Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(1)

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DARWIN FRANSISCO GULO 090200458

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KOPERASI APABILA BERUBAH MENJADI PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 DAN UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

Oleh

DARWIN FRANSISCO GULO 090200458

Disetujui Oleh

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Windha, SH. M.Hum NIP. 197501122005012002

Pembimbing I Pembimbing II

Ramli Siregar, SH, M.Hum Windha, SH. M.Hum NIP. 195303121983031002 NIP. 197501122005012002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KOPERASI APABILA BERUBAH MENJADI PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 DAN UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS * Darwin Fransisco Gulo

** Ramli Siregar *** Windha

Koperasi sendiri di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Utomo. Pada perkembangan selanjutnya, wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh nasional yang dengan gigih mendukung kehadiran koperasi di Indonesia.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaturan koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 dan Perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas Ditinjau Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Pengaturan Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 3 UU Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia sebagai berikut : "Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan UU NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM. Perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (selanjutnya disebut Menegkop dan UKM) dalam Surat Edaran Nomor : 90/M.KUKM/VIII/2012 tertanggal 16 Agustus 2012 tentang Revitalisasi Badan Usaha Koperasi dengan Pembentukan usaha PT/CV. Dalam Surat Edaran tersebut Menteri Menegaskan bahwa dalam rangka menyambut ASEAN Economic


(4)

Community (AEC) tahun 2015 maka koperasi-koperasi yang sudah memiliki aset sebanyak 5.000.000.000,- (lima milyard rupiah) di minta untuk membentuk Badan Usaha Perseroan Terbatas (PT) atau Comamnditer Venoonscaft (CV).

Kata Kunci : Koperasi Berubah Menjadi Perseroan Terbatas *Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

• Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(6)

• Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

• Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

• Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

• Kepada kedua orang tua ayahanda dan ibunda, yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang.

• Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

• Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juli 2015 Penulis

Darwin Fransisco Gulo 090200458


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

• Latar Belakang ... 1

• Perumusan Masalah ... 4

• Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

• Keaslian Penelitian ... 5

• Tinjauan Pustaka ... 6

• Metode Penelitian ... 11

• Sistematika Penulisan ... 14

BAB II PENGATURAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 ... …… 17

• Fungsi, Peran dan Prinsip Koperasi ... 17

• Pendirian Koperasi ... 20

• Perangkat Koperasi ... 25

• Pembinaan Koperasi... 27

BAB III PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 ... 32

• Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas .... 32


(8)

• Pengelolaan Perseroan Terbatas ... 35

• Tanggung Jawab Perseroan Terbatas ... 40

BAB IV PERUBAHAN KOPERASI APABILA MENJADI PERSEROAN TERBATAS DITINJAU UNDANG- UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS ... ….. 48

• Penyebab Perubahan Koperasi Apabila Menjadi Perseroan ... 48

• Perubahan Koperasi Apabila Menjadi Perseroan Terbatas Ditinjau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas... 59

• Akibat Hukum Perubahan Koperasi Apabila Menjadi Perseroan Terbatas ... ………. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

• Kesimpulan... 65

• Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KOPERASI APABILA BERUBAH MENJADI PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 DAN UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS * Darwin Fransisco Gulo

** Ramli Siregar *** Windha

Koperasi sendiri di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Utomo. Pada perkembangan selanjutnya, wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh nasional yang dengan gigih mendukung kehadiran koperasi di Indonesia.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaturan koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 dan Perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas Ditinjau Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Pengaturan Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 3 UU Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia sebagai berikut : "Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan UU NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM. Perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (selanjutnya disebut Menegkop dan UKM) dalam Surat Edaran Nomor : 90/M.KUKM/VIII/2012 tertanggal 16 Agustus 2012 tentang Revitalisasi Badan Usaha Koperasi dengan Pembentukan usaha PT/CV. Dalam Surat Edaran tersebut Menteri Menegaskan bahwa dalam rangka menyambut ASEAN Economic


(10)

Community (AEC) tahun 2015 maka koperasi-koperasi yang sudah memiliki aset sebanyak 5.000.000.000,- (lima milyard rupiah) di minta untuk membentuk Badan Usaha Perseroan Terbatas (PT) atau Comamnditer Venoonscaft (CV).

Kata Kunci : Koperasi Berubah Menjadi Perseroan Terbatas *Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan tanggal 17 Agustus 1945 pada dasarnya menginginkan agar bangsa Indonesia merdeka dalam setiap aspek kehidupannya dari aspek-aspek yang dapat merusak persatuan bangsa termasuk dalam bidang ekonomi. Mengingat pentingnya bidang ekonomi terutama ekonomi nasional Indonesia, maka para pendiri bangsa merasa perlu untuk menempatkan pengaturan tentang perekonomian bangsa sebagai salah satu bagian dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya UUD 1945) yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam menyelenggarakan perekonomian nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang secara tegas telah meletakkan sendi dasar dalam sistim perekonomian nasional sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Badan usaha koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Badan usaha yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas asas kekeluargaan ini juga telah cukup banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan pembangunan nasional. Sejak pertama kali diperkenalkan pada masyarakat Indonesia, badan usaha koperasi telah mampu membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan-kegiatan usaha koperasi. Prinsip usaha dan karakter koperasi yang berbeda dengan badan usaha lainnya membuat badan usaha ini disenangi oleh


(12)

masyarakat Indonesia yang melaksanakan seluruh kegiatan perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara umum sangat cocok dengan badan usaha yang berbentuk koperasi. Keduanya sama-sama menganut asas kekeluargaan dan mengedepankan prinsip gotong royong.1

Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Disamping itu koperasi juga merupakan alat bagi golongan ekonomi lemah untuk menolong dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupannya. Semua ini disebabkan karena golongan pengusaha yang ekonominya kuat, makin jauh meninggalkan golongan ekonomi lemah, sehingga jurang yang nampak dalam perbedaan sosial ekonomi semakin lebar. Oleh karena itu, semakin lebar jurang tersebut, semakin sulit membangun kesejahteraan secara merata, dimana hal ini dapat mengancam stabilitas nasional. Menurut Bung Hatta, koperasi yang azasnya tersurat dalam pasal 33 UUD 1945 merupakan satu-satunya jalan untuk mendekatkan jurang perbedaan itu. Karena koperasi merupakan kumpulan orang bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama, atau koperasi menjadi indikator yang baik untuk mengatasi kemiskinan pemberdayaan masyarakat yang adadi pedesaan Indonesia.2

Koperasi pada dasarnya secara historis bukanlah badan usaha yang lahir pertama kali dalam masyarakat Indonesia. Pada abad ke-20an gerakan koperasi untuk pertama kalinya lahir secara spontan dilatarbelakangi oleh gerakan

1

https://yy2n.wordpress.com/tinjauan-hukum-terhadap-perlindungan-dana-nasabah-dalam-koperasi-simpan-pinjam/ (diakses tanggal 1 Juli 2015)

2


(13)

masyarakat kecil yang mencoba mencari cara untuk meningkatkan hasil usaha yang minim. Gerakan koperasi ini untuk pertama kalinya digagas oleh Robert Owen (1771-1858) yang diterapkannya pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Kemampuan ekonomi yang rendah mendorong dirinya untuk lebih meningkatkan hasil usaha melalui gerakan koperasi tersebut. Gerakan koperasi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh William King(1786-1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama “The Cooperator” yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang cara mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.

