PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI Perbedaan Status Gizi, Aktivitas Fisik Dan Prestasi Belajar Siswa Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Di SMA Muhammadiyah 1 Gubug
PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GUBUG
GROBOGAN
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
ISRO NAWANGSIH YUSTANTI
J 310 090 018
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
(2)
(3)
1
PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GUBUG
GROBOGAN
Isro Nawangsih Yustanti
Program S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Children who do not attend the extracurricular activities have nutritional status and physical activity reduced than children who do attend extracurricular who can down learning achievement. These conditions can be seen from average value who do nor attend extracurricular of 43.5% is lower than in children who attend extracurricular activities.
To know the differences in nutritional status, physical activity and learning achievement of students between attend and do not attend the extracurricular activities in SMA Muhammadiyah 1 Gubug Grobogan.
This study is an observational study using cross-sectional approach . Data nutritional status collected using anthropometry, physical activity using recall 7x24 hours in a row and the achievement of learning outcomes using cognitive value (MID Semester). To analyze the difference by using the Independent T Test.
The research result show the description of the characteristics of the respondents on a high school student that is characteristic of the gender of the majority of respondent (62.73%) is female, age 16 years and most of the respondents (49,09 %), the nutritional status of respondent who attend most of the extracurriciler (54, 55%) are a categories of normal while the nutritional status of the respondents who do not attend mostly extracurricular (47.27 %) is a skinny, physical activity categories of respondents that attend (52.73 %) mostly extracurricular is the category being while physical activity responden extracurricular who do not attend the majority (60 %) is a category of mild, the achievement of study respondent who attend the extracurricular most (67.28 % ) is a category of attend while the learned respondent achievement that do not attend the majority of extracurricular category is enough (72.73 %).
There is no difference in nutritional status between student who are following and not following extracurricular activities (p = 0.222). There is the significant difference between the physical activity of student who follow and do not attend the activities of the extracurricular (p = 0.000). There is a significant difference between learning achievement of students who attend and do not attend the activities of the extracurricular (p = 0.000).
Keywords : physical activity, extracurricular activities, academic achievement, nutritional status
(4)
2
PENDAHULUAN
Sekolah adalah suatu lembaga
pendidikan yang mempunyai
gerbang utama untuk menuju
kesuksesan. Dengan adanya
pendidikan yang berkualitas sangat
berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didiknya (Hurlock,
2004). Salah satu wadah pembinaan
siswa di sekolah adalah kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang
terkoordinasi, terarah dan terpadu
yang dilakukan bersama di sekolah
sebagai kegiatan tambahan tetapi
bukan merupakan kegiatan utama di
sekolah. Kegiatan ektrakurikuler
mempunyai tugas yang jelas dan
berguna untuk perkembangan anak.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler
yang beragam siswa dapat
mengembangkan bakat, minat dan
kemampuannya, akan tetapi
kegiatan ekstrakurikuler akan
menjadi masalah jika waktu belajar
yang kurang bisa mengakibatkan
penurunan prestasi belajar pada
siswa. Dalam Mooduto (2006)
menunjukkan bahwa ada pengaruh
kegiatan ektrakurikuler terhadap
prestasi belajar siswa, dimana
ekstrakurikuler dapat memberikan
motivasi terdapat prestasi belajar
siswa baik dalam sekolah maupun di
luar sekolah.
Manfaat kegiatan
ekstrakurikuler diantaranya dapat
mengurangi masalah perilaku,
meningkatkan kemampuan
psikososial dan peningkatan prestasi
belajar siswa. Prestasi belajar siswa
sendiri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah
status gizi (Slameto, 2010). Pada
umumnya kondisi status gizi yang
baik memungkinkan seseorang
melakukan aktivitas yang tinggi pula
sehingga dapat menunjang
peningkatan prestasi akademik, di
mana prestasi akademik erat
hubungannya dengan tingkat
kecerdasan dan aktivitas fisik
dengan kesehatan tubuh secara
menyeluruh (Anindya, 2009). Siswa
yang melakukan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah diperlukan
asupan gizi yang sesuai bagi
perkembangan anak dengan
kualitas dan kuantitas yang baik
serta benar (Judarwanto, 2010). Jika
kesehatan terganggu maka akan
berakibat pada konsentrasi siswa
dan hasil prestasinya (Huryati,
2004). Faktor lain yang dapat
mempengaruhi prestasi siswa yaitu
aktivitas fisik (Slameto, 2010).
Aktivitas fisik (termasuk olah raga)
(5)
3
dan masukan zat gizi mempunyai
dampak yang sinergis terhadap
kesehatan jasmani (Huryati, 2004).
Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan Sugiyanto (2009)
diketahui siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler memiliki status gizi
yang baik bila dibandingkan dengan
siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler. Status lemak tubuh
dan kesegaran jasmani yang tidak
mengikuti ekstra lebih tinggi
daripada yang mengikuti ekstra. Ini
disebabkan kurangnya aktivitas
olahraga para siswa yang tidak
mengikuti ekstra sehingga terdapat
perbedaan antara tingkat status gizi,
status lemak tubuh, dan status
tingkat kebugaran jasmani siswa
SMP N 1 Banyuates Sampang yang
mengikuti dan tidak mengikuti
ekstrakurikuler
Berdasarkan survey pendahuluan di
SMA Muhammadiyah 1 Gubug
diketahui jumlah siswa yang secara
keseluruhan sebanyak 122 siswa.
