REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI
PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT
PESANTREN DI PONPES AL MA’UN SROYO KARANGANYAR

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Diajukan Oleh :
UMAMAH KHOIRUNNISAA’
A 310110161

Kepada:
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Maret, 2015

ii

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI
PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT

PESANTREN DI PONPES AL MA’UN KARANGANYAR

Diajukan Oleh:
UMAMAH KHOIRUNNISAA’
A310110161

Artikel Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk dipertanggungjawabkan dihadapan tim penguji skripsi

Surakarta,
Pembimbing,

Drs. Andi Haris Prabawa, M.H

iii

ABSTRAK

Umamah

Khoirunnisaa’/A310110161.
REALISASI
KESANTUNAN
BERBAHASA DIKALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI
DENGAN MASYARAKAT PESANTREN AL MA’UN SROYO
KARANGANYAR. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Maret,
2015.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bentuk kesantunan berbahasa di
kalangan santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik simak libat cakap, teknik rekam, teknik catat, dan teknik
sadap pancing. Teknik analisisnya menggunakan metode analisis cara-tujuan.
Hasil dari penelitian ini terdapat bentuk kesantunan berbahasa santri putri dalam
berinteraksi, penyimpangan prinsip kesopanan, dan dominasi peringkat
pelanggaran prinsip kesopanan. Bentuk kesantunan berbahasa ini yakni, (1)
kesantunan dalam memohon, (2) kesantunan dalam mengajak, (3) kesantunan
dalam menolak, (4) kesantunan dalam membujuk, (5) kesantunan dalam
mendesak, (6) kesantunan dalam menyilakan, dan (7) kesantunan meminta.
Penyimpangan prinsip kesopanan dalam kesantunan berbahasa terdapat dalam

semua maksim kecuali maksim kesimpatian. Peringkat pelanggaran paling banyak
dan yang mendominasi yakni maksim penerimaan, maksim kerendahan hati,
maksim kebijaksanaan, maksim kecocokan, dan maksim kemurahan hati.
Kata kunci: Realisasi Kesantunan, Prinsip Kesantunan, Penyimpangan

iv

1

PENDAHULUAN
Kesantunan berbahasa akan tercermin dalam tata cara berkomunikasi. Tata
cara berbahasa tersebut sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi demi
kelancaran komunikasi dan interaksi antarsesama. Tata cara berbahasa seseorang
dipengaruhi norma-norma budaya, suku bangsa, atau kelompok masyarakat
tertentu. Sebab, tata cara berbahasa yang mengikuti norma-norma budaya itulah
yang akan menghasilkan kesantunan berbahasa (Muslich, 2006:2).
Kesantunan sangat kontekstual artinya berlaku di masyarakat, tempat atau
situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi
lain. Kesantunan selalu memiliki dua kutub, seperti antara anak dan orang tua,
antara tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita, antar murid dan guru, antara

mahasiswa dan dosen, dan sebagainya. (Muslich, 2006:1).
Kepribadian santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren
juga tidak lepas dengan bahasa. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk
berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa.
Masyarakat tutur merupakan masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi
dengan tetap menghormati kemampuan komunikatif penuturnya tanpa mengingat
jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. Interaksi santri putri dengan
masyarakat pesantren yang meliputi guru, ustadz atau ustadzah, pengurus pondok,
petugas masak, dan santri lain selalu dilandasi oleh norma-norma pesantren.
Norma-norma itu tampak dari perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya.
Perilaku verbal dapat terlihat pada saat penutur mengungkapkan perintah,
keharusan, atau larangan melakukan sesuatu kepada mitra tutur, sedangkan
perilaku nonverbal tampak dari gerak gerik fisik yang menyertainya. Fenomena
kebahasaan itulah yang dapat menarik perhatian untuk diteliti karena dapat
menambah wawasan keilmuan linguistik. Penulis memilih analisis kesantunan
berbahasa pada tuturan santri putri berdasarkan pertimbangan bahwa banyaknya
ragam bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak santun.
Ragam bahasa yang tidak santun sering menjadi instrumen komunikasi dalam
pergaulan di masyarakat pesantren.


