Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Aktivis di Gereja "X" Jakarta.
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif mengenai strategi penanggulangan stres pada aktivis di Gereja “X” Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh lebih lanjut pemahaman yang komprehensif mengenai strategi penanggulangan stres pada aktivis di gereja ”X” Jakarta. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori strategi penanggulangan stres dari Lazarus & Folkman.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 orang. . Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey.
Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi Ways of Coping Questionnaire yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1984) yang terdiri dari 56 item. Nilai validitas item antara 0,308 – 0,899 dan derajat reliabilitas sebesar 0,882.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa 60,5% aktivis di Gereja “X” Jakarta menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan stres secara seimbang. Sebanyak 32,4% menggunakan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada masalah dan sebanyak 5,3% menggunakan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada emosi.
Peneliti mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan penelitian mengenai keefektifan dari strategi penanggulangan stres sehingga diperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres yang efektif bagi aktivis gereja. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian dalam bidang pelayanan yang lebih spesifik agar diperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai strategi penanggulangan stres.
(2)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi hikmat dan kekuatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Aktivis di Gereja “X” Jakarta diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu dan keterbatasan ilmu yang dimiliki, untuk itu kritik dan saran yang membangun akan sangat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. Begitu banyak masukan, dorongan, dan bantuan yang telah didapat peneliti selama penyusunan skripsi ini. Untuk itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. R. Sanusi Soesanto, Psikolog., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
2. Henndy Ginting, S.Psi, Psikolog., sebagai dosen wali yang telah memberikan perhatian, semangat, serta pengarahan selama peneliti menjalani perkuliahan.
3. DR. Parwati Soepangat. MA., sebagai dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.
(3)
4. Dra. Kuswardhini, Psikolog., sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si., selaku dosen dan koordinator mata kuliah skripsi.
6. Sianiwati S. Hidayat, M.Si, Psikolog dan Vida Handayani, M.Psi, Psikolog., sebagai dosen pembahas seminar outline yang telah meluangkan waktunya untuk memberi masukan yang sangat berarti bagi penelitian ini. 7. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha Bandung yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti selama menjalani perkuliahan.
8. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi dan Staf Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha Bandung.
9. Ev. Kaston Sinaga M.Div., selaku Gembala Sidang dari Gereja “X” di Jakarta yang telah membantu peneliti dalam melakukan survey awal dan pengambilan data.
10.Para Aktivis di Gereja “X” Jakarta yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner.
11.Papa, Mama, Fandy, Sandy, dan Cindy, serta semua keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan doa kepada peneliti dalam menjalani perkuliahan.
12.Om Lucky, Tante Morry, Nicko, dan Nila yang telah menjadi “keluarga” bagi peneliti selama berkuliah di Bandung.
(4)
13.Gereja Kristen Kalam Kudus Bandung, yang sudah menjadi “rumah kedua” bagi peneliti dimana peneliti dapat beribadah, melayani bersama, serta bertumbuh dalam kerohanian selama berkuliah di Bandung, terutama untuk Komisi Pemuda, Komisi Remaja, Komisi Sekolah Minggu, Departemen Literatur, dan Departemen Misi.
14.Pdt. Philip Andrew, Ev. Vilijana, Ev. Sonny, Ev. Magdalena, Ev. Royke, Ev. She Kiun, Ev. Maria, Ev. Olivera, Ev. Nova, Andrea, Xiang2, Caleb, dan semua rekan-rekan pelayanan di GKKK Bandung. Kalian banyak memberikan inspirasi dalam hidupku.
15.Teman-teman Komsel GKKK Bandung (Ile, Esther, Vina, Ricky, Buddy, dan Yuni). Thank’s buat dukungan doa kalian selama ini.
16.Teman-teman HWY Community. Thank’s buat dukungan doanya. Ayo kita pelayanan bareng lagi !!.
17.Mariska Tara S.Psi yang telah memberikan banyak masukan kepada peneliti.
18.Teman-teman mahasiswa psikologi angkatan 2004 dan PMK Sola Gratia yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait.
Bandung, Agustus 2008
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR BAGAN...ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Identifikasi Masalah...7
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...7
1.4. Kegunaan Penelitian...8
1.5. Kerangka Pikir...8
1.6. Asumsi Penelitian...18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...19
2.1. Stres ...19
2.1.1. Pengertian Stres...19
(6)
2.1.3. Teori Stres dari Lazarus...23
2.2. Teori Penilaian Kognitif dari Lazarus...25
2.3. Proses Dinamika Stres...29
2.4. Strategi Penanggulangan Stres...29
2.4.1. Pengertian Strategi Penanggulangan Stres...29
2.4.2. Fungsi dan Bentuk Strategi Penanggulangan Stres...30
2.4.3. Hubungan Strategi Penanggulangan Stres Yang Berpusat Pada Emosi dengan Strategi Penanggulangan Stres Yang Berpusat Pada Masalah...35
2.4.4. Hubungan Penilaian Kognitif, Stres, dan Strategi Penanggulangan Stres...36
2.4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Strategi Penanggulangan Stres...37
2.4.6. Hambatan Dalam Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres...38
2.5. Masa Dewasa ……….39
2.5.1. Masa Dewasa Awal...39
2.5.2. Masa Dewasa Madya...41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...43
3.1. Rancangan Penelitian...43
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...44
3.2.1. Variabel Penelitian...44
3.2.2. Definisi Operasional...44
3.3. Alat Ukur...47
(7)
3.3.2. Prosedur Pengisian...49
3.3.3. Sistem Penilaian...50
3.3.4. Data Pribadi dan Data Penunjang...51
3.3.5. Uji Coba Alat Ukur...52
3.3.5.1. Validitas Alat Ukur...53
3.3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur...53
3.4. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...54
3.4.1. Populasi Sasaran...54
3.4.2. Karakteristik Populasi...54
3.4.3. Teknik Penarikan Sampel...54
3.5. Teknik Analisis Data...55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...56
4.1. Gambaran Responden...56
4.1.1. Persentase Aktivis Berdasarkan Usia...56
4.2. Hasil Penelitian...57
4.2.1. Hasil Strategi Penanggulangan Stres...57
4.2.2. Hasil Derajat Stres...62
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian...64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...71
5.1. Kesimpulan...71
(8)
DAFTAR PUSTAKA...74 DAFTAR RUJUKAN...76 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Kerangka Pikir………17 Bagan 3.1. Rancangan Penelitian……….43
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres Tabel 4.1 Persentase Aktivis Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Persentase Strategi Penanggulangan Stres
Tabel 4.3 Bentuk Strategi Penanggulangan Stres Pada Responden yang
Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres Dominan Berpusat Pada Masalah Tabel 4.4 Bentuk Strategi Penanggulangan Stres Pada Responden Yang Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres Dominan Berpusat Pada Emosi Tabel 4.5 Bentuk Strategi Penanggulangan Stres Pada Responden Yang Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres Secara Seimbang
Tabel 4.6 Persentase Derajat Stres
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01 Aktivis Gereja
Lampiran 02 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres
Lampiran 03 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres Setelah Pengujian Validitas
Lampiran 04 Data Pribadi dan Data Penunjang
Lampiran 05 Alat Ukur Derajat Stres Setelah Pengujian Validitas Lampiran 06 Hasil Perhitungan Validitas Alat Ukur Derajat Stres
Lampiran 07 Data Bentuk Strategi Penanggulangan Stres Yang Berpusat Pada Masalah
Lampiran 08 Data Bentuk Strategi Penanggulangan Stres Yang Berpusat Pada Emosi
Lampiran 09 Hasil Strategi Penanggulangan Stres Aktivis
Lampiran 10 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Kesehatan dan Energi
Lampiran 11 Tabulasi Silang Strategi Penanggulanggan Stres dengan Keterampilan Pemecahan Masalah
Lampiran 12 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Keyakinan Positif
Lampiran 13 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Keterampilan Sosial
(12)
Lampiran 14 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Dukungan Sosial
Lampiran 15 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Sumber Material
Lampiran 16 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Bidang Pelayanan yang dilakukan Aktivis
Lampiran 17 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Usia Lampiran 18 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Jenis
Kelamin
Lampiran 19 Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Lama Pelayanan
(13)
L1. Aktivis Gereja
Pengertian Aktivis Gereja
Yang dimaksud aktivis gereja adalah jemaat aktif dan memiliki kehidupan kristiani yang baik (baik yang sudah anggota/terdaftar dalam gereja lokal maupun simpatisan), siap/mau mengambil bagian dalam pelayanan baik di gereja maupun di masyarakat secara bertanggung jawab.
Mengapa menjadi seorang aktivis gereja
• Karena Allah telah menyelamatkan, maka kita perlu mengucap terima kasih atas penyelematan itu dengan melayani Allah.
• Pelayanan kita pertama-tama diwujudkan dalam tubuh Kristus, yaitu GerejaNya dengan tujuan mengembangkan gereja/memperluas Kerajaan Allah untuk mempermuliakan nama Tuhan Yesus.
• Pelayanan itu juga diwujudkan dalam masyarakat sebagai aplikasi Injil. • Untuk melayani, maka Allah memberi karunia kepada masing-masing aktivis. Tanggung jawab seorang aktivis gereja
Setiap aktivis adalah partner kerja dalam melayani Tuhan Yesus dalam wadah organisasi gereja, untuk itu diharapkan setiap aktivis harus:
• Menghadiri, dimana memungkinkan, semua pertemuan dan pembinaan-pembinaan yang diadakan oleh gereja dan melaksanakan semua peraturan dan tanggung jawab yang diberikan, dengan menyadari bahwa pelayanan adalah bagian dari anugerah Allah sehingga adalah suatu kehormatan dan juga suatu tanggung jawab.
• Mengusahakan kehidupan yang dapat menjadi teladan yang baik di hadapan Allah dan manusia.
(14)
Beberapa contoh bagian pelayanan para aktivis gereja: • Anggota majelis jemaat
• Anggota paduan suara
• Pelayan kebaktian umum, seperti: song leader, pemusik, dll • Guru sekolah minggu
• Para pengurus komisi • Dan lain-lain.
• Catatan:
Penjelasan di atas adalah merupakan rumusan dari Gereja “X” di Jakarta, sebagaimana telah diimplementasikan selama ini.
