KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DASAR BERBASIS KOMPETENSI Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Kompetensi (Studi Situs SD N Bergas Kidul 03 Kabupaten Semarang.

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DASAR
BERBASIS KOMPETENSI
(Studi Situs SD N Bergas Kidul 03 Kabupaten Semarang)
NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada
Program Studi Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan

Oleh:
SUWANTO
NIM : Q.100.100.236

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DASAR

BERBASIS KOMPETENSI
(Studi Situs SD N Bergas Kidul 03 Kabupaten Semarang)
Oleh:
Suwanto 1, Markhamah2, Syamsudin3
1
Kepala Sekolah, 2Staff Pengajar UMS Surakarta,
3
Staff Pengajar UMS Surakarta
Abstract
The paper addressed to describe and explain the principal leadership based
competencies. This research conducted at Elementary School State Bergas Kidul
03 Semarang Regency. Data collection techniques used observation, interview and
documentation. Validity of data in this research includes credibility,
transferability, dependability, and conformability. The results is the
implementation of financial management is conducted in accordance with the
principles of management that is accountable, transparent and efficient. Funds that
owned by schools is derived from government that is BOS funds. In the process of
schools financial management is beginning with the fund budget of school. School
finance allocation process is based on the priority scale. Principal conducted
supervises activities as much as 2 times a month. Supervision includes classroom

observation and classroom visits. Learning supervision conducted by the principal
as part of the management process that preceded the beginning of each school
year planning. Learning supervision is done by learning observation and then
communicates it with the teacher. The social competence of principal can be seen
from the attitude of principals skilled to work together with others based on the
principle of mutual benefit and to give benefit the school.
Key words: principal leadership, the principal competencies

PENDAHULUAN
Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun
2010 tentang Penugasan Guru Menjadi Kepala Sekolah melengkapi peraturan
sebelumnya yaitu UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang di antaranya mengatur
bahwa penugasan menjadi kepala sekolah harus sesuai standar, karena kepala
sekolah memegang peran penting, selain itu mutu pendidikan di sekolah
bergantung pada kepala sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki
kemampuan

kepemimpinan

standar


Permendiknas No. 13 tahun 2007.

sebagaimana

diamanahkan

dalam

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi
akademis maupun non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang
sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang dinginkan oleh
masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di
sekolah dapat terwujud, sekolah dengan apa yang dimiliki oleh sekolah tersebut
dapat berjalan dari berbagai bidang.
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan
seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta memiliki
integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah harus
memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung
jawabnya dengan baik dan benar. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki kepala

sekolah?
Menurut Agus Dharma (2003, diadaptasi dari CCSSO: The Council of
Chief Schoool Officer, 2002) ada enam kompetensi kepala sekolah yang
dinyatakan sebagai berikut (1) memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan
pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung
oleh komunitas sekolah, (2) membantu, membina, dan mempertahankan
lingkungan sekolah dan program pengajaran yang kondusif bagi proses belajar
peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan staf, (3) menjamin
bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah digunakan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif, (4)
bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi
kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber
daya masyarakat, (5) memberi contoh (teladan) tindakan berintegritas, dan (6)
memahami, menanggapi, dan mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi,
dan budaya yang lebih luas.
Sebagai pejabat formal, kepala sekolah diangkat melalui proses,
prosedur, dan peraturan yang berlaku. Sebagai manajer, kepala sekolah
merupakan seorang perencana, organisator, dan pengendali. Kepala sekolah bersal
dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sekolah adalah sebuah


lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara
umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di
mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2008:83)
mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah tempat diselenggarakannya proses
belajar mengajar, atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kepala

sekolah

harus

memerhatikan

tiga

hal,


yaitu

proses,

pendayagunaan seluruh sumber organisasi, dan pencapaian tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mendorong
timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru,
staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing. Juga memberikan
bimbingan dan pengarahan para guru, staf dan para siswa serta memberikan
dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi
sekolah dalam mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekolah
dan kegiatan yang ada di sekolah. Kepala sekolah mempunyai kegiatan pokok
yang harus diemban yaitu merencanakan, mengoragisasi, mengadakan staf,
mengarahkan/orientasi sasaran, mengoordinasi, memantau dan menilai/evaluasi
(Mulyono, 2008: 147). Siapapun kepala sekolah yang memimpin suatu sekolah
apabila mampu melakukan fungsi komunikasi yang baik dengan semua pihak,
maka penilaian yang umum diberikan oleh guru, siswa, staf dan masyarakat sudah
cukup untuk menyatakan bahwa kepala sekolah tersebut adalah kepala sekolah
yang ideal.

Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi.
Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja
keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.
Sebagaimana dikatakan Hani Handoko bahwa pemimpin juga memainkan peranan
kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai
tujuan mereka. (Handoko, 2005: 293).

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi (Mulyasa,
2007: 107). Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, pola
kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap
kemajuan sekolah. Permadi dan Arifin (2007: 64) menyatakan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah dalam mengarahkan dan memanfaatkan segala
sumber daya yang tersedia sangat menentukan keberhasilan proses belajar di
sekolah. Guna mewujudkan tanggung jawab tersebut, maka kepala sekolah sangat
berperan dalam mengendalikan keberhasilan kegiatan pendidikan, meningkatkan
pelaksanaan administrasi. Kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk
komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan
mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya
dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu

sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah, setiap kepala sekolah harus
memenuhi lima aspek kompetensi, yaitu kepribadian, sosial, manajerial, supervisi,
dan kewirausahaan. Banyaknya kepala sekolah yang kurang memenuhi standar
kompetensi ini tak terlepas dari proses rekrutmen dan pengangkatan kepala
sekolah yang berlaku saat ini. Di sejumlah negara, untuk menjadi kepala sekolah,
seseorang harus menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan.
Sebagai contoh di Malaysia, menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala
sekolah, Singapura dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang
menetapkan lembaga pelatihan untuk mengeluarkan surat izin atau surat
keterangan kompetensi.
Kepala sekolah yang memiliki kompetensi tinggi mutlak dibutuhkan
untuk membangun sekolah berkualitas, sekolah efektif, karena kepala sekolah
sebagai pemegang otoritas dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu
memahami proses pendidikan di sekolah serta menjalankan tugasnya dengan baik,
sehingga proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat berjalan sesuai dan
sejalan dengan upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan

efisien. Begitu strategisnya kedudukan kepala sekolah dalam menjalankan

manajemen sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki berbagai
kompetensi yang memadai.
Menurut Usman (2006: 14) Kompetensi adalah merupakan kemampuan
dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus
menerus sehingga memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam bidang
tertentu. Kompeten mempunyai arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Sudrajat (2008: 2) membagi 4 kompetensi kepala sekolah yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi, dan
kompetensi sosial. Sedangkan dalam Kompetensi Kepala Sekolah Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April
2007, kompetensi kepala sekolah di bagi menjadi lima kompetensi yaitu
kompetensi

kepribadian,

kompetensi


manajerial,

kompetensi

supervisi,

kompetensi sosial, dan kompetensi kewirausahaan.
Pengelolaan keuangan sekolah adalah segala aktivitas organisasi yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan
mengelola aset sesuai dengan tujuan organisasi secara menyeluruh. Kegiatan
pengelolaan memerlukan suatu kegiatan perencanaa, pengorganisasian, bimbingan
dan pengarahan, kontrol, komunikasi bahkan juga ketatausahaan. Terkait dengan
itu, pengelolaan keuangan dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, pengelolaan
keuangan dalam arti sempit. Pada aspek ini pengelolaan mengandung pengertian
segala pencatatan masuk dan keluarnya keuangan dalam membiayai kegiatan
organisasi berupa tata usaha atau tata pembukuan keuangan. Kedua pengelolaan
keuangan dalam arti luas. Dalam aspek ini, pengelolaan mengandung pengertian
penentuan kebijaksanaan dalam pengadaan dan penggunaan keuangan untuk
mewujudkan kegiatan organisasi kerja berupa kegiatan perencanaan, pengaturan,
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan (Mulyono, 2008:180-181).


