GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA KELAS VIII : Studi Deskriptif Di SMP Negeri 9 Bandung.

(1)

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PALANG MERAH REMAJA KELAS VIII ( Studi Deskriptif Di SMP Negeri 9 Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Disusun oleh : INDRA SETIAWAN

1003065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PALANG MERAH REMAJA KELAS VIII ( Studi Deskriptif Di SMP Negeri 9 Bandung )

Oleh

Indra Setiawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

©Indra Setiawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

INDRA SETIAWAN 1003065

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI

DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PMR KELAS VIII DI SMPN 9 BANDUNG

Disetujui dan Disahkan Oleh, Pembimbing I

dr. Kurnia Eka Wijayanti, M.KM NIP. 196509091991021001

Pembimbing II

Arif Wahyudi S, Pd. NIP. 197420052001121001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi


(4)

ix Indra Setiawan, 2014

Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA-KATA MUTIARA ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah... .... 4

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Hakikat Kegiatan Ekstrakurikuler ... 7

2. Hakikat Organisasi Palang Merah Remaja ... 13

3. Hakikat Palang Merah Remaja SMP Negeri 9 Bandung... 17

4. Hakikat Kecerdasan ... 20

5. Hakikat Emosi ... 21

6. Hakikat Kecerdasan Emosional ………. 24


(5)

x Indra Setiawan, 2014

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Tempat, waktu dan sasaran penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Desain Penelitian ... 36

D. Metode Penelitian ... 38

E. Definisi operasional ... 39

F. Instrumen Penelitian………. 40

G. Proses Pengembangan Instrumen...……….. 47

H. Teknik Pengumpulan Data………. . 49

BAB IV Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 50

A. Deskripsi Data ... 50

B. Analisis dan Pengolahan Data ... 50

C. Diskusi Penemuan……… 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(6)

xi Indra Setiawan, 2014

Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

3.1 Gambar Desain Penelitian. ... 35 3.2 Gambar Alur Penilitian ... 36


(7)

xii Indra Setiawan, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi siswa yang mengikuti dan tidak ekstrakurikuler PMR ... 35

3.2 Kisi – kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 41

3.3 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional Teori Goleman ... 42

3.4 Kategori Pemberian Skor Jawaban ... 43

3.5 Hasil Validitas Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional ... 46

3.6 Hasil Interpretasi nilai r ... 48

3.7 Kriteria Frekuensi Presentase... 52

4.1 Hasil Pengelompokkan Tiap Butir Pertanyaan/ Pernyataan .. ... 54

4.2 Hasil Kategori Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ... 55

4.3 Hasil Kategori Siswa yang mengikut tidaki ekstrakurikuler PMR ... 56

4.4 Hasil Pengolahan Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR ... 57


(8)

xiii Indra Setiawan, 2014

Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Foto Penelitian ... 64

2. Angket Kecerdasan Emosional ... 65

3. Uji Validitas Angket ... 70

4. Uji Reliabilitas Angket ... 74

5. Hasil Angket Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR ... 78

6. Hasil Angket Siswa Yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler PMR ... 79

7. Surat - Surat ... 82


(9)

ABSTRAK

Indra Setiawan. NIM: 1003065. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler PMR Kelas VIII Studi Deskriptif di SMPN 9 Bandung. Pembimbing I: dr. Kurnia Eka Wijayanti, M.KM Pembimbing II: Arif Wahyudi S.Pd

Penelitian ini dimulai dari pengelompokan siswa berdasarkan keikutsertaannya terhadap ekstrakurikuler PMR . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kecerdasan emosional siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR kelas VIII di SMP Negeri 9 Bandung. Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner tertutup. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional sampling dengan sampel 30 orang yang mengikuti ekstrakurikuler PMR dan 30 orang yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Penilitian ini menggunakan kuesioner / angket tertutup untuk mendapatkan data gambaran kecerdasan emosional. Jadi kesimpulannya adalah dari gambaran yang sudah di dapat terdapat perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR kelas VIII di SMPN 9 Bandung.


(10)

Indra Setiawan, 2014

ABSTRACT

Indra Setiawan. NIM: 1003065. Health Studies Program of Physical Education and Recreation. Title: Description of Students Following Emotional Intelligence and What Not Following PMR Extracurricular Activities Eighth Grade in Junior High School 9 Bandung. Supervisor I: dr. Eka Kurnia Wijaya, M.KM Advisor II: Arif Wahyudi S.Pd

This study starts from grouping students based on extracurricular participation PMR. The purpose of this study was to determine how the image of emotional intelligence of students who follow and who do not follow the PMR extracurricular activities in class VIII SMP Negeri 9 Bandung. The method used in this study is a comparative descriptive method. The instrument used in this study is enclosed questionnaire. Techniques used in sampling using proportional sampling with a sample of 30 people who follow extracurricular PMR and 30 people who did not follow the PMR extracurricular activities. This research using questionnaires / enclosed questionnaire to obtain image data of emotional intelligence. So the conclusion is of the picture already in the can there are differences in emotional intelligence of students who participated in and who does not follow the PMR extracurricular activities in class VIII SMP 9 Bandung.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Penelitian

Goleman (2002,hlm.44) mengemukakan pendapat bahwa“ kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan fakor kekuatan-kekuatan yang lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotien (EQ)”. EQ adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan untuk bekerjasama. Karena sifat-sifat diatas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah, maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalamai stress.

