PERKEMBANAGN INDUSTRI MENENGAH SARUNG TENUN BALIGE KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1950-2000 (ANALISA SEJARAH PEREKONOMIAN).

(1)

Perkembangan Industri Menengah Sarung Tenun Balige

Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 1950-2000

(Analisa Sejarah Perekonomian)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Lylys Tiopanta Banjarnahor Nim: 308121096

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

i

ABSTRAK

LYLYS TIOPANTA BANJARNAHOR. NIM 308121096. PERKEMBANGAN INDUSTRI MENENGAH SARUNG TENUN BALIGE KECAMATAN BALIGE

KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1950-2000 (ANALISIS SEJARAH

PEREKONOMIAN). Sikripsi S1. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan 2012. Dibawah bimbingan Dr. Hidayat, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Latar belakang berdirinya industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige, 2. faktor-faktor produksi yang mendorong kemajuan industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige, 3. Proses produksi industri sarung tenun Balige, 4. Perkembangan industri menengah Sarung Tenunan Balige di Kecamatan Balige 1950-2000, 5. untuk mengetahui jalur pemasaran industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige.

Penelitian ini dilaksanakan di 5 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir. Informan penelitian ini adalah ke 9 pengusaha industri sarung tenun Balige dan tenaga kerja yang diharapkan mampun memberikan informasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi (peneliti terjun langsung ke tempat penelitian), dan studi dokumen, dan analisis data dengan menggunakan data primer (informasi yang diperoleh melalui wawancara dari para informan) dan data sekunder (data yang diperoleh dari instansi dan buku-buku atau literatur yang mendukung). teknik analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya sarung tenun Balige adalah di prakarsai oleh 4 orang pengusaha dan pada tahun-tahun selanjutnya diikuti oleh masyarakat setempat yang umumnya pernah menjadi karyawan di pabrik tenun sebelumnya dan mendirikan usahanya sendiri, industri menengah sarung tenun ini awalnya di kerjakan dengan menggunkan Alat Tenun Bukan Mesin dan masuknya mesin ke indonesia industri sarung tenun ini pun lambat laun menggunakan ATM. Dalam perjalanan panjang industri ini banyak menghadapi berbagai tantangan, dimana dalam perkembangannya akhir-akhir ini terus mengalami penurunan, terbukti pada tahun 1950-1970 industri ini merupakan industri terbesar ke-2 di Indonesia setelah Bandung, tetapi pada tahun 1980-an sampai 2000 pasca orde baru industri ini semakin menurun tidak adanya regenerasi yang mampu mengolah serta kurangnya modal ketika krisis terjadi pasca orde baru menjadi alasan utama penurunan jumlah industri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa industri menengah sarung tenun Balige semakin mengalami penurunan sementara industri ini merupakan suatu peluang besar dalam membuka lapangan kerja dikalangan masyarakat selain itu sarung tenun Balige merupakan produk khas Balige yang tidak dijumpai di daerah manapun di Indonesia.


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis menghaturkan segala hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, sebab tanpa ridho-Nya semua ini tidaklah terlaksana. Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyusun skripsi guna menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana. Untuk memenuhi syarat tersebut diatas penulis mengangkat sebuah permasalahan yang ditulis menjadi sebuah skripsi, yang berjudul “Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 1950-2000 (Analisis Sejarah Perekonomian).”

Di dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari tata bahas dan penyajian. Hal tersebut disebabkan karena penulis masih dalam tahap belajar. Maka dengan ini penulis dengan hati terbuka menerima kritik yang bersifat konstruktif terhadap kesempurnaan skripsi. Penulis juga menyadari betapa besar bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga masalah yang dihadapi penulis sejak awal penelitian dapat teratasi. Tanpa dorongan berbagai pihak,kiranya penulis tidak akan dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis, Ayahanda St. J. Banjarnahor dan Ibunda M. Br Simaremare yang sangat saya cintai dan kagumi yang telah memberikan doa, semangat dan kesabaran selama penulis menjalani studi hingga menyelesaikan skripsi. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan mengabulkan segala harapan Mama dan Bapak. Tiada anugerah terindah selain menjadi buah hati kalian.

