KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN INTERAKSI ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN KONTEKS INKJET PRINTER.

(1)

KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN INTERAKSI ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN

KONTEKS INKJET PRINTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh: Siska Sintia Depi

0905794

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN INTERAKSI ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN

KONTEKS INKJET PRINTER

Oleh Siska Sintia Depi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Siska Sintia Depi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SISKA SINTIA DEPI

KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN INTERAKSI ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN

KONTEKS INKJET PRINTER

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP: 196611211991031002

Pembimbing II

Dr. Hernani, M.Si. NIP : 196711091991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP: 196611211991031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur penilaian literasi sains kimia SMA pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer. Konstruksi alat ukur ini disesuaikan dengan karakteristik soal-soal PISA dan standar isi mata pelajaran kimia SMA kurikulum 2013. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan (educational rescontruction) dengan desain penelitian mix method jenis sequential exploratory yang dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif dengan tujuan eksplorasi, dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola teks bacaan konteks inkjet printer-konten interaksi antarmolekul berupa struktur konten yang dikonstruksi untuk tujuan pembelajaran. Data kuantitatif yang diperoleh diantaranya nilai CVR hasil validasi ahli, nilai uji reliabilitas, hasil penilaian ahli dan hasil penilaian siswa terhadap alat ukur yang dikonstruksi. Nilai CVR rata-rata (CVI) untuk kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar adalah 0,983; kesesuaian indikator dengan kompetensi/sikap PISA 2009 adalah 1; kesesuaian indikator dengan butir soal adalah 1; dan untuk ketepatan jawaban sebesar 0,983. Hasil uji reliabilitas untuk aspek kognitif sebesar 0,432 dan untuk aspek sikap sebesar 0,502 sehingga dapat ditafsirkan bahwa alat ukur yang dikonstruksi telah reliabel. Hasil penilaian kesesuaian karakteristik alat ukur yang dikonstruksi dengan soal literasi sains PISA memperoleh persentase sebesar 100% untuk masing-masing aspek yang dinilai. Penilaian keterbacaan alat ukur penilaian literasi sains oleh siswa menunjukkan nilai persentase 60,7% untuk pernyataan terkait teks konteks pengantar soal dan 70,8% untuk pernyataan terkait butir soal dalam alat ukur penilaian literasi sains.


(5)

ABSTRACT

This research designed to produce an assessment tool used to assess student’s

scientific literacy in intermolecular forces content using inkjet printer context. This assessment tool construction is appropriated with characteristics of assessment in PISA and the standard content of chemistry in curriculum 2013. This research use Educational Reconstruction model with Mix Method Design which started by collecting and analyzing qualitative data for exploration, and then followed by collecting and analyzing quantitative data. Qualitative data of this research is the pattern text of context inkjet printer-content intermolecular forces which is content structure constructed for instruction. Quantitative data in

this research are CVR value from judge’s validation, reliability value, and

judgments from judges and students about the assessment constructed. CVI (The average of CVR) value of appropriateness of indicator and basic competencies is 0,983; appropriateness of indicators and scientific competencies or attitude toward science in PISA 2009 is 1, appropriateness of indicator and the question in assessment tool is 1, and appropriateness of the right answer for each question in assessment tool is 0,983. Value of reliability of cognitive aspect is 0,432 and reliability of affective aspect is 0,502 so it can be interpreted that the assessment tool is reliable to be used. The judgment of appropriateness of the assessment tool constructed with characteristic assessment in PISA 2009 has value 100% for each aspect judged. The student judgment give 60,7% for the statements about text of context in assessment tools, and 70,8% for the statements about the questions in assessment tools.

Key word: Assessment tool, Scientific literacy, Inkjet Printer, Intermolecular Forces.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Literasi Sains/Kimia ... 9

B. Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 12

C. Kualitas Alat Ukur ... 14

D. Kaidah Penulisan Butir Soal Pilihan Ganda sebagai Pedoman Penilaian Keterbacaan Literasi Sains ... 18

E. Rekonstruksi Pendidikan untuk Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains ... 19

F. Pola Teks Bacaan Konteks Konten Pada Penilaian Literasi Sains/Kimia ... 23

G. Tinjauan Materi Konteks Inkjet Printer-Konten Interaksi Antarmolekul ... 25

H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek/Objek Penelitian ... 50


(7)

C. Desain Penelitian ... 51

D. Definisi Operasional... 51

E. Instrumen Penelitian... 52

F. Alur Penelitian ... 54

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya ... 58

H. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pola Teks Bacaan Inkjet Printer-Interaksi Antarmolekul ... 62

B. Kualitas Alat Ukur yang Dikonstruksi ... 73

C. Kesesuaian Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Konten Interaksi Antarmolekul Menggunakan Konteks Inkjet Printer dengan Karakteristik Penilaian Literasi Sains PISA ... 75

D. Keterbacaan Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Konten Interaksi Antarmolekul menggunakan Konteks Inkjet Printer... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 91


(8)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan teknologi yang pesat akibat majunya perkembangan sains dan teknologi perlu diimbangi dengan penguasaan ilmu pengetahuan sains agar individu dapat berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat di mana ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang penting. Pemahaman sains dan teknologi dapat memberdayakan individu untuk berpartisipasi secara tepat dalam penentuan kebijakan publik dimana masalah ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan mereka. Sejalan dengan tujuan kurikulum 2013 (Depdikbud, 2013) yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia maka pemahaman terhadap sains menjadi hal yang sangat penting untuk dikembangkan dalam setiap diri individu.

