KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES Kepatuhan Menjalani Diet Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS TIPE 2

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
IDHA KUSUMAWATI
NIM F 100 050 168

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS TIPE 2

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh:
IDHA KUSUMAWATI
NIM F 100 050 168

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ii

I!

v T0z J:,qulosoc z I'€us)i€ms

'Isd'HI''lsd'S'8upfuproH IrS nuslil\

urrrulfl 8qqu1qua4
:qe1o


mfnlsslp q"leJ

rln8ue4 ue.&\o6 uedap rp

uelueqeuedrp

>1n1un

rnfnlestp

qelol

89r 0s0 00I .{
IIV,A(\VW|ISOX

:qe1o

Z


YHfl

ue4nfep EUBA

trdTI SOTITTSI^I

StrJ,gflYIO YIIUSONUd YOVd NT\DIIfl(Ngd

IYX9NIJ NY(I

NIhIYTDT SINg,f IUY(I NYfNIIIO ISIO INYTYfNfh[ NYHOIYdDT

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN
TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE 2
IDHA KUSUMAWATI
Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi, M.Psi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstrak. Penderita diabetes mellitus memerlukan kepatuhan dalam mengendalikan

penyakitnya secara kontinu, terutama dalam menerapkan diet sebagai bagian dari
pilar pengendaliannya. Beberapa faktor demografis disebut memberikan pengaruh
kepatuhan, antara lain jenis kelamin serta tingkat pendidikan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui; 1) perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis
kelamin dan tingkat pendidikan, 2) perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari
jenis kelamin, dan 3) perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari tingkat
pendidikan pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Hipotesis mayor dalam penelitian
ini adalah ada perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin dan
tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus tipe 2. Hipotesis minor dalam
penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kepatuhan dalam menjalani diet ditinjau
dari jenis kelamin dimana perempuan lebih patuh dan ada perbedaan tingkat
kepatuhan dalam menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan dimana penderita
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih patuh. Penelitian ini dilakukan di
klinik penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan metode pendekatan
kuantitatif menggunakan skala kepatuhan menjalani diet dan teknik incidental
sampling, melibatkan 57 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang sedang menjalani rawat
jalan. Proses analisis data yang diperoleh menggunakan analisis varian dua jalur.
Hasil analisis data menunjukkan F = 2,053; p = 0,118 yang berarti jenis
kelamin dan tingkat pendidikan pasien tidak memberikan perbedaan yang signifikan
pada tingkat kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Dilihat

dari jenis kelamin menunjukkan f = 2,203; p = 0,072 yang berarti tidak memberikan
perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan. Dilihat dari tingkat pendidikan
menunjukkan f = 3,062; p = 0,043 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada
tingkat kepatuhan menjalani, dimana penderita dengan pendidikan tinggi lebih patuh
daripada penderita dengan tingkat pendidikan menengah. Hasil kategorisasi data
menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kepatuhan sedang dengan
nilai rerata empirik 40,04.
Kata kunci: kepatuhan menjalani diet, jenis kelamin, tingkat pendidikan, diabetes
mellitus tipe 2

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

perubahan gaya hidup menjadi salah

PENDAHULUAN

P


enyakit

diabetes

mellitus

ditetapkan oleh PBB sebagai

satu kunci dalam penanganan diabetes
mellitus tipe 2.

menular,

Ada 4 pilar penatalaksanaan

tetapi berlangsung lama dan sulit

penyakit diabetes mellitus (Kariadi,

untuk diturunkan angkanya. Menurut


2009). Salah satunya adalam dengan

laporan statistik dari International

menjalani program diet yang menurut

Diabetes Federation (IDF) (Nathan

Darusman (2009) diet merupakan

dan Delahanty, 2009) menyebutkan

terapi

paling

utama

dalam


bahwa terdapat 230 juta penderita

penatalaksanaan

diabetes

mellitus.

