032004
Pembimbing II
Drs. Saeful Karim, M.Si NIP. 196703071991031004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001
(4)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vError! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA...6
A. Tuntutan Kurikulum 2013 ... 6
B. Materi Fluida Statis ... 8
C. Kegiatan OSEAN ... 9
D. Pemahaman Konsep... 13
D. Model Inquiry Lab ... 15
E. Optimalisasi Perangkat Pembelajaran... 20
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 20
2. Media Pembelajaran ... 21
3. Penilaian pembelajaran ... 22
F. Penelitian Terdahulu ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Lokasi dan SubjekPenelitian ... 25
B. Metode Penelitian ... 25
C. Defenisi Operasional ... 25
D. Prosedur Penelitian ... 27
(5)
Intan Gando Putri, 2014
F. Instrumen Penelitian ... 29
G. Proses Pengembangan Instrumen ... 30
H. Teknik Pengumpulan Data ... 30
I. TeknikAnalisis Data ... 31
J. Indikator Keberhasilan ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I ... 33
1. Perencanaan tindakan siklus I ... 33
2. Implementasi tindakan siklus I ... 33
3. Hasil observasi dan evaluasi siklus I ... 34
4. Hasil analisis dan refleksi siklus I... 38
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II ... 42
1. Perencanaan tindakan siklus II ... 42
2. Implementasi tindakan siklus II ... 42
3. Hasil observasi dan evaluasi siklus II ... 44
4. Hasil analisis dan refleksi siklus II ... 47
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III ... 49
1. Perencanaan tindakan siklus III ... 49
2. Implementasi tindakan siklus III ... 50
3. Hasil observasi dan evaluasi siklus III ... 51
4. Hasil analisis dan refleksi siklus III ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Standar kompetensi lulusan tingkat SMA/MA/SMK ... 6
Tabel 2. 2 Rincian kegiatan OSEAN ... 9
Tabel 2. 3 Level Of Inquiry ... 16 Tabel 2.4 Tipe Inquiry Lab ... 18
Tabel 2. 5 Level of openess of inquiry in laboratory activities ... 22 Tabel 3. 1 Tafsiran persentase ... 31
Tabel 4.1 Hasil ketuntasan menyelesaikan masalah siswa siklus I ... 35
Tabel 4.2 Hasil tes pemahaman konsep siklus I ……….36
Tabel 4. 3 Hasil ketuntasan menyelesaikan masalah siswa siklus II ... 44
Tabel 4.4 Hasil tes pemahaman konsep siklus II ... 45
Tabel 4.5 Hasil ketuntasan menyelesaikan masalah siswa siklus III ... 51
(7)
Intan Gando Putri, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Siklusbelajarlevel of inquiry ... 19
Gambar 3. 1 Siklus PTK ... 28
Gambar 4. 1 Kegiatan OSEAN proses siklus I ... 36
Gambar 4. 2 Kegiatan OSEAN LKS siklus I ... 37
Gambar 4. 3 Kegiatan OSEAN proses siklus II ... 45
Gambar 4. 4 Kegiatan OSEAN LKS siklus II ... 46
Gambar 4. 5 Kegiatan OSEAN proses siklus III ... 52
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 63
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64
Lampiran A.2 Skenario Pembelajaran Siklus I Tekanan Hidrostatis ... 67
Lampiran A.3 Skenario Pembelajaran Siklus II Hukum Paskal ... 70
Lampiran A.4 Skenario Pembelajaran Siklus III Hukum Archimedes ... 73
Lampiran A.5 Open Guided Inquiry Lab Level 2a Worksheet Siklus I Tekanan Hidrostatis ... 75
Lampiran A.6 Open Guided Inquiry Lab Level 2a Worksheet Siklus II Hukum Paskal ... 79
Lampiran A.7 Open Guided Inquiry Lab Level 2a Worksheet Siklus III Hukum Archimedes ... 82
Lampiran B InstrumenPenelitian ... 85
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Pemahaman Konsep ... 86
Lampiran B.2 Soal Pemahaman Konsep Tekanan Hidrostatis ... 101
Lampiran B.3 Soal Pemahaman Konsep Hukum Paskal ... 104
Lampiran B.4 Soal Pemahaman Konsep Hukum Archimedes ………....….107
Lampiran B.5 Lembar Observasi OSEAN Tekanan Hidrostatis ………....….110
Lampiran B.6 Lembar Observasi OSEAN Hukum Paskal ... 112
Lampiran B.7 Lembar Observasi OSEAN Hukum Archimedes ... 115
Lampiran B.8 Rubrik OSEAN Proses ... 118
Lampiran B.9 Rubrik OSEAN Open Guided Inquiry Lab Worksheet ... 119
Lampiran B.10 Rubrik LKS Metode Ilmiah ... 120
Lampiran B.11 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Tekanan Hidrostatis . 122 Lampiran B.12 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Hukum Paskal ... 124
Lampiran B.13 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Hukum Archimedes . 125 Lampiran C DokumentasiPenelitian ... 127
(9)
(10)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pengembangan kurikulum 2013 menuntut perubahan prinsip belajar, dari yang pada awalnya pembelajaran berfokus pada guru, menjadi pembelajaran berfokus pada siswa. Segala kegiatan belajar bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa. Hal ini sejalan dengan isi Permendikbud No.65 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Kompetensi siswa yang dikembangkan mencangkup ranah sikap pengetahuan dan keterampilan. Untuk mencapai kompetensi tersebut maka dalam Permendikbud No.81A tentang implementasi kurikulum, terdapat dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Pada pembelajaran langsung, siswa dituntut untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka melalui interaksi langsung dengan sumber belajar, sedangkan pengembangan nilai dan sikap diperoleh dalam pembelajaran tidak langsung.