Koperasi sendiri di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Utomo. Pada perkembangan selanjutnya, wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh nasional yang dengan gigih mendukung kehadiran koperasi di Indonesia. Hal inilah yang menjadikannya sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Secara resmi gerakan koperasi sendiri di Indonesia baru lahir pada tanggal 12 Juli 1947 pada Kongres I di Tasikmalaya yang pada akhirnya dijadikan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sejak saat itu, koperasi semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat Indonesia. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.


(14)

Pada awal kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa peraturan mengenai koperasi tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya Undang-undang tersebutdan digantikan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan yang paling terbaru adalah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian prinsip-prinsip koperasi yang murni dan menjaganya agar tetap ada dan menjiwaiseluruh koperasi yang didirikan di Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 2012,diterbitkanlah undang-undang perkoperasian terbaru yang dianggap banyakmembawa perubahan terhadap koperasi itu sendiri. Undang-Undang Nomor 17 Tahun2012 mengenai Perkoperasian ini membawa banyak konsep-konsep baru yang ditujukan dalam rangka mengembangkan koperasi dan menyesuaikannya dengankeadaan perekonomian global. Undang-Undang ini diamanatkan untuk membawakoperasi ke arah yang lebih baik lagi.

Konsep koperasi terbaru yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 mengenai Perkoperasian ini, dianggap mengadopsi beberapa prinsip / konsep yangada pada perseroan terbatas (PT). Keberadaan konsep-konsep koperasi baru yang diadopsi dari konsep perseroan terbatas inilah yang seringkali dikhawatirkan dapatmenghilangkan jati diri dari koperasi tersebut. Oleh karena itu, penulis dalammakalah ini akan mencoba membahas mengenai ketentuan-ketentuan dalamUndang-undang No. 17 tahun 2012 mengenai Perkoperasian yang secara tidaklangsung diadopsi dari pengaturan mengenai Perseroan Terbatas yakni


(15)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Melalui pembahasan ini, diharapkan dapat diperolehsuatu kesimpulan mengenai prinsip-prinsip apa saja dalam undang-undangperkoperasian yang diadopsi dari prinsip-prinsip perseroan terbatas, dan apa akibatdari adanya prinsip-prinsip yang diadopsi secara tidak langsung tersebut.

Lahirnya Undang No. 17 Tahun 2012 menggantikan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinilai memiliki beberapa kelemahan dan mewarisi tradisi perkoperasian kolonial. Salah satu contohnya adalah semangat koperasi dihilangkan kemandiriannya dan disubordinasikan di bawah kepentingan kapitalisme maupun negara. Campur tangan pemerintah dan kepentingan pemilik modal besar sangat terbuka dalam undang-undang ini.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Koperasi dijelaskan bahwa koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari definisi tersebut mengandung makna koperasi sebagai badan hukum yang tidak ada bedanya dengan badan usaha uang lain. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 masih berlandaskan pada azas perseorangan yang hampir sama dengan perusahaan kapitalistik seperti Perseroan.

Selain itu, dalam Pasal 75 Undang-Undang ini yang mengatur soal penyertaan modal tidak mengenal adanya pembatasan. Akibatnya, koperasi bisa kehilangan kemandiriannya dan anggotanya hanya sekadar dijadikan objek


(16)

pinjaman bagi pemilik modal besar. Bahkan, Pasal 55 semakin mengancam kemandirian koperasi yang membolehkan kepengurusan koperasi dari luar anggota. Keberadaan Dewan Pengawas sebagaimana tercantum dalam Pasal 48 sampai Pasal 54 juga yang berfungsi layaknya lembaga superbody. Hal ini memudahkan keputusan koperasi di luar kepentingan anggotanya.3

Sebelumnya, kritik terhadap Undang-Undang Perkoperasian juga dilontarkan oleh Revrisond Baswir4 bahwa Undang-Undang No. 17 Tahun 2001 tidak memiliki perbedaan substansial dengan Undang-Undang Perkoperasian era orde baru Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang No. 12 Tahun 1967. Secara substansial, Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 masih mewarisi karakteristik/corak koperasi yang diperkenalkan di era pemerintahan Soeharto melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 1967.5

Perbedaan mendasar antara Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1958 di era pemerintahan Soekarno terletak pada ketentuan keanggotaan koperasi. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1958, sebagaimana diatur pada Pasal 18, yang dapat menjadi anggota koperasi adalah yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha koperasi. Ketentuan ini lebih lanjut menurut Revrisond sejalan dengan penjelasan Mantan Wakil Presiden Moh.

Hatta bahwa “bukan corak pekerjaan yang dikerjakan menjadikan ukuran untuk

menjadi anggota, melainkan kemauan dan rasa bersekutu dan cita-cita koperasi yang dikandung dalam dada dan kepala masing-masing”.

3

http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20130427/uu-perkoperasian-dianggap-masih-warisan-kolonial.htm (diakses tanggal 1 Juli 2015)

4

Ibid

5


(17)

Undang-Undang Perkoperasi yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 juga mempertahankan keberadaan koperasi golongan fungsional. Pada Pasal 27 ayat (1), syarat keanggotaan koperasi primer adalah mempunyai kesamaan kepentingan ekonomi. Lebih lanjut dalam penjelasn disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesamaan kepentingan ekonomi adalah kesamaan dalam hal kegiatan usaha, produksi, distribusi, dan pekerjaan atau profesi.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 membuka peluang untuk mendirikan koperasi produksi, namun di Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 peluang ini justru ditutup sama sekali. Hal ini terlihat pada Pasal 83, di mana hanya terdapat empat koperasi yang diakui keberadaannya di Indonesia, yaitu koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi simpan pinjam. Sesuai dengan Pasal 84 ayat (2) yang dimaksud dengan koperasi produsen dalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi. Artinya, yang dimaksud dengan koperasi produsen sesungguhnya adalah koperasi konsumsi para produsen dalam memperoleh barang dan modal.

Fenomena di atas, maka dikatakan bahwa tubuh perkoperasian sedang kerasukan self defeating concepts, atau konsep-konsep yang menyebabkan terjadinya krisis identitas dan krisis idealisame. Hal tersebut juga menjadi indikasi bahwa hukum di sektor koperasi belum dapat berfungsi secara maksimal atau dalam istilah penelitian ini, belum berdayaguna. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan yang telah dibangun untuk mewujudkan demokrasi ekonomi juga telah kehilangan identitasnya. Pada gilirannya jika tidak diantisipasi, nilai-nilai ekonomi dan tujuan


(18)

koperasi yang sudah secara jelas tercantum dalam Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian akan menjadi bias dan tidak bermakna.

Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

B. PerumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992?

2. Bagaimana pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007?

3. Bagaimana perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaturan koperasi berdasarkan Undang-Undang


(19)

b. Untuk mengetahui pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007?

c. Untuk mengetahui perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Manfaat penelitian a. Secara teoritis

Diharapkan pembahasan terhadap masalah yang diangkat dan dibahas mampu melahirkan pemahaman mengenai koperasi apabila berubah menjadi perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

b. Secara praktis

Secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca terutama sebagai para pelaku usaha agar memahami bagaimana apabila koperasi apabila berubah menjadi perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

D. Keaslian Penelitian

Skripsi ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli. Adapun judul skripsi Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.


(20)

Jika terdapat referensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka dituliskan sumbernya dengan jelas. Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Koperasi

Koperasi secara etimologis terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu, co dan

operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan.6 Oleh

karena itu, koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan usaha yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggota.

