KONTRUKSI ALAT UKUR LITERASI SAINS SISWA SMP PADA KONTEN SIFAT MATERI MENGGUNAKAN KONTEKS KLASIFIKASI MATERIAL.

(1)

Siti Patimah, 2015

KONTRUKSI ALAT UKUR LITERASI SAINS SISWA SMP PADA KONTEN SIFAT MATERI MENGGUNAKAN KONTEKS

KLASIFIKASI MATERIAL

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Kimia

Oleh : Siti Patimah

1009216

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Siti Patimah, 2015

Kontruksi Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP

Pada Konten Sifat Materi Menggunakan Konteks Klasifikasi Material

Oleh Siti Patimah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Siti Patimah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

(4)

Siti Patimah, 2015

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... KATA PENGANTAR ………... UCAPAN TERIMA KASIH ………... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN ………...

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian...………... B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ...………... C.Tujuan Penelitian ………... D.Manfaat Penelitian ………... E. Struktur Organisasi Skripsi...………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Literasi Sains ... B. Rekonstruksi Pendidikan ...

1. Klarifikasi dan Analisis Wacana... a. Penghalusan Teks Sumber ... b. Penurunan Struktur Makro Teks... c. Analisis Konsep ... 2. Penelitian Mengajar dan Belajar... 3. Implementasi dan Evaluasi... C.Pembelajaran Berbasis Literasi Sains dan Teknologi... D.Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten... E. Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... F. Kualitas Alat Ukur………...

1. Validitas... 2. Reliabilitas... G.Tinjauan Materi...………...

Halaman i ii iii iv vii viii ix 1 4 5 5 6 10 12 14 15 15 17 18 19 19 20 21 23 23 25 26


(5)

Siti Patimah, 2015

H.Penelitian Terdahulu yang Relevan ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian...………... 1. Tahap Kualitatif (Pengumpulan dan Analisis Data)... 2. Tahap Kuantitatif (Pengumpulan dan Analisis Data)... 3. Interpretasi Semua Hasil Analisis Data... B. Fokus Penelitian... C. Desain Penelitian...………..………... D. Subjek Penelitian... E. Definisi Operasional ………... F. Instrumen Penelitian ... 1. Lembar Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten... 2. Alat Ukur Penilaian Literasi Sains... 3. Lembar Validasi Ahli... G. Alur Penelitian...

1. Tahap Persiapan... 2. Tahap Pelaksanaan... 3. Tahap Akhir... H. Teknik Pengumpulan Data... I. Analisis Data...

1. Data Pengembangan Karakteristik Teks Bacaan... 2. Data Hasil Validasi Alat Ukur... 3. Data Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penilaian Literasi Sains...

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Karakteristik Teks Bacaan Sifat Materi-Klasifikasi Material... 1. Teks Bacaan yang Dikembangkan Disesuaikan dengan Kurikulum

yang Berlaku Saat Ini... 2. Teks Bacaan yang Dikembangkan Disesuaikan dengan Aspek Kompetensi

Ilmiah dan Sikap dari Program for International Student Assesment (PISA) 2012... 3. Teks Bacaan Mengandung Konteks yang Disesuaikan dengan Tingkat

33 34 35 35 36 36 37 38 38 39 39 39 39 40 42 42 43 43 44 44 44 45 47 47 49


(6)

Siti Patimah, 2015

Kognitif Siswa yang dapat Memenuhi Kriteria Accessible... a. Klarifikasi dan Analisis Wacana... b. Analisis Konsep... B. Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Konten Sifat Materi

Menggunakan Konteks Klasifikasi Material...

1. Teks Dasar sebagai Dasar Pembuatan Alat Ukur... 2. Soal-soal yang Mengukur Kemampuan Kognitif Siswa (Aspek Proses Sains dan Aspek Konten Sains)... 3. Soal yang Mengukur Kemampuan Aspek Sikap Siswa... 4. Soal yang Mengukur Kemampuan Aspek Keterampilan Siswa...

C. Kualitas Alat Ukur yang Dikonstruksi... 1. Validitas... 2. Reliabilitas... D.Interpretasi Semua Hasil Analisis Data...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...…... B. Saran... ………...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...

RIWAYAT HIDUP

51 53 56

56 59

61 62 62

62 63 65 65

66 66

68 72


(7)

Siti Patimah, 2015

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 2.1 Kompetensi Ilmiah PISA... 22

Tabel 2.2 Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang berbeda; tes One Tailed dengan signifikansi 0.05... 25 Tabel 2.3 Tafsiran Koefisien Reliabilitas... 26

Tabel 3.1 Lembar Validasi Ahli... 40

Tabel 3.2 Format Analisis Wacana Teks... 42

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Validasi Alat Ukur ... 44

Tabel 4.1 Rincian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar... 48

Tabel 4.2 Kompetensi dan kategori proses sains pada PISA 2012... 50

Tabel 4.3 Daftar Buku/Monograf yang digunakan sebagai Eksplanasi Ilmiah... 53 Tabel 4.4 Data Hasil Tanggapan Ahli Terhadap Kualitas Alat Ukur... 64 Tabel 4.5 Tafsiran Koefisien Reliabilitas... 65


(8)

Siti Patimah, 2015

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 2.1 Tiga Komponen Rekonstruksi Pendidikan... 13

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Menuju Struktur Konten

Pembelajaran...

14

Gambar 2.3 Frame Work PISA 2012... 23 Gambar 2.4 Proses perkaratan besi... 28 Gambar 2.5 Besi, penggunaannya secara luas dalam struktur

material, namun mudah terkorosi...

28

Gambar 2.6 Beberapa objek yang umum digunakan yang terbuat dari logam dan aloy (dari kiri ke kanan garpu, pisau, gunting koin, gir, cincin, dan baut)...

28

Gambar 2.7 Barang-barang yang terbuat dari material keramik. Gunting, gelas, batu bata, keramik lantai, dan vas gelas..

30

Gambar 2.8 Perbandingan struktur termoplastik dan termoset... 31 Gambar 2.9 Beberapa objek yang terbuat dari material polimer,

plastik alat-alat makan (sendok, garpu dan pisau), bola beliar, helm, dua dadu, ban, dan botol jerigen...

32

Gambar 2.10 Baling-baling pada helikopter terbuat dari material komposit CFRP...

