Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

(1)

1

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI DESA TELAGAH

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN

LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

SITI RAHMADANI

100805005

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI DESA TELAGAH

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN

LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SITI RAHMADANI

100805005

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman

Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

Kategori : Skripsi

Nama : Siti Rahmadani

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi

Nomor Induk Mahasiswa : 100805005

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Desember 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs. Arlen Hanel John, M.Si

NIP. 19581018 1990031 001 NIP. 19700102 199702 2 001

Dr. Erni Jumilawaty, M.Si

Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

NIP.196301 23199003 2 001 Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc.


(4)

ii

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI DESA TELAGAH

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN

LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri.Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2015

SITI RAHMADANI 100805005


(5)

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Erni Jumilawaty, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Arlen Hanel John, M.Si selaku pembimbing 2 yang telah memberi bimbingan dan banyak masukan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Nursal, M.Si dan Bapak Drs. M. Zaidun Sofyan, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan dan arahan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Erman Munir M.Sc selaku dosen Penasehat Akademik.Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA, USU dan Ibu Dr. Saleha Hanum, M.Si selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA, USU, serta Staf Pengajar Departemen Biologi, FMIPA, USU. Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku Staf Pegawai Departemen Biologi, FMIPA USU.

Ucapan terima kasih yang paling besar penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta Ridwan dan Ibunda tercinta Siti Zuaria yang telah memberikan do’a, dukungan materi dan semangat, kesabaran, perhatian, pengorbanan serta kasih sayang yang begitu besar kepada penulis, semoga Ayahanda dan Ibunda senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan umur oleh Allah SWT. Terima kasih kepada kakak dan adik tercinta Irmawati, S.E, Irwansyah, Ayu Azizah dan Cut Handayani serta seluruh keluarga besar atas doa dan dukungannya

Penulis juga mengucapkan terima kasih khusus kepada Sasri Wirlan yang telah memberikan doa dan dukungan yang tidak habis-habisnya kepada penulis. Terima kasih kepada BIOPALAS yang selama ini dijadikan naungan dan


(6)

iv

melakukan penelitian di Taman Nasional Gunung Leuser. Tim lapanganInggin Trimendes, Edwardman Zalukhu,Eka Siswiyati, Yusniarti, Dewi Kurnia Arianda, Pak Irwan, Bang Indra, Pak Gordon, Pak Wayan yang telah banyak membantu penulis di lapangan.

Terima kasih untuk teman-teman terkasih Eka Siswiyati, Devi Permatasari, Dewi Kurnia Arianda,Delisma, Nursaniah, Yusniarti, Juliana, Septiana, Aulia Fajria dan Fitrianiyang telah memberikan indahnya sebuah pertemanan, selalu berbagi keceriaan,berbagi suka dan duka serta saling memberikan semangat kepada penulis.Terima Kasih juga kepada teman-teman stambuk 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kepada keluarga Ekowan kak siska, Bang Ncay, Kak Desi, Kak Fivin, Siska Dewi, Ristia Diani,Suri, Nana, Juned, Jordan, Herclus, Ihsan, Dina, Nurmahdiana, Eka, Erika, Reza, Rika,Syarah, Nasir serta teman-teman ekowan lainnya yang telah banyak membantu penulis. Semua pihak yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Desember 2015


(7)

v

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI DESA TELAGAH TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN LANGKAT SUMATERA

UTARA

ABSTRAK

Penelitian tentang Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2015.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman burung di kawasan tersebut.Lokasi penelitian ditentukan dengan metode Purposive RandomSamplingdan pengamatan dilakukan dengan metode wawancara, merekam suara burung dan metode point count.Ditemukan 82 jenis burung, yang termasuk kedalam 9 ordo dan 28 famili. Pada Lokasi 1 (perbatasan hutan) ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan nilai kepadatan = 78,33 ind/ha, lokasi 2 (TNGL) ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan nilai kepadatan = 82,92 ind/ha dan pada lokasi 3 (agroforestri) ditemukan sebanyak 41 jenis burung dengan nilai kepadatan = 185 ind/ha. Indeks keanekaragaman tergolong tinggi, pada lokasi 1 yaitu 3,16, lokasi 2 yaitu 3,25 dan pada lokasi 3 yaitu 3,29. Indeks Equitabilitas (E) pada lokasi 1, 2 dan 3 yaitu 0,89. Nilai Indeks Similaritas (IS) tertinggi terdapat pada lokasi 1 dan 2 sebesar 35,61% dan nilai IS terendah terdapat pada lokasi 1 dan 3 sebesar 34,21%.


(8)

vi

ABSTRACT

The study of bird diversity in Telagah Village Gunung Leuser National Park Kabupaten Langkat Sumatera Utara has been conducted from February until march 2015. This research aimed to know diversity of bird in this area. Study site was settled using “Purposive Random Sampling” and observed using interview method, record the bird sound and Point Count Method. There are eighty two species of birds were found, which were included in 9 Ordo and 28 family. At location 1 (Forest border) were found 35 species of birds with density value (D) = 78,33 ind/ha, location 2 (TNGL) were found 38 species of birds with D = 82,92ind/ha and location 3 (Agroforestry) were found 41 species of birds with D = 184,99 ind/ha. The diversity index was categorized high index, for location 1 is 3,16 , location 2 = 3,25 and location 3 = 3,29. The Equitability index in location 1, 2 and 3 is 0,89. The highest similarity index was found between location 1 and 2 = 35,61% and the lowest is location 1 and 3 = 34,21%.


(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Burung 4

2.2. Morfologi Burung 4

2.3. Ekologi Burung 5

2.3.1. Habitat 5

2.3.2. Penyebaran 6

2.4. Keanekaragaman Jenis Burung 7

2.5. Status Perlindungan Jenis Burung 8

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 10

3.1. Waktu dan Tempat 10

3.2. Deskripsi Area 10

3.2.1. Letak dan Luas 10

3.3. Alat dan Bahan 10

3.4. Potensi Kawasan 11

3.5. Metode Penelitian 11

3.5.1. Penentuan Lokasi Penelitian 11

3.5.2. Pengumpulan Data 13

3.5.3. Identifikasi Jenis Burung 13

3.6. Analisis Data 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-jenis Burung di Desa Telagah Taman Nasional


(10)

viii

KabupatenLangkat Sumatera Utara. 19

4.3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Equitabilitas (E) dan Indeks Similaritas (IS) burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser

Kabupaten Langkat. 23

4.4. Pengelompokan Jenis-jenis Burung kedalam Guild

Berdasarkan Jenis Makanan. 26

4.5. Jenis-jenis Burung yang Mendominasi dan Paling Banyak diburu Berdasarkan Hasil Wawancara Masyarakat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera

Utara. 28

4.6. Status Jenis-jenis Burung yang Didapatkan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten

Langkat Sumatera Utara. 28

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Lokasi Penelitian 10

3.2. Lokasi 1 11

3.3. Lokasi 2 12

3.4. Lokasi 3 12

3.5. Bentuk Titik Pengamatan dengan Menggunakan Metode


(12)

x

Tabel Judul Halaman

1 Jenis-jenis Burung yang Didapatkan di Desa Telagah

Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

16

2 Jenis, Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR) dan

Frekuensi Kehadiran (FK) Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

19

3 Areal Pengamatan, Indeks Keanekaragaman Jenis

(H’) dan Indeks Equitabilitas (E) Jenis Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

24

4 Indeks Similaritas (IS) Burung di Desa Telagah

Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

25

5 Pengelompokan Jenis-jenis Burung Kedalam Guild

Berdasarkan Jenis Makanan.

26

6 Status Jenis-jenis Burung yang Didapatkan Pada

Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian 36

2. Data Jumlah Jenis dan Individu burung di Desa Telagah

Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat

Sumatera Utara 37

3. Foto Jenis-jenis Burung yang ditemukan di Lapangan 40

4. Foto Kerja 44


(14)

v

ABSTRAK

Penelitian tentang Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2015.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman burung di kawasan tersebut.Lokasi penelitian ditentukan dengan metode Purposive RandomSamplingdan pengamatan dilakukan dengan metode wawancara, merekam suara burung dan metode point count.Ditemukan 82 jenis burung, yang termasuk kedalam 9 ordo dan 28 famili. Pada Lokasi 1 (perbatasan hutan) ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan nilai kepadatan = 78,33 ind/ha, lokasi 2 (TNGL) ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan nilai kepadatan = 82,92 ind/ha dan pada lokasi 3 (agroforestri) ditemukan sebanyak 41 jenis burung dengan nilai kepadatan = 185 ind/ha. Indeks keanekaragaman tergolong tinggi, pada lokasi 1 yaitu 3,16, lokasi 2 yaitu 3,25 dan pada lokasi 3 yaitu 3,29. Indeks Equitabilitas (E) pada lokasi 1, 2 dan 3 yaitu 0,89. Nilai Indeks Similaritas (IS) tertinggi terdapat pada lokasi 1 dan 2 sebesar 35,61% dan nilai IS terendah terdapat pada lokasi 1 dan 3 sebesar 34,21%.


(15)

vi

BIRD DIVERSITY IN TELAGAH VILLAGE GUNUNG LEUSER NATIONAL PARK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

ABSTRACT

The study of bird diversity in Telagah Village Gunung Leuser National Park Kabupaten Langkat Sumatera Utara has been conducted from February until march 2015. This research aimed to know diversity of bird in this area. Study site was settled using “Purposive Random Sampling” and observed using interview method, record the bird sound and Point Count Method. There are eighty two species of birds were found, which were included in 9 Ordo and 28 family. At location 1 (Forest border) were found 35 species of birds with density value (D) = 78,33 ind/ha, location 2 (TNGL) were found 38 species of birds with D = 82,92ind/ha and location 3 (Agroforestry) were found 41 species of birds with D = 184,99 ind/ha. The diversity index was categorized high index, for location 1 is 3,16 , location 2 = 3,25 and location 3 = 3,29. The Equitability index in location 1, 2 and 3 is 0,89. The highest similarity index was found between location 1 and 2 = 35,61% and the lowest is location 1 and 3 = 34,21%.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai hampir di setiap tempat dan memiliki kedudukan yang penting sebagai salah satu kekayaan satwa di Indonesia.Jenis burung sangat beragam dan masing-masing jenis mempunyai nilai keindahan tersendiri (Hernowo, 1985).