diabetes mellitus dan diperkirakan

Pengaturan

akan terus meningkat menjadi 370 juta

berdasarkan 3J, yaitu, jumlah, jenis

pada tahun 2030.

dan jadwal (Kariadi, 2009). Jumlah


penyakit

Penyakit

tidak

ini

diabetes

mellitus

Indonesia

makanan diatur berdasarkan tinggi dan

disebut juga dengan penyakit kencing

berat badan, jenis aktivitas dan umur


manis atau penyakit gula. Disebut

penderita diabetes. Jenis makanan

demikian

mencakup

karena

di

diet

penyakit

ini

karbohidrat


(termasuk

merupakan

kelompok

gangguan

penghitungan gula murni dan gula

metabolik

kompleks

termasuk

komplek), lemak, buah dan sayuran.

hiperglikemia

dan

gangguan

aksi

Sedangkan jadwal makan meliputi

insulin dan/atau sekresi insulin (Lin

waktu

dan

selingan

Sun,

2010),

sehingga

menyebabkan kadar gula darah dalam
tubuhnya melebihi batas.

makan

tetap

(Krisnatuti

dan
dan

makan
Yenrina,

2008).
Kepatuhan dalam menjalankan

WHO (2003) menyatakan dari

diet bagi penderita diabetes mellitus

beberapa macam tipe diabetes, kasus

tipe 2 menjadi permasalahan tersendiri

diabetes mellitus tipe 2 menempati

ketika peraturannya harus diikuti oleh

90% dari keseluruhan kasus. Dan 90-

penderita secara kontinu dan dalam

99% disebabkan oleh gaya hidup yang

kurun waktu yang lama. Kepatuhan

tidak sehat, termasuk di dalamnya

jangka panjang terhadap perencanaan

dalam aktivitas fisik dan juga dalam

makan merupakan tantangan yang

konsumsi makanan. Oleh karena itu,

besar bagi penderita diabetes mellitus

1

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

Cox

dan

Anderson

(dalam

Ciechanowski dkk, 2001)
Beberapa faktor demografis

usaha-usaha

pemulihan

misalnya

mematuhi

mematuhi

anjuran

kesehatan

aturan
dokter,

diet,
dalam

tingkat

rangka pemulihan kesehatan. Diet

kepatuhan pasien diabetes mellitus,

sendiri menurut Kariadi (2009) adalah

antara lain jenis kelamin serta tingkat

pengaturan makan. Sehingga dapat

pendidikan. Faktor jenis kelamin akan

disimpulkan bahwa kepatuhan diet

mempengaruhi

adalah keterlibatan aktif pasien untuk

disebut

sebagai

penentu

perubahan

mental

penderita. Smet (Darusman, 2009)

mengikuti

menyatakan

penyakit

bahwa

wanita

lebih

bersikap positif bila dibandingkan
dengan

pria

diabetes

dalam

mellitus.

pendidikan

seseorang

tingkat

berpengaruh

diabetes

diet

sehingga

penderita

lebih

terkontrol.

mengontrol
Dan

aturan

Aspek-aspek dari kepatuhan
menurut Delamater (2011) adalah
pilihan

dan

keterkaitan

dalam

dalam memberikan respon terhadap

penetapan

tujuan,

perencanaan

sesuatu

perawatan,

dan

implementasi

yang

datang

dari

luar.

Seseorang yang mempunyai tingkat

peraturan diet. Adapun faktor-faktor

pendidikan tinggi akan memberikan

yang

respon yang lebih rasional dan juga

kepatuhan penderita diabetes, yaitu:

dalam motivasinya akan berpotensi

Karakteristik penyakit dan tritmennya,

daripada mereka yang berpendidikan

meliputi tiga unsur dalam pengobatan

lebih

dari penyakit itu sendiri telah dikaitkan

rendah

atau

sedang

(Notoatmodjo, 2003).