33 Gambar 3.1 Pola Pengembangan Sequential Exploratory Design... 35 Gambar 3.4 Alur Penelitian... 41


(9)

Siti Patimah, 2015

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran A1 Teks Asli Klasifikasi Material (Aspek Konteks)... 72

Lampiran A2 Teks Asli Sifat Materi (Aspek Konten)... 83

Lampiran A3 Analisis Wacana Konteks... 91

Lampiran A4 Analisis Wacana Konten... 104

Lampiran A5 Analisis Wacana Teks Gabungan Konten-Konteks... 111

Lampiran A6 Analisis Wacana Penurunan Proposisi Mikro Dan Makro... 127 Lampiran A7 Analisis Wacana Struktur Makro... 141

Lampiran A8 Lesson Sequence Map... 145

Lampiran A9 Analisis Konsep ... 146

Lampiran B1 Kisi-kisi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains... 152

Lampiran B2 Transformasi Teks Dasar menjadi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains... 159 Lampiran B3 Alat Ukur Penilaian Literasi Sains... 178

Lampiran B4 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi Dasar ... 187 Lampiran B5 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi PISA 2012... 188 Lampiran B6 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Butir Soal... 189

Lampiran B7 Hasil Validasi Kebenaran Butir Soal dengan Jawaban ... 190 Lampiran B8 Analisis Butir Soal dan Hasil Analisis Uji Reliabilitas... 191

Lampiran C.1 Surat Izin Penelitian... 193

Lampiran C.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 194


(10)

Siti Patimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

A. Latar Belakang

Pada tahun ajaran 2013/2014 Indonesia mulai memberlakukan kurikulum baru, kurikulum 2013. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa hal, yaitu: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013 adalah keikutsertaan Indonesia pada studi Internasional Programme for International Student Assesment (PISA), sehingga soal-soal yang ada pada kurikulum 2013 dianjurkan untuk menyesuaikan dengan soal-soal PISA. Sejak tahun 2000 Indonesia telah ikut serta dalam tes yang diadakan oleh PISA, namun hingga saat ini Indonesia selalu menempati peringkat terendah dari seluruh negara peserta yang berpartisipasi. Hal ini disebabkan antara lain karena bentuk soal yang diujikan dalam PISA berbeda dengan bentuk soal yang diujikan oleh guru di sekolah, kebanyakan dari tes yang diberikan di sekolah hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks aplikasi sains maupunaspek sikap sains (Permendikbud, 2013).

Pendidikan yang ada di Indonesia saat ini masih menekankan pada hasil yang dicapai oleh peserta didik, sehingga banyak peserta didik yang berusaha mendapatkan hasil terbaik saat ujian berlangsung saja, dan hanya paham materi saat materi akan diujikan namun lupa dengan materi tersebut ketika ujian telah berlangsung. Selain itu, soal-soal ujian yang beredar di Indonesia hanya mengukur


(11)

2

Siti Patimah, 2015

pengetahuan kognitif siswa, hingga pada akhirnya siswa hanya pandai berteori tanpa bisa menerapkan ilmu yang telah diperolehnya di dalam lingkungan sehari-hari.

PISA merupakan suatu tes yang tidak hanya mengukur pengetahuan kognitif siswa, namun juga mengukur kemampuan penguasaan siswa terhadap konsep sains, kompetensi sains (proses sains), dan konteks aplikasi sains, serta sikap sains siswa. Bagaimana siswa dapat menggunakan ilmu yang didapat dan mengaplikasikannya dalam situasi yang berbeda baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Tes ini menunjukkan fakta bahwa masyarakat modern akan memberikan reward pada individu bukan untuk “apa yang mereka ketahui” tapi untuk “apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui”. Hingga saat ini PISA telah dilakukan sebanyak 5 kali yang diikuti oleh berbagai negara di belahan dunia. Pertama kali PISA dilakukan pada tahun 2000 dan diikuti oleh 32 negara, tes kedua pada tahun 2003 diikuti oleh 41 negara, tes ketiga pada tahun 2006 diikuti oleh 57 negara, tes keempat pada tahun 2009 diikuti oleh 65 negara, dan terakhir diadakan pada tahun 2012 yang diikuti oleh 65 negara (OECD 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara partisipan dalam tes PISA tersebut, namun dari tahun ke tahun, Indonesia menempati peringkat 5 besar dari bawah, bahkan peringkat Indonesia semakin menurun setiap tahunnya. Hasil studi Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2009, Indonesia berada pada peringkat ke 60 dari 65 negara partisipan, sedangkan pada tahun 2012 skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa Indonesia pada penguasaan literasi sains sebesar 382. Dengan skor tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara partisipan, skor ini lebih rendah daripada hasil yang diperoleh pada tes PISA 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan terhadap empat aspek sains yaitu konten/konsep sains, kompetensi sains, konteks aplikasi sains, dan sikap sains (literasi sains) siswa SMP di Indonesia masih berada pada kategori rendah. Faktor utama tingkat literasi sains yang rendah ini diduga disebabkan oleh perbedaan jenis soal yang diujikan di PISA dengan soal-soal yang beredar di Indonesia, baik soal-soal dalam buku pelajaran maupun soal-soal ujian di sekolah.


(12)

3

Siti Patimah, 2015

Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu rekonstruksi pada alat ukur keberhasilan pembelajaran yang beredar di Indonesia, agar siswa tidak hanya memiliki kemampuan kognitif, namun siswa juga memiliki kemampuan sains serta sikap sains yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sekaligus kemampuan menggunakan konsep dan proses pengambilan keputusan rasional pada masalah sosial.

Konsep kurikulum 2013 banyak mengacu pada hasil studi PISA. Pemberlakuan kurikulum 2013 memberikan tantangan yang baru bagi para pendidik. Dalam draft Pengembangan Kurikulum 2013 diisyaratkan bahwa di dalam pembelajaran IPA soal tes sebaiknya menerapkan literasi sains. Hasil kajian terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007 menyebutkan bahwa untuk sistem penilaian hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Soal-soal PISA bukanlah alat untuk mengukur konteks, tetapi mengukur kompetensi proses sains, pengetahuan, dan sikap sains yang disajikan terkait dengan konteks (OECD, 2013).

Tes-tes yang beredar di Indonesia saat ini tidak banyak menguji pemahaman siswa tentang konsep sains, apalagi menguji keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses sains dan mengatasi masalah-masalah sains (Sudiatmika, 2010). Hal inilah yang menyebabkan siswa kurang mampu mengaitkan dan menerapkan konsep-konsep sains yang dipelajari dalam memecahkan masalah yang ada di lingkungan. Oleh karena itu, alat ukur yang dikembangkan guru seharusnya diarahkan pada penggunaan konteks sebagai wadah untuk mengukur literasi sains siswa terutama dalam mata pelajaran IPA SMP yang banyak membahas tentang sains.

Pemilihan konteks yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria seperti yang dirumuskan oleh De Jong (2006) yaitu: 1) Konteks yang digunakan dikenal dan relevan untuk siswa (perempuan dan laki-laki), 2) Konteks yang digunakan tidak mengganggu perhatian siswa terhadap konsep yang dihubungkan, 3)


(13)

4

Siti Patimah, 2015

Konteks yang digunakan tidak terlalu menyulitkan bagi siswa, dan 4) Konteks yang digunakan tidak membingungkan siswa.