(15)
L2. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah Aspek Planfull Problem Solving
No item Koefisien Korelasi Keterangan
1 0,251 Tidak dipakai
2 0,640 Dipakai
20 0,705 Dipakai
24 0,642 Dipakai
26 0,308 Dipakai
30 0,493 Dipakai
39 0,425 Dipakai
48 0,356 Dipakai
49 0,447 Dipakai
52 0,711 Dipakai
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah Aspek Confrontative
No item Koefisien Korelasi Keterangan
6 0,505 Dipakai
7 0,465 Dipakai
17 0,400 Dipakai
(16)
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Distancing
No item Koefisien Korelasi Keterangan
4 0,536 Dipakai
10 0,701 Dipakai
12 0,136 Tidak dipakai
13 0,386 Dipakai
21 0,299 Tidak dipakai
41 -0,100 Tidak dipakai
44 0,512 Dipakai
50 0,401 Dipakai
53 0,642 Dipakai
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Self Control
No item Koefisien Korelasi Keterangan
14 0,508 Dipakai
19 0,531 Dipakai
35 0,246 Tidak dipakai
43 0,398 Dipakai
34 0,132 Tidak dipakai
37 0,387 Dipakai
(17)
54 0,339 Dipakai
62 0,670 Dipakai
63 0,449 Dipakai
64 0,631 Dipakai
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Seeking Social Support
No item Koefisien Korelasi Keterangan
8 0,386 Dipakai
18 0,600 Dipakai
22 0,369 Dipakai
31 0,516 Dipakai
42 0,477 Dipakai
45 0,638 Dipakai
47 0,266 Tidak dipakai
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Accepting Responsibility
No item Koefisien Korelasi Keterangan
9 0,498 Dipakai
23 0,683 Dipakai
25 0,556 Dipakai
29 0,714 Dipakai
(18)
56 0,614 Dipakai
61 0,725 Dipakai
65 0,651 Dipakai
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Escape Avoidance
No item Koefisien Korelasi Keterangan
3 0,558 Dipakai
11 0,505 Dipakai
16 0,553 Dipakai
32 0,598 Dipakai
33 0,701 Dipakai
40 0,570 Dipakai
55 0,477 Dipakai
57 0,208 Tidak dipakai
58 -0,098 Tidak dipakai
59 0,192 Tidak dipakai
66 0,713 Dipakai
(19)
Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Positive Reappraisal
No item Koefisien Korelasi Keterangan
5 0,899 Dipakai
15 0,721 Dipakai
27 0,772 Dipakai
36 0,699 Dipakai
38 0,763 Dipakai
60 0,486 Dipakai
L3. Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres setelah pengujian Validitas
PERNYATAAN TP J KK S
1. Saya mencoba menganalisis masalah yang saya alami dalam pelayanan agar saya dapat memahaminya dengan lebih baik 2. Saya melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan perhatian saya sementara waktu dari masalah yang saya alami dalam pelayanan 3. Saya merasa hanya waktu yang dapat menyelesaikan masalah yang saya alami dalam pelayanan, jadi yang harus saya lakukan hanyalah menunggu
Reliabilitas Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres : 0,882
(20)
4. Saya menghadapi masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja sebagai hal yang positif bagi saya
5. Saya melakukan sesuatu yang mungkin saja tidak bermanfaat namun setidaknya saya telah melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja 6. Saya berusaha menemukan orang yang berkompeten untuk mengubah jalan pikiran saya 7. Saya berbicara dengan rekan sepelayanan saya untuk
memperoleh jalan keluar dari masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja
8. Saya mengkritik diri sendiri saat menghadapi masalah dalam pelayanan
9. Saya berusaha untuk tidak terlalu memikirkan masalah yang saya alami dalam pelayanan tetapi membiarkan segala sesuatu apa adanya
10. Saya berharap akan terjadi keajaiban yang dapat
menyelesaikan masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja 11. Saya tetap mengerjakan
(21)
semua tanggung jawab pelayanan saya, seolah-olah tidak terjadi masalah yang berat
12. Saya mencoba memendam perasaan saya sendiri mengenai masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja
13. Saya dapat melihat hal yang baik dari masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja 14. Saya tidur lebih banyak dari biasanya untuk mengatasi tekanan akibat masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja 15. Saya mengungkapkan rasa marah pada orang yang menimbulkan masalah dalam pelayanan di gereja
16. Saya berusaha mencari simpati dan pengertian dari rekan-rekan sepelayanan saya di gereja ketika mengalami masalah dalam pelayanan di gereja
17. Saya mengatakan pada diri sendiri hal-hal yang dapat membuat perasaan menjadi lebih tenang
18. Saya terinspirasi untuk melakukan sesuatu yang kreatif dalam mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan di
(22)
gereja
19. Saya mencari bantuan kepada rohaniwan saat mengalami masalah dalam pelayanan
20. Saya berubah sebagai seorang aktivis dengan cara hidup yang lebih baik sejak saya mengalami masalah dalam pelayanan
21. Saya menunggu untuk melihat keadaan yang terjadi sebelum saya melakukan sesuatu
22. Saya mengerjakan tanggung jawab pelayanan saya sebaik mungkin untuk memperbaiki keadaan sehingga menjadi lebih baik
23. Saya membuat sebuah rencana yang akan saya lakukan untuk mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan 24. Saya akan mendapatkan hal yang terbaik di masa yang akan datang dengan adanya masalah ini 25. Pada kenyataannya masalah yang terjadi dalam pelayanan saya tanggung sendiri 26. Saya merasa lebih baik menggunakan pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang saya alami dalam pelayanan
(23)
27. Saya bicara kepada seseorang yang mampu menangani masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja
28. Saya tidak melakukan tanggung jawab pelayanan saya untuk sementara waktu dan mencoba untuk beristirahat 29. Saya mencoba untuk
membuat perasaan menjadi lebih baik dengan porsi makan yang lebih banyak
30. Saya menemukan maksud Tuhan atas masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja 31. Saya berpegang pada pendirian dan tetap tabah ketika mengalami masalah dalam pelayanan
32. Saya menemukan apa yang penting dalam hidup ini ketika menghadapi masalah dalam pelayanan di gereja
33. Saya mengubah sesuatu yang membuat masalah dalam
pelayanan menjadi lebih baik 34. Saya menghindar dari rekan-rekan sepelayanan saya untuk sementara waktu
35. Saya meminta nasehat kepada rekan sepelayanan saya ketika
(24)
mengalami masalah dalam pelayanan di gereja
36. Saya berusaha agar orang lain tidak mengetahui hal-hal buruk yang saya alami ketika
melakukan pelayanan di gereja 37. Saya tidak terlalu serius dalam menanggapi masalah yang terjadi dalam pelayanan saya di gereja
38. Saya berbicara pada rohaniwan/kakak pembina tentang perasaan saya dalam menghadapi masalah dalam pelayanan
39. Saya berpegang teguh pada pendirian bahwa apa yang saya lakukan pasti dapat berhasil mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan
40. Saya belajar dari pengalaman masa lalu saat berada pada masalah yang serupa
41. Saya tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan oleh karena itu saya berusaha keras untuk dapat melakukannya
42. Saya tidak percaya bahwa saya dapat mengalami masalah
(25)
dalam pelayanan di gereja 43. Saya berjanji pada diri sendiri suatu saat saya menjadi seorang aktivis yang lebih baik dari sekarang
44. Saya membuat beberapa alternatif pemecahan masalah yang sekiranya dapat mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan di gereja
45. Saya menerima apa adanya setiap masalah yang terjadi dalam pelayanan dan menunggu selesai dengan sendirinya karena tidak ada yang dapat saya lakukan 46. Saya menjaga pikiran saya dan tidak mencampuradukkan masalah yang saya alami dalam pelayanan dengan masalah lainnya agar saya menjadi lebih tenang
47. Saya berharap dapat
mengubah apa yang terjadi atau apa yang dirasakan
48. Saya merubah kebiasaan buruk saya ketika melakukan pelayanan di gereja
49. Saya berdoa kepada Tuhan 50. Saya mempersiapkan diri
(26)
untuk menghadapi hal yang terburuk terjadi dalam pelayanan saya
51. Saya memikirkan terlebih dahulu setiap pelayanan yang akan saya lakukan di gereja 52. Saya meniru cara rekan sepelayanan saya yang lebih senior ketika mengatasi masalah yang saya alami dalam pelayanan 53. Saya melihat masalah yang terjadi dalam pelayanan dari sudut pandang orang lain 54. Saya mengingatkan diri sendiri bagaimana hal terburuk dapat terjadi dalam pelayanan saya di gereja
55. Saya melakukan jalan-jalan santai atau berolahraga untuk mengatasi tekanan dalam pelayanan
56. Saya mencoba sesuatu yang berbeda yang belum pernah dilakukan sebelumnya selama pelayanan saya di gereja.
(27)
L4. Data Pribadi dan Data Penunjang
Nama (insial) :
L/P
Usia :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Lama bergereja :
Pelayanan yang dilakukan gereja :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas
1. Bagaimana kondisi kesehatan saudara saat ini ? Apakah saudara menderita penyakit tertentu ?
2. Jika saudara sedang mempunyai masalah dalam hidup saudara, apakah saudara mampu untuk menyelesaikannya ? Bagaimana cara saudara menyelesaikannya ?
3. Apakah saudara yakin dan optimis bahwa setiap masalah yang saudara alami pasti dapat diatasi ?
4. Apakah saudara merupakan orang yang mudah bergaul dan memiliki teman yang banyak ?
(28)
5a. Siapa sajakah yang membantu saudara dalam mengatasi masalah yang saudara alami?
5b. Apa saja yang mereka lakukan yang membantu saudara mengatasi masalah yang saudara alami ?
6a. Apakah saudara pernah mengikuti pembinaan rohani atau membaca Alkitab dan buku rohani ? Seberapa sering saudara mengikuti pembinaan rohani atau membaca Alkitab dan buku rohani ?
6b. Menurut saudara apa manfaat dari pembinaan rohani dan membaca Alkitab atau buku rohani (terutama jika saudara sedang mempunyai masalah) ?