Pemahaman sains yang meliputi pemahaman terhadap alam melalui penguasaan ilmu dasar sains seperti kimia, biologi, fisika dan pemahaman tentang hakikat sains sebagai suatu penyelidikan ilmiah menjadi fokus utama dalam kajian literasi sains. Literasi sains berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami informasi, ilmu pengetahuan dan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari, serta kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian individu dalam pengetahuan dan keterampilan sains lebih jauh lagi dapat berimplikasi pada kesiapan mereka dalam menghadapi era pemanfaatan teknologi canggih di masa yang akan datang (OECD, 2009). Dengan demikian


(9)

untuk mengembangkan pemahaman sains dalam diri individu dapat dimulai dengan mengembangkan literasi sains dalam setiap diri individu.

Menurut National Research Council dalam Shwartz (2006) pencapaian terhadap tingkat literasi sains siswa merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan sains. Hal ini juga menjadi fokus utama dalam pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia sebagai negara yang juga menyelenggarakan pendidikan sains sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Pentingnya pencapaian literasi sains siswa Indonesia dibuktikan dengan keikutsertaan Indonesia dalam program assesmen internasional seperti PISA (Programme for International Student Assesment) yang dibentuk untuk menilai tingkat literasi sains siswa dengan mengadakan suatu penilaian berskala internasional yang diselenggarakan setiap 3 tahun sekali dan diikuti oleh negara-negara peserta PISA.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah terus melakukan pengembangan terhadap kurikulum pendidikan yang menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada tahun ajaran 2013/2014 Indonesia menggunakan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 sebagai panduan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Depdikbud (2013) pengembangan kurikulum 2013 dilakukan untuk menghadapi tantangan internal berupa pendidikan yang lebih memadai dalam membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki daya saing, kompeten dan terampil serta untuk menghadapi salah satu tantangan eksternal berupa rendahnya capaian literasi sains siswa Indonesia dalam hasil penilaian kemampuan literasi sains siswa bertaraf internasional seperti TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for

International Student Assessment). Oleh karena itu, penerapan kurikulum 2013 ini

diharapkan mampu memberikan hasil lebih baik bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang salah satu diantaranya berupa peningkatan dalam capaian literasi sains siswa Indonesia.

Sistem penilaian di Indonesia saat ini belum sesuai dengan sistem penilaian PISA karena masih menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam


(10)

menyelesaikan soal-soal teoritis dan hitungan tanpa menyajikan masalah nyata yang sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan siswa (Sudiatmika, 2010). Banyaknya materi uji dalam penilaian PISA dan TIMMS yang tidak sesuai dengan materi uji dalam kurikulum di Indonesia menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi Indonesia dalam capaian literasi sains siswa (Depdikbud, 2013). Untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam meningkatkan capaian literasi sains, perlu dilakukan perbaikan pada proses belajar mengajar termasuk pada pembuatan alat ukur penilaian hasil belajar berupa soal-soal yang sesuai dengan soal-soal PISA dan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Alat ukur penilaian hasil belajar yang dibuat hendaknya disesuaikan dengan kerangka penilaian sains PISA agar siswa menjadi lebih terbiasa untuk mengerjakan soal-soal literasi sains.

Sebagai salah satu pedoman dalam penilaian literasi sains, PISA memiliki empat aspek penting dalam kerangka penilaian literasi sains. Aspek-aspek tersebut mencakup aspek konteks, konten, keterampilan ilmiah (sains), dan sikap. Soal-soal PISA tidak mengukur konteks, tetapi mengukur (kompetensi) proses sains, pengetahuan, dan sikap sains yang disajikan terkait dengan konteks (OECD, 2009). Keempat aspek tersebut menuntut siswa untuk dapat menjelaskan konteks berupa fenomena nyata dan menggunakan pengetahuan sains yang dimiliki oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa sangat berkaitan dengan konsep-konsep sains. Hal ini menjadi sangat potensial agar fenomena tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk memperkaya pemahaman siswa mengenai konsep sains yang sedang diajarkan dan dapat menarik minat siswa terhadap pembelajaran sains.

Kimia sebagai salah satu ilmu sains merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari literasi sains. Salah satu penelitian yang berkaitan dengan literasi sains dalam ilmu kimia dilakukan oleh Shwartz (2006) yang kemudian menggunakan istilah literasi kimia untuk menunjukkan bahwa literasi sains yang ditekankan dalam penelitiannya dikhususkan untuk salah satu mata pelajaran sains yaitu kimia. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pencapaian literasi kimia siswa pada


(11)

Sekolah Menengah Atas di Israel. Salah satu aspek penting dalam pengukuran pencapaian literasi kimia yang dilakukan berkaitan dengan bagaimana siswa dapat menjelaskan suatu konteks atau fenomena ilmiah yang terjadi dalam kehidupannya menggunakan pengetahuan ilmu kimia yang dimiliki (Shwartz, 2006). Dengan demikian konteks kimia yang disajikan menjadi bagian yang penting dalam menyusun instrumen penilaian literasi kimia karena di dalam konteks tersebut akan tersaji fenomena ilmiah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk dikaji, dianalisis dan dijelaskan oleh siswa secara ilmiah.

Dengan demikian jika ingin meningkatkan literasi sains siswa, alat ukur yang dikembangkan guru dalam pembelajaran sains, termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan konteks sebagai suatu media untuk mencapai literasi sains siswa. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Provost dan Lavery (2009) menunjukkan bahwa konteks inkjet printer dapat digunakan untuk mengajarkan konsep interaksi antarmolekul. Materi interaksi antarmolekul dipilih berdasarkan tiga prinsip pemilihan konten (konsep) pada PISA, yakni konsep yang diujikan harus relevan dengan situasi kehidupan keseharian yang nyata, konsep itu diperkirakan masih akan relevan sekurang-kurangnya untuk satu dasawarsa ke depan, dan konsep itu harus berkaitan dengan kompetensi proses, yaitu pengetahuan yang tidak hanya mengandalkan daya ingat siswa dan hanya berkaitan dengan informasi tertentu saja (Hayat dan Yusuf, 2010). Konteks sistem injet printer dipilih karena konteks tersebut memenuhi kriteria pemilihan konteks berdasarkan pandangan De Jong (2006) yakni dikenal dan relevan untuk siswa (laki-laki dan perempuan), tidak memisahkan perhatian siswa dari konsep terkait, tidak terlalu rumit untuk siswa dan tidak membingungkan siswa.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Hasil pencapaian literasi sains siswa yang rendah, salah satunya bisa disebabkan oleh penyusunan alat ukur penilaian hasil belajar yang tidak disesuaikan dengan kerangka penilaian literasi sains yang hanya mencakup aspek konten, dan tidak mencakup aspek konteks, kompetensi dan sikap sains. Oleh