Pada pembelajaran langsung siswa difasilitasi untuk melakukan aktivitas pokok agar kompetensi yang diinginkan tercapai. Aktivitas ini dimulai dengan
mengamati (Observing), menanya (queStioning), mengumpulkan informasi
(collEcting information), mengasosiasi (Associating), dan mengkomunikasikan (commuNicating). Dalam penelitian ini aktivitas tersebut diberi nama kegiatan OSEAN. Kegiatan OSEAN merupakan langkah-langkah metode ilmiah, sesuai
dengan pemaparan Holt dkk dalam Science Fair Guide. Holt menguraikan
langkah-langkah metode ilmiah terdiri dari purpose questions, hypothesis,
experiment, analysis, conclusion, dan communicating. Kegiatan OSEAN yang dilakukan oleh siswa secara bertahap dan tuntas akan mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan penjelasan sebelumnya.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang tetap dipertahankan dalam kurikulum 2013, pelajaran fisika sering dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan membosankan bagi siswa. Pada dasarnya materi yang diajarkan
(11)
2
Intan Gando Putri, 2014
dalam pelajaran fisika sangat berhubungan dengan kehidupan manusia. Fenomena fisika banyak terjadi di sekeliling siswa. Hanya saja pada implemetasinya, siswa menganggap fisika adalah hapalan rumus karena memang hal itu yang diajarkan di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiharti (dalam Purwanto 2013:249) yakni pelajaran fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai murid-murid. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar mereka dimana mereka menemukan kenyataan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran berat dan serius yang tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui pendekatan matematis. Dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa pada pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di kelas X MIA salah satu SMAN Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013, guru masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi fisika. Persentase kegiatan OSEAN siswa setelah dilakukan observasi selama 3 jam pelajaran yaitu 76% menyimak penjelasan guru, 17% menanya tentang materi yang tidak dipahami, 29% mengumpulkan informasi dengan membaca buku, 26% mengasosiasi dengan melakukan diskusi dengan teman sebangku tentang soal yang diberikan guru, dan 30% mengkomunikasikan jawaban yang diperoleh. Selain itu, hanya 11% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) dilihat dari rekapitulasi nilai tengah semester siswa pada kompetensi pengetahuan.
Penemuan ini memperlihatkan bahwa metode ceramah tidak memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan OSEAN secara tuntas. Guru hanya terpaku dalam penyampaian informasi secara satu arah. Mansyur (dalam Harsono
2009:73) mengungkapkan metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap siswa di kelasnya, dengan menyimak pemaparan guru saja tidak akan cukup bagi siswa untuk memahami suatu pembelajaran. Hasil belajar siswa yang memperlihatkan hanya sebagian kecil siswa yang mencapai KKM juga menunjukkan kurang efektifnya metode ceramah yang digunakan guru. Dibutuhkan suatu pendekatan
(12)
3
ataupun metode pembelajaran yang dapat memenuhi tuntutan kurikulum 2013. Suatu metode yang dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan OSEAN secara utuh dalam proses pembelajaran langsung sehingga kompetensi pengetahuan dan keterampilan siswa dapat berkembang.
Menurut Permendikbud No.65 tentang standar proses, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam implementasi kurikulum 2013 , salah
satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan berbasis
penemuan/penelitian (discovery/inquiry) untuk memperkuat pendekatan ilmiah
siswa. Gulo (dalam Trianto, 2007:135) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. National Science Education Standards (dalam Rahayu 2012:6)
mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry dapat
memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran.