Menurut Harmoko(2008,hlm.42)kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah “ kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain di sekitarnya”. IQ umumnya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara, EQ lebih banyak berhubungan dengan perasaan dan emosi (otak kanan). Kalau kita ingin mendapatkan tingkah laku yang cerdas maka kemampuan emosi juga harus diasah. Karena untuk dapat berhubungan dengan orang lain secara baik kita memerlukan kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi diri dan orang lain secara baik. Di sinilah fungsi dari EQ.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik memiliki ciri-ciri yang menonjol dalam hubungan interpersonal yang dekat dan hangat, penyesuaian dan pengendalian diri yang baik dalam hal emosi, perasaan, maupun frustrasi.Menjadi


(12)

2

Indra Setiawan, 2014

bintang di pergaulan linkungan sosial dan dunia kerja. Sedangkan orang yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah maka dia akan mengalami kesulitan bergaul atau sulit berteman, kesulitan mendapat pekerjaan, kesulitan perkawinan, kecanggungan mendidik anak, memburuknya kesehatan, dan akhirnya menghambat perkembangan intelektual dan menghancurkan karir.

Suyanto (2004,hlm.7) mengemukakan bahwa “ Implikasi dari penerapan metode pembelajaran fungsional di sekolah selama ini ternyata tidak membuat siswa menjadi mandiri dan kreatif. Itu disebabkan banyak hal, salah satunya ialah, terlalu menekankan aspek kognitif atau intelektual (IQ)”.Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan pendidikan di sekolah yang selama ini lebih menekankan pada hafalan konten/isi pelajaran yang lebih condong kepada IQ atau kecerdasan intelektual. Hegemoni Ujian Akhir Nasional dan Status sekolah saat ini semakin mendorong proses belajar mengajar di sekolah lebih mengejar kuantisasi aspek kognitif saja.Oleh karena itu, amatlah penting jika kita mengembangkan faktor EQ dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Itu diambil agar para lulusan sekolah memiliki kemandirian, kepercayaan diri, dan mampu berkomunikasi secara efektif di lingkungannya.

Proses pembelajaran di sekolah seharusnya memperhatikan kebermaknaan dalam belajar, artinya apa yang bermakna bagi siswa menunjuk pada dunia minatnya (center of interest). Menurut Krisna (2009,hlm.2) mengemukakan bahwa :

Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

Tetapi pada kenyataannya, pembinaandan penyediaan sarana pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor (ketrampilan) kurang mendapatkan perhatian. Artinya perwujudan tujuan pendidikan yang membentuk manusia yang seutuhnya akan semakin jauh untuk


(13)

3

dapat tercapai. Kondisi ini sesuai dengan adanya hasil survei dan penelitian yang menunjukkan bahwa pendidikan intrakurikuler terlalu menekankan pada perkembangan mental intelektual semata-mata, dan kurang memperhatikan perkembangan afektif (sikap dan perasaan) serta psikomotor (keterampilan).Fenomena tawuran perkelahian antar kelompok, antar suku dan antar agama yang sering terjadi di negeri ini menunjukkan kurang adanya perhatian terhadap kecerdasan emosional selama ini.Konflik yang terjadi menggambarkan bahwa masing-masing kelompok sama-sama kurang cerdas secara emosional.Bahkan hal terjadi pada semua lapisan masyarakat, tidak memandang seberapa tinggi tingkat pendidikan, status sosial, maupun status ekonomi.

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, selain membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Miller Mayeer yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang yang mengatakan bahwa ”Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri ”. Pendapat tersebut di dukung oleh Tarmidi (2012) sebagai berikut :

kegiatan ekstrakurikuler dapat mencegah siswa melakukan tindakan yang menjurus kepada hal-hal yang negatif. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dapatmemperkecil peluang siswa untuk bergabung dengan teman–teman sebaya yang melakukanaktivitas negatif.Setelah pulang sekolah atau waktu liburan, remaja menghabiskan waktu disekolah bersama dengan kelompok teman sebaya yang dibimbing oleh guru pembinaekstrakurikuler.Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diajarkan keterampilan teknis, disiplin, kerjasama, kepemimpinan dan nilai–nilai lain yang bermanfaat bagi perkembangan remaja.


(14)

4

Indra Setiawan, 2014

Palang merah Remaja (PMR) sebagai salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP, membantu siswa dalam proses pembentukan diri yang bertanggung jawab, berkepedulian sosial, berdisiplin dan bekerja sama, di samping peningkatan kesehatan, kebersihan pemahaman akan gizi,kebersamaan, persahabatan nasional/ internasional,sertapenanaman kesadaran dan apresiasi terhadap nilai luhur kemanusiaan universal.Menurut Harputra, Tegar (2002,hlm.21)bahwa “dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR dikembangkan pengalaman – pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-nya”.Dengan kata lain bahwa kegiatan ektrakurikuler ini dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di dalamnya terdapat aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial.

Penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 9 dikarenakan siswa di SMP berkisar antara12 – 15 tahun dan menurut Kartono (1990) bahwa :

Batasan usia remaja dibagi tiga dan yang pertama yaitu remaja awal (12-15) Tahun. Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan psikologi yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada fase umur ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.Selain itu pada fase umur ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.Remaja pada umunya mengalami pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup.

Dari hasil pengamatan peneliti saat melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) di SMPN 9 Bandung terlihat keaktifan para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler lebih baik dan lebih mudah menerima arahan dalam pembelajaran dibandingkan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler.Dalam kaitan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler untuk tingkat kecerdasan emosional pada diri siswa, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai perbedaan kecerdasan


(15)

5

emosional siswa yang mengikuti kegiatan dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler palang merah remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kota Bandung.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalampenelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana gambaran kecerdasan emosi siswa kelas VIII yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja dengan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja?

C.Rumusan Masalah Penelitian

Adapun permasalahan yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah : Bagaimana gambarankecerdasan emosional siswa kelas VIII yang mengikuti kegiatan ektrakurikulerPMRdenganyang tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler PMRdi SMPN 9Bandung?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosional siswa kelas VIII yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler PMR dengan yang tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler PMR di SMPN 9 Bandung.


(16)

6

Indra Setiawan, 2014

E. Manfaat Penelitiaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritisdan praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah,

a. Mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang berkaitan dengan bidang kependidikan, terutama masalah proses belajar mengajar di sekolah dan sumber daya manusia.

b. Menambah khasanah bahan pustaka baik di tingkat program, fakultas maupun universitas.

c. Sebagai dasar untuk mangadakan penelitian lebih lanjut yang bisa di ukur secara kualitatif

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah,

a Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber tertulis untuk para pembaca yang ingin mendalami tentang kecerdasan emosi

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakulikuler c. Hasil penelitian ini dapat di implementasikan dalam bidang konseling oleh bagian


(17)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek / Populasi dan Sampel Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Dalam melaksanakan proses penelitian ini penulis melakukannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung yang berlokasi di Jalan Semar No. 9 Bandung.

b. Waktu Penelitian

Karena penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian, waktu penelitian pun tergolong singkat yaitu pada tanggal 1 – 6 September 2014

2. Objek Penelitian

Sasaran dari penelitian yang berisikan tentang kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ini ditujukan kepada siswa SMP kelas VIII karena siswa pada angkatan tersebut dianggap paling mewakili dan sudah mengikuti kegiatan yang ada di sekolah selama 1 tahun.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan hal yang pentimg dari suatu penelitian. Sugiyono (2013:hlm.117) menjelaskan bahwa “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung. Jumlah populasi siswa yang mengikuti


(18)

35

Indra Setiawan, 2014

kegiatan ekstrakurikuler PMR sebanyak 47 orang. Agar lebih jelas dapat di lihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Populasi siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung

No Siswa Kelas VIII

1 Mengikuti PMR 47

2 Tidak Mengikuti PMR 443

b. Sampel

Sugiyono (2013:hlm.118) menjelaskan bahwa “ Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatsan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Mengingat banyaknya responden dalam penilitian ini pemilihan sampel yang di lakukan dangan cara proporsional sampling, Teknik pengambilan sampel dengan sampel proposional Random. Sampel penelitian ini 30 orang siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ( kelompok A) . Sedangkan untuk yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ( kelompok B ) ditentukan jumlah sampel yang sama dengan kelompok A yaitu sebanyak 30 orang siswa.

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR di. Rancangan penelitian menggunakan cross sectional (belah lintang)


(19)

36

karena data penelitian (variabel independen dan variable dependen) dilakukan pengukuran pada waktu yang sama / sesaat.

Gambar 3.1. Desain Penelitian

Sugiyono (2013,hlm.111)

Keterangan:

X : kecerdasan emosional

O1: siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja O2: siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja

Untuk mempermudah proses penelitian yang dilakukan peneliti, adapun alur penelitian secara lebih jelas digambarkan oleh gambar 3.2 ini :

X O1 O2


(20)

37

Indra Setiawan, 2014

Dari Tabel 3.2 tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel bebas, yaitu kelompok A siswa (30 orang) yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan kelompok B (30 orang) siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR sama-sama melakukan pengukuran variabel terikat, yaitu kecerdasan emosional.

Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler

PMR

Tidak Mengikuti

Kegiatan Ekstrakurikuler

PMR Siswa SMPN 9

Bandung

Angket Kecerdasan

Emosi Angket

Kecerdasan Emosi

Analisis Data

Gambar 3.2 Alur Penelitian


(21)

38

C. Metode Penelitian

Metode yang tepat diperlukan untuk menunjang tercapainya tujuan dalam

melakukan suatu penelitian. Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk membantu dalam mengungkapkan suatu permasalahan. Sugiyono (2013,hlm.3) “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan data apalagi dalam hal pendidikan yang sangat penting bagi kelangsungan suatu bangsa. Dalam hal ini Sugiyono (2013,hlm.6) memaparkan lebih rinci tentang metode penelitian bahwa:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi maslah dalam bidang pendidikan.