Secara umum status gizi siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler lebih baik
dari pada siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler, karena pada siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler
hanya terdapat 6,32% dengan status
gizi kurang dari 15 siswa, sedangkan
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
ditemukan 20,03% dengan status
gizi kurang dari 15 siswa. Tingkat
prestasi belajar siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler secara
umum juga diperoleh tingkat yang
lebih baik daripada siswa yang tidak
mengikuti ekstrakurikuler. Siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler
mempunyai nilai rata-rata 70,04
sebanyak 45,08% dan siswa yang
tidak mengikuti ekstrakurikuler
mempunyai nilai rata-rata 65,08
sebanyak 43,5%. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti
apakah ada perbedaan antara status
gizi, aktivitas fisik dan prestasi
belajar siswa yang mengikuti dan
yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui perbedaan antara
status gizi, aktivitas fisik dan prestasi
belajar siswa yang mengikuti dan
tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug Purwodadi
Grobogan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat
observasional analitik dengan
pendekatan
cross sectional.
Penelitian dilakukan di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug dari bulan
(6)
4
Oktober hingga Januari. Populasi
dari penelitian ini adalah siswa siswi
kelas XI IPA dan XI IPS SMA
Muhammadiyah 1 Gubug sebesar
110 siswa. Subjek penelitian ini
adalah siswa SMA Muhammadiyah
1 Gubug Kelas XI IPA dan XI IPS
dengan memenuhi kriteria inklusi
anak yang mengikuti kegiatan dan
yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, siswa tidak dalam
keadaan cacat fisik jasmani dan
rohani dan kriteria eksklusi anak
tidak datang pada saat pengambilan
data, anak pindah sekolah, dan anak
dalam keadaan sakit. Teknik yang
digunakan dalam pemilihan sampel
adalah
Proposional Random
Sampling. Hasil uji kenormalan data
dengan menggunakan uji
Kolmogorof Smirnov, menunjukkan
semua data berdistribusi normal
maka digunakan uji-t Independent t
test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek
Subjek
yang
terlibat
pada
penelitian ini adalah siswa siswi
SMA Muhammadiyah 1 Gubug yang
berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
1. Jenis Kelamin Subjek
Berdasarkan Tabel 9 distribusi
jenis kelamin diketahui bahwa siswa
yang berjenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu sebanyak
(62,73%) dibandingkan perempuan
yaitu sebanyak (37,27%).
2. Umur
Subjek
Umur siswa termuda adalah
15 tahun yaitu sebanyak 17 siswa
(15,45%) dan siswa tertua adalah 18
tahun yaitu sebanyak 8 siswa
(7,27%), dan jumlah paling banyak
yaitu siswa dengan usia 16 tahun
sebanyak 54 subjek (49,09%).
B. HASIL PENELITIAN
1. Status Gizi Subjek
Status Gizi menurut (Almatsier,
2009) adalah suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan
yang dikonsumsi yang dapat diukur
dengan beberapa metode.
Tabel 1.
Distribusi Status Gizi pada Anak yang Mengikuti dan
Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Status Gizi
Kegiatan Ekstrakurikuler
Ikut Tidak
ikut
Jumlah (n)
Persentase (%)
Jumlah (n)
Persentase (%)
Kurus 23
41,82 26
47,27
Normal 30
54,55
25
45,46
Gemuk 2
3,63
4
7,27
(7)
5
Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa pada subjek
yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler memiliki kategori
berstatus gizi normal sebanyak 30
subjek (54,55%), sedangkan subjek
yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler memiliki kategori
berstatus gizi kurus berjumlah 26
subjek (47,27%).
Status gizi normal terjadi
apabila tubuh memperoleh cukup
zat gizi yang digunakan secara baik.
Status gizi kurus terjadi apabila anak
yang tidak memperoleh asupan
makanan yang cukup dapat
berdampak negatif pada tingkat
kesehatan (Anindya, 2009) sehingga
daya tahan tubuhnya akan menjadi
lemah dan akan mudah terserang
penyakit sehingga menderita gizi
kurang (Azwar, 2004). Menurut
Supariasa (2002) masalah
kekurangan dan kelebihan gizi pada
anak merupakan salah satu faktor
risiko munculnya penyakit tertentu.
Hal ini sesuai dengan penelitian
Sugianto (2009) bahwa ada
perbedaan tingkat status gizi, status
lemak tubuh dan status tingkat
kebugaran jasmani siswa SMP N 1
Banyuates Sampang yang mengikuti
dan tidak mengikuti ekstrakurikuler.
3. Aktivitas Fisik Subjek
Aktivitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga, energi dan
pembakaran kalori (Sharkey, 2011).
Aktivitas fisik subjek yang diambil
adalah kegiatan atau aktivitas
sehari-hari yang dikeluarkan selama
7 x 24 jam, yang dihitung dengan
cara menghitung rata-rata alokasi
waktu yang dipergunkaan untuk
aktivitas fisik dengan metode
Physical Activity Level (PAL) dalam
FAO/WHO/UNU.
Penilaian aktivitas fisik
dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu aktivitas ringan (1,40 - < 1,69),
aktivitas sedang (1,70 - < 1,99) dan
aktiivtas berat (2,00 - < 2,40)
(FAO/WHO/UNU, 2001). Distribusi
subjek menurut aktivitas fisik
berdasarkan rata-rata aktivtas fisik
subjek selama 7 hari berurutan.