Wenning (2005a, 2010, 2011), memperkenalkan sebuah strategi
pembelajaran yang terdiri dari berbagai tingkatan pembelajaran berbasis discovery
dan inquiry yaitu level of inquiry. Setiap tingkatan pembelajaran memiliki tujuan pedagogik tertentu yang akan membantu peserta didik secara bertahap dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tingkatan pada level of inquiry
diurutkan berdasar pada pihak pengontrol dalam pembelajaran dan tingkat
intelektual siswa. Salah satu model pembelajaran yang terdapat pada level of
(13)
4
Intan Gando Putri, 2014
dan pihak pengontrol telah bergeser dari guru ke siswa. Tujuan pedagogik yang
diharapkan dalam pembelajaran menggunakan model inquiry lab adalah siswa
menetapkan hukum empiris berdasarkan pengukuran variabel (kerja kolaboratif digunakan untuk membangun pengetahuan yang lebih rinci). Dalam penerapan
model inquiry lab, siswa lebih mandiri dalam melakukan kegiatan eksperimen,
seperti merancang percobaan, menggunakan alat untuk mengumpulkan data, menganalisis dan menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada jurnal
Wenning (2011) tentang Levels of Inquiry . Penulis melakukan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kegiatan OSEAN siswa selama proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga penulis
mengambil judul “Optimalisasi Perangkat Pembelajaran Menggunakan
Model Inquiry Lab Untuk Meningkatkan Kegiatan OSEAN Dan Pemahaman
Konsep Siswa Pada Materi Fluida Statis”.
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang, maka masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Rendahnya kegiatan OSEAN siswa yang muncul dengan menggunakan metode
ceramah
2. Rendahnya pemahaman konsep siswa yang terlihat dari hanya sebagian kecil
siswa yang mencapai KKM pada kompetensi pengetahuan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kegiatan OSEAN dan penyelesaian masalah siswa
menggunakan metode ilmiah dengan benar, setelah dilakukan optimalisasi
(14)
5
2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa, setelah dilakukan optimalisasi
perangkat pembelajaran menggunakan model inquiry lab?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Meningkatkan kegiatan OSEAN siswa selama proses pembelajaran dan siswa
mampu menyelesaikan masalah menggunakan metode ilmiah dengan benar pada materi fluida statis
2. Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi fluida statis
E. Manfaat Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, model pembelajaran inquiry lab dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam pemenuhan tuntutan kurikulum 2013.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari sub bab. Bab I (pendahuluan) terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, indikator keberhasilan penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II (kajian pustaka) terdiri dari tuntutan
kurikulum, kegiatan osean, pemahaman konsep, model inquiry lab, optimalisasi
perangkat pembelajaran, dan penelitian terdahulu. Bab III (metode penelitian) terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, , teknik analisis data, dan indikator keberhasilan penelitian. Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan) terdiri dari hasil penelitian siklus I, hasil penelitian siklus II, hasil penelitian siklus III dan pembahasan. Bab V merupakan kesimpulan dan saran.
(15)
25 Intan Gando Putri, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu SMAN Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013. Pemilihan sekolah disesuaikan dengan tempat dilaksanakannya studi pendahuluan. Selain itu, izin dari guru mata pelajaran dan pihak sekolah juga menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi penelitian.
Sesuai dengan pelaksanaan studi pendahuluan, maka subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, hampir seluruh siswa melakukan kegiatan mengamati yakni menyimak penjelasan guru,namun yang melakukan kegiatan OSEAN lainnya hampir setengahnya saja. Selain itu siswa yang mencapai KKM hanya sebagin kecil. Temuan ini akan diperbaiki melalui penelitian tindakan kelas dengan melakukan
optimalisasi perangkat pembelajaran menggunakan model inquiry lab.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari siklus-siklus. Natawidjaya (dalam Ekawarna 2013:7) menyebutkan bahwa siklus PTK terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tujuan PTK yang diungkapkan oleh Ekawarna adalah untuk memperbaiki cara-cara mengajar melalui penerapan metode baru atau tindakan baru yang pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan baik kualitas proses maupun hasil belajar siswa.
C. Definisi operasional
1. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Lab
Perangkat pembelajaran yang menggunakan model inquiry lab adalah
RPP. Model inquiry lab yang digunakan pada penelitian ini merupakan model
pembelajaran yang terdapat pada level of inquiry yang diperkenalkan oleh
Wenning (2005a,2010,2011). Keterlaksanaan RPP diukur melalui lembar observasi keterlaksanan pembelajaran pada setiap pertemuan. Lembar
(16)
26
observasi menggunakan teknik checklist dengan format ya/tidak. Jika kegiatan
yang terdapat pada lembar observasi terlaksana maka akan diberi tanda checklist pada kolom. Keterlaksanaan RPP dilihat dari presentase keterlaksanaan dan dikategorikan untuk setiap pertemuannya.