2

Ketidaksantunan tuturan santri putri tersebut dapat dianalisis dengan prinsip
kesantunan Leech. Sejumlah maksim ini disebut prinsip sopan santun (principle
politeness). Maksim-maksim yang dikemukakan oleh Leech (1993:206-217)
diantaranya yakni maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim
kerendahan hati, maksim kemurahan hati, maksim kecocokan, dan maksim
kesimpatian. Tuturan yang diungkapan santri putri kepada masyarakat akan
terlihat tuturan yang mematuhi dan melanggar maksim dalam prinsip kesantunan.
Data tuturan yang didapatkan akan diklasifikasikan dan dianalisis tuturan yang
yang melanggar maksim. Data tuturan yang sudah dianalisis akan terlihat
pelanggaran maksim yang paling dominan atau paling banyak dilanggar oleh
santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren.
Danette, dkk (2004) yang berjudul “Politeness Theory and Refusals of
Request: Face Threat As a Function of Expressed Obtacles” menjelaskan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk memperpanjang. Brown dan Levinson dengan
berfokus pada hubungan antara ancaman wajah dan penolakan permintaan. Hasil
penelitian ini mendukung bahwa (a) ketika ada permintaan yang ditolak, ancaman
terhadap wajah yang membutukan negatif dari pemohon lebih banyak terjadi dari
pada ancaman terhadap wajah negatif yang menolak (b) tergantung pada rintangan

yang mendasari penolakan tersebut, ada perbedaan dalam jenis ini ancaman untuk
wajah yang positif sebagai pemohon dan wajah positif yang menolak.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian Danette, dkk. yakni pada isi
penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan antara wajah dan penolakan
permintaan. Adanya ancaman yang memunculkan wajah negatif lebih banyak
terjadi pada saat memohon daripada saat menolak.
Dewi, A.C. Kusuma dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Tuturan Remaja Dikalanggan Pelajar Anak Multietnis (Indonesia-Asing) pada
SMP Swasta se-Kecamatan Kuta, Badung: Sebuah Kajian Kesantunan dalam
Tindak

Tutur”

menjelaskan

bahwa

penelitiannya

itu


bertujuan

untuk

mendeskripsikan kesantunan bentuk tindak tutur berbahasa, fungsi tindak tutur
berbahasa, dan bentuk penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa remaja anak

3

multietnis di lingkungan sekolah. Teknik pengampilan sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah purpositive sampling.
Persamaan penelitian Dewi, dkk. dengan penelitian ini terdapat pada teknik
pengumpulan data yakni dengan observasi dan data yang diperoleh berupa data
lisan yang ditranskipkan. Perbedaannya terdapat rumusan masalah yang diambil
serta teknik pengumpulan data di lingkungan yang diobservasi. Penelitian Dewi,
dkk. menggunkan teknik pengampilan sampel sedangkan dalam penelitian ini
semua populasi tetap digunakan untuk memperoleh data penelitian.
Penelitian mengenai kesantunan berbahasa di lingkungan pesantren masih
jarang dilakukan, maka penulis tertarik untuk menelitinya. Berdasarkan uraian

diatas, peneliti ingin mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa di kalangan
santri putri, mendiskripsikan pelanggaran-pelanggaran prinsip kesantunan
dikalangan santri putri dalam interaksi dengan masyarakat pesantren, dan
mengidentifikasi pelanggaran kesantunan berbahhasa yang ditemukan dalam
tuturan satri putri ponpes Al Maun Sroyo.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam
penelitian ini semua santri putri di pondok pesantren yang berinteraksi dengan
masyarakat pesantren. Masyarakat pesantren ini meliputi ustadz, ustadzah,
penjaga pondok atau satpam, petugas masak atau koki pondok, ibu asrama, dan
pengurus pondok. Objek penelitian ini berupa tuturan dari interaksi atau
percakapan santri putri dengan masyarakat pesantren di ponpes Al Maun Sroyo.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari interaksi dan komunikasi para santri
putri dengan ustadz dan ustadzah di pesantren serta tuturan antara santri putri
dengan teman satu angkatan, kakak tingkat, dan pengurus di ponpes Al Ma’un
Sroyo. Sumber data dalam penelitian ini bersifat lisan dan tertulis. Sumber data
lisan yaitu tuturan yang digunakan penutur dan lawan tutur sewaktu dialog,
berinteraksi, dan berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Sumber data tulis
diambil langsung dari teknik catat pada waktu penelitian terhadap ujaran-ujaran

santri.

