Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

(1)

POTENSI KONFLIK LATEN ANTARA PENGANUT ALIRAN KRISTIANI GEREJA “KONVENSIONAL” DENGAN GEREJA “KHARISMATIK”

(Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kab. Karo)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Elsa Elonika Tarigan

110901034

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ABSTRAK

Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.Sebagai sistem kepercayaan dan sistem peribadatan, agama berperan penting dalam menciptakan tatanan kehidupan yang berkeadilan dan beradab bagi seluruh umat manusia di dunia. Agama juga menjadikan norma sebagai kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan agama yang dianutnya. Kemunculan gereja kharismatik membawa perbedaan dengan gereja-gereja yang ada di kota kabanjahe. Perbedaan dalam hal ini dapat dilihat pada tata ibadah yang lebih berkembang mengikuti perkembangan zaman dan sudah mulai meninggalkan adat istiadat, selain itu masalah lainnya adalah penarikan jemaat yang dilakukan jemaat gereja kharismatik juga menjadi masalah bagi jemaat gereja lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah pendeta, penatua, diakon serta yang menjadi jemaat tetap gereja HKBP dan gereja GBI Rg. Mart Kabanjahe sebagai informan kunci yang mengetahui kondisi hubungan antara jemat gereja dan rumusan masalah pada penelitian ini. Interpretasi data dilakukan dengan pengolahan dari catatan maupun hasil wawancara setiap kali turun ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan interaksi antar jemaat gereja kharismatik dengan jemaat gereja HKBP yang masih kurang karena tidak adanya keinginan dari setiap jemaat untuk membangun hubungan serta beberapa jemaat yang membuat batasan-batasan dalam berhubungan dengan jemaat gereja lainnya. Kegiatan rohani yang dilakukan kedua gereja ini memiliki tujuan yang sangat berbeda seperti gereja GBI yang bertujuan untuk mengajak serta menarik jemaat agar menjadi jemaat tetap gereja GBI, serta adanya beberapa perbedaan mengenai tata ibadah atau ajaran dalam kedua gereja ini sehingga menimbulkan prasangka buruk bagi kedua jemaat gereja. Gereja Bethel Indonesia juga lebih mengutamakan pengalaman pribadi dari pada pendidikan mengenai agama sedangkan gereja HKBP lebih mengutamakan pendidikan mengenai agama.


(3)

Abstract

Religion is a social reality that can’t be avoided by anyone, whether in modern societies and in traditional societies. As a system of belief and worship system, religion plays an important role in creating a just order and civilized life for all people in the world. Religion also makes the norm as a frame of reference in order to act and behave in accordance with their religion. The emergence of charismatic churches brings differences to the churches in Kabanjahe city. This difference can be seen in the more developed to follow times and have started to leave the customs, besides other issue in a pulling in religious community of the charismatic church to become religious charismatic community.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques is done by observation, interview and literature study as for the unit of analysis and informant in this research were preacher, the church elders, deacons and the religious community of HKBP and GBI Rg. Mart Kabanjahe church as key informant who know the condition of the relationship of religious community and the formulation of the problem in this research. Interpretation of the data is done with the processing of records and interviews every time down to the field.

The result showed that the interaction between the religious community charismatic church with religious community HKBP are still not good because nothing a desires from a religious community to build relationship as well as some a religious community make a restrictionsin dealing with other a religious community. Spiritual activities conducted two churches have very different purposes such as the purposes of GBI church to invite and to attract of religious community to become a religious community of GBI, and the existence of some differences about system worship or doctrine of religion in the church so that make prejudice to both the church congregation. The church of GBI to prioritize personal experience than education of religion although the church of HKBP to prioritize education of religion.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih, atas segala limpahan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)”disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnyapenulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Bapak saya R. Tarigan dan Nandesaya T br S Melialayang telah melahirkan, membesarkan, mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta selalu memberikan doa, pengertian, pengorbanan yang tulus, nasehat, semangat dan mendidik saya, memberikan dukungan moril dan materil kepada saya selama perkuliahan. Akhirnya inilah yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti saya. Semoga Tuhan memberikan limpahan RahmatNya dan berkatNya kepada orang tua penulis.


(5)

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus danucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen wali penulis sejak tahun 2011 hingga 2015 dan sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah bersedia membimbing penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan. Dimana beliau juga memberikan solusi kepada penulis ketika penulis menghadapi masalah ketika berada dilokasi penelitian.

3. Bapak Drs. Junjungan SBP Simanjuntak, Msi, selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji skripsi ini dan telah memberi masukan-masukan dalam perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua Departemen SosiologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan selaku Ketua Penguji dalam Ujian Meja Hijau.

5. Drs. Muba Simanihuruk, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Bettyyang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.


(6)

7. Saudara-saudara saya tercinta, yang selalu memberikan doa dan nasehat kepada saya, terkhusus kakak saya Siska Riana Tarigan, S.Sos, Junita Tarigan, S.S, dan abang saya Eddy Franata Tarigan, Amd (akhirnya aku juga menyusul kalian). Adik sepupu saya, Avinda Deviana Tariganserta keponakannya biud Dirk Jovan Daniel Pandegirot.

8. Sahabat-sahabat kecil saya yang selalu mendukung dari jauh, Tiur Tuani Rumapea, Juliana Triputri Sagala dan Sabrika Ginting.

9. Sahabat-sahabat sosiologi tercinta, yang mulai dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini selalu menemani saya dalam suka maupun duka, Kathy Sabrina Togatorop, Fransisca Sinaga, S.Sos, Devi Sihotang, S.Sos, Carlina Abrianingsih Panjaitan S.Sos dan Vera Novelina Sirait, atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga persahabatan kita tidak hanya sampai disini dan semoga kita selalu menjadi sebuah kisah unik untuk masa depan.

10.Teman-teman Sosiologi seperjuangan lainnya, Erawati Siagian,Emilia Simangunsong, Silvia Purba, Angel Manihuruk, Hendrikson Siahaan, Jhon Sardo, Repita Simamora, Yusni Malau, Defasari Simbolon, dan teman-teman sosiologi lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

11.Para Responden yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, serta atas waktu dan kesediaan para responden.


(7)

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan,Desember2015 (Penulis)

Elsa Elonika Tarigan NIM :1110901034


(8)

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak ………..… i

Kata Pengantar ……… iii

Daftar isi ……… vi

Daftar Tabel ………..……….…… viii

Daftar Lampiran ……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat praktis ... 10

1.5Defenisi konsep ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konflik ……… 12

2.2 Agama………. 16

2.3 Interaksionis simbolik ……… 17

2.4 Stereotipe ……….. 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 23


(9)

3.3 Unit analisis dan informan penelitian ... 24

3.3.1 Unit analisis ... 24

3.3.2 Informan penelitian ... 24

3.4 Teknik pengumpulan data ... 25

3.4.1 Data primer ... 25

3.4.2 Data sekunder ... 27

3.5 Interpretasi data ... 27

3.6 Keterbatasan peneliti ... 28

BAB IV PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi lokasi penelitian ... 29

4.1.1 Keadaan geografis ... 29

4.1.2 Keadaan topografi ... 29

4.1.3 Luas wilayah ... 29

4.1.4 Jumlah penduduk ... 30

4.1.5 Sarana dan prasarana ... 32

4.2.Sejarah keberadaan gereja ... 34

4.3.Profil informan ... 43

4.4.Interpretasi data ... 51

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……… 68

5.2 Saran ……….. 69

Daftar Pustaka... 71


(10)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 4.1 luas wilayah kota kabanjahe menurut desa/kelurahan ………… 30

Tabel 4.2 komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ………. 30

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ……… 31

Tabel 4.4 Sarana Pendidikan ……… 32

Tabel 4.5 Sarana peribadatan ………... 33

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan ………. 34

Tabel 4.7 Anggota perseketuan gereja-gereja di Indonesia (PGI) ………. 36


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Bagan organisasi HKBP ……… 39


(12)

ABSTRAK

Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.Sebagai sistem kepercayaan dan sistem peribadatan, agama berperan penting dalam menciptakan tatanan kehidupan yang berkeadilan dan beradab bagi seluruh umat manusia di dunia. Agama juga menjadikan norma sebagai kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan agama yang dianutnya. Kemunculan gereja kharismatik membawa perbedaan dengan gereja-gereja yang ada di kota kabanjahe. Perbedaan dalam hal ini dapat dilihat pada tata ibadah yang lebih berkembang mengikuti perkembangan zaman dan sudah mulai meninggalkan adat istiadat, selain itu masalah lainnya adalah penarikan jemaat yang dilakukan jemaat gereja kharismatik juga menjadi masalah bagi jemaat gereja lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah pendeta, penatua, diakon serta yang menjadi jemaat tetap gereja HKBP dan gereja GBI Rg. Mart Kabanjahe sebagai informan kunci yang mengetahui kondisi hubungan antara jemat gereja dan rumusan masalah pada penelitian ini. Interpretasi data dilakukan dengan pengolahan dari catatan maupun hasil wawancara setiap kali turun ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan interaksi antar jemaat gereja kharismatik dengan jemaat gereja HKBP yang masih kurang karena tidak adanya keinginan dari setiap jemaat untuk membangun hubungan serta beberapa jemaat yang membuat batasan-batasan dalam berhubungan dengan jemaat gereja lainnya. Kegiatan rohani yang dilakukan kedua gereja ini memiliki tujuan yang sangat berbeda seperti gereja GBI yang bertujuan untuk mengajak serta menarik jemaat agar menjadi jemaat tetap gereja GBI, serta adanya beberapa perbedaan mengenai tata ibadah atau ajaran dalam kedua gereja ini sehingga menimbulkan prasangka buruk bagi kedua jemaat gereja. Gereja Bethel Indonesia juga lebih mengutamakan pengalaman pribadi dari pada pendidikan mengenai agama sedangkan gereja HKBP lebih mengutamakan pendidikan mengenai agama.