Tabel 2.
Distribusi Aktivitas Fisik Subjek
Aktivitas
Fisik
Kegiatan
ekstrakurikuler
Ikut
Tidak ikut
Jumlah (n)
Persentase (%)
Jumlah (n)
Persentase (%)
Ringan 7
12,73
33
60
Sedang 29
52,73
10
18,18
Berat 19
34,54
12 21,82
(8)
6
Tabel 2 menunjukkan bahwa
pada subjek yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler memiliki
rata-rata aktivitas fisik sedang
sebanyak 29 subjek (52,73%)
sedangkan pada subjek yang tidak
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
memiliki rata-rata aktivitas yang
ringan sebanyak 33 subjek (60%).
Aktivitas fisik sedang terjadi
ketika aktivitas tersebut
membutuhkan tenaga intens atau
secara terus menerus. Kegiatan
yang sering dilakukan subjek
biasanya mengerjakan pekerjaan
rumah, bermain, jalan kaki, berlari
kecil dan bersepeda,. Aktivitas
ringan terjadi apabila aktivitas
tersebut memerlukan sedikit tenaga.
Seperti halnya yang dilakukan
subjek adalah menyapu lantai,
duduk, istirahat, mencuci
menggunakan mesin, menonton
televisi, bermain game, belajar dan
nongkrong. Sedangkan aktivitas
berat biasanya berhubungan dengan
olahraga dan membutuhkan
kekuatan dan berkeringat. Kegiatan
yang dilakukan subjek seperti
berlari, sepak bola, volly, futsal dan
bela diri (Nurmalia, 2011).
4. Prestasi Belajar Subjek
Prestasi belajar adalah hasil
dari proses belajar mengajar yang
dapat diukur dengan tes tertentu.
Pengukuran prestasi belajar dalam
pendidikan formal telah ditetapkan
dalam jangka waktu tertentu seperti
mid semester (UTS) dan ujian akhir
semester (UAS). Mid semester
(UTS) merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk
menentukan prestasi belajar (Syah,
2010).
Pada penelitian ini prestasi
belajar diperoleh dari nilai rata-rata
mid semester (UTS) dari mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika, dan Olahraga.
Prestasi belajar dari 110 subjek
dalam penelitian ini yaitu nilai
terendah 59 sedangkan nilai
tertinggi 91,8 dan nilai rata-rata
76,03.
Distribusi subjek berdasarkan
prestasi belajar yang diterapkan oleh
Depdiknas (2003) terdapat dalam
tabel 3 sebagai berikut :
(9)
7
Tabel 3.
Distribusi Prestasi Belajar Subjek Penelitian
Prestasi
Belajar
Kegiatan ekstrakurikuler
Ikut
Tidak Ikut
Jumlah (n)
Persentase (%)
Jumlah (n)
Persentase (%)
Baik Sekali
4
7,27
1
1,82
Baik 37 67,28 13 23,63
Cukup 14 25,45 40 72,73
Kurang 0
0
1
1,82
Sangat Kurang
0
0
0
0
Jumlah 55
100
55
100
Tabel 3. diketahui bahwa
subjek yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai nilai
rata-rata yang baik yaitu sebesar 37
subjek (67,28%) sedangkan yang
tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai nilai
rata-rata cukup sebesar 40 subjek
(72,73%). Hal ini menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa cukup,
karena nilai rata-rata subjek lebih
dari 70 sebagaimana standar dari
Depdiknas (2008).
Kecerdasan yang tinggi
merupakan faktor yang sangat
penting bagi seorang anak dalam
usaha belajar. Semakin tinggi
kecerdasan seseorang maka
semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses dan sebaliknya maka
semakin kecil peluangnya untuk
meraih sukses (Syah, 2005). Salah
satu cara menilai kualitas seseorang
anak adalah dengan melihat prestasi
belajarnya disekolah. Prestasi
belajar yang baik dapat memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan
seorang siswa. sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nasution (2005)
yang menyatakan bahwa
keberhasilan seseorang tergantung
kepada keberhasilan seseorang itu
sendiri.
C. Perbedaan Status Gizi Antara
Siswa yang Mengikuti dan
Tidak Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Status gizi adalah kondisi
tubuh seseorang yang dapat dilihat
dari segi makanan yang dikonsumsi
yang dapat diukur dengan beberapa
metode.
Hasil analisis perbedaan
status gizi antara siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug dapat
dilihat pada Tabel 4
(10)
8
Tabel 4. Hasil Uji Beda Status Gizi
Kelompok
Ekstrakurikuler
Status Gizi
P
Min
Max
Mean ± SD
Ikut
14,20
24,80
18,26 ± 2,39
0,222*
Tidak Ikut
14,43
24,36
18,99 ± 2,40
* Independent t-tes
Tabel 4 menunjukkan rerata
status gizi pada siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler sebesar
18,26 ± 2,39 dengan nilai minimal
14,20 dan nilai maksimalnya 24,80.
Rerata status gizi pada siswa yang
tidak mengikuti ekstrakurikuler
sebesar 18,99 ± 2,40 dengan nilai
minimal 14,43 dan nilai maksimalnya
28,36. Hasil uji statistik dengan
menggunakan menggunakan
Independent T Test didapatkan nilai
p=0,222 (p>0,05) sehingga
menunjukkan tidak ada perbedaan
status gizi antara siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan eksktrakurikuler
dikarenakan ada faktor lain yang
mempengaruhinya seperti konsumsi
makanan dan penyakit infeksi.