(12)

karena itu perlu dilakukan perbaikan terhadap penyusunan alat ukur yang sesuai dengan kerangka PISA sehingga diharapkan dapat meningkatkan literasi sains siswa. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana alat ukur literasi sains siswa SMA yang dikonstruksi pada konten interaksi antar molekul menggunakan konteks inkjet

printer?” Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut : 1. Bagaimana pola teks bacaan yang menghubungkan konteks inkjet printer

dengan konten interaksi antarmolekul sebagai acuan untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains/kimia?

2. Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikonstruksi pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas?

3. Bagaimana penilaian ahli mengenai kesesuaian karakteristik soal dalam alat ukur literasi sains/kimia yang dikonstruksi pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer dengan soal literasi sains PISA?

4. Bagaimana penilaian siswa mengenai keterbacaan soal dalam alat ukur literasi sains/kimia siswa SMA yang dikonstruksi pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer?

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur literasi sains/kimia siswa SMA yang dikonstruksi pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Guru, dapat membekali siswa dengan pengetahuan yang menyeluruh dengan memperhatikan keseluruhan aspek baik aspek konten sains, aspek konteks kompetensi sains, dan aspek sikap sains. Selain itu, hasil penelitian ini


(13)

diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi guru untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui pengembangan instrumen penilaian literasi sains berdasarkan kerangka penilaian dalam PISA.

2. Lembaga pendidikan, membantu mengembangkan instrumen penilaian literasi sains yang sesuai dengan proses belajar mengajar dan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih instrumen penilaian literasi sains demi kemajuan proses pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013.

3. Peneliti lain, menjadi salah satu bahan kajian (referensi) dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan instrumen penilaian literasi sains dan menjadi acuan untuk melakukan penelitian sejenis dengan konteks dan konten yang berbeda.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini adalah penjabaran urutan penulisan skripsi dari setiap bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang memaparkan latar belakang dilakukannya penelitian ini, yaitu karena belum banyak ditemukan soal-soal kimia yang dapat mengukur literasi sains/kimia siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang berlaku saat ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana alat ukur literasi sains/kimia siswa SMA yang dikontruksi pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer. Hal ini berimplikasi pada tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh alat ukur literasi sains/kimia siswa SMA yang dikonstruksi pada konten interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA.

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, pada Bab II disajikan kajian pustaka mengenai literasi sains/kimia sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia; karakteristik alat ukur penilaian literasi sains yang memuat aspek konten, kompetensi ilmiah dan sikap yang disajikan melalui konteks yang relevan; pola teks bacaan konteks-konten yang


(14)

berisi penjabaran mengenai penggabungan konteks yang relevan dengan konten materi pembelajaran tertentu; kualitas alat ukur literasi sains dilihat dari parameter validitas dan reliabilitas; kesesuaian soal dalam alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal PISA, dan keterbacaan soal literasi sains yang dikonstruksi; tinjauan materi pembelajaran interaksi antarmolekul sebagai konten sains dan inkjet printer sebagai konteks sains yang berisi penjabaran konteks

inkjet printer yang berhubungan dengan konten interaksi antarmolekul; serta

penelitian terdahulu yang relevan yaitu penelitian literasi sains kimia oleh Yael Shwartz, Ruth Ben-Zvi and Avi tahun 2006, jurnal terkait literasi sains kimia berjudul Testing of Chemical Literacy yang ditulis oleh Dolf Witte dan Kees Beers tahun 2003, dan jurnal mengenai pengukuran capaian literasi sains kimia siswa di Australia yang ditulis oleh Sauat Celik tahun 2013.

Hasil kajian pustaka pada Bab II berpengaruh terhadap rangkaian pelaksanaan penelitian yang dijabarkan dalam metodologi penelitian pada Bab III. Bab III diawali dengan penjelasan mengenai subjek penelitian dimana alat ukur literasi sains yang telah dikonstruksi, diujicobakan pada 24 siswa SMA kelas XI semester ganjil dari salah satu SMA di Kabupaten Bandung Barat. Selanjutnya penjelasan mengenai model dan desain penelitian dimana model yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan, dengan desain penelitian berupa mix method jenis

sequential exploratory design. Model dan desain yang dipilih berpengaruh

terhadap instrumen penelitian yang disusun, meliputi lembar analisis wacana, lembar kesesuaian konteks dan konten, alat ukur penilaian literasi sains, lembar validasi ahli, angket penilaian kesesuaian soal dalam alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal PISA, serta angket penilaian keterbacaan soal dalam alat ukur literasi sains yang dikonstruksi. Instrumen penelitian yang telah disusun digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, meliputi data hasil perumusan konteks inkjet printer pada konten interaksi antarmolekul yang dijelaskan melalui analisis deskriptif, data hasil validasi yang diolah menggunakan CVR, data hasil reliabilitas yang diolah menggunakan KR-20, data angket penilaian ahli terhadap kesesuaian karakteristik alat ukur yang dikonstruksi dengan soal PISA dan data angket penilaian siswa terhadap keterbacaan soal


(15)

literasi sains yang telah dikonstruksi yang diolah melalui skala Gutman. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara mengubah skor yang diperoleh dan menginterpretasikannya menjadi suatu kesimpulan.