Efektif tidaknya suatu metode dilihat dari penggunaan waktu, fasilitasnya, biaya dan tenaga kerja yang digunakan sehemat mungkin tetapi mencapai hasil yang maksimal.Suatu metode dikatakan efektif apabila pengunaannya sesuai dengan apa yang ditelitinya. Begitu pula sebaliknya suatu metode dapat juga menjadi tidak efektif bila tidak tepat dalam penggunaannya. Hasil penelitian yang telah dilakukan pun pasti akan rancu bila tidak tepat dalam pemilihan metodenya.

Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode deskriptif komparatif adalah metode dengan menjelaskan dan melakukan perbandingan data hasil penelitian dari dua perlakuan yang berbeda. Ada dua variabel dalam proses penelitian ini yaitu variabel bebas (variabel X) adalah kecerdasan emosional siswa. Sedangkan variabel terikat yaitu (variabel Y) adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja. Kegiatan ekstrakurikuler telah terjadi sebelumnya, sehingga penulis tidak memberikan perlakuan kepada variabel terikat. Penulis hanya mengukur efek atau akibat dari variabel bebas pada variabel terikat, yaitu kecerdasan emosional.


(22)

39

Indra Setiawan, 2014

Untuk mengetahui akibat dari variabel bebas terhadap variabel terikat, penulis membandingkan antara yang mengikuti kegiatan ekstrakurukuler palang merah remaja dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka di bawah ini adalah penjelasan dari istilah – istilah tersebut : 1. Goleman, Daniel (2002,hlm.78) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

2. Goleman, Daniel (2001,hlm.512) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI) merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian EI mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi saling melengkapi dengan IQ. Berdasarkan pendapat ini, maka seseorang diang-gap ideal jika dapat menguasai keterampilan kognitif (daya pikir), sekaligus keterampilan sosial dan emosional.

3. Menurut Noor, Rohinah (2012,hlm 75) ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

4. Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Palang Merah Remaja ( PMR ) adalah suatu bagian dari palang merah Indonesia. ( Markas Besar PMI,


(23)

40

1991,hlm 34). Dasar – dasar kepalang – Merah Remajaan PMR dibentuk oleh PMI pada kongkres PMI tanggal 25 – 27 Januari 1950 di Jakarta awalnya bernama Palang Merah Pemuda (PMP) yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1950 dipimpin oleh Nona. Siti Dasimah terbentuknya Palang Merah Remaja dilatarbelakangi oleh Perang Dunia I.

E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Sugiyono (2013,hlm 3) mengatakan bahwa “ Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamat. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen merupakan hal terpenting dalam proses mendapatkan data.” Keberhasilan penelitian ditentukan oleh baik tidaknya serta tepat tidaknya instrument yang digunakan.

Instrumen yang di gunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket tertutup, responden hanya memilih satu jawaban yang tersedia.

Dalam variabel kecerdasan emosional, penulis memakai teori Goleman, Angket kecerdasan emosional terdiri dari pernyataan positif dan negatif yang dijabarkan dari aspek-aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan Goleman (2002,hlm 57 – 59) Adapun kisi-kisi angket tersebut sebagai berikut :


(24)

41

Indra Setiawan, 2014

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Angket Kecerdasan Emosional

No. Aspek Kecerdasan Emosional Pernyataan Jumlah Positif Negatif

1. Kemampuan untuk mengenali emosi diri

23, 41, 47, 38, 46,

6 , 17, 37, 28, 33

10 2. Kemampuan untuk mengelola

emosi diri

2, 19, 25, 39, 44,

3, 7, 11, 22, 36,

10 3. Kemampuan untuk memotivasi

diri sendiri

10, 12, 14, 24,

4, 5, 30, 32, 35,

9 4. Kemampuan untuk mengenali

emosi orang lain

9, 15, 20, 21, 43,

1, 8, 13, 31, 34,

10 5. Kemampuan untuk membina

hubungan

16, 42, 29, 48, 45,

18, 27, 26, 40,

9

JUMLAH 24 24 48

2. Pengembangan Kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi atau instrumen penelitian merupakan acuan dalampenyusunan alat pengumpulan data. Untuk memudahkan pembuatan item pertanyaan angket, kisi-kisi penelitian disusun secara sistematis relevan dengan permasalahan, tujuan penelitian serta pertanyaan penelitian, yang kemudian dijabarkan berdasarkan aspek yang diteliti serta indicator - indikatornya. Dalam mengukur tingkat kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR, penulis menggunakan teori kecerdasan emosional dari Daniel Goleman. Kisi-kisi instrumen partisipasi disajikan dalamlTabell3.3 :


(25)

42

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Angket Penelitian Kecerdasan Emosional Teori Goleman

Variabel Aspek Indikator

Kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk : mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. yang dikemukakan Goleman (2002 :hlm 57 – 59)

