REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN Realisasi Kesantunan Berbahasa Antara Santri Dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan Jatinom Klaten.

(1)

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN

USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN

ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

TITAH MASLAHAH

NIM. A 310 090 152

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN

ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

Titah Maslahah, A310090152, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013. ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa antara santri dengan ustad dalam kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten dan Merumuskan skala kesantunan dalam berbahasa antara santri dengan ustad dalam kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap. Teknik analisis data yang digunakan adalah padan pragmatik . Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian terdapat 4 bentuk kesantunan. (1) Kesantunan dalam memohon. Kesantunan dalam memohon dibagi menjadi, (a) kesantunan memohon, dan (b) kesantunan meminta. (2) Kesantunan dalam mengajak. Kesantunan dalam mengajak dibagi menjadi, (a) kesantunan mengajak, dan (b) kesantunan membujuk, (c) kesantunan mendesak. (3) kesantunan dalam menyilakan. (4) kesantunan dalam menolak.

Data pada penelitian ini terdapat 26 tuturan, setelah diklasifikasikan (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 15 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,70%, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan ditemukan 7 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 26,92%, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan ditemukan 4 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 15,38%. Peringkat terbanyak pada penelitian ini diduduki oleh Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 15 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,70%, maka dapat dikatakan bahwa santri banyak bertutur kepada ustad pada saat mempunyai permintaan.

Kata kunci: kesantunan berbahasa, tuturan, santri

A. PENDAHULUAN

Manusia diciptakan di muka bumi ini adalah sebagai khalifah. Makhluk Allah yang paling baik dan mulia dari pada makhluk lainnya. Kebaikan dan kemuliaan itu meliputi kebaikan dala m bentuk jasmani, rohani


(4)

dan kebaikan dalam bertutur kata dengan sesama. Silaturahmi sangatlah penting untuk menjaga atau mempererat tali persaudaraan, hal ini dibutuhkan suatu komunikasi yang baik khus usnya dalam bertutur kata. Wajib bagi kita semua menjaga kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi dengan sesama.

Zaman modern ini tingkat kesantunan berbahasa pada anak sangat kurang, dengan adanya kasus ter sebut sangat menarik untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai cara berkomunikasi para santri dengan ustad di Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Pengamatan bahasa yang mereka gunakan cenderung campur antara Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia, bahkan lebih sering menggunakan Bahasa Jawa.

Menurut Brown dan Levinso dalam Markhamah.dkk, (2009:153), kesantuanan berbahasa ini dimaknai sebagai usaha penutur untuk menjaga harga diri atau wajah pembicara maupun pendengar. Kesantuna n berbahasa digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain, agar penutur tidak merasa tertekan, tersinggung dan tersudut. Penelitian ini juga akan mengukur tingkat kesantunan berbahasa, dengan menggunakan Skala kesantunan yang diungkapkan oleh Leech dalam Rahardi (2010:66), itu selengkapnya.

“1) Skala kerugian dan keuntungan: Mewakili biaya atau manfaat dari tindakan untuk pembicara dan pendengar. 2) Skala pilihan: Menunjukkan tingkat pilihan diizinkan

untuk speaker dan / atau pendengar ole h tindakan linguistik tertentu.

3) Skala ketidaklangsungan : Menunjukkan jumlah Inferenci diperlukan dari pendengar dalam rangka membangun makna speaker dimaksud.

4) Skala keotoritasan: Mewakili status hubungan antara pembicara dan pendengar.

5) Skala jarak Sosial: Menunjukkan tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar.”