Konsumsi makanan merupakan
salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi. Tubuh
memerlukan zat-zat gizi yang
terkandung pada makanan untuk
memenuhi energi yang dibutuhkan
oleh tubuh. Status gizi baik terjadi
bila tubuh memperoleh cukup zat
gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga pertumbuhan fisik maupun
perkembangan otak dapat berjalan
dengan optimal (Suhardjo, 2003).
Siswa yang melakukan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
diperlukan asupan gizi yang sesuai
bagi perkembangan anak dengan
kualitas dan kuantitas yang baik dan
benar (Judarwanto, 2010).
Kelebihan status gizi dari kebutuhan
normal dalam jangka waktu yang
lama dan aktivitas yang kurang akan
mempengaruhi kesehatan (Huryati,
2004). Hal ini bertentangan dengan
penelitian Sugiyanto (2009) bahwa
ada perbedaan antara tingkat status
gizi, status lemak tubuh dan status
tingkat kebugaran jasmani siswa
SMP N 1 Banyuates Sampang yang
mengikuti dan tidak mengikuti
ekstrakurikuler.
D. Perbedaan
Aktifitas
Fisik
Antara Siswa yang Mengikuti
dan Tidak Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Hasil analisis perbedaan
aktivitas fisik antara siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
(11)
9
kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Hasil Uji Beda Aktivitas Fisik
Kelompok
Ekstrakurikuler
Aktivitas Fisik
P
Min
Max
Mean ± SD
Ikut
1,41
2,40
1,95 ± 0,27
0,000*
Tidak Ikut
1,40
2,40
1,74 ± 0,33
* Independent t-test
Tabel 5 menunjukkan bahwa
rerata aktivitas fisik pada siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler sebesar
1,95 ± 0,27 dengan nilai minimal
1,41 dan nilai maksimalnya 2,40.
Rerata aktivtas fisik pada siswa
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
sebesar 1,74 ± 0,33 dengan nilai
minimal 1,40 dan nilai maksimalnya
2,40. Hasil uji statistik dengan uji
Independent T Test menunjukan
nilai p=0,000 sehingga ada
perbedaan yang bermakna aktivitas
fisik antara siswa yang mengikuti
dan tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Ada perbedaan
aktivitas fisik dengan kegiatan
ekstrakurikuler dan non
ekstrakurikuler dikarenakan
konsumsi pangan, usia, jenis
kelamin dan kebiasaan anak yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang
berbeda sehingga terjadi
ketidakseimbangan aktivitas yang
dikeluarkan setiap harinya (Moehji,
2003).
Menurut Sharkey (2011)
mendefinisikan aktivitas fisik sebagai
gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi.
Selama melakukan aktivitas fisik otot
memerlukan energi diluar
metabolisme untuk bergerak.
Banyaknya energi yang dibutuhkan
tergantung berapa banyak otot yang
bergerak, berapa lama dan beratnya
pekerjaan yang dilakukan
(Almatsier, 2009).
Menurut Moehji (2003) anak
sekolah biasanya banyak yang
memiliki aktivitas yang menguras
banyak tenaga, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara energi
yang masuk dan keluar sehingga
mengakibatkan tubuh menjadi kurus.
Untuk mengatasinya anak harus
mengontrol waktu kegiatannya
sehingga memiliki waktu untuk
beristirahat cukup. Makanan adalah
salah satu faktor yang
(12)
10
mempengaruhi aktivitas, karena
apabila jumlah makanan dan porsi
makanan lebih banyak, maka tubuh
akan merasa mudah lelah dan tidak
ingin melakukan kegiatan seperti
olahraga atau menjalankan aktivitas
lainnya. Kandungan dari makanan
yang berlemak juga banyak
mempengaruhi tubuh untuk
melakukan aktivitas sehari-hari atau
berolahraga. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Rubin (2002) yang
menunjukkan hasil bahwa
keterlibatan siswa dalam aktivitas
ekstrakurikuler dapat meningkatkan
keterampilan interpersonal menjadi
lebih baik. Hal ini bertentangan
dengan penelitian Deni (2009) yang
menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan antara aktivitas siswa
yang ikut ekstrakurikuler dan yang
tidak ikut ekstrakurikuler.
E.
Perbedaan Prestasi Belajar
Antara Siswa yang Mengikuti
dan Tidak Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Prestasi belajar menurut Ilyas
(2008) adalah hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan belajar yang
diberikan berdasarkan atas
pengukuran tertentu.
Hasil analisis perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.
Hasil Uji Beda Prestasi Belajar
Kelompok
Ekstrakurikuler
Prestasi Belajar
P
Min
Max
Mean ± SD
Ikut
70,67
91,80
79,08 ± 4,23
0,000*
Tidak Ikut
59,00
76,00
66,22 ± 3,55
* Independent t-test
Dari hasil tabel 6 dapat
diketahui rerata prestasi belajar
pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sebesar 79,08 ± 4,23
dengan nilai minimal 70,67 dan nilai
maksimalnya 91,80. Rerata prestasi
belajar pada siswa yang tidak
mengikuti ekstrakurikuler sebesar
66,22 ± 3,55 dengan nilai minimal
59,00 dan nilai maksimalnya 76,00.