mempengaruhi

dengan kepatuhan, yaitu kompleksitas
pengobatan,

kepatuhan

penyakit

dan

personal, meliputi tujuh variabel yang

Kepatuhan Menjalani Diet

menjelaskan

durasi

pemberian perawatan. Faktor intra-

LANDASAN TEORI

Notoatmodjo

perilaku

(2003)

berhubungan dengan kepatuhan, yaitu

merupakan

usia, jenis kelamin, self-esteem, self-

perilaku seseorang sehubungan dengan

efficacy,

pemulihan

(health

penyalahgunaan alkohol. Faktor inter-

rehabilitation behavior) yaitu perilaku

personal, dua hal penting dalam faktor

seseorang yang berhubungan dengan

inter-personal

kesehatan

stres,

depresi

adalah

dan

kualitas

2

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

hubungan

antara

pasien

penyedia

layanan

dengan

kesehatan

dan

berpartisipasi

dalam

pemeriksaan

kesehatan.

dukungan sosial. Dan yang keempat

Tingkat Pendidikan

adalah faktor lingkungan, dua variabel

Notoatmodjo

(2003)

yang termasuk di dalamnya adalah

berpendapat semakin tinggi tingkat

high-risk situations and environmental

pendidikan seseorang makin mudah

systems (situasi berisiko tinggi dan

orang tersebut menerima informasi.
Papalia,

sistem lingkungan).

dkk

mengatakan

Jenis Kelamin

(2009)

orang-orang

yang

Menurut Kartono dalam Astuti

berpendidikan lebih baik dan lebih

(2009) jenis kelamin/seks merupakan

berkecukupan memiliki pola makan

kualitas yang menentukan individu itu

yang

laki-laki

kesehatan yang bersifat pencegahan

atau

perempuan

yang

menyatakan bahwa perbedaan secara

lebih

sehat

dan

layanan

dan perawatan medis yang lebih baik.
Menurut

anatomis dan fisiologis pada manusia

Delamater

(2006)

struktur

tingkat pendidikan rendah dikaitkan

tingkah laku dan struktur aktivitas

dengan kepatuhan pada tritmen yang

antara pria dan wanita.

lebih rendah dan lebih besar terkait

menyebabkan

perbedaan

Perilaku kesehatan antara pria
dan wanita dijelaskan oleh Kozier
(dalam

Darusman,

2009)

morbiditas pada diabetes.
Hipotesis

pada

Hipotesis

mayor

dari

umumnya wanita lebih memperhatikan

penelitian ini adalah ada perbedaan

dan peduli pada kesehatan mereka dan

kepatuhan diet ditinjau dari jenis

lebih sering menjalani pengobatan

kelamin

dibandingkan pria.

penderita diabetes mellitus tipe 2. Dan

Menurut Hawk (2005) jenis
kelamin merupakan salah satu faktor
yang

mempengaruhi

dan

tingkat

pendidikan

hipotesis minornya adalah:
1. Ada

perbedaan

kepatuhan

diet

perilaku

ditinjau dari jenis kelamin pada

kesehatan, termasuk dalam mengatur

penderita diabetes mellitus tipe 2,

pola makan. Wanita lebih sering

dimana perempuan lebih patuh

menggunakan

menjalani diet daripada laki-laki.

fasilitas

kesehatan

daripada laki-laki, dan wanita lebih

3

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

2. Ada

perbedaan

kepatuhan

diet

kepatuhan menjalani diet yang telah

ditinjau dari tingkat pendidikan

dibuat dan digunakan sebelumnya oleh

penderita diabetes mellitus tipe 2,

Basyiroh (2011) sesuai dengan aspek-

dimana tingkat pendidikan tinggi

aspek kepatuhan yang diungkapkan

lebih patuh dalam menjalani diet

oleh Delamater (2006).

daripada

Analisis Data

tingkat

pendidikan

menengah.

Data diolah dengan analisis
varian dua jalur.

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 3
variabel.