Kompetensi supervisi kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai
kemampuan kepala sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran. Mulyasa (2007:112) menjelaskan kepala
sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya.
Kompetensi sosial disebut juga dengan istilah human relations skill, dan
human skill. Keragaman istilah tersebut tercermin dari pendapat para ahli berikut
ini. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan
melaksanakan tanggung jawab sosial.
Berdasarkan uraian di atas maka fokus dalam penelitian ini adalah
bagaimana Kepemimpinan kepala sekolah dasar berbasis kompetensi di SD N
Bergas Kidul 03 Kabupaten Semarang?. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) Kepemimpinan kepala sekolah
dalam kompetensi manajemen Keuangan di SDN Bergas Kidul 03, (2)
Kepemimpinan kepala sekolah dalam kompetensi supervisi di SDN Bergas Kidul
03, (3) Kepemimpinan kepala sekolah dalam kompetensi sosial di SDN Bergas
Kidul 03.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan, yang mengacu pada
kepemimpina pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah. Manfaat bagi
kepala sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya
dalam memimpin sekolah dan dapat menjadi panutan bagi anggota sekolah. Bagi
peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk melakukan
penelitian yang lebih mendalam.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
menghasilkan deskripsi analitik tentang fenomena-fenomena secara murni bersifat
informatif dan berguna bagi masyarakat peneliti, pembaca dan juga partisipan

(Sukmadinata, 2007: 107), maka jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian
kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis data secara induktif
ini digunakan karena beberapa alasan (Moleong, 2006: 10). Strategi penelitian
yang dipakai dalam penelitian ini adalah etnografi. Penelitian etnografi
melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat,
mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi
etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi
belajar dari masyarakat (Spradley, 2007: 4).
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland
dalam Moleong, 2006: 157).. Penelitian ini melibatkan orang yang berperan
sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten yakni kepala
sekolah dan guru di SD N Bergas Kidul 03 Kabupaten Semarang.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
metode pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008: 308). Teknik yang digunakan
untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi.
Model analisis etnografis dalam penelitian kualitatif menurut Spradley
meliputi analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponen, dan analisis
tema. Keabsahan data dilakukan melalui triangulasi data melalui pengamatan
kinerja guru dan kegiatan siswa. Menurut Harsono (2011: 36), cara menguji
apakah data itu valid atau tidak, biasanya kita memkai cara triangulasi yang
meliputi berbagai cara triangulasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kepemimpinan kepala sekolah dalam kompetensi manajemen Keuangan di
SDN Bergas Kidul 03.
Pelaksanaan manajemen keuangan di SD Bergas Kidul 03 dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan yaitu akuntabel, transparan dan efisien.

Sebagai sekolah negeri, dana yang dimiliki sekolah bersumber dari pemerintah
yaitu dana BOS. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang
transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga
pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian
penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Akuntabilitas di dalam
manajemen

keuangan

berarti

penggunaan

uang

sekolah

dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Dalam proses maanjemen keuangan sekolah diawali dengan adanya
kegiatan penganggaran dana sekolah. Penganggaran Pelaksanaan proses
penganggaran dana BOS yang dimiliki oleh sekolah dilakukan melalui beberapa
tahapan yang diawali dengan pembentukan tim penyusun program sekolah yang
beranggotakan anggota sekolah dan komite sekolah.
Pembuatan anggaran pada suatu sekolah merupakan alat untuk
membantu memanaj keuangan di sekolah tersebut. Karena pembuatan anggaran
berfungsi untuk menjaga kekayaan sekolah, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntasi dan juga mendorong efisiensi karena laporan keuangannya
dilakukan setiap akhir periode. Susan M. Swider (2004) dalam penelitiannya
menyatakan tentang berapa besarnya dana yang diperoleh sekolah dari pemerintah
sangat mempengaruhi perkembangan sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui besarnya dana yang
diperoleh sekolah yang digunakan untuk meningkatkan kualitas sekolah. Karena
semakin besar dana yang diperoleh dapat meningkatkan kualitas sekolah. Dan
juga sebaliknya, semakin sedikit biaya yang diperoleh sekolah dapat menurunkan
kualitas sekolah.
Hasil penelitian Susan terdapat persamaan dan perbedaan dengan hasil
penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian membahas tentang dana
keuangan sekolah. Dan perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang
pengelolaan dana sekolah dari mulai penganggaran sampai dengan laporan
pertangungjawaban.