Material sangat berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dengan yang namanya material, dari bangun tidur hingga tidur lagi, tanpa disadari manusia selalu berurusan dan berinteraksi dengan material. Mulai dari kasur, seprei, jendela, cermin, gelas, tembok, bahkan handphone yang tidak lepas dari kehidupan manusia saat ini merupakan salah satu contoh material, pakaian yang dikenakan juga merupakan salah satu material polimer. Material padat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu logam, keramik, polimer dan komposit (Callister, 1940).

Klasifikasi material (logam, keramik, polimer dan komposit) merupakan konteks yang tepat digunakan untuk menerangkan sifat materi yang dipelajari di SMP kelas 7 dan sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Jong dalam pemilihan konteks. Dengan memberikan konteks yang berkaitan dengan material yang ada di sekitar kehidupan siswa, diharapkan siswa dapat lebih memahami dan mampu menerapkan ilmu yang didapat di sekolahnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga literasi sains siswa bisa tercapai. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Varelas menjelaskan bahwa obyek atau perilaku material atas dasar karakteristik seperti fungsi, bagaimana benda itu dibuat, dan apa yang dirasa (keras, lembut, cair, berat) cukup membuat siswa menyadari bahwa sifat-sifat suatu obyek atau materi mungkin berkaitan dengan 'barang' yang dibuat (Varelas et al, 2008).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Hasil tes yang dilakukan siswa di Indonesia dalam mengikuti tes Program for International Student Assesment (PISA) selalu berada pada peringkat 5 dari bawah sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 kemarin. Hal ini disebabkan karena soal-soal yang diteskan oleh PISA jauh berbeda dengan soal-soal yang sering mereka dapatkan di sekolah maupun di buku-buku yang beredar di Indonesia. Kebanyakan tes yang diberikan oleh guru hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun aspek sikap sains. Sistem penilaian siswa di Indonesia membutuhkan sistem penilaian


(14)

5

Siti Patimah, 2015

yang mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Hal ini didukung dengan adanya kurikulum 2013. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana alat ukur literasi sains siswa SMP pada konten sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material yang dikonstruksi?”. Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains pada konsep sifat materi? 2. Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan

ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh alat ukur literasi sains siswa SMP pada konten sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material yang dikonstruksi dan memperoleh informasi tentang karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi sebagai sumber pembuatan untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains serta untuk memperoleh informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi sains siswa SMP berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, menambah wawasan dan membiasakan guru dalam menyusun alat ukur penilaian literasi sains pada keseluruhan aspek baik aspek konten sains, proses sains, konteks aplikasi sains,


(15)

6

Siti Patimah, 2015

dan sikap sains berdasarkan sistem penilaian dalam PISA untuk meningkatkan literasi sains siswa.

2. Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan alat ukur literasi sains dan dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks dan konten pembelajaran yang berbeda.

3. Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di institusi terkait di masa yang akan datang.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini penjabaran urutan penulisan skripsi secara terperinci dari setiap bab dan sub bab. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.

Bab I terdiri atas lima sub bab, meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi. Latar belakang penelitian ini adalah hasil capaian literasi sains Indonesia dalam tes PISA yang selalu berada dalam posisi terendah setiap tes PISA diadakan. Hal ini disebabkan karena soal-soal pada tes PISA berbeda dengan soal-soal yang selama ini dikenal oleh siswa. Di Indonesia tes yang beredar baik di buku-buku pelajaran maupun soal tes ujian sekolah kebanyakan hanya melibatkan aspek konten sains saja tanpa melibatkan aspek kontens sains, aspek proses sains maupun aspek sikap sains. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana alat ukur konten sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains siswa SMP, sehingga tujuan dari penelitian yaitu untuk mendapatkan alat ukur konten sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material yang dikonstruksi untuk mengukur literasi sains siswa


(16)

7

Siti Patimah, 2015

SMP yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA dan informasi tentang karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi sains siswa SMP berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

Bab II terdiri atas sub bab Kajian Pustaka. Kajian pustaka dijabarkan kembali ke dalam beberapa bagian, yakni kajian teoritis mengenai Literasi Sains, Rekonstruksi Pendidikan, Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten, Kualitas Alat Ukur Literasi Sains, Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains, dan Tinjauan Materi Pembelajaran Konteks Klasifikasi Material dalam Konten Sifat Materi, serta penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian bidang yang sedang diteliti. Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia, hal ini merupakan pengertian literasi sains menurut PISA. Untuk itu dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat mengukur kemampuan literasi sains siswa. Berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007, disebutkan bahwa soal-soal yang dikembangkan hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Varelas menjelaskan bahwa obyek atau perilaku material atas dasar karakteristik seperti fungsi, bagaimana benda itu dibuat, dan apa yang dirasa (keras, lembut, cair, berat) cukup membuat siswa menyadari bahwa sifat-sifat suatu obyek atau materi mungkin berkaitan dengan 'barang' yang dibuat. Sifat materi merupakan salah satu konsep dalam kurikulum 2013 yang harus diberikan kepada siswa SMP kelas VII di semester ganjil, oleh karena itu perlu untuk mengkonstruksi alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks klasifikasi material pada konten sifat materi. Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 Yael Shwartz, Ruth Ben-Zvi and Avi Hofstein mengenai pencapaian literasi kimia siswa Sekolah Menengah Atas di Israel. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dolf Witte dan Kees Beers berjudul Testing of Chemical Literacy pada tahun 2003 yang di publikasikan dalam bentuk jurnal, serta artikel yang


(17)

8

Siti Patimah, 2015

ditulis oleh Holbrook mengenai pentingnya pendidikan sains di sekolah untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Bab III terdiri atas delapan bagian sub bab, meliputi Lokasi dan Objek/Subjek Penelitian, Model Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Alur Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data. Namun, fokus dari penelitian ini adalah alat ukur yang dikonstruksi, alat ukur yang dikonstruksi diujicobakan pada siswa SMP kelas VII semester ganjil sebanyak satu kelas yang berjumlah 33 siswa, yang diambil dari salah satu SMP di kota Bandung. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstrusi pendidikan (educational reconstruction) (Duit, et al., 2012), dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode jenis sequential exploratory design, dimana penelitian dimulai dengan metode kualitaif dengan tujuan eksplorasi dan dilanjutkan dengan metode kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah maka digunakan instrumen penelitian, yang meliputi lembar kesesuaian konteks dan konten dalam bentuk tabel gabungan konten-konteks, lembar validasi dan alat ukur penilaian literasi sains. Data mengenai karakteristik teks bacaan sifat materi-klasifikasi material dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan alat ukur dijelaskan melalui analisis deskriptif. Setelah divalidasi oleh ahli, alat ukur literasi sains yang dikonstruki diujicobakan pada siswa SMP untuk memperoleh hasil reliabilitas dari alat ukur tersebut. Oleh sebab itu produk akhir dari penelitian ini berupa alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi pada topik sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material.