4

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak libat cakap, teknik
rekam, teknik catat, dan teknik sadap pancing. Upaya untuk mendapatkan
keabsahan data penelitian ini, perlu dilakukan pengecekan terhadap data yang
ditemukan. Pengecekan data dalam ini ditempuh melalui ketekunan pengamatan
dan diskusi dengan teman sejawat Teknik analisisnya menggunakan metode
analisis cara-tujuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian kesantunan berbahasa santri putri dengan masyarakat
pesantren terdiri dari tiga bagian.
Bagaian pertama yakni dominasi kesantuan meminta dalam kesantunan
berbahasa santri putri dengan masyarakat pesantren. Di dalam kesantunan
berbahasa santri putri didominasi oleh tuturan yang mengandung kesantunan
meminta. Secara garis besar santri putri berinteraksi dengan teman sebaya, kakak
kelas, ustadz, ustadzah, pengurus pondok, guru formal di sekolah, dan juru masak
pondok pesantren hanya pada saat membutuhkan dan mempunyai permintaan

saja.
Dapat disimpulkan dari keseluruhan data tuturan santri putri di atas dapat
dikalsifikasikan dalam tabel dibawah ini.
No
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 1. Jumlah Kesantunan Tuturan Santri Putri
Kesantunan
Jumlah
Santun
Tuturan
Meminta
55
42

Mengajak
39
25
Menyilakan
25
24
Mendesak
8
4
Memohon
5
5
Menolak
11
5
Membujuk
7
7
Total
150
120

Tidak santun
13
6
1
4
0
6
0
30

Jumlah tuturan santri putri yang tidak santun ada 30 tuturan yang terdiri
dari 13 kesantunan meminta, 6 kesantunan mengajak, 1 kesantunan menyilakan, 4

5

kesantunan mendesak, dan 6 kesantunan menolak. Sedangkan kesantunan
memohon dan membujuk tidak ada.
Jika dikaitkan dengan teori maka kesantunan berbahasa santri putri tersebut
tidak terlepas dengan situasi tutur yang diungkapkan Leech diantaranya adanya
penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk
tindakan dan aktivitas, dan tuturan dari tindak verbal. Selain itu untuk mengetahui
tinggi rendahnya kadar kesantunan, maka menggunakan parameter kesantunan
Leech yang terdiri dari skala keuntungan dan kerugian, skala ketidaklangsungan
yang menunjuk pada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah
tuturan, skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara
penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan, dan skala jarak sosial.
Bagian kedua, pelanggaran-pelanggaran yang dituturkan santri putri
terdapat dalam maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan
hati, maksim kecocokan atau kemufakatan, dan maksim kerendahan hati.
No
1
2
3
4
5

Tabel 2. Jumlah Pelanggaran Maksim
Maksim Prinsip
Jumlah
Kesantunan
Pelanggaran
Maksim Kebijaksanaan
5
Maksim Kemurahan hati
3
Maksim Penerimaan
12
Maksim Kerendahan hati
6
Maksim Kecocokan
4
Jumlah
30

Peringkat
III
V
I
II
IV

Dari tabel di atas dapat diperoleh data bahwa peringkat pelanggaran yang
paling dominan adalah pelanggaran maksim penerimaan sebanyak 12 data.
Peringkat kedua pelanggaran maksim 6 data, peringkat pelanggaran ketiga
maksim kebijaksanaan ada 4 data, peringkat pelanggaran keempat yakni maksim
kecocokan ada 4 data, dan peringkat pelanggaran terakhir maksim kemurahan hati
ada 3 data. Penyimpangan prinsip kesantunan terdiri dari 5 maksim
kebijaksanaan, 4 maksim kecocokan, 3 maksim kemurahan hati, 6 maksim
kerendahan hati, 12 maksim penerimaan, dan 0 maksim kesimpatian.
Jika dikaitkan dengan teori, dalam penelitian ini tuturan santri putri
bervariasi. Pelanggaran yang dilakukan dalam berinteraksi terdapat dalam seluruh