(13)

Abstract

Religion is a social reality that can’t be avoided by anyone, whether in modern societies and in traditional societies. As a system of belief and worship system, religion plays an important role in creating a just order and civilized life for all people in the world. Religion also makes the norm as a frame of reference in order to act and behave in accordance with their religion. The emergence of charismatic churches brings differences to the churches in Kabanjahe city. This difference can be seen in the more developed to follow times and have started to leave the customs, besides other issue in a pulling in religious community of the charismatic church to become religious charismatic community.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques is done by observation, interview and literature study as for the unit of analysis and informant in this research were preacher, the church elders, deacons and the religious community of HKBP and GBI Rg. Mart Kabanjahe church as key informant who know the condition of the relationship of religious community and the formulation of the problem in this research. Interpretation of the data is done with the processing of records and interviews every time down to the field.

The result showed that the interaction between the religious community charismatic church with religious community HKBP are still not good because nothing a desires from a religious community to build relationship as well as some a religious community make a restrictionsin dealing with other a religious community. Spiritual activities conducted two churches have very different purposes such as the purposes of GBI church to invite and to attract of religious community to become a religious community of GBI, and the existence of some differences about system worship or doctrine of religion in the church so that make prejudice to both the church congregation. The church of GBI to prioritize personal experience than education of religion although the church of HKBP to prioritize education of religion.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.Sebagai sistem kepercayaan dan sistem peribadatan, agama berperan penting dalam menciptakan tatanan kehidupan yang berkeadilan dan beradab bagi seluih umat manusia di dunia.Agama menjadi sumber motivasi dan inspirasi bahkan agama terus berkembang seiring perkembangan peradaban manusia.Namun sayangnya agama sering kali dipahami secara sempit oleh penganutnya disertai perasaan curiga yang berlebihan terhadap penganutnya.Secara sosiologi, agama merupakan suatu isu yang berkaitan dengan kepercayaan, simbol, citra serta nilai-nilai sesuai dengan ajaran dari agamanya masing-masing. Simbol disini dapat kita lihat seperti cara berdoa, adanya puasa atau pantangan serta simbol keagamaan juga ditunjukkan dalam bentuk fisik yang dikenakan oleh para penganutnya yaitu seperti Rosario (kalung berbentuk salib), jilbab, peci dan lain sebagainya. Agama memiliki kedudukan yan sama dan merupakan suatu kesatuan dengan manusia sehingga mampu mengendalikan perilaku manusia dan mengubah kehidupannya.

Dalam menjalankan aktifitas sehari-hari individu tetap bertindak sesuai nilai-nilai ajaran agama dengan membina rasa solidaritas terhadap sesama. Agama juga menjadikan norma sebagai kerangka acuan dalam bersikap dan


(15)

bertingkah laku agar sejalan dengan agama yang dianutnya. Namun menurut Durkheim (Kamiruddin, 2011) agama bukan hal yang mudah untuk dipahami sebagai sesuatu yang sakral.Menurutnya agama tidaklah sepenuhnya dapat dikatakan sebagai nilai ajaran yang sakral yang berasal dari Tuhan.Adapun pemikiran manusia terhadap ajaran agama yang mereka terima juga mempengaruhi berkembangnya suatu aliran agama.

Pada dasarnya agama Kristen terbagi menjadi dua bagian yaitu Kristen khatolik dan Kristen protestan.Selain itu agama Kristen protestan memiliki tujuh aliran yaitu aliran calvinis, aliran Lutheran, aliran methodis, aliran pentakosta, aliran kharismatik, aliran adventis, sertra aliran saksi jehova. Agama Kristen juga diwadahi oleh tiga persekutuan yaitu PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia), PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia) dan PGPLII (Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia).

Gereja Huria Kristen Batak Protestan dan Gereja Bethel Indonesia (GBI) merupakan agama Kristen yang berbeda aliran. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) berasal dari aliran Lutheran yang berada dibawah naungan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) serta Gereja Bethel Indonesia (GBI) berasal dari aliran kharismatik yang berada dibawah naungan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) dan Gereja Bethel Indonesia juga merupakan anggota dari PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia). Kedua gereja ini sangat berpengaruh ditengah masyarakat Indonesia khususnya di kota kabanjahe. Meskipun berbeda massanya, sampai


(16)

sekarang kedua gereja ini tetap menjadi tempat beribadah orang-orang Kristen yang ingin lebih mengetahui tentang kegiatan keagamaan. Keberadaan kedua gereja ini di kota kabanjahe sangat menarik.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di kota Kabanjahe berdiri pada tahun 1940. Kemunculan gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada dasarnya merupakam perjalan panjang pendeta yang berasal dari tanah batak. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dianggap sebagai gereja beraliran Lutheran atau dianggap sebagai aliran “konvensional”. Aliran konvensional disini adalah aliran yang masih sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau hal keagamaan yang dapat pembaharuan sampai sekarang ini. Sifat tradisionalnya dapat kita ketahui dari beberapa kegiatan yang dilakukan seperti pesta pernikahan, tata ibadah, serta perayaan-perayaan gereja seperti perayaan natal dan perayaan paskah yang masih melibatkan adat istiadat ataupun budaya. Dalam peribadatan, nyanyian dan musik memegang peranan penting. Cara beribadah jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) masih sangat menekankan pada keteraturan dan keheningan. Hal ini dapat dilihat saat bernyanyi hanya menggunakan alat musik piano atau pun organ dan tanpa disertai dengan tepuk tangan. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) masuk kedalam keanggotaan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) (pdt.aritonang, 2005).

Gereja Bethel Indonesia (GBI) di kota Kabanjahe berdiri pada tahun 2007. Gereja beraliran kharismatik ini merupaka gereja yang didirikan untuk memenuhi keinginan para masyarakat yang ingin beribadah dengan suasana


(17)

gereja yang beraliran kharismatik. Dimana dalam peribadatannya, nyanyian serta musik pada gereja ini lebih berkembang daripada gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu nyanyian dengan tepuk tangan yang meriah. Gereja aliran kharismatik ini tidak lagi mempertahankan adat istiadat yang berlaku di kota Kabanjahe. Gereja ini didominasi pada gereja yang arus utama protestan dan khatolik.

Aliran kharismatik ini adalah aliran yang mengutamakan karunia roh serta aliran ini lebih menuju pada perkembangan zaman. Karunia roh bagi aliran kharismatik adalah seperti berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, karunia iman, karunia menyembuhkan, karunia bernubuat, karunia membedakan bermacam-macam roh, membedakan berkata-kata dalam bahasa roh, dan karunia menafsirkan bahasa roh. Bahkan masih banyak lagi tafsiran karunia roh bagi jemaat kharismatik, namun yang ditonjolkan gereja kharismatik adalah karuia penyembuhan, bahasa roh yang bisa dipelajari. Bagi mereka suatu keharusan seseorang yang sudah dibaptis harus memiliki karunia roh yang membedakannya dengan jemaat gereja lainnya. Dari hal ini tidak jarang ajarannya kurang mengalami penolakan oleh gereja-gereja lainnya sebab bagi mereka karunia roh bukan ukuran seseorang beriman.

Gereja yang beraliran kharismatik ini juga bersifat fleksibel dan inovatif terurama dalam bentuk ibadah. Kebanyakan gereja yang beraliran kharismatik ini terinspirasi oleh aliran pentakosta serta lebih menuju pada kebiasan dari Negara Amerika Latin yang bersifat tidak monoton. Tata cara ibadah gereja ini berjalan dengan penuh semangat dan lebih berkonsentrasi pada pujian-pujian


(18)

serta nyanyian yang diserta dengan tepuk tangan yang meriah, serta dikenal dengan sebutan pujian dan penyembahan. Hal inilah yang memberikan alternatif bagi jemaat yang tidak puas dengan sikap gereja yang terlalu bergantung pada tradisi. Selain itu gereja ini lebih peka terhadap tantangan zaman globalisasi yang mengutamakan efesiensi dan informasi. Walaupun menuju pada perkembangan zaman, dalam hal pembaptisan aliran kharisamatik kembali lagi pada pembaptisan seperti yang dilakukan pada zaman dahulu yang dilakukan oleh bangsa Yahudi. Terlihat dari pembaptisan yang dilakukan oleh gereja bethel adalah pembaptisan air melalui menyelamkan artinya orang yang dibaptis diselamkan di dalam kolam air, di sungai secara langsung. Ini mngikuti baptisan tradisi Yahudi yang dilakukan Yohanes dan Petrus di sungai. Jadi gereja yang beraliran kharismatik ini sebenarnya kembali lagi pada zaman dahulu yang bisa disebut sebagai aliran yang konvensional.

Pengikut gereja Bethel Indonesia (GBI) kebanyakan anak muda yang identik dengan sifat yang ekspresif, enerjik serta penuh dengan semangat. Kebaktian gereja yang beraliran kharismatik ini membuat para pemuda lebih tertarik beribadah ke gereja ini dibandingkan beribadah ke gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang bersifat monoton serta banyaknya hal positif di dalam aliran ini yang ikut menjadi daya tarik dan alasan bagi masyarakat untuk menganutnya. Kegiatan-kegiatan gereja beraliran kharismatik ini terbilang lebih menarik daripada kegiatan yang dilakukan oleh gereja Huria Kristen Batak Protestan. Kegiatan gereja bethel Indoesia (GBI) ini dapat memicu semangat para jemaat untuk tetap beribadah pada gereja ini. Berbeda halnya dengan


(19)

gereja Huria Kristen Batak Protestan yang yang tidak terlalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan. Gereja Huria Kristen Batak Protestan lebih fokus melakukan kegiatan pelayanan dalam hal ibadah minggu dan tidak bersusah payah untuk mengumpulkan para jemaat untuk diajak beribadah.