Sukmantoro et al. (2007), menyatakan bahwa di wilayah Indonesia dapat ditemukan 1.598 spesies burung. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara nomor empat di Dunia terkaya akan jumlah spesies burungnya setelah Columbia, Peru dan Brazil. Dari jumlah tersebut 372 spesies (23,28%) diantaranya adalah spesies burung endemik dan 149 spesies (9,32%) adalah burung migran. Menurut Hernowo (1985) burung membutuhkan syarat-syarat tertentu untuk kelangsungan hidupnya, antara lain kondisi habitat yang cocok dan aman dari segala macam gangguan.

Van Balen (1984) menyatakan bahwa kelestarian berbagai jenis satwa khususnya populasi burung akhir-akhir ini keadaan dan kondisinya sudah cukup mengkhawatirkan.Hal ini berkaitan erat dengan berbagai tekanan oleh aktivitas manusia, seperti adanya perburuan dan yang lebih parah lagi terjadinya perusakan dan hilangnya habitat burung sebagai tempat bersarang, bermain dan tempat mencari makan, yaitu dengan merusak dan mengubah fungsi habitat burung. Kegiatan tersebut antara lain terjadinya konversi lahan hutan untuk pemukiman, perkebunan, pertanian, pertambangan dan lainnya.

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia dengan luas 1.094.692 hektar yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues dan Aceh Tamiang. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat. Taman Nasional ini mengambil nama dari


(17)

2

Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3.404 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (BBTNGL, 2010).

Burung merupakan satwa liar yang memiliki kemampuan hidup hampir semua tipe habitat dan mempunyai mobilitas yang tinggi dengan kemampuan adaptasi terhadap berbagai tipe habitat yang luas (Rohiyan et al., 2014).kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Secara umum, habitat burung dapat dibedakan atas habitat di darat, air tawar dan laut, serta dapat dibagi lagi menurut tanamannya seperti hutan lebat, semak maupun rerumputan (Rusmendro, 2009).Desa Telagah merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGL yaitu kawasan Resort Bekancan.Selain untuk pemukiman penduduk, desa ini juga dimanfaatkan sebagai areal perkebunan dan pertanian.Berbagai macam tanaman menjadi komoditas utama di desa ini, mulai dari kopi, kincung, bambu hingga padi.Selain itu, terdapat beberapa kolam di sekitar daerah pemukiman, baik itu kolam alami maupun buatan.Kondisi ini sangat berperan sebagai habitat yang cocok untuk burung baik untuk bersarang, mencari makan atau sebagai tempat bermain.

Hingga saat ini belum ada informasi dan studi yang dilakukan mengenai keanekaragaman burung yang terdapat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser. Sehubungan dengan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul :“Keanekaragaman Burung di Kawasan Resort Bekancan Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser”.

1.2.Permasalahan

Desa Telagah merupakan salah satu kawasan yang dihuni oleh burung bersama hewan dan tumbuhan liar lainnya.Kawasan ini sangat berperan dalam menjaga kelestarian burung karena ketersediaan pakan yang cukup


(18)

tinggi.Namunsejauh ini belum diketahui bagaimanakah keanekaragaman burung di kawasan tersebut.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi awal mengenai keanekaragaman burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser yang berguna untuk penelitian selanjutnya dan juga bagi instansi terkait sebagai upaya melakukan pengelolaan dan menjaga kelestarian hutan di Desa tersebut.


(19)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Burung

Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis burung yang tersebar di dunia.Burung berdarah panas seperti binatang menyusui, tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dekat dengan reptil, yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu.Semua jenis burung dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama, yaitu Archaeopteryx (Mackinnon, 1990).

Burung termasuk kelompok hewan yang digolongkan ke dalam filum Vertebrata (bertulang belakang) yang termasuk ke dalam kelas Aves, terdiri dari 2 subkelas, yaitu Archaeornithes (dalam bentuk fosil) dan subkelas Neornithes (burung-burung sejati) dengan 30 ordo (Salsabila, 1985).

2.2. Morfologi Burung

Burung termasuk dalam kelas Aves, sub filum vertebrata dan masuk ke dalam filum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua.Burung memiliki sepasang sayap dan tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh serta mempengaruhi daya terbang, namun demikian meskipun semua burung memiliki sepasang sayap, tidak semua jenis burung yang dapat terbang.Burung juga memiliki paruh yang tersusun atas zat tanduk, bentuk paruh dari jenis burung berbeda-beda yang disesuaikan dengan jenis makanannnya (Radiopoetro, 1986).

Mackinnon (2000) menyatakan bahwa burung mempunyai sepasang kaki dengan bentuk dan ukuran kaki pada burung juga berbeda berdasarkan tipe habitatnya.Kaki bagian bawah dan jari-jari kulitnya berzat tanduk keras. Salsabila (1985) menambahkan bahwa ciri-ciri utama dari kelas Aves adalah mempunyai bulu, anggota gerak depan telah termodifikasi menjadi sayap, berenang dan bertengger, pada tungkai terdapat sisik, rahang bawah tidak mempunyai gigi, tulang rangka kecil dan banyak mengalami penyatuan.


(20)

Departemen Kehutanan (1992) juga menjelaskan bahwa semua jenis burung dianggap berasal dari burung yang pertama yaitu Archaeopteryx yang kini telah menjadi fosil, adapun ciri-ciri umum burung antara lain:

a. Burung memiliki kemampuan untuk terbang

b. Tubuh ditutupi oleh bulu kecuali kaki

c. Mempunyai paruh yang bervariasi (parot, lurus,sabit, panjang, ramping, dll.)

d. Makanan bermacam-macam tergantung habitat mulai dari jenis ikan, nektar,

serangga, biji-bijian, buah-buahan dan bangkai.

e. Secara biologis perkembangbiakan burung hanya berbeda sedikit dengan reptil,

telur burung bentuknya mirip dengan telur reptil tetapi lebih berkapur dan kulit lebih keras.

Sesuai dengan cara memperoleh makan Mackinnon et al., (1992)

menjelaskan bahwa burung pemangsa bercakar tajam serta berparuh tajam, burung pengisap madu bertubuh kecil, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan disekitar bunga bermadu. Selanjutnya dijelaskan bahwa burung memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam beraktifitas, termasuk memperoleh makanannya, seperti burung rajawali bisa meluncur dan melayang, alap-alap terjun dan menerkam mangsanya dan burung camar yang menangkap ikan dalam air laut, atau burung hantu yang sanggup meluncur jauh tanpa mengeluarkan suara.

2.3. Ekologi Burung 2.3.1. Habitat

Ekologi burung memang dapat diteliti secara langsung dari segi jenis makanan, perilaku mencari makan atau dinamika populasinya, tetapi pengetahuan mengenai habitat juga sangat penting diketahui (Bibby et al., 2000).Habitat yang dipilih harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk melindungi dan mempertahankan diri siang dan malam, dan jika memungkinkan untuk sepanjang musim (Alikodra, 2002).

Mackinnon et al. ,(1992) menjelaskan bahwa hampir semua habitat yang ada di alam ini ditempati oleh burung. Selanjutnya Bibby et al.,(2000) menyatakan bahwa keberadaan jenis dan penyebaran (distribusi) burung sangat ditentukan oleh kondisi habitat. Selain itu, habitat alami yang dihuni oleh burung


(21)

6

bersama binatang dan tumbuhan liar lainnya memiliki nilai keanekaragaman yang tidak terhingga (Crosby, 2004).

Salah satu habitat bagi burung dengan keanekaragaman jenis yang tinggi adalah di kawasan hutan tropis.Burung-burung di hutan tropis yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, tapi terkenal sulit untuk ditemukan.Hal ini disebabkan karena struktur habitat yang sangat kompleks dengan vegetasi bertajuk tinggi dan kadang penutupan bawahnya rapat (Bibby et al., 2000).

Mackinnon et al. (1992) menjelaskan bahwa burung juga dapat dijumpai pada berbagai tipe habitat mulai dari hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan perbukitan sampai pada hutan pegunungan.Namun ada beberapa jenis yang dapat hidup pada berbagai habitat yang berbeda karena adaptasinya yang sangat tinggi.Atas dasar ini maka burung termasuk kelompok hewan yang memiliki penyebaran yang sangat luas (kosmopolitan).

Alikodra (1990) menyatakan bahwa pada umumnya habitat dapat mengalami perubahan struktur dan ketersediaan pakan yang disebabkan oleh kondisi musiman. Menurut Bibby et al. (2000) pergantian dan perubahan habitat seperti punggung gunung dan dasar lembah, demikian juga aliran sungai dan rawa-rawa, terutama di daerah kering atau selama musim kemarau, maupun kawasan hutan merupakan tempat yang menarik bagi burung, baik sebagai habitat maupun tempat untuk mencari makan. Di dalam suatu kawasan, habitat dengan segala sumberdaya yang tersedia merupakan bagian penting bagi keberadaan jenis, jumlah individu masing-masing jenis dan distribusi burung di habitat tersebut.

2.3.2. Penyebaran

Secara teori, keanekaragaman jenis burung dapat mencerminkantingginya keanekaragaman hayati kehidupan liar lainnya,artinya burung dapat dijadikan sebagai indikator kualitas hutan.Berbagai jenis burung dapat kita jumpai di berbagai tipe habitat,diantaranya hutan (primer/sekunder), agroforestri, perkebunan (sawit/karet/kopi) dan tempat terbuka (pekarangan, sawah, lahan terlantar) (Ayat, 2011).Hal ini berhubungan dengan ketersediaan pakan dan faktor pendukung untuk dapat bertahan hidup.