2. Bapak Dr Hidayat,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta pelajara-pelajaran baru kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

iii

3. Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar sebagai pimpinan di Universitas Negeri Medan

4. Bapak Dekan beserta staf sebagai pimpinan fakultas

5. Ibu Dra. Lukitaningsih selaku dosen pembimbing akademik dan ketua jurusan Pendidikan Sejarah

6. Ibu Hafnita selaku sekretaris jurusan Pendidikan Sejarah, beserta seluruh dosen bapak/ibu dan staf yang ada di Jurusan Pendidikan Sejarah UNIMED 7. Spesial juga kepada Bapak Tua Drs. A. Banjarnahor dan Mamak Tua B. Br

Lubis sebagai wali penulis yang selalu memberikan dukungan moril serta materi bagi penulis selama ini.

8. Buat abang, kakak, dan adik-adik penulis (B’Dedy, K’Idar, d’ Lestari, d’Cici, d’ Gusti, d’Sanjaya, d’Acung,d’ Suryadi, d’Mei, d’daniel) untuk doa dan dukungannya selama ini.

9. Terimakasih kepada Bappeda Toba Samosir, BPS Balige, Tulang Hotma sebagai infoman penulis dan informan-informan peneliti lainnya.

10.Buat teman-temanku teristimewa 5 sekawan (Jusniana, Safitri, Yuliarza, dan Nirmawana) untuk doa dan dukungannya juga kelas B-Reg’08 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu sukses selalu sukses slalu.

11.Tak lupa juga buat teman-teman seperjuangan ku Era, Rasita, Edella, Saut, Betti, dan teman –teman baikku to’Donal, Jonathan, Humala, Danyart, Pinkan, Ros, Sanny, Sansri, Hera, Masri, Dosriani, d’Herlin’10 serta semua stambuk 08 pendidikan sejarah yang tidak bisa saya sebut satu per satu thanks untuk dukungan dan doa’a dan kebersamaanya selama ini.

12. Teman-teman skuad PPL SMK N2 P.Siantar yang merupakan keluarga kecilku (Wiwie, Auldra, Tiur, Vheo, Afni, Yuni, Sanny, Afnee, Wulan, Dongjan, Taufik, Nico, Kang Amin, Sahat, Albert, Macruli,Tajib, faisal) semoga sukses.

13.Teman-teman satu angkatan. Terima kasih karena kalian telah menjadi bagian hidup saya. Tidak ada kata yang lebih baik selain ucapan terima kasih banyak kepada yang tersebut namanya di atas semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan yang lebih bagi mereka.Harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.


(7)

iv

14.Trimakasih juga bwt K’jenny, sahabat ku Mazdawani, kel. Safitri Simangunsong (Tulang, Nantulang& adek2) untuk bantuan’a dan doa’a selama ini.

Medan, Juli 2012 Penulis,

Lylys T Banjarnahor NIM. 308121096


(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR BAGAN... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Pembatasan Masalah... 5