Sejak kemunculan gereja beraliran kharismatik ini hal yang sering menjadi perdebatan adalah masalah tata ibadah dan masalah penarikan jemaat yang dilakukan oleh jemaat gereja ini. Sebenarnya masalah konflik yang kompleks dan saling terkait, sehingga hal ini memperkuat munculnya sebuah konflik. Potensi konflik dapat berkembang menjadi konflik apabila persaingan yang bersifat emosional. Oleh karena itu, konflik dapat menjadi tajam ketika perdebatan diperkuat dan dipertegas ileh beberapa faktor yang mendorong terjadinya konflik yaitu kefanatikan jemaat dalam menyebarkan nilai-nilai keagamaan, adanya prasangka antar jemaat gereja, adanya perbedaan suku dan ras beragama serta perbedaan tingkat ekonomi, strata sosial, budaya dan lainnya.

Selama ini yang senantiasa dipersoalkan adalah perdebatan dari beribadah serta tata cara beribadah. Masing-msing jemaat merasa ajaran merekalah yang paling benar. Kefanatikan jemaat inilah yang menjadi bomerang. Orang yang sangat fanatik dengan gerejanya terkadang menjadi tidak realistis dalam menerima ajaran dari gerejanya. Pengikut yang fanatik menganggap orang yang tidak sealiran dengannya adalah musuhnya dan memandang gerejanya sebagai gereja yang benar.


(20)

Ada kompetisi dalam hal ajaran dan praktek yang dilakukan oleh setiap gereja agar para jemaat lebih mudah untuk menerimanya. Kompetisi dalam agama tidak berbeda dengan kompetisi dalam iklan yang ada ditelevisi, majalah ataupun koran. Keberhasilan dalam kompetisi ditentukan oleh kemampuan untuk memenangkan pasar. Untuk memenangkan umat, perlu adanya kompetitif dan upaya. Upaya yang dilakukan dalam menarik pengikut baru adalah menyiapkan fasilitas-fasilitas yang memberikan kenyamanan dalam beribadah dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik. Jemaat yang beraliran kharismatik ini juga memberikan janji-janji fasilitas seperti fasilitas kendaraan yang digunakan untuk mengantar dan menjemput para calon jemaat. Memberikan pelayanan-pelayanan yang terbaik bagi mereka yang mau ambil bagian dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gereja yang beraliran kharismatik ini. Jemaat gereja bethel ini juga sering melakukan kegiatan-kegiatan rohani seperti KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) serta banyaknya hal positif di dalam aliran ini yang ikut menjadi daya tarik dan alasan yang membuat para jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan ikut mengambil bagian karena di gerejanya sangat jarang dilakukan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan-kegiatan KKR.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan tidak perlu melakukan kegiatan-kegiatan rohani seperti KKR untuk merebut jemaat dari gereja lain. Gereja ini sudah cukup banyak memiliki jemaat dan tidak perlu khawatir akan jemaat yang pergi beribadah ke gereja yang beraliran kharismatik karena pada akhirnya jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan yang beralih akan kembali ke


(21)

gereja awalnya. Hal ini yang membuat jemaat gereja bethel merasa cemburu terhadap gereja Huria Kristen Batak Protestan serta hal ini juga yang dapat memicu terjadinya potensi konflik antara jemaat gereja HKBP dengan jemaat gereja yang beraliran kharismatik tersebut.

Konflik lain juga dapat terjadi antara jemaat gereja berbeda aliran ini seperti melalui kritikan yang tajam dari jemaat gereja bethel kepada jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan yang dianggap tidak sesuai dengan alkitabiah, menaikkan pujian tidak disertai dengan tepuk tangan serta mengatakan bahwa jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan tidak mendapatkan roh kudus. Jemaat gereja HKBP yang tidak menyukai akan kritikan itu mengatakan bahwa mereka lebih baik berpura-pura tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh jemaat gereja kharismatik. Perkembangan aliran kristiani dalam gereja konvensional belum begitu diterima karena gereja konvensional yang begitu tertutup dengan kedatangan aliran-aliran Kristen lainnya. Berbeda halnya dengan aliran-aliran kharismatik yang lebih mudah dan lebih terbuka akan perkembangann yang ada sehingga membuat aliran kharismatik lebih mudah untuk berkembang.

Dalam penelitian ini penulis tertarik meneliti gereja yang beraliran Kharismatik yaitu Gereja Bethel Indonesia yang cepat berkembang dilihat dari jemaatnya yang semakin banyak dan gereja Huria Kristen Batak Protestan yang jemaatnya pergi beribadah ke gereja kharismatik itu. Tetapi jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan tidak pernah pergi meninggalkan gerejanya walaupun


(22)

dia pergi beribadah ke gereja kharismatik tersebut. Mereka pergi hanya untuk beribadah dan menikmati cara beribadah gereja kharismatik yang sepenuhnya menggunakan musik. Hal inilah membuat penulis tertarik meneliti dengan mengangkat judul potensi konflik laten antara penganut aliran kristiani gereja “konvensional” HKBP dengan Gereja Bethel Indonesia “kharismatik”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah adalah sebgai berikut:

a. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik antara penganut aliran kristiani gereja konvensional dengan gereja kharismatik?

b. Mengapa terjadinya konflik antara penganut aliran kristiani gereja konvensional dengan gereja kharismatik?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konflik antara penganut aliran kristiani gereja “konvensional” Huria Kristen Batak Protestan dengan gereja “kharismatik” yaitu:

a. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik antara penganut aliran kristiani gereja konvensional dengan gereja kharismatik?

b. Mengapa terjadinya konflik antara penganut aliran kristiani gereja konvensional dengan gereja kharismatik?


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi peneliti maupun orang lain. Khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa sosiologi khususnya pada mata kuliah sosiologi agama, serta dapat menambah rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan penelitian ini.

b. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan akademis serta menganalisis berbagai fenomena sosial secara kritis mengenai potensi konflik laten antara penganut aliran kristiani gereja “konvensional” dengan gereja “kharismatik”. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi dan dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya.

1.5. Defenisi konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu penjelasan gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan untuk megetahui penjelasan, maksud, pengertian, dan kesalahpahaman penafsiran, maka dipergunakan batasan konsep dalam penelitian ini adalah:


(24)

1. Potensi konflik laten

Kemampuan perselisihan yang mempunyai kemungkinan untuk dilakukan secara tersembunyi yang terjadi antara aliran kristiani gereja “konvensional” Huria Kristen Batak Protestan dengan gereja “kharismatik” dalam perebutan jemaat.

2. Aliran kristiani

Aliran yang ada pada agama Kristen yang terdiri dari aliran calvinis, aliran Lutheran, aliran methodis, aliran pentakosta, aliran kharismatik, aliran adventis, sertra aliran saksi jehova.

3. Jemaat gereja konvensional

Pengikut dari gereja yang masih bersifat tradisional dan masih menggunakan adat istiadat setiap melakukan kegiatan di gereja.

4. Jemaat gereja kharismatik

Pengikut dari gereja yang sudah menghilangkan esensi dari adat istiadat sehingga jemaat dari gereja ini lebih berkesan modern dari pada gereja yang masih menggunakan adat istiadat pada setiap kegiatan yang ada.

5. Agama

Sistem keyakinan yang dianut suatu kelompok atau masyarakat yang mengatur hubungannya dengan Tuhannya.

6. Gereja

Gereja dapat diartikan sebagai suatu institusi agama yang dijadikan umat untuk tempat melakukan ibadah serta tempat melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.


(25)

7. Penganut atau jemaat

Persekutuan sejumalah warga ditempat yang tertentu yang dipimpin oleh pemimpin jemaat setempat.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konflik

Konflik merupaka gejala sosial yang hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Coser mendefenisikan konflik sebagai bentuk interaksi dimana tempat dan waktu serta intensitas dan lain sebagainya tunduk pada perubahan sebagaimana isi segitiga yang bisa berubah. Selain itu konflik juga dapat diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Dalam pengertian yang lain, konflik merupakan suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman keras.

Konflik memiliki tiga jenis atau posisi pelaku yang berkonflik yaitu: 1. Konflik vertikal

Merupakan konflik antar komponen masyarakat didalamnya satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dan bawahan.

2. Konflik horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar agama yaitu seperti agama islam dengan agama Kristen.


(27)

Konflik antar suku khususnya suku jawa dan suku yang ada di luar pulau jawa.

3. Konflik diagonal

Konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di aceh.

Selain kita mengetahui jenis konflik kita juga perlu mengetahui beberapa tipe konflik yang menggambarkan persoalan sikap, perilaku, dan situasi yang ada. Maka tipe-tipe konflik terdiri dari:

1. Tanpa konflik

Menggambarkan situasi yang relative stabil, hubungan-hubungan antar kelompok bisa saling memenuhi dan damai. Tipe ini bukan berarti tidak memiliki konflik yang berarti dalam masyarakat, akan tetapi ada beberapa kemungkinan atas situasi ini. Pertama, masyarakat mampu menciptakan struktur sosial yang bersifat mencegah kearah konflik kekerasan. Kedua, sifat budaya yang memungkinkan anggota masyarakat manjauhi permusuhan dan kekerasan.

2. Konflik laten adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat banyak persoalan, sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar bisa ditangani.

3. Konflik terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul ke permukaan yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan


(28)

berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

4. Konflik di permukaan, memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan meningkatnya komunikasi.

Konflik laten merupakan konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar bisa ditangani secara efektif. Kehidupan masyarakat yang tampak stabil dan harmonis belum tentu menjadi sebuah jaminan bahwa di dalam masyarakat tidak terdapat permusuhan dan pertentangan. Kenyataan ini bisa ditentukan pada masyarakat Kabanjahe yang tampak harmonis, damai dan kecil tingkat pertentangan diantara anggota-anggota masyarakat baik dalam pergaulan maupun dalam hal keagamaan. Akan tetapi dibalik stabilitas, keharmonisan dan perdamaian tersebut ternyata terdapat konflik laten yang begitu besar. Hal ini dibuktikan ketika kedatangan gereja yang beraliran kharismatik serta berbagai konflik laten dalam dimensi keagamaan yang cepat berkembang. Walaupun keadaan masyaraka kabanjahe khususnya jemaat gereja yang beraliran kharismatik dengan jemaat gereja HKBP saat ini terlihat stabil dan harmonis, namun benih-benih konflik yang terpendam cukup melekat pada segelintir anggota masyarakat. Apabila unsur laten tersebut tidak dapat ditangani dengan baik maka hal tersebut akan berubah menjadi konflik yang berujung pada kekerasan.