(22)

Bibby et al. (2000) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies rendah terdapat pada komunitas daerah dengan lingkungan yang ekstrim seperti daerah dengan lingkungan yang ekstrim seperti daerah kering, tanah miskin, terutama pada daerah bekas bakaran atau letusan gunung merapi, sedangkan keragaman yang tinggi biasanya terdapat pada lingkungan yang optimum. Keanekaragaman dan penyebaran jenis-jenis burung pada suatu kawasan dapat diketahui dengan cara mengamati sekaligus mengidentifikasi jenis-jenis burung tersebut. Selanjutnya Kar (1979) dalam Arninova (2004) menjelaskan bahwa kekayaan spesies dan struktur komunitas burung berbeda dari suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.

Sujatnika (1995) menyatakan bahwa seluruh spesies burung darat yang

dalam sejarahnya memiliki luas penyebaran berbiak kurang dari 50.000 km2.Luas

50.000 km2 ini kemudian digunakan dalam menetapkan spesies burung sebaran

terbatas. Hal yang mendasarinya antara lain :

a. Sebaran ini untuk mengetahui tempat terkonsentrasinya hidupan liar endemik

yang optimal ditetapkan sebagai taman nasional atau kawasan konservasi.

b. Spesies burung dengan penyebaran kurang dari luas tersebut akan mengalami

ancaman yang relatif besar oleh menurunnya kualitas dan kuantitas habitat.

c. Luas tersebut dipandang optimal dalam kaitannya dengan perencanaan strategi

konservasi untuk pengelolaan selanjutnya.

Kehadiran jenis-jenis burung pada suatu kawasan sangat penting. Menurut Mackinnon et al. (1992) selain mampu memberikan andil yang sangat besar pada proses penyebaran biji-biji vegetasi hutan, burung juga dapat menjalankan fungsinya sebagai pemasok makanan bagi sejumlah satwa permukaan pemakan buah yang tidak mampu memetiknya secara langsung dari atas pohon.

2.4. Keanekaragaman Jenis Burung

Keragaman merupakan sifat komunitas yang menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Menurut Krebs (1978), keanekaragaman (Diversity) yaitu banyaknya jenis yang biasanya diberi istilah kekayaan jenis (Species richnes). Odum (1993) mengatakan bahwa keragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga


(23)

8

kemerataan.Hilangnya vegetasi juga menyebabkan hilangnya sumber pakan bagi burung, sehingga akan berpengaruh bagi keanekaragaman burung disuatu wilayah. Keanekaragaman spesies burung berhubungan dengan keseimbangan dalam komunitas.Jika nilai keanekaragamannya tinggi, maka keseimbangan komunitasnya juga tinggi.Tetapi, jika nilai keseimbangan tinggi belum tentu menunjukkan keanekaragaman spesies dalam komunitas tersebut tinggi (Firdaus et al., 2014).

Hidayat (2013) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis burung yang dapatdijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan perlu mendapat perhatian khusus,karena kehidupannya dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan hayati.Odum (1994) menyatakan keberadaan jenis atau keanekaragaman spesies di suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor dan mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor geografi, perkembangan dan fisik.Helvoort (1981) menambahkan bahwa keanekaragaman jenis burung berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya.Distribusi vertikal dari dedaunan atau stratifikasi tajuk merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung.Keanekaragaman merupakan khas bagi suatu komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas.

2.5. Status Perlindungan Jenis Burung

Burung adalah salah satu jenis satwa yang sangat terpengaruhkeberadaannya akibat alih guna lahan hutan, terutama pada lahan-lahanmonokultur seperti perkebunan kelapa sawit dan karet.Hilangnyapohon hutan dan tumbuhan semak, menyebabkan hilangnya tempatbersarang, berlindung dan mencari makan berbagai jenis burung. Sementara,burung memiliki peran penting dalam ekosistem antara lainsebagai penyerbuk, pemencar biji, pengendali hama. Burung juga seringkalidigemari oleh sebagian orang dari suara dan keindahan bulunya (Ayat, 2011).Selain itu populasi burung juga memegang peranan utama dalam mempertahankankeseimbangan ekologi di dalam hutan alam di mana burung berperan sebagai penyebar biji, pemangsa serangga membantu penyerbukan


(24)

danmempercepat pelapukan kayu-kayu busuk.Kesehatan hutan alam yang terus menerus banyak menguntungkan manusia termasuk perlindungan terhadap daerah aliran air sungai, pencegahan erosi dan sebagaiperlindungan sumber air terutama pada musim kemarau (Humaini, 2009).

Pada hampir semua habitat alaminya di hutan, burung menduduki posisi yang tinggi dalam rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan sehingga dapat mencerminkan perubahan yang terjadi pada tingkat yang lebih rendah (Crosby, 2004).Ada beberapa jenis burung yang memiliki kepekaan tertentu terhadap kesehatan lingkungan dalam habitatnya, salah satu diantaranya adalah sebangsa raja udang (Resit et al., 1999).

Perdagangan burung untuk dipelihara dalam sangkar juga sangat memprihatinkan.Suatu jaringan pengumpulan burung menyalurkan burung (diduga berjumlah sampai sejuta ekor burung per tahun) melalui Jakarta dan Singapura.Jenis burung yang dijual meliputi kakatua, nuri, jalak, pipit, kutilang, decut, burung kacamata, murai batu, tekukur dan ayam hutan.Burung-burung sangkar juga merupakan binatang yang popular di Indonesia dan Malaysia. Burung yang dipelihara untuk memenuhi permintaan domestik sama jumlahnya dengan yang diekspor. Beberapa jenis burung dilaporkan hampir lenyap akibat kegiatan ini, misalnya cucakrawa, jalak, murai batu, dan perkutut di Jawa.Perlu dicatat bahwa saat ini stok burung di pasar juga banyak yang diimpor dari Cina.Hal ini mungkin menunjukkan bahwa sumber domestik tidak mencukupi lagi untuk memenuhi permintaan (Mackinnon et al., 2010).

Kategori status keterancaman mengacu kepada Redlist International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2007 yang meliputi CR = Critically Endangered (sangat terancam punah); EN = Endangered (terancam punah); VU = Vulnerable (terancam); NT = Near Threatened (mendekati terancam); NE = Not Evaluated (belum dievaluasi); DD = Data Deficient (data kurang), sementara untuk kategori EX = Extinct (punah), EW = Extinct in the Wild (punah di alam) dan LC (Least Concern) dikeluarkan (tidak dicantumkan dalam daftar) (Sukmantoro et al., 2007).


(25)

10

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulanFebruari sampai Maret 2015 di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Deskripsi Area 3.2.1. Letak dan Luas

Secara administratif kawasan penelitian terletak di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Gambar 3.1 dan Peta pada Lampiran 1) dan masuk kedalam wilayah kerja SPTN Wilayah V Bohorok, BPTN

Wilayah III Stabat.Secara geografis berada pada 03017’33,2” LU dan 98022’27,5”

BT terletak pada ketinggian ± 1.005 mdpl dengan luas kawasan ± 13.994 hektar.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian

3.3. Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler, kameraCanon 600 D,Tele lens Canon 75-300 mm,stopwatch, kompas, alat tulis, Global Position System (GPS), Pita, alat perekamOlympus LS-14, meteran dan


(26)

buku identifikasi Mackinnon et al. (2010). Sedangkan bahan yang digunakan adalah lembar data.

3.4. Potensi Kawasan

Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.Hutan didominasi oleh famili Aspleniaceae, Polypodiaceae, Araceae, Arecaceae, Commelinaceae, Melastomataceae, Dipterocarpaceae dan Moraceae.Pohon-pohon besar dan tinggi mudah ditemui, begitu juga dengan satwa liar seperti kijang (Muntiacus sp.), orangutan Sumatera (Pongo abelii), beruk (Macaca sp.) dan berbagai jenis burung.

3.5. Metode Penelitian

3.5.1. Penentuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi sampling ditentukan secara Purposive Random Sampling berdasarkan pertimbangan vegetasi sebagai tempat istirahat dan mencari makanan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, lokasi sampling yang dipilih ada 3 jalur pengamatan (transek) yaitu kawasan hutan TNGL, kawasan perbatasan antara agroforestri dan kawasan hutan TNGL serta kawasan agroforestri.

a. Lokasi 1

Lokasi 1 terletak di kawasan perbatasan antara hutan TNGL dan

perkebunan masyarakat (Gambar 3.2) dengan titik koordinat 03018’07,6” LU dan

098021’50,1” BT. Vegetasi dominan pada lokasi ini yaitu famili

Melastomataceae, Moracea, Araceae dan Polypodiaceae.


(27)

12

b. Lokasi 2

Lokasi 2 terletak di kawasan hutan TNGL (Gambar 3.3) dengan titik

koordinat 03017’02,5” LU dan 098022’05,8” BT. Vegetasi dominan pada lokasi

ini yaitu Moraceae, Polypodiaceae, Aspleniaceae, Arecaceae dan Dipterocarpaceae.

Gambar 3.3. Lokasi 2 c. Lokasi 3

Lokasi 3 terletak di kawasan agroforestri kopi (Gambar 3.4) dengan titik

koordinat 03017’23,3” LU dan 098022’05,1” BT. Vegetasi dominan pada lokasi

ini yaitu Coffea sp.


(28)

3.5.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data burung dilakukan dengan menggunakan 3 metode yaituPoint Count, merekam suara burung dan metode wawancara.Dalam metode Point Count pengamat berhenti pada suatu titik di habitat yang diamati dan menghitung semua burung yang terlihat secara langsung. Selain itu di setiap titik juga dilakukan perekaman terhadap suara burung yang terdeteksi.Setiap transek terdapat 5 titik pengamatan dengan radius 15 meter dan jarak antar titik 200 m. Pengamatan dimulai pada pagi hari pukul 06.30–10.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00–18.00 WIB selama 20 menit per titik pengamatan. Untuk memaksimalkan data yang akan diperoleh maka dilakukan pengamatan sebanyak dua kali pengamatan per jalur transek.Selain menggunakan metode Point Count dan merekam suara burung pengumpulan data burung juga dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Dalam metode ini pengamat akan mewawancarai penduduk setempat yang melakukan perburuan terhadap burung di sepanjang jalur transek.