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil judul berikut ini “ Rea lisasi Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten”. Tujuan dari


(5)

penelitian ini untuk mengetahui bahasa yang digunakan di lingkungan, Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor dalam Margono (2010:36) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Subjek penelitian ini adalah santri di Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Objek yang dikaji adalah kesantunan berbahasa yang dituturan santri. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ungkapan yang mengandung penanda kesantunan berbahasa. Sumber data dalam penelitian ini yaitu santri yang bertuturan dengan ustadnya di Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa atau tuturan yang digunakan oleh informan. Penelitian ini peneliti tidak berperan untuk pembentukan atau pemunculan data. Peneliti hanya menyimak dialog yang terjadi (Mahsun, 2011:91). Penelitian ini menggunakan trianggulasi teoretis karena dalam menganalisis data yang berupa tuturan antara santri dengan ustad yang sedang berkomunikasi menggunakan Prinsip kesantunan yang sesuai dengan masalah yang dikaji (Maryadi, dkk, 2011: 14).

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Realisasi Bentuk Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten.


(6)

a. Kesantunan dalam Memohon 1) Kesantunan memohon

(1) Lomba sholat, oleh ya mas? Mohon mas.

‘Lomba sholat boleh ya mas? Mohon mas.’

Konteks : Dituturkan oleh santri yang berumur 11 tahun yang sedang berada di depan masjid dengan ustad yang sedang melatih santrinya untuk

lomba. Santri tersebut ingin mengikuti perlombaan itu dan memohon kepada ustad yang mengampu.

Tuturan (1) terdapat ungkapan mohon sebagai penanda kesantunan pada saat bertutur dengan mitra tutur. Terdapatnya ungkapan mohon tersebut dapat dikatan bahwa tuturan itu mengandung kesantunan permohonan, dengan itu tuturan tersebut dinyatakan menjadi lebih santun daripada tidak menggunakan penanda kesantunan.

2) Kesantunan meminta

(2) Mbak aku jaluk wulang kowe ya. ‘Mbak aku minta diajar kamu ya .’

Konteks : Dituturkan oleh santri umur 9 tahun yang Sedang berada di kelas, meminta kepada ustad yang sedang duduk santai untuk mengajarkan iqro kepadanya.

Tuturan (2) tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan jaluk (minta) sebagai pena nda kesantunan meminta. Terdapatnya penanda kesantunan meminta tersebut dapat dikatakan bahwa tuturan itu menjadi lebih santun daripada tidak terdapat penanda kesantunan.

Kesantunan dalam memohon terdapat dua penanda kesantunan yaitu penanda kesantunan memohon dan penanda kesantunan meminta. Kedua penanda kesantunan tersebut


(7)

mempunyai makna yang hampir sama, karena sama-sama menginginkan mendapat sesuatu dari mitra tutur. Penanda kesantunan memohon lebih santun dikarenakan permintaan yang dituturkan oleh penutur lebih menghormati mitra tutur atau bisa dikatakan meminta dengan hormat. Sedangkan penanda kesantunan meminta hanya mengharapkan mendapat sesuatu saja.

b. Kesantunan dalam Mengajak 1) Kesantunan Mengajak

Penanda kesantunan mengajak biasanya ditandai dengan tuturan mari atau ayo , kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna mengajak. Seperti pada tuturan-tuturan sebagai berikut.

(3) S ampun mbak, ayo mbak nang masj id.

‘Sudah mbak, ayo mbak ke masjid .’

Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 11 tahun, pada saat di kelas mengajak ustad untuk pergi latihan ke masjid, karena sudah selesai membaca. Tuturan (3) tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut

terdapat ungkapan ayo sebagai penanda kesantunan mengajak. Terdapatnya penanda kesantunan tersebut dapat menjadikan lebih santun sebuah tuturan, daripada tidak terdapat penanda kesantunan akan menjadikan sebuah tuturan menjadi kurang santun.

2) Kesantunan Membujuk

Makna membujuk di dalam bahasa Indonesia, biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo. Selain itu biasanya juga diikutin perkataan rayuan agar mitra tutur bisa luluh.

(4) Iya mbak, karo jileh RPAI oleh ra mbak? Oleh ya, dingo golekki jawaban, ya mbak?


(8)

ya, buat mencari jawabannya , ya mbak?’

Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 12 tahun yang sedang berada di kantor untuk mengambil LKS dan membujuk ustad agar meminjami RPAI untuk mencari jawaban dalam LKS.