Setelah dibentuknya tim penyusun anggaran keuangan sekolah, maka
setiap anggota sekolah memiliki peranannya masing-masing. Peran kepala sekolah
dalam penyusunan anggaran keuangan sekolah adalah sebagai pemimpin dalam
proses penganggaran, memberikan petunjuk dan juga melakukan pengawasan
serta melakukan komunikasi dua arah agar tugas-tugas para guru dapat terlaksana
dengan baik.
Kepala sekolah sebagai pemimpin disekolah mempunyai tugas untuk
membuat rencana anggaran belanja sekolah. Kepala sekolah bersama dengan
wakil kepala sekolah membuat rancangan program-program apa saja yang akan
dilakukan selama satu tahun pelajaran. Pembuatan program tersebut tidak lah
mudah karena harus menyatukan visi dan misi dari para anggota tim RAPBS. Dan
dalam kondisi seperti ini kepala sekolah bertugas untuk menyatukan visi mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh Mingchu Luo dan Lotfollah Najjar, (2007)
mengatakan

kalau

kepala

sekolah

mempunyai

peranan

utama

dalam

mempersatukan visi seluruh anggota sekolah untuk meningkatkan kualitas
sekolah. Selain itu kepala sekolah menjalin kerjasama dengan orang tua siswa,
stake holder untuk mendistribusikan segala sumber daya yang ada.
Terdapat

persamaan

dan

perbedaan

dengan

hasil

penelitian.

Persamaannya adalah kedua penelitian ini membahas tentang peran serta kepala
sekolah dalam pengelolaan keuangan sekolah. Perbedaannya dalam penelitian ini
di jelaskan apa saja yang menjadi peran kepala sekolah terutama dalam keuangan
sekolah. Dan dalam penelitian Mingcu Lou tidak dijelaskan peranan kepala
sekolah dalam keuangan sekolah.
Setelah proses penganggaran keuangan sekolah selesai dilakukan maka
dilanjutkan dengan proses alokasi keuangan sekolah. Proses alokasi keuangan
sekolah didasarkan pada kebutuhan sekolah yang dianggap paling penting. Oleh
sebab itu, pelaksanaan alokasi keuangan sekolah biasanya didasarkan pada juklak
penggunaan keuangan sekolah. Di SDN Bergas Kidul 03, dalam proses alokasi
keuangan sekolah didasarkan pada skala prioritas yaitu program yang dianggap
paling utama maka akan dialokasikan terlebih dahulu seperti pembelian sarana
dan prasarana KBM.

Peran kepala sekolah selaku pemimpin sekolah dalam proses alokasi
keuangan sekolah antara lain ketika memimpin rapat untuk menentukan program
sekolah yang akan dibiayai dengan dana sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah
melakukan koordinasi dengan semua anggota sekolah agar dalam pelaksanaanya
dapat berjalan dengan lancar. Kepala sekolah menjalin komunikasi yang baik
dengan anggota sekolah dan juga dengan komite sekolah. Selain itu kepala
sekolah juga menjadi pengambil keputusan untuk program sekolah yang akan
dibiayai dengan dana sekolah.
Dalam proses pengelolaan keuangan sekolah, kepala sekolah juga harus
memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai
dengan petunjuk penggunaan keuangan sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh
bendahara sekolah dalam pengelolaan keuangan sekolah. Bendahara sekolah
berperan dalam meramu semua masukan dari anggota sekolah. Setelah semua
masukan diterima oleh bendahara sekolah, selanjutnya dikelompokkan dan dibuat
rinciannya agar memudahkan dalam mengalokasikan dana yang ada.
Selain peran serta di atas, dalam pengelolaan keuangan sekolah kepala
sekolah juga harus mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Karena sumber
dana yang dimiliki sekolah negeri dari dana BOS maka pencatatan laporan
(accounting) pengelolaan dana sekoloah tergantung dari maksimalnya hasil
sosialisasi yang dilaksanakan Tim PKPS-BBM Pusat, Provinsi, maupun
Kabupaten baik yang melalui pertemuan langsung maupun media lainnya seperti
reklame dan iklan, sehingga pada pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sesuai
tingkat pemahaman yang dimiliki.
Laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah di SDN Bergas Kidul
03, terlihat bahwa realisasi penggunaan dana BOS mayoritas terbesar untuk
pembayaran honor guru, kegiatan belajar mengajar (KBM), pembelian alat tulis
(ATK), dan pembelian buku pelajaran pokok.
Peran kepala sekolah dalam proses pertanggungjawaban keuangan
sekolah adalah sebagai pengontrol laporan yang telah dibuat oleh bendahara
sekolah. Laporan yang telah dibuat oleh bendahara sekolah akan di periksa