Setelah penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan pada Bab III, maka diperoleh hasil penelitian yang selanjutnya dianalisis. Hasil penelitian dan pembahasan dipaparkan dalam Bab IV yang meliputi hasil analisis deskriptif konstruksi alat ukur literasi sains yang terdiri atas hasil perumusan konteks inkjet printer dengan konten interaksi antarmolekul sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia, hasil analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA kurikulum 2013 dan hasil analisis kompetensi serta sikap PISA 2009 yang menjadi acuan dalam pembuatan indikator soal, hasil perumusan kisi-kisi soal sebagai pedoman dalam penyusunan butir soal literasi sains, hasil konstruksi alat ukur literasi sains, hasil pengolahan nilai CVR untuk uji validitas, hasil uji reliabilitas melalui uji coba terbatas, hasil pengolahan skor angket penilaian ahli terhadap kesesuaian soal dalam alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan soal PISA dan angket penilaian siswa terhadap keterbacaan soal literasi yang dikonstruksi. Hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya dibahas dengan mengacu pada kajian teoritis yang dipaparkan dalam Bab II.

Setelah diperoleh data penelitian dan dibahas, maka dilakukan penarikan kesimpulan dan saran yang dipaparkan dalam Bab V. Kesimpulan berisi informasi dari permasalahan yang diangkat meliputi pola teks bacaan konteks inkjet printer pada konten interaksi antarmolekul sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains, kualitas alat ukur yang dikembangkan dilihat dari validitas, reliabilitas, penilaian kesesuaian karakteristik alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan soal PISA, dan penilaian keterbacaan soal literasi sains yang dikonstruksi serta saran yang mendukung perbaikan penelitian ini.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

A. Lokasi dan Subjek/Objek Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada alat ukur penilaian literasi sains/kimia dan pengujian kualitas alat ukur yang telah dikonstruksi menggunakan dua parameter uji yaitu validitas dan reliabilitas. Validasi alat ukur dilakukan di jurusan pendidikan kimia UPI dan salah satu SMA di Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan mengujicobakan alat ukur yang telah divalidasi kepada siswa SMA kelas XI semester ganjil yang berjumlah 24 siswa di salah satu SMA di Kabupaten Bandung Barat.

B. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstrusi pendidikan (educational rescontruction) (Duit, et al., 2012). Model ini memiliki tiga komponen yakni klarifikasi dan analisis wacana, penelitian belajar dan mengajar, serta implementasi dan evaluasi. Hubungan antara ketiga komponen ini ditunjukkan pada Gambar 2.2 dalam Bab II. Pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan satu komponen rekonstruksi pendidikan yaitu klarifikasi dan analisis wacana.

Pada gambar 2.3 dalam Bab II terlihat bahwa klarifikasi dan analisis wacana melibatkan dua proses, yaitu elementarisasi yang mengarah pada ide-ide dasar dari konten dan konstruksi struktur konten untuk pengajaran. Dalam kedua proses ini, masalah konten ilmu pengetahuan dan isu-isu perspektif siswa (konsepsi siswa dan pandangan tentang konten maupun variabel afektif seperti minat dan konsep ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa) harus dipertimbangkan. Setelah melewati proses


(17)

ini diharapkan peneliti dapat mengubah struktur konten sains menjadi struktur konten yang sesuai untuk pembelajaran di kelas (Duit, et al.,2012).

Hasil dari klarifikasi dan analisis wacana ini berupa wacana teks konteks kimia yang telah digabungkan dengan konten kimia terkait. Wacana teks yang dihasilkan mengandung keterampilan intelektual yang harus dicapai siswa yang kemudian diturunkan menjadi indikator untuk setiap butir soal penilaian literasi sains/kimia yang akan dibuat. Dengan kata lain, wacana teks tersebut menjadi acuan dalam pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain mix method. Mix

method merupakan sebuah desain penelitian yang melibatkan pengumpulan dan

analisis data kualitatif dan kuantitatif dalam studi tunggal. Mix method yang digunakan oleh peneliti adalah mix-method sequential dengan melibatkan metode kualitatif untuk tujuan eksplorasi dan metode kuantitatif dengan melibatkan suatu sampel (Emzir, 2010). Desain sequential yang dipilih berupa sequential

exploratory design yang dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif

dengan tujuan eksplorasi lalu dikuatkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Jenis sequential exploratory design memiliki pola pengembangan seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pola Pengembangan Sequential Exploratory Design (Creswell, 2003)

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan singkat beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian.

1. Konstruksi adalah proses mengubah suatu struktur konten ilmu pengetahuan tertentu menjadi struktur konten yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran yang melibatkan literasi sains siswa (Duit et al, 2012). Dalam


(18)

penelitian ini hanya dilakukan klarifikasi dan analisis wacana yang merupakan tahap satu dalam model Rekonstruksi Pendidikan.

2. Alat ukur penilaian yang dimaksud adalah instrumen untuk melakukan pengukuran hasil belajar siswa (Sudiatmika, 2010). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis literasi sains berbentuk soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

3. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2009). Literasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini lebih ditekankan pada pencapaian literasi sains kimia siswa SMA.

4. Konteks sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan, lingkungan, serta sains dan teknologi (OECD, 2009). Konteks yang dipilih dalam penelitian ini adalah konteks yang berhubungan dengan sains dan teknologi yaitu inkjet

printer.

5. Konten sains merujuk pada konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. (OECD, 2009). Konten sains yang dipilih adalah konten kimia interaksi antarmolekul yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena

inkjet printer.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan rumusan masalah, secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Lembar Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten

Perumusan aspek konteks dan aspek konten dilakukan dengan menghubungkan keterkaitan antara konteks inkjet printer dengan konten interaksi antarmolekul pada lembar kesesuaian aspek konteks dan konten. Hasil dari


(19)

perumusan konteks dan konten selanjutnya akan digabungkan menjadi wacana utuh sebagai acuan untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains.