(29)

Penyebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama dalam perspektif sosiologi juga dapat dibagi menjadi empat hal yaitu:

1. Perbedaan doktrin dan sikap mental

Semua pihak jemaat gereja menyadari bahwa perbedaan doktrin atau ajaran yang menjadi penyebab akan terjadinya konflik. Sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan ajarannya dengan ajaran lawannya, memberikan penilaian atas dasar gereja sendiri dan gereja lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat oleh jemaat bahwa nilai tertinggi selalu diberikan kepada gerejanya sendiri dan ajaran gerejanya selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan ajaran gereja lainnya dinilai menurut patokannya itu. Factor seperti ini dalam kelompok jemaat gereja konvensional dan jemaat gereja kharismatik punya andil sebagai pemicu terjadinya konflik.

2. Perbedaan suku dan ras pemeluk agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama juga menjadi penyebab lebih kuatnya menimbulkan perpecahan.

3. Perbedaan tingkat kebudayaan

Agama sebagian dari budaya bangsa Indonesia termasuk masyarakat kabanjahe. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya


(30)

berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana budaya dapat dibedakan menjadi dua yaitu budaya tradisional dan budaya modern. Antar jemaat kharismatik dan jemaat konvensional terlihat perbedaan yaitu jemaat konvenional (jemaat setempat) memiliki budaya yang sederhana atau tradisional terlihat dari bentuk bangunan gerejanya yang masih menyelipkan budaya yang dibawanya sedangkan jemaat kharismatik (jemaat pendatang) memiliki budaya modern terlihat dari tidak dipakainya lagi budaya adat setempat dan bentuk gedung gerejanya yang sudah seperti rumah toko (ruko) yang mewah.

4. Masalah minoritas dan mayoritas

Fenomena konflik sosial juga mempunyai aneka penyebab. Dalam masyarakat agamanya pluralitas penyebab terdekat adalah maslah minoritas dan mayoritas jemaat yang ada di suatu daerah. Seperti jemaat kharismatik yang lebih sedikit dibandingkan jemaat gereja konvensional yaitu jemaat gereja HKBP di kabanjahe.

2.2. Agama

Agama adalah sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional. Agama mempunyai peranan didalam masyarakat sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan melestarikan, nmaun agama juga mempunyai fungsi lain. Agama mempersatukan kelompok pemeluknya dengan begitu kuatnya sehingga apabila agamatidak dianut oleh seluruh atau sebagian besar


(31)

masyarakat, agama bisa menjadi kekuatan yang mencerai beraikan, memecah belahkan dan bahkan menghancurkan. Selain itu agama juga sering mempunyai efek negatif terhadapa kesejahteraan masyarakat dan individu. Isu-isu keagamaan sering menimbulkan sikap tidak toleran. Loyalitas agama hanya menyatukan beberapa orang tertentu dan memisahkan yang lainnya (O’Dea dalam Hasbullah).

Agama dalam kehidupan masyarakat sangatlah penting, misalnya saja dalam pembentukan diri seseorang. Adapun yang menjadi komponen-komponen agama adalah sebagai berikut:

1. Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.

2. Sistem keyakinan terwujud dalam bentuk pikiran atau gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud dalam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa dan sebagainya. 3. Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, dewa-dewa,

dan roh nenek moyang.

4. Umat, yakni anggota salah satu umat agama yang merupakan kesatuan sosial.

Secara umum ajaran agama memberikan kerangka norma yang tegas bagi tingkah laku umatnya, hanya kebudayaan yang mengemasnya dengan berbeda. Perbedaan agama disatu sisi memang rawan karena bisa menjadi benih perpecahan. Tetapi sepanjang masing-masing umat mau saling


(32)

mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati hak masing-masing umat, kerukunan dan kestabilan akan tetap terjaga dengan baik.

2.3. Interaksionis simbolik

Interaksionis simbolik adalah suatu aktivitas yang menunjuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain, tapi didasarkan atas makna yang diberikan tehadap tindakan orang lain. Interaksi antar individu diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.

Bagi Blumer interaksionis simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang

ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.

Meurut Blumer (Poloma, 2010), bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam akan melahirkan batasan bagi orang lain.


(33)

Masyarakat juga merupakan hasil dari interaksi-simbolik. Bagi Blumer (Poloma, 2010) keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolik ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan menurut mode stimulus-respon. Seseorang tidak langsung memeberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu.

Interaksionisme simbolik yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah ide-ide dasar yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi, kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi nonsimbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana, sedangkan interaksi simbolis mencakup penafsiran tindakan.

3. Objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lenih merupakan produk interaksi-simbolis. Objek yang dapat diklasifikasi kedalam tiga kategori luas: a. objek fisik, seperti meja, tanaman dan mobil, b. objek sosial seperti ibu, guru, menteri atau teman; dan c. objek abstrak seperti nilai-nilai, hak dan peraturan.

4. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagi objek.


(34)

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai “organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia. Sebagian besar tindakan bersama tersebut berulang-ulang dan stabil, melahirkan apa yang disebut para sosiolog sebagai kebudayaan dan aturan sosial.

2.4. Stereotipe

Stereotip merupakan bentuk kompleks dari pengelompokan yang secara mental mengatur pengalaman dan mengarahkan sikap dalam menghadapi orang-orang tertentu. Stereotip dapat berupa prasangka negatif maupun positif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotip negatif. Stereotip jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Stereotip dapat mempersempit persepsi kita sehingga dapat mencemarkan komunikasi antaragama dikarenakan stereotip cenderung untuk menyamarkan ciri-ciri sekelompok orang.

Matsumoto 1996 (dalam lubis) memaparkan tiga poin mengenai stereotip, yaitu:

1. Stereotip didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakangbudaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain, bukan dari sumbernya


(35)

langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta.

2. Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi. Ciri-ciri yang kita identifikasi seringkali kita seleksi tanpa alasan apa pun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu ciri tertentu dan mengabaikan ciri yang lain.

3. Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut. Generalisasi mengenai sebuah kelompok mungkin memang menerangkan atau sesuai dengan banyak individu dalam kelompok tersebut.

Ketiga hal tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya stereotip adalah sebuah pendapat yang ditarik tanpa dapat menjadi sebuah gambaran yang tepat, karena pandangan kita terhadap objeknya lebih banyak disesuaikan dengan latar belakang kita sehingga kemudian hadir sebuah kejanggalan. Banyak stereotip juga disesiakan oleh media massa dan disebarkan secara luas melalui berbagai bentuk media seperti iklan, film, dan komedi situasi serta opera sabun di televisi. Stereotip ada dimana-mana dan bertahan lama. Salah satu cara untuk memahami kekuatan dan pengaruh suau stereotip adalah dengan mengetahui bagaimana stereotip itu diterima.

Adler (dalam lubis) mengingatkan stereotip menjadi masalah ketika kita menempatkan orang di tempat yang salah, ketika kita menggambarkan norma kelompok dengan tidak benar, ketika kita mengevaluasi suatu kelompok


(36)

dibandingkan menjelaskannya, ketika kita mencampuradukkan stereotip dengan gambaran dari seorang individu, dan ketka kita gagal untuk mrngubah stereotip berdasarkan pengamatan dan pengalaman kita yang sebenarnya. Ada empat mengapa stereotip menghambat komunikasi antar kelompok budaya (ras, suku dan agama) yaitu:

1. Sejenis penyaringan; menyediakan informasi yang konsisten dengan informasi yang dipercaya oleh seseorang.

2. Suatu stereotip menganggap semua orang dalam suatu informasi memiliki informasi yang sama,

3. Penghalang keberhasilan untuk menjadi seorang komunikator, biasanya berlebih-lebihan, terlalu sederhana dan terlalu menyamaratakan. Stereotip berubah karena didasarkan pada premis dan asumsi yang setengah benar dan kadang tidak benar.

4. Jarang berubah, karena stereotip biasanya berkembang sejak awal kehidupan dan terus berulang dan diperkuat. “Sekali terbentuk, stereotip tidak akan berubah, dan hubungan langsung kadang memperkuat asosiasi yang sudah ada mengenai kelompok target dan ciri-cirinya yang stereotip” seperti yang ditulis oleh Meshel dan Mc Glynn.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subjek penelitian. Penelitian ini sifatnya hanya sekedar mengungkapkan fakta. Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai potensi konflik laten antar pemeluk aliran gereja “konvensional” Huria Kristen Batak Protestan dengan aliran gereja kharismatik di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi tersebut diatas adalah Kota Kabanjahe merupakan kota yang memiliki beberapa gereja yang sangat cepat berkembang dengan aliran agama “konvensional” dan gereja dengan aliran agama “kharismatik”. Serta peneliti dapat memanfaatkan waktu, tenaga dan pikiran


(38)

serta dana atau biaya yang diperlukan untuk dimaksimalkan dalam penelitian ini karena peneliti juga berada di kota yang sama dengan lokasi penelitian.

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2006). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah pendeta, penatua dan diakon serta masyarakat atau jemaat gereja GBI yang beraliran agama “kharismatik” dan jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan yang beraliran “konvensional” yang berada di Kota Kabanajahe.

3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penilitian (bungin,2007:76). Penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Teknik penentuan informan yang digunakan oleh peneliti adalah dengan teknik bola salju (snow ball), yakni informan berikutnya ditentukan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan sebelumnya yang dapat lebih menunjang tujuan penelitian yang bersangkutan.