Tuturan (4) tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan Oleh ya (boleh ya), mewakili penanda kesantunan membujuk. Terdapatnya penanda kesantunan tersebut membuat tuturan menjadi lebih santun.

3) Kesantunan Mendesak

Tuturan dengan makna mendesak biasanya menggunakan kata harap atau harus, untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Tuturan mendesak, seolah-olah penutur mengharuskan mitra tutur untuk melakukan suatu perbuatan yang diinginkan oleh penutur.

(5) Kudu kowe og mas, ya mas. ‘Harus kamu mas, ya mas.’

Konteks : Dituturkan oleh santri be rumur 9 tahun yang sudah selesai mengerjakan tugas dari ustad kemudian akan minta nilai, pada waktu itu ustad akan keluar dari kelas.

Tuturan (5) tuturan penutur kepada mitra tutur ditemukan ungkapan kudu (harus) tuturan tersebut terdapat penanda kesantunan mendesak. Tuturan mendesak penutur megharuskan mitra tutur untuk melakukan permintaannya, dalam penanda kesantunan mendesak relatif kurang santun karena penutur memaksa mitra tutur.


(9)

Kesantunan dalam mengajak terdiri dari 3 penanda kesantunan yakni, penanda kesantunan mengajak, membujuk dan mendesak. Dari penanda kesantunan tersebut dapat dilihat bahwa penanda kesantunan mendesak mempunyai kadar kesantunan yang sangat rendah, sedangkan penanda kesantunan membujuk dan mengajak masih dalam kadar kesantunan lebih santun. Seperti pada tuturan (3) dalam penanda kesantunan mengajak menggunakan penanda ungkapan ayo. Tuturan (4) dalam penanda kesantunan membujuk menggunakan ungkapan rayuan untuk membujuk mitra tutur yang menjadikan tutur an masih tergolong santun. Tuturan (5) dalam penanda kesantunan mendesak menggunakan penanda ungkapan kudu (harus, ungkapan tersebut menjadikan tuturan menjadi kurang santun karena penutur memaksa mitra tutur.

c. Kesantunan dalam Menyilakan

Makna menyilakan dalam bahasa Indonesia, biasanya digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Terdapat pada tuturan sebagai berikut.

(6) Niki mbak pun selesai, mang tonton riyen. ‘Ini mbak sudah selesai, silahkan lihat dulu.’

Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 10 tahun kepada ustad yang sedang duduk di kantor menulis presensi.

Tuturan (6) tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan mang (silahkan), adanya ungkapan tersebut tuturan terdapat penanda kesantunan me nyilakan. Adanya penanda kesantunan tersebut tuturan dapat menjadi lebih santun. Kesantunan menyilakan rata-rata tuturan itu lebih santun karena menyuruh orang dengan bahasa yang halus.


(10)

d. Kesantunan dalam Menolak

Makna menolak dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai dengan kata jangan. Terdapat pada tuturan sebagai berikut.

(7) Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae.

‘Jangan mbak Nisa mas saya gak mau, kamu saja.’

Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 8 tahun yang sedang minta diajar oleh ustad di kelas, sedangkan ustad sedang duduk baru selesai menyimak santri secara bergiliran.

Tuturan (7) tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan aja (jangan) yang bermaksud menolak tawaran mitra tutur. Adanya ungkapan tersebut tuturan ditemukan penanda kesantunan menolak. Penanda kesantunan menolak menjadi lebih santun ketika dalam menuturkan denga n nada rendah dan pelan, pada tuturan dilakukan dengan nada tinggi sehingga menjadi kurang santun tuturan tersebut.

2. Skala Kesantunan Berbahasa

Skala kesantunan berbahasa menurut Leech ada lima yaitu (1)

Cost-benefit scala atau skala Kerugian dan Keuntungan, (2) Optionality

scale atau skala Pilihan, (3) Indirectness scale atau skala

Ketidaklangsungan, (4) Authority scale atau skala Keotoritasan, (5) Sosial

distance scale atau skala jarak social. Dari kelima data tersebut peneliti

menggunakan sekala yang ketiga yaitu Indirectness scale atau skala Ketidaklangsungan. Peneliti dalam mengukur tingkat kesantunan melihat tingkat ketidaklangsungan dalam tuturan penutur, semakin berkurang tingkat kelangsungannya, tuturan dapat dikatakan lebih santun. Sebaliknya, ketika tuturan semakin tinggi tingkat kelangsungannya maka dapat dikatakan kurang santun tuturan tersebut.