Tabel 3.1 Format Lembar Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten

Aspek Konteks Aspek Konten

2. Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Alat ukur penilaian literasi sains berupa 50 butir soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Butir-butir soal tersebut memuat penilaian aspek pengetahuan, proses sains (kompetensi ilmiah PISA), dan sikap sains (kompetensi aspek sikap PISA) yang disajikan terkait konteks.

3. Lembar Validasi Ahli

Lembar validasi berisi penilaian terhadap kesesuaian antara indikator dengan kompetensi dasar, indikator dengan kompetensi PISA 2009, kesesuaian indikator dengan butir soal dan ketepatan jawaban. Validasi butir soal dilakukan oleh 7 orang ahli yang terdiri atas 2 orang dosen ahli assessment, 2 orang dosen ahli literasi sains dan 3 orang guru kimia SMA di kabupaten Bandung. Adapun format lembar validasi ahli dapat dilihat dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Format Lembar Validasi Ahli

No Kompetensi Dasar

Kompetensi/ Sikap PISA

2009

Indikator Pembelajaran

Butir Soal

A B C Ketepatan Jawaban

Saran Perbaikan Y T Y T Y T

Keterangan :

Pilihan jawaban untuk kolom kesesuaian :

Kolom A : Kesesuaian antara indikator dengan kompetensi dasar

Kolom B : Kesesuaian antara indikator dengan kompetensi ilmiah PISA 2009 Kolom C : Kesesuaian antara indikator dengan butir soal


(20)

4. Angket Penilaian Ahli terhadap Kesesuaian Alat Ukur Penilaian yang Dikonstruksi dengan Karakteristik Soal-soal Literasi Sains dalam PISA

Penelitian PISA difokuskan pada empat aspek yang berkaitan yakni konteks aplikasi sains, konten sains, proses sains, dan sikap sains. Penilaian ahli terhadap kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan karakteristik soal-soal PISA diperoleh melalui angket. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2009). Instrumen ini berisi tujuh pernyataan yang diadopsi dari poin-poin penting yang terdapat dalam karakteristik alat ukur penilaian literasi sains PISA. Angket ini berbentuk angket berstruktur dalam format skala Guttman. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan untuk mendapatkan jawaban tegas antara “ya-tidak”.(Sugiyono, 2012)

5. Angket Penilaian Keterbacaan Alat Ukur Literasi Sains yang Dikonstruksi Untuk menilai keterbacaan soal literasi sains yang telah dikontruksi, maka dilakukan pengumpulan data menggunakan angket. Instrumen ini berisi lima pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai keterbacaan soal dalam alat ukur yang dikonstruksi. Komponen pernyataan yang terdapat dalam angket ini diadopsi dari beberapa poin penting terkait kaidah penulisan butir soal yang dapat digunakan untuk menilai keterbacaan soal dan dapat secara langsung dinilai oleh siswa, serta disesuaikan dengan karakteristik soal literasi sains PISA. Angket ini berbentuk angket berstruktur dalam format skala Guttman.

F. Alur Penelitian

Untuk membantu mengarahkan langkah-langkah penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian, proses pengembangan instrumen digambarkan melalui alur penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.2.


(21)

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 3.2, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Telaah Kepustakaan Literasi Sains Kimia

Perumusan Kisi-kisi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Klarifikasi dan Analisis Wacana

Pengolahan dan Analisis Data

Temuan Penelitian dan Pembahasan Telaah Standar Isi Mata

Pelajaran Kimia SMA

Perumusan Aspek Konteks dan Aspek Konten Terkait Kimia Inkjet printer

Kesimpulan dan Saran Angket penilaian ahli

Revisi Validasi

Uji Coba Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Penilaian Keterbacaan Penilaian Ahli

Telaah Kepustakaan Penilaian Literasi Sains

Valid Tidak Valid

Angket penilaian keterbacaan alat ukur

literasi sains Alat Ukur Penilaian Literasi

Sains

Lembar Validasi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Perumusan indikator aspek kognitif berdasarkan

Kompetensi Dasar dan Kompetensi PISA 2009

Perumusan indikator aspek afektif berdasarkan Kompetensi Dasar dan aspek sikap PISA 2009


(22)

1. Tahap Persiapan

a. Menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan submateri pokok interaksi antarmolekul dalam standar isi mata pelajaran kimia SMA.

b. Menelaah kepustakaan literasi sains/kimia melalui panduan penilaian PISA-OECD dan jurnal penelitian terkait.

c. Menelaah kepustakaan penilaian literasi sains/kimia melalui panduan penilaian PISA-OECD dan jurnal penelitian terkait.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan semua tahap persiapan, selanjutnya masuk pada tahap pelaksanaan yang meliputi:

a. Merumuskan indikator aspek kognitif berdasarkan Kompetensi Dasar dan Kompetensi Ilmiah PISA dan merumuskan indikator aspek afektif berdasarkan Kompetensi Dasar dan Aspek Sikap PISA.

b. Melakukan klarifikasi dan analisis wacana materi pokok interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer. Wacana yang dianalisis berupa wacana konten dan wacana konteks. Analisis wacana dituangkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3 Format Analisis Wacana Teks

Teks Asli Proses Penghalusan Teks Dasar

Pada proses analisis wacana konten, dilakukan analisis terhadap buku-buku teks kimia terkait penjelasan materi pokok interaksi antarmolekul. Sedangkan untuk wacana konteks inkjet printer dilakukan analisis terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian yang menunjang. Proses klarifikasi dan analisis wacana dilakukan mengacu pada indikator kognitif dan afektif yang telah dirumuskan.


(23)

Aspek konteks inkjet printer terkait aspek konten interaksi antarmolekul dirumuskan menggunakan instumen lembar kesesuaian aspek konteks dan konten berdasarkan hasil klarifikasi dan analisis wacana.

d. Perumusan kisi-kisi alat ukur penilaian literasi sains.