Teknik penentuan informan diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan


(39)

berpengalaman sesuai dengan objek penelitian ini. Kemudian penulis menentukan informan-informan yang lain sesuai dengan keperluan penelitian ini yakni orang yang terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun karateristik informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

a. Jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan(HKBP) yang resmi terdaftar selama 10 tahun menjadi anggota gereja dan jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) serta yang sudah resmi terdaftar selama 5 tahun menjadi anggota gereja serta menjadi warga Kabanjahe lebih dari 15 tahun. Alasan peneliti memilih dengan kriteria diatas karena lebih memungkinkan mereka mengetahui mengenai informasi-informasi yang ada di kota Kabanjahe dari pada masyarakat serta jemaat yang baru terdaftar di kota Kabanjahe.

b. Pengurus gereja Huria Kristen Batak Protestan dan Gereja Bethel Indonesia yang terdiri dari Pendeta, Sintua, dan Diakon

Alasan peneliti memilih pendeta, sintua dan diakon sebagai informan karena merupakan orang yang mengatur tata cara berlangsungnya ibadah pada gereja Huria Kristen Batak Protestan dan gereja Gereja Bethel Indoesia di kabanjahe dan lebih mengetahui bagaimana perkembangan gereja.


(40)

3.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap penelitian ini peneliti akan melakukan observasi, wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian atau sumber informan melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara secara mendalam. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan mengunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Kemampuan seseorang ntuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). Dalam teknik observasi, peneliti dapat mengetahui dengan cara melihat langsung serta ikut berpartisipasi bagaimana dalam keseharian jemaat gereja GBI yang


(41)

beraliran kharismatik dengan gereja Huria Kristen Batak Protestan yang beraliran “konvensional” yang berada di kota kabanjahe.

b. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif serta menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder jika memang dibutuhkan untuk memudahkan penelitian mengenai keseluruhan informasi yang diberikan informan. Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu, dengan mengumpulkan data dan mengambil dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan bahan-bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Menginterpretasikan data merupakan kegiatan mengorganisasikan data dalam susunan-susunan tertentu yang menuju pada kegiatan analisis data.


(42)

Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah. Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan.

3.6. Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmuah. Terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal berkali-kali. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam metode menyebabkan lambannya proses penelitian yang dilakukan. Terbatasnya referensi penelitian dan referensi judul yang mengulas tentang hal ini pun menjadi salah satu kendala, meskipun demikian peneliti tetap berusaha untuk melaksanakan penelitian ini semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.


(43)

BAB IV

DESKRPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1.Keadaan geografis

Secara geografis sebelah utara kecamatan Kabanjahe berbatasan dengan Kecamatan Berastagi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Munthe.

4.1.2.Keadaan topografi

Kota Kabanjahe terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 m diatas permukaan laut. Kota Kabanjahe ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar 16,40c- 23,90c dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 84,66 persen serta mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

4.1.3.Luas wilayah

Kabanjahe merupakan salah satu kecamatan dan sekaligus ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten. Kabanjahe secara geografis berada di barat laut provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayahnya 44,65 km2. Kecamatan ini terdiri dari 13 desa/kelurahan. Berikut ini adalah tabel luas wilayah kota kabanjahe menurut desa/ kelurahan.


(44)

Tabel 4.1. Luas wilayah kota Kabanjahe menurut desa/kelurahan

No Desa/kelurahan Luas wilayah (km2)

Rasio terhadap luas kecamatan (%)

1 Lau simomo 2,00 4,48

2 Kandibata 5,00 11,20

3 Kacaribu 3,25 7,28

4 Lau cimba 2,00 4,48

5 Padang mas 3,00 6,72

6 Gung leto 2,00 4,48

7 Gung negeri 4,50 10,08

8 Samura 3,00 6,72

9 Ketaren 2,50 5,60

10 Kampung dalam 2,00 4,48 11 Rumah kabanjahe 5,00 11,20

12 Kaban 4,90 10,97

13 Sumber mufakat 5,50 12,32

Jumlah 44,65 100,00

Sumber: kecamatan kabanjahe dalam angka 2010

4.1.4.Jumlah Penduduk

4.1.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk kecamatan/kota Kabanjahe adalah sebanyak 63.326 jiwa dan semuanya memiliki kewarganegaraan WNI (Warga


(45)

Negara Indonesia). Dimana jumlah laki-laki sebanyak 32.989 jiwa, sedangkan jumlah perempuannya sebanyak 32.337 jiwa. Jumlah penduduk kota kabanjahe berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2. jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) 1. Laki-laki 32.989 48,94% 2. Perempuan 32.337 51,06% Jumlah 63.326 100% Sumber: karo dalam angka 2010

Berdasarkan tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa jumlah laki-laki di kota Kabanjahe sebesar 48,94% dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah perempuan di kota Kabanjahe sebesar 51,06% dari jumlah penduduk. Tingkat perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebanyak 1.348 jiwa dimana laki-laki lebih sedikit dari pada jumlah perempuan di kota Kabanjahe.

4.1.4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Semua penduduk kota kabanjahe juga telah menganut beberapa agama yang telah diakui di negara Indonesia. Agama yang paling dominan di kota kabanjahe adalah Kristen protestan. Hal ini dapat dilihat


(46)

dari banyaknya gereja bagi umat Kristen protestan yang ada di kota kabanjahe. Dimana penduduk di kota kabanjahe dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, yang terlihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%) 1 Islam 22.201 35,49 % 2 Protestan 32.293 51,62 % 3 Khatolik 6090 9,73 %

4 Hindu 547 0,87 %

5 Budha 412 0,66 %

6 Lainnya 1020 1,63 %

Jumlah 62.563 100 % Sumber: karo dalam angka 2010

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk kota kabanjahe beragama Kristen protestan dengan jumlah 32.293 jiwa dengan persentase 51,62 % , yang beragama islam di kota Kabanjahe sebanyak 22.201 jiwa dengan 53,49), yang beragama Kristen khatolik sebanyak 6090 jiwa dengan 9,73%, dan yang beragama Hindu sebanyak 547 jiwa dengan 0,87%, sedangkan yang beragama Budha sebanyak 412 jiwa dengan 0,66% serta yang lainnya sebanyak 1020 jiwa


(47)

dengan 1,63%. Maka jumlah keseluruhan jumlah penduduk yang memiliki agama adalah sebanyak 62.563 jiwa.

4.1.5. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang ada dalam sebuah wilayah adalah suatu pelengkap yang berfungsi sebagai fasilitas bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas dan fungsinya. Adapun yang menjadi sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan kabanjahe dapat dilihat dibawah ini.

a. Sarana pendidikan

Tabel 4.4 sarana pendidikan

No Kategori Jumlah

1 PAUD/TK 35

2 SD 20

3 SMP 10

4 SMA/SMK 10

Jumlah 75

Sumber : karo dalam angka 2010

Berdasarkan data pada tabel 4.4, sarana pendidikan yang ada di kota/kecamatan Kabanjahe sudah tergolong meningkat atau berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa PAUD/TK swasta maupun negeri mencapai 35 sekolah, Sekolah Dasar (SD) swasta maupun negeri mencapai 20 sekolah dan SMP swasta maupun negeri mencapai 10 sekolah serta


(48)

SMA/SMK swasta ataupun negeri mencapai 10 sekolah. Maka jumlah keseluruhan sekolah yang ada mencapai 75 sekolah.

b. Sarana peribadatan

Dalam hal keagamaan, sarana peribadatan yang ada di kecamatan/kota Kabanjahe sangatlah banyak terlihat dari perkembangan keagamaan yang ada di kota tersebut. Sarana peribadatan terdiri dari 48 gereja protestan, 17 mesjid bagi masyarakat yang beragama islam, 12 kapel/capel yang digunakan oleh masyarakat yang beragama Kristen khatolik serta ada satu vihara bagi masyarakat yang beragama Budha. Banyaknya gereja protestan di Kabanjahe menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut beragama kristen protestan.

Jumlah sarana peribadatan di kecamatan Kabanjahe dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 sarana peribadatan

No Sarana peribadatan Jumlah

1 Gereja 48

2 Mesjid 17

3 Kapel/ capel 12

4 Pura -

5 Vihara 1

Jumlah 78


(49)

c. Sarana kesehatan

Tabel 4.6 sarana kesehatan No Sarana kesehatan

1 Rumah sakit umum kabanjahe 2 Rumah sakit kusta lau simoom 3 Rumah sakit ester 4 Rumah sakit elovani 5 Rumah sakit flora 6 Rumah sakit yoreskita 7 Rumah sakit mandala 8 Puskemas (DKR) 9 Poskes TNI 10 Faskes polri 11 Poliklinik polres

Sumber: www.bpjs-kesehatan.go.id

Berdasarkan data tabel 4.6, kota kabanjahe memiliki 7 rumah sakit swasta ataupun negeri, satu puskesmas serta tiga poliklinik milik angkatan negara seperti poskes POLRI, faskes TNI serta poliklinik polres. Serta lebih dari dua dokter yang bekerja di setiap rumah sakit yang ada di kabanjahe.