2. Kegiatan OSEAN
Kegiatan OSEAN merupakan pengalaman belajar pokok yang dilakukan oleh siswa secara utuh. Kegiatan OSEAN terdiri dari kegiatan observing, questioning, collecting information, associating, dan communicating. Kegiatan-kegiatan ini juga merupakan langkah metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah. Kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran siswa diukur menggunakan lembar observasi yang dilihat dan diamati oleh observer. Video yang dipasang di tiap kelompok siswa juga digunakan untuk memperkuat hasil observasi.Selain itu, kegiatan OSEAN siswa juga diukur
dari hasil open guided inquiry worksheet. Ketuntasan siswa dalam
menyelesaikan masalah menggunakan langkah metode ilmiah diukur dari open guided inquiry worksheet. Hasil pengukuran dianalisa menggunakan teknik penafsiran presentase.
3. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep siswa merupakan hasil belajar siswa pada ranah koognitif. Pemahaman (C2) menurut Munaf (2001: 69) merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami arti dan mengerti dari suatu masalah setelah suatu masalah itu diketahui sebelumnya. Contoh kata kerja operasional yang digunakan dalam indikator ketercapaian pemahaman konsep yaitu membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, megatur, menginterpretasi, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberikan contoh. Pemahaman konsep diukur menggunakan tes pilihan ganda yang dibuat mengacu pada KD 3 dan KD 4. Pada penelitian ini, pemahaman konsep siswa yang diukur adalah dalam materi fluida statis.
(17)
27
Intan Gando Putri, 2014
Ketuntasan siswa dalam pemahaman konsep tercapai apabila nilai siswa memenuhi KKM 2,8.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur PTK disusun dalam bentuk siklus-silkus. Setiap siklus terdiri dri satu pertemuan 3x45 menit. Ekawarna (2013:105), rencana tindakan pada masing-masing siklus dibagi menjadi empat kegiatan yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan evaluasi, analisis dan refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakuakan adalah :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menetapkan materi ajar pada tiapa pertemuan
c. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan model inquiry lab
d. Menyusun instrument tes pemahaman konsep, open guided inquiry
worksheet dan lembar observasi OSEAN lalu melakukan validitas isi.
e. Menyiapkan alat-alat percobaan dari bahan-bahan sederhana
2. Tahap Implementasi tindakan
Pada implementasinya, tindakan yang dilakukan berdasarkan pada skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan. Tindakan yang dilakukan meliputi:
a. Kegiatan pendahuluan berupa pengkondisian siswa untuk belajar,membagi
siswa menjadi beberapa kelompok, dilanjutkan dengan kegiatan pre-lab .
Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan arahan yang mengingatkan kembali siswa pada materi yang telah dipelajari. Materi-materi tersebut pada akhirnya akan membimbing siswa untuk mengetahui materi yang akan dipelajari saat itu .
b. Pada kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan sesuai scenario
pembelajaran yang telah dirancang. Siklus belajar model inquiry lab mulai
(18)
28
Intan Gando Putri, 2014
c. Kegitan penutup, siswa diberikan penguatan dan soal pemahaman konsep
untuk mengukur pemahaman siswa pada tiap pertemuan
3. Tahap Observasi dan evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yang diletakkan pada tiap kelompok siswa. Observer bertugas untuk mengamati kegiatan OSEAN siswa selama proses pembelajaran dan juga mengamti keterlaksanaan pembelajaran.
Evaluasi dimulai dengan melakukan tes pemahaman konsep setiap akhir
kegiatan pembelajaran dan menilai hasil kerja siswa pada open guided inquiry
worksheet.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan observasi dan evaluasi selanjutnya dianalisis dengan memandang bahwa hasil observasi dan evaluasi sebagai akibat, sehingga harus dicari sebabnya. Hasil analisis menjadi dasar dalam menyusun refleksi untuk siklus selanjutnya, apabila indictor keberhasilan tidak tercapai. Hasil refleksi menjadi dasar dalam tahap perencanaan siklus selanjutnya.
E. Siklus PTK
PTK ini dirancang dalam tiga siklus. Pada setiap siklus diberikan materi tentang fluida statis yang berbeda-beda. Pada siklus I diberikan materi tentang tekanan hidrostatis, siklus II membahas tentang Hukum Pascal, dan pada siklus III tentang Hukum Archimedes. Alur PTK yang akan dilakukan sebagai berikut :
Perencanaa Implementasi Tindakan Analisis dan Refleksi Obsevasi dan Evaluasi Siklus I Perencanaan Implementasi Tindakan Obsevasi dan Evaluasi Analisis dan Refleksi Siklus II Perencanaa Implementasi Tindakan Analisis dan Refleksi
(19)
29
Intan Gando Putri, 2014 F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah segala perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah :
1. Lembar observasi kegiatan OSEAN
Lembar observasi kegiatan OSEAN digunakan untuk mengukur kegiatan OSEAN yang dilakukan siswa dalam satu kelompok pada setiap siklus belajar
model inquiry lab. Lembar observasi menggunakan teknik checklist, yang
diberikan pada siswa yang melakukan kegiatan OSEAN. Observasi dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan teknik checklist. Tanda ceklis diberikan untuk kegiatan pembelajaran yang terlaksana dan untuk kegiatan pembelajaran yang tidak terlaksana tidak diberi tanda ceklis. Lembar observasi keterlaksanaan dinilai oleh observer.