Bab IV terdiri atas empat sub bab, yaitu karakteristik teks bacaan klasifikassi material-sifat materi sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains pada konten sifat materi, validitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan ditinjau dari hasil CVR, serta kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan ditinjau dari nilai reliabilitas. Teks bacaan yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur literasi sains memiliki ciri khas yakni memuat aspek konten sifat materi yang secara khusus dikonstruksi dengan memperhatikan pembelajaran baik aspek kognitif maupun perspektif siswa dan diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks klasifikasi material yang


(18)

9

Siti Patimah, 2015

berguna bagi siswa. Aspek konteks dan aspek konten terkait klasifikasi material dirumuskan berdasarkan hasil telaah standar isi mata pelajaran IPA SMP, telaah kepustakaan literasi sains, telaah kepustakaan penilaian literasi sains, serta hasil klarifikasi dan analisis wacana. Tahapan klarifikasi dan analisis wacana merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam model rekonstruksi pendidikan yang dikembangkan oleh Reinders Duit. Teks yang diperoleh dari analisis wacana tersebut digunakan sebagai acuan dalam penurunan kisi-kisi butir soal, penurunan struktur makro dan lesson sequence map. Kisi-kisi yang disusun disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2012, kemudian dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan butir-butir soal literasi sains. Alat ukur penilaian literasi sains yang telah dikontruksi kemudian diuji validitasnya oleh beberapa orang, kemudian diuji kualitasnya dengan cara diujicobakan kepada siswa SMP untuk memperoleh nilai reliabilitas dari alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi. Dari hasil penelitian yang dilakukan alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi memiliki nilai reliabilitas yang tinggi.

Bab V terdiri atas dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan terdiri atas informasi dari permasalahan yang diangkat yaitu mengenai karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains, serta kualitas alat ukur yang dikembangkan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya. Rekomendasi yang diberikan berupa saran-saran agar penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.


(19)

Siti Patimah, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, fokus penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah Mixed methode, yaitu suatu metode yang melibatkan pengumpulan dan analisis data kualitatif dan kuantitatif dalam studi tunggal. Desain ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data kualitaif maupun kuantitatif, menghasilkan penjelasan yang masuk akal untuk memadukan data, melibatkan penelitian kualitatif maupun kuantitaif, menyajikan gambaran dari prosedur dalam penelitian, menyatupadukan data penelitian dalam cara yang berbeda (Rusfitasari, 2013).

Secara umum mixed methode terdiri atas 3 jenis yaitu sequential, concurrent, dan transformatif. Mixed methode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methode sequential. Ada dua jenis metode sequential yaitu sequential exploratory design dan sequential explanantory design. Jenis sequential yang digunakan dalam penelitian ini adalah sequential exploratory design. Penelitian dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif untuk eksplorasi atau pengembangan data, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif yang diperoleh dari sampel siswa pada salah satu sekolah menengah pertama di kota bandung.


(20)

35

Siti Patimah, 2015

Pola pengembangan sequential exploratory design dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Pola Pengembangan Sequential Exploratory Design

(Creswell, 2008 )

1. Tahap Kualitatif (Pengumpulan dan Analisis Data)

Pengumpulan data pada tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data mengenai konteks klasifikasi material dan konten sifat materi dari berbagai sumber buku teks. Teori-teori yang berkaitan dengan konteks dan konten tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber buku, setelah itu dilakukan analisis wacana dengan cara melakukan penghalusan teks dengan penghapusan dan penyisipan kata atau kalimat agar paragraf menjadi padu dan lebih bermakna. Tahap penghalusan teks dilakukan pada teks konten dan teks konteks secara terpisah, setelah diperoleh teks dasar masing-masing konten dan konteks, kedua teks tersebut disatukan agar menjadi suatu paragraf yang memadukan antara konten dan konteks sehingga diperoleh teks gabungan konten-konteks. Teks gabungan konten-konteks tersebut kemudian dianalisis kembali dengan cara melakukan penghalusan teks pada teks gabungan konten-konteks. Hasil akhir dari analisis wacana tersebut berupa teks dasar konten-konteks yang padu dan bermakna.

2. Tahap Kuantitatif (Pengumpulan dan Analisis Data)

Pada tahap kuantitatif, data yang diperoleh berupa angka-angka. Data tersebut merupakan data hasil validasi dan reliabilitas soal. Proses pengumpulan data pada

Kuantitatif (Analisis Data)

Interpretasi Semua Hasil Analisis Data Kualitatif (Analisis Data)

Kualitatif (Pengumpulan Data)


(21)

36

Siti Patimah, 2015

tahap ini dilakukan dengan cara melakukan validasi pada kelompok ahli dan uji coba alat ukur yang dikonstruksi di salah satu SMP kota Bandung. Hasil validasi ahli kemudian diolah menggunakan rumus dan ketentuan yang berlaku, setelah alat ukur dinyatakan valid oleh validator, maka alat ukur tersebut perlu diuji reliabilitasnya untuk mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut mampu mengukur kemampuan literasi sains siswa SMP. Hasil uji coba alat ukur kemudian dianalisis dan dicari nilai reliabilitasnya, apakah alah ukur tersebut memiliki nilai reliabilitas sangat tinggi, tinggi, sedang atau rendah.

3. Interpretasi Semua Hasil Analisis Data

Gemzuk dalam Emzir (2007) mengungkapkan bahwa interpretasi melibatkan pengikatan makna dan signifikansi kepada analisis, penjelasan pola deskriptif, melihat pada hubungan dan keterkaitan di antara dimensi-dimensi deskriptif. Ketika proses ini sudah lengkap, peneliti harus melaporkan interpretasi dan kesimpulannya. Semua data yang diperoleh baik data kualitatif maupun data kuantitatif digabungkan menjadi satu dalam pembahasan sebelum disimpulkan.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah konstruksi alat ukur penilaian literasi sains. Untuk mengkonstruksi alat ukur tersebut diperlukan buku-buku teks yang dijadikan sebagai sumber konten dan konteks. Berikut judul dan pengarang beberapa buku teks yang digunakan pada penelitian ini.

Sumber teks untuk konten meliputi: 1. General Chemistry oleh Whitten, dkk.