(50)

4.2. Sejarah keberadaan gereja 4.2.1.Gereja HKBP

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah persekutuan orang Kristen dari segala suku dan golongan bangsa Indonesia dan segala bangsa diseluruh dunia yang dibabtis ke dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Secara umum gereja Huria Kristen Batak Protestan berdiri pada tanggal 7 oktober 1861. Gereja Huria Kristen Batak Protestan Kabanjahe berdiri pada tahun 1940. Gereja Huria Kristen Batak Protestan memiliki visi yaitu HKBP yang berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen demi kemuliaan Allah Bapa yang mahakuasa. Serta yang menjadi misi gereja Huria Kristen Batak Protestan adalah Huria Kristen Batak Protestan berusaha meningkatkan mutu

segenap warga masyarakat, terutama warga Huria Kristen Batak Protestan, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap prilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia ditingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad-21.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan merupakan gereja yang berasal dari aliran Lutheran yang berada dibawah naungan PGI


(51)

(Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) serta ada 88 anggota gereja yang menjadi anggota PGI yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.7 Anggota Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI)

No. Anggota Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia 1 Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP)

45 Gereja kristen protestan mentawai (GKPM)

2 Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

46 Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)

3 Banua Niha Keriso Protestab (BNKP)

47 Gereja kristen protestanangkola (GKPA)

4 Gereja Methodist Indonesia (GMI) 48 Gereja protestanminahasa (KGPM) 5 Gereja Kristen Indonesia sumut 49 Gereja mission batak (GMB) 6 Gereja Masehi Injili Sangihe

Talaud (GMIST)

50 Gereja angowuloa masehi Indonesia nias (gereja AMIN)

7 Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM)

51 Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP)

8 Gereja Masehi Injili Bolaang Mongondow (GMIMB)

52 Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL)

9 Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST)

53 Gereja Kebangunan Kalam Allah (GKKA)

10 GEREJA TORAJA 54 Protestan Maluku (GPM) 11 GEREJA TORAJA MAMASA 55 Gereja Kristen Anugrah (BKA) 12 Gereja Kristen Sulawesi Selatan

(GKSS)

56 Gereja Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)

13 Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (GEPSULTRA)

57 Gereja Protestan Kalimanan Barat (GPKB Pontianak)


(52)

(GMIH) Graham Bethel Indonesia 15 Gereja Kristen Kalam Kudus

(GKKK)

59 Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII)

16 GKI Di Tanah Papua 60 Gereja Kristen Sumba (GKS) 17 Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT)

61 Gereja Kristen Injili Di Indonesia (GEKISIA)

18 Gereja Masehi Injili Indonesia (GEMINDO)

62 Gereja Kristen Luther Indonesia (GKLI)

19 Gereja Kristen Protestan Di Bali (GKPB)

63 Gereja Protestan Persekutuan (GPP)

20 Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)

64 Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI)

21 GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

65 Gereja Tuhan Di Indonesia (GTDI)

22 Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) 66 Gereja Kristen Indonesia Di Sulawesi Selatan ( GKI-SULSEL) 23 Gereja Kristen Jawa (GKJ) 67 Gereja Kristen Indonesia

24 Gereja Kristen Pasundan (GKP) 68 GEREJA ISA ALMASIH 25 GEREJA KRISTUS 69 Gereja REHOBOTH 26 Gereja Protestan di Bagian Barat

(GPIG)

70 Gereja Protestan Indonesia (GPI) Di Papua

27 Gereja Protestan di Indonesia (GPI)

71 Gereja Kristen Protestan Pak Pak Dairi (GKPPD)

28 Gereja Angowuloa Fa Awosa Kho Yesus (AFY)

72 Gereja Keesaan Injili Indonesia (GEKINDO)

29 Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI)

73 Gereja Masehi Protestan Umum (GMPU)

30 Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)

74 Gereja Protestan di Sulawesi Selatan (GPSS)


(53)

31 Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI)

75 Gereja Kristen Oikumene di Indonesia (GKO)

32 Gereja Bethel Indonesia Sepenuh (Gbis)

76 Gereja Sahabat Indonesia (GSI)

33 Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)

77 Gereja Utusan Pantekosta di Indonesia (GUPDI)

34 Huria Kristen Indonesia (HKI) 78 Gereja Kristus Yesus (GKY) 35 Gereja Kristen Luwuk Banggai

(GKLB)

79 Gereja Masehi Injili Di Talaud (GERMITA)

36 Gereja Kristus Tuhan (GKT) 80 GERAJA KRISTEN ABDIEL 37 Gereja Protestan Indonesia

Donggala (GPID)

81 Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI)

38 Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB)

82 Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah (GSJA)

39 Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG)

83 Gereja Protestan Indonesia di Banggai Kepulauan (GPIBK) 40 Gereja Kristen Jawa Tengah Utara

(GKJTU)

84 Gereja Kristen Protestan Injili Indonesia (GKPII)

41 Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB)

85 Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII)

42 Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) 86 Gereja Protestan Soteria di Indonesia (GKSI)

43 Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)

87 Gereja Kriten Sangkakala Indonesia (GKSI)

44 Gereja Protestan Indonesia di Buol Toil-Toli (GPIBT)

88 Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia (KGMPI)


(54)

Jemaat Huria Kristen Batak Protestan mengadakan kebaktian minggu setiap hari minggu bertempat di gedung gereja serta jemaat juga mengadakan kebaktian doa keluarga, lingkungan, kelompok, kategorial, dan yang lain yang sesuai dengan kebutuhannya. Gereja juga dapat mengadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR) yang diikuti oleh warga jemaat adat masyarakat di tempat yang ditentukan oleh gereja. Yang menjadi maksud dan tujuan gereja Huria Kristen Batak Protestan adalah:

1. Memberitakan dan menghayati Firman Tuhan

2. Memelihara kemurnian pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan. 3. Menyediakan dirinya agar menjadi kemuliaan Allah Bapa, Anak,

dan Roh Kudus.

4. Memantapkan dan menguatkan keberadaan HKBP.

Serta yang menjadi tugas gereja Huria Kristen Batak Protestan adalah mengembangkan kerajaan Allah melalui kegiatan persekutuan, kesaksian dan pelayanan.

Huria Kristen Batak Protestan di tanah karo hanya ada 3 gereja, satu di kecamatan Tigapanah, Kabanjahe serta yang satu lagi di kecamatan Berastagi. Gereja Huria Kristen Batak Protestan kabanjahe memiliki jemaat sekitar 509 kepala keluarga, anak remaja 100 orang serta abak sekolah minggu berjumlah 300 orang. Naposobulungnya hanya 50 orang, hal ini dikarenakan sebagian naposobulung gereja ini sudah bekerja dan


(55)

sedang bersekolah di luar dari kota Kabanjahe. Hamba Tuhan yang bekerja di gereja Huria Kristen Batak Protestan Kabanjahe ini adalah sebagai berikut yaitu dua orang pendeta (satu pendeta tua dan satu lagi pendeta muda), satu bible pro serta satu diakones.


(56)

Lampiran 1: bagan organisasi HKBP HKBP HATOPAN DISTRIK RESSORT HURIA B.Audit Sek. Jendral Kepala Dep. kononia Kepala Dep. marturia Kepala dep. diakonia Ephorus Balitba-ng HKBP biro biro biro

Badan usaha HKBP

biro Yaya

-san BPP HKBP yayasan Bendahar-a hBendahar-atopBendahar-an Sinode Distrik Praeses MPSD Kabid.di akonia Kabid.ma rturia Kabid. Koinonia Rapot resort Pandita resort

Majelis resort Sekretaris resort Rapot huria

Raport parhalado Uluan ni huria

Rapot partohonan Majelis perbendaharaan dan Adm Ketua dewan koinonia Ketua dewan diakonia Ketua dewan marturia Seksi diako-nia sosial Seksi sending Seksi siko-lah minggu Seksi pendidikan Seksi re-maja Seksi kesehatan Seksi musik Seksi napo-sobulung Seksi ke-masyarakatan Seksi lansia Seksi ama Seksi paro-mpuan Sinode Gondang Rapot pan-dita HKBP MPS


(57)

4.2.2. Gereja Bethel Indonesia

Gereja bethel Indonesia di Kabanjahe Tanah karo pada awalnya muncul pada tahun 2007. Seiring perkembangan serta kebutuhan masyarakat yang rindu akan suasana gereja khasrismatik maka gereja Bethel di Kabanjahe berkembang menjadi 4 cabang yaitu Gereja Bethel Indinesia Rg Mart, Gereja Bethel Indonesia Pagi Sore, Gereja Bethel Indonesia Konsio dan Gereja Bethel Indonesia Ketaren. Awalnya jemaat di Gereja Bethel Indonesia Rg Mart ini mencapai 200 orang tetapi setelah perpecahan dan membangun satu gereja lagi di daerah sekitarnya maka jemaatnya dibagi menjadi dua yaitu Gereja Bethel Indonesia Rg Mart dan Gereja Bethel Indonesia Pagi Sore. Jumlah jemaat yang menetap di Gereja Bethel Indonesia Rg Mart ini hanya mencapai 115 jemaat yaitu 60 jemaat dewasa, 20 jemaat pemuda/I nya dan 35 jemaat anak.

Pusat Gereja Bethel Indonesia pada awalnya berada di Medan Plaza namun karena terjadi sebuah kebakaran yang menimpa tempat tersebut maka Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort di pindahkan ke jalan Jamin Ginting KM 13.5 Simpang Selayang Medan. Yang menjadi visi Gereja Bethel Indonesia adalah terlaksana amanat agung keseluruh dunia (Matius 28) dan yang menjadi misi Gereja Bethel Indonesia adalah pemulihan pondok daud ( Kis 15:15-17). Gereja Bethel Indonesia berasal dari aliran kharismatik yang berada dibawah naungan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) dan Gereja Bethel Indonesia juga merupakan anggota dari PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia) dan


(58)

dapat dilihat pada tabel 4.8 anggota persekutuan gereja-gereja dibawah ini.