3. Tes pemahaman konsep
Tes pemahaman konsep untuk mengukur pemahaman konsep siswa (C2), berupa tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Tes pemahaman konsep berisikan soal-soal yang sesuai dengan apa yang dipelajari dan dialami siswa selama proses pembelajaran. Tes disusun berdasarkan materi yang sedang dipelajari dan disesuaikan dengan KD 3 dan KD 4.
4. Open guided inquiry worksheet
Open guided inquiry worksheet digunakan untuk menilai kegiatan OSEAN siswa yang dituangkan dalam LKS, dan untuk menilai ketuntasan siswa dalam
(20)
30
inquiry worksheet terdiri dari pemberian masalah/fenomena, selanjutnya tahapan mengajukan pertanyaan, mencari informasi, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, analisis data, dan melaporkan hasil.
Untuk menilai kegiatan OSEAN siswa pada open guided inquiry
worksheet digunakan teknik checklist. Rubrik OSEAN dari open gided inquiry worksheet dirancang berdasarkan rincian kegiatan belajar OSEAN yang telah dijabarkan dalam Permendikbud No.81A. Siswa dianggap melakukan
kegiatan observing apabila mereka membuat pertanyaan yang berhubungan
dengan fenomena yang telah diberikan. Siswa melakukan questioning apabila
membuat pertanyaan pada lembar kerja. Siswa melakukan collecting
information apabila mengisi langkah mencari informasi dan menguji hipotesis.
Siswa melakukan associating apabila mengisi langkah mengajukan hipotesis
dan analisis data. Siswa melakukan communicating apabila mengisi langkah
melaporkan hasil.
Ketuntasan siswa menyelesaikan masalah menggunakan metode ilmiah
dilihat dari hasil kerja siswa yang dituangkan pada open guided inquiry
worksheet. Siswa dikatakan tuntas apabila melakukan setiap langkah-langkah
metode ilmiah pada worksheet dengan lengkap dan benar sesuai dengan rubric
yang telah dibuat oleh peneliti. G. Proses Pengembangan Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto dalam Arfianty 2012: 51).sebuah alat ukur dikatakan valid apabila pokok uji dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas isi (Surapranata dalam Nur 2009: 41), validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan judgment para ahli, dengan prosedur yang dilakukan sebagai berikut 1.mendefinisikan domain yang hendak diukur, 2. Menentukan domain yang akan diukur, 3. Membandingkan masing-masing soal dengan domain yang sudah ditetapkan.
(21)
31
Intan Gando Putri, 2014
Data yang diukur pada penelitian ini adalah kegiatan OSEAN siswa, pemahaman konsep siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan ketuntasan menyelesaikan masalah siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan non-tes. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil pemahaman konsep siswa. teknik non tes untuk mengumpulkan data kegiatan OSEAN siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan ketuntasan menyelesaikan masalah siswa.
I. Teknik Analisis data
Pada lampiran Permendikbud No. 81A tentang implementasi kurikulum, pedoman umum pembelajaran dijelaskan penilaian kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan menggunakan skala 1-4 (kelipatan 0.33). Di SMA tempat dilakukannya penelitian ditetapkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) pelajaran fisika dengan nilai 2,8. Apabila siswa mendapatkan nilai dibawah 2,8 siswa dinyatakan tidak tuntas.
Pada tes pemahaman konsep nilai siswa diperoleh dari nilai tes pilihan ganda yang diisi siswa. Nilai siswa akhir diperoleh dari jumlah soal yang benar dibagi total soal dikali dengan 4 sebagai skala tertinggi. Persentase siswa yang tuntas dihitung dengan jumlah siswa tuntas dibagi jumlah siswa keseluruhan dikali 100. Presentase kegiatan OSEAN dihitung dengan jumlah siswa yang melakukan setiap kegiatan OSEAN dibagi jumlah seluruh siswa dikali 100. Siswa dikatakan tuntas menyelesaikan masalah menggunakan metode ilmiah apabila mencapai persentase sebesar 100%, yang berarti siswa
melakukan setiap langkah metode ilmiah pada worksheet dengan benar dan
sesuai dengan rubrik. Persentase siswa yang tuntas menyelesaikan masalah dihitung dengan jumlah siswa yang tuntas dibagi total siswa dikali 100.