terlebih oleh kepala sekolah sebelum ditandatangi dan dilaporkan ke dinas
pendidikan. Laporan tersebut di buat setiap 3 bulan sekali oleh bendahara sekolah.
Tujuan dilakukannya laporan pertanggungjawaban keuanagan sekolah
adalah untuk mempertanggungjawabkan semua pengelolaan keuanagan sekolah
yang bersumber dari dana BOS sesuai dengan aturan yang ada. Hal itu juga
bertujuan agar pengelolaan dana yang ada lebih transparan dan akuntabel. Selain
itu dengan adanya pelaksanaan laporan keuangan sekolah dapat digunakan
sebagai alat evaluasi terhadap program yang dilakukan apakah sudah sesuai atau
belum.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam kompetensi supervisi di SDN Bergas
Kidul 03
Kompetensi supervisi kepala sekolah merupakan kemampuan kepala
sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi supervisi mampu
melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat. Kepala sekolah
mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru dan juga mampu
melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-teknik supervisi yang
tepat. Selain itu kepala sekolah mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada
guru melalui antara lain pengembangan profesional guru, penelitian tindakan
kelas, dsb. Kepala sekolah SDN Bergas Kidul 03 melakukan kegiatan supervisi
sebanyak 2 kali dalam sebulan. Supervisi tersebut meliputi observasi kelas dan
kunjungan kelas.
Penelitian yang dilakukan Rucinski and Hazi (2007) menyatakan bahwa
supervisi merupakan usaha evaluasi guru yang bertujuan meningkatkan kualifikasi
guru tersebut sebagai tenaga pengajar. Proses tersebut berlangsung secara
berjangka atau bertahap yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka
peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang disupevisi. Penelitian
terdahulu memiliki perbedaan dengan penelitian ini yang terletak pada fokus
penelitiannya, sedangkan persamaannya adalah sama-sama membahas cara

peningkatan profesionalisme guru melalui suatu pembinaan dalam bentuk
supervisi.
Kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam kemampuan
menyusun, dan melaksanakan supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya.
Kemampuan menyusun program supervisi terdiri atas kemampuan penyusunan
program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan
ekstrakurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium dan
ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan diwujudkan
dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi non klinis, dan
program kegiatan ekstra kurikuler. Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi
pendidikan diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk kinerja tenaga
kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.
Keberadaan kepala sekolah sebagai supervisor diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bloom (2003) yang menyatakan bahwa kepala
sekolah sebagai administrator mempunyai kewajiban dalam melakukan supervisi
pembelajaran dan monitoring terhadap administrasi pembelajaran secara teratur
yang bertujuan untuk mengurangi benturan SDM yang dikelola baik secara
vertikal maupun horizontal.
Penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian ini. Persamaannya adalah kedua penelitian penelitian membahas
tentang pentingnya pelaksanaan supervise dalam kegaitan pembelajaran. Dan
perbedaannya adalah penelitian terdahulu tidak dijelaskan tentang langkahlangkah supervisi dalam pembelajaran.
Langkah kongkrit pelaksanaan supervisi pembelajaran di SD ini dengan
cara kunjungan kelas oleh kepala Sekolah, observasi pembelajaran, administrasi
guru, yang kemudian dikomunikasikan dengan guru yang bersangkutan, bila
diperlukan kepala Sekolah turut memberikan solusi demi keberhasilan
pembelajaran. Dan secara berkala diadakan rapat mengevaluasi pelaksanaan
supervisi pembelajaran. Caranya dilaksanakan sesuai jadwal/rencana program
supervisi pembelajaran yang telah dikomunikasikan kepada guru-guru yang
bersangkutan terlebih dahulu.