2. Chemistry oleh McMurry

3. Chemistry oleh Rob Lewis dan Wynne Evans

4. General Chemistry, the Essential Concept oleh Raymond Chang dan Jason Overby.

Sumber teks untuk konteks meliputi:

1. Material Science and Engineering An Introduction oleh William D. Callister dan David G Rethwisch


(22)

37

Siti Patimah, 2015

3. Materials Engineering Science Processing and Design oleh Michael Ashby, dkk.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan Model of Educational Reconstruction (MER) yang dapat diartikan sebagai rekonstruksi pendidikan. Gagasan pokok rekonstruksi pendidikan menekankan bahwa struktur konten ilmu pengetahuan tertentu harus diubah ke dalam struktur konten untuk pengajaran. Model ini memiliki tiga komponen yaitu klarifikasi dan analisis wacana, penelitian mengajar dan belajar, serta implementasi dan evaluasi dimana ketiga komponen ini memiliki hubungan yang saling berkaitan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 dalam bab II.

Dari ketiga komponen yang ada (klarifikasi dan analisis struktur konten sains, penelitian belajar dan mengajar, serta implementasi dan evaluasi), di dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan analisis pada komponen 1 saja yaitu klarifikasi dan analisis wacana. Maksud dari komponen ini adalah untuk mengklarifikasi konsep sains secara spesifik dan struktur konten dari pokok pendidikan.

Komponen klarifikasi dan analisis wacana menyangkut proses analisis mengubah pengetahuan manusia (kebudayaan) seperti pengetahuan bidang tertentu menjadi pengetahuan untuk sekolah yang melibatkan literasi sains pada siswa. Pada komponen ini, struktur konten pada bidang tertentu diubah menjadi struktur konten untuk pembelajaran. Konten tersebut dibuat sesederhana dan semudah mungkin agar mudah diterima siswa, namun dapat memperkaya siswa dengan meletakkannya ke dalam konteks yang membuat siswa mengerti dan menambah rasa ingin tahunya.

Klarifikasi materi subyek menggambarkan analisis konten kualitatif dari buku teks dan kunci publikasi topik yang sedang diteliti serta proses konstruksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 dalam bab II.

Berdasarkan Gambar 2.2 tersebut terdapat dua proses yang dilibatkan dalam klarifikasi dan analisis wacana, yaitu elementarisasi yang mengarah pada ide-ide dasar dari konten di bawah pemeriksaan dan konstruksi struktur konten untuk


(23)

38

Siti Patimah, 2015

pengajaran. Dalam kedua proses masalah konten ilmu pengetahuan dan isu-isu perspektif siswa (konsepsi siswa dan pandangan tentang konten maupun variabel afektif seperti minat dan konsep ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa) harus diperhitungkan. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa struktur konten sains harus disesuaikan dengan struktur konten pembelajaran (Duit, et al.,2012).

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian berupa alat ukur konten sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material, yang divalidasi dan ditanggapi oleh lima orang ahli yang terdiri dari tiga orang dosen kimia pada salah satu universitas dan dua orang guru IPA SMP pada beberapa sekolah SMP negeri.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, berikut ini penjelasan singkat beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian, antara lain:

 Konstruksi adalah proses pengubahan struktur konten ilmu pengetahuan tertentu menjadi struktur konten untuk pengajaran yang melibatkan literasi sains pada siswa (Rusfitasari, 2013).

Alat ukur penilaian adalah instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa yang sifatnya pengetahuan sebagai proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan (Firman, 2000).

 Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam (OECD,2013).

 Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2013).


(24)

39

Siti Patimah, 2015

 Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan dan gizi dalam konteks pribadi serta iklim dalam konteks global (OECD, 2013).

 Proses sains menunjukan kompetensi ilmiah yang mencakup mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggambarkan kesimpulan berdasarkan fakta (OECD, 2013).

 Material adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Kimia material merupakan studi mengenai hubungan antara komposisi, struktur dan pemrosesan bahan dengan sifat-sifat dan pemakaiannya (Vlack, 1985).

F. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan penelitian pada Bab I, tentang (1) Bagaimana karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains pada konsep sifat materi; (2) Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitasnya, maka instrumen-intrumen yang digunakan dikaitkan dengan pertanyaan penelitian tersebut.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lembar kesesuaian aspek konteks dan konten, dan lembar validasi ahli.

Secara lebih rinci instrumen-instrumen tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Lembar Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten

Informasi mengenai karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi diperoleh dengan melakukan penggabungan aspek konteks klasifikasi material dengan aspek konten sifat materi menjadi satu wacana teks utuh yang akan digunakan sebagai sumber pembuatan soal-soal literasi sains. Lembar kesesuaian aspek konteks dan konten dapat dilihat selengkapnya pada teks gabungan konten-konteks di Lampiran A.5.


(25)

40

Siti Patimah, 2015

2. Lembar Validasi Ahli

Lembar validasi ahli digunakan untuk menilai validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity) dari butir soal yang telah disusun. Pada masing-masing butir soal yang oleh ahli dianggap tidak sesuai, diberikan catatan-catatan ketidaksesuaian beserta saran yang diharapkan. Para ahli akan memberikan keputusan instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau dirombak total.

Secara teknis pengujian validitas isi dan validitas konstruk dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

Lembar validasi berisi penilaian terhadap kesesuaian antara indikator dengan kompetensi dasar, indikator dengan kompetensi PISA 2012, dan kesesuaian indikator dengan butir soal, serta kesesuaian antara butir soal dengan jawaban. Tiga puluh lima butir soal ini mencakup pengujian terhadap pengetahuan sains dan sikap sains siswa. Jumlah tenaga ahli yang dianjurkan minimal lima orang. Peneliti meminta bantuan kepada 5 orang tenaga ahli yang terdiri atas 3 orang dosen ahli assesment dan 2 orang guru IPA SMP di kota Bandung. Adapun lembar validasi ahli adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Lembar Validasi Ahli

N o Kompetensi Dasar Kompetensi PISA 2012 Indikator Pembelajaran Butir Soal Kesesuaian Saran Perbaikan Indikator vs KD Indikator vs kompetensi PISA Indikator vs butir soal Butir soal dengan jawaban

Y T Y T Y T Y T

Lembar validasi ahli dapat dilihat selengkapnya di Lampiran B.4-B.7. G. Alur Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka diperlukan alur penelitian. Penelitian yang akan dilakukan terbagi menjadi beberapa tahap, seperti terlihat pada Gambar 3.2


(26)

41

Siti Patimah, 2015

Gambar 3.2. Alur Penelitian Telaah Kepustakaan Literasi Sains/Kimia

Telaah Kepustakaan Penilaian Literasi

Sains

Validasi

Perumusan Kisi-kisi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Klarifikasi dan Analisis Wacana

Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Pengolahan Data

Analisis Data Telaah Standar Isi

Mata Pelajaran IPA SMP

Penurunan Struktur Makro dan Lesson Sequence Map

Pengujian

valid tidak valid

Revisi

Kesimpulan Lembar Validasi Ahli

Perumusan Aspek Konteks dan Aspek Konten Terkait Sifat Materi dan Klasifikasi Material


(27)

42

Siti Patimah, 2015

Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 3.4, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan submateri pokok sifat materi dalam standar isi mata pelajaran IPA SMP. b. Menelaah kepustakaan literasi sains/kimia melalui buku-buku teks.

c. Menelaah kepustakaan penilaian literasi sains melalui jurnal-jurnal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan klarifikasi dan analisis wacana materi pokok sifat materi menggunakan konteks klasifikasi material yang disesuaikan dengan rekonstruksi pendidikan. Wacana yang dianalisis berupa wacana konten dan wacana konteks. Analisis wacana dituangkan dalam bentuk tabel seperti berikut:

Tabel 3.2 Format Analisis Wacana Teks

Teks Asli Proses

Penghalusan

Teks Dasar Hasil Penghalusan

Teks dasar diperoleh dari analisis wacana dari berbagai buku-buku teks kimia dan sains material. Wacana yang dianalisis berupa wacana konten sifat materi yang berasal dari buku-buku teks kimia dasar [McMurry, (2005); Lewis, R and Evans, W, (2006); Chang, R and Overby, J, (20011); dan Whitten, (2003)] dan wacana konteks klasifikasi material dianalisis dari berbagai buku sains material [Callister, W.D dan Rethwisch, D.G (1940); Askeland, D.R, dkk, (2010); Ashby, M, dkk, (2007)].

b. Perumusan aspek konteks dan aspek konten terkait klasifikasi material Dibutuhkan suatu perumusan yang mengkompositkan aspek kontek dan konteks secara utuh. Aspek konteks dan aspek konten terkait klasifikasi material dirumuskan berdasarkan hasil telaah standar isi mata pelajaran IPA


(28)

43

Siti Patimah, 2015

SMP, telaah kepustakaan literasi sains/kimia, telaah kepustakaan penilaian literasi sains/kimia, serta hasil klarifikasi analisis wacana.

c. Membuat kisi-kisi alat ukur penilaian literasi sains.

Perumusan kisi-kisi alat ukur penilaian literasi sains meliputi aspek konteks aplikasi sains, aspek konten sains, aspek proses sains, dan aspek sikap sains serta indikator pembelajaran. Indikator yang dibuat terbagi ke dalam dua aspek yakni aspek kognitif dan aspek sikap. Indikator aspek kognitif dirumuskan setelah konteks dan konten ditelaah, lalu disesuaikan dengan KD dan Kompetensi Ilmiah PISA 2012. Begitupula halnya dengan perumusan indikator aspek sikap sains, indikator dirumuskan setelah konteks dan konten ditelaah lalu disesuaikan dengan KD dan Aspek Sikap PISA 2012.

d. Membuat instrumen penelitian berupa lembar validasi ahli dan alat ukur penilaian literasi sains untuk menguji kualitas dari alat ukur yang dikonstruksi.

e. Melakukan validasi ke beberapa ahli.

f. Melakukan uji coba alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dalam penelitian di salah satu SMP kota Bandung

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengumpulan data penelitian, pengolahan data, perbaikan alat ukur, analisis, lalu menarik kesimpulan dan saran.

H. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari tabel hasil analisis wacana yang berisi aspek konteks dan konten, lembar validasi ahli serta nilai reliabilitas alat ukur. Teknik pengumpulan yang dilakukan data yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah di bab I adalah sebagai berikut:

1. Untuk karakteristik teks bacaan klasifikasi material-sifat materi dilakukan dengan cara mengkaji wacana aspek konteks dan konten serta keterpaduannya dalam teks halus yang diperoleh.

2. Untuk validitas dari alat ukur yang dihasilkan, dilakukan dengan memvalidasi alat ukur kepada 5 orang ahli. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah


(29)

44

Siti Patimah, 2015

alat ukur yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur berdasarkan judgment para ahli. Para ahli tersebut berasal dari 3 dosen Pendidikan Kimia UPI dan 2 guru mata pelajaran IPA SMP.

3. Untuk reliabilitas dari alat ukur, dilakukan dengan melakukan uji coba alat ukur yang telah divalidasi kepada sejumlah siswa SMP di salah satu sekolah negeri di kota Bandung.

I. Analisis Data

1. Data Pengembangan Karakteristik Teks Bacaan

Data yang diperoleh dari hasil kajian terhadap wacana aspek konteks dan konten berupa teks halus, kemudian teks halus tersebut dianalisis dalam bentuk tabel teks gabungan aspek konteks dan konten agar paragraf konten-konteks menjadi padu, sehingga diperoleh karakteristik teks bacaan yang memuat struktur konten, yang ditempatkan ke dalam konteks yang berguna bagi siswa dalam bentuk teks halus berupa teks konten-konteks.

2. Data Hasil Validasi Alat Ukur

Data dari lembar validasi dikelompokkan menjadi satu dan diolah. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan untuk menilai kualitas alat ukur dan untuk memperbaiki alat ukur yang dikembangkan, sehingga pada tahap akhir selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki. Berikut merupakan beberapa kriteria dan cara analisis hasil validasi.

a. Kriteria penilaian hasil validasi

Data tanggapan ahli yang diperoleh berupa ceklist.

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Validasi Alat Ukur

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

b. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah


(30)

45

Siti Patimah, 2015

CVR= ��− � 2 �

2

ne : jumlah ahli yang menyatakan “ya”

N : total respon Ketentuan

a) Saat jumlah ahli yang menyatakan “ya” kurang dari ½ total reponden maka nilai CVR = -

b) Saat jumlah ahli yang menyatakan “ya” ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

c) Saat seluruh ahli menyatakan “ya” maka nilai CVR = 1 (hal ini

diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden). d) Saat jumlah ahli yang menyatakan “ya” lebih dari ½ total

reponden maka nilai CVR = 0-0,99.

2. Menghitung nilai CVI ( indek validitas konten)

Setelah mengidentifikasi validitas tiap butir soal menggunakan CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan validitas dari soal yang dibuat. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.