Teknis analisis data yang digunakan adalah penafsiran persentase. Utari
(2010:48), Tafsiran persentase digunakan untuk menggambarkan
kecenderungan data. Data hasil perolehan observasi, hasil tes, hasil penilian produk diidentifikasi kemudian dianalisa dengan menggunakan tafsiran persentase sebagai berikut :
(22)
32
Tabel 3.1 Tafsiran persentase No Persentase Tafsiran
1 0 Tidak ada
2 1-25 Sebagian kecil
3 26-49 Hamper setengah
4 50 Setengahnya
5 51-75 Sebagianbesar
6 75-99 Hampir seluruhnya
7 100 Seluruhnya
J. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan PTK ini di tentukan oleh beberapa indikator yang dibuat berdasarkan hasil studi pendahuluan. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai pada PTK ini sebagai berikut :
1. Kegiatan OSEAN siswa meningkat menjadi 80% untuk mengamati, 50%
untuk menanya, 50% untuk mengumpulkan informasi, 50% untuk mengasosiasi dan 50% mengkomunikasi dan 50% siswa tuntas menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah.
(23)
Intan Gando Putri, 2014
Optimalisasi Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Lab untuk Meningkatkan OSEAN dan Pemahaman Konsep Siswa Pada AMteri Fluida Statis
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil PTK dengan mengoptimalisasi perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan OSEAN dan pemahaman konsep siswa pada materi fluida statis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan OSEAN siswa yang terukur dari observasi selama proses
pembelajaran mengalami peningkatan pada tahap verifikasi. Peningkatan ini
telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang ditentukan. Untuk
kegiatan observing pada setiap siklus menunjukkan bahwa 100% siswa yakni
seluruh siswa melakukan pengamatan. Kegiatan questioning, 100% siswa
mengajukan petanyaan pada siklus I, namum pada siklus II dan III hanya 73,3% siswa yang bertanya. Walaupun mengalami penurunan dari siklus sebelumnya, namun hasil ini telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 50%.
Pada kegiatan collecting information, siklus I menunjukkan 80% siswa
mengumpulkan kegiatan informasi, dan siklus II, siklus III 100% siswa yang
melakukannya. Kegiatan associating siswa meningktat pada setiap siklus.
Siklus I terdapat 60% siswa, siklus II terdapat 80% siswa, dan pada siklus III 100% siswa. Berbeda dengan kegiatan lainnya yang mengalami peningkatan
setiap siklus, kegiatan communicating siswa mengalami penurunan. Siklus I
menunjukkan 93.3% siswa, menurun pada siklus II menjadi 80% dan siklus III 60 %. Namun hasil ini masih memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan.
2. Kegiatan OSEAN yang diukur dari open guided inquiry worksheet
menunjukkan peningkatan terbaik pada siklus III, dimana 100% siswa melakukan kegiatan OSEAN secara utuh. Pada siklus I, kegiatan OSEAN
siswa belum mencapai indikator keberhasilan dalam kegiatan associating dan
communicating yaitu hanya 46.6% dan 40% siswa melakukan kegiatan tersebut. Pada siklus II, semua kegiatan OSEAN siswa telah mencapai indikator keberhasilan dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.
(24)
54
3. Ketuntasan siswa dalam menyelesaikan masalah menggunakan metode ilmiah
mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I tidak ada satupun siswa yang tuntas menyelesaikan masalah menggunakan metode ilmiah. pada siklus siswa terdapat peningkatan yakni siswa yang tuntas menjadi 46.7% siswa, dan pada siklus III terdapat 93.3% siswa yang tuntas. Hasil ini menunjukkan pencapaian indikator keberhasilan pada siklus III.
4. Hasil pemahaman konsep siswa telah mencapai indikator keberhasilan pada
siklus I yakni 86.7% siswa mencapai KKM, namun pada siklus II hasil ini mengalami penurunan drastis dimana tidak satupun siswa mencapai KKM. Pada siklus III, kembali terjadi peningkatan yang sangat tinggi yaitu 100% siswa mencapai KKM yang ditentukan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :
1. Dalam implementasinya, seluruh perencanaan yang telah dibuat harus
dilaksanakan secara maksimal. Penguatan hasil temuan siswa sangat penting untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep.
2. Sebelum siswa dilepas untuk melakukan kegiatan menggunakan metode
ilmiah, terlebih dahulu siswa hendaknya diberi penjelasan tentang metode ilmiah itu sendiri. Hal ini untuk mengurangi kesalahan dalam melakukan kegiatan ilmiah, yang nantinya akan mempengaruhi pemahaman siswa.
3. Guru benar-benar harus mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan siswa,
jangan sampai ada siswa yang tidak melakukan kegiatan dan diam selama pembelajaran.
4. Pembagian kelompok sebaiknya dilakukan oleh siswa, mereka dapat memilih
sendiri kelompoknya yang mereka inginkan. Hal ini mempengaruhi kerjasama siswa selama proses pembelajaran.