1.4. Rumusan Masalah... 5

1.5. Tujuan Peneltian... 6

1.6. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

2.1. Kerangka Konseptual... 7

2.1.1. Pengertian Industri dan Sarung... 7

2.1.2. Faktor – Faktor Produksi Industri... 8

2.1.2.1. Modal... 9

2.1.2.2. Bahan Baku... 9

2.1.2.3. Tenaga Kerja... 10

2.2. Pengertian Perkembangan... 10

2.3. Pemasaran... 11

2.4. Kerangka Berfikir... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 14

3.1. Metode Penelitian... 14

3.2. Lokasi Penelitian... 14

3.3. Informan Penelitian... 14

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 15


(9)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 17

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 17

4.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis... 17

4.1.1.1. Kondisi Geografis... 17

4.1.2. Kondisi Demografi... 19

4.1.2.1. Keadaan Kependudukan Kecamatan Balige... 19

4.1.2.2. Klasifikasi Penduduk Kecamatan Balige Berdasarkan Agama... 21

4.2. Sejarah Singkat Balige... 27

4.2.1. Masa Kolonial dan Jepang... 27

4.2.2. Masa Pemerintahan Republik Indonesia sampai Sekarang... 29

4.3. Latar Belakang Berdirinya Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir... 31

4.4. Faktor-Faktor Produksi Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir... 36

4.4.1. Modal... 36

4.4.2. Bahan Baku Sarung Tenun... 39

4.4.3. Tenaga Kerja... 42

4.5. Proses Produksi Industri Sarung Tenun Balige... 44

4.6. Perkembangan Industri Sarung Tenun Balige... 56

4.7. Pemasaran Sarung Tenun... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA... 77


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tenaga Kerja Yang Sedang Bekerja... 42

2. Wawancara Peneliti Dengan Salah Seorang Tenaga Kerja yang Bekerja Di Industri Sarung Tenun Balige... 46

3. Proses Mangiran (penggulungan benang)... 47

4. Proses Pencelupan Benang... 49

5. Gulungan Benang sebelum yang akan di Celubkan... 49

6. Proses Pengukusan Benang... 50

7. Proses Pengeringan Benang... 50

8. Proses Pengkelosan Benang... 51

9. Saat Benang di Kelos... 51

10.Proses Pemaletan... 52

11.Proses Penganian Benang... 53

12.Proses Penenunan Sarung... 54

13.Proses pengguntingan (mamotong)hasil Tenunan untuk membentuk sarung... 54

14.Proses Pengepresan Sarung Tenun... 55

15.Sarung Siap Untuk di Packing... 55

16.Wawancara Peneliti Bersama Dengan Salah Seorang Informan yaitu Pak Hotma Siahaan, Pemilik/Pengusaha Industri Sarung Hotma Tex... 60

17.Motif Sarung Asli Tenun Balige dengan Corak Liris-liris... 67

18.Motif Sarung Tenun Balige... 67

19.Sarung Tenun yang dibordir... 68

20.Perpaduan Sarung Tenun yang telah di Bordir dengan Pakaian Trend saat ini... 68


(11)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

1. Kerangka Berfikir... 13 2. Proses Produksi Sarung Tenun Balige... 45 3. Proses Pemasaran Sarung Tenun Balige... 70


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Peta Balige

Pedoman Wawancara

Daftar Kegiatan Selama Penelitian Daftar Pengusaha Sarung Tenun Balige Surat Penugasan Dosen Pembimbing Surat Pengajuan Judul Skripsi Surat Ijin Penelitian Dari Jurusan Surat Ijin Penelitian Dari Fakultas Surat Ijin Dari Tempat Penelitian


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di berbagai daerah di Indonesia industri yang tergolong dalam industri rumah tangga sudah dikenal sejak lama bahkan ketika Indonesia masih dalam tangan penjajahan Belanda, dan kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri sudah dimulai sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya sertadigunakan sendiri.

Sejarah pertekstilan Indonesia berawal dari industri rumahan tahun 1929 dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) dengan menggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan oleh Daalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional seperti sarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBM mulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan pada tahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokan listrik pada tahun 1935. Sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki era teknologi dengan menggunakan ATM. Tahun 1960-an, sesuai dengan iklim ekonomi terpimpin, pemerintah Indonesia membentuk Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS) antara lain : OPS Tenun Mesin; OPS Tenun Tangan; OPS


(14)

2

Perajutan; OPS Batik; dan lain sebagainya yang dikoordinir oleh Gabungan Perusahaan Sejenis (GPS) Tekstil.

Jika Bandung merupakan pusat Industri tenun di Indonesia atau secara khusus di pulau Jawa maka di Sumatra pusat atau titik awal industri tenun adalah Balige yang memproduksi sarung (mandar). Lahirnya industri Sarung Tenun Balige di Balige dimulai sejak tahun 1942 yaitu industri KARLSITEX dan di ikuti industri-industri lainnya. Industri ini pada awalnya dikerjakan dengan alat-alat tradisional yang dikenal dengan ATBM dan pada tahun 1948 industri-industri sarung tenun yang ada di daerah tersebut mulai dikerjakan dengan mesin (ATM). Dan mengalami fase kejayaannya pada tahun 1950-an sampai dengan 1970-an dengan jumlah industri berkisar 82 unit yang sebagian masih menggunakan ATBM.