� = �ℎ �� ��

(Lawshe, 1975) 3. Data Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan internal consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus KR.20 (Kuder Richardson) sebagai berikut:

� =k−1k [1 −∑s2 ] Dimana, r = reliabilitas tes secara keseluruhan


(31)

46

Siti Patimah, 2015

p= proporsi subjek menjawab soal dengan benar q= proporsi subjek menjawab soal dengan salah s2 = variansi skor-skor tes


(32)

Siti Patimah, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teks bacaan hasil konstruksi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Teks bacaan yang dikembangkan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini

b. Teks bacaan yang dikembangkan disesuaikan dengan aspek kompetensi ilmiah dan sikap dari PISA 2012

c. Teks bacaan mengandung konteks yang disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa yang dapat memenuhi kriteria accessible

2. Kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat ditinjau dari beberapa parameter, yaitu validitas dan reliabilitas. Secara keseluruhan alat ukur yang dikonstruksi memiliki validitas yang tinggi dengan nilai CVI 0,988 dan memiliki reliabilitas yang tinggi, sehingga alat ukur yang dikonstruksi memiliki kualitas yang bagus.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan terhadap alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks klasifikasi material pada materi sifat materi yang dikonstruksi dalam penelitian ini dapat dilakukan pengembangan selanjutnya agar diperoleh alat ukur penilaian literasi sains yang memiliki kualitas lebih baik lagi.

2. Untuk mengetahui karakteristik dari teks bacaan sebaiknya menyebarkan angket berupa lembar kesesuaian kepada para validator baik dosen maupun guru, sehingga diketahui kesesuaian antara teks bacaan yang dikembangkan dengan kurikulum, aspek kompetensi PISA dan tingkat kognitif siswa.


(33)

67

Siti Patimah, 2015

3. Untuk kajian pustaka, harus lebih difokuskan pada pengembangan alat ukur penilaian literasi sains dan cara mengkonstruksi alat ukur tersebut.

4. Teks pengantar soal pada alat ukur dipertimbangkan lebih dalam lagi, apakah dengan adanya teks pengantar tersebut semakin membuat siswa mengerti atau tanpa ada teks pengantar tersebutpun siswa bisa menjawab soal yang diberikan.

5. Dalam pembuatan soal, jika di dalam kurikulum kata kerjanya hanya sampai C2, maka untuk pengembangan alat ukurnya bisa ditambahkan hingga tingkatan yang lebih tinggi sehingga kategori proses sains pada PISA terpakai seluruhnya.

6. Pengembangan alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks klasifikasi material dapat dikembangkan ke dalam konten yang lain

7. Mengimplementasikan alat ukur penilaian yang telah dikonstruksi oleh peneliti pada setting otentik di kelas.


(34)

Siti Patimah, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya. Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Balitbang. (2010). Bagaimana Menulis Soal Pilihan Ganda?. [Online]. Tersedia

dalam : http://www.balitbang.depdiknas.go.id/?p=272 (31 Agustus 2014). BSNP. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2013. Jakarta: BSNP.

Callister, W.D., & Rethwisch, D.G. (1940). Material Science and Engineering an Introduction Eight Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Chang , R & Overby, J. (2011). General Chemistry, the essential concept Sixth Edition. US: Mc Graw Hill.

Creswell. (2008). The Selection of Research Design. Sage publication. [Online]. Tersedia dalam : http://www.sagepub.com/books/book233508 (24 September 2013).

Dahar, W.R.(1989). Teori -Teori Belajar. Bandung : Erlangga.

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Donald, R.C., Pradeep, P.F., & Wendelin, J.W. (2010). The Science And Engineering of Materials Sixth Edition. USA: Cengage Learning, Inc.

Duit, R. et. al. (2012). The Model of Educational Reconstruction – A Framework For Improving Teaching And Learning Science. Sci. Educ. Res. and Pract. in Europe: Retrospective and Prospective, 5, 13–37.


(35)

69

Siti Patimah, 2015

Duit, R.,Gropengießer, H., Kattmann, U., Komorek, M.,& Parchman, I.(2012).

“The Model of Educational Rescontruction- A Framework for Improving

Teaching and Learning Science”. Dalam Jorde and Dillon (Ed.). Science Educational Reaserch and Practice in Europe.

Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitiatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Flavell, J.H. 1970. Developmental Studies Of Mediated Memory. In H. W. Reese & L. P. Lipsitt (Eds), Advances in child development and child behavior (Vol.5, pp. 181-211).New Yorkk. Academic Press.

Herron, J. Dudley., et. al. (1977). Problems Associated With Concept Analysis.

Journal of Science Education, (61)2: 185 –

199. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/sce.3730610210/abstract Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.

UNESCO.

Holbrook, J. (2005). “Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical

Education International. 6(1), 1-12.

Lawse (1975).“ AQuantitatif Approach to Content Validity” Journal personal Psycology. 28, 563-575.

Lewis, R & Evans, W. (2006). Chemistry Third Edition. China: Palgrave Foundation.

Mayasari, D. (2014). Konstruksi Bahan Ajar Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Konteks Nanofiltrasi Untuk Membangun Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak Diterbitkan. McMurry, F. (2004).Chemistry 4th Edition.New York: McGraw Hill.


(36)

70

Siti Patimah, 2015

Michael, A., Shercliff, H., & Cebon, R. (2007). Materials Engineering Science Processing and Design. UK: Elsevier.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., & Ralle B. (2002).“Chemieim Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”.MakalahSimposiumInternasional

IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World.[Online].Tersedia: www.pisa.oecd.org. [14 Februari 2014].

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.

OECD. (2013). PISA 2012 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.

Rusfitasari, F.D. (2013). Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak Diterbitkan.

Setiadi, R. (1998). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks. Shwartz,Y., Ben-Zvi, R. dan Hofstein, A. (2006). ”The Use of Scientific Literacy

Taxonomy for assessing the development of chemical Literacy among

high-shool Students”. Chemical Education Research and Practice, 7(4), 203-225. Sudiatmika. (2010). Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP dalam Konteks Budaya Bali. Disertasi Pada Sekolah Pascasarjana FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Sudibyo, B. (-). Cara Analisis Dan Interpretasi Data Dalam Penelitian. [Online]. Tersedia dalam: http://www.educationesia.blogspot.com (20 November 2014) Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011).


(37)

71

Siti Patimah, 2015

Universitas Pendidikan Indonesia.(2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Varelas, M., Pappas, C.C., Kane., J.M., Arsenault, A., Hankes, J., & Cowan, B.M. (2008). Urban primary-grade children think and talk science: Curricular and instructional practices that nurture participation and argumentation. Science Education, 92 (1), 65 - 95.

Vlack, Lawrence H.V. (1985). Elements of Materialas Science and Engineering 5th Edition. USA : Reading Mass.

Whitten, dkk. (2003). General Chemistru Seventh Edition. Philadelphia: Brooks/ Cole Pubhlishing Company.