Gambar 3.5. Bentuk titik pengamatan dengan menggunakan metode Point Count.

3.5.3. Identifikasi Jenis Burung

Identifikasi jenis burung hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan buku Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Mackinnon et al., 2010) dan pemberian nama ilmiah mengacu pada Daftar Burung Indonesia No. 2 (Sukmantoro et al., 2007).

15 m

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 200 m


(29)

14

3.6. Analisis Data

Berdasarkan jumlah individu yang didapatkan dihitung nilai kepadatan (K), kepadatan relatif (KR), frekuensi kehadiran (FK), indeks keanekaragaman jenis (H’), indeks equitabilitas (E) dan Indeks kesamaan jenis (IS) dengan rumus berdasarkan Suin (2000) dan Fachrul (2007).

a. Kepadatan Populasi Suatu Jenis (K) K = Penelitian Area Luas jenis suatu individu Jumlah

b. Kepadatan Relatif (KR) KR = jenis semua kepadatan Jumlah jenis Suatu Kepadatan

x 100 %

c. Frekuensi Kehadiran (FK) FK= plot al Jumlah tot jenis suatu ditempati yang plot Jumlah

x 100 % Di mana jika nilai FK :

0-25% = frekuensi kehadirannya tergolong sangat jarang (aksidental)

25-50% = frekuensi kehadirannya tergolong jarang (assesori)

50%-75% = frekuensi kehadirannya tergolong sering (konstan)

>75% = frekuensi kehadirannya tergolong sangat sering (absolut)

d. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Berdasarkan jumlah individu burung yang didapatkan, ditentukan indeks keanekaragaman jenis burung pada tiap lokasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

H’ = -∑��−1Pi ln Pi

Dimana pi = ni

N

Keterangan :

ni= jumlah individu suatu jenis N= jumlah total individu seluruh jenis


(30)

Keterangan:

NilaiH’<1 : Keanekaragaman rendah

Nilai 1< H’<3 : Keanekaragaman sedang

NilaiH’>3 : Keanekaragaman tinggi

e. Indeks Equitabilitas

Untuk mengetahui nilai equitabilitas jenis burung dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

E =

H′ Hmaks

Keterangan:

E = Indeks keseragaman

H’ = Indeks keragaman

Hmaks = Indeks keseragaman maksimum, sebesar Ln S

S = Jumlah jenis

f. Indeks Similaritas

Untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan komposisi spesies burung berdasarkan lokasi digunakan rumus:

IS = 2�

� + � x 100%

Dimana :

C = Jumlah jenis yang dijumpai pada kedua lokasi a = Jumlah jenis pada lokasi A


(31)

16

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-jenis Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang meliputi lokasi 1 (perbatasan hutan TNGL dan Agroforestri), Lokasi 2 (hutan TNGL ) dan Lokasi 3 (Agroforestri) menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat 82 jenis burung yang tergolong dalam 9 ordo dan 28 famili, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis Burung yang Didapatkan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Ordo Famili Jenis Burung Ket

Lokasi

Nama Latin Nama Lokal 1 2 3

Apodiformes Apodidae 1. Collocalia esculenta Walet Sapi L - - √ 2. C. fuciphaga Walet Sarang-putih L - - √ 3. C. maxima Walet Sarang-hitam L - - √ Columbiformes Columbidae 4.Ducula badia Pergam Gunung L √ √ - 5. Geopelia striata Perkutut Jawa S - - √ 6. Macropygia ruficeps Uncal Kouran L √ - - 7. Streptopelia chinensis Tekukur Biasa L, S - √ √ Coraciiformes Alcedinidae 8. Halcyon smyrnensis Cekakak Belukar L - - √ 9. Lacedo Pulchella Cekakak Batu L √ - - Bucerotidae 10. Aceros undulates Julang Emas L - - √ 11. Buceros bicornis Rangkong papan L, S √ - - 12. B. rhinoceros Rangkong Badak L, S √ √ √ Cuculiformes Cuculidae 13. Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu L - √ - 14. Cacomantis sonneratii Wiwik Lurik L - √ - 15. Centropus sinensis Bubut Besar S - √ √ 16. Phaenicophaeus tristis Kadalan Kera L √ √ - Falconiformes Accipitridae 17. Ictinaetus malayensis Elang Hitam L, S √ √ √ 18. Spizaetuscirrhatus Elang Brontok L,S √ - √ Galliformes Phasianidae 19. Rhizothera longirostris Puyuh Siul-selanting L - √ - 20. Polyplectron chalcurum Kuau-kerdil Sumatera L, S √ √ - Passeriformes Artamidae 21. Artamus leucorhynchus Kekep Babi L - √ - Campephagidae 22. Pericrocotus divaricatus Sepah Padang L - - √ Chloropseidae 23. Chloropsis cyanopogon Cicadaun Kecil L, S √ √ - 24. C. sonnerati Cicadaun Besar L, S - √ - Corvidae 25. Cissa chinensis Ekek Layongan L - √ √ Dicaeidae 26. Dicaeum ignipectus Cabai Perut-kuning L √ - √ 27. D. Trigonostigma Cabai Bunga-api L √ - √ Dicruridae 28. Dicrurus aeneus Srigunting Keladi L √ - √ 29. D. leucophaeus Srigunting Kelabu L √ √ √ 30. D. macrocercus Srigunting Hitam L √ √ √ 31. D. paradiceus Srigunting Batu S √ - - 32. D. remifer Sriguntiing Bukit S √ - - Hirundinidae 33. Delichon dasypus Layanglayang Rumah L - - √ Laniidae 34. Lanius cristatus Bentet Coklat L - - √ 35. L. schach Bentet Kelabu L - - √ Motacillidae 36. Motacilla cinerea Kicuit Batu L - - √ Muscicapidae 37. Culicicapa ceylonensis Sikatan Kepala-abu L √ - - 38.Cyanoptila cyanomelana Sikatan Biru-putih L √ √ √ 39. Ficedula mugimaki Sikatan Mugimaki L - √ -


(32)

Lanjutan Tabel 1.

Ordo Famili Jenis Burung Ket Lokasi

Nama Latin Nama Lokal 1 2 3

40. Muscicapa dauurica Sikatan Bubik L - √ √ 41. Niltava grandis Niltava Kumbang-padi L - √ - Nectariniidae 42. Anthreptes malacensis Burungmadu Kelapa L, S - - √ 43. Arachnothera robusta Pijantung Besar L - √ - 44. Nectarinia jugularis Burungmadu Sriganti L, S - √ √ Ploceidae 45. Lonchura punctulata Bondol Peking L - - √ 46. L. striata Bondol Tunggir-putih L - - √ 47. Passer montanus Burunggereja Erasia L - - √ Pycnonotidae 48. Alophoixus bres Empuloh Janggut L - √ - 49. Pycnonotus atriceps Cucak Kuricang L - √ - 50. P. aurigaster Cucak Kutilang L,S √ - √ 51. P. bimaculatus Cucak Gunung L - √ - 52. P. brunneus Merbah Mata-merah L - √ - 53. P. erytrhrophthalmos Merbah Kacamata L √ √ √ 54. P. goiavier Merbah Cerukcuk L, S √ √ √ 55. P. leucogrammicus Cucak Kerinci L, S √ - - 56. P. simplex Merbah Corok-corok L, S √ √ √ Rhipiduridae 57. Rhipidura albicolis Kipasan Gunung L √ - - Sylviidae 58.Abroscopus superciliaris Cikrak Bambu L √ - - 59. Cettia vicania Ceret Gunung L - - √ 60. Orthotomus atrogularis Cinenen Belukar L, S - - √ 61. O. sericeus Cinenen Merah L - - √ 62. Prinia atrogularis Perenjak Gunung L, S - - √ 63. P. familiaris Perenjak Jawa L, S - - √ 64. P. flaviventris Perenjak Rawa L - - √ Timaliidae 65. Garullax lugubris Poksai Hitam L, S - √ - 66. G. palliates Poksai Mantel L, S - √ - Turdidae 67. Brachypteryx leucophrys Cingcoang coklat L - √ - 68. Cochoa beccarii Ciungmungkal Sumatera L √ - - 69. Copsychus saularis Kucica Kampung L, S - √ √ 70. Turdus obscures Anis kuning L - √ - 71. Zoothera sibirica Anis Siberia L √ - - Zosteropidae 72. Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa L - - √ Piciformes Capitonidaae 73.Calorhamphus fuliginosus Takur Ampis S √ - - 74. Megalaima australis Takur Tenggeret S - √ - 75. M. chrysopogon Takur Gedang S √ - - 76. M. oorti Takur Bukit L, S √ √ - 77. M. raflesii Takur Tutut S √ - - 78. Psilopogon pyrolopus Takur Api L, S √ - - Picidae 79. Celeus brachyurus Pelatuk Kijang L, S √ - - 80. Dinopium javanense Pelatuk Besi L, S - √ - 81. D. rafflesi Pelatuk Raffles L, S - √ - Trogoniformes Trogonidae 82. Harpactes oreskios Luntur Harimau L √ - -

Total 35 38 41

Keterangan :L = Langsung, S = Suara, (√) = Ditemukan, (-) = Tidak ditemukan. 1 = Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada lokasi 1 ditemukan sebanyak 35 jenis burung, lokasi 2 sebanyak 38 jenis burung dan lokasi 3 sebanyak 41 jenis burung. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2008) pada kawasan Restorasi Resort Sei Betung TNGL yang memperoleh hasil sebanyak 90 jenis burung dari 28 famili.Perbedaan jumlah jenis burung yang didapat kemungkinan disebabkan oleh perbedaan habitat, metode, musim, ketersediaan pakan dan lamanya waktu penelitian. Jumlah jenis burung paling banyak ditemukan pada lokasi 3 yaitu 41 jenis sedangkan jumlah jenis burung paling sedikit terdapat pada lokasi 1 yaitu 35 jenis. Hal ini mungkin


(33)

18

dikarenakan sumber pakan yang masih tersedia ditempat ini dibandingkan dengan lokasi 1 dan 2.