Pada prinsipnya yang dilakukan kepala sekolah sebelum melakukan
supervisi adalah dengan mensupervisi administrasi pembelajaran guru secara
kolektif atau kelompok. Kepala sekolah menggunakan pendekatan dengan cara
yang akrab karena dalam penyampaiannya kepada guru–guru terjadi dialog atau
komunikasi dua arah yang dibuktikan dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan oleh guru.
Tahapan terakhir dari kegiatan supervisi adalah umpan balik atau feed
back. Kegiatan umpan balik atau feedback dilakukan dengan cara memotivasi
yang digunakan untuk mendorong guru agar melaksanakan proses pembelajaran
lebih baik dan umpan balik ini digunakan oleh kepala sekolah untuk memotivasi
guru agar siswa asuhannya mencapai prestasi belajar yang meningkat. Umpan
balik ini diberikan oleh kepala sekolah secara langsung setelah kepala sekolah
selesai melakukan supervisi dengan harapan agar guru masih mempunyai ingatan
segar akan permasalahan pembelajaran yang dihadapi yang ditemukan pada waktu
disupervisi oleh kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam kompetensi sosial di SDN Bergas Kidul
03 Kabupaten Semarang.
Kompetensi sosial kepala sekolah dapat terlihat dari sikap terampil
kepala sekolah untuk bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang
saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah. Kompetensi sosial
disebut juga dengan istilah human relations skill, dan human skill. Kompetensi
sosial merupakan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam
berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk
keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Human relations skill adalah kemampuan untuk memahami dan bekerjasama
dengan orang lain. Sedangkan human skill adalah kemampuan untuk bekerja
dalam kelompok/team atau dengan kelompok yang lain secara organisasi maupun
secara individu, dalam memperbaiki motivasi, komunikasi, memimpin, dan
mengarahkan orang-orang untuk mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.

Dinham (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepala sekolah
sebagai seorang pemimpin dapat menjadi faktor kunci dalam pencapaian hasil
pendidikan. Seringkali, kepemimpinan ini dijalankan oleh Kepala Sekolah, tapi
personil kunci tambahan termasuk Kepala Guru, Wakil Kepala, dan guru
memainkan peran utama di sekolah. Hal ini dapat di artikan bahwa jabatan
seorang pemimpin harus di berikan kepada orang yang memiliki kemampuan
dalam memimpin sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga
dibutuhkan adanya hubungan kerjasama yang diantara anggota sekolah.
Penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan hasil
penelitian.

Persamaannya

adalah

kedua

penelitian

membahas

tentang

kepemimpinan kepala sekolah. Penelitian membahas tentang pentingnya
hubungan kerjasama yang dilakukan kepala sekolah dengan masyarakat di sekitar
lingkungan sekolah. Perbedaanya pada penelitian terdahulu tidak dijelaskan
hubungan seperti apa yang dijalin kepala sekolah dengan masyarakat di
lingkungan sekolah.
Di SDN Bergas Kidul 03 menunjukkan bahwa kepala sekolah mampu
menjalin hubungan yang harmonis dengan para orang tua siswa dan pihak
eksternal sekolah seperti pemerintah. Hubungan tersebut merupakan kerja tim
yang sangat baik. Kerja tim tersebut terlihat dari kegiatan rapat rutin yang
dilakukan sekolah dengan orang tua siswa dan pihak eksternal setiap 3 bulan
sekali untuk membahas kinerja sekolah.
Selain dengan guru, kepala sekolah juga menjalin hubungan yang
harmonis dengan para siswa. Berdasarkan dokumentasi yang ada di SDN Bergas
Kidul 03 tentang program harian yang dibuat oleh kepala sekolah. Dalam program
tersebut berisi tentang program pembiasaan siswa untuk menyapa dan berjabat
tangan dengan siapa saja. Hal itu terbukti ketika peneliti datang untuk melakukan
penelitian dan bertemu dengan siswa.

Peneliti melihat seorang siswa yang

menyapa kepala sekolah dan kemudian menjabat tangannya.
Kepala sekolah juga menjalin hubungan yang baik dengan orang tua
siswa dan komite sekolah. Hubungan yang terjalin dengan orang tua siswa karena
orang tua siswa ikut membantu dana operasional yang dibutuhkan oleh sekolah.

Orang tua siswa juga membutuhkan informasi tentang perkembangan anaknya.
Sedangkan hubungan kepala sekolah dengan komite sekolah adalah komite
sekolah merupakan wadah untuk menyampaikan informasi dari madrasah kepada
oranga tua siswa dan juga sebaliknya. Komite juga memberikan masukan atau
pendapat untuk perkembangan sekolah.
Kepala sekolah SDN Bergas Kidul 03 menjalin hubungan yang sangat
harmonis dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Hal itu terlihat dari
peran serta kepala sekolah dalam kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan
sekolah. Biasanya kepala sekolah diminta untuk menjadi pembicara dalam
kegiatan keagamaan seperti acara Maulid Nabi, khotbah Jumat, dsb.
Seorang kepala sekolah juga harus memiliki kepekaan sosial terhadap
orang atau kelompok lain. Kepala sekolah diharapkan dapat berperan sebagai
problem finder untuk masalah yang dihadapi orang lain. Kepala sekolah dapat
berperan sebagai problem solver dan juga tidak memihak salah satu pihak dalam
mengatasi konflik internal sekolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah di
SDN Bergas Kidul 03 dianggap sebagai orang yang dituakan sehingga ketika ada
orang yang sedang mengalami suatu permasalahan biasanya akan meminta saran.
Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sutono kepala sekolah SDN Bergas
Kidul 03 tentang kepekaan sosial yang dimiliki oleh kepala sekolah.