Penelitian ini digunakan tiga tipe tuturan, tuturan tersebut adalah (1) tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan, (2) tuturan dengan


(11)

rumusan pernyataan keinginan, (3) tuturan dengan rumusan keharusan. Ketiga tipe tersebut sebagai acuan pengukur peringkat kesantunan. Tabel berikut menunjukkan peringkat tertinggi sampai terendah setiap tipe tuturan.

Selanjutnya, data yang telah ada akan diklasifikasikan sesuai dengan peringkat kesantunan menggunakan tipe tuturan diatas. Klasifikasi data sebagai berikut.

a. Tipe tuturan dengan pernyataan permintaan (2) Mbak aku jaluk wulang kowe ya.

‘Mbak aku minta d iajar kamu ya.’

Tuturan (2) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan tersebut penutur bermaksud memerintah mitra tutur tetapi dengan bahasa yang sopan dan nada bicara rendah. Rumusan pernyataan permintaan dan diiringi sikap dan nada yang sopan, tingkat kelangsungan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan tersebut menjadi lebih santun.

(3) Sampun mbak, ayo mbak nang masjid.

‘Sudah mbak, ayo mbak ke masjid.’

Tuturan (3) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud mengajak mitra tutur, dengan ditemukannya ungkapan yang membuat mitra tutur merasa puas berarti penutur sudah membuat senang mitra tutur. Peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan ditambah dengan ungkapan tersebut, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

(4) Iya mbak, karo jileh RPAI oleh ra mbak? Oleh ya, dingo golekki jawaban, ya mbak?

‘Iya mbak, sama pinjam RPAI boleh tidak mbak? Boleh ya, buat mencari jawabannya, ya mbak?’


(12)

Tuturan (4) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud merayu mitra tutur agar diijinkan, dengan peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

(6) Niki mbak pun selesai, mang tonton riyen. ‘Ini mbak sudah selesai, sila hkan lihat dulu.’

Tuturan (6) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud memerintah mitra tutur, dengan peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

b. Tipe tuturan dengan pernyataan keinginan

(1) Lomba sholat, oleh ya mas? Mohon mas.

‘Lomba sholat boleh ya mas? Mohon mas.’

Tuturan (1) tersebut menemapati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keinginan. Tuturan penutur kepada mitra tutur tingkat keinginannya tinggi tidak memperhatikan pertimbangan mitra tutur terhadap keinginannya tersebut. Ditemukan ungkapan mohon dalam tuturan, maka tingkat kelangsungan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

(7) Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae.

‘Jangan mbak Nisa mas saya tidak mau, kamu saja.’

Tuturan (7) menempati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keinginan. Tuturan penutur bermaksud menginginkan mitra tutur mengajarnya dan menolak usulan mitra tutur tanpa alasan maka tingkat kelangsungan dalam tuturan semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi kurang santun.


(13)

(5) Kudu kowe og mas, ya mas. ‘Harus kamu mas, ya mas’

Tuturan (5) menempati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keharusan. Tuturan penutur kepada mitra tutur mengharuskan mitra tutur yang mengajar, dengan tuturan seperti tuturan (5) penutur memaksa mitra tutur untuk menuruti permintaannya. Tingkat kelangsungan dalam tuturan semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi kurang santun.

Berdasarkan uraian data diatas, dari 7 tuturan yang telah ada, dapat diwujudkan dalam table sebagai berikut.