(29)
L5. Alat Ukur Derajat Stres Setelah Pengujian Validitas
No PERNYATAAN TP J KK S
1 Saya mendapat
fitnah/tuduhan-tuduhan yang tidak benar dan mencermarkan nama baik saya
2 Saya kuatir
bahwa rekan sepelayanan saya akan mengkritik pelayanan yang saya lakukan
3 Saya merasa
tugas pelayanan yang harus saya lakukan terlalu berat
4 Saya merasa
kesulitan melaksanakan
(30)
semua tanggung jawab pelayanan yang diberikan kepada saya
5 Pelayanan
sebagai aktivis gereja penuh dengan resiko
6 Saya melayani
dengan rekan sepelayanan yang tidak saya sukai
7 Saya merasa
terpaksa
melayani di gereja karena tidak ada orang
lagi yang
melayani
8 Saya tidak
menikmati
pelayanan yang saya lakukan di gereja
9 Saya merasa
tertekan dalam melakukan
(31)
gereja
10 Saya berselisih paham dengan rekan
sepelayanan saya 11 Saya melakukan
tugas pelayanan sampai larut malam sehingga waktu tidur saya menjadi
terganggu
12 Saya tetap
melayani di gereja meskipun saya merasa tidak siap melayani
L6. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Derajat Stres
Validitas Derajat Stres Aspek Frustrasi
(32)
1 0,086 Tidak dipakai
6 0,675 Dipakai
7 0,121 Tidak dipakai
12 0,577 Dipakai
18 0,170 Tidak dipakai
19 0,222 Tidak dipakai
Validitas Derajat Stres Aspek Konflik
No item Koefisien Korelasi Keterangan
8 0,160 Tidak dipakai
10 0,526 Dipakai
11 0,637 Dipakai
15 0,236 Tidak dipakai
17 0,601 Dipakai
20 0,727 Dipakai
Validitas Derajat Stres Aspek Tekanan
No item Koefisien Korelasi Keterangan
2 -0,170 Tidak dipakai
5 0,538 Dipakai
13 0,548 Dipakai
14 0,523 Dipakai
16 0,076 Tidak dipakai
(33)
No item Koefisien Korelasi Keterangan
3 0,484 Dipakai
4 0,318 Dipakai
9 0,494 Dipakai
(34)
L7. Data Bentuk Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah Bentuk Planfull Problem Solving R item 1 item 18 item 21 item 23 item 26 item 33 item 40 item 41 item
44 Jumlah Rata2 Kategori
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,0 Tinggi
2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 21 2,3 Cenderung Rendah
3 4 3 3 4 2 3 2 2 3 26 2,9 Cenderung Rendah
4 3 1 1 4 1 4 3 4 3 24 2,7 Cenderung Rendah
5 4 3 2 2 1 3 4 4 1 24 2,7 Cenderung Rendah
6 3 3 3 4 3 3 3 4 3 29 3,2 Cenderung Tinggi
7 1 4 1 4 3 4 4 4 3 28 3,1 Cenderung Tinggi
8 4 4 3 3 4 4 4 4 4 34 3,8 Cenderung Tinggi
9 4 3 3 4 3 4 4 3 4 32 3,6 Cenderung Tinggi
10 4 4 3 3 3 3 3 3 3 29 3,2 Cenderung Tinggi
11 3 2 3 3 3 2 3 2 2 23 2,6 Cenderung Rendah
12 4 4 3 3 3 4 3 4 4 32 3,6 Cenderung Tinggi
13 4 4 4 4 4 3 3 3 3 32 3,6 Cenderung Tinggi
14 4 3 3 3 3 2 4 3 4 29 3,2 Cenderung Tinggi
15 4 1 3 4 2 3 3 3 1 24 2,7 Cenderung Rendah
16 3 2 3 3 3 3 4 3 3 27 3,0 Cenderung Tinggi
17 4 3 4 3 4 4 4 4 4 34 3,8 Cenderung Tinggi
18 2 1 4 1 4 4 4 3 4 27 3,0 Cenderung Tinggi
19 2 2 2 1 2 3 3 2 3 20 2,2 Cenderung Rendah
20 2 3 1 3 4 1 3 2 2 21 2,3 Cenderung Rendah
21 3 3 3 4 3 3 3 2 3 27 3,0 Cenderung Tinggi
22 2 3 1 4 2 2 4 4 3 25 2,8 Cenderung Rendah
23 4 4 2 4 4 4 3 4 4 33 3,7 Cenderung Tinggi
24 4 3 2 4 3 3 3 2 3 27 3,0 Cenderung Tinggi
25 3 1 1 1 1 4 4 4 3 22 2,4 Cenderung Rendah
26 4 3 4 4 3 3 4 4 4 33 3,7 Cenderung Tinggi
27 4 4 4 4 3 3 4 3 4 33 3,7 Cenderung Tinggi
28 4 4 1 4 4 2 4 4 4 31 3,4 Cenderung Tinggi
29 4 4 1 4 4 3 4 4 4 32 3,6 Cenderung Tinggi
30 3 3 3 4 4 4 4 3 3 31 3,4 Cenderung Tinggi
31 4 2 4 4 4 2 3 3 2 28 3,1 Cenderung Tinggi
32 3 3 3 3 3 3 4 3 3 28 3,1 Cenderung Tinggi
33 3 3 4 3 3 4 3 4 3 30 3,3 Cenderung Tinggi
34 4 3 4 4 3 3 4 4 2 31 3,4 Cenderung Tinggi
(35)
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah Aspek Confrontative Coping R item 5 item 6 item 15 item 31 item
39 Jumlah Rata2 Kategori
1 1 4 2 3 1 11 2,2 Cenderung Rendah
2 2 2 1 3 2 10 2 Cenderung Rendah
3 4 3 2 4 2 15 3 Cenderung Tinggi
4 4 3 2 4 1 14 2,8 Cenderung Rendah
5 1 1 3 3 4 12 2,4 Cenderung Rendah
6 3 2 2 3 3 13 2,6 Cenderung Rendah
7 3 2 2 4 4 15 3 Cenderung Tinggi
8 1 4 4 4 4 17 3,4 Cenderung Tinggi
9 3 2 3 4 4 16 3,2 Cenderung Tinggi
10 3 1 1 4 4 13 2,6 Cenderung Rendah
11 2 2 1 3 2 10 2 Cenderung Rendah
12 1 1 1 4 3 10 2 Cenderung Rendah
13 4 3 2 3 3 15 3 Cenderung Tinggi
14 3 4 1 3 3 14 2,8 Cenderung Rendah
15 1 3 3 4 2 13 2,6 Cenderung Rendah
16 3 3 2 3 3 14 2,8 Cenderung Rendah
17 3 3 3 4 2 15 3 Cenderung Tinggi
18 3 4 1 4 4 16 3,2 Cenderung Tinggi
19 3 3 1 3 3 13 2,6 Cenderung Rendah
20 3 2 2 3 1 11 2,2 Cenderung Rendah
21 2 1 1 3 2 9 1,8 Rendah
22 4 4 4 3 3 18 3,6 Cenderung Tinggi
23 1 2 2 4 4 13 2,6 Cenderung Rendah
24 2 2 1 1 1 7 1,4 Rendah
25 1 1 1 3 3 9 1,8 Rendah
26 3 3 3 4 4 17 3,4 Cenderung Tinggi
27 2 4 2 4 3 15 3 Cenderung Tinggi
28 4 4 4 4 4 20 4 Tinggi
29 3 4 3 4 4 18 3,6 Cenderung Tinggi
30 3 4 1 4 2 14 2,8 Cenderung Rendah
31 2 3 1 4 3 13 2,6 Cenderung Rendah
32 3 4 3 3 3 16 3,2 Cenderung Tinggi
33 3 2 4 3 2 14 2,8 Cenderung Rendah
36 4 3 3 4 3 3 3 4 4 31 3,4 Cenderung Tinggi
37 3 3 4 3 2 3 3 3 2 26 2,9 Cenderung Rendah
(36)
34 3 2 1 4 3 13 2,6 Cenderung Rendah
35 3 2 4 3 2 14 2,8 Cenderung Rendah
36 3 3 3 3 4 16 3,2 Cenderung Tinggi
37 4 2 1 2 2 11 2,2 Cenderung Rendah
38 4 3 1 4 4 16 3,2 Cenderung Tinggi
L8. Data Bentuk Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Distancing
R item 3 item 9 item 11 item 37 item 42 item
45 Jumlah Rata2 Kategori
1 1 3 3 3 1 3 14 2,3 Cenderung Rendah
2 2 2 2 1 3 3 13 2,2 Cenderung Rendah
3 2 3 4 2 1 2 14 2,3 Cenderung Rendah
4 1 4 4 3 1 1 14 2,3 Cenderung Rendah
5 2 3 3 2 3 3 16 2,7 Cenderung Rendah
6 2 3 4 2 1 2 14 2,3 Cenderung Rendah
7 4 3 4 1 2 1 15 2,5 Cenderung Rendah
8 1 4 4 4 3 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
9 1 3 4 3 2 1 14 2,3 Cenderung Rendah
10 1 2 3 2 3 3 14 2,3 Cenderung Rendah
11 3 4 4 2 3 3 19 3,2 Cenderung Tinggi
12 4 3 4 3 2 3 19 3,2 Cenderung Tinggi
13 4 4 4 2 3 4 21 3,5 Cenderung Tinggi
14 3 3 4 4 1 4 19 3,2 Cenderung Tinggi
15 2 3 3 3 1 1 13 2,2 Cenderung Rendah
16 2 3 3 3 2 3 16 2,7 Cenderung Rendah
17 1 2 4 1 1 1 10 1,7 Rendah
18 3 4 4 4 4 4 23 3,8 Cenderung Tinggi
19 2 3 3 4 3 4 19 3,2 Cenderung Tinggi
20 1 4 4 3 1 1 14 2,3 Cenderung Rendah
21 4 4 4 4 2 3 21 3,5 Cenderung Tinggi
22 4 2 3 1 1 2 13 2,2 Cenderung Rendah
23 3 1 4 2 2 1 13 2,2 Cenderung Rendah
24 3 2 4 2 2 2 15 2,5 Cenderung Rendah
25 1 4 4 3 3 3 18 3,0 Cenderung Tinggi
26 1 1 3 2 1 2 10 1,7 Rendah
27 3 3 4 3 2 4 19 3,2 Cenderung Tinggi
28 3 1 4 1 1 1 11 1,8 Rendah
(37)
30 2 2 3 2 2 3 14 2,3 Cenderung Rendah
31 3 4 4 3 3 3 20 3,3 Cenderung Tinggi
32 2 4 3 3 3 3 18 3,0 Cenderung Tinggi
33 1 2 3 3 2 1 12 2,0 Cenderung Rendah
34 2 1 3 1 3 4 14 2,3 Cenderung Rendah
35 1 1 4 1 1 1 9 1,5 Rendah
36 1 2 4 3 1 1 12 2,0 Cenderung Rendah
37 2 4 4 3 2 3 18 3,0 Cenderung Tinggi
38 1 4 4 1 1 1 12 2,0 Cenderung Rendah
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Self Control
R item 12 item 17 item 36 item 46 item 51 item 52 item
53 Jumlah Rata2 Kategori
1 3 1 2 4 4 1 3 18 2,57 Cenderung Rendah
2 3 1 3 2 2 2 1 14 2,00 Cenderung Rendah
3 4 2 4 4 3 3 3 23 3,29 Cenderung Tinggi
4 3 1 4 4 2 3 1 18 2,57 Cenderung Rendah
5 4 3 1 4 3 2 3 20 2,86 Cenderung Rendah
6 3 3 3 4 3 2 3 21 3,00 Cenderung Tinggi
7 4 4 4 2 4 1 2 21 3,00 Cenderung Tinggi
8 1 4 3 4 3 2 1 18 2,57 Cenderung Rendah
9 2 3 3 4 4 2 2 20 2,86 Cenderung Rendah
10 1 4 2 4 4 2 3 20 2,86 Cenderung Rendah
11 4 2 3 3 3 3 2 20 2,86 Cenderung Rendah
12 4 4 2 4 4 3 3 24 3,43 Cenderung Tinggi
13 4 4 3 4 4 3 4 26 3,71 Cenderung Tinggi
14 4 4 4 4 4 4 3 27 3,86 Cenderung Tinggi