1. Mengenali emosi

sendiri

1.1 Mengenal dan merasakan emosi sendiri

1.2 Memahami sebab perasaan yang timbul

1.3 Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

2. Mengelola emosi

2.1 Bersikap toleran terhadap frustasi

2.2 Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat

2.3. Mampu mengendalikan prilaku agresif yang merusak diri

sendiri dan orang lain

2.4. Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri dan lingkungan

2.5. Memiliki kemanpuan untuk mengatasi stress

2.6. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan

3. Memotivasi diri sendiri

3.1. Mampu mengendalikan diri 3.2. Bersikap optimis

3.3. Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan


(26)

43

Indra Setiawan, 2014

Aspek Indikator

4. Mengenali emosi orang lain

4.1. Mampu menerima sudut pendang orang lain

4.2. Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap orang lain 4.3. Mampu mendengarkan orang lain

4.4. Mampu mendengarkan orang lain 5. Membina

hubungan

5.1. Memahahi pentingnya membina hubungan dengan orang lain

5.2. Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain

5.3. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

5.4. Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergau dengan sebaya

5.5. Memiliki sikap tenggang rasa 5.6. Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain

5.7. Dapat hidup selaras dengan kelompok 5.8. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama


(27)

43

Instrumen yang telah dirumuskan kedalam bentuk kisi-kisi tersebut kemudian dijadikan bahan penyusun butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.

3. Pedoman skoring

Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakni skala Likert. Mengenai skala Likert, Sugiyono (2013,hlm134)

mengemukakan bahwa “ Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Dengan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 3.4

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut maka pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpedoman penjelasan Surakhman (2004,hlm 139) sebagai berikut : a) Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan sesingkat-singkatnya b) Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negative c) Sifat pernyataan harus netral dan obyektif


(28)

44

Indra Setiawan, 2014

d) Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperolehsumber lain

e) Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkankebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebenarnya telah melalui beberapa tahap untuk dapat dikatakan layak rebagai alat ukur untuk penelitian. Alat pengumpul data/Instrumen ini telah melalui beberapa tahap sebelum bisa digunakan sebagai alat ukur. Tahap-tahap yang dilalui dalam pembuatan instrument ini adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan

Dalam penyusunan alat pengumpul data ini, terlebih dahulu disusun kisi-kisi secara sistematis dan relevan dengan kebutuhan pemecahan masalah. Kegiatan yang ditempuh dalam penyusunan alat pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :

a) Merumuskan problematika penelitian, dengan variabel yang dianggap penting dengan indikator-indikatornya yang akan dijadikan pertanyaanpertanyaan.

b) Menyusun pertanyaan atau pernyataan beserta alternatif jawabannya yangdisesuaikan dengan problematika penelitian dan disertai dengan petunjukpengisian sehingga akan jelas tujuan dan maksud untuk dipahamiresponden.

2. Uji Validitas

Untuk menggunakan instrumen dalam penelitian sangat diperlukan instrumen yang mempunyai validitas dan reliabilitas tinggi agar instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan (1999 ,hlm23) bahwa ” Suatu tes dikatakan sahih apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Dalam penelitian ini uji validitas


(29)

45

internal butir dengan mengkorelasikan antara skor tiap butir soal yang didapat dengan skor total responden.

Berikut langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas angket adalah :

1. Memberi skor pada masing-masing pernyataan sesuai dengan jawaban 2. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap

responden

3. Setiap skor butir pernyataan dikorelasikan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment (Arikunto, 2002,hlm.146) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

Keterangan : rxy = koefisien korelasi

∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total (seluruh item)

n = jumlah responden

Untuk mengetahui atau menghitung taraf signifikansi soal tersebut maka dilakukan uji-t , hal itu sesuai dengan pendapat Sudjana (1992 : 69) yaitu dengan rumus :

√ √

Keterangan : t = nilai t hitung yang dicari r = koefisien seluruh tes

n = jumlah soal/pernyataan dikurangi

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikansi, yaitu t - hitung lebih besar atau sama dengan t


(30)

46

Indra Setiawan, 2014

- tabel maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, tetapi sebaliknya, jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan. Diketahui t-tabel 1.672.

Tabel 3.5

Hasil Validitas Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional

No Thitung Keterangan No Thitung Keterangan

1 1.738 Valid 25 2.547 Valid

2 0.891 Tidak Valid 26 1.851 Valid

3 2.071 Valid 27 5.829 Valid

4 1.444 Tidak Valid 28 1.701 Valid

5 -0.249 Tidak Valid 29 1.811 Valid

6 2.283 Valid 30 6.842 Valid

7 1.888 Valid 31 5.064 Valid

8 2.799 Valid 32 9.968 Valid

9 4.633 Valid 33 2.547 Valid

10 1.862 Valid 34 1.851 Valid

11 7.660 Valid 35 7.478 Valid

12 2.374 Valid 36 2.532 Valid

13 1.843 Valid 37 1.720 Valid

14 7.206 Valid 38 7.172 Valid

15 6.473 Valid 39 6.313 Valid

16 14.525 Valid 40 13.945 Valid

17 4.633 Valid 41 4.570 Valid

18 1.862 Valid 42 2.021 Valid

19 7.660 Valid 43 7.478 Valid

20 2.374 Valid 44 2.532 Valid

21 1.843 Valid 45 1.720 Valid

22 7.206 Valid 46 7.434 Valid

23 6.473 Valid 47 5.813 Valid


(31)

47

Sesuai dengan hasil penghitungan pada Tabel 3.5 diatas, dengan ketentuan t-tabel 1.672. diketahui bahwa dari 48 item yang diuji cobakan terbukti ada 45 item yang dinyatakan valid dan 3 item yang tidak valid selanjutnya semua item yang valid akan dijadikan sebagai instrumen pengumpul data.

3. Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas tiap butir tes digunakan rumus teknik belah dua dengan rumus kolerasi Product Moment sebagai berikut:

a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya.

b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Unutk membelahalat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara membagi antarapernyataan nomor ganjil dan nomor genap

c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan langkah inimenghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skortotal belahan (X) dan skor belahan (Y).

d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahankedua dengan menggunakan teknik kolerasi Product Moment,

Keterangan : r xy = Koefisien korelasi yang dicari

xy = Jumlah perkalian skor x dan y x = Jumlah skor x

y = Jumlah skor y

n = Jumlah banyaknya pasangan X dan Y

e. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus

Spearman Brown dengan rumus:

Keterangan : rii ,= realibilitas yang dicari


(32)

48

Indra Setiawan, 2014

Setelah nilai reliabilitas diketahui kemudian diinterpretasikan sesuai yang terlihat di Tabel 3.8. Untuk harga rii = 0.934 bila di konsultasikan terhadap

harga indeks kosfisien reliabilitas, akan didapatkan bahwa intrumen ini memiliki interprestasi sangat tinggi. Oleh karena itu instrument ini dapat digunakan dalam penelitian. Adapun hasil penghitungan reliabilitas angket dapat dilihat pada Tabel 3.6 :

Tabel 3.6 Interpretasi nilai r

Angka Korelasi Intepretasi

Antara 0.800 - sampai dengan 1.00 Sangat Tinggi Antara 0.600 - sampai dengan 0.800 Tinggi Antara 0.400 - sampai dengan 0.600 Cukup Antara 0.200 - sampai dengan 0.400 Rendah Antara 0.000 - sampai dengan 0.200 Sangat Rendah

Sumber Arikunto ( 2002:hlm245 )

G. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data, peneliti menggunakan angket sebagai instrumennya maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti adalah kuisioner yaitu mengajukan daftar pertanyaan guna memperoleh jawaban yang berkaitan dengan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR.

2. Menafsirkan Kedalam Bentuk Presentase

Supaya data bisa dideskripsikan, data yang telah di olah harus di tafsirkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini penulis mengolah data dengan prosedur dan analisis data dengan skala persentase dengan cara sebagai berikut:


(33)

49

a. Pengelompokan data

Dalam pengelompokkan data ini penulis melakukan langkah pengelompokan tiap-tiap butir pertanyaan

b. Menjumlahkan skor-skor seluruh pertanyaan tiap sub komponen Seperti halnya skor aktual dengan menghitung jumlah skor dari tiap kelompok pertanyaan dan skor ideal dihitung dengan cara skor tertinggi dikali jumlah butir instrumen dikali dengan jumlah responden.Sedangkan dalam menghitung persentase digunakan rumus:

c. Membuat Kriteria

Kriteria sangat penting dalam penelitian ini, karena untuk dapat mengetahui tingkat partisipasi diharuskan untuk melihat pada acuan yang benar. untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan. Oleh karena itu kriteria konversi yang diadaptasi dari Robert Ebel L. (1972,hlm266) yang dikutip dari skripsi Lis Permana Sari (2006,hlm16) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 - 100% Tinggi

56 - 75 % Sedang

40 – 55% Rendah

d. Buat Kesimpulan

Setelah pengolahan data dibuatlah kesimpulan sebagai gambaran dari hasil penelitian yang telah dirubah menjadi presentase.


(34)

59

Indra Setiawan, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada pembahasan bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

Gambaran kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR adalah 73,33 % memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 26,67 % memiliki kecerdasan emosional sedang dan 0 % memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Sedangkan gambaran kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR adalah 0 % memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 96,67 % memiliki kecerdasan emosional sedang dan 3,33 % memiliki kecerdasan emosional yang rendah.

B. Saran

Dari gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal:

1. Dilakukan penelitian eksperimen secara kuantitatif untuk membuktikan bahwa dengan akstrakurikuler dapat meningkatkan kecerdesan emosional.

2. Kegiatan ekstrakurikuler sebaiknya dibina lebih baik lagi oleh tiap sekolah, dengan harapan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa sehingga bisa mencegah kegiatan negative siswa di waktu luang


(35)

60

3. Sekolah harus lebih memperhatikan dan mementingkan akan kegiatan siswa baik kegiatan intrakurikuler maupun esktrakurikuler, karena kegiatan tersebut menunjang terhadap kemanpuan dan perkembangan siswa.

4. Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 9 Bandung memerlukan pembinaan dan pengelolaan yang baik dari semua pihak. Pengelolaan itu dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah, guru dan pembina ekstrakurikuler , dan OSIS serta peran orangtua siswa. Melalui pengelolaan yang memadai diharapakan kegiatan ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler PMR yang dilaksanakan di SMPN 9 Bandung dapat bermanfaat bagi siswa. Melalui bimbingan yang terarah diharapkan mereka (siswa) dapat melakukan sendiri kegiatan lain yang positif pada waktu luangnya.