Hasil uji statistik dengan
menggunakan Independent T Test
didapatkan nilai p=0,000 sehingga
ada perbedaan yang bermakna
prestasi belajar siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Ada
perbedaan prestasi belajar dengan
(13)
11
kegiatan ekstrakurikuler dan non
ekstrakurikuler dikarenakan
pengembangan potensi siswa tidak
hanya dapat dikembangkan hanya
melalui pendidikan intrakurikuler,
namun pendidikan melalui kegiatan
ekstrakurikuler juga memiliki
peranan yang sangat besar, baik
ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah,
keolahragaan, nasionalisme,
maupun keterampilan (Nurdin,
2009).
Berkembangnya kegiatan
ekstrakurikuler yang penuh prestasi,
bisa dijadikan suatu kebanggaan
bagi sekolah itu sendiri, lebih bagus
lagi apabila masyarakat bisa menilai
majunya suatu sekolah tidak hanya
berdasarkan prestasi akademiknya,
melainkan prestasi non akakemik
yang dikembangkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Bakat dan
minat terhadap suatu kegiatan yang
diprogramkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler diharapkan dapat
tersalurkan, sehingga potensi anak
didik dapat dikembangkan secara
maksimal dan dapat memberi nilai
positif bagi siswa dalam
memanfaatkan waktu luang
(Djamarah, 2008)
Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Fujita
(2005) pada siswa Walnut Creek
Chistian Academy di California juga
menunjukkan hasil bahwa
berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler memiliki pengaruh
positif pada prestasi akademik siswa
disekolah. Menurut Ashron (2009)
juga menyatakan bahwa siswa yang
terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai sifat
dorongan berprestasi yang tinggi,
kemampuan bersaing, kemampuan
beradaptasi dan disiplin yang tinggi
sedangkan penelitian Aziz (2012)
juga menyatakan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar siswa
kelas VIII yang mengikuti
ekatrakurikuler dan tidak mengikuti
ekstrakurikuler olahraga.
F. Keterbatasan
Penelitian
Penelitian ini tidak diteliti faktor
lain yang mempengaruhi prestasi
belajar seperti faktor internal meliputi
minat dan motivasi dan faktor
eksternal meliputi partisipasi orang
tua dan perlengkapan belajar.
Kesimpulan
1. Sebagian besar siswa memiliki
status gizi normal sebanyak 30
siswa (54,55%) sedangkan
siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler rata-rata
mempunyai status gizi kurus
sebanyak 26 siswa (47,27%).
2. Siswa yang mengikuti kegitan
ekstrakurikuler rata-rata aktivitas
fisiknya sedang sebanyak 29
(14)
12
siswa (52,73%) sedangkan
siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler mempunyai
aktivitas fisik ringan sebanyak
33 siswa (60%).
3. Siswa
yang
mengikuti
ekstrakurikuler mempunyai
prestasi yang baik sebanyak 37
siswa (67,28%) dan yang tidak
mengikuti ekstrakurikuler
mempunyai prestasi cukup
sebanyak 40 siswa (72,73%).
4. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan tidak ada
perbedaan status gizi pada
siswa yang mengikuti dan tidak
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug.
5. Hasil penelitian menunjukkan
ada perbedaan aktivitas fisik
dan prestasi belajar siswa
antara siswa yang mengikuti
dan tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug.
Saran
1. Bagi
Sekolah
Mengadakan pertemuan
atau rapat dengan orangtua
atau wali murid untuk
memberikan informasi untuk
mempertahankan status gizi
normal dan mendukung anak
untuk mengikuti kegiatan
ekstrak kurikuler sehingga
aktivitas fisik menjadi baik dan
prestasi belajar meningkat.
2. Bagi
Siswa
Diharapkan para siswa
untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler supaya aktivitas
fisiknya menjadi baik sehingga
bisa meningkatkan prestasi
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2000. Penuntasan Masalah
Gizi Kurang. Widyakarya
nasional Pangan dan Gizi.
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Jakarta.
Anindya. 2009. Kebutuhan Gizi
Seimbang Anak Usia
Sekolah. Diakses pada
tanggal 29 April 2013.
http:www.rajawana.com/arti
kel/kesehatan/407.keb-gizi-
seimbang-anak-usia-sekolah.html
Ashron,L,J. 2009.The Impact of
Extrarricular Particiption on
The First Year College
Esperience of Freshman in
A College of Agriculture.
Diakses tanggal 8
November 2013.
http://etd.lib.ttu.edu.these/a
vailable/etd-04032009105653/unrestrict
ed/Ashron_Laura_Thesis.p
df.
Aziz,M,H. 2012. Perbedaan prestasi
Belajar Siswa VIII di
Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Wonosari
yang Mengikuti
Ekstrakurikuler dan Tidak
(15)
13
Mengikuti Ekstrakurikuler
Olahraga Tahun Ajaran
2011/2012. Diakses tanggal
9 November 2013.
http://www.eprints.uny.ac.id/
7736/2/08601244118.pdf.
Yogyakarta.
Azwar, A. 2004. Tubuh Sehat Ideal
Dari Segi Kesehatan.
Disampaikan pada Seminar
Kesehatan Obesitas. Senat
Mahasiswa FKM UI Depok.