15 4 1 3 4 4 2 3 21 3,00 Cenderung Tinggi
16 2 3 3 2 3 3 3 19 2,71 Cenderung Rendah
17 4 3 4 4 4 3 3 25 3,57 Cenderung Tinggi
18 3 1 3 4 2 1 1 15 2,14 Cenderung Rendah
19 3 3 3 4 2 3 3 21 3,00 Cenderung Tinggi
20 4 2 2 3 3 3 2 19 2,71 Cenderung Rendah
21 4 4 4 4 4 3 3 26 3,71 Cenderung Tinggi
22 1 4 4 2 2 2 2 17 2,43 Cenderung Rendah
23 3 4 2 4 4 4 4 25 3,57 Cenderung Tinggi
24 1 3 1 2 3 2 4 16 2,29 Cenderung Rendah
25 3 3 3 4 4 3 1 21 3,00 Cenderung Tinggi
26 2 3 2 4 4 3 4 22 3,14 Cenderung Tinggi
(38)
28 2 4 1 2 1 4 1 15 2,14 Cenderung Rendah
29 2 4 3 4 4 3 3 23 3,29 Cenderung Tinggi
30 4 4 3 4 4 3 4 26 3,71 Cenderung Tinggi
31 4 3 3 3 3 3 3 22 3,14 Cenderung Tinggi
32 3 3 3 4 3 4 3 23 3,29 Cenderung Tinggi
33 1 3 2 2 3 2 3 16 2,29 Cenderung Rendah
34 3 3 4 3 4 3 3 23 3,29 Cenderung Tinggi
35 4 4 2 4 4 4 2 24 3,43 Cenderung Tinggi
36 2 2 2 3 4 3 2 18 2,57 Cenderung Rendah
37 4 3 3 3 4 3 3 23 3,29 Cenderung Tinggi
38 2 4 1 4 4 3 4 22 3,14 Cenderung Tinggi
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Seeking Social Support R item 7 item 16 item 19 item 27 item 35 item
38 Jumlah Rata2 Kategori
1 3 1 2 1 1 2 10 1,7 Rendah
2 3 3 2 3 3 3 17 2,8 Cenderung Rendah
3 3 3 3 3 3 3 18 3,0 Cenderung Tinggi
4 4 1 4 3 3 3 18 3,0 Cenderung Tinggi
5 4 2 3 2 3 3 17 2,8 Cenderung Rendah
6 2 2 3 2 2 2 13 2,2 Cenderung Rendah
7 2 1 3 2 4 3 15 2,5 Cenderung Rendah
8 1 1 4 4 1 1 12 2,0 Cenderung Rendah
9 3 2 3 3 3 3 17 2,8 Cenderung Rendah
10 3 1 1 3 1 2 11 1,8 Rendah
11 3 3 1 3 3 2 15 2,5 Cenderung Rendah
12 3 1 2 3 3 1 13 2,2 Cenderung Rendah
13 3 3 2 4 2 3 17 2,8 Cenderung Rendah
14 4 1 3 4 4 2 18 3,0 Cenderung Tinggi
15 2 1 3 3 2 3 14 2,3 Cenderung Rendah
16 3 2 3 3 3 3 17 2,8 Cenderung Rendah
17 3 1 3 3 3 3 16 2,7 Cenderung Rendah
18 4 1 1 3 3 1 13 2,2 Cenderung Rendah
19 3 4 2 4 2 2 17 2,8 Cenderung Rendah
20 4 3 4 4 3 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
(39)
22 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
23 4 2 3 3 3 4 19 3,2 Cenderung Tinggi
24 3 1 3 3 2 3 15 2,5 Cenderung Rendah
25 3 1 1 3 3 3 14 2,3 Cenderung Rendah
26 3 1 2 2 2 2 12 2,0 Cenderung Rendah
27 3 3 3 3 2 3 17 2,8 Cenderung Rendah
28 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
29 4 3 3 3 4 4 21 3,5 Cenderung Tinggi
30 4 3 2 4 4 3 20 3,3 Cenderung Tinggi
31 2 3 2 2 3 2 14 2,3 Cenderung Rendah
32 4 3 4 3 3 3 20 3,3 Cenderung Tinggi
33 4 2 3 4 4 3 20 3,3 Cenderung Tinggi
34 2 2 2 3 4 2 15 2,5 Cenderung Rendah
35 4 2 3 3 2 2 16 2,7 Cenderung Rendah
36 4 3 3 4 4 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
37 2 3 3 3 2 2 15 2,5 Cenderung Rendah
38 4 3 4 4 4 4 23 3,8 Cenderung Tinggi
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Accepting Responsibility
R item 8 item 20 item 22 item 25 item 43 item 48 item 50 item
54 Jumlah Rata2 Kategori
1 3 2 3 2 1 3 2 3 19 2,4 Cenderung Rendah
2 3 2 3 2 3 3 2 3 21 2,6 Cenderung Rendah
3 2 3 4 3 4 4 3 3 26 3,3 Cenderung Tinggi
4 2 1 4 1 4 4 4 3 23 2,9 Cenderung Rendah
5 3 3 4 2 3 4 3 3 25 3,1 Cenderung Tinggi
6 3 4 4 3 2 3 3 2 24 3,0 Cenderung Tinggi
7 4 3 4 4 4 4 1 4 28 3,5 Cenderung Tinggi
8 4 4 4 4 4 4 4 2 30 3,8 Cenderung Tinggi
9 3 4 4 3 4 4 4 4 30 3,8 Cenderung Tinggi
10 3 3 4 4 4 4 3 3 28 3,5 Cenderung Tinggi
11 4 2 3 4 3 3 3 3 25 3,1 Cenderung Tinggi
12 3 4 4 4 3 3 4 4 29 3,6 Cenderung Tinggi
13 4 4 4 4 3 4 4 4 31 3,9 Cenderung Tinggi
14 4 3 4 3 4 4 4 4 30 3,8 Cenderung Tinggi
15 4 3 4 3 4 3 4 3 28 3,5 Cenderung Tinggi
16 2 3 3 2 3 3 2 2 20 2,5 Cenderung Rendah
17 3 4 4 4 4 4 4 4 31 3,9 Cenderung Tinggi
18 2 2 4 4 4 4 2 3 25 3,1 Cenderung Tinggi
19 3 2 4 3 3 3 2 3 23 2,9 Cenderung Rendah
(40)
21 2 3 3 2 4 3 3 2 22 2,8 Cenderung Rendah
22 3 2 3 3 4 3 3 3 24 3,0 Cenderung Tinggi
23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4,0 Tinggi
24 3 4 4 3 4 4 3 3 28 3,5 Cenderung Tinggi
25 3 1 3 1 4 3 4 4 23 2,9 Cenderung Rendah
26 3 4 4 4 4 4 4 4 31 3,9 Cenderung Tinggi
27 4 3 4 4 4 3 3 4 29 3,6 Cenderung Tinggi
28 2 3 4 4 4 3 1 1 22 2,8 Cenderung Rendah
29 3 4 4 4 4 4 4 4 31 3,9 Cenderung Tinggi
30 4 4 4 4 3 3 4 4 30 3,8 Cenderung Tinggi
31 3 4 4 4 3 3 2 2 25 3,1 Cenderung Tinggi
32 3 3 3 3 3 3 4 3 25 3,1 Cenderung Tinggi
33 3 3 4 3 3 3 1 2 22 2,8 Cenderung Rendah
34 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4,0 Tinggi
35 4 3 4 3 4 3 4 3 28 3,5 Cenderung Tinggi
36 2 4 4 1 4 1 4 3 23 2,9 Cenderung Rendah
37 3 4 4 2 3 4 4 3 27 3,4 Cenderung Tinggi
38 4 4 4 3 4 4 4 2 29 3,6 Cenderung Tinggi
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Escape Avoidance
R item 2 item 10 item 14 item 28 item 29 item 34 item 47 item 55 item
56 Jumlah Rata2 Kategori
1 3 1 1 2 1 2 2 1 1 14 1,6 Rendah
2 2 4 1 2 2 1 3 2 2 19 2,1 Cenderung Rendah
3 3 3 2 1 1 2 3 1 3 19 2,1 Cenderung Rendah
4 1 1 1 1 1 2 4 1 1 13 1,4 Rendah
5 1 2 1 1 1 1 2 1 2 12 1,3 Rendah
6 3 2 3 2 1 1 4 2 2 20 2,2 Cenderung Rendah
7 1 4 1 3 1 2 4 2 2 20 2,2 Cenderung Rendah
8 3 4 2 1 4 3 4 4 2 27 3,0 Cenderung Tinggi
9 3 3 3 3 2 4 4 4 4 30 3,3 Cenderung Tinggi
10 1 1 1 3 1 2 4 3 2 18 2,0 Cenderung Rendah
11 4 3 2 1 1 2 3 2 1 19 2,1 Cenderung Rendah
12 2 2 2 1 1 1 3 3 3 18 2,0 Cenderung Rendah
13 4 4 4 4 4 3 4 2 4 33 3,7 Cenderung Tinggi
14 4 1 1 3 4 3 4 4 3 27 3,0 Cenderung Tinggi
15 3 2 1 2 1 3 3 2 2 19 2,1 Cenderung Rendah
16 3 3 3 3 4 2 3 2 3 26 2,9 Cenderung Rendah
17 2 3 1 1 1 2 4 4 3 21 2,3 Cenderung Rendah
(41)
19 3 2 1 3 4 1 3 3 3 23 2,6 Cenderung Rendah
20 2 1 1 1 1 2 3 1 3 15 1,7 Rendah
21 2 3 3 1 2 1 4 2 3 21 2,3 Cenderung Rendah
22 3 4 1 3 3 3 4 3 3 27 3,0 Cenderung Tinggi
23 2 2 2 1 2 1 4 4 3 21 2,3 Cenderung Rendah
24 2 2 2 1 1 1 2 2 3 16 1,8 Rendah
25 1 1 1 1 1 1 3 4 3 16 1,8 Rendah
26 2 1 1 1 1 2 4 3 3 18 2,0 Cenderung Rendah
27 3 3 2 2 2 2 4 2 3 23 2,6 Cenderung Rendah
28 3 4 1 1 4 4 4 1 4 26 2,9 Cenderung Rendah
29 3 1 1 3 1 3 4 3 3 22 2,4 Cenderung Rendah
30 4 2 1 2 1 2 3 1 2 18 2,0 Cenderung Rendah
31 3 2 3 3 2 3 3 3 2 24 2,7 Cenderung Rendah
32 3 3 3 2 3 3 3 3 3 26 2,9 Cenderung Rendah
33 2 1 1 1 1 1 2 3 3 15 1,7 Rendah
34 2 1 1 3 1 1 4 1 1 15 1,7 Rendah
35 3 1 3 1 2 1 4 3 3 21 2,3 Cenderung Rendah
36 3 1 2 3 1 1 4 3 2 20 2,2 Cenderung Rendah
37 3 4 3 3 2 1 4 4 4 28 3,1 Cenderung Tinggi
38 1 1 1 1 1 1 4 4 3 17 1,9 Rendah
Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi Aspek Positive Reappraisal
R item 4 item 13 item 24 item 30 item 32 item
49 Jumlah Rata2 Kategori
1 3 3 3 2 1 4 16 2,7 Cenderung Rendah
2 2 3 2 3 3 3 16 2,7 Cenderung Rendah
3 3 4 4 3 4 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
4 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
5 3 3 3 4 3 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
6 4 3 4 4 4 4 23 3,8 Cenderung Tinggi
7 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
8 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
9 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
10 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
11 3 3 2 3 2 4 17 2,8 Cenderung Rendah
12 4 3 4 4 3 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
13 4 4 4 4 3 4 23 3,8 Cenderung Tinggi
(42)
15 3 3 4 3 4 4 21 3,5 Cenderung Tinggi
16 3 3 3 4 3 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
17 3 4 1 4 4 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
18 4 4 2 4 4 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
19 2 3 3 2 2 2 14 2,3 Cenderung Rendah
20 2 3 1 3 2 4 15 2,5 Cenderung Rendah