(36)

61

Indra Setiawan, 2014

Daftar Pustaka

Arikunto (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Asrori (2009). Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa yang mengikuti Ekskul dan

yang tidak di SMP Negeri 9 Surakarta. Surakarta : Fakultas Psikologi UNS

Casmini (2007). Kecerdasan Emosional Dosen MIPA di UNY. Jogjakarta : Fakuktas Psikologi UNY

Depdiknas. (2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah : Universitas Pendidikan Indonesia

Goleman, Daniel (2002). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Harmoko (2008). Hubungan Antara Pola Attachment dengan Kecerdasan Emosi

pada Remaja. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.

Harputra, Tegar (2010). Perbandingan Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti

dan Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler di SMAN 1 Sragen. Surakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Irwanto (2002). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kartono (1990). Psikologi Remaja dan Sifat – Sifat Remaja. Bandung: PT Raja Grapindo Persada.

Krisna (2009). Belajar dan Pembelajaran Mudah. Bandung: Alfabeta

Marsudi, Saring. (2003). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nurhasan (2007). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta


(37)

62

Rohinah, MN. (2012). The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan Madani

Rusli Lutan (1986). Pengelolaan Interaksi belajar mengajar intrakurikuler, ko

kurikuler dan ekstrakurikuler. Jakarta Universitas Terbuka

Sinta, Ari (2009). Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS. Bandung : Fakultas Psikologi Unjani

Sudjana (1989). Metoda Statistik. Edisi kelima. Bandung: Tarsito

Sugiyono (2008). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif.

Dan R&D). Cetakan kelima. Bandung: Alfabeta

Suyanto (2007). Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Cetakan Ketiga. Bandung: PT Raja Grapindo Persada.

J. Davidson, Richard dkk. (2009). Handbook of Affective Science. USA : Oxford University. [Online]. Tersedia http: //psikology09b.blogspot.com/2011/09/ memahami-teori-teori-emosi.html

Resi, Nopsrianti Rostiawan. (2013). Organisasi dan Komponen Dalam PMR. [Online]. Tersedia : http://kegiatan-palang-merah remaja.blogspot.com/ [15 Februari 2014]

Rista, Nurul Aida. (2012). Sekilas Sejarah PMR. [Online]. Tersedia : http://rista-nurul-aida-palangmerahindonesia.blogspot.com/[3 Januari 2014]


(1)

Indra Setiawan, 2014

Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Kelas VIII

Setelah nilai reliabilitas diketahui kemudian diinterpretasikan sesuai yang terlihat di Tabel 3.8. Untuk harga rii = 0.934 bila di konsultasikan terhadap harga indeks kosfisien reliabilitas, akan didapatkan bahwa intrumen ini memiliki interprestasi sangat tinggi. Oleh karena itu instrument ini dapat digunakan dalam penelitian. Adapun hasil penghitungan reliabilitas angket dapat dilihat pada Tabel 3.6 :

Tabel 3.6 Interpretasi nilai r

Angka Korelasi Intepretasi

Antara 0.800 - sampai dengan 1.00 Sangat Tinggi Antara 0.600 - sampai dengan 0.800 Tinggi Antara 0.400 - sampai dengan 0.600 Cukup Antara 0.200 - sampai dengan 0.400 Rendah Antara 0.000 - sampai dengan 0.200 Sangat Rendah

Sumber Arikunto ( 2002:hlm245 )

G. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data, peneliti menggunakan angket sebagai instrumennya maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti adalah kuisioner yaitu mengajukan daftar pertanyaan guna memperoleh jawaban yang berkaitan dengan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR.

2. Menafsirkan Kedalam Bentuk Presentase

Supaya data bisa dideskripsikan, data yang telah di olah harus di tafsirkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini penulis mengolah data dengan prosedur dan analisis data dengan skala persentase dengan cara sebagai berikut:


(2)

a. Pengelompokan data

Dalam pengelompokkan data ini penulis melakukan langkah pengelompokan tiap-tiap butir pertanyaan

b. Menjumlahkan skor-skor seluruh pertanyaan tiap sub komponen Seperti halnya skor aktual dengan menghitung jumlah skor dari tiap kelompok pertanyaan dan skor ideal dihitung dengan cara skor tertinggi dikali jumlah butir instrumen dikali dengan jumlah responden.Sedangkan dalam menghitung persentase digunakan rumus:

c. Membuat Kriteria

Kriteria sangat penting dalam penelitian ini, karena untuk dapat mengetahui tingkat partisipasi diharuskan untuk melihat pada acuan yang benar. untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan. Oleh karena itu kriteria konversi yang diadaptasi dari Robert Ebel L. (1972,hlm266) yang dikutip dari skripsi Lis Permana Sari (2006,hlm16) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 - 100% Tinggi

56 - 75 % Sedang

40 – 55% Rendah

d. Buat Kesimpulan

Setelah pengolahan data dibuatlah kesimpulan sebagai gambaran dari hasil penelitian yang telah dirubah menjadi presentase.