Dasar hukum keberadaan koperasi di Indonesia adalah UU Perkoperasian dan Pasal 33 UUD 1945. Sedangkan menurut Pasal 1 UU Perkoperasian di Indonesia adalah: “Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan”.

6

Koermen, Manajemen Koperasi Terapan (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2003), hlm. 37.


(21)

Tujuan koperasi sebagaimana dikemukan dalam Pasal 3 UU Perkoperasian di Indonesia menyebutkan: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”. Mengingat arti koperasi sebagaimana tersebut di atas maka koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Usaha bersama dari orang-orang yang memenuhi kebutuhan yang dirasakan bersama, yang pada akhirnya mengangkat harga diri, meningkatkan kedudukan serta kemampuan untuk mempertahankan diri dan membebaskan diri dari kesulitan.

Pendirian koperasi yang kokoh memerlukan landasan sebagai dasar tempat berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya.

Landasan hukum koperasi di Indonesia sangat kuat dikarenakan koperasi ini telah mendapatkan tempat yang pasti. Namun demikian perlu disadari bahwa perubahan sistem hukum dapat berjalan lebih cepat dari pada perubahan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat, sehingga koperasi dalam kenyataannya belum berkembang secepat yang diinginkan meskipun memiliki landasan hukum yang kuat. Pasal 4 UU Perkoperasian, fungsi dan peranan koperasi adalah:


(22)

masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan”.

2. Perseroan Terbatas

Pada zaman Hindia Belanda Perseroan Terbatas (selanjutya disebut PT) dikenal dengan sebutan Naamloze Vennootschap (NV). Rahmadi Usman artinya tanpa nama, yang maksudnya dalam hal pemberian nama perusahaan tidak memakai nama salah satu anggota persero, melainkan menggunakan nama berdasar pada tujuan dari usahanya.7

Rachmadi Usman berpendapat bahwa arti istilah Naamloze Vennootschap (NV) tidak sama dengan arti istilah PT, menurutnya perseroan terbatas adalah persekutuan yang modalnya terdiri atas saham-saham, dan tanggung jawab persero bersifat terbatas pada jumlah nominal daripada saham-saham yang dimilikinya.8

Sejarah perkembangan pengaturan perseroan terbatas berada pada titik stagnan sejak KUHD diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda pada saat itu) pada tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi/ concordantiebeginsel. Perubahan pertama terhadap pengaturan mengenai perseroan terbatas baru ada pada tahun 1995 dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dan 12 (dua belas) tahun kemudian Pemerintah melakukan perubahan kedua dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) menggantikan undang-undang sebelumnya. Dua kali perubahan secara kelembagaan peraturan

7

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni, 2004), hlm 47

8


(23)

mengenai perseroan terbatas mampu menggambarkan karakter yang bertolak belakang ketika dihadapkan dengan aktivitas ekonomi yang cenderung cair dan dinamis.9

Awalnya hukum mengenai PT diatur dalam KUHD, pada:10

a. Buku Pertama, Titel Ketiga, Bagian Ketiga, yang berjudul Tentang Perseroan Terbatas.

b. Terdiri dari Pasal 36-56, jadi hanya 26 pasal saja sehingga benar-benar sangat singkat sekali.

Memperhatikan ketentuan Pasal 1 KUHD sebagai berikut: Pengaturan Perseroan dalam KUHD merupakan lex specialis atas bentuk-bentuk perusahaan Persekutuan (maatschap, partnership) maupun perkumpulan yang diatur dalam KUH Perdata maupun yang diatur dalam peraturan perundangan yang lain. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas merupakan undang-undang yang secara fundamental.11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas merupakan undang-undang yang secara fundamental melakukan penggantian terhadap ketentuan Pasal 36-56 KUHD. Dikatakan fundamental karena Pasal 36-56 telah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi.12 Adapun alasan penggantian menurut konsiderans Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dengan penjelasan antara lain:13

9

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan (Salatiga: Griya Media, 2011), hlm.1.

10

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 21.

11

Ibid, hlm. 22.

12

Tri Budiyono, Op.cit., hlm. 19.

13


(24)

a. Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi Peraturan Perseroan Terbatas dalam KUHD, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat.

b. Mencipta kesatuan hukum dalam Perseroan yang berbentuk badan hukum (rechtpersoon, legal person, legal entity)

Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menegaskan, Buku Kesatu, Titel Ketiga, Bagian Ketiga yang terdiri atas Pasal 36 s.d. Pasal 56 KUHD yang mengatur Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971 dinyatakan tidak berlaku.14

Pengertian PT menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas adalah Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas secara tegas menyebut bahwa PT merupakan suatu badan hukum, yaitu suatu badan yang dapat bertindak sebagai subjek hukum dan mempunyai kekayaan yang terpisah dari kekayaan pengurusnya. Tanggal 16 Agustus 2007, diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Adapun dasar

14


(25)

alasan penggantian tersebut termuat dalam konsideran dengan penjelasan sebagai berikut:15

a. Perekonomian nasional harus diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi sesuai dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan kesatuan ekonomi nasional.

b. Semua prinsip itu perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

c. Perlu adanya undang-undang tentang perseroan terbatas yang mendukung iklim dunia yang kondusif.

d. Perseroan terbatas perlu diberikan landasan hukum untuk memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan

Definisi atau pengertian di atas dapat dikatakan bahwa PT merupakan sebuah entitas badan hukum (recht person) yang wajib melakukan adaptasi sosio kultural dengan lingkungan tempatnya berada dan juga dapat dimintai pertanggungjawaban layaknya subjek hukum pada umumnya.

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.16

15


(26)

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan koperasi apabila berubah menjadi perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Data penelitian

Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah:17

Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang terdiri dari:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Koperasi

3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas b. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, yang terdiri dari:

16

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm 1.

17

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 1998), hlm. 76.


(27)

1) buku-buku hasil karya para sarjana; 2) hasil-hasil penelitian;

3) berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. 3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara:18 studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir

18


(28)

induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.

Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti.19 Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

G. SistematikaPenulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992

Berisikan mengenai fungsi, peran dan prinsip koperasi, pendirian koperasi dan perangkat koperasi serta pembinaan koperasi.

19

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II (Surakarta: UNS Press, 1988), hlm. 37.


(29)

BAB III PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

Berisikan mengenai perseroan terbatas sebagai badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pendirian perseroan terbatas, pengelolaan perseroan terbatas dan tanggung jawab perseroan terbatas.

BAB IV PERUBAHAN KOPERASI APABILA MENJADI PERSEROAN TERBATASDITINJAU UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Berisikan penyebab perubahan koperasi apabila menjadi perseroan, perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau Undang-UndangNomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan akibat hukum perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.


(30)

A. Fungsi, Peran dan Prinsip Koperasi

Bab II, Bagian Kedua, Pasal 3 UU Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia sebagai berikut : "Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.20

Pasal 4 UU Perkoperasian, diuraikan fungsi dan peran Koperasi sebagai berikut :

1. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

2. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat ;

3. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya ;

20

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), hlm. 39.


(31)

4. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 21

Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Diharapkan koperasi berperan aktif sesuai peran dalam upaya mempertinggi kualitas hidup masyarakat. Koperasi Indonesia memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia, peran koperasi antara lain sebagai berikut :22

1. Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat indonesia. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Melalui koperasi, potensi dan kemampuan ekonomi yang kecil itu dihimpun sebagai satu kesatuan, sehingga dapat membentuk kekuatan yang lebih besar. Dengan demikian koperasi akan memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat pada umumnya dan anggota koperasi pada khususnya.