21 4 4 4 3 3 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
22 3 3 4 3 3 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
23 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
24 4 4 2 3 3 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
25 3 1 1 3 3 4 15 2,5 Cenderung Rendah
26 3 4 4 3 4 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
27 3 4 4 4 4 4 23 3,8 Cenderung Tinggi
28 2 2 2 3 3 2 14 2,3 Cenderung Rendah
29 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
30 4 4 4 4 3 4 23 3,8 Cenderung Tinggi
31 3 4 4 3 3 4 21 3,5 Cenderung Tinggi
32 4 4 3 4 3 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
33 2 3 3 3 3 4 18 3,0 Cenderung Tinggi
34 3 3 3 3 3 4 19 3,2 Cenderung Tinggi
35 3 4 3 4 3 4 21 3,5 Cenderung Tinggi
36 4 4 2 4 4 4 22 3,7 Cenderung Tinggi
37 3 4 3 3 3 4 20 3,3 Cenderung Tinggi
38 4 4 4 4 4 4 24 4,0 Tinggi
L9. Hasil Strategi Penanggulangan Stres Aktivis
R Jumlah Rata2 Kategori SPS Emosi 1 91 2,2 Cenderung Rendah 2 100 2,4 Cenderung Rendah 3 122 2,9 Cenderung Rendah 4 110 2,6 Cenderung Rendah 5 110 2,6 Cenderung Rendah 6 115 2,7 Cenderung Rendah 7 123 2,9 Cenderung Rendah 8 131 3,1 Cenderung Tinggi
(43)
SPS EMOSI SPS MASALAH
9 135 3,2 Cenderung Tinggi 10 115 2,7 Cenderung Rendah 11 115 2,7 Cenderung Rendah 12 125 3,0 Cenderung Rendah 13 151 3,6 Cenderung Tinggi 14 143 3,4 Cenderung Tinggi 15 116 2,8 Cenderung Rendah 16 118 2,8 Cenderung Rendah 17 123 2,9 Cenderung Rendah 18 114 2,7 Cenderung Rendah 19 117 2,8 Cenderung Rendah 20 105 2,5 Cenderung Rendah 21 118 2,8 Cenderung Rendah 22 125 3,0 Cenderung Rendah 23 134 3,2 Cenderung Tinggi 24 110 2,6 Cenderung Rendah 25 107 2,5 Cenderung Rendah 26 115 2,7 Cenderung Rendah 27 138 3,3 Cenderung Tinggi 28 112 2,7 Cenderung Rendah 29 134 3,2 Cenderung Tinggi 30 131 3,1 Cenderung Tinggi 31 126 3,0 Cenderung Tinggi 32 134 3,2 Cenderung Tinggi 33 103 2,5 Cenderung Rendah 34 118 2,8 Cenderung Rendah 35 119 2,8 Cenderung Rendah 36 117 2,8 Cenderung Rendah 37 131 3,1 Cenderung Tinggi 38 127 3,0 Cenderung Tinggi
Jumlah Rata2 Kategori SPS Masalah Hasil SPS 39 2,8 Cenderung Rendah Seimbang 31 2,2 Cenderung Rendah Seimbang 41 2,9 Cenderung Rendah Seimbang 38 2,7 Cenderung Rendah Seimbang 36 2,6 Cenderung Rendah Seimbang 42 3,0 Cenderung Tinggi Dominan masalah 43 3,1 Cenderung Tinggi Dominan masalah 51 3,6 Cenderung Tinggi Seimbang 48 3,4 Cenderung Tinggi Seimbang 42 3,0 Cenderung Tinggi Dominan masalah 33 2,4 Cenderung Rendah Seimbang 42 3,0 Cenderung Tinggi Dominan masalah 47 3,4 Cenderung Tinggi Seimbang 43 3,1 Cenderung Tinggi Seimbang 37 2,6 Cenderung Rendah Seimbang 41 2,9 Cenderung Rendah Seimbang 49 3,5 Cenderung Tinggi Dominan masalah 43 3,1 Cenderung Tinggi Dominan masalah 33 2,4 Cenderung Rendah Seimbang 32 2,3 Cenderung Rendah Seimbang 36 2,6 Cenderung Rendah Seimbang 43 3,1 Cenderung Tinggi Dominan masalah 46 3,3 Cenderung Tinggi Seimbang 34 2,4 Cenderung Rendah Seimbang 31 2,2 Cenderung Rendah Seimbang 50 3,6 Cenderung Tinggi Dominan masalah 48 3,4 Cenderung Tinggi Seimbang 51 3,6 Cenderung Tinggi Dominan masalah 50 3,6 Cenderung Tinggi Seimbang 45 3,2 Cenderung Tinggi Seimbang 41 2,9 Cenderung Rendah Dominan emosi 44 3,1 Cenderung Tinggi Seimbang 44 3,1 Cenderung Tinggi Dominan masalah 44 3,1 Cenderung Tinggi Dominan masalah 45 3,2 Cenderung Tinggi Dominan masalah 47 3,4 Cenderung Tinggi Dominan masalah 37 2,6 Cenderung Rendah Dominan emosi 46 3,3 Cenderung Tinggi Seimbang
(44)
L10. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Kesehatan dan Energi
Strategi Penanggulangan
Stres
Kesehatan dan Energi Total Sehat Tidak
Sehat Dominan
berpusat pada masalah
13 0 13
34,2% 0%
Seimbang 23 0 23
60,5% 0%
Dominan berpusat pada
emosi
2 0 2
5,3% 0%
Total 38 0 38
100% 0%
L11. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Keterampilan Pemecahan Masalah
Strategi Penanggulangan
Stres
Keterampilan Pemecahan Masalah Total
Mampu
Ragu-ragu Tidak Mampu Dominan berpusat pada masalah
10 2 1 13
33,3% 33,3% 50%
Seimbang 18 4 1 23
60% 66,7% 50%
Dominan berpusat pada
emosi
2 0 0 2
6,7% 0% 0%
Total 30 6 2 38
(45)
L12. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Keyakinan Positif Strategi
Penanggulangan Stres
Keyakinan Positif Total
Yakin
Ragu-ragu Tidak Yakin Dominan berpusat pada masalah
13 0 0 13
39,4% 0% 0%
Seimbang 18 1 4 23
54,5% 100% 100%
Dominan berpusat pada
emosi
2 0 0 2
6% 0% 0%
Total 33 1 4 38
100% 100% 100%
L13. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Keterampilan Sosial Strategi Penanggulangan Stres Keterampilan Sosial (mudah bergaul) Total
Ya
Ragu-ragu
Tidak
Dominan berpusat pada
masalah
9 2 2 13
32,1% 33,3% 50%
Seimbang 17 4 2 23
60,7% 66,7% 50%
Dominan berpusat pada
emosi
2 0 0 2
(46)
Total 28 6 4 38
100% 100% 100%
L14. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Dukungan Sosial Strategi
Penanggulangan Stres
Dukungan Sosial Total
Keluarga Teman Dekat Keluarga dan Teman Dekat Dominan berpusat pada masalah
5 4 4 13
55.6% 44,4% 20%
Seimbang 3 5 15 23
33,3% 55,6% 75%
Dominan berpusat pada
emosi
1 0 1 2
11,1% 0% 5%
Total 9 9 20 38
100% 100% 100%
L15. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Sumber Material Strategi
Penanggulangan Stres
Sumber Material Total
Iya
Kadang-kadang Dominan
berpusat pada masalah
13 0 13
36,1% 0%
Seimbang 21 2 23
(47)
Dominan berpusat pada
emosi
2 0 2
5,6% 0%
Total 36 2 38
100% 100%
L16. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Bidang Pelayanan yang dilakukan Aktivis
Strategi Penanggulangan
Stres
Bidang Pelayanan Total
Majelis Pengurus Komisi
Guru SM
Paduan Suara Dominan
berpusat pada masalah
4 4 1 4 13
40% 26,6% 14,3% 66,7%
Seimbang 5 10 6 2 23
50% 66,7% 85,7% 33,3%
Dominan berpusat pada
emosi
1 1 0 0 2
10% 6,7% 0% 0%
Total 10 15 7 6 38
100% 100% 100% 100%
L17. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Usia
Strategi Penanggulangan
Stres
Usia Total
20-40 41-60
(48)
berpusat pada masalah
26,1% 46,6%
Seimbang 16 7 23
69,6% 46,6%
Dominan berpusat pada
emosi
1 1 2
4,3% 6,7%
Total 23 15 38
100% 100%
L18. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Jenis Kelamin
Strategi Penanggulangan
Stres
Jenis Kelamin Total
Laki-Laki
Perempuan
Dominan berpusat pada
masalah
8 5 13
36,4% 31,25%
Seimbang 12 11 23
54,5% 68,75%
Dominan berpusat pada
emosi
2 0 2
9,1% 0%
Total 22 16 38
100% 100%
L19. Tabulasi Silang Strategi Penanggulangan Stres dengan Lama Pelayanan
(49)
Penanggulangan Stres
2-5 tahun
6-10 tahun
11-15 tahun
16-20 tahun Dominan
berpusat pada masalah
1 5 4 3 13
25% 38,5% 36,4% 30%
Seimbang 3 7 6 7 23
75% 53,8% 54,5% 70%
Dominan berpusat pada
emosi
0 1 1 0 2
0% 7,7% 9,1% 0%
Total 4 13 11 10 38
(50)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Stres merupakan masalah yang sangat umum dan dapat terjadi pada semua orang, terutama pada zaman sekarang ini. Tidak terhitung banyaknya peristiwa akhir-akhir ini yang dapat menyebabkan stres, mulai dari bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor sampai masalah ekonomi seperti krisis ekonomi yang berdampak pada semua bidang kehidupan manusia, belum lagi masalah-masalah pribadi seperti penyakit, kehilangan anggota keluarga, tekanan dalam pekerjaan, masalah pergaulan di lingkungan sosial. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari stres. Stres dapat terjadi pada semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa.