(3)

59

Indra Setiawan, 2014

Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Kelas VIII

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada pembahasan bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

Gambaran kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR adalah 73,33 % memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 26,67 % memiliki kecerdasan emosional sedang dan 0 % memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Sedangkan gambaran kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR adalah 0 % memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 96,67 % memiliki kecerdasan emosional sedang dan 3,33 % memiliki kecerdasan emosional yang rendah.

B. Saran

Dari gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal:

1. Dilakukan penelitian eksperimen secara kuantitatif untuk membuktikan bahwa dengan akstrakurikuler dapat meningkatkan kecerdesan emosional.

2. Kegiatan ekstrakurikuler sebaiknya dibina lebih baik lagi oleh tiap sekolah, dengan harapan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa sehingga bisa mencegah kegiatan negative siswa di waktu luang


(4)

3. Sekolah harus lebih memperhatikan dan mementingkan akan kegiatan siswa baik kegiatan intrakurikuler maupun esktrakurikuler, karena kegiatan tersebut menunjang terhadap kemanpuan dan perkembangan siswa.

4. Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 9 Bandung memerlukan pembinaan dan pengelolaan yang baik dari semua pihak. Pengelolaan itu dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah, guru dan pembina ekstrakurikuler , dan OSIS serta peran orangtua siswa. Melalui pengelolaan yang memadai diharapakan kegiatan ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler PMR yang dilaksanakan di SMPN 9 Bandung dapat bermanfaat bagi siswa. Melalui bimbingan yang terarah diharapkan mereka (siswa) dapat melakukan sendiri kegiatan lain yang positif pada waktu luangnya.


(5)

Indra Setiawan, 2014

Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Kelas VIII

Daftar Pustaka

Arikunto (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Asrori (2009). Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa yang mengikuti Ekskul dan

yang tidak di SMP Negeri 9 Surakarta. Surakarta : Fakultas Psikologi UNS

Casmini (2007). Kecerdasan Emosional Dosen MIPA di UNY. Jogjakarta : Fakuktas Psikologi UNY

Depdiknas. (2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah : Universitas Pendidikan Indonesia

Goleman, Daniel (2002). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Harmoko (2008). Hubungan Antara Pola Attachment dengan Kecerdasan Emosi

pada Remaja. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.

Harputra, Tegar (2010). Perbandingan Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti

dan Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler di SMAN 1 Sragen. Surakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Irwanto (2002). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kartono (1990). Psikologi Remaja dan Sifat – Sifat Remaja. Bandung: PT Raja Grapindo Persada.

Krisna (2009). Belajar dan Pembelajaran Mudah. Bandung: Alfabeta

Marsudi, Saring. (2003). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nurhasan (2007). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta


(6)

Rohinah, MN. (2012). The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan Madani

Rusli Lutan (1986). Pengelolaan Interaksi belajar mengajar intrakurikuler, ko

kurikuler dan ekstrakurikuler. Jakarta Universitas Terbuka

Sinta, Ari (2009). Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS. Bandung : Fakultas Psikologi Unjani

Sudjana (1989). Metoda Statistik. Edisi kelima. Bandung: Tarsito

Sugiyono (2008). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif.

Dan R&D). Cetakan kelima. Bandung: Alfabeta

Suyanto (2007). Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Cetakan Ketiga. Bandung: PT Raja Grapindo Persada.

J. Davidson, Richard dkk. (2009). Handbook of Affective Science. USA : Oxford University. [Online]. Tersedia http: //psikology09b.blogspot.com/2011/09/ memahami-teori-teori-emosi.html

Resi, Nopsrianti Rostiawan. (2013). Organisasi dan Komponen Dalam PMR. [Online]. Tersedia : http://kegiatan-palang-merah remaja.blogspot.com/ [15 Februari 2014]

Rista, Nurul Aida. (2012). Sekilas Sejarah PMR. [Online]. Tersedia : http://rista-nurul-aida-palangmerahindonesia.blogspot.com/[3 Januari 2014]


Dokumen yang terkait

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

5 114 59

PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN Perbedaan Status Gizi, Aktivitas Fisik Dan Prestasi Belajar Siswa Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Di SMA Muhammadiya

0 2 18

PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI Perbedaan Status Gizi, Aktivitas Fisik Dan Prestasi Belajar Siswa Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Di SMA Muhammadiyah 1 Gubug

0 2 16

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN SISWA YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 13

Pengaruh Keaktifan Mengikuti Ekstrakurikuler Palang Mereah Remaja Terhadap Sikap Sosial Siswa SMP NEGERI 5 SURAKARTA.

0 0 17

Pengaruh Keaktifan Mengikuti Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Terhadap Sikap Sosial Siswa SMP Negeri 5 Surakarta. COVER DAFTAR ISI

0 1 17

STUDI KOMPARATIF PRESTASI BELAJAR SENI MUSIK ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PADUAN SUARA DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA.

2 9 92

TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMK PGRI SENTOLO.

0 0 115

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA KELAS VIII : Studi Deskriptif Di SMP Negeri 9 Bandung - repository UPI S JKR 1003065 Title

0 0 3

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11