Variabel

menjalani

diet

Validitas dan Reliabilitas

kepatuhan

Uji coba alat ukur dalam

variabel

penelitian ini menggunakan try out

sebagai

tergantung, dan variabel jenis kelamin

terpakai,

serta

didapatkan bisa digunakan langsung

tingkat

pendidikan

sebagai

yang berarti

data

yang

variabel bebas.

sebagai data penelitian. Perhitungan

Subjek

validitas aitem dalam penelitian ini
Subjek dalam penelitian ini

menggunakan program SPSS (Statistic

adalah penderita diabetes mellitus tipe

Product and Service Solutions) 15.0

2. Pengambilan sample dilakukan

for Windows Program. Sementara

dengan metode incidental sampling,

untuk reliabilitas dilakukan uji dengan

yang

mengambil

dijadikan

sampel

kebetulan

namun

Alpha

Cronbach

subjek

yang

koefisien

dengan

cara

dilakukan terhadap aitem-aitem yang

dengan

valid. Hasil uji validitas aitem skala

sesuai

dan

karakteristik yang telah ditentukan

kepatuhan

pada saat dilakukan penelitian di poli

menunjukkan bahwa dari 16 aitem

penyakit dalam RSUD Dr Moewardi

yang diajukan terdapat 2 aitem yang

Surakarta

gugur dan 14 aitem yang valid. Aitem

yang

sedang

menjalani

rawat jalan.

yang

Alat Ukur

validitas

valid

menjalani

mempunyai
corrected

diet

koefisien
item-total

Alat ukur yang digunakan

correlation bergerak dari 0,323 sampai

dalam penelitian ini adalah skala

0,726. Skala kepatuhan menjalani diet

4

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

koefisien

Alpha

pada tingkat kepatuhan menjalani diet

0,886,

dengan

pada penderita diabetes mellitus tipe 2,

dapat

dimana penderita dengan pendidikan

dinyatakan handal dan memenuhi

tinggi lebih patuh daripada penderita

untuk digunakan dalam penelitian.

dengan tingkat pendidikan menengah.

memiliki

nilai

Cronbach

sebesar

demikian

skala

tersebut

Kategorisasi

Uji Asumsi
Hasil uji normalitas sebaran
dari variabel kepatuhan menjalani diet
menunjukkan
didapatkan

bahwa
normal

data

yang

dengan

nilai

Kolmogorov-Smirnov = 0,995 ; p =
0,276 (p > 0,05). Dengan p > 0,05
maka data kepatuhan menjalani diet
dinyatakan memiliki sebaran data yang
normal.

Hasil

analisis

data

menunjukkan nilai F = 2,053; p =
0,118 yang berarti jenis kelamin dan
pendidikan

bersama-sama
perbedaan

pasien

tidak

yang

secra

memberikan

signifikan

pada

tingkat kepatuhan menjalani diet pada
penderita diabetes mellitus tipe 2.
Dilihat dari jenis kelamin didapat nilai
f = 2,203 ; p = 0,072 yang berarti juga
tidak memeberikan perbedaan yang
berarti

pada

tingkat

kepatuhan

penderita diabetes mellitus tipe 2.
Namun dilihat dari tingkat pendidikan
didapat nilai f = 3,062 ; p = 0,043 yang
berarti ada perbedaan yang berarti

kategorisasi

data

menunjukkan bahwa subjek penelitian
memiliki

tingkat

kepatuhan

yang

sedang dengan nilai rerata empirik
40,04. Subjek laki-laki berjumlah 31
dengan rerata empirik 39,74 dan
perempuan berjumlah 26 dengan nilai
rerata

empirik

memiliki
sedan.