2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia. Sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia, koperasi mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan perekonomian nasional bersama-sama dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Namun koperasi mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda dari sifat-sifat bentuk perusahaan lainnya, maka koperasi

21

Ibid., hlm.40.

22

http://www.mikirbae.com/2014/11/peran-dan-fungsi-koperasi.html (diakses tanggal 1 Juli 2015).


(32)

menempati kedudukan yang sangat penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian koperasi harus mempunyai kesungguhan untuk memiliki usaha yang sehat dan tangguh, sehingga dengan cara tersebut koperasi dapat mengemban amanat dengan baik.

3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.

Prinsip koperasi bersifat gotong royong, kerja sama dan mempunyai solidaritas yang kuat. Didalam perkoperasian secara langsung mendidik anggotanya untuk hidup hemat, suka menabung, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, menjauhi sifat boros, dan tidak bergaya hidup mewah. Pengertian organisasi ekonomi dalam UUD 1945 dan UU Koperasi menggariskan bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Pengertian organisasi ekonomi dalam undang-undang tersebut dimana koperasi diberikan kebebasan berusaha dan mencari keuntungan yang wajar bagi kepentingan anggotanya dengan tidak mengabaikan fungsi sosial sebagai watak asli koperasi. Hal ini tercermin dalam pembagian keuntungan melalui dana-dana pembangunan, dana sosial, dana pendidikan, dan lain-lain. Semakin besar keuntungan yang diperoleh koperasi, semakin besar pula dana yang disediakan untuk pembangunan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat wilayahnya.

Di dalam UU Perkoperasian disebutkan pada Pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan prinsip koperasi. Berikut ini beberapa prinsip koperasi : 23

23


(33)

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka maksudnya adalah orang yang menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Demikian juga apabila ada seseorang yang akan mengundurkan diri dari anggota tidak dilarang asalkan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam anggaran dasarnya.

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis maksudnya adalah bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota maksudnya pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan dari nilai kekeluargaan dan keadilan.

4. Pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal maksudnya modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekadar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas dan semata-mata tidak didasarkan atas besarnya modal yang diberikan. Sedangkan yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.


(34)

5. Kemandirian maksudnya adalah dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Selain itu terkandung pula pengertian pada arti kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri dan adanya kehendak untuk mengelola diri sendiri.

6. Pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi maksudnya adalah untuk mengembangkan diri koperasi itu sendiri melalui penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Sukses tidaknya sebuah koperasi harus dilihat dari keberhasilannya dalam mempromosikan anggotanya (to promote

the members), yaitu kegiatan untuk meningkatkan atau memperbaiki keadaan

ekonomi dan kesejahteraan anggotanya dengan bentuk kegiatan koperasi yang bermacam-macam tergantung kepentingan ekonomi anggotanya. Koperasi sebagai badan usaha harus bekerja secara rasional, anggota koperasi harus mampu menjalankan usaha bersama yang diharapkan dapat menolong diri sendiri. Dalam arti percaya atas kemampuan sendiri (self reliance), mampu mengorganisir diri dalam kelompok swadaya (self organization), mampu mengambil keputusan sendiri (self decision) dan mampu menjalankan administrasi sendiri (self administration).

7. Kerjasama antar koperasi, koperasi dikatakan bersifat mandiri dalam pengorganisasiannya tetapi dalam menjalankan kegiatan usahanya koperasi


(35)

tetap menjalin hubungan dan kerjasama antar koperasi berupa komunikasi dan interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung karena koperasi berlandaskan kekeluargaan dan dalam menjaga kelangsungan kehidupan perkoperasian diusahakan selalu mengadakan kerjasama agar dapat memperluas bidang usaha dan saling memberikan dukungan.

B. Pendirian Koperasi

Ketentuan Pasal 16 UU Koperasi dinyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Sedangkan dalam Penjelasan pasal tersebut, mengenai jenis koperasi ini diuraikan seperti antara lain : Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Untuk koperasi-koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota TNI, karyawan dan sebagainya, bukanlah merupakan suatu jenis koperasi dalam arti sebenarnya. Jenis koperasi ini, jika ditinjau dari berbagai sudut pendekatan maka dapatlah diuraikan seperti berikut :24

1. Berdasarkan pendekatan sejarah timbulnyagerakan koperasi, maka dikenal jenis-jenis koperasi seperti berikut:

a. Koperasi Konsumsi; b. Koperasi Kredit; c. Koperasi Produksi

24

Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan Koperasi Indonesia Di Dalam Perkembangan (Yogyakarta : TPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 118.


(36)

2. Berdasarkan pendekatan menurut lapangan usaha dan/atau tempat tinggal para anggotanya, maka dikenal beberapa jenis koperasi antara lain :

a. Koperasi Desa.

Koperasi desa adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dalam koperasi dan menjalankan aneka usaha dalam suatu lingkungan tertentu. Untuk satu daerah kerja tingkat desa, sebaiknya hanya ada satu Koperasi Desa yang tidak hanya menjalankan kegiatan usaha bersifat

single purpose, tetapi juga kegiatan usaha yang bersifat multi purpose

(serba usaha) untuk mencukupi segalakebutuhan para anggotanya dalam satu lingkungan tertentu, misalnya usaha pembelian alat-alat pertanian, usaha pembelian dan penyaluran pupuk, usaha pembelian dan penjualan kebbutuhan hidup sehari-hari dan sebagainya.

b. Koperasi Unit Desa (KUD).

Koperasi Unit Desa ini lahir berdasar Instruksi Presiden Republik Indonesia No.4 Thun 1973, adalah merupakan bentuk antara dari Badan Usaha Unit Desa (BUUD) sebagai suatu lembaga ekonomi berbentuk koperasi, yang pada tahap awalnya merupakan gabungan dari koperasi-koperasi pertanian atau koperasi-koperasi desa dalam wilayah Unit Desa, yang dalam perkembangannya kemudian dilebur atau disatukan menjadi satu KUD. Dengan keluarnya Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 1978, KUD bukan lagi merupakan bentuk antara dari BUUD tetapi telah menjadi organisasi ekonomi yang merupakan wadah bagi


(37)

pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat pedesaan itu sendiri serta memberikan pelayanan kepada anggotanyadan masyarakat pedesaan. c. Koperasi Konsumsi.

Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi jenis ini biasanya menjalankan usaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari para anggotanya dan masyarakat sekitarnya.

d. Koperasi Pertanian (Koperta).

Koperta adalah Koperasi yang angota-anggotanya terdiri dari para petani pemilik tanah, penggadoh atau buruh tani, dan orang-orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan usaha-usha pertanian.

e. Koperasi Peternakan.

Koperasi Peternakan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari peternak, pengusaha peternakan dan buruh peternakan yang berkepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubungan dengan soal-soal peternakan.

f. Koperasi Perikanan.

Koperasi Perikanan adalah Koperasi yang anggotanya terdiri dari para peternak ikan, pengusaha perikanan, pemilik kolam ikan, pemilik alat


(38)

perikanan, nelayan, dan sebagainya yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan soal-soal perikanan. g. Koperasi Kerajinan atauKoperasi Industri.

Koperasi Kerajinan atau Koperasi Industri adalah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para pengusaha kerajinan/industri dan buruh yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan kerajinan atau industri.

h. Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit.

Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit adalah Koperasi yang angota-anggotanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam soal-soal perkreditan atau simpan pinjam.

3. Berdasarkan pendekatan menurut golongan fungsional, maka dikenal jenis-jenis koperasi, misalnya ; Koperasi Pegawai Negeri (KPN), Koperasi Angkatan Darat (KOPAD), Koperasi Angkatan Laut (KOPAL), Koperasi Angkatan Udara (KOPAU), Koperasi Angkatan Kepolisian(KOPAK), Koperasi Pensiunan Angkatan Darat, Koperasi Pensiunan Pegawai Negeri, Koperasi Karyawan dan lain-lainnya.

4. Berdasarkan pendekatan sifat khusus dari aktivitas dan kepentingan ekonominya, maka dikenal jenis-jenis koperasi misalnya; Koperasi Batik, Bank Koperasi, Koperasi Asuransi, dan sebagainya.

Koperasi sebagai suatu badan usaha, adalah merupakan suatu bentuk perhimpunan orang-orang dan/atau badan hukum koperasi dengan kepentingan yang sama. Oleh karena itu, koperasi biasanya didirikan oleh orang-orang yang


(39)

mempunyai alat dan kemampuan yang sangat terbatas tetapi memiliki keinginan untuk memperbaiki taraf hidup dengan cara bergotong-royong. Tahapan-tahapan pendirian koperasi adalah sebagai berikut: 25

1. Dua orang atau lebih yang mewakili kelompok masyarakat atau yang sering disebut pemrakarsa, menghubungi kantor koperasi ditingkat II (kabupaten atau kotamadya) untuk mendapatkan penjelasan awal mengenai persyaratan dan tata ara mendirikan koperasi.

2. Selanjutnya, Pemrakarsa mengajukan proposal (gambaran umum) yang berisi tentang potensi ekonomi anggota, jenis usaha yang akan dikembangkan, dasar pembentukan koperasi dan sekaligus mengajukan permohonan ke pejabat kantor koperasi, dalam rangka mempersiapkan rancangan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) koperasi akan didirikan.

3. Atas dasar pendirian pada butir 2, pejabat kantor koperasi memberikan penyuluhan, yang intinya antara lain berisi tentang pengertian pendirian koperasi, tujuan dan manfaat berkoperasi, hak dan kewajiban anggota, dan peraturan-peraturan lainnya.

4. Penyuluhan dan rapat pembentukan koperasi diharapkan dihadiri minimal 20 anggota calon-calon anggota koperasi. Rapat pembentuk koperasi ini dipimpin oleh pemrakarsa yang didampingi oleh pejabat kantor koperasi, dengan materi rapat sebagai berikut:

a. Kesepakatan pembentuk koperasi.

b. Pembahasan dan pensahan AD/ART koperasi.

25


(40)

c. Penetapan pendirian koperasi.

d. Pemilihan pengurus dan pengawas koperasi.

e. Pengucapan sumpah/janji pengurus dan pengawas koperasi. f. Sambutan-sambutan bila dianggap perlu.

g. Penutup.

5. Sejak rapat pembentukan tersebut, koperasi telah dapat menjalankan aktifitas usahanya, antara lain :

a. Anggota membayar simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan lainnya.

b. Pengurus menyelenggarakan administrasi organisasi, usaha dan keuangan koperasi.

c. Pengurus mulai melaksanakan kegiatan usaha atau pelayanan kepada anggota, sesuai dengan bidang usaha yang telah disepakati untuk dikembangkan koperasi seperti simpan pinjam, pertokoan, dan lain-lain. 6. Pengurus mengajukan permohonan pengesahan koperasi sebagai badan hukum

ke kantor koperasi setempat. Permohonan tersebut dibuat rangkat 3 dan aslinya bermaterai Rp 1000, disertai lampiran sebagai berikut:26

a. Akta pendirian dan AD/ART koperasi dibuat rangkap tiga dan aslinya bermaterai Rp.1000,

b. Berita acara rapat pembentukan koperasi. c. Daftar hadir pembentuk koperasi.

26


(41)

d. Neraca awal koperasi atau surat pernyataan pengurus bahwa anggota telah membayar simpanan-simpanan yang telah ditentukan.

e. Daftar susunan pengurus dan pengawas koperasi.

f. Daftar riwayat hidup masing-masing pengurus dan pengawas koperasi. 7. Pejabat kantor koperasi setempat melakukan verifikasi dan penelitian atas kebenaran data-data yang diajukan oleh pengurus koperasi tersebut, apabila datanya telah sesuai dan lengkap maka paling lambat dalam waktu 3 bulan pejabat kantor koperasi menyerahkan akta badan hukum koperasi tersebut kepada pengurus.

C. Perangkat Koperasi

Salah satu badan usaha yang berstatus badan hukum (rechts persoon), maka keberadaan koperasi diakui seperti manusia/orang (person) atau subyek hukum yang memiliki kecakapan bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai dan mencari harta kekayaan, serta dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti membuat perjanjian-perjanjian, menggugat dan digugat di muka pengadilan, dan sebagainya.

Sebagai subyek hukum, koperasi adalah merupakan subyek hukum yang keberadaanya berdasar atas bentukan/rekayasa dari manusia/orang (person). Oleh karena koperasi merupakan subyek hukum, maka untuk melaksanakan kegiatan usahanya atau untuk mengelola jalannya koperasi perlu kehadiran subyek hukum manusia atau orang (person) mereka ini disebut sebagai perangkat organisasi koperasi.


(42)

Perangkat organisasi koperasi pada UU Perkoperasian disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri atas rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Penjelasan tentang ketiga perangkat organisasi koperasi ini seperti berikut ini.27 1. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan perangkat yang penting dalam koperasi. Rapat Anggota ialah rapat yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian besar anggota koperasi. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Melalui Rapat Anggota, seorang anggota koperasi akan menggunakan hak suaranya. Rapat anggota berwenang untuk menetapkan hal-hal antara lain :

a. Anggaran dasar (AD).

b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi.

c. Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan pengawas. d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta

pengesahan laporan keuangan.

e. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugas. f. Pembagian sisa hasil usaha (SHU).

g. Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi. 2. Pengurus

Pengurus dipilih oleh rapat anggota dari kalangan anggota. Pengurus adalah pemegang kuasa rapat anggota. Masa jabatan paling lama lima tahun. Berikut ini tugas pengurus koperasi:

a. Mengelola koperasi dan bidang usaha.

27


(43)

b. Mengajukan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.

c. Menyelenggarakan rapat anggota.

d. Mengajukan laporan pelaksanaan tugas dan laporan keuangan koperasi. e. Memelihara buku daftar anggota, pengurus, dan pengawas.

Pengurus bertanggung jawab kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa dalam mengelola usaha koperasi. Jika koperasi mengalami kerugian karena tindakan pengurus baik disengaja maupun karena kelalaiannya, pengurus harus mempertanggung jawabkan kerugian ini. Apalagi jika tindakan yang merugikan koperasi itu karena kesengajaan, pengurus dapat dituntut di pengadilan.

Adapun wewenang pengurus koperasi terdiri atas hal-hal berikut ini. a. Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan.

b. Memutuskan penerimaan atau penolakan seseorang sebagai anggota koperasi berdasarkan anggaran dasar koperasi.

c. Melakukan tindakan untuk kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya sebagai pengurus.