SIMPULAN
Pelaksanaan manajemen keuangan di SD Bergas Kidul 03 dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan yaitu akuntabel, transparan dan efisien.
Dana yang dimiliki sekolah bersumber dari pemerintah yaitu dana BOS. Dalam
proses manajemen keuangan

sekolah diawali dengan adanya

kegiatan

penganggaran dana sekolah. Proses alokasi keuangan sekolah didasarkan pada
skala prioritas. Kepala sekolah dibantu oleh bendahara dalam pengelolaan
keuangan sekolah. Peran kepala sekolah dalam proses pertanggungjawaban
keuangan sekolah adalah sebagai pengontrol laporan yang telah dibuat oleh
bendahara sekolah yang di buat setiap 3 bulan sekali.

Kepala sekolah SDN Bergas Kidul 03 melakukan kegiatan supervisi
sebanyak 2 kali dalam sebulan. Supervisi pembelajaran dilakukan oleh kepala
sekolah sebagai bagian dari proses manajemen yang didahului dengan
perencanaan setiap awal tahun pelajaran. Supervisi pembelajaran dilakukan
dengan cara observasi pembelajaran dan kemudian berkomunikasi dengan guru
yang bersangkutan. Tahapan terakhir dari kegiatan supervisi adalah umpan balik
atau feed back. Fungsi umpan balik dalam pelaksanan supervisi pembelajaran
mengkomunikasikan hasil supervisi kepada guru sebagai feedback atau balikan
untuk memperbaiki kesalahan dengan tindak lanjutnya.
Kompetensi sosial kepala sekolah dapat terlihat dari sikap terampil
kepala sekolah untuk bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang
saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah. Kepala sekolah
mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan para orang tua siswa dan pihak
eksternal sekolah seperti pemerintah. Kepala sekolah SDN Bergas Kidul 03
menjalin hubungan yang sangat harmonis dengan masyarakat di sekitar
lingkungan sekolah.
Saran yang dapat peneliti berikan antara lain untuk Kepala sekolah agar
selalu melaksanakan perannya dan juga aktif dalam memantau kegiatan yang
dilakukan oleh anggota sekolah. Kepala sekolah juga diharapkan untuk selalu
meningkatkan kompetensinya dengan mengikuti kegiatan seperti pelatihan dan
seminar. Bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan program yang diselenggarakan sekolah, serta membantu kepala
sekolah

melaksanakan

perannya.

Selian

itu

guru

harus

meningkatkan

partisipasinya baik dalam kegiatan akademik maupun sosial yang diselenggarakan
sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Bloom. 2003. Leadership effectiveness and instructional supervision: the case of
the failing twin”

Dinham. 2005. “Principal Leadership for Outstanding Schooling Outcomes in
Junior Secondary Education”.

Handoko, T. Hani. 2005. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan sebagai Desain Penelitian Kualitatif.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Luo, Mingchu. 2007. The Chinese Principal Leadership Capacities as Perceived
by Master Teachers.
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rasda
Karya

Permadi, dadi dan Arifin, Daeng. 2007. Kepemimpin Transformasional Kepala
Sekolah dan Komite Sekolah. Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa

Sudrajat. 2008. Kompetensi Kepala Sekolah (Diakses tanggal 10 Februari 2011)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/kompetensi-kepalasekolah/
Swider, Susan. 2004. Options for Sustaining School-Based Health Centers.
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=642434371&sid=10&Fmt=3&client
Id=80413&RQT=309&VName=PQD (Diakses tanggal 7 Mei 2012)
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya.
Spadley, James. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Wahjusumidjo.2008.Kepemimpinan Kepala Sekolah (tinjaun
permasalahannya).Jakarta:Raja Grafindo Persada.

teoritik dan