Chaput. 2006. Relationship Between
Short Sleeping Hours and
Chilhood
overweight/obesity. Result
from the que bec en forme
project. International
Journal of Obesity : 2-6.
Deni. Cesilia,M,D. 2009.
Pengetahuan Gizi, Aktivitas
Fisik, Konsumsi Snack dan
Pangan Lainnya Pada
Murid SD di Bogor yang
Berstatus Gizi Normal dan
Gemuk. Skripsi.
Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Djafri, N. 2008. Pengaruh Kegiatan
Terhadap Prestasi Belajar
Siswa pada Pesantren
Al-Khaerat Kota Gorontalo.
Skripsi. Universitas Negeri
Gorontalo.
Fujita, K. 2005. The Effect of
Extracurricular Activities on
The Academic. Diakses
tanggal 8 Nove,ber 2013.
http://ilkogretim_online.org.t
r.Vol7say2/V7S2M12.pdf.
Gross. 2005. Are Your Giving Your
Kids Hurried Child
Syndrome. Diakses:
23
April 2013.
http://www.naturalfamilyonli
ne.com.
Himmah, EF. 2010. Hubungan
Status Gizi dan
Faktor-faktor Penentu Lainnya
dengan Prestasi Belajar
Pada Siswa Keas 3,4,5 dan
6 di SD Marga Mulya III
Bekasi Tahun 2010. Skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Homier. 2009. What Kids Say About
Sleep. Diakses: 10 Agustus
2012.
http://www.kidshealth.org.
Hurlock, E.B. 2004. Psikologi
Perkembangan. Erlangga.
Jakarta.
Huryati, E., Hadi, H., Julia, M. 2004.
Aktifvitas Fisik Pada
Remaja SLTP Kota
Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul Serta Hubungannya
dengan Kejadian Obesitas.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Vol; 1-2
Ilyas. 2008. Fungsi dan
Pengukuran Prestasi
Belajar . Pustaka Belajar.
Yogyakarta
.
Judarwanto. 2010. Mengatasi
Kesulitan Makan Anak
Sekolah. Puspa Swara.
Mark, S., Tremblay, J., Wyatt, I.,
Willms, J. D. (2000). The
Relationship Between
Physical Activity
Self-Estreem and Academic
Achimevement in
12-Year-Old Children. Pediatric
Exercise Science Vol. 12:
312-323. Diakses: 8 Mei
(16)
14
2013 http://www.extranet.
nourisovmi.fi
Notoatmojo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Jakarta. Rineka Cipta.
Nurmalia, E. 2010. Pengaruh
Fasilitas dan Lingkungan
Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas XI IPS
MAN Malang I. Skripsi.
UMM Malang. Malang
Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap
Penyesuaian Sosial Siswa
di Sekolah. Jurnal
Administrasi Pendidikan.
Diakses tanggal 8
November 2013.
htt://www.icon.org/unc/vs/F
ujita.html.
Pamularsih, A. 2009. Hubungan
Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa di SD 3 Selo
Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali. Karya Tulis Ilmiah.
UMS. Diakses pada 29 April
2013
http://etd.eprints.ums.ac.id/
5923/1/J300060019.pdf
Ramadhan. 2009. Hubungan
Kegiatan Ekstrakurikuler
Pramuka dan PMR
Terhadap Prestasi Belajar
IPS Pada Siswa SMP N 2
Gunung Labuhan
Waykanan Pada Semester
Ganjil. Abstrak. Gorontalo
Sastroasmoro, S. 2010.
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis Edisi 3. Sagung Seto.
Jakarta.
Setiawati., Mexitalia. 2002.
Hubungan Kecerdasan
Emosional, Status Gizi
dengan Prestasi Belajar.
Laporan Penelitian
Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan
Nasional. UNDIP.
Semarang.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya. Departemen
Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Soekirman. 2000. Nutrition Status,
Dietarry and Phsical Activity
Patterns of Urban Primary
School Children in
Indonesia. Jakarta. Bogor
Agricultural University and
Scholl of Nutrition, ministry
of Healthy.
Sugianto. 2009. Perbedaan antara
tingkat status gizi, status
lemak tubuh dan status
tingkat kebugaran jasmani
siswa SMP N 1 Banyuates
Sampang yang mengikuti
dan tidak mengikuti
ekstrakurikuler. Skripsi. UN
Gorontalo. Gorontalo.
Suhardjo. 2003. Perencanaan
Pangan dan Gizi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Sulaeman, A. 2000. Penuntasan
Masalah Giz Kurang.
Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi. Lembaga
Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta.
(1)
9
kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Hasil Uji Beda Aktivitas Fisik
Kelompok
Ekstrakurikuler
Aktivitas Fisik
P
Min
Max
Mean ± SD
Ikut
1,41
2,40
1,95 ± 0,27
0,000*
Tidak Ikut
1,40
2,40
1,74 ± 0,33
* Independent t-test
Tabel 5 menunjukkan bahwa
rerata aktivitas fisik pada siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler sebesar
1,95 ± 0,27 dengan nilai minimal
1,41 dan nilai maksimalnya 2,40.