Berdasarkan Tabel 1 Ordo yang paling mendominasi adalah ordo Passeriformes dengan 18 famili yang terdiri dari 52 jenis, kemudian ordo Coraciiformes dengan 2 famili yang terdiri dari 5 jenis dan Ordo Piciformes yang terdiri dari 6 jenis. Selanjutnya untuk ordo yang hanya terdiri dari 1 famili antara lain ordo Apodiformes terdiri dari 3 jenis, Columbiformes terdiri dari 4 jenis, Cuculiformes terdiri dari 4 jenis, Falconiformes terdiri dari 2 jenis, Galliformes terdiri dari 2 jenis dan Trogoniformes terdiri dari 1 jenis.

Banyaknya jumlah jenis ordo Passeriformes yang didapatkan di daerah ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan sumber daya yang tersedia dapat mendukung kelangsungan hidupnya, sehingga tersebar cukup luas didaerah ini. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sibley & Monroe (1990), bahwa burung dari ordo Passeriformes merupakan ordo burung yang memiliki daerah penyebaran sangat luas dan umum dijumpai di seluruh dunia, diantaranya New Zealand, afrika, Australia, Madagaskar, Amerika, Papua Nugini dan Asia Tenggara.Selain itu, jenis-jenis dari ordo ini kebanyakan menyukai daerah terbuka baik untuk mencari makan maupun untuk bermain. Hal ini didukung oleh pernyataanMackinnon et al. (2000) burung dari ordo Passeriformes banyak ditemukan di Indonesia, diantaranya di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik di daerah perkampungan hingga hutan dataran tinggi. Selain itu ordo ini terdapat pada ladang, hutan terbuka dekat desa, sawah, tepi hutan, hutan pegunungan, taman, pekarangan, hutan dataran rendah, kebun-kebun, dan hutan bukit yang rapat.

Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui bahwa famili yang paling mendominasi adalah famili Pycnonotidae yang terdiri dari 9 jenis.Spesies dari famili ini memiliki banyak jenis dan umum dijumpai di berbagai tipe habitat.Mackinnon et al. (2010) menyatakan bahwa famili Pycnonotidae merupakan suku besar di Asia dan Afrika.Burung cucak-cucakan ini merupakan burung pemakan buah walaupun mereka juga memakan serangga.Burung ini penuh percaya diri dengan kicauan yang ramai dan sangat musikal pada beberapa jenis.Burung dari famili ini cenderung hidup di pohon dan membuat sarang


(34)

berbentuk mangkuk yang tidak rapi. Sedangkan famili yang memiliki jumlah jenis terendah yaitu Artamidae,Champephagidae, Corvidae, Hirundinidae, Motacillidae, Rhipiduridae, Zosteropidae dan Trogonidae yang hanya terdiri dari 1 jenis burung. Hal ini mungkin disebabkan oleh spesies dari famili tersebut sulit ditemukan secara langsung maupun melalui suara dan ketersediaan jumlah pakan yang mulai berkurang akibat berakhirnya musim buah pada lokasi penelitian.Swastikaningrum et al., (2012) menyatakan bahwa suatu komunitas dapat dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dari suatu asosiasi tumbuh-tumbuhanseperti pucuk, tajuk, dan batang. Penyebaranburung erat hubungannya dengan ketersediaan makananatau dengan kata lain, burung tersebut memerlukan tempatkhusus untuk hidupnya.

4.2. Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK) Jenis Burung pada Kawasan Resort Bekancan Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) jenis burung yang didapatkan dari data-data hasil penelitian di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Jenis, Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK) Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

No Jenis

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

K KR FK K KR FK K KR FK

1. Collocalia esculenta - - - 1,67 0,90 10 2. C. fuciphaga - - - 3,33 1,80 16,67

3. C. maxima - - - 2,08 1,2 10

4. Ducula badia 2,08 2,66 10 0,83 1,00 3,33 - - - 5. Geopelia striata - - - 2,92 1,58 16,67 6. Macropygia ruficeps 0,83 1,06 6,67 - - - - 7. Streptopelia chinensis - - - 2,92 3,52 13,33 12,5 6,76 43,33 8. Halcyon smyrnensis - - - 1,67 0,90 6,67 9. Lacedo Pulchella 1,67 2,13 6,67 - - - - 10. Aceros undulatus - - - 2,08 1,12 6,67 11. Buceros bicornis 0,83 1,06 3,33 - - - - 12. B. rhinoceros 1,67 2,13 6,67 0,83 1,00 6,67 0,83 0,45 3,33


(35)

20

Lanjutan Tabel 2.

No Jenis Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

K KR FK K KR FK K KR FK

13. Cacomantis merulinus - - - 2,08 2,51 13,33 - - - 14. Cacomantis sonneratii - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 15. Centropus sinensis - - - 1,25 1,51 10 4,17 2,25 23,33 16. Phaenicophaeus tristis 0,83 1,06 6,67 1,25 1,51 6,67 - - - 17. Ictinaetus malayensis 0,42 0,54 3,33 0,42 0,51 3,33 1,67 0,90 6,67 18. Spizaetus cirrhatus 0.42 0,54 3,33 - - - 0,42 0,23 3,33 19. Rhizothera longirostris - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 20. Polyplectron chalcurum 1,25 1,60 10 0,83 1,00 6,67 - - - 21. Artamus leucorhynchus - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 22. Pericrocotus divaricatus - - - 2,08 1,12 13,33 23. Chloropsis cyanopogon 0,42 0,54 3,33 0,83 1,00 6,67 - - - 24. C. sonnerati - - - 2,92 3,52 16,67 - - - 25. Cissa chinensis - - - 0,42 0,51 3,33 0,83 0,45 6,67 26. Dicaeum ignipectus 1,67 2,13 6,67 - - - 4,58 2,48 16,67 27. D. Trigonostigma 3,33 4,25 10 - - - 5 2,70 16,67 28. Dicrurus aeneus 1,67 2,13 6,67 - - - 3,33 1,80 20 29. D. leucophaeus 4,58 5,85 23,33 4,17 5,03 16,67 3,75 2,03 23,33 30. D. macrocercus 1,67 2,13 10 3,75 4,52 23,33 1,25 0,68 10 31. D. paradiceus 1,25 1,60 10 - - - - 32. D. remifer 0,83 1,06 6,67 - - - - 33. Delichon dasypus - - - 6,25 3,38 23,33 34. Lanius cristatus - - - 2,08 1,12 3,33

35. L. schach - - - 2,5 1,35 16,67

36. Motacilla cinerea - - - 1,67 0,90 6,67 37. Culicicapa ceylonensis 1,25 1,60 20 - - - - 38. Cyanoptila cyanomelana 6,67 8,52 26,67 5,83 7,03 20 0,83 0,45 3,33 39. Ficedula mugimaki - - - 1,67 2,01 6,67 - - - 40. Muscicapa dauurica - - - 2,92 3,52 16,67 0,83 0,45 3,33 41. Niltava grandis - - - 0,83 1,00 3,33 - - - 42. Anthreptes malacensis - - - 2,5 1,35 13.33 43. Arachnothera robusta - - - 2,08 2,51 10 - - - 44. Nectarinia jugularis - - - 2,5 3,01 13,33 2,5 1,35 10 45. Lonchura punctulata - - - 21,67 11,71 40 46. L. striata - - - 12,92 6,98 16,67 47. Passer montanus - - - 11,67 6,31 30 48. Alophoixus bres - - - 2,5 3,01 16,67 - - - 49. Pycnonotus atriceps - - - 2,08 2,51 13,33 - - - 50. P. aurigaster 2,5 3,19 16,67 - - - 5 2,70 30 51. P. bimaculatus - - - 1,25 1,51 6,67 - - - 52. P. brunneus - - - 1,67 2,01 10 - - - 53. P. erytrhrophthalmos 2.08 2,66 10 6,67 8,04 30 4,58 2,48 23,33 54. P. goiavier 8,33 10,63 33,33 7,08 8,54 30 18,75 10.14 60 55. P. leucogrammicus 2,08 2,66 13,33 - - - - 56. P. simplex 7,5 9,57 33,33 5 6,03 20 14,17 7,66 50 57. Rhipidura albicolis 2,5 3,19 16,67 - - - -


(36)

Lanjutan Tabel 2.

No Jenis Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

K KR FK K KR FK K KR FK

58. Abroscopus superciliaris 0,42 0,54 3,33 - - - - 59. Cettia vicania - - - 2,92 1,58 10 60. Orthotomus atrogularis - - - 1,25 0,68 3,33 61. O. sericeus - - - 2,08 1,12 6,67 62. Prinia atrogularis - - - 3,33 1,80 10 63. P. familiaris - - - 5 2,70 16,67 64. P. flaviventris - - - 1,25 0,68 3,33 65. Garullax lugubris - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 66. G. palliates - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 67. Brachypteryx leucophrys - - - 2,08 2,51 13,33 - - - 68. Cochoa beccarii 0,83 1,06 6,67 - - - - 69. Copsychus saularis - - - 2,08 2,51 10 4,17 2,25 20 70. Turdus obscures - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 71. Zoothera sibirica 1,67 2,13 13,33 - - - - 72. Zosterops palpebrosus - - - 2,92 1,58 13,33 73. Calorhamphus

fuliginosus 1,25 1,60 10 - - - -

74. Megalaima australis - - - 0,83 1,00 6,67 - - - 75. M. chrysopogon 0,42 0,54 3,33 - - - - 76. M. oorti 9,58 12,23 50 9,58 11,5 56,67 - - - 77. M. raflesii 1,25 1,60 10 - - - - 78. Psilopogon pyrolopus 1,67 2,13 13,33 - - - - 79. Celeus brachyurus 0,83 1,06 6,67 - - - - 80. Dinopium javanense - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 81. D. rafflesi - - - 0,83 1,00 6,67 - - - 82. Harpactes oreskios 2,08 2,66 10 - - - -

TOTAL

78,33 100,04 82,9 100,01 185 100,06 Jumlah Jenis : 35 Jumlah Jenis : 38 Jumlah Jenis : 41

Dari Tabel 2diketahui bahwa pada lokasi 1(areal perbatasan) ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan nilai kepadatan 78,33 ind/ha, lokasi 2 (areal hutan TNGL) ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan nilai kepadatan 82,92 ind/ha dan lokasi 3 (areal agroforestri) ditemukan sebanyak 41 jenis burung dengan nilai kepadatan 185 ind/ha.Tingginya jumlah jenis burung dan nilai kepadatan burung pada lokasi 3 mungkin disebabkan oleh masih terdapat sumber pakan baik berupa buah maupun serangga yang berada di perkebunan kopi di lokasi ini.