Jenis industri yang terdapat di Balige masih tergolong dalam kategori industri menengah hal ini dilihat dari jumlah tenaga kerjanya berkisar 25-20 orang, menurut data BPS (2008) bahwa industri dibedakan atas 4 golongan, yaitu (1) industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih, (2) industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99 orang, (3) indusrti kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19 orang, (4) industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai pekerja 1-4 orang (BPS : 2008). Disamping itu, pada umumnya kepemilikan industri menengah biasanya dipegang oleh kaum pribumi yang tenaga kerjanya diserap dari masyarakat sekitar sedangkan industri besar yang terdapat di Indonesia sejauh ini masih dipegang atau dikelolah oleh bangsa asing seperti Malaysia, Jepang USA dan lain sebagainya.


(15)

3

Pada tahun 1966 oleh pemerintah Orde Baru mengadakan program pembangunan ekonomi, memberiangin segar pada laju pertumbuhan dan perkembangan industrii, terutama sejak tahun 1970-an. Berbagai sektor industri sejak 1977 menunjukkan laju pertumbuhan yang sangat tinggi jika dibanding dengan tahun-tahun sebelum 1968, misalnya industri tekstil, industri logam dan mesin, industri kimia dan lainnya. Pertumbuhan sektor industri selama tahun 1970-an, hampir seluruhnya industri modern. (Kartodirajo :1981). Tetapi sejak masalah krisis ekonomi pada bulan Juli 1997 sampai sekarang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, termasuk seluruh kegiatan industri mengalami penurunan dan jumlah pengangguran di Indonesia melonjak secara drastis. Keadaan tersebut cukup berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan industri-industri besar dan menengah di Indonesia. Pada tahun 1998 banyak industri-industri di Balige yang tutup sebelum mengalami kerugian yang lebih fatal, hingga pada tahun 2000 industri yang masih bertahan berkisar 9 unit usaha. Diprediksi berbargai faktor yang mendasari penurunan industri Sarung Tenun Balige ini adalah kurangnya permodalan, naiknya harga bahan baku, rendahnya tingkat pendidikan SDM, dan kurangnya perhatian pemerintah setempat.

Dengan melihat kondisi ini sudah seharusnya penggalakan kelanjutan industri tekstil seperti Sarung Tenun Balige ditingkatkan kembali, disamping sebagai penopang perekonomian dan mengurangi angka pengangguran industri Sarung Tenun Balige atau lebih dikenal dengan Tonunan Mandar Balige juga memiliki nilai historis tersendiri yaitu sebagai sarung tenunan khas Balige yang hanya di temukan di daerah ini saja yang tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal tetapi juga luar daerah.


(16)

4

Melalui uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Perkembangan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 1950-2000 (Analisis Sejarah Perekonomian).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses produksi Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige 1950-2000?

2. Bagaimana keadaan ekonomi tenaga kerja yang bekerja pada Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?

3. Bagaimana faktor-faktor produksi pendukung dan faktor penghambat majunya Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?

4. Bagaimana tingkat pendapatan pengusaha Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?

5. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengembangkan atau mempertahankan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?

6. Upaya-upaya apa yang dilakukan pengusaha Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?


(17)

5 1.3. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti lebih spesifik dan terfokus, dalam penulisan ini peneliti ingin mengkaji sejak tahun 1950 yang mana tahun ini merupakan fase kejayaan industri tersebut sampai dengan tahun 2000 pasca Orde Baru yang berpengaruh besar terhadap perkembangan industri dan perkembangan yang dimaksud ditinjau dari faktor-faktor industi yang mencakup modal, tenaga kerja, bahan baku dan pemasaran dengan aspek kajian Analisis Sejarah Perekonomian.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige?