3. Pengawas

Pengawas koperasi adalah salah satu perangkat organisasi koperasi, dan menjadi suatu lembaga/badan struktural koperasi. Pengawas mengemban amanat anggota untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Koperasi dalam melakukan usahanya diarahkan pada bidang-bidang yang berkaitan dengan kepentingan anggota untuk mencapai


(44)

kesejahteraan anggota. Lapangan usaha itu menyangkut segala bidang kehidupan ekonomi rakyat dan kepentingan orang banyak, antara lain bidang perkreditan (simpan pinjam), pertokoan, usaha produksi, dan usaha jasa.

Pengawas Koperasi merupakan perangkat organisasi koperasi yang dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota, serta bertanggungjawab kepada rapat anggota. Dengan demikian, pengawas ini tidak dibenarkan diangkat dari orang diluar koperasi. Tugas pengawas ini secara umum adalah mengawasi jalannya kegiatan koperasi yang dilaksanakan oleh pengurus, dan hasil pengawasannya tersebut kemudian dilaporkan kepada rapat anggota secara tertulis.

Sesuai dengan namanya sebagai pengawas koperasi, maka tugas-tugas pengawas seperti berikut ini antara lain :

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan koperasi oleh pengurus.

b. Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasan yang telah dilakukannya.

Supaya para pengawas koperasi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, mereka harus diberi wewenang yang cukup untuk mengemban tanggung jawab tersebut. Pengawas koperasi mempunyai wewenang berikut ini.

a. Meneliti catatan atau pembukuan koperasi. b. Memperoleh segala keterangan yang diperlukan.


(45)

D. Pembinaan Koperasi

Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi serta keterbatasan dana, daya dan waktu yang dilakukan suatu strategi yang tepat dalam usaha pembinaan dan pengembangan koperasi strategi pemusatan pelayanan koperasi. Tujuan dari strategi tersebut adalah untuk mengakomodasikan segala usaha pemerintah dalam mempercepat pengembangan koperasi. Dalam rangka pengembangan koperasi, diadakan pengendalian operasional untuk meningkatkan bimbingan dan penilaian teknis guna kelancaran pelaksanaan program dalam mencapai tujuan, untuk menyusun laporan rutin dan periodik dalam rangka memonitoring perkembangan koperasi, dan untuk membuat evaluasi atas laporan rutin dalam rangka mengatasi penyimpangan-penyimpangan dan kelemahan-kelemahan pelaksanaan program pengembangan koperasi sehingga dapat segera diperbaiki dan disempurnakan seawal mungkin.

Pembinaan dan pengembangan koperasi sangat penting dalam upaya memupuk pertumbuhan dan sekaligus meningkatkan peranan dan tanggung jawab masyarakat golongan ekonomi lemah dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena sebagian besar golongan ekonomi lemah berada di daerah pedesaan, maka dalam pelaksanaanya perhatian khusus terus diberikan kepada pembangunan koperasi. Hal itu tanpa mengabaikan pembangunan koperasi primer lainnya dan koperasi jenis lainnya.

Pembangunan koperasi mempunyai tujuan, yaitu:28

1. Meningkatkan peran serta masyarakat desa dalam pembangunan.

28

http://aprianiika69.blogspot.com/2012/06/pembinaan-dan-pengembangan-koperasi.html (diakses tanggal 1 Juli 2015)


(46)

2. Mendorong perluasaan kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha.

3. Memperluas kesempatan kerja, serta

4. Peningkatan Produktivitas masyarakat perdesaan.

Pelaksanaan pembinaan koperasi, yang diutamakan adalah koperasi-koperasi primer. Peranaan dan kemampuan koperasi-koperasi, terutama KUD, disempurnakan dan ditingkatkan sehingga tumbuh menjadi koperasi primer yang tangguh dan mampu menjadi kekuatan ekonomi desa. Oleh karena itu, koperasi primer dapat mengantarkan masyarakat desa menuju kemajuan dan kesejahteraan sehingga akan menjadikan koperasi lebih mandiri dan makin berakar dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dalam membina koperasi perlu ditingkatkan penyuluhan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan koperasi dan para anggotanya untuk mengelola organisasi koperasi, menghimpun dan mengarahkan dana untuk modal koperasi, menjalankan usaha, serta menyelenggarakan pengawasan terhadap koperasi. Dalam pelita V ditentukan bahwa pembangunan KUD dan koperasi primer lainnya diarahkan untuk:

1. Berswakarya dan berswadaya.

2. Menjadi salah satu wadah utama dalam membina kemampuan golongan ekonomi lemah.

3. Meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dan para anggotanya.

4. Berpartisipasi aktif diberbagai sektor, seperti sector-sektor pertanian pangan, industri, kelistrikan desa, perdagangan, perkreditan, dan angkutan serta


(47)

Pemerintah melakukan pembinaan koperasi dengan cara berikut ini.

1. menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi, yaitu dengan jalan:

a. memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya kepada koperasi. b. meningkatan dana memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi

koperasi yang sehat, tangguh, dan mandiri.

c. mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara koperasi dengan badan usaha lainnya serta.

d. membudayakan koperasi dalam masyrakat.

2. Memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada koperasi, yaitu dengan jalan:

a. Membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi anggotanya.

b. Mendorong, mengembangka, dan membantu pelaksaan pendidikan, penyuluhan, dan penilitan perkoperasian.

c. Memberikan kemudahan untuk jaringan usaha koperasi serta mengembangkan lembaga keuangan koperasi.

d. Membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerja sama yang saling menguntungkan antar koperasi serta

e. Memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan anggaran dasar dan prinsip koperasi.


(48)

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah terhadap pembinaan koperasi antara lain:29

1. Perkuatan modal. Walaupun koperasi bukan badan usaha yang akumulasi modal, tetapi koperasi membutuhkan modal untuk menjalankan bidang usahanya.Dana perkuatan modal yang diterima oleh suatu koperasi dipergunakan untuk tambahan modal dalam menjalankan usaha koperasi. Dengan adanya tambahan modal, dapat mempermudah koperasi dalam menjalankan usahanya sehingga koperasi dapat berkembang dengan baik. Perkembangan koperasi tentunya memberi manfaat terhadap perekonomian anggota dan masyarakat yang ikut memanfaatkan jasa suatu koperasi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Bimbingan teknis dan peningkatan keterampilan. Pemerintah memberikan pelatihan kepada anggota koperasi dalam menuyusun laporan pertanggungjawaban pengurus, menyusun laporan keuangan dan neraca laba rugi. Anggota juga diajarkan cara membaca laporan keuangan yang dibuat oleh pengurus. Karena ini merupakan transparansi masalah keuangan. Dengan cara ini diharapkan anggota menjadi lebih aktif dalam organisasi koperasi. 3. Tujuan diberikan pengetahuan mengenai pembukuan kepada anggota koperasi

adalah agar seluruh anggota koperasi bisa membaca laporan-laporan yang dibuat pengurus mengenai perkembangan koperasi. Karena anggota koperasi mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda. Dengan demikian anggota akan lebih aktif dalam berkoperasi dan menyadari bahwa koperasi

29

http://www.gemajustisia.com/pembinaan-pemerintah-terhadap-koperasi (diakses tanggal1 Juli 2015).