6

maksim kecuali maksim kesimpatian. Pelanggaran tersebut dapat dilihat dan
dikaji melalui teori prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech. Prinsip
kesantunan tersebut tidak meninggalkan bentuk-bentuk ujaran yang digunakan
untuk mengekspresikan maksim-maksim dalam prinsip kesantunan. Bentuk ujaran
yang dimaksud yakni bentuk ujaran impositif, komisif, ekspresif, dan asertif.
Bagian ketiga, kesantunan berbahasa santri putri dalam berinteraksi dengan
masyarakat pesantren cenderung menyimpang dari maksim penerimaan.
Mahasiswa dalam berinteraksi dengan teman sebaya, kakak kelas, ustadz,
ustadzah, pengurus pondok, guru formal di sekolah, dan juru masak pondok
pesantren cenderung menyimpang dari amksim penerimaan karena santri putri
memaksimalkan keuntungan diri sendiri dan meminimalkan kerugian diri sendiri,
seolah-seolah santri putri jika bertutur tidak mau dirugikan dan selalu ingin
diterima segala sesuatu yang diperlukan.
Hasil penemuan tersebut jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu
yang sama-sama menemukan pelanggaran maksim dapat dideskripsikan sebagai
berikut.
Dewi, A.C. Kusuma dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Tuturan Remaja Dikalanggan Pelajar Anak Multietnis (Indonesia-Asing) pada
SMP Swasta se-Kecamatan Kuta, Badung: Sebuah Kajian Kesantunan dalam
Tindak

Tutur” mennjelaskan

bahwa penelitiannya itu

bertujuan

untuk

mendeskripsikan kesantunan bentuk tindak tutur berbahasa, fungsi tindak tutur
berbahasa, dan bentuk penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa remaja anak
multietnis di lingkungan sekolah. Persamaan penelitian Dewi, dkk. dengan
penelitian ini terdapat pada bentuk penyimpangan prinsip kesantunan yang
datanya diperoleh dari data lisan seorang pelajar. Penelitian Dewi dengan
penelitian ini sama-sama menggunakan pemakaian tuturan bermakna pragmatik.
Hampir sama dengan penelitian Firmansyah (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul “Penyimpangan Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan dalam
Wacana Humor Verbal Tulis pada Buku Mangkunteng” mendeskripsikan tentang
penyimpangan prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan yang digunakan sebagai
sarana penciptaan humor verba tulis pada buku Mang Kunteng. Persamaan

7

penelitian Firmansyah dengan penelitian ini yakni analisis data yang dilakukan
dengan teknik deskriptif kualitatif. Sama-sama meneliti tentang penyimpangan
sebuah prinsip dalam kajian pragmatik. Perbedaan penelitian Firmansyah dengan
penelitian ini yaitu pada rumusan masalah yang disuguhkan. Rumusan masalah
pada penelitian Firmansyah lebih difokuskan pada dua prinsip pada kajian
pragmatik yakni prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan pada kelompok humor
buku Mang Kunteng, sedangkan pada penelitian ini difokuskan pada analisis
prinsip kesantunan baik pematuhannya maupun pelanggaran yang dituturkan para
santri putri.
SIMPULAN
Sejalan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini maka terdapat tiga
hal pokok yang perlu disampaikan pada kesimpulan dibagian penutup ini.
Pertama, penelitian yang berjudul “Realisasi Kesantuan Berbahasa
Dikalangan Santri Putri dalam Berinteraksi dengan Masyarakat Pesantren di
Ponpes Al Maun Sroyo” ini mempunyai bentuk kesantunanyang berupa, (1)
kesantunan dalam memohon, (2) kesantunan dalam mengajak, (3) kesantunan
dalam menolak, (4) kesantunan dalam membujuk, (5) kesantunan dalam
mendesak, (6) kesantunan dalam menyilakan, dan (7) kesantunan meminta.
Kedua, penyimpangan prinsip kesopanan dalam kesantunan berbahasa
berupa (1) penyimpangan terhadap maksim penerimaan, (2) penyimpangan
terhadap maksim kerendahan hati, (3) penyimpangan terhadap maksim
kebijaksanaan, (4) penyimpangan terhadap maksim kecocokan, dan (5)
penyimpangan terhadap maksim kemurahan hati.
Ketiga, dominasi peringkat pelanggaran dapat diketahui pada urutan
peringkat penyimpangan maksim dalam tuturan santri dengan masyarakat
pesantren. Secara berurutan dari yang besar ke kecil peringkat pelanggaran paling
banyak dan yang mendominasi yakni maksim penerimaan, maksim kerendahan
hati, maksim kebijaksanaan, maksim kecocokan, dan maksim kemurahan hati.