2. Apa faktor-faktor produksi yang mendorong kemajuan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige?

3. Bagaimana proses produksi Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige?

4. Bagaimana perkembangan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige 1950-2000?

5. Bagaimana jalur pemasaran industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige?


(18)

6 1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige

2. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mendorong kemajuan industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige

3. Untuk mengetahui perkembangan industri menengah Sarung Tenunan Balige di Kecamatan Balige 1950-2000

4. Untuk mengetahui jalur pemasaran industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige

1.6. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan atau informasi mengenai industri menengah Sarung Tenun Balige di kecamatan Balige :

1. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah yang sama di daerah lain

2. Bagi pembaca, untuk menambah pengetahuan pembaca dan memperkenalkan sebuah industri Sarung Tenunan Balige yang berada di ibu kota Kabupaten Toba Samosir

3. Sebagai bahan penambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah.


(19)

73 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Industri sarung tenun Balige berdiri pada pertengahan tahun 1930, dimana pendiri pertama industri ini ada empat orang yaitu Karl Sianipar, Eli Simanjuntak, Baginda P. Siahaan, dan H.O Timbang Siahaan selanjutnya tahun 1950 muncul pengusaha-pengusaha tenun yang baru hingga tahun 1970 diantara pengusaha-pengusaha baru tersebut adalah para pekerja-pekerja yang pernah bekerja di industri. Industri menengah sarung tenun balige awalnya sebuah home dan masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Adapun pengusaha-pengusaha yang muncul diawal tahun 1950 pada umumnya adalah karyawan-karyawan yang pernah bekerja di pabrik sebelumnya yaitu karlsitek, eli company dan 2 pengusaha lainnya, pengetahuan yang mereka peroleh dan keinginan mereka untuk mendirikan usaha sendiri disamping itu juga termasuk masyarakat dari golongan petani yang beralih menjadi pengusaha tenun sarung sehingga antara tahun 1950 sampai 1970-an telah berdiri 82 industri sarung tenu Balige 34 diantaranya telah menggunakan Alat Tenun Mesin dan 48 pabrik masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Melihat usaha ini oleh pemerintah Sukarno mulai melihat dan mendukung industri ini melalui pemberian modal kerja berupa benang secara bertahap .

2. Faktor-faktor produksi sarung tenun Balige sama dengan faktor-faktor produksi industri pada umumnya yang membedakan adalah cara


(20)

74

memperolehnya. Adapun faktor industri yang dimaksud adalah modal dimana industri menengah sarung tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir untuk pertama kalinya dalam membuka usaha ini mereka menggunakan modal sendiri atau pengumpulan modal melalui harta benda yang dimiliki oleh pengusaha termasuk hasil-hsil pertanian atau pendapatan yang mereka peroleh dari mata pencaharian sehari-hari mereka jadi untuk modal awal pembentukan usaha ini tidak bisa di pastikan berapa jumlah nominalnya karena pada kurun waktu 1930-an hingga 1960-an pengusaha belum mengenal sistem peminjaman terhadap Bank sebab ditahun tersebut belum terdapat Bank didaerah ini, bahan baku (bahan baku utama dalam pembuatan sarung ini adaah benang dan benang tersebut serta bahan baku pembantu lainnya di datangkan dari Bandung), berdirinya industri ini telah mampu menyerap ratusan tenaga kerja ketika masa kejayaannya pada tahun 1950-1970 dengan kelompok industri ATBM dan ATM, tenaga kerja pada awal berdirinya adalah penduduk setempat tetapi sebagian tenaga kerja sudah mulai di dominasi oleh sejumlah kelompok pendatang antara lain dari daerah Sibolga, Barus, Pematangsiantar. Faktor produksi yang terakhir adalah pemasaran, pemsaran sarung tenun ini adalah lokal dan inter lokal.