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). Recalculation of the Critical

Values for Lawshe’s Content Validity Ratio. Chemical Education Research

and Practice , XX(X) 1–14

Witte, D., dan Beers. K. (2003). Testing of Chemical Literacy. Chemical education International. 4(1),1-15.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teks bacaan hasil konstruksi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Teks bacaan yang dikembangkan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini

b. Teks bacaan yang dikembangkan disesuaikan dengan aspek kompetensi ilmiah dan sikap dari PISA 2012

c. Teks bacaan mengandung konteks yang disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa yang dapat memenuhi kriteria accessible

2. Kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat ditinjau dari beberapa parameter, yaitu validitas dan reliabilitas. Secara keseluruhan alat ukur yang dikonstruksi memiliki validitas yang tinggi dengan nilai CVI 0,988 dan memiliki reliabilitas yang tinggi, sehingga alat ukur yang dikonstruksi memiliki kualitas yang bagus.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan terhadap alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks klasifikasi material pada materi sifat materi yang dikonstruksi dalam penelitian ini dapat dilakukan pengembangan selanjutnya agar diperoleh alat ukur penilaian literasi sains yang memiliki kualitas lebih baik lagi.

2. Untuk mengetahui karakteristik dari teks bacaan sebaiknya menyebarkan angket berupa lembar kesesuaian kepada para validator baik dosen maupun guru, sehingga diketahui kesesuaian antara teks bacaan yang dikembangkan dengan kurikulum, aspek kompetensi PISA dan tingkat kognitif siswa.


(2)

67

Siti Patimah, 2015

3. Untuk kajian pustaka, harus lebih difokuskan pada pengembangan alat ukur penilaian literasi sains dan cara mengkonstruksi alat ukur tersebut.

4. Teks pengantar soal pada alat ukur dipertimbangkan lebih dalam lagi, apakah dengan adanya teks pengantar tersebut semakin membuat siswa mengerti atau tanpa ada teks pengantar tersebutpun siswa bisa menjawab soal yang diberikan.

5. Dalam pembuatan soal, jika di dalam kurikulum kata kerjanya hanya sampai C2, maka untuk pengembangan alat ukurnya bisa ditambahkan hingga tingkatan yang lebih tinggi sehingga kategori proses sains pada PISA terpakai seluruhnya.

6. Pengembangan alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks klasifikasi material dapat dikembangkan ke dalam konten yang lain

7. Mengimplementasikan alat ukur penilaian yang telah dikonstruksi oleh peneliti pada setting otentik di kelas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Balitbang. (2010). Bagaimana Menulis Soal Pilihan Ganda?. [Online]. Tersedia dalam : http://www.balitbang.depdiknas.go.id/?p=272 (31 Agustus 2014).

BSNP. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013. Jakarta: BSNP.

Callister, W.D., & Rethwisch, D.G. (1940). Material Science and Engineering an Introduction Eight Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Chang , R & Overby, J. (2011). General Chemistry, the essential concept Sixth Edition. US: Mc Graw Hill.

Creswell. (2008). The Selection of Research Design. Sage publication. [Online]. Tersedia dalam : http://www.sagepub.com/books/book233508 (24 September 2013).

Dahar, W.R.(1989). Teori -Teori Belajar. Bandung : Erlangga.

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Donald, R.C., Pradeep, P.F., & Wendelin, J.W. (2010). The Science And Engineering of Materials Sixth Edition. USA: Cengage Learning, Inc.

Duit, R. et. al. (2012). The Model of Educational Reconstruction – A Framework For Improving Teaching And Learning Science. Sci. Educ. Res. and Pract. in Europe: Retrospective and Prospective, 5, 13–37.


(4)

69

Siti Patimah, 2015

Duit, R.,Gropengießer, H., Kattmann, U., Komorek, M.,& Parchman, I.(2012).

“The Model of Educational Rescontruction- A Framework for Improving

Teaching and Learning Science”. Dalam Jorde and Dillon (Ed.). Science Educational Reaserch and Practice in Europe.

Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitiatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Flavell, J.H. 1970. Developmental Studies Of Mediated Memory. In H. W. Reese & L. P. Lipsitt (Eds), Advances in child development and child behavior (Vol.5, pp. 181-211).New Yorkk. Academic Press.

Herron, J. Dudley., et. al. (1977). Problems Associated With Concept Analysis.

Journal of Science Education, (61)2: 185 –

199. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/sce.3730610210/abstract

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”. UNESCO.

Holbrook, J. (2005). “Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International. 6(1), 1-12.

Lawse (1975).“ AQuantitatif Approach to Content Validity” Journal personal Psycology. 28, 563-575.

Lewis, R & Evans, W. (2006). Chemistry Third Edition. China: Palgrave Foundation.

Mayasari, D. (2014). Konstruksi Bahan Ajar Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Konteks Nanofiltrasi Untuk Membangun Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak Diterbitkan. McMurry, F. (2004).Chemistry 4th Edition.New York: McGraw Hill.


(5)

Michael, A., Shercliff, H., & Cebon, R. (2007). Materials Engineering Science Processing and Design. UK: Elsevier.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., & Ralle B. (2002).“Chemieim Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”.MakalahSimposiumInternasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World.[Online].Tersedia: www.pisa.oecd.org. [14 Februari 2014].

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.

OECD. (2013). PISA 2012 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.

Rusfitasari, F.D. (2013). Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak Diterbitkan.

Setiadi, R. (1998). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks.

Shwartz,Y., Ben-Zvi, R. dan Hofstein, A. (2006). ”The Use of Scientific Literacy Taxonomy for assessing the development of chemical Literacy among

high-shool Students”. Chemical Education Research and Practice, 7(4), 203-225. Sudiatmika. (2010). Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP dalam Konteks Budaya Bali. Disertasi Pada Sekolah Pascasarjana FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Sudibyo, B. (-). Cara Analisis Dan Interpretasi Data Dalam Penelitian. [Online]. Tersedia dalam: http://www.educationesia.blogspot.com (20 November 2014)

Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). MembangunLiterasiSainsPesertaDidik. Bandung: PT.Humaniora.


(6)

71

Siti Patimah, 2015

Universitas Pendidikan Indonesia.(2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Varelas, M., Pappas, C.C., Kane., J.M., Arsenault, A., Hankes, J., & Cowan, B.M. (2008). Urban primary-grade children think and talk science: Curricular and instructional practices that nurture participation and argumentation. Science Education, 92 (1), 65 - 95.

Vlack, Lawrence H.V. (1985). Elements of Materialas Science and Engineering 5th Edition. USA : Reading Mass.

Whitten, dkk. (2003). General Chemistru Seventh Edition. Philadelphia: Brooks/ Cole Pubhlishing Company.

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). Recalculation of the Critical

Values for Lawshe’s Content Validity Ratio. Chemical Education Research and Practice , XX(X) 1–14

Witte, D., dan Beers. K. (2003). Testing of Chemical Literacy. Chemical education International. 4(1),1-15.