Tabel 4.8 Anggota Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI)

No Anggota Persekutuan Gereja - Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) 1 Gereja Pantekosta di Indonesia 42 Gereja Kristus

2 Gereja Bethel Indonesia 43 Gereja Pantekosta Maluku 3 Gereja Sidang Pantekosta di

Indonesia

44 Gereja Pantekosta Serikat Indonesia

4 Gereja tuhan di Indonesia 45 Gereja Suara Ketebusan Maluku 5 Gereja Kasih Anugrah 46 Gereja Siloam Injili di Indonesia 6 Gereja Sejahtera Indonesia 47 Gereja Bethel Rohulkudus 7 Gereja Kristen Pantekosta

Yerusalem

48 Gereja Pusat Pantekosta Indonesia

8 Gereja Anugrah Bethesda 49 Gereja Bethesda

9 Gereja Berea Sungrak Indonesia 50 Gereja Pantakosta di Indonesia 10 Gereja Elim Indonesia 51 Gereja Pentakosta Bekasi 11 Gereja Segala Bangsa 52 Gereja Bethany di Indonesia 12 Gereja Pantekosta Elim 53 Gereja Bethel Tabernakel 13 Gereja Pentakosta Sumatera Utara

Pinksterkerk

54 Gereja Kristen Kegerakan Pantekosta Minahasa

14 Gereja Baitlahim 55 Gereja Elim Tabernakel

15 Gereja Terang Dunia 56 Gereja Pantekosta Immanuel 16 Gereja Sungai Yordan 57 Gereja Bethany Indonesia 17 Gereja Pantekosta Indonesia 58 Gereja Persekutuan Kristen 18 Gereja Pantekosta Jakarta

Indonesia

59 Gereja Pantekosta Kudus Indonesia


(59)

20 Gereja Sidang Jemaat Pantekosta di Indonesia

61 Gereja Pantekosta Kharismatika di Indonesia

21 Gereja Rehoboth 62 Gereja Yesus Kristus Tuhan 22 Gereja Sidang Rohulkudus

Indonesia

63 Gereja Kristen Pantekosta Bandung

23 Gereja Pantekosta Rachmat 64 Gereja Kemah Tabernakel 24 Gereja Kristus Injil 65 Gereja Sidang Tuhan 25 Gereja Injil Kristus 66 Gereja Pentakosta Haleluya 26 Gereja Pantekosta Isa Almasih 67 Gereja Nazareth Pantekosta 27 Gereja Penyebaran Injil 68 Gereja Kristen Tabernakel

28 Gereja persekutuan Kristen 69 Gereja Pantekosta

29 Gereja Keluarga Tabernakel 70 Gereja Pantekosta Irian Jaya

30 Gereja Pimpinan Rohulkudus 71 Gereja Terang Kristus 31 Gereja Bethel Pentakosta

Indonesia

72 Gereja Persekutuan Kristen Oikumene

32 Gereja Allah di Indonesia 73 Gereja Pantekosta Tubuh Kristus

33 Gereja Pantekosta Tabernakel 74 Gereja Injil Sepenuh Indonesia 34 Gereja Kristus Apostoloik 75 Gereja Pantekosta Karang Anyer

35 Gereja Pekabaran Injil Jalan Suci 76 Gereja Pantekosta

36 Gereja Gerakan Pantekosta 77 Gereja Bethel Maranatha 37 Gereja Kristen Maranatha

Indonesia

78 Gereja Pentakosta Sion Indonesia

38 Gereja Pantekosta Di Tanah Papua 79 Gereja Utusan Pantekosta di Indonesia

39 Gereja Tabernakel Indonesia 80 Gereja Kristen Pantekosta 40 Gereja Bethel Pantekosta 81 Gereja Pantekosta Jakarta 41 Gereja Pantekosta Internasional

Indonesia

82 Gereja Kristus Apostoloik


(60)

Tata gereja yang dilaksanakan oleh gereja bethel Indonesia adalah meliputi: salam pembuka yang dimulai oleh pendeta yang melayani di gereja tersebut, doa pembuka, menyanyikan dua buah lagu untuk penyembahan (lagu lambat), dua buah lagu untuk pujian (lagu cepat), persembahan, khotbah, persembahan, pengumuman atau warta jemaat, satu lagu pujian, doa syafaat, serta diakhiri dengan doa berkat.

4.2.2.Fasilitas Gereja

Gereja Huria Kristen Batak Protestan memiliki satu PAUD dan satu TK yaitu disebut dengan PAUD Jerikho. TK Jerikho berdiri sudah lebih dari lima tahunsedangkan PAUD Jerikho yang masih berdiri selama 3 tahun belakangan ini. Yang menjadi pengajar di PAUD serta TK Jerikho ini yaitu jemaat Huria Kristen Batak Protestan sendiri tanpa ada guru yang dari luar gereja itu sendiri.

4.3. Profil informan

1. Pdm. Ratman Sibuea (Lk, 37 tahun)

Ratman sibuea merupakan salah satu gembala gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart Kabanjahe yang tinggal di daerah Tanjung Selamat Medan. Dia sudah melayani selama 5 tahun tertulis mulai juni 2010 hingga sekarang. Sebelumnya dia melayani di Gereja Bethel Indonesia yang berada di kota Medan. Setelah masa jabatannya habis di kota Medan, dia pindah ke kota Kabanjahe dan menjadi seorang gembala di


(61)

Gereja Bethel Indonesia Rg Mart Kabanjahe. Ayah yang sekaligus bekerja sebagai pendeta ini memiliki seorang anak laki-laki dan seorang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Istrinya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga harus mengurus anaknya seorang diri dan rela ditinggal olehnya selama tiga hari dalam seminggu untuk melayani jemaatnya di kota Kabanjahe. Hal itu sudah menjadi resiko yang harus dia tanggung setelah menjadi seorang gembala.

Dia mengatakan bahwa dalam pergaulannya jemaat gereja kharismatik dan jemaat gereja HKBP berhubngan dengan baik tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa sering terjadinya kesalahpahaman antara kedua jemaat ini. Kesalahpahaman yang terjadi bisa berupa miss komunikasi tentang ajaran-ajaran gereja masing-masing.

2. Herny Diana Surbakti (Pr, 44 tahun)

Herny Diana adalah seorang PNS kota Kabanajahe yang bekerja di kantor camat kabanjahe dan tinggal di jalan veteran Gg.Bakti no.10 Kabanjahe. Dia juga adalah seorang jemaat tetap selama 5 tahun di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart. Ibu tiga anak ini juga bertugas dalam pelayanan diakones. Keaktifannya dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan gereja serta keramahannya yang membuat dia terpilih menjadi salah satu diakones di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart ini. Awalnya dia terdaftar sebagai jemaat tetap di salah satu gereja yang ada di kabanjahe, karena ketidak nyamanannya akan gereja lamanya akhirnya


(62)

dia memutuskan untuk pindah ke gereja yang beraliran kharismatik tersebut. Kerap sekali dia mengikuti kebaktian yang diadakan gereja Gereja Bethel Indonesia tanpa didampingi oleh suaminya. Hal ini dikarenakan suaminya yang bermarga Perangin-angin ini merupakan jemaat dari gereja konvenional atau gereja kesukuan. Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan dia membawa ketiga anaknya untuk beribadah ke gerejanya. Baginya gereja kharismatik sangat mengerti akan dirinya karena di gereja inilah dia mendapatkan kenyamanan untuk beribadah. Pada saat beribadah di gereja konvensional dia tidak merasakan hal seperti yang didapatkannya pada gerejanya saat ini.

3. Yusniarti Eva Natalia Purba (Pr, 28 tahun)

Yusni begitulah informan ini kerap dipanggil di gereja ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Dia tinggal di jalan veteran Gg. Merpati no.5. Wanita berusia dua puluh delapan tahun ini adalah salah satu jemaat tetap di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart kabanjahe yang selama lima tahun ini aktif dalam pelayanan-pelayanan yang diadakan gereja ini. Dia melayani dalam bidang atau departemen musik dan bekerja secara

full time di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart kabanjahe. Sebelumnya dia terdaftar di salah satu gereja suku yang ada di kabanjahe. Dia pindah ke gereja bethel ini karena dia merasa lebih diterima serta lebih mendapatkan pengetahuan mengenai agama di gereja ini.


(63)

Menurutnya jemaat dari gereja lamanya tidak begitu ramah sehingga membuatnya tidak nyaman berada dan beribadah di gereja tersebut. 4. Olive Tarigan (Pr, 35 tahun)

Pemudi yang berusia 35 tahun ini merupakan penduduk asli kota Kabanjahe yang tinggal di jalan veteran yang tidak jauh dari tempat dia gerejanya. Dia merupakan salah satu pemudi Gereja Bethel Indonesia yang awalnya terdaftar pada gereja kesukuan yang ada di kabanjahe serta ayahnya yang berprofesi sebagai penatua di gereja lamanya. Dia pindah gereja pada saat berusia 29 tahun. Selama belum beribadah ke gereja bethel Indonesia ini dia merasa kurang mendapat berkat dan merasa bosan setiap kali datang beribadah ke gereja yang sudah menerimanya sejak dia masih kecil. Selama 6 tahun berada di gereja bethel dia merasa sudah mendapat berkat dan merasa sangat diterima di gereja ini. Baginya jika beribadah ke gereja dan tidak mendapat berkat sama saja seperti tidak datang ke gereja untuk beribadah. Dia mengatakan bahwa pergaulannya kepada teman-teman semasa di gereja lamanya masih berjalan seperti biasa walaupun dia sudah tidak menjadi anggota di gereja lamanya. Tidak ada lagi diskusi-diskusi mengenai agama bersama teman-temannya semenjak dia berpindah gereja. Menurutnya teman-teman lamanya tidak mengerti terhadap cara beribadah gereja kharismatik.


(64)

Ibu panjaitan merupakan salah seorang pendeta di gereja Huria Kristen Batak Protestan kabanjahe yang berada di jalan Irian. Sebelum menjadi pendeta dia merupakan seorang guru biblevrouw. Informan ini memiliki dua orang anak perempuan. Ibu yang berusia 65 tahun ini sudah lama berprofesi sebagai pendeta di kota Kabanjahe tetapi dia bukanlah warga asli kota Kabanjahe. Dia semula adalah warga kota Medan.