Rerata aktivtas fisik pada siswa
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
sebesar 1,74 ± 0,33 dengan nilai
minimal 1,40 dan nilai maksimalnya
2,40. Hasil uji statistik dengan uji
Independent T Test menunjukan
nilai p=0,000 sehingga ada
perbedaan yang bermakna aktivitas
fisik antara siswa yang mengikuti
dan tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Ada perbedaan
aktivitas fisik dengan kegiatan
ekstrakurikuler dan non
ekstrakurikuler dikarenakan
konsumsi pangan, usia, jenis
kelamin dan kebiasaan anak yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang
berbeda sehingga terjadi
ketidakseimbangan aktivitas yang
dikeluarkan setiap harinya (Moehji,
2003).
Menurut Sharkey (2011)
mendefinisikan aktivitas fisik sebagai
gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi.
Selama melakukan aktivitas fisik otot
memerlukan energi diluar
metabolisme untuk bergerak.
Banyaknya energi yang dibutuhkan
tergantung berapa banyak otot yang
bergerak, berapa lama dan beratnya
pekerjaan yang dilakukan
(Almatsier, 2009).
Menurut Moehji (2003) anak
sekolah biasanya banyak yang
memiliki aktivitas yang menguras
banyak tenaga, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara energi
yang masuk dan keluar sehingga
mengakibatkan tubuh menjadi kurus.
Untuk mengatasinya anak harus
mengontrol waktu kegiatannya
sehingga memiliki waktu untuk
beristirahat cukup. Makanan adalah
salah satu faktor yang
(2)
10
mempengaruhi aktivitas, karena
apabila jumlah makanan dan porsi
makanan lebih banyak, maka tubuh
akan merasa mudah lelah dan tidak
ingin melakukan kegiatan seperti
olahraga atau menjalankan aktivitas
lainnya. Kandungan dari makanan
yang berlemak juga banyak
mempengaruhi tubuh untuk
melakukan aktivitas sehari-hari atau
berolahraga. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Rubin (2002) yang
menunjukkan hasil bahwa
keterlibatan siswa dalam aktivitas
ekstrakurikuler dapat meningkatkan
keterampilan interpersonal menjadi
lebih baik. Hal ini bertentangan
dengan penelitian Deni (2009) yang
menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan antara aktivitas siswa
yang ikut ekstrakurikuler dan yang
tidak ikut ekstrakurikuler.
E.
Perbedaan Prestasi Belajar
Antara Siswa yang Mengikuti
dan Tidak Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Prestasi belajar menurut Ilyas
(2008) adalah hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan belajar yang
diberikan berdasarkan atas
pengukuran tertentu.
Hasil analisis perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.
Hasil Uji Beda Prestasi Belajar
Kelompok
Ekstrakurikuler
Prestasi Belajar
P
Min
Max
Mean ± SD
Ikut
70,67
91,80
79,08 ± 4,23
0,000*
Tidak Ikut
59,00
76,00
66,22 ± 3,55
* Independent t-test
Dari hasil tabel 6 dapat
diketahui rerata prestasi belajar
pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sebesar 79,08 ± 4,23
dengan nilai minimal 70,67 dan nilai
maksimalnya 91,80. Rerata prestasi
belajar pada siswa yang tidak
mengikuti ekstrakurikuler sebesar
66,22 ± 3,55 dengan nilai minimal
59,00 dan nilai maksimalnya 76,00.
Hasil uji statistik dengan
menggunakan Independent T Test
didapatkan nilai p=0,000 sehingga
ada perbedaan yang bermakna
prestasi belajar siswa yang
mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Ada
perbedaan prestasi belajar dengan
(3)
11
kegiatan ekstrakurikuler dan non
ekstrakurikuler dikarenakan
pengembangan potensi siswa tidak
hanya dapat dikembangkan hanya
melalui pendidikan intrakurikuler,
namun pendidikan melalui kegiatan
ekstrakurikuler juga memiliki
peranan yang sangat besar, baik
ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah,
keolahragaan, nasionalisme,
maupun keterampilan (Nurdin,
2009).
Berkembangnya kegiatan
ekstrakurikuler yang penuh prestasi,
bisa dijadikan suatu kebanggaan
bagi sekolah itu sendiri, lebih bagus
lagi apabila masyarakat bisa menilai
majunya suatu sekolah tidak hanya
berdasarkan prestasi akademiknya,
melainkan prestasi non akakemik
yang dikembangkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Bakat dan
minat terhadap suatu kegiatan yang
diprogramkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler diharapkan dapat
tersalurkan, sehingga potensi anak
didik dapat dikembangkan secara
maksimal dan dapat memberi nilai
positif bagi siswa dalam
memanfaatkan waktu luang
(Djamarah, 2008)
Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Fujita
(2005) pada siswa Walnut Creek
Chistian Academy di California juga
menunjukkan hasil bahwa
berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler memiliki pengaruh
positif pada prestasi akademik siswa
disekolah. Menurut Ashron (2009)
juga menyatakan bahwa siswa yang
terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai sifat
dorongan berprestasi yang tinggi,
kemampuan bersaing, kemampuan
beradaptasi dan disiplin yang tinggi
sedangkan penelitian Aziz (2012)
juga menyatakan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar siswa
kelas VIII yang mengikuti
ekatrakurikuler dan tidak mengikuti
ekstrakurikuler olahraga.
F. Keterbatasan
Penelitian
Penelitian ini tidak diteliti faktor
lain yang mempengaruhi prestasi
belajar seperti faktor internal meliputi
minat dan motivasi dan faktor
eksternal meliputi partisipasi orang
tua dan perlengkapan belajar.