Uji Hipotesis

tingkat

Hasil

40,38

tingkat
Subjek

sama-sama

kepatuhan
dengan

yang
tingkat

pendidikan menengah berjumlah 35
dengan rerata empirik 39,63 dan
tingkat pendidikan tinggi berjumlah 22
dengan rerata empirik 40,68 samasama

memiliki

tingkat

kepatuhan

sedang.
Pembahasan
Jenis

kelamin

dan

tingkat

pendidikan pasien secara bersamasama tidak memberikan perbedaan
yang

signifikan

kepatuhan

pada

menjalani

tingkat

diet

pada

penderita diabetes mellitus tipe 2.
Dilihat dari jenis kelamin saja juga
tidak memberikan perbedaan yang
berarti

pada

tingkat

kepatuhan

5

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

penderita diabetes mellitus tipe 2.

terbukti dalam penelitian ini. Seperti

Namun dilihat dari tingkat pendidikan

pendapat dari Glasgow (WHO, 2003)

ada perbedaan yang berarti pada

yang mengatakan bahwa laki-laki

tingkat kepatuhan menjalani diet pada

dinilai memiliki tingkat kepatuhan

penderita diabetes mellitus tipe 2,

yang lebih rendah dalam hal diet

dimana penderita dengan pendidikan

dibandingkan wanita.

tinggi lebih patuh daripada penderita

Kesimpulan

dengan tingkat pendidikan menengah.

1. Tidak

Papalia, dkk (2009) menyatakan
bahwa

orang-orang

ada

signifikan

perbedaan
dalam

yang

kepatuhan

yang

menjalani diet ditinjau dari jenis

berpendidikan lebih baik dan lebih

kelamin serta tingkat pendidikan

berkecukupan memiliki pola makan

pada pasien diabetes mellitus tipe

yang

2 dengan nilai F = 2,053 ; p =

lebih

sehat

dan

layanan

kesehatan yang bersifat pencegahan
dan perawatan medis yang lebih baik,

0,118 (p > 0,05).
2. Tidak

ada

perbedaan

dan Delamater (2006) mengatakan

signifikan

terhadap

bahwa

menjalani

diet

pendidikan

rendah

yang

kepatuhan

ditinjau

dari

mengakibatkan rendahnya kepatuhan

perbedaan jenis kelamin subjek

terhadap pengelolaan diabetes dan

penelitian

meningkatkan

dengan nilai f jenis kelamin

keparahan

penyakit.

Supariasa (dalam Darbiyono, 2011)
juga

mengatakan

bahwa

yang

ditunjukkan

sebesar 2,203 dengan p = 0,072.

tingkat

3. Ada perbedaan yang signifikan

mempengaruhi

terhadap kepatuhan menjalani diet

pendidikan

sangat

kemampuan

penerimaan

informasi

ditinjau dari tingkat pendidikan

tentang gizi, sehingga bisa diharapkan

yang ditunjukkan dengan nilai f

dia mampu bersikap dan bertindak

sebesar 3,062 dengan p = 0,043.

mengikuti norma-norma gizi.
Beberapa

pendapat

4. Rerata
di

atas

menjalani

empirik
diet

kepatuhan
didapat

skor

terbukti dala penelitian ini. Akan tetapi

sebesar 40,04. Hal ini berarti

pendapat yang menyatakan bahwa

bahwa

jenis kelamin perempuan lebih patuh

menjalani

dalam

penelitian tergolong sedang.

penatalaksanaan

diet

tidak

variabel
diet

kepatuhan
pada

subjek

6

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

5. Rerata kepatuhan menjalani diet

pada kategori sedang. Dari segi

pada responden laki-laki didapat

jenis kelamin memang tidak ada

skor

Rerata

perbedaan yang signifikani dalam

kepatuhan menjalani diet pada

tingkat kepatuhan diet, namun

responden

dari

sebesar

39,74.

perempuan

didapat

tingkat

pendidikan

ada

skor sebesar 40,38. Hal ini berarti

perbedaan yang signifikan. Hal itu

kepatuhan menjalani diet pada

berarti kepatuhan menjalani diet

penderita diabetes mellitus tipe 2

terutama dalam penatalaksanaan

berjenis kelamin baik laki-laki

diabetes mellitus ditentukan juga

maupun

dengan seberapa baik penderita

perempuan

tergolong

sedang.