Perumusan kisi-kisi alat ukur penilaian literasi sains ini meliputi aspek konteks aplikasi sains, aspek konten sains, aspek proses sains, dan aspek sikap sains serta indikator soal. Indikator yang dibuat terbagi ke dalam dua aspek yakni aspek kognitif dan aspek sikap. Indikator aspek kognitif dirumuskan setelah analisis konten dan konteks, lalu disesuaikan dengan KD dan Kompetensi Ilmiah PISA 2009. Sedangkan perumusan indikator aspek sikap sains, indikator dirumuskan setelah analisis konteks dan konten, lalu disesuaikan dengan KD dan aspek sikap PISA 2009. Perumusan kisi-kisi alat ukur dituangkan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Format Kisi-Kisi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains No Aspek

Konteks

Aspek Konten

Kompetensi Dasar

Kompetensi Ilmiah/Sikap

PISA 2009 Indikator

d. Membuat instrumen penelitian berupa alat ukur penilaian literasi sains e. Membuat instrumen penelitian berupa lembar validasi ahi, lembar

penilaian kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan alat ukur literasi sains, serta lembar penilaian keterbacaan alat ukur penilaian literasi sains.

f. Melakukan validasi alat ukur penilaian literasi sains ke beberapa ahli. g. Meminta penilaian ahli terhadap alat ukur yang dikonstruksi

h. Melakukan uji coba tes menggunakan alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dalam penelitian

i. Meminta penilaian siswa mengenai keterbacaan alat ukur yang telah dikonstruksi


(24)

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengumpulan data penelitian, pengolahan data, analisis data, pembahasan temuan hasil penelitian, lalu menarik kesimpulan dan saran.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari lembar kesesuaian aspek konteks dan konten, lembar validasi ahli dan nilai reliabilitas alat ukur, lembar penilaian siswa terhadap alat ukur penilaian literasi sains dan lembar penilaian kesesuaian soal literasi sains yang dikonstruksi dengan karakteristik soal PISA. Data tersebut diperlukan dalam penelitian ini, dengan alasan sebagai berikut:

1. Perumusan aspek konteks-konten hasil analisis wacana dibuat dalam lembar kesesuaian aspek konteks dan konten. Hal ini bertujuan untuk menggabungkan kedua aspek menjadi satu kesatuan wacana utuh yang dapat dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan alat ukur penilaian literasi sains.

2. Alat ukur yang dikonstruksi kemudian divalidasi oleh 7 orang ahli dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dikonstruksi sudah valid berdasarkan judgment para ahli atau masih perlu diperbaiki.

3. Setelah dinyatakan valid, soal tersebut diujicobakan kepada 24 siswa SMA di salah satu sekolah negeri di kabupaten Bandung, dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dikembangkan sudah reliable atau masih perlu diperbaiki.

4. Angket berupa lembar penilaian siswa terhadap alat ukur yang dikembangkan digunakan untuk mengetahui keterbacaan alat ukur penilaian literasi sains dilihat dari perspektif siswa.

5. Angket berupa lembar penilaian ahli digunakan untuk mengetahui kualitas alat ukur berdasarkan penilaian dari 5 orang ahli mengenai kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA.


(25)

H. Teknik Analisis Data

1. Data Pengembangan Teks Bacaan sebagai Sumber Pembuatan Alat Ukur Data penelitian dari lembar kesesuaian konteks-konten dianalisis untuk menghasilkan data kualitatif mengenai pola teks bacaan konteks inkjet printer-konten interaksi antarmolekul yang digunakan sebagai acuan dalam membuat alat ukur penilaian literasi sains.

2. Data Hasil Validasi Alat Ukur

Hasil validasi ahli dianalisis dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Kriteria penilaian hasil validasi

Data tanggapan ahli yang diperoleh berupa ceklist dan dihitung berdasarkan kriteria dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Validasi Alat Ukur

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

b. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah dengan cara sebagai berikut :

1) Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten)

CVR

ne : jumlah ahli yang menyatakan Ya

N : total responden (ahli) Ketentuan

a) Jika jumlah ahli yang menyatakan “Ya” kurang dari ½ total responden maka nilai CVR = -

b) Jika jumlah ahli yang menyatakan “Ya” ½ total responden, dan ½ lainnya menyatakan “Tidak” maka nilai CVR = 0

c) Jika seluruh ahli menyatakan “Ya” maka nilai CVR = 1 (hal ini disesuaikan menjadi 0.99 untuk mengurangi adanya manipulasi data).


(26)

d) Saat jumlah ahli yang menyatakan Ya lebih dari ½ total reponden maka nilai CVR berada pada rentang 0-0,99.

2) Menghitung nilai CVI ( indek validitas konten)

Setelah mengidentifikasi validitas tiap butir soal menggunakan CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan validitas dari soal yang dibuat. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.

(Lawshe, 1975)

Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan pertimbangan untuk menilai kualitas alat ukur dan untuk memperbaiki alat ukur yang dikembangkan, sehingga pada tahap akhir selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki

3. Data Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan internal consistency yang dilakukan dengan cara mengujicobakan instumen sekali, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus KR.20 (Kuder Richardson) sebagai berikut:

]

Dimana, r = reliabilitas tes secara keseluruhan k = jumlah soal

p= proporsi subjek menjawab soal dengan benar q= proporsi subjek menjawab soal dengan salah s2 = variansi skor-skor tes

(Firman, 2000) Penafsiran harga reliabilitas yang didapat dari hasil pengolahan menggunakan rumus KR-20 kemudian dinterpretasikan dengan


(27)

membandingkan harga r hasil perhitungan dengan harga kritik r product

moment.