(49)

merupakan milik seluruh anggota. Dengan adanya pemikiran yang demikian akan timbul kesadaran anggota untuk memajukan koperasi.(wawan)

Dalam rangka memberikan perlindungan kepada koperasi, pemerintah dapat:

1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh koperasi, dan

2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi disuatu wilayah yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya.


(50)

A. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 Tentang Perseroan Terbatas

Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam UUPT, yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT No. 1 Th 1995 yang diberlakukan sejak 7 Maret 1996 (satu tahun setelah diundangkan) sampai dengan 15 Agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan tentang perseroan terbatas yang diatur dalam KUHD Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, dan segala perubahannya(terakhir dengan UU No. 4 Tahun 1971 yang mengubah sistem hak suara para pemegang saham yang diatur dalam Pasal 54 KUHD dan Ordonansi Perseroan Indonesia atas saham

-Ordonantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen (IMA)- diundangkan

dalam Staatsblad 1939 No. 569 jo 717.

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum, yang berarti Perseroan Terbatas adalah subjek hukum dimana PT sebagai suatu badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. undang-undang yang telah memberikan perseroan sebagai badan hukum atau “persona standi in judicio” telah membuat keberadaan perseroan sebagai subyek hukum mandiri yang berarti hukum memberikan padanya hak dan kewajiban sebagaimana yang dimiliki manusia. Artinya, perseroan itu dapat mempunyai


(51)

harta kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.30 Oleh karena itu sebagai badan hukum, PT mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya. Dengan adanya kedudukan mandiri dari perseroan itu, bila terjadi pergantian pemegang saham, direksi dan komisaris, maka tidak membuat perseroan berubah dari keberadaannya sebagai persona standi in judicio.31 Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukan perbuatan pengurusnya tetapi yang harus diperhatikan adalah perseroannya, karena yang bertanggung jawab adalah perseroan32

Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanjian, hal ini menunjukkan sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang bersepakat mendirikan sebuah badan usaha yang berbentuk PT. Ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Rumusan ini pada dasarnya mempertegas kembali makna perjanjian sebagai mana diatur dalam ketentuan umum mengenai

perjanjian yang ada dalam KUHPerdata. Sebagai perjanjian “ khusus “ yang

bernama, perjanjian pembentukan PT ini juga tunduk sepenuhnya pada syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, disamping ketentuan khusus yang diatur dalam UUPT tersebut. Perjanjian pendirian PT yang dilakukan oleh para pendiri tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan akta pendirian. Akta pendirian ini pada dasarnya

30

Bismar Nasution, Kewajiban Melaksanakan RUPS Dan Saat Pembagian

Deviden Menurut UU No. 1 Tahun 1995,http : // www. Bismarnasty.wordpress. pdf> (diakses pada tanggal 1 Juli 2015), hal 2

31

Ibid.

32

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 7


(52)

mengatur berbagai macam hak – hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam mengelola dan menjalankan PT tersebut. Hak-hak dan kewajiban tersebut merupakan isi perjanjian selanjutnya disebut dengan anggaran dasar perseroan sebagaimana ditegaskan kembali di dalam Pasal 8 ayat (1) UUPT.33

Badan hukum atau legal entity atau legal person dalam Black’s Law

Dictionary dinyatakan sebagai a body, other than a natural person, that can

function legally, sue or be sued, and make decisions through agents.34Dengan

status Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, maka sejak saat itu hukum memperlakukan pemilik atau pemegang saham dan pengurus atau Direksi, terpisah dari PT itu sendiri yang dikenal dengan istilah separate legal personality yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri.35

Pasal 8 ayat (1) UUPT dengan tegas menyatakan bahwa akta pendirian PT itu memuat anggaran dasar dan keterangan lain,sekurang-kurangnya :

1. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri;

2. susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat; dan

3. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian julah saham dan nilai nominal atau nilai yang diperjanjikan dari saham yang telah ditempatkan dan disetor pada saat pendirian.

33

Ibid. hlm 11

34

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, ( St. Paul Minn : West Publishing Co, 2000 ), hlm 726

35

I. G. Rai Widjaja, Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-Undang di Bidang Usaha Hukum Perusahaan (Bekasi: Megapoin, 2006), hlm 131.


(53)

Suatu PT sebagai subjek hukum adalah semenjak anggaran dasar perseroan yang dibuat oleh pendirinya dihadapan notaris sampai akta notarisnya dipublikasikan pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Dengan UUPT dengan tegas bahwa PT itu adalah badan hukum, selengkapnya Pasal 1 ayat (1) berbunyi; Perseroam terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sedangkan Pasal 7 ayat (6) berbunyi ; Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) disahkan oleh Menteri. Perseroan Terbatas terbuka adalah penting dalam lalu lintas kegiatan ekonomi nasional antara lain ;

1. Memungkinkan pengerahan dana masyarakat

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi dengan memperoleh laba bersama.

3. Pemerataan kesejahteraan melalui jual beli saham dengan masyarakat

4. Meningkatkan tanggung jawab sosial pt karena dia dibawah pengamatan dan kontrol masyarakat baik melalui pemegangan saham ataupun mekanisme pasar modal.

Pasal 7 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia, kecuali BUMN ditentukan dalam Pasal 7 ayat (5). Ketentuan ini menunjukkan bahwa paham mendirikan PT di Indonesia masih menganut paham perjanjian (overeenkomst),


(54)

bukan gesamtakt. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang pendaftaran perusahaan. Tujuan dibuatnya daftar perusahaan adalah untuk mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar oleh perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi bagi semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang tercantum dalam daftar perusahaan itu dalam rangka menjamin kepastian berusaha.

Perusahaan yang wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan adalah setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalankankegiatan usahanya di wilayah Indonesia, termasuk kantor-kantor cabang, kantor-kantor pembantu, anak perusahaan serta agen atau perwakilan perusahaan yang mempunyai wewenang untuk mengadakan perjanjian, seperti misalnya PT,Koperasi, Partnership,Firma dan CV dsb. Tanda daftar perusahaan berlaku untuk jangka waktu 5 tahun, tiga bulan sebelum masa berlaku tanda daftar perusahaan maka perusahaan itu mendaftarkan kembali di Dinas Perdagangan, dinas yang membina dan bertanggung jawab kepada kegiatan perusahaan

Ketentuan mengenai modal dasar perseroan ini sebesar Rp.20.000.000,-dimaksudkan agar PT sebagai pelaku bisnis benar-benar memulainya dengan kemampuan modal riil, sehingga diharapkan mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan PT. Untuk menjamin sehat tidaknya suatu perusahaan perlu melakukan pengawasan terutama berkenaan dengan manajemennya, apakah perusahaan mengalami untung atau rugi. Pasal 8 dan pasal 12 KUHD harus diukur dengan


(55)

jasa akuntan publik. Akuntan publik melakukan pemeriksaan keadaan pembukuan,asset-asset perseroan, manajemen sumber daya manusia, dsb. Dari hasil pemeriksaan akan mengeluarkan pendapatnya guna meluruskan sekaligus dengan peringatan-peringatan yang dapat menjadi usaha penyempurnaan PT.