bisa menyerap informasi seputar

6. Rerata kepatuhan menjalani diet

penatalaksanaan

diet

bagi

pada responden dengan tingkat

penderita diabetes mellitus. Oleh

pendidikan

karena itu pasien sebaiknya lebih

skor

menengah

sebesar

39,63.

didapat
Rerata

berusaha

dalam

meningkatkan

kepatuhan menjalani diet pada

penerimaan

responden

tingkat

penanganan diabetes mellitus tipe

pendidikan tinggi didapat skor

2 umumnya, dan seputar diet

sebesar 40,68. Hal ini berarti

khususnya.

dengan

kepatuhan menjalani diet pada
penderita diabetes mellitus tipe 2
dengan

tingkat

pendidikan

informasi

seputar

2. Keluarga
Pasien
membutuhkan

diabetes
dukungan

dari

menengah dan tinggi tergolong

banyak pihak, termasuk pihak

sedang

terdekat dengan pasien, yaitu

Saran-saran

keluarga. Hal tersebut sangat

1. Pasien diabetes mellitus tipe 2

berpengaruh

yang

menjalani

pola

jalan

perilaku pasien dalam menangani

khususnya serta seluruh penderita

penyakit yang diderita. Terlebih

diabetes pada umumnya

dalam penatalaksanaan diabetes

Hasil

rawat

terhadap

ini

mellitus perlu mengatur sebagian

tingkat

besar aktivitas pasien termasuk di

kepatuhan menjalani diet berada

dalamnya dalam diet, olahraga,

menunjukkan

penelitian
bahwa

7

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

pengobatan

serta

pendidikan.

Dukungan

keluarga

diperlukan

dalam

pertimbangan disini adalah untuk

sangat

memikirkan pelayanan alternatif

membantu

secara psikologis bagi pasien

pasien dalam mencapai target

bekerja sama dengan praktisi

kesehatannya,

psikologi,

sehingga

dalam

misalnya

dengan

menjaga tubuh pasien tetap sehat,

menyelenggarakan

gula darah tetap dalam batas

pelatihan

normal, lebih mudah dilakukan

motivasi pasien dalam menangani

oleh pasien. Kondisi tersebut juga

penyakitnya,

membantu pasien terhindar dari

menjaring penderita lain yang

kondisi

kurang

belum melakukan rawat jalan agar

menguntungkan seperti dilanda

sadar akan pentingnya melakukan

stres/tertekan yang tentunya akan

kontrol rutin terhadap kondisi

menghambat

kesehatannya berkenaan dengan

yang

pencapaian

proses

menuju

target

kesehatan

pasien.

beberapa

untuk

meningkatkan

serta

untuk

penyakit diabetes mellitus tipe 2.
4. Peneliti selanjutnya

3. Penyelenggara fasilitas kesehatan
RSUD dr. Moewardi dalam
menangani

penderita

diabetes

Peneliti selanjutnya yang
bermaksud

akan

melakukan

penelitian

terkait

kepatuhan

mellitus tipe 2 sudah cukup baik,

menjalani diet pada penderita

dengan adanya jadwal tersendiri

diabetes mellitus tipe 2 dapat

bagi

menyempurnakan

para

melakukan

penderita

kelemahan

kesehatan,

penelitian ini, di antaranya teknik

menyediakan tenaga kesehatan

pengambilan sampel secara non-

serta fasilitas yang memenuhi

random

sehingga

anggota

kebutuhan bagi penderita diabetes

populasi

tidak

memiliki

mellitus

meliputi

kesempatan yang sama untuk

dokter

menjadi sampel penelitian ini.

tersedianya

kontrol

untuk

tipe

2,

beberapa

spesialis, para ahli gizi, para

Cara

perawat serta menyelenggarakan

penelitian

ini

tidak

bisa

senam khusus untuk penderita

digeneralisasikan

untuk

semua

diabetes.

populasi.