Tabel. Peringkat Kesantunan Berbahasa Tipe Tuturan Tuturan Jumlah

Tuturan Prosentase Pernyataan Permintaan Pernyataan Keinginan Pernyataan Keharusan I II III 4 2 1 57,15 % 28,57 % 14,28 %

Total 7 100 %

Berdasarkan peringkat kesantunan pada tabel di atas dapat dirumuskan bahwa, dari 7 tuturan menyatakan bahwa tipe tuturan dengan pernyataan permintaan memiliki peringkat paling tinggi. Jumlah data tipe tuturan pernyataan permintaan ada 4 tuturan, jika dilihat dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,15%. Jumlah dan angka tersebut memiliki peringkat paling tinggi dibanding dengan tipe yang lainnya. Dikatakan bahwa para santri bertutur santun dengan ustad pada saat mempunyai permintaan.

D. SIMPULAN

Penelitian yang berjudul “ Raelisasi Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten”, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian terdapat 4 bentuk kesantunan. (1)


(14)

Kesantunan dalam memohon. Kesantunan dalam memohon dibagi menjadi, (a) kesantunan memohon, dan (b) kesantunan meminta. (2) Kesantunan dalam mengajak. Kesantunan dalam mengajak dibagi menjadi, (a) kesantunan mengajak, dan (b) kesantunan membujuk, (c) kesantunan mendesak. (3) kesantunan dalam menyilakan. (4) kesantunan dalam menolak.

Mengukur peringkat skala kesantunan dalam penelitian mengacu pada tiga tipe yaitu, (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan. Ketiga tipe tersebut dapat dijadikan alat untuk mengukur perngkat skala kesantunan. Data pada penelitian ini terdapat 7 tuturan, setelah diklasifikasikan (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 4 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,15%, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan ditemukan 2 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 28,57%, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan ditemukan 1 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 14,28%.

Penelitian mengenai kesantunan berba hasa antara santri dengan ustad, usia dan konteks juga mempengaruhi peringkat kesantunan dalam suatu tuturan. Usia di bawah 6 tahun tuturan mereka belum dapat dinilai santun ataupun tidak santun, karena dalam bertutur mereka belum memahi kesopanan atau kesantunan dalam bertutur dengan orang yang lebih tua darinya. Konteks juga mempengaruhi nilai peringkat kesantunan berbahasa, karena pada tuturan yang terdapat penanda kesantunan belum bisa dianggap santun ketika konteks yang melatarbelakanginya itu merupakan tindakan atau perbuatan yang kurang santun. Konteks dan tuturan yang digunakan dalam berkomunikasi itu keduanya harus saling mendukung, untuk dapat dikatakan tuturan dalam kategori santun.

E. DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT Grafindo Pustaka. Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


(15)

Markhamah, dkk. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:Muhammadiyah University Press

Maryadi, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta : BP-FKIP UMS.

Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.


(1)

d. Kesantunan dalam Menolak

Makna menolak dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai dengan kata jangan. Terdapat pada tuturan sebagai berikut.

(7) Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae. ‘Jangan mbak Nisa mas saya gak mau, kamu saja.’

Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 8 tahun yang sedang minta diajar oleh ustad di kelas, sedangkan ustad sedang duduk baru selesai menyimak santri secara bergiliran.

Tuturan (7) tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan aja (jangan) yang bermaksud menolak tawaran mitra tutur. Adanya ungkapan tersebut tuturan ditemukan penanda kesantunan menolak. Penanda kesantunan menolak menjadi lebih santun ketika dalam menuturkan denga n nada rendah dan pelan, pada tuturan dilakukan dengan nada tinggi sehingga menjadi kurang santun tuturan tersebut.

2. Skala Kesantunan Berbahasa

Skala kesantunan berbahasa menurut Leech ada lima yaitu (1)

Cost-benefit scala atau skala Kerugian dan Keuntungan, (2) Optionality

scale atau skala Pilihan, (3) Indirectness scale atau skala

Ketidaklangsungan, (4) Authority scale atau skala Keotoritasan, (5) Sosial distance scale atau skala jarak social. Dari kelima data tersebut peneliti menggunakan sekala yang ketiga yaitu Indirectness scale atau skala Ketidaklangsungan. Peneliti dalam mengukur tingkat kesantunan melihat tingkat ketidaklangsungan dalam tuturan penutur, semakin berkurang tingkat kelangsungannya, tuturan dapat dikatakan lebih santun. Sebaliknya, ketika tuturan semakin tinggi tingkat kelangsungannya maka dapat dikatakan kurang santun tuturan tersebut.