8

DAFTAR PUSTAKA
KA
Anam, Syamsul. 200
001. Sopan Santun Berbahasa atau Sekedar
dar Berbasa-Basi.
Jurnal Ilmu Ba
Bahasa dan Sastra. Vol. 1/Nomor 2/Juli Desem
ember 2001.
Arifianti, Ika. 2008.
8. ““Jenis Tuturan, Implikatur, dan Kesantunan
an dalam Wacana
Rubrik Konsu
sultasi Seks dan Kejiwaan pada Tabloid Nyata
ata Edisi Maret s.d
Agustus”. Tesis.
Tes Semarang: Program studi PBSI Univer
ersitas Semarang.
Diakses dari
ri http://lib.unnes.ac.id/16747/1/2101505004.pd
.pdf, pada tanggal
16 November
er 2014, pukul 14.20 WIB.
Aziz, Aminudin. 200
006. “Aspek-Aspek Budaya yang Terlupakan
an dalam Praktek
Pengajaran Ba
Bahasa Asing”. Makalah disajikan di Univers
ersitas Pendidikan
Indonesia, diakses
di
dari http://www.ialf.edu/ kip bipa.
pa. E Aminudin.
Aziz.doc. pada
ada tanggal 22 Desember 2014.
Chaer, Abdul dan Agustina.
A
2004. Sosiolinguistik Perkenalan
an Awal. Jakarta:
Rhineka Cipta
pta.
Danette Ifert Johnson
son; Roloff, Michael E; Riffee, Melissa A. (2014).
(20
Politeness
Theory and Refusals
R
of Requests: Face threat as a Function
tion Of Expressed.
Communicatio
tion Studies 55(2). Journal Summer 2004,, page 227-238.
Diakses dari
ri proquest research library, http://proquest
est.com pada 15
November 201
014.
Dewi, A.C. Kusuma
ma, dkk. 2013. “Tuturan Remaja Dikalangan
gan Pelajar Anak
Multietnis (Indonesia-Asing)
(In
pada SMP Swasta se-Ke
Kecamatan Kuta,
Badung: Sebu
ebuah Kajian Kesantunan dalam tindak Tut
utur”. E-journal.
Program Pasc
ascasarjana Prodi PBSI Universitas Pendid
didikan Ganesha.
Diakses
dari
http://pasca.un
.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahas
hasa/article/downl
oad/686/471,, pada
p
tanggal 16 November 2014, pukul 15.36
.36 WIB.
Firmansyah, Anand.
d. 2011. “Penyimpangan Prinsip Kerjasam
ama dan Prinsip
Kesopanan dalam
dal Wacana Humor Verbal Tulis pada Buku
ku Mangkunteng”.
Skripsi.
Y
Yogyakarta:
PBSI,
UNY.
Diakses
Di
dari
http://eprints.u
s.uny.ac.id/4244/1/ANAND%20FIRMANSYA
AH%20%20SASINDO
DO%20-%20SKRIPSI.pdf, pada tanggal 16 November
N
2014,
pukul 14.36 WIB.
W
Laswati, Elih. 2013.
3. “Kesantuan Imperatif Bahasa Indonesia dal
alam Teks Pidato
Siswa Kelass IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibuu Tahun
T
Pelajaran
2012/2013”.. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
lah. Diakses dari
http://pustaka.
ka.uinsyarifhidyatullah.ac.id/wp-content/upload
ads/2014/
Kesantuan-Im
Imperatif-Bahasa-Indonesia-dalam-Teks-Pidato
ato-Siswa-Kelas-