B. Pendirian Perseroan Terbatas

Di dalam UUPT, prosedur pendirian PT juga tidak banyak berubah dengan prosedur pendirian PT yang ditentukan oleh UU No. 1 Tahun 1995. Prosedur pendirian PT di dalam UUPT diatur di dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 14

(delapan pasal). Pasal 7 ayat (1) UUPT, dikatakan bahwa “ Perseroan didirikan minimal oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam

bahasa Indonesia “. Pada prinsipnya, sebagai badan hukum, maka pendirian

Perseroan memang harus dilakukan dengan perjanjian dengan lebih dari 1 (satu) orang pendiri atau pemegang saham yakni dengan bantuan Notaris di daerah hukum tempat dimana para pendiri berada. Menurut undang-undang ini, yang

dimaksud dengan “ orang “ adalah orang perseorangan, baik Warga Negara

Indonesia maupun yang asing atau badan hukum Indonesia atau asing.

Pada saat perseroan didirkan, setiap pendiri perseroan wajib mengambil saham.36Alasan mengambil bagian saham pada“ Perseroan Baru “ adalah para

pemegang saham dari Perseroan yang meleburkan diri sedangkan pendiri dari “ Perseroan Baru “ yang didirikan dalam rangka peleburan adalah badan hukum Perseroan yang meleburkan diri. Apabila Perseroan memperoleh status badan

36


(56)

hukum pemegang sahamnya menjadi kurang dari 2 (dua), dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Setelah jangka waktu 6 (enam) bulan dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, maka keadaan ini akan berpengaruh pada pertanggungjawaban, yakni pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut. Akan tetapi, menurut Pasal 7 ayat (7) UUPT, ketentuan pemegang saham minimal 2 (dua) orang atau lebih tidak berlaku bagi.

Ada lima prosedur, yang harus dilalui oleh suatu PT. Kelima Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:37

1. Pembuatan perjanjian tertulis

Pendirian suatu perseroan harus didirikanoleh dua orang atau lebih karena umumnya suatu perjanjian memang harus dilakukan oleh minimal dua orang. Ketentuan ini menunjukan bahwaundang-undang perseroan sebagai badan hukum harus terdiri dari minimal dua orang pemegang saham. Seperti yang telah dikemukakan bahwa pendirian perseroanyang harus dilakukan oleh minimal dua orang ini tidak berlaku bagi: perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau oleh perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Tentang Pasar Modal.

37

Herry Sutrisno,dkk, Persyaratan Dan Prosedur Pendirian Beserta Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, Makalah, Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013, hlm 6.


(57)

2. Pembuatan Akta Pendirian Di Depan Notaris.

Para pendiri yang telah membuatperjanjian itu kemudian menghadap ke notaris untuk minta dibuatkan akta pendirian perseroan. Sejak akta pendirian ditandatangani oleh para pendiri, berdirilah perseroan dan hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontrak, yang belum (perseroan) memperoleh status badan hukum. Akta pendirian ini mempunyai fungsi intern, yaitu sebagai aturan main para pendiri saham dan organ perseroan, dan fungsi ekstern terhadap pihak ketiga sebagai identitas dan pengaturan tanggungjawabperbuatan hukum yang dilakukan oleh yang berhak atas nama perseroan.

Ketentuan nama PT yang termuat dalam anggaran dasar, Pasal 16 UUPT menentukan bahwa perseroan tidak boleh memakai nama yang:

a. Telah dipakai secara sah oleh perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan nama perseroan lain;

b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan;

c. Sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah atau lemaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan; d. Tidak sesuai dengan maksuddan tujuan, serta kegiatan usaha, atau

menunjukan maksud dan tujuan perseroan saja tanpa nama diri;

e. Terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf, atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata;

f. Mempunyai arti sebagai perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata.


(1)

81

terkumpul dalam Rapat Anggota, maka dalam manajemennya terdapat kesulitan-kesulitan yang tidak dijumpai sebagaimana pada organisasi ekonomi lainnya. 3. Konsekuensi Yuridis dalam Aspek Permodalan

Koperasi merupakan perkumpulan orang bukan modal, namun bukan berarti unsur modal tidak penting dalam Koperasi. Sebagai suatu organisasi ekonomi, Koperasi yang dalam hal ini merupakan KJKS yang bergerak dalam bidang simpan-pinjam berdasarkan prinsip syariah banyak memerlukan modal berupa uang, sehingga modal merupakan unsur yang penting. Namun demikian pengaruh modal dan penggunaannya pada Koperasi tidak boleh mengaburkan dan mengurangi makna Koperasi, di dalam Koperasi penekanan kepentingan kemanusiaan (humanitas) lebih diutamakan daripada kepentingan kebendaan. 4. Konsekuensi Yuridis dalam Aspek Kegiatan Usaha


(2)

Berdasarkan seluruh bab hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Pengaturan Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, yaitu Pasal 3 UU Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia sebagai berikut : "Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

2. Pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan UU NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM.

3. Akibat hukum perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas antara lain : secara yuridis dalam aspek ideologi. Adanya konversi dari Koperasi menjadi badan hukum PT. menimbulkan suatu konsekuensi yuridis yaitu ideologi-ideologi Koperasi harus diterapkan dalam segala aspek kegiatan yang dijalankan oleh Koperasi tersebut. Secara yuridis dalam aspek


(3)

83

organisasi/manajemmen. Sebagai suatu organisasi, Koperasi memiliki ciri ganda yaitu suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial, sehingga dalam pelaksanaannya Koperasi harus bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada asas-asas Koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial didalamnya. Konsekuensi Yuridis dalam Aspek Permodalan. Koperasi merupakan perkumpulan orang bukan modal, namun bukan berarti unsur modal tidak penting dalam Koperasi. Konsekuensi Yuridis dalam Aspek Kegiatan Usaha. Perbedaan kegiatan usaha yang dilakukan Koperasi dan PT


(4)

1. Banyaknya pengaturan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang

Koperasi yang memiliki kesamaan dengan pengaturan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memberikan wajah baru pada koperasi di Indonesia. Pengaturan-pengaturan tersebut memberikan perubahan dan angin segar pada Koperasi.

2. Dengan adanya UUPT sebaik Koperasi menjadi lebih berkembang dan mampu

memenuhi tantangan perekonomian global. Pengaturan-pengaturan tersebut juga pada dasarnya merupakan bentuk pemberdayaan terhadap koperasi-koperasi di Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan koperasi-koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.


(5)

85

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Arifin Sitorus, Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga, 2001 Adler Haymans Manurung, Modal untuk Bisnis dan UKM , Erlangga, 2008 H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II Surakarta: UNS Press, 1988 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, St.

Paul Minn : West Publishing Co, 2000.

Koermen, Manajemen Koperasi Terapan Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2003. Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2002

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung: Alumni, 2004.

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Salatiga: Griya Media, 2011.

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas Jakarta: Sinar Grafika, 2009 Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri Jakarta: Ghlmia

Indonesia, 1998.

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1986.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009.

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.


(6)

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Website

Bismar Nasution, Makalah Kewajiban Melaksanakan RUPS Dan Saat Pembagian Deviden Menurut UU No. 1 Tahun 1995,<http : // www. Bismarnasty.wordpress. pdf>, yang diakses pada tanggal 21 Juni 2012 http://els.bappenas.go.id/upload/other/Tanggung-Jawab-Hukum-PT.doc diakses pada tgl 11 Juni 2015

http://nl.wikipedia.org/wiki/Aansprakelijkheiddiakses tgl 10 Juni 2015

http://www.academia.edu/4334746/PENGATURAN_DALAM_UNDANG_UND ANG_NOMOR_17_TAHUN_2012_TENTANG_PERKOPERASIAN_YA NG_MEMILIKI_KESAMAAN_DENGAN_PENGATURAN_PADA_UN DANG_UNDANG_NO