Secara keseluruhan didapatkan nilai kepadatan (K) dan kepadatan relatif (KR) tertinggi pada lokasi 1 adalah dari jenis Megalaima oorti (Takur Bukit), yaitu K sebesar 9,58 ind/ha dan KR sebesar 12,23%, kemudian diikuti dari jenis


(37)

22

Pycnonotus goiavierdengan nilai K = 8,33 ind/ha dan KR = 10,63%, Pycnonotussimplexdengan nilai K = 7,5 ind/ha dan KR = 9,57%, Cyanoptila cyanomelana dengan nilai K = 6,67 ind/ha dan KR = 8,52%, Dicrurus leucophaeus dengan nilai K = 4,58 ind/ha dan KR = 5,85% dan Dicaeum trigonostigma dengan nilai K = 3,33 ind/ha dan KR = 4,25%.

Kondisi habitat yang sesuai dan tersedianya pakan merupakan faktor yang mendukung tingginya nilai K dan KR Megalaima oorti di kawasan ini. Tersedianya buah ara yang merupakan makanan yang disukai oleh burung takur ini juga menjadi faktor utama. Menurut Mackinnon et al. (2010), bahwa Megalaima oorti masuk kedalam famili Capitonidae yang termasuk kedalam burung pemakan buah-buahan, biji dan bunga, terutama menyukai buah ara kecil. Hampir semua jenis takur mempunyai kebiasaan duduk diam untuk waktu yang lama di puncak pohon, mengeluarkan suara monoton yang keras dan berulang.

Pada lokasi 2 nilai K serta nilai KR tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti (Takur Bukit), yaitu K = 9,58 ind/ha dan KR = 11,55%, diikuti Pycnonotus goiavier dengan nilai K = 7,08 ind/ha dan KR= 8,54%, Pycnonotus erythrophthalmos dengan nilai K = 6,67 ind/ha dan KR = 8,04%, Cyanoptila cyanomelana dengan nilai K = 5,83 ind/ha dan KR = 7,03% dan Dicrurus leuchopaeus dengan nilai K = 4,17 dan KR = 5,03%.

Menurut Wiens (1992), bahwa ketersediaan makanan pada suatu habitat yang ditempati merupakan salah satu faktor utama bagi kehadiran dan kepadatan populasi burung. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepadatan burung dan pergerakannya, terutama jenis burung pemakan buah (frugivora) sering berhubungan langsung dengan kelimpahan buah-buahan di suatu habitat. Ketika ketersediaan buah-buahan meningkat di suatu habitat, burung-burung akan berdatangan ketempat tersebut. Akan tetapi apabila ketersediaan buah-buahan menurun, burung-burung tersebut cenderung bergerak ke sepanjang hutan untuk mencari tempat baru dimana terdapat buah yang melimpah.

Pada lokasi 3 yang merupakan areal agroforestri didapatkan nilai K dan KR tertinggi yaitu dari jenisLonchura punctulata dengan nilai K = 21,67 ind/ha dan KR = 11,71% kemudian Pycnonotus goiavier dengan nilai K = 18,75 ind/ha dan KR = 10,14% dan Pycnonotus simplex dengan nilai K = 14,17 ind/ha dan KR


(38)

= 7,66%. Jenis-jenis ini sering ditemui pada areal tersebut karena mayoritas tumbuhan di areal ini adalah kopi yang merupakan sumber makanan bagi jenis-jenis burung pemakan buah, biji dan serangga. Menurut Mackinnon et al. (1992), bahwa kehadiran suatu jenis burung pada suatu kawasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah suhu, kelembaban udara, ketersediaan sumber pakan, distribusi vegetasi dan jenis-jenis pohon yang disukai sebagai tempat bersarang dan beristirahat.Banyaknya individu yang dinyatakan persatuan luas (hektar) merupakan kepadatan, dengan nilai kepadatan relatif menunjukkan persentase jumlah individu dari semua jenis yang ada dalam komunitasnya (Hernowo, 1989).

Dari Tabel 2 juga diperoleh nilai Frekuensi Kehadiran (FK) tertinggi pada lokasi 1 yaitu Megalaima oorti dengan nilai FK sebesar 50%, nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis tersebut tergolong sering , kemudian Pycnonotus goiavier dan P. simplex dengan nilai FK masing-masing 33,33%, Cyanoptila cyanomelana sebesar 26,67% dan Dicrurus leucophaeus dengan nilai FK = 23,33.

Pada lokasi 2 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti sebesar 56,67%. Angka ini menunjukkan bahwa frekuensi kehadirannya tergolong sering ditemukan pada setiap titik pengamatan.Untuk lokasi 3 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Pycnonotus goiaviersebesar 60%, kemudian Pycnonotus simplex 50%.

Menurut Partasasmita (2003) Kehadiran suatu burung pada habitat tertentu, diduga merupakan hasil seleksi. Ketika burung-burung tersebut merasa cocok dengan habitat tersebut maka habitat tersebut akan terus didiaminya, sehingga pada akhirnya ikut mempengaruhi perilaku burung tersebut sebagai hasil adaptasi terhadap habitatnya.

4.3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Equitabilitas (E) dan Indeks Similaritas (IS) Burung Di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Equitabilitas (E) dan Indeks Similaritas (IS) jenis-jenis burung yang didapatkan dari data-data hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 3.


(39)

24

Tabel 3.Areal Pengamatan, Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Equitabilitas (E) Jenis Burung Di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Lokasi H’ E

1 3,16 0,89

2 3,25 0,89

3 3,29 0,89

Keterangan : 1 = Areal Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri

Berdasarkan Tabel 3dapat dilihat nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara tergolong tinggi.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi hutan yang masih baik dan mendukung kebutuhan burung untuk mencari makan, bersarang dan tempat bermain.Nilai H’tertinggi terdapat pada areal agroforestri dengan nilai 3,29. Sedangkan nilai H’ terendah yaitu pada areal perbatasan dengan nilai 3,16.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang tinggi pada daerah agroforestri, sedangkan pada areal perbatasan ketersediaan pakan mulai sedikit.

Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap tempat, tergantung kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Daerah pemukiman dan pegunungan akan memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Sajithiran et al. (2004) menyatakan bahwa keragaman spesies burung merupakan sesuatu refleksi

dari bermacam-macam habitat dan kondisi iklim yang mampu

mendukungnya.Menurut Krebs (1978), ada enam faktor yang saling berkaitan yang menentukan naik turunnya keragaman jenis suatu komunitas, yaitu waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan produktivitas.

Menurut Johnsing & Joshua (1994) kekayaan spesies dan struktur komunitas burung berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.Fachrul (2007) menambahkan keanekaan spesies di suatu wilayah ditentukan oleh ukuran luas habitat.Semakin luas habitatnya, cenderung semakin tinggi keanekaan jenis burungnya. Struktur dan keanekaragaman jenis vegetasi mempengaruhi keanekaan jenis burung di suatu wilayah.Di daerah yang keanekaan jenis tumbuhannya tinggi maka keanekaragaman jenis hewannya termasuk burung juga


(40)

tinggi.Hal ini disebabkan oleh setiap jenis hewan hidupnya bergantung pada sekelompok jenis tumbuhan tertentu.

Sedangkan untuk nilai equitabilitas (E) pada tiga lokasi diatas memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,89. Nilai tersebut menunjukkan bahwa keseragaman jenis burung pada kawasan ini cukup merata. Menurut Krebs (1985), nilai keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai keseragaman 1 menunjukkan pembagian individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata.Sebaliknya, jika nilai keseragaman semakin kecil maka keseragaman suatu populasi juga semakin tidak merata.Indeks kemerataan jenis (E) dipengaruhi oleh besarnya nilai keanekaragaman suatu jenis dan jumlah seluruh jenis.Artinya semakin tinggi nilai kelimpahan jenis maka penyebaran suatu jenis semakin merata dalam suatu kawasan tersebut, begitu pula sebaliknya (Syahadat et al., 2015).

Keragamanjenis mencakup kekayaan jenis dan equitabilitas individu di dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis tergantung pada predasi, kompetisi sesama jenis atau intraspesies, suksesi dalam komunitas, dan keterancaman. Nilai equitabilitas yang sama mungkin disebabkan sumber pakan cukup bervariasi, masing-masing sudah spesifik, tidak saling berkompetisi dan sumber pakan berlimpah sehingga dapat dimanfaatkan sepenuhnya dengan baik (Widodo, 2009).

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai indeks kesamaan jenis (IS)sebagai berikut.

Tabel 4.Indeks Similaritas (IS) Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Lokasi Indeks Similaritas (%)

1 2 3

1 - 35,61 34,21

2 - - 35,44

3 - - -

Keterangan : 1 = Areal Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri

Dari Tabel 4dapat dilihat bahwa lokasi 1 dan 2 memiliki tingkat kesamaan jenis burung sebesar 35,61%, nilai IS untuk lokasi 1 dan 3 sebesar 34,21% dan nilai IS untuk lokasi 2 dan 3 sebesar 35,44%.Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesamaan jenis burung pada ketiga lokasi tergolong tidak mirip. Kesamaan habitat yang dimiliki tersebut menjadikan kesamaan jenis


(41)

26

burung yang ditemukan cukup tinggi dibandingkan dengan nilai IS lainnya. Bibby et al. (2000) menyatakan bahwa keberadaan jenis dan penyebaran (distribusi) burung sangat ditentukan oleh kondisi habitat.