9

IX-Semester-Genap-SMP-Islam-Harapan-Ibu-Tahun-Pelajaran2012/2013, pada tanggal 17 November 2014, pukul 16.40 WIB.
Leech, Geoffray. 1993. Principle of Pragmatik. New York: Longman Group
Limited.
Levinson, Stephen C. 2000. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta : Grafindo.
Moleog, Lexy. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muslih, Masnur. 2006. “Kesantunan Berbahasa: Sebuah Kajian Sosiolinguistik”.
Makalah ini diseminarkan di Universitas Negeri.
Nurhayati, dkk. 2013. “Kesantunan Berbahasa Jawa di Kalangan Remaja
Masyarakat Jawa di Desa Mampun Baru Pamenang Jambi”. Skripsi.
Padang:
FBS
Universitas
Negeri
Padang.
Diakses
dari
http://pustaka.unp.ac.id./content/upload/2013/
Kesantunan-BerbahasaJawa-diKalangan-Remaja-Masyarakat-Jawa-di-Desa-Mampun-BaruPamenang-Jambi, pada tanggal 20 November 2014, pukul 09.46 WIB.
Nurhayati, Neng. 2014. “Strategi Kesantunan Imperatif Imperatif Percakapan
Dosen dan Mahasiswa di STKIP Siliwangi Bandung Kajian Pragmatik”.
Tesis.
Bandung:
Universitas
Padjajaran.
Diakses
dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/StrategiKesantunan-Imperatif-Percakapan-Dosen-Dan-Mahasiswa-Di-STKIPSiliwangi-Bandung-Kajian-Pragmatik.pdf, pada tanggal 16 November
2014, pukul 16. 45 WIB.
Rahardi, Kunjana. 1999. Imperatif dalam Bahasa Indonesia: Penanda-Penanda
Kesantunan Linguistiknya. Jurnal Humaniora. No 11, Mei-Agustus 1999.
Diunduh dari http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/658,
pada tanggal 15 November 2014, pukul 12.30.
-------------------. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Rahmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Lingkar Media.
Sudaryanto. 1993. Metode & Aneka Teknis Analisis Bahasa. Yogjakarta: Duta
Wacana University Press.

10

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction : An Introduction to Pragmatics.
London/New York : Longman.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Dokumen yang terkait

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL Realisasi Tindak Kesantunan Komisif Di Kalangan Masyarakat Pedagang Pasar Tradisional.

0 2 12

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar.

0 3 15

PENDAHULUAN Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar.

0 3 8

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN Realisasi Kesantunan Berbahasa Antara Santri Dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan Jatinom Klaten.

0 0 12

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN Realisasi Kesantunan Berbahasa Antara Santri Dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan Jatinom Klaten.

0 1 15

REALISASI KESANTUNAN DIREKTIF BERBAHASA DI KALANGAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI Realisasi Kesantunan Direktif Berbahasa Di Kalangan Siswa Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

0 1 18

REALISASI KESANTUNAN DIREKTIF BERBAHASA DI KALANGAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI Realisasi Kesantunan Direktif Berbahasa Di Kalangan Siswa Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

1 4 22

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN.

0 0 9

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI FACEBOOK: RESPON MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ISU Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Facebook: Respon Masyarakat Terkait Dengan Isu Kenaikan Harga BBM.

0 2 14

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI FACEBOOK: RESPON MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ISU Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Facebook: Respon Masyarakat Terkait Dengan Isu Kenaikan Harga BBM.

0 2 13