(25)
Intan Gando Putri, 2014
Optimalisasi Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Lab untuk Meningkatkan OSEAN dan Pemahaman Konsep Siswa Pada AMteri Fluida Statis
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanti, Y. (2011) Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terbuka Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS) Dan Berfikir Kreatif Siswa Sma Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/10158/
Arfuyanti, H. (2012) Pengembanagn Lembar Kerja Siswa Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/8103/
Ariesta, R. Supartono. (2011) Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 7 Hlm. 62-68 ISSN: 1693-1246 [Online] Tersedia di:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1072/981
[Diakses : 8/7/2014]
Basori, H. (2010) Model Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving Pada Pembelajaran Konsep Pembiasan Cahaya Untukmeningkatkn Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan
Deta, U.A. dkk. (2012) Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9 Hlm.28-34 ISSN: 1693-1246
[Online] Tersedia di:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/2577/2630
[Diakses : 8/7/2014]
(26)
56
Etherington, M.B. (2011) Investigative Primary:A Problem-Based Learning Approach. Australian Journal of Teacher Education, 36, hlm. 36-57.
Gebiwetri, T. (2013) Penerapan Levels Of Inquiry untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Pada Pembelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/2875/
Hakim, I.L. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada pokok bahasan listrik dinamis. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia. http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d025_043460_chapter5.pdf
Hamalik, O. (2009) Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara
Harsono, B. dkk. (2009) Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Ceramah Konvensional Dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi Pada
Pembelajaran Kompetensi Perakitan Dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal
PTM 9 (2) [Online] Tersedia di :
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPTM/article/download/202/210
[Diakses : 8/7/20140]
Hidayatullah, F. (2012) Penerapan Pembelajaran Discovery Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Siswa SMA Dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_053866_chapter2.pdf
Holt. dkk. Science Fair Guide : Resources For Students. [Online]. Tersedia di: http://go.hrw.com/resources/go_sc/hst/HSTGP221.PDF. [Diakses 23/5/ 2014]. Iswanto, H. (2013) Penerapan Model Pembelajaran Children’s Learning In Science
(27)
57
Intan Gando Putri, 2014
Optimalisasi Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Lab untuk Meningkatkan OSEAN dan Pemahaman Konsep Siswa Pada AMteri Fluida Statis
Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Mts Pada Pokok Bahasan Gelombang. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/1888/
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta : Kemendikbud.
Machin, A. (2014) Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan
Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia 3 (1) Hlm. 28-35 [Online] Tersedia di:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/download/2898/2927
[Diakses : 8/7/20140]
Mi’rajiyanti, Y. (2014) Penerapan Level Of Inquiry Model Pada Pembelajaran Fisika Untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa SMA Menurut New Taxonomy For Science Education. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
(28)
58
Mu’ayadah, L. dkk. (2012) Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Pada Materi Sistem Respirasi Manusia. Unnes Journal of Biology
Education1 (1) hlm. 57 [Online] Tersedia di :
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/download/374/431
[Diakses : 8/7/2014]
Muliani, D.E. (2013) Pengaruh Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif Berbantu Media Cnaptools Terhadap Kuantitas Miskonsepsi Dan Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/597
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI.
Nasution, N. (2014) Pengaruh Penerapan Pembelajaran Inquiry Terbimbing Menggunakan Macromedia Flash Player Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom. UNIMED Jurnal
Pendidikan Kimia [Online] Tersedia di :
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-29701-JURNAL.pdf [Diakses : 8/7/2014]
Nur, M. (2009) Peranan Asesmen Dengan Butir Soal Dalam Berbentuk Animasi Terhadap Hasil Tes Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurgiyantoro, B. (2005) Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan
Sastra Anak. Cakrawala Pendidikan XXIV 2 [Online] Tersedia di :
http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/369/pdf [Diakses : 8/7/20140]
Purwanto, A. Sasmita, R. (2013). Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir
Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu. Prosiding Semirata FMIPA
(29)
59
Intan Gando Putri, 2014
Optimalisasi Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Lab untuk Meningkatkan OSEAN dan Pemahaman Konsep Siswa Pada AMteri Fluida Statis
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/viewFile/745/564
[Diakses : 8/7/20140]
Rahayu, S. (2012) Designed Student-Centered Instruction (Dsci): Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik, Inkuiri Dan Kontekstual. Prosining Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia di FKIP UNS tgl 31 Maret 2012. (Proceding ISBN: 979363147-3).
Sujarwanta, A. (2012) Mengkondisikan Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Saintifik (Natural Science Learning Conditional with Saintific Approach).
Jurnal Nuansa Kependidikan 16 (1) [Online] Tersedia di :
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal [Diakses : 8/7/2014]
Susiwi. dkk. (2009) Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Pada Model
Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd . Jurnal Pengajaran MIPA 14 (2)
[Online] Tersedia di:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195109191980032 [Diakses : 8/7/20140]
Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Utari, S. (2010) Pengembangan Program Perkuliahan Untuk Membekali Calon Guru Dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika Disekolah Menengah. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/7638/
Wenning Carl J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education Online. 5, (4), 11-19.