Penelitian ini digunakan tiga tipe tuturan, tuturan tersebut adalah (1) tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan, (2) tuturan dengan


(2)

rumusan pernyataan keinginan, (3) tuturan dengan rumusan keharusan. Ketiga tipe tersebut sebagai acuan pengukur peringkat kesantunan. Tabel berikut menunjukkan peringkat tertinggi sampai terendah setiap tipe tuturan.

Selanjutnya, data yang telah ada akan diklasifikasikan sesuai dengan peringkat kesantunan menggunakan tipe tuturan diatas. Klasifikasi data sebagai berikut.

a. Tipe tuturan dengan pernyataan permintaan

(2) Mbak aku jaluk wulang kowe ya. ‘Mbak aku minta d iajar kamu ya.’

Tuturan (2) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan tersebut penutur bermaksud memerintah mitra tutur tetapi dengan bahasa yang sopan dan nada bicara rendah. Rumusan pernyataan permintaan dan diiringi sikap dan nada yang sopan, tingkat kelangsungan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan tersebut menjadi lebih santun.

(3) Sampun mbak, ayo mbak nang masjid. ‘Sudah mbak, ayo mbak ke masjid.’

Tuturan (3) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud mengajak mitra tutur, dengan ditemukannya ungkapan yang membuat mitra tutur merasa puas berarti penutur sudah membuat senang mitra tutur. Peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan ditambah dengan ungkapan tersebut, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

(4) Iya mbak, karo jileh RPAI oleh ra mbak? Oleh ya, dingo golekki jawaban, ya mbak?

‘Iya mbak, sama pinjam RPAI boleh tidak mbak? Boleh ya, buat mencari jawabannya, ya mbak?’


(3)

Tuturan (4) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud merayu mitra tutur agar diijinkan, dengan peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

(6) Niki mbak pun selesai, mang tonton riyen. ‘Ini mbak sudah selesai, sila hkan lihat dulu.’

Tuturan (6) termasuk peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan. Tuturan penutur bermaksud memerintah mitra tutur, dengan peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan permintaan, maka tingkat kelangsungan dalam tuturan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

b. Tipe tuturan dengan pernyataan keinginan

(1) Lomba sholat, oleh ya mas? Mohon mas. ‘Lomba sholat boleh ya mas? Mohon mas.’

Tuturan (1) tersebut menemapati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keinginan. Tuturan penutur kepada mitra tutur tingkat keinginannya tinggi tidak memperhatikan pertimbangan mitra tutur terhadap keinginannya tersebut. Ditemukan ungkapan mohon dalam tuturan, maka tingkat kelangsungan menjadi berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi lebih santun.

(7) Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae.

‘Jangan mbak Nisa mas saya tidak mau, kamu saja.’

Tuturan (7) menempati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keinginan. Tuturan penutur bermaksud menginginkan mitra tutur mengajarnya dan menolak usulan mitra tutur tanpa alasan maka tingkat kelangsungan dalam tuturan semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi kurang santun.


(4)

(5) Kudu kowe og mas, ya mas. ‘Harus kamu mas, ya mas’

Tuturan (5) menempati peringkat kesantunan dengan rumusan pernyataan keharusan. Tuturan penutur kepada mitra tutur mengharuskan mitra tutur yang mengajar, dengan tuturan seperti tuturan (5) penutur memaksa mitra tutur untuk menuruti permintaannya. Tingkat kelangsungan dalam tuturan semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan menjadi kurang santun.

Berdasarkan uraian data diatas, dari 7 tuturan yang telah ada, dapat diwujudkan dalam table sebagai berikut.