Kesimpulan
1. Sebagian besar siswa memiliki
status gizi normal sebanyak 30
siswa (54,55%) sedangkan
siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler rata-rata
mempunyai status gizi kurus
sebanyak 26 siswa (47,27%).
2. Siswa yang mengikuti kegitan
ekstrakurikuler rata-rata aktivitas
fisiknya sedang sebanyak 29
(4)
12
siswa (52,73%) sedangkan
siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler mempunyai
aktivitas fisik ringan sebanyak
33 siswa (60%).
3. Siswa
yang
mengikuti
ekstrakurikuler mempunyai
prestasi yang baik sebanyak 37
siswa (67,28%) dan yang tidak
mengikuti ekstrakurikuler
mempunyai prestasi cukup
sebanyak 40 siswa (72,73%).
4. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan tidak ada
perbedaan status gizi pada
siswa yang mengikuti dan tidak
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug.
5. Hasil penelitian menunjukkan
ada perbedaan aktivitas fisik
dan prestasi belajar siswa
antara siswa yang mengikuti
dan tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Gubug.
Saran
1. Bagi
Sekolah
Mengadakan pertemuan
atau rapat dengan orangtua
atau wali murid untuk
memberikan informasi untuk
mempertahankan status gizi
normal dan mendukung anak
untuk mengikuti kegiatan
ekstrak kurikuler sehingga
aktivitas fisik menjadi baik dan
prestasi belajar meningkat.
2. Bagi
Siswa
Diharapkan para siswa
untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler supaya aktivitas
fisiknya menjadi baik sehingga
bisa meningkatkan prestasi
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2000. Penuntasan Masalah
Gizi Kurang. Widyakarya
nasional Pangan dan Gizi.
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Jakarta.
Anindya. 2009. Kebutuhan Gizi
Seimbang Anak Usia
Sekolah. Diakses pada
tanggal 29 April 2013.
http:www.rajawana.com/arti
kel/kesehatan/407.keb-gizi-
seimbang-anak-usia-sekolah.html
Ashron,L,J. 2009.The Impact of
Extrarricular Particiption on
The First Year College
Esperience of Freshman in
A College of Agriculture.
Diakses tanggal 8
November 2013.
http://etd.lib.ttu.edu.these/a
vailable/etd-04032009105653/unrestrict
ed/Ashron_Laura_Thesis.p
df.
Aziz,M,H. 2012. Perbedaan prestasi
Belajar Siswa VIII di
Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Wonosari
yang Mengikuti
Ekstrakurikuler dan Tidak
(5)
13
Mengikuti Ekstrakurikuler
Olahraga Tahun Ajaran
2011/2012. Diakses tanggal
9 November 2013.
http://www.eprints.uny.ac.id/
7736/2/08601244118.pdf.
Yogyakarta.
Azwar, A. 2004. Tubuh Sehat Ideal
Dari Segi Kesehatan.
Disampaikan pada Seminar
Kesehatan Obesitas. Senat
Mahasiswa FKM UI Depok.
Chaput. 2006. Relationship Between
Short Sleeping Hours and
Chilhood
overweight/obesity. Result
from the que bec en forme
project. International
Journal of Obesity : 2-6.
Deni. Cesilia,M,D. 2009.
Pengetahuan Gizi, Aktivitas
Fisik, Konsumsi Snack dan
Pangan Lainnya Pada
Murid SD di Bogor yang
Berstatus Gizi Normal dan
Gemuk. Skripsi.
Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Djafri, N. 2008. Pengaruh Kegiatan
Terhadap Prestasi Belajar
Siswa pada Pesantren
Al-Khaerat Kota Gorontalo.
Skripsi. Universitas Negeri
Gorontalo.
Fujita, K. 2005. The Effect of
Extracurricular Activities on
The Academic. Diakses
tanggal 8 Nove,ber 2013.
http://ilkogretim_online.org.t
r.Vol7say2/V7S2M12.pdf.
Gross. 2005. Are Your Giving Your
Kids Hurried Child
Syndrome. Diakses:
23
April 2013.
http://www.naturalfamilyonli
ne.com.
Himmah, EF. 2010. Hubungan
Status Gizi dan
Faktor-faktor Penentu Lainnya
dengan Prestasi Belajar
Pada Siswa Keas 3,4,5 dan
6 di SD Marga Mulya III
Bekasi Tahun 2010. Skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Homier. 2009. What Kids Say About
Sleep. Diakses: 10 Agustus
2012.
http://www.kidshealth.org.
Hurlock, E.B. 2004. Psikologi
Perkembangan. Erlangga.
Jakarta.
Huryati, E., Hadi, H., Julia, M. 2004.
Aktifvitas Fisik Pada
Remaja SLTP Kota
Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul Serta Hubungannya
dengan Kejadian Obesitas.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Vol; 1-2
Ilyas. 2008. Fungsi dan
Pengukuran Prestasi
Belajar . Pustaka Belajar.
Yogyakarta.
Judarwanto. 2010. Mengatasi
Kesulitan Makan Anak
Sekolah. Puspa Swara.
Mark, S., Tremblay, J., Wyatt, I.,
Willms, J. D. (2000). The
Relationship Between
Physical Activity
Self-Estreem and Academic
Achimevement in
12-Year-Old Children. Pediatric
Exercise Science Vol. 12:
312-323. Diakses: 8 Mei
(6)