4.4. Pengelompokan Jenis-Jenis Burung kedalam Guild Berdasarkan Jenis Makanan.

Pengelompokan jenis-jenis burung yang didapatkan kedalam Guildberdasarkan jenis makanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Pengelompokan Jenis-Jenis Burung kedalam Guild Berdasarkan Jenis Makanan.

Jenis Makanan Spesies %

Pemakan Buah (Frugivora) Aceros undulates

Buceros bicornis 3,75

B. rhinoceros

Pemakan Serangga (Insektivora) Collocalia esculenta

C. fuciphaga C. maxima Ducula badia Cacomantis merulinus Cacomantis sonneratii Phaenicophaeus tristis Dicrurus aeneus D. leucophaeus D. macrocercus D. paradiceus D. remifer Delichon dasypus Motacilla cinerea Culicicapa ceylonensis Cyanoptila cyanomelana Ficedula mugimaki Muscicapa dauurica

Niltava grandis 47,5

Rhipidura albicolis Abroscopus superciliaris Cettia vicania Orthotomus atrogularis O. sericeus Prinia atrogularis P. familiaris P. flaviventris Garullax lugubris G. palliates Brachypteryx leucophrys Cochoa beccarii Copsychus saularis Turdus obscures Zoothera sibirica Zosterops palpebrosus


(42)

Lanjutan Tabel 5.

Jenis Makanan Spesies %

Celeus brachyurus Dinopium javanense D. rafflesi

Pemakan Serangga dan Buah (PSB) Artamus leucorhynchus

Pericrocotus divaricatus Chloropsis cyanopogon C. sonnerati Cissa chinensis Dicaeum ignipectus D. Trigonostigma Alophoixus bres Pycnonotus atriceps P. aurigaster

P. bimaculatus 28,75

P. brunneus P. erytrhrophthalmos P. goiavier P. leucogrammicus P. simplex Calorhamphus fuliginosus Megalaima australis M. chrysopogon M. oorti M. raflesii Psilopogon pyrolopus Harpactes oreskios

Pemakan Serangga dan Nektar (PSN) Anthreptes malacensis

Arachnothera robusta 3,75 Nectarinia jugularis

Pemakan Ikan dan Serangga (PIS) Centropus sinensis

Halcyon smyrnensis

Lacedo Pulchella 6,25

Lanius cristatus L. schach

Pemakan Biji (PI) Geopelia striata

Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis

Rhizothera longirostris 10 Polyplectron chalcurum

Lonchura punctulata L. striata

Passer montanus

Dari Tabel 5 diketahui bahwa burung yang mendominasi di Kawasan Penelitian adalah jenis burung pemakan serangga (Insektivora) sebesar 47,5% kemudian diikuti oleh jenis burung pemakan serangga dan buah (PSB) sebesar 28,75%, burung pemakan biji (PI) sebesar 10%, burung pemakan ikan dan serangga (PIS) sebesar 10%, burung pemakan serangga dan nektar (PSN) sebesar 3,75% dan burung pemakan buah (Frugivora) sebesar 3,75%. Dominasi kelompok


(43)

28

pemakan serangga sangat umum dijumpai pada komunitas burung di daerah hutan.Hal ini disebabkan oleh masih baiknya kondisi hutan tersebut sehingga masih banyak ditemukan berbagai serangga yang menjadi sumber makanan bagi burung. Menurut Wilson et al., (2008), sebagian besar spesies burung yang mendiami hutan memang merupakan pemakan serangga sebagai salah satu alternatif sumber pakannya.lokasi mencari makan pada burung biasanyadipilih berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran tubuhsetiap jenis serta makanan yang disukai (Elfidasari & Junardi, 2005).

4.5. Jenis-Jenis Burung yang Mendominasi dan Paling Banyak diburu Berdasarkan Hasil Wawancara Masyarakat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utarabahwa jenis burung yang mendominasi di kawasan ini yaitu dari jenis Takur, Srigunting, Rangkong, Pelatuk, Balam dan Merbah.Sedangkan jenis burung yang paling banyak diburu yaitu dari jenis Cicadaun, Balam, Kutilang, Murai dan Puyuh.Para pemburu umumnya masuk melalui daerah Deleng Payung. Burung Cicadaun, Kutilang dan Murai diburu karena memilikikicauan khas dan suara merdu sehingga menarik minat penduduk lokal maupun penduduk dari luar daerah untuk memburu burung-burung tersebut. Sedangkan untuk burung-burung Balam dan Puyuh biasanya hanya dikonsumsi. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan burung tersebut, mulai dari memasang alat pemikat, menggunakan getah, jaring maupun senapan angin. Selain untuk dijual, burung-burung tersebut juga dipelihara dan dikonsumsi.

4.6. Status Jenis-jenis Burung yang DidapatDi Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Dari data yang diperoleh di lapangan, terdapat 11 jenis burung yang statusnya dilindungi di Indonesia (PP No. 7 Tahun 1999). Dua diantaranya juga tergolong burung yang mendekati terancam punah menurut IUCN Red List Data Book (2007) yaitu Rangkong Papan (Buceros bicornis) dan Rangkong Badak (Buceros rhinoceros). Rangkong Papan (Buceros bicornis) juga termasuk


(44)

kedalam Appendix I – CITES yang berarti spesies ini termasuk kelompok yang terancam kepunahannya sehingga dilarang memperjualbelikan spesies ini. Status jenis-jenis burung yang didapat pada Desa Telagah TNGL dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Status Jenis-jenis Burung yang Didapat Pada Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

No. Nama Latin Nama Lokal Status Perlindungan PP IUCN CITES

1. Halcyon smyrnensis Cekakak Belukar DL - - 2. Lacedo Pulchella Cekakak Batu DL - - 3. Aceros undulates Julang Emas DL - App.II 4. Buceros bicornis Rangkong Papan DL NT App.I 5. Buceros rhinoceros Rangkong Badak DL NT - 6. Rhizothera longirostris Puyuh Siul-selanting - NT - 7. Chloropsis cyanopogon Cicadaun Kecil - NT - 8. Ictinaetus malayensis Elang Hitam DL - App.II 9. Spizaetus cirrhatus Elang Brontok DL - App.II 10. Anthreptes malacensis Burungmadu Kelapa DL - - 11. Arachnothera robusta Pijantung Besar DL - - 12. Nectarinia jugularis Burungmadu Sriganti DL - - 13. Cochoa beccarii Ciungmungkal Sumatera - VU - 14. Megalaima raflesii Takur tutut - NT - 15. Dinopium rafflesi Pelatuk Raffles - NT - 16. Harpactes oreskios Luntur Harimau DL - - Keterangan :

DL = Dilindungi, NT = Mendekati Terancam Punah, VU = Rentan, App.I = semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan, App.II = jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan.


(45)

30

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai keanekaragaman burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa :

a. Ditemukan sebanyak 82 jenis burung yang tergolong dalam 9 ordo dan 28

famili. Pada lokasi 1 (lokasi perbatasan) ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan K = 78,33 ind/ha, lokasi 2 (hutan TNGL) ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan K = 82,92 ind/ha dan pada lokasi 3 (agroforestri) ditemukan sebanyak 41 jenis burung dengan K = 185 ind/ha.

b. Kepadatan (K) dan Kepadatan Relatif (KR) tertinggi pada lokasi 1 yaitu

Megalaima oorti dengan nilai K= 9,58 ind/ha dan KR= 12,23%, pada lokasi 2 nilai K dan KR tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti dengan nilai K= 9,58 ind/ha dan KR= 11,55% dan pada lokasi 3 nilai K dan KR tertinggi dari jenis Lonchura punctulata dengan nilai K= 21,67 ind/ha dan KR= 11,71%. Frekuensi Kehadiran (FK) tertinggi pada lokasi 1 dan 2 yaitu dari jenis Megalaima oorti dengan nilai FK masing-masing sebesar 50% dan 56,67%. Sedangkan untuk lokasi 3 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Pycnonotus goiavier dengan nilai FK sebesar 60%.

c. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) burung tertinggi di kawasan ini

terdapat pada Lokasi 3 (agroforestri) sebesar 3,29 dan nilai H’ terendah pada lokasi 1 (lokasi perbatasan) sebesar 3,16. Indeks equitabilitas (E) pada lokasi 1, 2 dan 3 sebesar 0,89. Untuk nilai indeks similaritas (IS) tertinggi terdapat pada lokasi 1 dan 2 sebesar 35,61% dan nilai IS terendah terdapat pada lokasi 1 dan 3 sebesar 34,21%.


(46)

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik mengenai burung-burung yang terdapat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten langkat Sumatera Utara.


(47)

32

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar.Jilid 1. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.

Alikodra, H.S. 2002.Pengelolaan Satwa Liar. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Arninova.2004.Inventarisasi Jenis Burung di Pos Penelitian Sikundur Ekosistem Leuser.[Skripsi]. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Ayat, A. 2011. Burung- Burung Agroforest di Sumatera. World Agroforestry Centre. Bogor.

[BBTNGL] Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser. 2010. Rencana Pengelolaan TNGL 2010-2029. BBTNGL. Medan.

Bibby, C., M. Jones dan S. Marsden. 2000. Teknik Ekspedisi Lapangan: Survey Burung. SKMG Mardi Yuana. Bogor.

Crosby, M.J. 2004. Menyelamatkan Burung-Burung Asia yang Terancam Punah: Panduan untuk Pemerintah & Masyarakat Madani (Edisi Indonesia). Bindlife International. United Kingdom.

Departemen Kehutanan. 1992. Buku Saku Pengenalan Satwa Liar (Aves). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan & Pelestarian Alam, DPH. Bogor. Elfidasari, D. dan Junardi. 2005. Keragaman Burung Air di Kawasan Hutan

Mangrove Peniti Kabupaten Pontianak. Biodiversitas. 7(1): 63-66.