4. Data Hasil Penilaian Kesesuaian Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains dengan Soal Literasi Sains PISA dan Lembar Penilaian Keterbacaan Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Hasil penilaian dari para ahli dan penilaian siswa kemudian dikelompokkan dan diolah menggunakan skala Guttman menggunakan pilihan tegas ya dan tidak. Untuk setiap jawaban ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0. Data yang diperoleh kemudian dihitung dan akan diperoleh skor. Selanjutnya skor diubah dalam bentuk persentase untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan kategori rentang skor menurut Arikunto (2009) yang disajikan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kategori Rentang Skor Menurut Arikunto

Rentang Persentase Skor Kategori

81 – 100 Baik sekali

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Teks bacaan konteks inkjet printer-konten interaksi antarmolekul yang dikonstruksi mempunyai pola yaitu memuat struktur konten sains yang secara khusus dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi ilmiah dan sikap PISA 2009 serta diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks agar mudah dimengerti dan bemakna bagi siswa.

2. Kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dalam penelitian ini ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas. Alat ukur yang dikonstruksi memiliki validitas yang tinggi dan harga reliabilitas yang menginterpretasikan bahwa tes reliabel.

3. Penilaian ahli menunjukkan bahwa alat ukur yang dikonstruksi pada materi interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer memiliki karakter yang sesuai dengan soal literasi sains PISA.

4. Penilaian siswa terhadap alat ukur penilaian siswa terkait teks wacana soal dan pertanyaan butir soal dalam alat ukur literasi sains berada pada kategori baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, disarankan beberapa hal sebagai berikut:.

1. Dengan mengamati adanya kelebihan dan kekurangan terhadap alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks inkjet printer pada materi interaksi antarmolekul dalam penelitian ini dapat dilakukan pengembangan selanjutnya agar diperoleh alat ukur penilaian literasi sains yang memiliki kualitas lebih baik lagi.


(29)

2. Pengembangan alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks inkjet

printer dapat dikembangkan ke dalam konten yang lain seperti koloid dan

makromolekul.

3. Mengimplementasikan alat ukur penilaian yang telah di konstruksi oleh peneliti pada kegiatan pembelajaran di kelas, dengan syarat bahwa pembelajaran di kelas harus sudah disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran literasi sains, agar terjadi kesinambungan dalam proses pembelajaran dengan evaluasi hasil belajar yang dilakukan.

4. Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menyisipkan soal-soal literasi sains dalam soal-soal tes yang biasa diberikan sehingga siswa tidak akan merasa terlalu kesulitan dan secara bertahap dapat beradaptasi dengan soal literasi sains.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Balitbang (2007). Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Jakarta: Depdiknas.

Brady, J. E. (2005). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi ke 5 Jilid 2 (Penterjemah : Maun, S et.al dari: General Chemistry). Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Brother International Corporation (BIC). (2013). Inkjet Printing Process.

[Online]. Tersedia di:

(http://www.brother-usa.com/accessories/advantage.aspx?src=ba_inkjet#.UrkteUiyku4) (29 Agustus 2013).

Brown, T. L., Lemay, H. E. Jr., Bursten, B. E. (2009). Chemistry : The Central

Science 10th Edition. Australia : Pearson Education.

Burek, A. J. (2013). How It Works: Inkjet Printer. [Online]. Tersedia di: (http://www.computershopper.com/feature/how-it-works-inkjet-printer) (29 Agustus 2013).

Celik, S. (2013). “Chemical Literacy Levels of Science and Mathematics Teacher Candidates”. Australian Journal of Teacher Education, Vol 39 (1), 1-15.

Chang, R. (2004). Kimia dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2 (Penterjemah: Achmadi, S. S dari: General Chemistry : The Essensial

Concept). Jakarta: Erlangga.

Creswell J.W. (2003). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mix


(31)

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). (2013). Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdikbud.

Duit, R.,Gropengieer, H., Kattman, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012). “The Mo el of E u tion l Re onstruction-A Framework for Improving Te hing n e rning S ien e”. Dalam Jorde, D and Dillon, J (Eds.). Science Educational Reaserch and Practice in Europe: Retrospective and Prospective, Vol 5,1337.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Bandung.

Hayat, B dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Interactive Coding Equipment (ICE). (2013). Thermal Inkjet Technology. [Online]. Tersedia di: (http://www.interactivecoding.co.uk/products/viper-thermal-inkjet-coder/thermal-inkjet-technology/) (29 Agustus 2013).

wshe. (1975). “A Qu ntit tive Appro h to Content V li ity”. Journal of Phersonnel Psychologi, Vol 28, 563-575.

Magdassi, S. (2009). The Chemistry Of Inkjet Ink. Singapura: World Scientific Publishing.

McMurry,F. (2005). Chemistry forth Edition. New Jersey : Prentic-hal.

Munawar, N. A. (2008). Teknik Reffil Printer Inkjet, Teknik Reffil Printer Laser,


(32)

Novelianti, N. (2012). Analisis Keterbacaan Soal Ulangan Semester Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 14 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2009).

PISA 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading, Mathematics and Science. Paris: OECD.

Pendzich, F. C. (2003). Inkjet Printer Guide Technical Manual Inkjet Printer

Technology. Department of Defense Education Activity.

Provost, J dan Lavery, A. (2009). Interaction of Digital Inks with Textile and

Paper Substrate in Ink Jet Printing. Provost Inkjet Consulting Ltd.

Setiadi, R. (2007). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks. Prosiding Workshop Penulisan Bahan Ajar untuk Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). "The Use of Scientific Literacy Taxonomy for assesing the development of Chemical Literacy among high-school Student". Chemical Education Research and Practice,Vol 7(4),203-225.

Sudiatmika. (2010). Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP dalam

Konteks Budaya Bali. Disertasi Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana UPI :

tidak diterbitkan.

Sudijono, A. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan

Mixed. Bandung : Alfabeta.

Sukardi, H.M. (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.


(33)

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). “Recalculation of the Critical V lues for wshe’s Content Validity Ratio”. Chemical Education Research

and Practice, Vol XX(X), 1–14.