Stres yang dialami individu dapat merugikan baik dirinya maupun hubungannya dengan masyarakat. Bila stres tidak bisa diatasi oleh individu, maka individu tersebut menjadi tidak produktif karena mengalami berbagai gangguan secara fisik maupun secara psikis. Gangguan fisik yang dialami antara lain, jantung berdebar-debar, keluar keringat dingin, pusing, susah tidur, gangguan lambung, sulit berkonsentrasi, dan bila stres sudah berat dapat menghilangkan kemampuan seseorang dalam menilai realitas (dr.Ayub Sani Ibrahim, 2005, Kepala Bagian Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta).
(51)
2
Stres akan muncul bila seseorang dihadapkan pada berbagai tuntutan lingkungan yang mengganggu dan membebani serta melebihi batas kemampuan penyesuaian dirinya (Lazarus, 1984). Stres ada yang bersifat positif (eustress) dan negatif (distress) (Selye, 1974).
Menurut Lazarus (1984), stres diawali dari penilaian seseorang mengenai suatu situasi di lingkungan yang menyebabkan stres (stressor). Penilaian yang diberikan setiap orang berbeda sehingga respon yang dihasilkan pun juga berbeda. Sebagian orang yang menghadapi stressor mengalami masalah psikologis atau fisik yang serius, sedangkan sebagian orang lainnya yang menghadapi stressor yang sama merasa peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang menantang dan menarik. Ada empat sumber stres yang umumnya dialami oleh semua orang yaitu frustrasi, konflik, ancaman dan tekanan (Lazarus, 1984).
Saat ini warga Jakarta yang mengalami stres dan mendapatkan perawatan di puskesmas mencapai 1,4 juta jiwa pada tahun 2007. Begitu pula yang dikatakan oleh M. Aminullah (Direktur Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta) bahwa satu dari empat pasien puskesmas di Jakarta mengalami stres. Ia juga mengatakan banyak pasien puskesmas yang mengeluh sakit pusing dan sejumlah gejala lain yang sebetulnya adalah stres (www.kompas.com).
Menurut dr.Dadang Hawari (2003), dalam kehidupan sehari-hari manusia ”berteman” dengan stres. Sesungguhnya stres bisa menjadi tantangan yang mendorong manusia untuk terus berkarya. Tetapi kalau tubuh dan jiwa tidak mampu
(52)
3
menahan beban stres, maka stres dapat berubah menjadi ancaman yang menganggu kehidupan manusia. Dalam hal ini termasuk pada aktivis gereja.
Menurut Ev. Kaston Sinaga M.Div (Gembala Sidang di Gereja “X” Jakarta), aktivis gereja adalah jemaat aktif dan memiliki kehidupan kristiani yang baik, siap dan mau ambil bagian dalam pelayanan baik di gereja maupun di masyarakat secara bertanggung jawab. Aktivis di gereja “X” Jakarta terdiri dari 70 orang dan mayoritas berusia antara 20-55 tahun. Menurut Santrock (2002), usia 20-40 tahun termasuk dalam masa dewasa awal, sedangkan usia 41-55 tahun termasuk dalam masa dewasa madya. Yang termasuk aktivis di gereja “X” Jakarta adalah anggota majelis jemaat, pengurus komisi, guru sekolah minggu, anggota paduan suara, dan para pelayan di kebaktian. Aktivis gereja dapat mengalami stres yang disebabkan oleh tugas-tugas pelayanan dan masalah yang dialami dalam pelayanan di gereja.
Tugas dari aktivis di gereja “X” Jakarta antara lain: melayani dengan penuh tanggung jawab; menghadiri semua pertemuan dan pembinaan yang diadakan oleh gereja dan melaksanakan semua peraturan dan tanggung jawab yang diberikan, dengan menyadari bahwa pelayanan adalah bagian dari anugrah Allah sehingga adalah suatu kehormatan dan juga suatu tanggung jawab; mengusahakan kehidupan yang dapat menjadi teladan yang baik dihadapan Allah dan manusia; memelihara kehidupan doa yang aktif dan kebiasaan membaca kitab suci.
Aktivis gereja harus memiliki karakter tertentu agar dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan efektif, seperti yang diungkapkan oleh Charles R. Swindoll (2004) tentang delapan karakter yang harus dimiliki oleh aktivis gereja,
(53)
4
yaitu rendah hati; penuh belas kasihan; lemah lembut; setia membaca kitab suci dan berdoa; suka memberi; memiliki motivasi yang tulus dan jujur dalam melayani; tidak cepat marah; dan sabar. Berdasarkan hasil survei awal dengan menggunakan kuesioner kepada 15 aktivis di gereja “X” Jakarta mengenai karakter seorang aktivis gereja yang baik, 66,7% (10 orang) aktivis gereja mengatakan karakter seorang aktivis gereja yang baik adalah memiliki kerendahan hati. Sedangkan 33,3% (5 orang) aktivis gereja mengatakan karakter seorang aktivis yang baik adalah setia, penuh kasih, bertanggung jawab, taat perintah Tuhan, dan rela berkorban. Para aktivis gereja juga menyadari pentingnya karakter tersebut untuk mendukung tugas pelayanan di gereja.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 15 aktivis di gereja “X” Jakarta, 80% (12 orang) dari aktivis gereja mengatakan bahwa tugas sebagai aktivis gereja dirasakan cukup berat dan menuntut tanggung jawab yang besar. Beberapa tugas aktivis gereja yang dirasakan cukup berat dan menuntut tanggung jawab yang besar oleh aktivis di gereja “X” Jakarta adalah menyusun program pelayanan yang akan dilakukan satu tahun ke depan, mempersiapkan pelayanan untuk acara natal, paskah, dan ulang tahun gereja, serta melakukan rapat evaluasi setiap bulan. Aktivis gereja yang terlibat dalam pelayanan paduan suara, pelayan di kebaktian dan guru sekolah minggu juga harus melakukan rutinitas setiap minggu yaitu latihan dan persiapan untuk ibadah.
Menurut para aktivis gereja, tugas pelayanan yang mereka lakukan di gereja cukup menyita waktu, sehingga mereka harus bisa membagi waktu dengan baik
(54)
5
antara waktu untuk mereka bekerja, kuliah, sekolah, berkumpul bersama keluarga dan teman dengan waktu untuk melakukan tugas pelayanan. Namun seringkali mereka sulit sekali untuk membagi waktu, seperti yang dialami oleh I yang sering mendapatkan kritikan dari anggota keluarganya karena I sering melakukan tugas pelayanan pada waktu dimana seharusnya I berkumpul bersama keluarganya.
Berdasarkan hasil kuesioner kepada 15 aktivis di gereja “X” Jakarta mengenai dampak stres, diperoleh data bahwa 60% (9 orang) aktivis gereja merasakan dampak stres, seperti sakit kepala, mudah marah, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi ketika melakukan tugas-tugas pelayanan. Aktivis gereja yang mengalami stres tidak dapat meninggalkan tugas-tugas pelayanannya di gereja, karena ketika diangkat menjadi aktivis gereja, mereka harus berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugas pelayanan selama masa jabatan menjadi aktivis gereja. Kehidupan aktivis gereja juga terkadang dijadikan panutan bagi jemaat-jemaat di gereja, oleh karena itu walaupun sedang mengalami stres, aktivis gereja harus bisa menutupi keadaan yang dialami sehingga diperlukan cara untuk mengatasi stres agar pelayanan di gereja menjadi efektif.
Menurut Lazarus & Folkman (1984), cara aktivis gereja dalam mengatasi stres yang dialami disebut dengan strategi penanggulangan stres. Strategi penanggulangan stres perlu untuk membuat aktivis gereja menyesuaikan diri terhadap stressor yang dihadapi, agar stressor tersebut tidak menjadi beban ketika melakukan tugas pelayanan di gereja. Ada dua strategi penanggulangan stres yang biasanya digunakan oleh aktivis gereja, yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada
(55)
6
masalah (problem focused form of coping) dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused form of coping).
Aktivis gereja yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah akan secara aktif mencari penyelesaian masalah yang menjadi penyebab stres (Lazarus & Folkman, 1984:152). Berdasarkan hasil survey awal dengan menggunakan kuesioner, strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah yang dilakukan oleh aktivis gereja antara lain: 6,67% aktivis gereja menganalisis masalah yang dialami dalam pelayanan dan mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut, hal ini sesuai dengan bentuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah yang dinamakan planfull problem solving.
Sedangkan aktivis gereja yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi akan melakukan usaha untuk mengatur respon emosional terhadap masalah dan ditujukan untuk mengurangi tekanan emosional yang timbul akibat masalah yang dihadapi tanpa menyelesaikan masalah yang menjadi sumber stres secara tuntas (Lazarus & Folkman, 1984:151), Adapun strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi yang dilakukan aktivis gereja antara lain: 100% aktivis gereja berdoa saat mengalami masalah dalam pelayanan, hal ini sesuai dengan bentuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi yang dinamakan positive reappraisal; 26,7% aktivis gereja berkonsultasi kepada rohaniwan saat mengalami masalah dalam pelayanan, hal ini sesuai dengan bentuk
(56)
7
strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi yang dinamakan seeking social support.