3. Dalam perkembangannya Industri sarung tenun balige mengalami puncak kejayaannya pada tahun 1950-1970 hingga muncul istilah baru yang menyatakan bahwa balige merupakan Majjalaya ke dua atau Bandung kecil di Sumatera Utara, perhatian pemerintah era demokrasi terpimpin dengan sistem ekonomi berdikari atau ekonomi kerakyatan mendorong pesatnya perkembangan industri sarung tenun saat itu. Tetapi faktor regenerasi yang


(21)

75

kurang cakap dalam menangani industri ini mulai menjadi suatu permasalahan menurunnya industri ini dan kebangkrutan total terjadi pasca orde baru krisis yang melanda Indonesia sangat berdampak terhadap perjalanan industri-industri besar-menengah termasuk industri sarung tenun Balige khususnya dalam hal permodalan.

Intinya adalah industri sarung tenun balige dilihat dari jumlah pengusaha dan tenaga kerjanya mengalami perkembangan secara negatif (penurunan).

1.2.Saran

1. Adanya regenerasi yang kurang mampu mengolah industri/pabrik, jadi untuk mencegah hilangnya atau menurunnya pabrik sarung tenun sebaiknya di bentuk suatu organisasi modern atau menjadikan pabrik sarung tenun sebagai perusahaan swasta.

2. Sarung tenun Balige merupakan produk khas Balige dan tidak ada di produksi di daerah lain kecuali Balige hal ini menjadi alasan utama perlunya menjaga dan mempertahankan produk sarung tenun ini selain itu dilihat dari nilai ekonomisnya sarung tenun Balige memiliki multi fungsi yaitu sebagai pembungkus bayi karena bahannya yang terbuat dari cotton yang mampu menyerap air juga hangat untuk dipakai juga keperluan sehari-hari.

3. Perlunya penyuluhan oleh instansi pemerintah kepada pengusaha tentang pentingnya pengurusan ijin pendirian usaha guna melihat industri sarung tenun ini sudah termasuk industri menengah. Disamping itu, pemberian bantuan baik dalam bentuk pinjaman dengan bunga yang rendah sehingga pengusaha dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya.


(22)

76

4. Para pengusaha menuntut agar pemerintah memberi bantuan terhadap pengusaha sementara sebagian pengusaha tidak terdaftar dalam ijin usaha industri di kabupaten menjadi kendala pemberian bantuan.

5. Perlunya menambah kasanah tenun dalam berbagai corak yang menambah fungsi tenun seperti pada akhir-akhir ini seorang pengusaha yang juga menekuni produk sarung tenun balige telah membentuk sarung tenun balige menjdi lebih menarik dan yang lebih unik lagi dapat di padukan dengan pakaian tradisional yaitu kebaya. Hal seperti ini yang perlu untuk terus ditingkatkan untuk menambah kekayaan dan nilai tinggi sarung tenun.


(23)

77

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Anoraga,Pandji dan Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Artoyo, A. R. 1986. Tenaga Kerja Perusahaan Menurut Pengertian Dan Peranannya. Jakarta : Balai Pustaka.

Assauri, Sofjan. 1987. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep Dan Strategi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

BPS. Indonesia. 2008. Profil Industri dan Kerajinan Rumah Tangga. Jakarta : Press.

BPS. Tobasamosir. 2010. Balige Dalam Angka.

Hadiwijaya dan Rivai. 1987. Modal Koperasi. Bandung : Pionir Jaya.

Hasibuan, Melayu S. P. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Jhonson, 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Garuda

Kadarijah. 2007. Perkembangan Perindustrian Tekstil di Indonesia. Jakarta : UI Martono dan Saidiharjo. 1977. Geografi Dan Kependudukan. Solo : Tiga

Serangkai.

Mulyadi. 1992. Akuntasi Biaya. Yogyakarta : YKPN Press

Riyanto, Bambang.1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE

Saleh. 1996. Industri Kecil. Jakarta : Depdikbud

Sembiring, Sentosa. 1991. Himpunan Undang-Undang Hak Milik Perindustrian. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.


(24)

78

Siahaan, Bisuk. 2000. Industrialisasi di Indonesia Sejak Rehabilitasi Sampai Awal Reformasi. Bandung : ITB

Sofyan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : UI

Soemaatmadja, Nursid. 1998. Study Geografi : Suatu Pendekatan dan Analisis Geografi. Bandung: Alumni Bandung.

Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan Teori Dan Aplikasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : Widya karya.

Thee Kian Wie. 1994. Industrialisasi di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES. Tupanno, A.W.J. 1994. Ekonomi dan Koperasi. Jakarta : Erlangga.

Sumber Internet :

http://wikipedia.org.wiki/sarung (diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pkl. 20.15) (http://poloshirtpolos.com/artikel-koreksi-garment-/sejarah-industri-terkstil-indonesia. Diakses tangal 2 Maret 2012).


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Industri sarung tenun Balige berdiri pada pertengahan tahun 1930, dimana pendiri pertama industri ini ada empat orang yaitu Karl Sianipar, Eli Simanjuntak, Baginda P. Siahaan, dan H.O Timbang Siahaan selanjutnya tahun 1950 muncul pengusaha-pengusaha tenun yang baru hingga tahun 1970 diantara pengusaha-pengusaha baru tersebut adalah para pekerja-pekerja yang pernah bekerja di industri. Industri menengah sarung tenun balige awalnya sebuah home dan masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Adapun pengusaha-pengusaha yang muncul diawal tahun 1950 pada umumnya adalah karyawan-karyawan yang pernah bekerja di pabrik sebelumnya yaitu karlsitek, eli company dan 2 pengusaha lainnya, pengetahuan yang mereka peroleh dan keinginan mereka untuk mendirikan usaha sendiri disamping itu juga termasuk masyarakat dari golongan petani yang beralih menjadi pengusaha tenun sarung sehingga antara tahun 1950 sampai 1970-an telah berdiri 82 industri sarung tenu Balige 34 diantaranya telah menggunakan Alat Tenun Mesin dan 48 pabrik masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Melihat usaha ini oleh pemerintah Sukarno mulai melihat dan mendukung industri ini melalui pemberian modal kerja berupa benang secara bertahap .


(2)

74

memperolehnya. Adapun faktor industri yang dimaksud adalah modal dimana industri menengah sarung tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir untuk pertama kalinya dalam membuka usaha ini mereka menggunakan modal sendiri atau pengumpulan modal melalui harta benda yang dimiliki oleh pengusaha termasuk hasil-hsil pertanian atau pendapatan yang mereka peroleh dari mata pencaharian sehari-hari mereka jadi untuk modal awal pembentukan usaha ini tidak bisa di pastikan berapa jumlah nominalnya karena pada kurun waktu 1930-an hingga 1960-an pengusaha belum mengenal sistem peminjaman terhadap Bank sebab ditahun tersebut belum terdapat Bank didaerah ini, bahan baku (bahan baku utama dalam pembuatan sarung ini adaah benang dan benang tersebut serta bahan baku pembantu lainnya di datangkan dari Bandung), berdirinya industri ini telah mampu menyerap ratusan tenaga kerja ketika masa kejayaannya pada tahun 1950-1970 dengan kelompok industri ATBM dan ATM, tenaga kerja pada awal berdirinya adalah penduduk setempat tetapi sebagian tenaga kerja sudah mulai di dominasi oleh sejumlah kelompok pendatang antara lain dari daerah Sibolga, Barus, Pematangsiantar. Faktor produksi yang terakhir adalah pemasaran, pemsaran sarung tenun ini adalah lokal dan inter lokal.

3. Dalam perkembangannya Industri sarung tenun balige mengalami puncak kejayaannya pada tahun 1950-1970 hingga muncul istilah baru yang menyatakan bahwa balige merupakan Majjalaya ke dua atau Bandung kecil di Sumatera Utara, perhatian pemerintah era demokrasi terpimpin dengan sistem ekonomi berdikari atau ekonomi kerakyatan mendorong pesatnya perkembangan industri sarung tenun saat itu. Tetapi faktor regenerasi yang


(3)

kurang cakap dalam menangani industri ini mulai menjadi suatu permasalahan menurunnya industri ini dan kebangkrutan total terjadi pasca orde baru krisis yang melanda Indonesia sangat berdampak terhadap perjalanan industri-industri besar-menengah termasuk industri sarung tenun Balige khususnya dalam hal permodalan.

Intinya adalah industri sarung tenun balige dilihat dari jumlah pengusaha dan tenaga kerjanya mengalami perkembangan secara negatif (penurunan).

1.2.Saran

1. Adanya regenerasi yang kurang mampu mengolah industri/pabrik, jadi untuk mencegah hilangnya atau menurunnya pabrik sarung tenun sebaiknya di bentuk suatu organisasi modern atau menjadikan pabrik sarung tenun sebagai perusahaan swasta.

2. Sarung tenun Balige merupakan produk khas Balige dan tidak ada di produksi di daerah lain kecuali Balige hal ini menjadi alasan utama perlunya menjaga dan mempertahankan produk sarung tenun ini selain itu dilihat dari nilai ekonomisnya sarung tenun Balige memiliki multi fungsi yaitu sebagai pembungkus bayi karena bahannya yang terbuat dari cotton yang mampu menyerap air juga hangat untuk dipakai juga keperluan sehari-hari.

3. Perlunya penyuluhan oleh instansi pemerintah kepada pengusaha tentang pentingnya pengurusan ijin pendirian usaha guna melihat industri sarung tenun ini sudah termasuk industri menengah. Disamping itu, pemberian bantuan baik dalam bentuk pinjaman dengan bunga yang rendah sehingga pengusaha dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya.


(4)

76

4. Para pengusaha menuntut agar pemerintah memberi bantuan terhadap pengusaha sementara sebagian pengusaha tidak terdaftar dalam ijin usaha industri di kabupaten menjadi kendala pemberian bantuan.

5. Perlunya menambah kasanah tenun dalam berbagai corak yang menambah fungsi tenun seperti pada akhir-akhir ini seorang pengusaha yang juga menekuni produk sarung tenun balige telah membentuk sarung tenun balige menjdi lebih menarik dan yang lebih unik lagi dapat di padukan dengan pakaian tradisional yaitu kebaya. Hal seperti ini yang perlu untuk terus ditingkatkan untuk menambah kekayaan dan nilai tinggi sarung tenun.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Anoraga,Pandji dan Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Artoyo, A. R. 1986. Tenaga Kerja Perusahaan Menurut Pengertian Dan Peranannya. Jakarta : Balai Pustaka.

Assauri, Sofjan. 1987. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep Dan Strategi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

BPS. Indonesia. 2008. Profil Industri dan Kerajinan Rumah Tangga. Jakarta : Press.

BPS. Tobasamosir. 2010. Balige Dalam Angka.

Hadiwijaya dan Rivai. 1987. Modal Koperasi. Bandung : Pionir Jaya.

Hasibuan, Melayu S. P. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Jhonson, 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Garuda

Kadarijah. 2007. Perkembangan Perindustrian Tekstil di Indonesia. Jakarta : UI

Martono dan Saidiharjo. 1977. Geografi Dan Kependudukan. Solo : Tiga Serangkai.

Mulyadi. 1992. Akuntasi Biaya. Yogyakarta : YKPN Press

Riyanto, Bambang.1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE

Saleh. 1996. Industri Kecil. Jakarta : Depdikbud

Sembiring, Sentosa. 1991. Himpunan Undang-Undang Hak Milik Perindustrian. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.


(6)

78

Siahaan, Bisuk. 2000. Industrialisasi di Indonesia Sejak Rehabilitasi Sampai Awal Reformasi. Bandung : ITB

Sofyan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : UI

Soemaatmadja, Nursid. 1998. Study Geografi : Suatu Pendekatan dan Analisis Geografi. Bandung: Alumni Bandung.

Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan Teori Dan Aplikasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : Widya karya.

Thee Kian Wie. 1994. Industrialisasi di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES. Tupanno, A.W.J. 1994. Ekonomi dan Koperasi. Jakarta : Erlangga.

Sumber Internet :

http://wikipedia.org.wiki/sarung (diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pkl. 20.15) (http://poloshirtpolos.com/artikel-koreksi-garment-/sejarah-industri-terkstil-indonesia. Diakses tangal 2 Maret 2012).