Witte, D. n Beers, K. (2003). “Testing Of Chemi l iter y (Chemistry In Context In The Dut h N tion l Ex min tions)”. Chemical Education International, Vol 4(1), 1-15.

Zuriyani, E. (2011). Literasi Sains dan Pendidikan. [Online]. Tersedia di : http://www.sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf (27 November 2012).


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Teks bacaan konteks inkjet printer-konten interaksi antarmolekul yang dikonstruksi mempunyai pola yaitu memuat struktur konten sains yang secara khusus dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi ilmiah dan sikap PISA 2009 serta diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks agar mudah dimengerti dan bemakna bagi siswa.

2. Kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dalam penelitian ini ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas. Alat ukur yang dikonstruksi memiliki validitas yang tinggi dan harga reliabilitas yang menginterpretasikan bahwa tes reliabel.

3. Penilaian ahli menunjukkan bahwa alat ukur yang dikonstruksi pada materi interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer memiliki karakter yang sesuai dengan soal literasi sains PISA.

4. Penilaian siswa terhadap alat ukur penilaian siswa terkait teks wacana soal dan pertanyaan butir soal dalam alat ukur literasi sains berada pada kategori baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, disarankan beberapa hal sebagai berikut:.

1. Dengan mengamati adanya kelebihan dan kekurangan terhadap alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks inkjet printer pada materi interaksi antarmolekul dalam penelitian ini dapat dilakukan pengembangan selanjutnya agar diperoleh alat ukur penilaian literasi sains yang memiliki kualitas lebih baik lagi.


(2)

2. Pengembangan alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks inkjet

printer dapat dikembangkan ke dalam konten yang lain seperti koloid dan

makromolekul.

3. Mengimplementasikan alat ukur penilaian yang telah di konstruksi oleh peneliti pada kegiatan pembelajaran di kelas, dengan syarat bahwa pembelajaran di kelas harus sudah disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran literasi sains, agar terjadi kesinambungan dalam proses pembelajaran dengan evaluasi hasil belajar yang dilakukan.

4. Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menyisipkan soal-soal literasi sains dalam soal-soal tes yang biasa diberikan sehingga siswa tidak akan merasa terlalu kesulitan dan secara bertahap dapat beradaptasi dengan soal literasi sains.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Balitbang (2007). Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Jakarta: Depdiknas.

Brady, J. E. (2005). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi ke 5 Jilid 2 (Penterjemah : Maun, S et.al dari: General Chemistry). Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Brother International Corporation (BIC). (2013). Inkjet Printing Process.

[Online]. Tersedia di:

(http://www.brother-usa.com/accessories/advantage.aspx?src=ba_inkjet#.UrkteUiyku4) (29 Agustus 2013).

Brown, T. L., Lemay, H. E. Jr., Bursten, B. E. (2009). Chemistry : The Central

Science 10th Edition. Australia : Pearson Education.

Burek, A. J. (2013). How It Works: Inkjet Printer. [Online]. Tersedia di: (http://www.computershopper.com/feature/how-it-works-inkjet-printer) (29 Agustus 2013).

Celik, S. (2013). “Chemical Literacy Levels of Science and Mathematics Teacher

Candidates”. Australian Journal of Teacher Education, Vol 39 (1), 1-15.

Chang, R. (2004). Kimia dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2 (Penterjemah: Achmadi, S. S dari: General Chemistry : The Essensial

Concept). Jakarta: Erlangga.

Creswell J.W. (2003). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mix


(4)

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). (2013). Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdikbud.

Duit, R.,Gropengieer, H., Kattman, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012).

“The Mo el of E u tion l Re onstruction-A Framework for Improving

Te hing n e rning S ien e”. Dalam Jorde, D and Dillon, J (Eds.).

Science Educational Reaserch and Practice in Europe: Retrospective and Prospective, Vol 5,1337.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Bandung.

Hayat, B dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Interactive Coding Equipment (ICE). (2013). Thermal Inkjet Technology. [Online]. Tersedia di: (http://www.interactivecoding.co.uk/products/viper-thermal-inkjet-coder/thermal-inkjet-technology/) (29 Agustus 2013).

wshe. (1975). “A Qu ntit tive Appro h to Content V li ity”. Journal of

Phersonnel Psychologi, Vol 28, 563-575.

Magdassi, S. (2009). The Chemistry Of Inkjet Ink. Singapura: World Scientific Publishing.

McMurry,F. (2005). Chemistry forth Edition. New Jersey : Prentic-hal.


(5)

Novelianti, N. (2012). Analisis Keterbacaan Soal Ulangan Semester Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 14 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2009).

PISA 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading, Mathematics and Science. Paris: OECD.

Pendzich, F. C. (2003). Inkjet Printer Guide Technical Manual Inkjet Printer

Technology. Department of Defense Education Activity.

Provost, J dan Lavery, A. (2009). Interaction of Digital Inks with Textile and

Paper Substrate in Ink Jet Printing. Provost Inkjet Consulting Ltd.

Setiadi, R. (2007). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks. Prosiding Workshop Penulisan Bahan Ajar untuk Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). "The Use of Scientific Literacy Taxonomy for assesing the development of Chemical Literacy among high-school Student". Chemical Education Research and Practice,Vol 7(4),203-225.

Sudiatmika. (2010). Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP dalam

Konteks Budaya Bali. Disertasi Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana UPI :

tidak diterbitkan.

Sudijono, A. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan

Mixed. Bandung : Alfabeta.

Sukardi, H.M. (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). “Recalculation of the Critical

V lues for wshe’s Content Validity Ratio”. Chemical Education Research

and Practice, Vol XX(X), 1–14.

Witte, D. n Beers, K. (2003). “Testing Of Chemi l iter y (Chemistry In

Context In The Dut h N tion l Ex min tions)”. Chemical Education

International, Vol 4(1), 1-15.

Zuriyani, E. (2011). Literasi Sains dan Pendidikan. [Online]. Tersedia di : http://www.sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf (27 November 2012).