Tabel. Peringkat Kesantunan Berbahasa

Tipe Tuturan Tuturan Jumlah

Tuturan

Prosentase Pernyataan Permintaan

Pernyataan Keinginan Pernyataan Keharusan

I II III

4 2 1

57,15 % 28,57 % 14,28 %

Total 7 100 %

Berdasarkan peringkat kesantunan pada tabel di atas dapat dirumuskan bahwa, dari 7 tuturan menyatakan bahwa tipe tuturan dengan pernyataan permintaan memiliki peringkat paling tinggi. Jumlah data tipe tuturan pernyataan permintaan ada 4 tuturan, jika dilihat dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,15%. Jumlah dan angka tersebut memiliki peringkat paling tinggi dibanding dengan tipe yang lainnya. Dikatakan bahwa para santri bertutur santun dengan ustad pada saat mempunyai permintaan.

D. SIMPULAN

Penelitian yang berjudul “ Raelisasi Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten”, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian terdapat 4 bentuk kesantunan. (1)


(5)

Kesantunan dalam memohon. Kesantunan dalam memohon dibagi menjadi, (a) kesantunan memohon, dan (b) kesantunan meminta. (2) Kesantunan dalam mengajak. Kesantunan dalam mengajak dibagi menjadi, (a) kesantunan mengajak, dan (b) kesantunan membujuk, (c) kesantunan mendesak. (3) kesantunan dalam menyilakan. (4) kesantunan dalam menolak.

Mengukur peringkat skala kesantunan dalam penelitian mengacu pada tiga tipe yaitu, (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan. Ketiga tipe tersebut dapat dijadikan alat untuk mengukur perngkat skala kesantunan. Data pada penelitian ini terdapat 7 tuturan, setelah diklasifikasikan (1) Tipe tuturan dengan rumusan pernyataan permintaan ditemukan 4 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 57,15%, (2) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keinginan ditemukan 2 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 28,57%, (3) tipe tuturan dengan rumusan pernyataan keharusan ditemukan 1 tuturan, dalam bentuk angka prosentase terdapat 14,28%.

Penelitian mengenai kesantunan berba hasa antara santri dengan ustad, usia dan konteks juga mempengaruhi peringkat kesantunan dalam suatu tuturan. Usia di bawah 6 tahun tuturan mereka belum dapat dinilai santun ataupun tidak santun, karena dalam bertutur mereka belum memahi kesopanan atau kesantunan dalam bertutur dengan orang yang lebih tua darinya. Konteks juga mempengaruhi nilai peringkat kesantunan berbahasa, karena pada tuturan yang terdapat penanda kesantunan belum bisa dianggap santun ketika konteks yang melatarbelakanginya itu merupakan tindakan atau perbuatan yang kurang santun. Konteks dan tuturan yang digunakan dalam berkomunikasi itu keduanya harus saling mendukung, untuk dapat dikatakan tuturan dalam kategori santun.

E. DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT Grafindo Pustaka.


(6)

Markhamah, dkk. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:Muhammadiyah University Press

Maryadi, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta : BP-FKIP UMS.

Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.


Dokumen yang terkait

Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA (Analisis Wacana)

2 32 232

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar.

0 3 15

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar.

0 2 14

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN Realisasi Kesantunan Berbahasa Antara Santri Dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan Jatinom Klaten.

0 0 12

PENDAHULUAN Realisasi Kesantunan Berbahasa Antara Santri Dengan Ustad Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan Jatinom Klaten.

0 1 5

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN.

0 0 9

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN GURU DAN STAF REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN GURU DAN STAF SMA MUHAMMADIYAH 4 ANDONG.

0 0 10

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Lingkungan Terminal (Sebuah Kajian Sosiopragmatik).

0 1 11

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Lingkungan Terminal (Sebuah Kajian Sosiopragmatik).

5 14 20

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI FACEBOOK: RESPON MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ISU Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Facebook: Respon Masyarakat Terkait Dengan Isu Kenaikan Harga BBM.

0 2 14