Selama dia menjadi seorang pendeta di gereja Huria Kristen Batak Protestan, dia selalu mengingatkan kepada jemaatnya agar selalu rajin beribadah kegerejanya dan bukan beribadah ke gereja-gereja lainnya. Dia akan memperingatkan jemaatnya jika jemaatnya kedapatan beribadah ke gereja kharismatik walaupun hanya untuk mencari suasana baru. Serta dia tidak setuju dengan adanya jemaatnya yang mau jajan rohani ke gereja-gereja lain karena dia berpikiran bahwa jika ada jemaatnya yang pergi ke gereja lain berarti cara beribadah di gerejanya masih kurang bagus tetapi tidak bisa disamakan dengan cara beribadah orang kharismatik.

6. Janus Sihombing (Lk,60 tahun)

Bapak sihombing merupakan salah satu jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan yang tinggal di jalan jamin ginting Gg. Aman. Dia terdaftar menjadi anggota di gereja Huria Kristen Batak Protestan karena kedua orangtuanya juga merupakan anggota tetap gereja Huria Kristen Batak Protestan yang berada di daerah Samosir. Dia memiliki satu istri dan tiga orang anak perempuan dan satu anak laki-laki serta empat cucu. Saat ini dia hanya tiggal berdua dengan istrinya karena anak-anak mereka


(65)

sudah menikah dan merantau ke luar kota. Ayah empat anak ini mengakui bahwa sudah sangat nyaman beribadah ke gereja Huria Kristen Batak Protestan karena sejak dia dilahirkan dia sudah dibawa kedua orangtuanya untuk beribadah di gereja itu. Anak-anaknya juga terdaftar di gereja Huria Kristen Batak Protestan walaupun tidak berada di kota yang sama dengan orangtuanya.

Bapak yang berumur 60 tahun ini mengatakan bahwa tidak perlu ada berhubungan dengan jemaat dari gereja kharismatik karena baginya jemaat kharismatik hanya mengganggu baginya. Alasan ini muncul karena ketidaksukaannya kepada jemaat kharismatik yang datang ke daerah tempat tinggalnya untuk menyebarkan injil. Serta baginya jemaat kharismatik sangat berlebihan dalam menyebarka injil dan sangat berlebihan juga dalam menyampaikan doa. Dia juga mengatakan bahwa setiap kali ada kesempatan bertemu dengan jemaat kharismatik selalu saja membuat mereka beradu pendapat dan hal ini jugalah yang membuatnya tidak menyukai jemaat kharismatik pada umumnya.

7. Junita (Pr, 38 tahun)

Juni begitulah informan ini kerap dipanggil. Ibu tiga anak yang berprofesi sebagai bidan yang tinggal di jalan Jamin Ginting. Informan ini sudah lama menjadi anggota gereja Huria Kkristen Batak Protestan. Kedua orang tuanya juga merupakan anggota gereja Huria Kristen Batak Protestan di kampungnya. Walaupun kerap sekali berpindah tempat untuk


(1)

Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta. Kenvana Prenada Media Group.

Sumber jurnal:

Alfandi, M. 2013. Prasangka: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam. Walisongo. Vol 21. No 1. Mei 2013.

Baidi. 2010. Agama dan Multikulturalisme: Pengembangan Kerukunan Masyarakat Melalui Agama. Millah Edisi Khusus Desember 2010.

Endi Rahmat, Nuril. _____. Konflik Dan Kecemburuan Sosial Antara Etnis Tionghoa Dan Masyarakat Pandhalungan Di Daerah Besuki – Situbondo. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Jember.

Gunawan, Agung. 2013. Mengelola Konflik Dalam Agama. JTA. Vol 15. No 4. Maret 2013

Hasbullah. ____. Agama dan Konflik Sosial. Uin Sultan Syarif Kusim Riau.

Kamiruddin. 2011. Fungsi Sosiologi Agama (Studi Profane dan Sacral Menurut Emile Durkheim. Diakses pada tanggal 9 maret pukul 20:22.

Najwan, Johni. 2009.Konflik Antar Budaya Dan Antar Etnis Di Indonesia Serta Alternative Penyelesaiannya. Jurnal Hukum. No. Edisi Khusus. Vol 16. Oktober 2009: 195- 208.

Raharjo, Shadiq. 2008. Konflik Antarara NU Dan Muhammadiyah (1960-2002). Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Fakultas Adab. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Jogyakarta.

Suryana, Toto. 2011. Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal Pendidika Agama Islam-Ta’lim. Vol 9. No 2.

Wahyu Muqoyyidin, Andik. 2012. Potret Konflik Bernuansa Agama Di Indonesia (Signifikansi Model Revolusi Berbasis Teologi Transformatif). Analisis. Vol XII. No 2. Desember 2012.


(2)

Sumber internet:

Ciptakarya.po.go.id

icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-15.pdf, diakses pada tanggal 2 april 2015 pukul 23:13.

http://pgi.or.id/gereja-gereja-anggota-pgi/

Kamiruddin. 2011. Fungsi Sosiologi Agama (Studi Profane dan Sacral Menurut Emile Durkheim. Diakses pada tanggal 9 maret pukul 20:22.

lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/06920012.pdf.diakses pada tanggal 12 maret 2015 pukul 21:45.

Repo.unsrat.ac.id/627/1/karya_ilmiah_tumengkol6.pdf. diakses pada tanggal 15 maret 2015 pukul 21:25

Sintak.unika.ac.id

www.bpjs-kesehatan.go.id


(3)

Draft wawancara

A. Pengurus gereja

Nama :

Usia :

Agama :

Lama Bekerja : Tempat Tinggal :

1. Dalam kegiatan kerohanian, apakah perlu membuat surat ijin dalam melakukan kegiatan kepada pihak gereja lain?

2. Apakah penting membangun relasi antar umat yang berbeda gereja? 3. Bagaimana jemaat gereja membangun hubungan antar umat beragama? 4. Bagaimana anda melihat hubungan antar umat beragama di kabanjahe? 5. Bagaimana hubungan anda sebagai pendeta dengan pendeta dari gereja

lainnya?

6. Bagaimana anda mengatasi terjadinya konflik di tengah jemaat antar gereja? 7. Selama ini, apakah ada permasalahan dalam kehidupan keagamaan antara

jemaat HKBP dengan jemaat kharismatik?

8. Bagaimana hubungan lembaga agama dengan lembaga pemerintahan setempat?


(4)

B. Jemaat gereja HKBP

Nama :

Usia :

Agama :

Lama Bekerja : Tempat Tinggal :

1 Bagaimana pandangan anda dengan jemaat gereja kharismatik? 2 Bagaimana hubungan anda terhadap jemaat gereja kharismatik?

3 Dapatkah anda menceritakan pengalaman anda, khususnya yang berhubungan dengan pengalaman pergaulan di antara umat beragama?

4 Bagaimana anda membangun hubungan dengan jemaat gereja kharismatik? 5 Seberapa pentingkah menurut anda dalam membangun hubungan antar umat

gereja kharismatik?

6 Menurut anda bagaimana hubungan antara lembaga-lembaga agama di kota ini?

7 Dalam melakukan kegiatan kerohanian, dengan siapa saja atau dengan gereja apa saja gereja anda melakukan kolaborasi?

8 Apakah bentuk kegiatan gereja anda bertujuan untuk mengajak jemaat lain untuk beribadah ke gereja anda?

9 Apakah ada hambatan-hambatan yang dilakukan gereja setempat diluar gereja anda agar kegiatan yang ada lakukan gagal?


(5)

10 Apa saja hambatan-hambatan yang terjadi pada saat gereja anda akan melakukan kegiatan rohani?

11 Apakah ada kegiatan sosial yang dilakukan secara bersama dalam kehidupan bermasyarakat?

12 Bagaimana keterlibatan anda dalam melakukan kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja anda?

13 Menurut anda apa yang menyebabkan konflik agama?

14 Selama ini, apakah ada permasalahan dalam berinteraksi antar jemaat HKBP dengan jemaat Kharismatik yang menimbulkan konflik?

15 Apa bila ada, bagaimana cara menyelesaikan konflik tersebut?

C. Jemaat gereja kharismatik

Nama :

Usia :

Agama :

Lama Bekerja : Tempat Tinggal :

1. Bagaimana pandangan anda dengan jemaat gereja HKBP? 2. Bagaimana hubungan anda terhadap jemaat gereja HKBP?

3. Dapatkah anda menceritakan pengalaman anda, khususnya yang berhubungan dengan pengalaman pergaulan di antara umat beragama?


(6)

5. Seberapa pentingkah menurut anda dalam membangun hubungan antar umat gereja HKBP?

6. Menurut anda bagaimana hubungan antara lembaga-lembaga agama di kota ini?

7. Dalam melakukan kegiatan kerohanian, dengan siapa saja atau dengan gereja apa saja gereja anda melakukan kolaborasi?

8. Apakah bentuk kegiatan gereja anda bertujuan untuk mengajak jemaat lain untuk beribadah ke gereja anda?

9. Apakah ada hambatan-hambatan yang dilakukan gereja setempat diluar gereja anda agar kegiatan yang ada lakukan gagal?

10.Apa saja hambatan-hambatan yang terjadi pada saat gereja anda akan melakukan kegiatan rohani?

11.Apakah ada kegiatan sosial yang dilakukan secara bersama dalam kehidupan bermasyarakat?

12.Bagaimana keterlibatan anda dalam melakukan kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja anda?

13.Menurut anda apa yang menyebabkan konflik agama?

14.Selama ini, apakah ada permasalahan dalam berinteraksi antar jemaat kharismatik dengan jemaat HKBP yang menimbulkan konflik?


Dokumen yang terkait

Starategi Pertumbuhan Gereja (Studi Kasus Pada Gereja Karismatik GBI Medan Plaza Di Jln. Iskanda Muda Medan)

19 251 108

Makna Sinamot dalam Penghargaan Keluarga Isteri pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (studi kasus pada masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP dengan Gereja Kharismatik Di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi)

14 165 80

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

2 51 95

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 1 11

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 2

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 12

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 11

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 3

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 4

STUDI TERHADAP KOMUNITAS GEREJA HKBP KOTA PEKANBARU

0 2 18