Wenning, C.J. (2005a) “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education Online. 2, (3), 3-11.
(30)
60
Wenning, C.J. (2011) “The Levels of Inquiry of Science Teaching”. Journal of
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanti, Y. (2011) Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terbuka Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS) Dan Berfikir Kreatif Siswa Sma Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/10158/
Arfuyanti, H. (2012) Pengembanagn Lembar Kerja Siswa Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/8103/
Ariesta, R. Supartono. (2011) Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 Hlm. 62-68 ISSN: 1693-1246 [Online] Tersedia di: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1072/981 [Diakses : 8/7/2014]
Basori, H. (2010) Model Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving Pada Pembelajaran Konsep Pembiasan Cahaya Untukmeningkatkn Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan
Deta, U.A. dkk. (2012) Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9 Hlm.28-34 ISSN: 1693-1246
[Online] Tersedia di:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/2577/2630 [Diakses : 8/7/2014]
(2)
Etherington, M.B. (2011) Investigative Primary:A Problem-Based Learning Approach. Australian Journal of Teacher Education, 36, hlm. 36-57.
Gebiwetri, T. (2013) Penerapan Levels Of Inquiry untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Pada Pembelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/2875/
Hakim, I.L. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada pokok bahasan listrik dinamis. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d025_043460_chapter5.pdf
Hamalik, O. (2009) Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara
Harsono, B. dkk. (2009) Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Ceramah Konvensional Dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi Pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan Dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal PTM 9 (2) [Online] Tersedia di : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPTM/article/download/202/210 [Diakses : 8/7/20140]
Hidayatullah, F. (2012) Penerapan Pembelajaran Discovery Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Siswa SMA Dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_fis_053866_chapter2.pdf
Holt. dkk. Science Fair Guide : Resources For Students. [Online]. Tersedia di:
http://go.hrw.com/resources/go_sc/hst/HSTGP221.PDF. [Diakses 23/5/ 2014]. Iswanto, H. (2013) Penerapan Model Pembelajaran Children’s Learning In Science
(3)
Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Mts Pada Pokok Bahasan Gelombang. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/1888/
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta : Kemendikbud.
Machin, A. (2014) Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia 3 (1) Hlm. 28-35 [Online] Tersedia di:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/download/2898/2927 [Diakses : 8/7/20140]
Mi’rajiyanti, Y. (2014) Penerapan Level Of Inquiry Model Pada Pembelajaran
Fisika Untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa SMA Menurut New Taxonomy For Science Education. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
(4)
Mu’ayadah, L. dkk. (2012) Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Materi Sistem Respirasi Manusia. Unnes Journal of Biology Education1 (1) hlm. 57 [Online] Tersedia di :
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/download/374/431 [Diakses : 8/7/2014]
Muliani, D.E. (2013) Pengaruh Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif Berbantu Media Cnaptools Terhadap Kuantitas Miskonsepsi Dan Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/597
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI.
Nasution, N. (2014) Pengaruh Penerapan Pembelajaran Inquiry Terbimbing Menggunakan Macromedia Flash Player Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom. UNIMED Jurnal
Pendidikan Kimia [Online] Tersedia di :
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-29701-JURNAL.pdf [Diakses : 8/7/2014]
Nur, M. (2009) Peranan Asesmen Dengan Butir Soal Dalam Berbentuk Animasi Terhadap Hasil Tes Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurgiyantoro, B. (2005) Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak. Cakrawala Pendidikan XXIV 2 [Online] Tersedia di : http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/369/pdf [Diakses : 8/7/20140]
Purwanto, A. Sasmita, R. (2013). Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu. Prosiding Semirata FMIPA
(5)
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/viewFile/745/564 [Diakses : 8/7/20140]
Rahayu, S. (2012) Designed Student-Centered Instruction (Dsci): Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik, Inkuiri Dan Kontekstual. Prosining Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia di FKIP UNS tgl 31 Maret 2012. (Proceding ISBN: 979363147-3).
Sujarwanta, A. (2012) Mengkondisikan Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Saintifik (Natural Science Learning Conditional with Saintific Approach).
Jurnal Nuansa Kependidikan 16 (1) [Online] Tersedia di :
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal [Diakses : 8/7/2014]
Susiwi. dkk. (2009) Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Pada Model Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd . Jurnal Pengajaran MIPA 14 (2)
[Online] Tersedia di:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195109191980032
[Diakses : 8/7/20140]
Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Utari, S. (2010) Pengembangan Program Perkuliahan Untuk Membekali Calon Guru Dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika Disekolah Menengah. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/7638/
Wenning Carl J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education
Online. 5, (4), 11-19.
Wenning, C.J. (2005a) “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education
(6)
Wenning, C.J. (2011) “The Levels of Inquiry of Science Teaching”. Journal of Physics Teacher Education Online. 6, (2), 9-16.