Perlu

dijadikan

tersebut

membuat

Kedua,

hasil

jumlah

8

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

responden yang hanya 57 orang di
antara ribuan penderita diabetes
mellitus tipe 2 membuat hasil
penelitian

ini

kurang

bisa

mewakili keseluruhan populasi.
Ketiga, penelitian dilakukan pada
pasien

rawat

jalan

tentu

memberikan

penilaian

yang

tersendiri.

Hal

tersebut

dikarenakan pasien rawat jalan
adalah penderita diabetes yang
memiliki

kesadaran

melakukan

kontrol

secara

mandiri,

untuk
kesehatan

hal

serupa.

Generalisasi hasil penelitian ini
terbatas pada populasi tempat
penelitian ini dilakukan, sehingga
penerapan pada ruang lingkup
yang

lebih

karakteristik
kiranya

Ciechanowski, P. S., dkk,. 2001. The
Patient-Provider
Relationship:
Attachment
Theory and Adherence to
Treatment in Diabetes. Am J
Psychiatry,158:29–35.
Diakses
dari
http://ajp.psychiatryonline.or
g/article.aspx?articleid=1745
37 pada tanggal 5 Oktober
2011

sedangkan

penderita lainnya belum tentu
melakukan

Pengobatan pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD
DR.
Moewardi
Surakarta.
Skripsi.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta

luas

dengan

yang

berbeda

diperlukan

penelitian

lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E. M., 2009. Hubungan
antara Kematangan Emosi
dan Jenis Kelamin dengan
Agresivitas pada Komunitas
Slankers. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Basyiroh, A. N., 2011. Hubungan
antara Kontrol Diri dengan
Kepatuhan
terhadap

Darbiyono, D. 2011. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Gizi
dengan Tingkat Kepatuhan
Diet pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 di RSUD
Kabupaten
Karanganyar.
Skripsi.
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Darusman. 2009. Perbedaan Perilaku
Pasien Diabetes Mellitus Pria
dan Wanita dalam Mematuhi
Pelaksanaan Diet. Berita
Kedokteran Masyarakat Vol.
25 No. 1. Maret 2009.
Diakses
dari
http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/ar
ticle/view/3575/3064. Pada
tanggal 5 Oktober 2011
Delamater, A. M., 2006. Improving
Patient Adherence. Clinical
Diabetes Volume 24, Number
2.
Diakses
dari
http://clinical.diabetesjournals

9

Naskah Publikasi
Idha Kusumawati
2014

Manusia). Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.

.org/content/24/2/71.full pada
tanggal 18 Mei 2012
Hawk,

K. 2005. Using SelfManagement skills to Adhere
to Healthy Lifestyle Behavior.
Diakses
dari
http://highered.mcgraw_hill.c
om/sites/dl/free/0073028533/
229833/sample_chapter_02.p
df pada tanggal25 Mei 2012

WHO

Adherence to long-term
therapies: Evidence for
action.
Diakses
dari
http://apps.who.int/medicin
edocs/en/d/Js4883e/ pada
tanggal 16 April 2011

Kariadi, S. H. 2009. Diabetes? Siapa
Takut!!. Bandung: Penerbit
Qanita.
Krisnatuti, D., dan Yenrina, R. 2008.
Diet Sehat untuk Penderita
Diabetes Mellitus. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya.
Lin, Y. & Sun, Z. 2009. Current
Views on Type 2 Diabetes.
Journal.
Oklahoma:
University of Oklahoma
Health
Science
Center.
Diakses
dari
http://joe.endocrinologyjournals.org/content/204/1/1.f
ull pada tanggal 20 Juni 2010
Nathan, D. M., dan Delahanty, L. M.
2005. Menaklukkan Diabetes.
Jakarta: Penerbit PT Bhuana
Ilmu Populer.
Notoatmodjo,
S.
2003.
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat:
Prinsip-prinsip
Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Papalia, D. E., dkk,. 2009. Human
Development (Perkembangan

10