Elliot, S., D. Blakesley, J.F. Maxwell, S. Doust, S. Suwannaratana. 2006. Bagaimana Menanam Hutan: Prinsip-Prinsip dan Praktek untuk Merestorasi Hutan Tropis. Terjemahan William Rombang. The Forest Restoration Research Unit.Chiang Mai University. Thailand.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Firdaus, A.B., Setiawan, A. dan Rustiati, E.L. 2014. Keanekaragaman Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat.Jurnal Sylva Lestari. 2(2): 1-6.

Fransisca, D.S. 2013. Identifikasi Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser.[Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(48)

Helvoort, B.V. 1981. Bird Populations in the Rural Ecosistems of West Java.Nature Conservation Department. Netherlands.

Hernowo, J.B. 1985. Studi Pengaruh Tanaman Pekarangan Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk Perkampungan di Wilayah Tingkat II Bogor.[Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Hernowo, J.B. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau Sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Media Konservasi. 2(4): 61-71.

Hidayat, O. 2003.Keanekaragaman Spesies Avivauna di KHDTK Hambala, Nusa Ternggara Timur.Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2(1): 12-25. Humaini, R. 2009. Identifikasi Jenis dan Kemelimpahan Burung Diurnal di

Kawasan Wisata Hutan Lindung Gunung Gedambaan Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kota Baru.Jurnal Wahana Bio. 2: 66-77.

Johnsing, A.J.T dan J. Joshua. 1994. Avifauna in Three Vegetations Types on Mundanthurai Plateau. South India. Journal of Tropical Ecology.(10): 323. Krebs, C.J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abundance.Third

Edition.Harper & Row Publisher. New York.

Mackinnon, J dan Phillips, K. 1990.Burung-Burung di Jawa dan Bali.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Mackinnon, J., Karen, P. dan Bas Van Balen. 1992. Burung-Burung di Jawa dan Bali. Puslitbang-LIPI. Jakarta.

Mackinnon, J., Karen, P. dan Bas Van Balen. 2000. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang-LIPI. Jakarta.

Mackinnon, J., Karen, P. dan Bas Van Balen. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. Odum, P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Odum, P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Partasasmita, R. 2003. Ekologi Burung Pemakan Buah dan Peranannya Sebagai

Penyebar Biji. Makalah Falsafah Sains (PPS 702). Bogor: Program Pasca Sarjana IPB


(49)

34

Resit, S., Yusron. S. dan Pupung, F.N. 1999.Jenis-Jenis Burung Dilindungi yang Sering Diperdagangkan. Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL). Jakarta. Reynolds, R.J.T., J.M. Scott. and R.A. Nussabaum. 1980. A Variable

Circular-Plot Methods for Estimating Bird Number.

Rohiyan, M., Setiawan, A. dan Rustiati, E.L. 2014.Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Pinus dan Hutan Campuran Muara Sipongi Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.Jurnal Sylva Lestari. 2(2): 89-98.

Rusmendro, H. 2009. Perbandingan Keanekaragaman Burung pada Pagi dan Sore Hari di Empat Tipe Habitat di Wilayah Pangandaran, Jawa Barat.Vis Vitalis. 2(1): 8-16.

Sajithiran.T.M., Jamdhan. S.W and Santiapillai. C. 2004. A Comparative Study of The Diversity of Birds in Three Reservoirs in Vavuniya, Sri Lanka. Tiger Paper. 31(4): 27-32.

Salsabila, A. 1985.Vertebrata. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. Universitas Andalas. Padang.

Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT. Rineka Cipta. Anggota IKAPI. Jakarta.

Sibley and Monroe. 1990. Classification of the Class Aves. Under review by the checklist committee of the American Ornithologists Union.

Suin, N.M. 2000. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang.

Sujatnika., P. Jepson., T.R. Soehartono., M.J. Crosby. dan A. Mardiastuti. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Birdlife International Indonesia Programme.

Sukmantoro, W., M. Irham., W. Novarino., F. Hasudungan., N. Kemp., M. Muchtar.2007.Daftar Burung Indonesia.Indonesian Ornithologist Union.Bogor.

Swastikaningrum, H., Hariyanto, S. dan Irawan, B. 2012. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong Perbatasan Surabaya-Gresik.Berkala Penelitian hayati.17: 131-138.

Syahadat.F., Erianto dan Sarma. S. 2015. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal di Hutan Mangrove Pantai Air Mata Permai Kabupaten Ketapang.Jurnal Hutan Lestari. 3(1): 21-29.


(50)

Van Balen, S. 1984. Comparisons of Bird Counts and Bird Observation in Neighbourhood of Bogor (Indonesia).[Student Report].University of East Anglia.

Widodo, W. 2009.Komparasi Keragaman Jenis Burung-Burung Di Taman Nasional Baluran dan Alas Purwa Pada Beberapa Tipe Habitat.Berkala Penelitian Hayati. 14 :113-124.

Wiens, J.A. 1992. The Ecology of Bird Communities.Vol 1.Foundations and Patterns.Cambridge University Press. USA.

Wilson, N., M. Ani.,B.P. Lilik, W. Reviany, A.M. Yeni, R. Hiroshi, S. Anas, Jarulis, J.M. Nazri.2008. Komposisi Guild dan Lebar Relung Burung Strata Bawah di Sipisang Sumatera Barat.Biota. 13(3): 155-162.


(51)

36

Lampiran 1.Peta Lokasi Penelitian

Sumber Peta: Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL)


(52)

Lampiran 2.Data Jumlah Jenis dan Individu burung Di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. a. Lokasi 1 (Areal Perbatasan )

No. Jenis Pagi Sore Jumlah

1. Ducula badia 4 1 5

2. Macropygia ruficeps 2 - 2

3. Lacedo Pulchella 4 - 4

4. Buceros bicornis 2 - 2

5. B. rhinoceros 4 - 4

6. Phaenicophaeus tristis 2 - 2

7. Ictinaetus malayensis 1 - 1

8. Spizaetus cirrhatus - 1 1

9. Polyplectron chalcurum 3 - 3

10. Chloropsis cyanopogon - 1 1

11. Dicaeum ignipectus 2 2 4

12. D. Trigonostigma 8 - 8

13. Dicrurus aeneus 1 1 2

14. D. leucophaeus 8 3 11

15. D. macrocercus 4 - 4

16. D. paradiceus 2 1 3

17. D. remifer 2 - 2

18. Culicicapa ceylonensis 3 - 3

19. Cyanoptila cyanomelana 14 2 16

20. Pycnonotus aurigaster 6 - 6

21. P. erytrhrophthalmos 5 - 5

22. P. goiavier 11 9 20

23. P. leucogrammicus 2 3 5

24. P. simplex 15 3 18

25. Rhipidura albicolis 3 3 6

26. Abroscopus superciliaris 1 - 1

27. Cochoa beccarii 2 - 2

28. Zoothera sibirica 4 - 4

29. Calorhamphus fuliginosus 3 - 3

30. Megalaima chrysopogon - 1 1

31. M. oorti 12 11 23

32. M. raflesii 2 1 3

33. Psilopogon pyrolopus 3 1 4

34. Celeus brachyurus 2 - 2

35 Harpactes oreskios 4 1 5


(53)

38

b. Lokasi 2 (Hutan TNGL)

No. Jenis Pagi Sore Jumlah

1. Ducula badia - 2 2

2. Streptopelia chinensis 5 2 7

3. Buceros rhinoceros 1 1 2

4. Cacomantis merulinus 5 - 5

5. C. sonneratii 1 - 1

6. Centropus sinensis 2 1 3

7. Phaenicophaeus tristis 2 1 3

8. Ictinaetus malayensis - 1 1

9. Rhizothera longirostris 1 - 1

10. Polyplectron chalcurum 2 - 2

11. Artamus leucorhynchus 1 - 1

12. Chloropsis cyanopogon 1 1 2

13. C. sonnerati 4 3 7

14. Cissa chinensis 1 - 1

15. Dicrurus leucophaeus 7 3 10

16. D. macrocercus 6 3 9

17. Cyanoptila cyanomelana 6 8 14

18. Ficedula mugimaki 4 - 4

19. Muscicapa dauurica 4 3 7

20. Niltava grandis - 2 2

21. Arachnothera robusta 2 3 5

22. Nectarinia jugularis 3 3 6

23. Alophoixus bres 2 4 6

24. Pycnonotus atriceps 4 1 5

25. P. bimaculatus 3 - 3

26. P. brunneus 4 - 4

27. P. erytrhrophthalmos 8 8 16

28. P. goiavier 10 7 17

29. P. simplex 4 8 12

30. Garullax lugubris 1 - 1

31. G. palliates 1 - 1

32. Brachypteryx leucophrys 1 4 5

33. Copsychus saularis 4 1 5

34. Turdus obscures 1 - 1

35 Megalaima australis - 2 2

36. M. oorti 12 11 23

37. Dinopium javanense - 1 1

38. D. rafflesi 2 - 2


(1)

Phaenicophaeus tristis Megalaima oorti

Lacedo pulchella Ducula badia


(2)

Lanius cristatus Lanius schach

Culicicapa ceylonensis Macropygia ruficeps


(3)

Streptopelia chinensis Lonchura punctulata

Pycnonotus goiavier Halcyon smyrnensis


(4)

Cyanoptila cyanomelana Motacilla cinerea

Copsychus saularis Ictinaetus malayensis


(5)

= 2,08ind/ha b. Kepadatan Relatif (KR)

KRDucula badia =

Kepadatan suatu jenis

Jumlah kepadatan seluruh jenis

x

100

%

=2,08

78,33x 100% = 2,66 % c. Frekuensi Kehadiran (FK)

FKDucula badia =

plot al Jumlah tot jenis suatu ditempati yang plot Jumlah

x 100 %

=

30 3

x 100 %

= 10%

d. Indeks Keanekaragaman/Indeks Diversitas Shannon-Wienner (H’)

H’ = -∑pi ln pi

Pi = ni

N = 5/186 = 0,027


(6)

= - 3,62