Aktivis gereja memiliki jenis strategi penanggulangan stres yang berbeda-beda, ada yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, ada yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi, adapula aktivis gereja yang menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan stres secara seimbang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi penanggulangan stres pada aktivis di gereja”X” Jakarta.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Pada penelitian ini, ingin diketahui bagaimanakah strategi penanggulangan stres yang digunakan pada aktivis di gereja ”X” Jakarta.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi penanggulangan stres pada aktivis di gereja ”X” Jakarta.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh lebih lanjut pemahaman yang komprehensif mengenai strategi penanggulangan stres pada aktivis di gereja ”X” Jakarta.
(57)
8
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Ilmiah
• Memberikan informasi dalam bidang Psikologi Klinis khususnya yang berkaitan dengan strategi penanggulangan stres pada aktivis gereja. • Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi
peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian dalam topik yang sama.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan informasi kepada aktivis di gereja “X” Jakarta mengenai strategi penanggulangan stres, sebagai evaluasi dan pertimbangan pada saat menghadapi stres.
• Memberikan informasi bagi gembala sidang di gereja ”X” Jakarta mengenai strategi penanggulangan stres yang digunakan aktivis gereja • Memberikan informasi kepada Sinode Gereja ”X” Jakarta mengenai
strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh aktivisnya, agar dapat digunakan sebagai masukan untuk dilakukan pembinaan pada aktivis dalam pelayanan.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN.
Menurut Lazarus & Folkman (1984), stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan lingkungan yang dinilai individu sebagai tuntutan yang melebihi
(58)
9
sumber daya dan membahayakan keberadaan atau kesejahteraannya. Sedangkan segala hal yang bisa mengakibatkan stres disebut stressor (Selye, 1980).
Aktivis gereja pun dapat mengalami stres. Aktivis gereja “X” Jakarta sebagian besar berusia antara 20-55 tahun. Menurut Santrock (2002), usia 20-40 tahun termasuk masa dewasa awal dan usia 41-55 tahun termasuk masa dewasa madya. Para aktivis gereja telah memasuki tahap perkembangan kognitif formal operasional yang berarti aktivis gereja sudah mampu untuk berpikir abstrak, logis, dan sistematis dalam memecahkan masalah (stressor) yang dialami dalam pelayanan. Pada aktivis gereja stressor yang mereka hadapi berupa tugas-tugas pelayanan dan masalah yang dialami dalam melakukan tugas-tugas pelayanan. Tugas dari aktivis antara lain: melayani dengan penuh tanggung jawab; menghadiri semua pertemuan dan pembinaan yang diadakan oleh gereja dan melaksanakan semua peraturan dan tanggung jawab yang diberikan; mengusahakan kehidupan yang dapat menjadi teladan yang baik dihadapan Allah dan manusia; memelihara kehidupan doa yang aktif dan kebiasaan membaca kitab suci. Adapun masalah yang dialami oleh aktivis gereja antara lain: sulit membagi waktu antara waktu untuk melakukan tugas pelayanan dengan waktu untuk keluarga, teman, kuliah melakukan tugas pekerjaan dan kegiatan lainnya; tugas-tugas pelayanan yang berat; mengalami perselisihan dengan aktivis lainnya; mendapatkan tuduhan yang tidak benar yang mencemarkan nama baik; dan mengalami kejenuhan dalam pelayanan.
Dalam menghadapi stressor, tidak semua aktivis gereja mengalami pengalaman stres dengan tingkat dan kualitas yang sama dikarenakan penghayatan
(59)
10
stres yang berbeda-beda antara aktivis gereja yang satu dengan aktivis gereja yang lainnya. Penghayatan yang berbeda ini tergantung dari cara aktivis gereja yang berlainan dalam menilai situasi dan peristiwa yang dihadapinya, yang dinamakan dengan penilaian kognitif (cognitive appraisals).
Lazarus & Folkman (1984) mengajukan dua alasan mengapa penilaian kognitif merupakan faktor penting. Pertama proses kognitif adalah proses yang mengantarai terjadinya interaksi antara aktivis gereja dengan lingkungan terhadap munculnya reaksi. Kedua untuk mempertahankan diri dan berkembang, aktivis gereja harus membedakan antara situasi mana yang menyenangkan dan membahayakan bagi mereka. Penilaian kognitif merupakan suatu proses evaluatif yang menentukan mengapa dan pada tingkat bagaimana suatu hubungan antara manusia dan lingkungannya dikatakan stressful. Penilaian kognitif akan memberikan bobot terhadap stres yang dialami, apakah akan dinilai sebagai sesuatu yang mengancam atau tidak. Dalam hal ini perbedaan terletak pada intensitas tekanan emosional yang dirasakan dan dipengaruhi juga oleh bagaimana aktivis gereja memandang masalahnya. Proses penilaian kognitif pada aktivis gereja diuraikan dalam tiga tahap yaitu penilaian primer (primary appraisal), penilaian sekunder (secondary appraisal), dan penilaian kembali (reappraisal).
Proses penilaian primer (primary appraisal) merupakan proses mental yang dilakukan oleh aktivis gereja berhubungan dengan aktivitas evaluasi terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam hal ini semua stressor berhubungan dengan tugas-tugas pelayanan, aktivis gereja lalu melakukan evaluasi apakah stressor yang ada
(60)
11
mempengaruhi dirinya secara berlebihan atau tidak sama sekali. Menurut Folkman (1984) individu akan mengalami tekanan emosi apabila situasi yang dihadapi dirasakan mengancam dirinya atau apabila tuntutan yang dirasakan melebihi kemampuan yang dimilikinya. Dalam hal ini perbedaan terletak pada intensitas tekanan emosional yang dirasakan dan dipengaruhi juga oleh bagaimana individu memandang masalahnya. Berdasarkan penilaian ini, maka dihasilkan salah satu dari tiga buah bentuk penilaian yaitu irrelvant, benign positive, dan stressfull. Stressor dikategorikan irrelevant apabila tidak berdampak apapun pada aktivis gereja. Benign positive apabila stressor dinilai memberikan keuntungan atau hal positif pada aktivis gereja. Penilaian ini dicirikan oleh emosi-emosi yang menyenangkan seperti sukacita, cinta, kebahagiaan, kegembiraan, dan kedamaian. Pada penilaian irrelevant dan benign positive, aktivis gereja tidak mengalami stres karena tuntutan yang ada tidak begitu mengancam kesejahteraannya. Pada tahap stressfull, hal pertama yang dilakukan oleh aktivis gereja adalah memandang stressor yang menganggu dirinya, lalu timbul perasaan ingin terbebas dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut (harm/loss), kemudian menimbulkan suatu pemikiran untuk mengantisipasi stressor tersebut (threat), pemikiran tersebut memacu aktivis berpikir optimis untuk mengatasi stressor yang menimpa dirinya (challenge). Setelah aktivis gereja merasakan bahwa situasi yang tidak menyenangkan tersebut menganggu dirinya sehingga menyebabkan stres, maka aktivis gereja termotivasi untuk mengatasi stressor yang ditimbulkan, kemudian akan beralih pada tahapan selanjutnya yaitu proses penilaian sekunder (secondary appraisal).
(61)
12
Pada penilaian sekunder, aktivis gereja mengevaluasi hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres. Proses evaluasi ini meliputi pemilihan cara yang mungkin dilakukan berupa strategi penanggulangan stres mana yang dianggap sesuai dengan stressor yang dialami dalam pelayanan dan akibat-akibat apa yang ditimbulkan oleh strategi yang digunakan. Pada tahap ini aktivis gereja mencoba lebih memahami potensi-potensi yang ada dalam dirinya yang terdiri dari kesehatan dan energi; keterampilan pemecahan masalah; keyakinan positif; keterampilan sosial; dukungan sosial; dan sumber material, misalnya aktivis gereja memiliki kemampuan lebih dalam bersosialisasi maka aktivis gereja berusaha mencari informasi mengenai stressor yang sedang dialaminya. Aktivis gereja akan selalu berusaha menyesuaikan strategi penanggulangan stres yang akan digunakan dengan stressor yang dihadapinya.
Konsep strategi penanggulangan stres pada umumnya digunakan sebagai aspek utama dalam menjelaskan hubungan antara stres dengan tingkah laku aktivis gereja dalam menghadapi stres. Strategi penanggulangan stres dipandang sebagai faktor penyeimbang yang membantu aktivis gereja menyesuaikan diri terhadap stres yang dialaminya. Pada dasarnya penanggulangan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang ditimbulkan oleh stressor yang ada.
Lazarus (1984) menjelaskan strategi penanggulangan stres merupakan perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan eksternal maupun internal. Pengertian ini
(62)
13
mengutamakan pada “proses” karena berhubungan dengan apa yang secara aktual dipikirkan atau dilakukan aktivis gereja dalam menghadapi situasi stres, disertai perubahan pikiran dan tindakan terhadap setiap peristiwa. Akan tetapi, penanggulangan tidak selalu berarti menguasai, karena ada kondisi ketika aktivis gereja menanggulangi stres dengan bersikap toleran, mengurangi, menerima, atau mengabaikan sesuatu yang tidak dapat dikuasainya.
Lazarus & Folkman (1984) membagi fungsi penanggulangan stres menjadi dua yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused form of coping/ direct action) dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused form of coping/ palliative forms).
Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah adalah strategi yang diarahkan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres. Strategi penanggulangan ini sering ditujukan oleh aktivis gereja sebagai usaha untuk merumuskan masalah, membuat beberapa alternatif, memilih alternatif yang terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak. Strategi ini bukan hanya sekedar pemecahan masalah, strategi ini merupakan proses analisis obyektif yang terutama difokuskan pada masalah termasuk juga cara yang diarahkan pada diri sendiri. Ada dua bentuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah:
Planfull problem solving, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk menyusun rencana, menganalisa masalah kemudian membuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Misalnya aktivis gereja mencoba mencari informasi
(63)
sebanyak-14
banyaknya mengenai stressor yang dialami kemudian melakukan analisa mengenai solusi yang dapat dilakukan.
Confrontative coping, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha menggunakan kesempatan yang ada untuk memperbaiki masalah dan berpegang pada pendirian dan berjuang untuk mencapai hal yag dikehendaki dengan cara apapun (reaksi agresif). Misalnya melakukan suatu yang beresiko.
Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi adalah strategi yang berfungsi untuk mengatur respon emosional terhadap masalah yang ada. Strategi penanggulangan ini digunakan oleh aktivis gereja untuk memelihara harapan dan optimisme, mereka menyangkal fakta dan akibat yang mungkin dihadapi, kemudian menolak untuk mengakui hal terburuk dan bereaksi seolah-olah apa yang terjadi tidak menimbulkan stres. Proses ini memberi kemungkinan untuk suatu interpretasi yang menipu diri dan distorsi realitas. Penipuan yang berhasil terjadi tanpa adanya kesadaran (Lazarus & Folkman, 1984). Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi memiliki enam bentuk, yaitu:
Distancing, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk melepaskan diri dari reaksi stres dengan cara menciptakan pandangan-pandangan positif terhadap masalah pelayanan yang dialaminya, aktivis gereja merasakan bahwa masalah pelayanan yang dialaminya bukan merupakan suatu cobaan dalam hidupnya melainkan merupakan pengalaman berharga dan karenanya menolak untuk memikirkan masalah tersebut secara serius agar tercipta situasi yang lebih baik.
(64)
15
Self Control, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk menyesuaikan perasaan dengan tindakan yang diambil. Aktivis gereja menyadari dengan mengubah perasaan negatif menjadi positif mengenai masalah pelayanan yang dialaminya merupakan faktor yang sangat penting untuk menjadikan dirinya lebih bertahan dengan keadaaannya sekarang.
Seeking social support, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk mencari dukungan dari pihak luar baik berupa informasi mengenai masalah pelayanan yang dialaminya, bantuan nyata maupun dukungan emosional dari pihak keluarga, rohaniwan maupun rekan sepelayanan.
Accepting resposibility, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan kesadaran peran diri dalam pemasalahan. Misalnya aktivis gereja berusaha untuk merubah sikap ke arah yang lebih baik.
Escape Avoidance, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk menampilkan reaksi berkhayal dan usaha menghindar atau melarikan diri dari penderitaan yang sedang dihadapi, misalnya dengan mengkhayal bahwa dirinya tidak mengalami masalah dalam pelayanan.
Positive reappraisal, dalam bentuk ini aktivis gereja berusaha untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan pribadi dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius. Aktivis gereja menyadari bahwa masalah dalam pelayanan yang mereka alami bukan merupakan sesuatu penderitaan namun pengalaman berharga yang datang dari Tuhan.
(65)
16
Jika penggunaan suatu strategi dirasa tidak sesuai atau mengalami kegagalan, maka aktivis gereja akan melakukan penilaian kembali (reappraisal) terhadap situasi atau stressor. Reappraisal menjelaskan mengenai perubahan penilaian berdasarkan informasi baru dari lingkungan dan atau dari aktivis gereja. ‘Reappraisal’ merupakan kelanjutan dari ‘appraisal’ baru, misalnya apa yang dulu dimaknakan sebagai theat dengan reappraisal dapat dimaknakan sebagai benign positive.
Pada tahapan tersebut aktivis gereja yang merasakan strategi penanggulangan stresnya tidak berhasil akan memikirkan appraisal baru. Aktivis gereja lalu menjalani tahapan primary appraisal dan secondary appraisal kemudian melakukan strategi penanggulangan stres kembali. Setelah strategi penanggulangan stres dilakukan dan dirasa baik oleh aktivis gereja maka aktivis gereja mampu beradaptasi dengan situasi yang ada.
(66)
17 Aktivis di Gereja “X” Jakarta Stressor Penilaian Kognitif Primer Irrelevant Benign Possitive Tidak stress
Stressful Stres Penilaian Kognitif Sekunder
Sumber-sumber daya • Kesehatan dan energi • Keterampilan pemecahan
masalah
• Keyakinan positif • Keterampilan sosial • Dukungan sosial
• Sumber-sumber material
Strategi Penanggulangan Stres Seimbang Dominan SPS yang berpusat pada masalah Dominan SPS yang berpusat pada emosi
• Distancing • Self Control
• Seeking Social Support • Accepting Responsibility • Escape Avoidance • Positive Reappraisal
Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir • Planfull Problem Solving • Confrontative Coping
(67)
18
1.6 ASUMSI
• Aktivis gereja memiliki penilaian kognitif yang berbeda-beda terhadap stressor.
• Aktivis gereja dapat terjadi stres karena peran dan tugas pelayanan yang dilakukan di gereja (stressor).
• Untuk mengatasi stres yang dialami maka aktivis gereja akan menggunakan strategi penanggulangan stres.
• Strategi penanggulangan stres yang digunakan aktivis gereja dapat berupa strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi, atau seimbang.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap aktivis di Gereja “X” Jakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar aktivis di Gereja “X” Jakarta, yaitu sebesar 60.5% menggunakan strategi penanggulangan stres secara seimbang. Bentuk yang paling sering digunakan adalah planfull problem solving, self control, accepting responsibility, dan positive reappraisal. Sebagian lainnya, yaitu sebesar 34,2% aktivis menggunakan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada masalah. Bentuk yang paling sering digunakan adalah planfull problem solving. Sisanya 5,3% aktivis menggunakan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada emosi. Bentuk yang paling sering digunakan adalah distancing, self control, accepting responsibility, dan positive reappraisal.
2. 66,7% aktivis yang mengalami derajat stres yang rendah dan 57,1% aktivis yang mengalami derajat stres yang moderat, menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan stres secara seimbang. Dalam penelitian ini tidak ditemukan aktivis yang mengalami derajat stres yang tinggi.
(2)
3. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penggunaan strategi penanggulangan stres adalah keterampilan pemecahan masalah, dukungan sosial, dan usia. Sebanyak 60% aktivis yang memiliki keterampilan pemecahan masalah, 75% aktivis yang memperoleh dukungan sosial dari keluarga dan teman dekat, menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan stres secara seimbang. Pada 69,6% aktivis yang berusia 20-40 tahun (masa dewasa awal) menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan stres secara seimbang, sedangkan pada 46,6% aktivis yang berusia 41-55 tahun (masa dewasa madya) menggunakan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada masalah.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna, yaitu:
5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan
1. Disarankan untuk meneliti mengenai keefektifan dari strategi penanggulangan stres sehingga diperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres yang efektif bagi aktivis gereja.
2. Disarankan untuk meneliti seberapa kuat kontribusi derajat stres, keterampilan pemecahan masalah, dukungan sosial, dan usia terhadap penggunaan strategi penanggulangan stres, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
(3)
kontribusi faktor-faktor tersebut terhadap penggunaan strategi penanggulangan stres
3. Disarankan untuk meneliti aktivis gereja dengan bidang pelayanan yang lebih spesifik, sehingga diperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai strategi penanggulangan stres.
5.2.2 Saran Bagi Kegunaan Praktis
1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi aktivis gereja, sehingga aktivis gereja dapat lebih memahami mengenai strategi penanggulangan sres yang digunakan
2. Diharapkan Gembala Sidang di Gereja ”X” Jakarta dapat memberikan pembinaan kepada aktivis gereja agar aktivis gereja yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada masalah dapat meningkatkan penggunaan strategi penanggulangan stres yang dominan berpusat pada emosi, dan sebaliknya.
(4)
74
DAFTAR PUSTAKA
Aldwin, C., Folkman S., Schaefer, C., Coyne, J.C., & Lazarus, R.S. 1980. Ways of Coping: A Process Measure. Paper Presented at Meetings of American Psychological Association, Montreal.
Alhusin, Syahri. 2001. Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS 9. Jakarta: Elex Media Komputindo
Anderson, C.R. 1977. Locus of Control, Coping Behaviour and Performance in A Stress Setting : A Longitudinal Study. Journal of Applied Psychology, 62, 446-451.
Arnett, J.1990. Contraceptive Use, Sensation Seeking and Adolescent Egosentrism. Journal of Youth and Adolesence;19,171-180.
Arnold, M.B. 1970. Feelings and Emotion. New York: Academic Press. Bandung.
Cannon, W.B. 1932. The Wisdom of The Body. New Your: Norton.
Chaplin, J.P. 2002. Dictionary of Psychology. New York: Dell Publishing Co. Inc. Cox, Tom. 1978. Stress. London: The Macmillan Press LTD.
Erickson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: WW Norton.
Goldberger, Leo., and Breznitz, S., 1982. Handbook Of Stress: Theoritical and Clinical Aspect. London: Collier MacMilan Publishers.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang ` Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Janoof-Bulman, R, & Brickman, P. 1982. Expectation and what people learn from failure. In N.T . Feather (Ed), Expectancy, Incentive, and Action. Hillsdale, NJ : Erlbaum.
Kahn, R.L, Wolfe., D.M., Quinn, R.P, Snoek, J.D, & Rosenthal, R.A. 1964.
Organizational Stress: Studies in role conflict and ambiguity. New York: Wiley.
(5)
75
Universitas Kristen Maranatha
Lazarus, R. S. 1976. Patterns of Adjustment, Third Edition. Tokyo Kogakusha: McGraw Hill
., & Susan Folkman. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.
Monat, Alan., & Richard Lazarus. 1991. Stress & Coping An Anthology. New York: Columbia University Press.
Neufeld, R.W. 1975. Effect of Cognitive Appraisal on d’ and Response Bias to Experimental Stress. Journal of Personality and Social Psychology.
Newfeld, R.W. 1976. Evidence of Stress as A Function of Experimentally Altered Appraisal of Stimulus Aversiveness and Coping Adequacy. Journal of Personality and Social Psychology.
Peery, W.G. 1970. Forms of Intellectual and Ethical Development in the College Years. New York : Holt, Rinehart&Winston.
Santrock, J.N. 2004. Life-Span Development, Ninth Edition. New York: McGraw Hill Selman, R.L. 1980. The Growth of Interpersonal Understanding. New York:
Academic Press.
Selye, H. 1976. The Stress of Life. New York: Mc Graw Hill.
_______. 1980. Selye’s Guide to Stress Research (Vol 1). New York: Van Nostrand Reinhold.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan. Jakarta: PT. Grarnedia Pustaka Utarna.
Silver, R.L, & Wortman, C.B. 1980. Coping with Underirable Life Events In J. Garber & M.E.P Seligman (Eds), Human Helplessness: Theory and Applications. New York: Academic Press.
Sitepu, Nirwana SK, 1995. Analisis Korelasi. FMIPA. Universitas Pajajaran Swindoll, Charles. R, 2005. Improving Your Serve. Bandung: Pioner Jaya.
(6)
76
DAFTAR RUJUKAN
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi II. 2007. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Maranatha
Hernadi, Ivan. 2005. Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Pendeta di Gereja-Gereja GKI di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Tara, Mariska. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Dokter Jaga UGD Rumah Sakit “X” di Cimahi. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Irawati, Gita. 2005. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Narapidana Wanita Usia 18-40 Tahun di Lembaga Pemasyrakatan ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha