Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Anak-anak Panti Asuhan "X" Kota Bandung.

(1)

i

ABSTRAK

Penelitian berjudul studi deskriptif mengenai strategi penanggulangan stres pada Anak-anak panti asuhan “X” kota Bandung bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres yang digunakan para Anak – anak panti asuhan “X” kota Bandung dan kaitannya dengan faktor yang mempengaruhinya.

Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan metode survey. Pada metode survey, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Sample penelitian ini adalah anak-anak panti asuhan “X” yang memiliki rentang usia 7-12 tahun yaitu berjumlah 16 orang, dimana teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan.. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui jenis strategi penanggulangan stress adalah berupa kuesioner yang dimodifikasi peneliti berdasarkan teori Lazarus dimana reliabilitas alat ukur pada penelitian ini adalah 0,527 yang termasuk dalam kategori sedang, sedangkan validitas alat ukur untuk tiap indikator yaitu planful problem solving : 0,854, confrontative coping : 0,444, distancing : 0,727, self control : 0,325, seeking social support : 0,744, accepting responbility : 0,468, escape avoidance : 0,299 dan positif reappraisal : 0,700.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (56%) dari Anak–anak panti asuhan “X” kota Bandung menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stress yang berpusat pada emosi secara seimbang, 38% responden menggunakan strategi penanggulangan stress yang berpusat pada emosi, dan 6% responden menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah.

Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunakan alat ukur yang reliabilitasnya tinggi dikarenakan reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini tergolong dalam kategori sedang, dan bagi para ibu pengasuh maupun pengurus panti asuhan diharapkan dari penelitian ini dapat selalu menjalin kontak dan komunikasi serta memberikan pengarahan, bantuan dan menciptakan suasana lingkungan di panti yang saling mendukung dan bekerja sama dalam mengatasi berbagai masalah pada anak-anak panti asuhan


(2)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... .i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12

1.6 Asumsi Penelitian ... 23

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 24


(3)

vii

2.1.1 Pengertian Stress ……… 24

2.1.2 Teori Stress ………... 26

2.1.3 Teori Stress dari Lazarus ………. 29

2.1.3 Teori Tentang Penilaian Kognitif ………. 31

2.1.4 Proses Penilaian Kognitif ……….. 32

2.1.5 Strategi Penanggulangan stres ……… 36

2.1.5.1 Pengertian strategi penanggulangan stres ………… 36

2.1.5.2 Fungsi dan Bentuk Strategi Penanggulangan Stres .. 37

2.1.5.3Faktor Pendukung Strategi Penanggulangan Stres .. 41

2.1.5.4Hambatan dalam Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres……… 43

2.1.5.5 Hubungan Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat pada Masalah dan yang Berpusat pada Emosi………. 43

2.1.5.5Hubungan Penilaian Kognitif, Stres dan Strategi Penanggulangan Stres……….. 44

2.2 Masa Kanak Akhir………. 45

2.2.1 Pengertian Masa Anak akhir………. 45

2.2.2 Perkembangan Kognitif……… 46

2.2.3 Perkembangan Bahasa………... 48

2.2.4 Perkembangan Sosioemosional……… 48


(4)

viii

2.2.4.2 Relasi Dengan Teman Sebaya……… 50

2.2.4.3 Popularitas, Penolakan dan Pengabaian teman Sebaya ……….. 51

2.2.4.4 Kognisi Sosial……… 51

2.2.4.5 Sahabat……… 52

2.2.4.6 Diri Sendiri……… 53

2.2.4.6.1 Perkembangan Pemahaman Diri………… 53

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………... 55

3.1 Rancangan Penelitian ………. 55

3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional …………...………. 55

3.2.1 Variabel Penelitian ……… 55

3.2.2 Definisi Konseptual ……… 55

3.2.3 Definisi Operasional ……….. 56

3.3 Alat Ukur ……… 57

3.3.1 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres …….... 57

3.3.2 Prosedur Pengisian………. 58

3.3.3 Sistem Penilaian……….. 59

3.3.4 Cara Penilaian Strategi Penanggulangan Stres….. 59

3.3.5 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang…… 60


(5)

ix

3.4.1 Validitas Alat Ukur ……….. 61

3.4.2 Realibilitas Alat Ukur ……….. 61

3.5 Sampel Penelitian ……….. 62

3.5.1 Populasi Sasaran ……….. 62

3.5.2 Karakteristik Populasi……….. 62

3.5.3 Teknik Sampling ……….. 62

3.6 Teknik Analisis Data ……… 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ……….. 64

4.1.1. Gambaran responden ……….. 64

4.1.2. Hasil pengolahan data ………... 66

4.2. Pembahasan ………... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……… 82

5.2. Saran ………. .83

5.2.1. Saran Ilmiah……… 83

5.2.2. Saran Praktis……… 84 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN


(6)

x

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1. Skema Kerangka Pikir Skema 3.1. Skema Rancangan Penelitian


(7)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Persentase responden berdasarkan usia

Tabel 4.2. .Persentase responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3. Persentase responden berdasarkan Lama Menetap di Panti Asuhan Tabel 4.4. Persentase responden berdasarkan Status di Panti Asuhan

Tabel 4.5. Persentase responden berdasarkan Jenis Strategi Penanggulangan Stres Tabel 4.6. Persentase Dimensi Strategi Penanggulangan Stres

Tabel 4.7. Persentase aspek Problem focused coping Tabel 4.8. Persentase aspek emotion focused coping

Tabel 4.9.Persentase aspek yang seimbang antara problem focused coping dan Emotion Focus Coping


(8)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persentase dimensi Strategi Penanggulangan Stres (Coping Stress) Lampiran 2. Analisa Item

Lampiran 3. Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 4. Kisi-kisi Alat Ukur pengambilan data dan kisi-kisi alat ukur setelah pengambilan data

Lampiran 5. Kuesioner Pengambilan data Lampiran 6. Validitas dan reliabilitas Alat Ukur

Lampiran Tabel 6.1.1 Crosstab Coping Stress dengan lama menetap di panti asuhan Lampiran Tabel 6.1.2 Crosstab Coping Stress dengan berusaha meraih prestasi walau

jauh dari orangtua

Lampiran Tabel 6.1.3 Crosstab Coping Stress dengan manfaat positif tinggal di panti asuhan

Lampiran Tabel 6.1.4 Crosstab Coping Stress dengan suka di panti asuhan

Lampiran Tabel 6.1.5 Crosstab Coping Stress dengan Tidak merasa kesepian jauh dari keluarga

Lampiran Tabel 6.1.6 Crosstab Coping Stress dengan tinggal di panti asuhan tantangan untuk mendiri


(9)

(10)

LAMPIRAN 1 : Persentase dimensi Strategi Penanggulangan Stres (Coping Stress)

Tabel 4.6. Persentase dimensi Strategi Penanggulangan Stres (Coping Stress) Responden Problem

focus

Emotion focus Jenis Coping

Stress

PL CF DIS SC SSS AR EA PR PFC EFC PFC & EFC (Seimbang)

L X X X X X X X

N X X X X X

SW X X X X X X

SNH X X X X

Y X X

A X X X X

U X X X X X

T X X X X X

SH X X X

SF X X X X X

K X X

RR X X X X X

I X X X X X

SM X X X X

N X X X X X

H X X X X X X X X

TOTAL 7 5 6 6 10 10 5 11 1 6 9

Keterangan :

Pl : Planful Problem Solving SSS : Seeking social Support PFC : Problem Focus Coping Conf : Confrontative Coping AR : Accepting Responbility EFC : Emotion Focus Coping Dist : Distancing EA : Escape Avoidance

SC : Self Control PR : Positive Reappraisal X : Menggunakan jenis strategi penanggulangan stres


(11)

LAMPIRAN 2 : Analisa Item (Validitas dan reliabilitas Alat Ukur)

Jumlah Item dipakai : 47 item Jumlah Item dibuang : 9 item

Reliabilitas Alat Ukur (Friedenberg) (alpha cronbach) : 0,527 ( reliabilitas sedang) No. Item Diterima/Dibuang

Nilai korelasi

No. Item Diterima/Dibuang

Nilai korelasi

1 Dibuang 0,244 31 Diterima 0,341

2 Diterima 0,569 32 Dibuang 0,296

3 Diterima 0,670 33 Diterima 0,312

4 Dibuang 0,231 34 Dibuang 0,083

5 Diterima 0,315 35 Diterima 0,335 6 Diterima 0,368 36 Diterima 0,347 7 Diterima 0,648 37 Diterima 0,310 8 Diterima 0,589 38 Diterima 0,547

9 Diterima 0,465 39 Dibuang 0,237

10 Diterima 0,438 40 Diterima 0,394 11 Diterima 0,525 41 Diterima 0,517 12 Diterima 0,393 42 Diterima 0,393 13 Diterima 0,352 43 Diterima 0,305 14 Diterima 0,364 44 Diterima 0,521 15 Diterima 0,766 45 Diterima 0,338 16 Diterima 0,682 46 Diterima 0,300 17 Diterima 0,635 47 Dibuang 0,293

18 Dibuang 0,040 48 Diterima 0,481

19 Diterima 0,398 49 Dibuang 0,101 20 Diterima 0,488 50 Diterima 0,580 21 Diterima 0,663 51 Diterima 0,582 22 Diterima 0,722 52 Diterima 0,446 23 Diterima 0,351 53 Diterima 0,642 24 Diterima 0,480 54 Diterima 0,412 25 Diterima 0,379 55 Dibuang 0,070 26 Diterima 0,386 56 Diterima 0,694 27 Diterima 0,306

28 Diterima 0,323 29 Diterima 0,427 30 Diterima 0,562


(12)

LAMPIRAN 3 : Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari 47 pernyataan mengenai cara saudara menangani setiap masalah-masalah yang saudara hadapi. Saudara diminta untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia yang sesuai dengan keadaan saudara. Adapun pilihan jawaban tersebut ialah :

1. Beri tanda silang pada kolom (SS) Sangat Sering jika saudara sangat sering menggunakan cara tersebut.

2. Beri tanda silang pada kolom (S) Sering jika saudara sering menggunakan cara tersebut.

3. Beri tanda silang pada kolom (J) Jarang jika saudara jarang menggunakan cara tersebut.

4. Beri tanda silang pada kolom (SJ) Sangat Jarang jika saudara sangat jarang menggunakan cara tersebut.

Semua jawaban yang saudara berikan tidak ada yang salah, jika pilihan jawaban yang tersedia kurang dapat menggambarkan cara saudara dalam menghadapi masalah, maka pilihlah yang paling mendekati dengan keadaan saudara.


(13)

NO PERNYATAAN SS S J SJ 1. Saya mencoba menghubungi keluarga saya bila

saya kesulitan untuk menemui kedua orangtua 2. Saya akan memarahi teman-teman di panti asuhan

yang mengejek atau menghina saya

3. Bila saya memiliki masalah dengan teman saya, saya tidak akan bermain dengan mereka

4. Bila saya sedang kesal dengan teman saya, Saya akan mengingat hal-hal yang menyenangkan 5. Saya meminta bantuan dari kakak panti apabila

saya tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah

6. Saya menerima keadaan saya sebagai anak panti asuhan dan menghadapi segala masalah saya 7. Saya berpura-pura tidak tahu terhadap masalah

yang saya hadapi

8. Saya akan berusaha menerima dengan ikhlas keadaan saya tinggal di panti asuhan karena Tuhan memberikan jalan terbaik buat saya


(14)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 9. Apabila saya bertengkar dengan teman-teman

panti, saya akan berusaha menemui mereka untuk menyelesaikan masalah

10. Saya akan memarahi teman saya bila ia menjauhi saya

11. Setiap teringat kedua orangtua, saya akan berusaha untuk melupakannya dengan tidur atau membantu ibu panti

12. Saya akan berusaha menahan rasa kesal saya terhadap teman-teman bila saya sedang sedih dan kesal

13. Saya meminta nasehat kepada ibu panti asuhan bila saya sedang memiliki masalah

14. Saya berjanji untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi.

15. Saya tidak peduli bila ada teman-teman saya di panti asuhan yang tidak menyukai saya

16. Saya akan melaksanakan shalat dan berdoa pada Tuhan, bila saya sedang sedih mengingat kedua orangtua saya


(15)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 17. Bila saya ingin bertemu dengan kedua orangtua,

saya terburu – buru menghubungi mereka

18. Saya hanya diam apabila teman-teman mengejek saya

19. Saya akan bermain dengan teman saya untuk mlupakan masalah yang saya hadapi

20. Saya tidak dapat mengendalikan kemarahan saya ketika saya teringat pada keluarga saya

21. Saya akan berusaha untuk mencari bantuan dari teman-teman jika saya sedang kesal atau bertengkar dengan teman yang lain

22. Saya akan menerima keadaan saya di panti karena orangtua saya yang tidak dapat membiayai saya sekolah

23. Saya berharap bahwa masalah yang saya hadapi dapat selesai dengan sendirinya

24. Saya berusaha mendapatkan kesenangan walaupun saya harus tinggal di panti asuhan

25. Saya terburu-buru untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau masalah yang saya hadapi


(16)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 26. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan jika

saya mendapatkan masalah

27. Saya sangat memikirkan keadaan keluarga saya selama tinggal dipanti asuhan

28. Saya akan menentang nasehat yang diberikan oleh ibu panti apabila berbeda dengan keinginan saya 29. Teman-teman dan ibu panti tidak dapat membantu

saya dan tidak mengerti apa yang saya rasakan 30. Saya masih tidak dapat menerima keadaan saya

yang harus menetap dipanti asuhan

31. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling menderita karena harus tinggal di panti asuhan 32. Saya harus bertemu dengan ayah atau ibu saya,

segera setelah saya teringat pada mereka

33. Bila saya tersinggung karena ucapan teman-teman, saya akan langsung membalas mereka

34. Saya tetap bermain dengan teman-teman saya walaupun saya sedang kesal pada mereka

35. Saya tidak dapat menahan emosi saya apabila teman-teman mengganggu saya


(17)

NO PERNYATAAN SS S J SJ 36. Lebih mudah menyelesaikan masalah saya sendiri

daripada saya meminta bantuan dari penghuni panti

37. Saya merasa tidak harus menyelesaikan masalah-masalah saya karena saya mempunyai ibu panti yang harus menyelesaikannya

38. Saya tidak mendapatkan manfaat selama saya tinggal dipanti asuhan

39. Saya merasa bahwa tinggal di panti asuhan merupakan hal yang berat

40. Saya berjanji, bahwa setiap masalah yang akan saya hadapi dapat saya selesaikan dengan baik 41. Saya merasa malu untuk meminta bantuan pada

kakak atau teman-teman di panti setiap kali saya menghadapi masalah

42. Saya tidak peduli terhadap akibat atau resiko dari apa yang saya lakukan

43. Saya tetap tidak tenang setelah saya beribadah dan berdoa pada Tuhan


(18)

NO PERNYATAAN SS S J SJ 44. Saya pergi dari panti asuhan untuk sementara

waktu bila menghadapi masalah di panti

45 Saya berharap orang lain mengerti masalah saya 46 Saya siap menanggung akibat atau resiko dari

setiap masalah yang saya hadapi

47. Saya berusaha untuk melihat kegunaan untuk diri saya dari masalah yang saya hadapi


(19)

DATA PENUNJANG Usia :

Lamanya tinggal dipanti asuhan : Status :

1. Bagaimana suka dukanya selama tinggal di Panti Asuhan ?

... ... 2. Apa yang membuat sedih atau tertekan selama tinggal di panti?

... ... Alasannya... 3. Bagaimana pengaruhnyaterhadap kehidupan sehari-hari ?

a. malas belajar c. Menjauh dari teman-teman

b. ”bad mood

4. Saya merasa tertekan karena saya harus jauh dari orangtua dan keluarga a. Sesuai


(20)

5. Saya selalu memikirkan kedua orangtua dan keluarga saya sejak tinggal di panti asuhan

a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 6. Saya mendapatkan kasih sayang yang lebih dari ibu panti sebagai pengganti kedua

orangtua saya a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 7. Berpisah dengan kedua orangtua tidak membuat saya tertekan justru saya banyak

mendapatkan manfaat yang positif

a. Sesuai (sebutkan manfaat positifnya...) b. Tidak sesuai

8. Saya merasa bahwa berpisah dengan orangtua bukan merupakan hal yang menyebabkan saya sedih

a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai


(21)

9. Saya merasa bahwa orangtua saya tidak perlu untuk menengok saya di panti asuhan

a. Sesuai b. Tidak sesuai

10. Saya merasa aturan dan tuntutan yang diberikan ibu panti membuat saya tertekan a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

Sebutkan aturan di panti asuhan yang dirasakan berat untuk

dilaksanakan?... 11. Saya lebih senang tinggal di panti karena saya memiliki teman yang lebih baik

dibandingkan keluarga saya a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai


(22)

12. Lebih berat buat saya untuk berpisah dengan teman-teman di panti asuhan dibandingkan berpisah dengan keluarga

a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 13. Saya merasa kehilangan orang tua yang saya sayangi saat saya tinggal di panti

asuhan a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 14. Saya takut orangtua saya tidak akan mempedulikan saya dan tidak mau untuk

menengok saya di panti a. Sesuai

b. Tidak sesuai

15. Di panti asuhan saya akan berusaha untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orangtua walaupun hal tersebut berat bagi saya

a. Sesuai b. Tidak Sesuai


(23)

16. Saya kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari teman maupun ibu panti selama tinggal di panti asuhan

a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak Sesuai

(alasannya...) 17. Saya khawatir ibu panti akan memarahi dan mengusir saya bila saya tidak

mematuhi aturan di panti asuhan a. Sesuai

b. Tidak sesuai

18. Walaupun aturan di panti asuhan cukup berat, saya berusaha mengikuti aturan tersebut

a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 19. Saya merasa kesepian dan merasa jauh dari keluarga semenjak saya tinggal di

panti asuhan a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak Sesuai


(24)

20. Saya khawatir teman-teman di panti asuhan akan menjauhi saya a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 21. Saya tetap berusaha untuk meraih prestasi di sekolah walaupun saya harus jauh

dari kedua orangtua a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 22. Saat tinggal di panti saya tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang

sama seperti yang orangtua maupun keluarga saya berikan a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai

(alasannya...) 23. Saya khawatir keluarga saya tidak mau menerima keberadaan saya lagi

a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai


(25)

24. Tinggal di panti asuhan merupakan tantangan bagi saya untuk lebih mandiri a. Sesuai

(alasannya...) b. Tidak sesuai


(26)

Lampiran 4 : Kisi-kisi Alat Ukur Pengambilan Data

Focus masalah

- Planful Problem Solving

1,9,17,49 25(-) 33(-) 41(-)

1.Saya mencoba memahami hal-hal apa saja yang membuat saya stres

9. Saya mencoba merencanakan dan mencari cara lain dengan menghubungi keluarga ataupun saudara saya bila saya kesulitan untuk menghubungi maupun menemui kedua orangtua saya

17. Apabila saya bertengkar dengan teman-teman panti, saya akan berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah agar semua berjalan normal kembali

25. Bila saya ingin bertemu dengan kedua orangtua, saya terburu – buru dan sesegera mungkin menghubungi mereka 33.Masalah-masalah yang saya hadapi, saya selesaikan dengan tergesa-gesa

41. Saya bertemu dengan keluarga saya, segera setelah saya teringat pada mereka

49. Saya mempertimbangkan sesuatu untuk menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi serta mempertimbangkan akibat-akibat yang akan saya hadapi


(27)

- Confrontative Coping

2,10,18,50 26(-) 34(-) 42(-)

2. Saya menegur teman-teman di panti asuhan yang

mengejek atau menghina saya agar dia tidak mengejek atau menghina saya lagi

10. Saya memarahi teman saya bila ia menjauhi saya 18. Saya bertanya langsung kepada keluarga saya, karena mereka jarang menengok saya selama tinggal di panti asuhan

26. Saya tidak dapat berbuat apa-apa bila teman-teman memperolok-olok saya

34. Saya hanya diam bila ibu panti memperingatkan saya karena kesalahan saya, walaupun saya merasa apa yang saya lakukan sudah benar

42. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan jika saya mendapatkan masalah baik itu disekolah maupun di panti asuhan

50. Bila saya tersinggung karena ucapan teman-teman, saya akan langsung membalas mereka agar mereka tidak lagi menyinggung perasaan saya


(28)

Focus emosi

- Distancing

3,11,19,51 27(-) 35 (-) 43(-)

3. Bila saya memiliki masalah dengan teman saya, saya akan menjaga jarak dari mereka

11. Setiap teringat kedua orangtua saya akan berusaha untuk melupakannya sementara waktu dengan bermain atau membantu ibu panti

19. Saya menolak untuk terlalu memikirkan masalah yang saya hadapi dengan serius

27. Saya sangat memikirkan keadaan keluarga saya selama tinggal dipanti asuhan

35. Saya tetap bermain dengan teman-teman saya walaupun saya sedang kesal pada mereka

43. Saya merasa bahwa tinggal di panti asuhan merupakan hal yang berat

51. Saya pergi dari panti asuhan untuk sementara waktu bila menghadapi masalah di panti


(29)

- Self Control 4,12,20,52 28 (-) 36 (-) 44 (-)

4. Saya mencoba menenangkan diri saya bila saya merasa tidak mampu untuk menemui kedua orangtua

12. Bila saya sedang kesal dengan teman-teman panti, saya memendam sendiri rasa kesal saya, agar saya tidak

bertengkar dengan mereka

20. Saya berusaha menjaga sikap saya terhadap teman-teman bila saya sedang sedih dan kesal pada ibu panti asuhan

28. Saya tidak dapat mengendalikan kemarahan saya ketika saya teringat pada keluarga saya

36. Saya marah dan menentang nasehat-nasehat yang diberikan oleh ibu panti bila saya ditegur olehnya 44. Saya kurang mampu mengendalikan emosi saya apabila teman-teman saya mengganggu saya

52. Bila saya kesal dengan teman di panti, saya akan berdiam diri di kamar untuk menenangkan diri dan menghilangkan rasa kesal saya


(30)

- Seeking Social Support 5,13,21,53 29 (-) 37 (-) 45 (-)

5. Saya meminta bantuan dari kakak panti apabila saya tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah

13. Saya meminta nasehat kepada ibu panti asuhan bila saya sedang memiliki masalah

21. Saya berusaha mencari dukungan dari teman-teman saya di sekolah jika saya sedang kesal atau bertengkar dengan sesama teman saya di panti asuhan

29. Saya menganggap orang-orang di sekitar saya tidak dapat membantu saya dan tidak memahami apa yang saya rasakan

37. Saya merasa dapat menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa harus mengharapkan bantuan dari ibu panti

45. Saya merasa malu untuk meminta bantuan pada penghuni panti setiap kali saya menghadapi masalah 53. Saya berharap orang lain bersimpati dan memahami permasalahan saya


(31)

- Accepting Responsibility

6,14,22,54 30 (-) 38 (-) 46 (-)

6. Saya akan mencoba memahami keadaan saya sebagai anak panti asuhan dan berusaha menanggung segala akibatnya

14. Saya berjanji pada diri saya untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi sebagai anak panti asuhan 22. Saya menerima keadaan saya dititipkan di panti asuhan ini karena orangtua saya yang tidak dapat membiayai saya sekolah

30. Saya tidak menyukai keluarga saya yang menitipkan dan membuat saya harus menetap dipanti asuhan

38. Saya mempunyai ibu panti yang harus menanggung permasalahan yang saya hadapi

46. Bila saya bertengkar dengan teman panti, saya tidak menganggap bahwa hal tersebut adalah masalah saya 54. Saya menerima dengan lapang dada setiap masalah yang saya hadapi, walaupun saya tidak dapat melakukan apapun untuk menyelesaikannya


(32)

- Escape Avoidance 7,15,23,55 31 (-) 39 (-) 47 (-)

7. Saya berpura-pura tidak tahu terhadap masalah yang saya hadapi untuk menghindar dari masalah yang saya hadapi

15. Saya tidak mau tahu bila ada teman-teman saya di panti asuhan yang tidak menyukai saya

23. Saya menganggap bahwa masalah yang saya hadapi dapat selesai dengan sendirinya

31. Bila saya bertengkar dengan teman-teman dipanti, saya akan langsung menyelesaikannya saat itu juga

39. Saya langsung bertanya kepada guru di sekolah, bila saya mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran 47. Saya merasa tidak “enak” hati bila saya memiliki masalah yang belum saya selesaikan

55. Saya berharap keajaiban akan datang untuk menyelesaikan semua masalah saya


(33)

-Positif Reappraisal 8,16,24,56 32(-) 40(-) 48(-)

8. Saya berusaha menerima dengan ikhlas keadaan saya tinggal di panti asuhan karena saya tahu hal tersebut akan mendapatkan balasan yang baik dari Tuhan

16. Saya melaksanakan shalat dan berdoa pada Tuhan, bila saya sedang sedih mengingat kedua orangtua saya

24. Saya mendapatkan kesenangan dan manfaat yang positif dari keadaan saya yang harus tinggal di panti asuhan

32. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling menderita karena harus tinggal dipanti asuhan

40. Saya tidak menemukan harapan – harapan yang positif dan bermanfaat selama saya tinggal dipanti asuhan

48. Saya tidak merasa bahwa dengan saya mendekatkan diri pada Tuhan, perasaan saya akan lebih tenang. 56. Saya berusaha untuk melihat sisi positif dari permasalahan yang saya hadapi


(34)

LAMPIRAN 5 : Kuesioner Pengambilan data

Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari 56 pernyataan mengenai cara anda menangani setiap masalah-masalah yang anda hadapi. Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia yang sesuai dengan keadaan anda. Adapun pilihan jawaban tersebut ialah :

1. Beri tanda silang pada kolom (SS) Sangat Sering jika anda sangat sering menggunakan cara tersebut.

2. Beri tanda silang pada kolom (S) Sering jika anda sering menggunakan cara tersebut.

3. Beri tanda silang pada kolom (J) Jarang jika anda jarang menggunakan cara tersebut.

4. Beri tanda silang pada kolom (SJ) Sangat Jarang jika anda sangat jarang menggunakan cara tersebut.

Semua jawaban yang anda berikan tidak ada yang salah, jika pilihan jawaban yang tersedia kurang dapat menggambarkan cara anda dalam menghadapi masalah, maka pilihlah yang paling mendekati dengan keadaan anda.


(35)

NO PERNYATAAN SS S J SJ 1. Saya mencoba memahami hal-hal apa saja yang

membuat saya stres.

2. Saya menegur teman-teman di panti asuhan yang mengejek atau menghina saya agar dia tidak mengulang perbuatannya lagi

3. Bila saya memiliki masalah dengan teman saya, saya akan menjaga jarak dari mereka

4. Saya akan mencoba menenangkan diri saya bila saya merasa tidak mampu untuk menemui kedua orangtua

5. Saya akan meminta bantuan dari kakak panti apabila saya tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah

6. Saya akan mencoba memahami keadaan saya sebagai anak panti asuhan dan berusaha menanggung segala akibatnya

7. Saya berpura-pura tidak tahu bila menghadapi masalah, untuk menghindar dari masalah tersebut


(36)

NO PERNYATAAN SS S J SJ 8. Saya akan berusaha menerima dengan ikhlas

keadaan saya tinggal di panti asuhan karena saya tahu hal tersebut akan mendapatkan balasan yang baik dari Tuhan.

9. Saya mencoba merencanakan dan mencari cara lain dengan menghubungi keluarga ataupun saudara saya bila saya kesulitan untuk menghubungi maupun menemui kedua orangtua saya

10. Saya memarahi teman saya bila ia menjauhi saya 11. Setiap teringat kedua orangtua saya akan berusaha

untuk melupakannya dengan tidur atau membantu ibu panti

12. Bila saya sedang kesal dengan teman saya, Saya akan mengingat hal-hal yang menyenangkan untuk menghilangkan perasaan kesal saya

13. Saya akan meminta nasehat kepada ibu panti asuhan bila saya sedang memiliki masalah


(37)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 14. Saya akan berjanji pada diri saya untuk

menyelesaikan masalah yang saya hadapi sebagai anak panti asuhan.

15. Saya tidak mau tahu bila ada teman-teman saya di panti asuhan yang tidak menyukai saya

16. Saya akan melaksanakan shalat dan berdoa pada Tuhan, bila saya sedang sedih mengingat kedua orangtua saya

17. Apabila saya bertengkar dengan teman-teman panti, saya akan berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah agar semua berjalan normal kembali

18. Saya bertanya langsung kepada keluarga saya, karena mereka jarang menengok saya selama tinggal di panti asuhan

19. Saya akan bermain dengan teman saya untuk mengalihkan masalah yang saya hadapi

20. Saya akan berusaha menjaga sikap saya terhadap teman-teman bila saya sedang sedih dan kesal pada ibu panti asuhan


(38)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 21. Saya akan berusaha untuk mencari dukungan dari

teman-teman saya di sekolah jika saya sedang kesal atau bertengkar dengan sesama teman saya di panti asuhan

22. Saya menerima keadaan saya dititipkan di panti asuhan ini karena orangtua saya yang tidak dapat membiayai saya sekolah

23. Saya menganggap bahwa masalah yang saya hadapi dapat selesai dengan sendirinya

24. Saya berusaha mendapatkan kesenangan dan manfaat yang positif dari keadaan saya yang harus tinggal di panti asuhan

25. Saat saya ingin bertemu dengan kedua orangtua, saya terburu – buru dan sesegera mungkin menghubungi mereka

26. Saya hanya diam apabila teman-teman memperolok-olok saya

27. Saya sangat memikirkan keadaan keluarga saya selama tinggal dipanti asuhan


(39)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 28. Saya tidak dapat mengendalikan kemarahan saya

ketika saya teringat pada keluarga saya

29. Saya menganggap orang-orang di sekitar saya tidak dapat membantu saya dan tidak memahami apa yang saya rasakan

30. Saya tidak menyukai keluarga saya yang menitipkan dan membuat saya harus menetap dipanti asuhan

31. Setiap saya bertengkar dengan teman-teman dipanti, saya akan langsung menyelesaikannya saat itu juga

32. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling menderita karena harus tinggal dipanti asuhan 33. Masalah-masalah yang saya hadapi, saya

selesaikan dengan tergesa-gesa

34. Saya hanya diam bila ibu panti memperingatkan dan menegur saya, walaupun saya merasa apa yang saya lakukan sudah benar

35. Saya tetap bermain dengan teman-teman saya walaupun saya sedang kesal pada mereka


(40)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 36. Saya akan menentang nasehat-nasehat yang

diberikan oleh ibu panti apabila tidak sesuai dengan keinginan saya

37. Saya merasa dapat menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa harus mengharapkan bantuan dari ibu panti

38. Saya mempunyai ibu panti yang harus menanggung permasalahan yang saya hadapi 39. Saya akan langsung bertanya kepada guru di

sekolah, bila saya mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran

40. Saya tidak menemukan harapan – harapan yang positif dan bermanfaat selama saya tinggal dipanti asuhan

41. Saya bertemu dengan keluarga saya, segera setelah saya teringat pada mereka

42. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan jika saya mendapatkan masalah baik itu disekolah maupun di panti asuhan


(41)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 43. Saya merasa bahwa tinggal di panti asuhan

merupakan hal yang berat

44. Saya kurang mampu mengendalikan emosi saya apabila teman-teman saya menggangu saya 45. Saya merasa malu untuk meminta bantuan pada

penghuni panti setiap kali saya menghadapi masalah

46. Setiap saya menghadapi suatu masalah, saya akan menyelesaikan masalah yang saya hadapi namun saya tidak memperdulikan akibat dari apa yang telah saya lakukan

47. Saya merasa tidak “enak” hati bila saya memiliki masalah yang belum saya selesaikan

48. Saya tidak merasa bahwa dengan saya

mendekatkan diri pada Tuhan, perasaan saya akan lebih tenang

49. Saya mempertimbangkan sesuatu untuk

menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi serta mempertimbangkan akibat-akibat yang akan saya hadapi


(42)

NO PERTANYAAN SS S J SJ 50. Bila saya tersinggung karena ucapan teman-teman,

saya akan langsung membalas mereka

51. Ketika saya sedang mengalami masalah di panti asuhan, saya pergi dari panti untuk sementara waktu

52. Saya berjanji pada diri saya, bahwa setiap masalah yang akan saya hadapi dapat saya selesaikan dengan baik

53 Saya berharap orang lain bersimpati dan memahami permasalahan saya

54 Saya siap menanggung akibat dari setiap masalah yang saya hadapi

55. Saya berharap keajaiban akan datang untuk menyelesaikan semua masalah saya

56. Saya berusaha untuk melihat sisi positif dari permasalahan yang saya hadapi


(43)

LAMPIRAN 6 : Tabulasi Silang

TABEL 6.1.1 COPING STRESS * USIA Crosstabulation

USIA

Total 7-9 THN 10-12 THN

COPING STRESS PROBLEM FOCUS Count 1 0 1

% of Total 6.2% .0% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 1 3 4

% of Total 6.2% 18.8% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 2 3 5

% of Total 12.5% 18.8% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 2 4 6

% of Total 12.5% 25.0% 37.5%

Total Count 6 10 16

% of Total 37.5% 62.5% 100.0%

TABEL 6.1.2 COPING STRESS * LAMA MENETAP Crosstabulation

LAMA MENETAP Total KURANG DARI SETAHUN SATU TAHUN DUA TAHUN TIGA TAHUN EMPAT TAHUN

COPING STRESS PROBLEM FOCUS Count 0 0 0 0 1 1

% of Total .0% .0% .0% .0% 6.2% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 1 1 2 0 0 4

% of Total 6.2% 6.2% 12.5% .0% .0% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 4 1 0 0 0 5

% of Total 25.0% 6.2% .0% .0% .0% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 5 0 0 1 0 6

% of Total 31.2% .0% .0% 6.2% .0% 37.5%

Total Count 10 2 2 1 1 16


(44)

TABEL 6.1.4 COPING STRESS * MANFAAT POSITIFNYA Crosstabulation

TABEL 6.1.3 COPING STRESS * TETAP BERUSAHA MERAIH PRESTASI WALAU JAUH DARI ORANGTUA DAN KELUARGA Crosstabulation

TETAP BERUSAHA MERAIH PRESTASI WALAU JAUH DARI ORANGTUA DAN KELUARGA

Total 0

SESUAI KARENA INGIN BERPRESTASI MEMBUAT

ORANGTUA SENANG

KARENA PRESTASI BAGUS TIDAK HARUS DIDAMPINGI

ORANGTUA

KARENA KEWAJIBAN DAN KEINGINAN SAYA UNTUK

BERPRESTASI DAN MENJADI ORANG PINTAR

COPING STRESS PROBLEM FOCUS Count 0 0 0 1 1

% of Total .0% .0% .0% 6.2% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 0 2 2 0 4

% of Total .0% 12.5% 12.5% .0% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 1 3 0 1 5

% of Total 6.2% 18.8% .0% 6.2% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 1 2 1 2 6

% of Total 6.2% 12.5% 6.2% 12.5% 37.5%

Total Count 2 7 3 4 16

% of Total 12.5% 43.8% 18.8% 25.0% 100.0%

MANFAAT POSITIFNYA

Total 0 BISA MANDIRI BISA BELAJAR DAN DAPAT ILMU

COPING STRESS PROBLEM FOCUS Count 0 1 0 1

% of Total .0% 6.2% .0% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 1 3 0 4

% of Total 6.2% 18.8% .0% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 1 3 1 5

% of Total 6.2% 18.8% 6.2% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 4 2 0 6

% of Total 25.0% 12.5% .0% 37.5%

Total Count 6 9 1 16


(45)

TABEL 6.1.5 COPING STRESS * SUKA DI PANTI ASUHAN Crosstabulation

SUKA DI PANTI ASUHAN

Total PUNYA TEMAN

KARENA IBU PANTI BAIK

BISA LEBIH MANDIRI

COPING STRESS PROBLEM FOCUS Count 1 0 0 1

% of Total 6.2% .0% .0% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 4 0 0 4

% of Total 25.0% .0% .0% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 3 1 1 5

% of Total 18.8% 6.2% 6.2% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 4 1 1 6

% of Total 25.0% 6.2% 6.2% 37.5%

Total Count 12 2 2 16

% of Total 75.0% 12.5% 12.5% 100.0%

TABEL 6.1.6 COPING STRESS * TIDAK SESUAI MERASA KESEPIAN DAN JAUH DARI KELUARGA ATAU ORANGTUA Crosstabulation

TIDAK SESUAI MERASA KESEPIAN DAN JAUH DARI KELUARGA ATAU ORANGTUA

Total 0

KARENA DI PANTI ADALAH KELUARGA

SAYAI DAN SAYA TERHIBUR OLEH TEMAN-TEMAN KARENA SAYA MEMILIKI KESALAHAN PADA ORANGTUA KARENA SAYA SUDAH SIBUK DENGAN URUSAN SAYA COPING STRESS

PROBLEM FOCUS Count 1 0 0 0 1

% of Total 6.2% .0% .0% .0% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 2 2 0 0 4

% of Total 12.5% 12.5% .0% .0% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 1 2 1 1 5

% of Total 6.2% 12.5% 6.2% 6.2% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 4 2 0 0 6

% of Total 25.0% 12.5% .0% .0% 37.5%

Total Count 8 6 1 1 16


(46)

TABEL 6.1.7 COPING STRESS * SESUAI TINGGAL DI PANTI MERUPAKAN TANTANGAN UNTUK LEBIH MANDIRI Crosstabulation

SESUAI TINGGAL DI PANTI MERUPAKAN TANTANGAN UNTUK LEBIH MANDIRI Total 0 KARENA SAYA INGIN MENJADI MANDIRI

KARENA SAYA HIDUP BERSAMA DENGAN TEMAN DAN IBU PANTI WALAUPUN SEBENTAR SEHINGGA SAYA HARUS DAN DIDIDIK UNTUK

BIISA BELAJAR JADI MANDIRI

KARENA USIA SAYA BELUM WAKTUNYA UNTUK MANDIRI SEHINNGA MENJADI TANTANGAN COPING STRESS

PROBLEM FOCUS Count 1 0 0 0 1

% of Total 6.2% .0% .0% .0% 6.2%

SEIMBANG T-T Count 1 1 2 0 4

% of Total 6.2% 6.2% 12.5% .0% 25.0%

SEIMBANG R-R Count 1 2 2 0 5

% of Total 6.2% 12.5% 12.5% .0% 31.2%

EMOTION FOCUS Count 1 2 2 1 6

% of Total 6.2% 12.5% 12.5% 6.2% 37.5%

Total Count 4 5 6 1 16


(47)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun kesulitan dari dalam diri individu sehingga apa yang diharapkan oleh individu tidak sesuai dengan apa yang diraih. Apabila masalah yang dihadapi tidak dapat diselesaikan maka dapat menimbulkan tekanan-tekanan dalam diri, tekanan itu dapat berupa tekanan yang berat maupun ringan tergantung dari penilaian manusia mengenai masalah-masalah yang dihadapinya. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan manusia mengalami stres dan memiliki dampak yang beragam. Tekanan atau stres dapat dialami oleh berbagai individu dengan usia yang beragam seperti anak-anak, remaja,dewasa hingga orang tua.

Masa kanak-kanak adalah periode awal pembelajaran bagi setiap individu, khususnya bila menghadapi suatu masalah didalam diri. Penyebab stres (stresor) yang paling utama pada anak adalah berupa peristiwa – peristiwa kehidupan dan percekcokan sehari-hari seperti anak-anak terpisah dari orangtuanya, perpisahan yang disebabkan oleh perceraian orangtua, diasuh oleh orangtua asuh, hidup terbuang selama bertahun-tahun hingga percekcokan dengan sesama teman sebaya.


(48)

2

Pengalaman yang sangat minim dalam mengatasi masalah-masalahnya membuat seorang anak membutuhkan perhatian dan dukungan dari orangtua maupun orang terdekatnya dalam menghadapi suatu masalah, sehingga mereka membutuhkan relasi yang terpercaya dengan orangtua ataupun orang terdekatnya yang dirasakan dapat melindungi dan membantu dirinya dari tekanan atau stres yang mengancam dan dapat menceritakan masalahnya pada orangtua atau orang terdekatnya.

Gejala-gejala yang dapat dikenali dari individu yang menunjukkan gejala stres antara lain gejala fisik yaitu gejala yang menyerang tubuh atau badan individu seperti sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, gejala emosional berupa gejala dari segi emosi seperti mudah menangis, gelisah atau cemas, mudah marah, gejala intelektual berupa gejala pada kerja intelek atau pikiran seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun berlebihan, gejala interpersonal berupa gejala yang berhubungan dengan orang lain didalam maupun diluar rumah seperti mudah menyalahkan orang lain, kehilangan kepercayaan kepada orang lain (Brecht dan Harjana, 1994).

Begitu juga dengan gejala yang dialami oleh anak-anak panti asuhan “X”, berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap anak panti asuhan “X”, mereka sering menunjukkan gejala seperti mudah menangis setiap mengingat kedua orang tua mereka dan mereka merasa malu dan minder dengan teman-teman di sekolahnya karena tinggal bersama kedua orangtua dan tidak seperti anak-anak sekolah pada umumnya dan menjauh dari pergaulan dengan sesama teman sekolahnya.


(49)

3

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu penyebab anak yang mengalami stres adalah perpisahan dengan kedua orangtuanya, dimana hal ini juga dialami oleh anak-anak panti asuhan. Anak-anak panti asuhan adalah anak-anak yang hidup tanpa tinggal bersama kedua orangtuanya ataupun sanak saudara yang dekat dengannya, anak-anak panti asuhan tinggal dan hidup dari bantuan-bantuan orang lain seperti sumbangan, zakat ataupun program orangtua asuh setiap bulan.

Anak - anak yang menetap di panti asuhan adalah anak-anak yang hidup tanpa pengawasan dan bimbingan dari orangtua kandung mereka setiap harinya, biasanya anak-anak tersebut adalah berstatus yatim piatu, yatim ataupun piatu dimana salah satu atau kedua orangtua mereka telah meninggal, namun ada juga anak-anak panti asuhan yang masih memiliki kedua orang tua namun karena kesulitan ekonomi, orangtuanya menitipkan anak tersebut di panti asuhan, anak – anak panti asuhan melewatkan hari-hari mereka tanpa kehadiran kedua orangtua mereka, mereka jarang sekali atau bahkan tidak sama sekali bertemu dengan kedua orangtua mereka, sehingga anak-anak panti asuhan tersebut tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian dan dukungan secara langsung dari kedua orangtua mereka.

Masalah-masalah yang mereka hadapi, mereka akan selesaikan tanpa perhatian dan bimbingan dari kedua orangtua mereka sehingga bila masalah tersebut dirasakan sebagai tekanan yang berat dan tidak dapat ia selesaikan maka hal tersebut dapat menimbulkan tekanan-tekanan atau stres yang dirasakan mengancam, namun anak panti asuhan pun memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam menanggulangi stresnya, seperti meminta bantuan dan dukungan dari


(50)

4

lingkungan sekitarnya, belajar dari pengalaman sebelumnya dll sehingga mereka dapat mengatasi masalahnya dan menanggulangi stres yang mereka hadapi. Stres atau tekanan yang anak – anak hadapi dapat berasal dari situasi dan keadaan dimana mereka berpisah dengan kedua orangtuanya, orangtua yang menikah lagi hingga perselisihan yang terjadi dengan sesama anak panti asuhan. Stres terjadi jika pada seseorang individu terdapat tuntutan yang melebihi sumber daya yang dimiliki individu untuk melakukan penyesuaian (adjustment) dan dalam hal ini terdapatnya kesenjangan antara tuntutan internal dan eksternal dan kemampuan yang dimiliki individu (Lazarus, 1976).

Tuntutan-tuntutan yang dirasakan oleh anak panti asuhan berupa minimnya biaya untuk kebutuhan hidup dan sekolah, minimnya hiburan-hiburan yang tidak didapatkan di panti asuhan, perpisahan dengan kedua orangtua, maupun perselisihan dengan teman-temannya di panti asuhan dimana seorang anak panti asuhan dituntut untuk menyesuaikan diri dan mampu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Bila anak berhasil berjuang mengatasi hal-hal yang tidak menyenangkan, berarti dia berhasil mengatasi masalahnya dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang menegangkan. Hal ini dapat dicapai bila anak memiliki hubungan yang erat dan saling percaya dengan orang dewasa yang dapat membantu anak dalam mengatasi rasa stresnya terhadap keadaan yang menegangkan dan mampu menolong anak dalam menyelesaikan masalahnya (Werner dan Ruth Smith, 1982)

Begitu juga dengan anak-anak di Panti asuhan “X”. Panti asuhan “X” merupakan sebuah yayasan panti asuhan yang didirikan pada tahun 1997 dan


(51)

5

memiliki beberapa cabang di kota Bandung, yayasan panti asuhan tersebut hanya merawat anak-anak perempuan, dimana anak – anak tersebut memiliki status yang berbeda-beda yaitu anak yatim, piatu, yatim piatu ataupun anak-anak yang masih memiliki orangtua namun karena keadaan ekonomi keluarga, anak tersebut dititipkan di panti asuhan. Anak-anak panti asuhan tersebut berjumlah 42 orang dan memiliki tingkat usia yang bervariasi, berdasarkan wawancara peneliti terhadap pengurus panti asuhan didapat data bahwa 17 orang anak berusia 7-12 tahun, 15 orang remaja berusia 13-15 tahun dan 10 orang remaja berusia 16-17 tahun. Umumnya hampir seluruh anak-anak panti asuhan tersebut hanya bertemu dengan kedua orangtua ataupun sanak saudara mereka sekali dalam setahun yaitu hari raya lebaran saja.

Pada anak usia 7- 12 tahun mereka tergolong pada tahap masa pertengahan dan akhir anak-anak, dimana pada tahap ini kemampuan berpikir anak berada pada tahap operasional konkrit, yaitu anak sudah mampu menggunakan logikanya untuk memecahkan masalahnya yang menyebabkan stres dan melakukan tindakan mental yang bertentangan dengan objek yang nyata dan konkrit, selain itu anak memahami perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri dan mampu mengelola emosi dalam hubungannya dengan oranglain maupun diri sendiri khususnya ketika menghadapi stres yang diakibatkan oleh tuntutan yang mereka hadapi (Santrock, 2002), masalah-masalah dan tuntutan yang biasanya mereka hadapi berupa peristiwa kehidupan dan percekcokan sehari-hari seperti terpisah dari orangtuanya, perpisahan yang disebabkan perceraian, diasuh oleh orangtua asuh, hidup terbuang selama bertahun-tahun dan lain sebagainya


(52)

6

Berdasarkan hasil survey awal terhadap 14 orang anak-anak di panti asuhan “X” , diperoleh data bahwa terdapat beberapa alasan yang menyebabkan anak-anak berada di panti asuhan. Sebanyak 8 orang menyatakan bahwa keberadaannya di panti asuhan disebabkan oleh kondisi perekonomian keluarga yang kurang mencukupi, sebanyak 4 orang mengatakan berada dipanti asuhan tersebut agar dapat meneruskan pendidikannya, sedangkan sebanyak 2 orang menyatakan bahwa adanya penolakan dari orangtua terhadap dirinya menyebabkan ia berada di panti asuhan tersebut.

Berdasarkan hasil survey awal terhadap 12 orang anak – anak di panti asuhan “X” didapat data bahwa terdapat faktor-fakor yang menyebabkan terjadinya stres (stressor) pada anak panti asuhan, sebanyak 8 orang mengaku bahwa keberadaan orang tua yang jauh dari diri anak-anak tersebut dapat menyebabkan terjadinya stress, kemudian sebanyak 4 orang mengaku bahwa perselisihan yang terjadi diantara dirinya dengan sesama anak-anak panti asuhan menyebabkan terjadinya stress. Perselisihan tersebut dapat berupa adanya ejekan, pertengkaran dan penolakan dari teman-temannya. Faktor keberadaan orangtua yang jauh dari anak panti asuhan ”X” merupakan faktor utama penyebab stres pada anak-anak panti asuhan tersebut.

Dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stres tersebut, menunjukkan akibat tertentu bagi anak-anak panti asuhan. Sebanyak 3 orang anak menjadi malu pada dirinya sendiri apabila berada di lingkungannya. Ia malu karena dirinya tidak seperti anak-anak pada umumnya yang memiliki kedua orangtua, hal tersebut menjadikan anak ”minder” dalam pergaulan dengan teman-temannya disekolah. dan


(53)

7

sebanyak 4 orang mengatakan bahwa setiap dirinya teringat akan keberadaan orangtuanya membuat dirinya mudah menangis.

Berdasarkan masalah-masalah yang dialami di panti asuhan tersebut, seperti konflik atau perselisihan dengan sesama teman di panti asuhan dan keberadaan orangtua yang jauh dari mereka, seorang anak dituntut memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta dapat menjalin relasi yang mendukung dan saling percaya dengan orang-orang didekatnya sehingga dapat menangani keadaan yang sedang mereka hadapi, kemampuan tersebut disebut dengan coping stress atau strategi penanggulangan stres. Strategi penanggulangan stres merupakan penilaian kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terus menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan internal ataupun eksternal (Lazarus & Folkman, 1984).

Terdapat dua fungsi dan bentuk strategi penanggulangan stres, yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi. Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah diarahkan pada usaha untuk memecahkan masalah yang ada, mencari dan memilih berbagai alternatif, mempertimbangkan keuntungan atau kerugian setiap alternatif, memilih alternatif terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak, sedangkan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi terdiri dari proses-proses kognisi yang ditujukan untuk mengurangi tekanan emosi dan termasuk


(54)

8

strategi menghindar, pengurangan tekanan emosi, membuat jarak, perhatian selektif dan perbandingan positif.

Pada anak-anak panti asuhan ”X” mereka melakukan strategi penanggulangan stres dengan berbagai macam cara, dari hasil survei awal yang dilakukan terhadap anak-anak panti asuhan ”X” didapat bahwa 3 orang anak panti asuhan ”X” mengatasi masalahnya dengan mencari hiburan dengan bermain bersama anak-anak panti asuhan yang lain ataupun berusaha untuk tidur dikamar, dalam hal ini mereka berupaya untuk melupakan masalah yang mereka hadapi dengan bermain dengan teman-temannya ataupun tidur di kamar, agar mereka dapat melupakan masalah tersebut.

Sebanyak 4 orang anak panti asuhan berusaha menanggulangi stresnya dengan cara bercerita kepada teman-teman ataupun ibu pengasuh di panti asuhan, dalam hal ini anak panti asuhan berusaha untuk meminta nasehat ataupun dukungan dari teman-temannya ataupun ibu pengurus di panti asuhan, sehingga mereka mampu untuk menanggulangi stres yang mereka hadapi. Sebanyak 4 orang anak panti asuhan berupaya untuk mengatasi stresnya dengan cara beribadah berdoa kepada Tuhan YME karena mereka menganggap bahwa dengan cara tersebut dapat membuat mereka tenang, yakin mampu menghadapi masalahnya dan Tuhan YME akan memberi jalan terbaik bagi dirinya, dalam hal ini anak panti asuhan berupaya untuk mengambil hikmah positif dari masalah yang mereka hadapi dan yakin Tuhan YME akan memberi hikmah positif dari masalah yang mereka hadapi dan sisanya 2 orang anak panti asuhan berusaha menanggulangi stres dan menyelesaikan masalahnya


(55)

9

dengan berusaha berpikir dan mencari cara-cara lain agar masalahnya dapat terselesaikan, dalam hal ini mereka menghadapi kesulitan untuk menemui kedua orangtuanya namun mereka akan mencari alternatif lain dengan menghubungi keluarganya yang lain untuk dapat menghubungi kedua orangtuanya

Strategi penanggulangan stres yang dilakukan oleh anak-anak panti asuhan ”X” bermanfaat untuk menanggulangi stres yang mereka hadapi, namun terdapat masalah yang dialami oleh anak-anak panti asuhan ”X” dalam upaya untuk menanggulangi stres, anak-anak panti asuhan ”X” yang berusaha menangani stresnya dengan berupaya mencari bantuan dan dukungan dari teman-temannya, mengalami kesulitan karena sering mengalami perselisihan atau konflik dengan teman-temannya, anak-anak tersebut merasa bahwa dirinya tidak mendapatkan dukungan dan keakraban yang hangat dari teman-temannya sehingga mereka merasa stres dan tidak nyaman untuk menetap di panti asuhan, sedangkan beberapa anak-anak panti asuhan ”X” yang ingin sekali bertemu dengan kedua orangtua mereka berusaha menangani stresnya dengan mencoba mengunjungi atau menghubungi orangtuanya (problem focus), namun karena penolakan dan perceraian kedua orangtua serta keberadaan orangtua mereka yang tidak mereka ketahui menyebabkan mereka sulit untuk menemui dan menghubungi salah satu atau kedua orangtuanya

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, dapat dilihat bahwa adanya masalah pada anak-anak panti asuhan, adanya stres atau tekanan yang dialami oleh anak-anak panti asuhan ”X”, ada dampak yang diperoleh dari stres tersebut dan juga upaya untuk menangani stres yang berbeda-beda, untuk itu peneliti ingin


(56)

10

mengetahui lebih lanjut mengenai strategi penanggulangan stres dari permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak panti asuhan ”X”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka ingin diketahui jenis strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh anak-anak panti asuhan ”X” kota Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Ingin mengetahui gambaran umum mengenai strategi penanggulangan stres pada anak-anak panti asuhan ”X” Bandung.

1.3.2 Tujuan penelitian

Untuk memperoleh gambaran dan paparan yang lebih rinci dan lengkap mengenai strategi penanggulangan stres pada anak-anak panti asuhan ”X” Bandung.

1.4 Kegunaan penelitian

1.4.1 Kegunaan ilmiah

a. Memberikan informasi dan sumbangan wawasan berupa strategi penanggulangan stres bidang psikologi terutama dalam bidang


(57)

11

psikologi perkembangan dan sosial.

b. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai Strategi penanggulangan stres pada anak panti asuhan.

1.4.2 Kegunaan Praktis.

a. Memberikan informasi kepada ibu pengasuh panti asuhan ”X” agar mengetahui gambaran mengenai Strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh anak-anak panti asuhan ”X” sehingga dapat membantu dan memberi arahan dalam menentukan strategi yang anak-anak panti asuhan gunakan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan berikutnya.

b. Memberikan informasi kepada yayasan panti asuhan ”X” agar dapat mengetahui strategi penanggulangan stres yang digunakan anak asuhnya sehingga dapat membantu dan mendukung anak panti asuhan dalam menggunakan strategi penanggulangan stres dalam menghadapi tuntutan

1.5 Kerangka Pemikiran

Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan salah satu tahap dimana seorang anak mengalami perkembangan kognitif, emosi dan perkembangan hubungan


(58)

12

dengan keluarga. Perkembangan kognitif pada masa pertengahan dan akhir anak terutama pada rentang usia 7-12 tahun yaitu anak berada pada tahap operasional konkrit dimana anak sudah mampu menggunakan logikanya untuk memecahkan masalah dan melakukan tindakan mental yang bertentangan dengan objek yang nyata dan konkrit, sedangkan secara emosi, anak-anak sudah mengalami perkembangan dalam hal mampu untuk mengenali perasaannya sendiri, mampu memotivasi diri sendiri dan mampu untuk mengelola emosi dengan baik. Sedangkan hubungan anak dengan keluarganya pada tahap ini adalah hubungan dimana berkurangnya pengawasan orangtua, namun peran orangtua maupun orang dewasa dibutuhkan sebagai pelindung dalam membantu anak menghadapi keadaan-keadaan yang menyebabkan stres maupun menolong anak menyelesaikan masalahnya (Santrock, 2002)

Beberapa tugas perkembangan pada tahap anak-anak akhir yaitu mereka belajar untuk mengembangkan ide dan makna kejadian sehari-hari, belajar memperoleh kebebasan dalam mengatur waktu, serta belajar untuk membentuk sikap yang sehat sebagai makhluk biologis dan sikap yang positif sebagai makhluk sosial terutama pada kelompok sosialnya (Elizabeth Hurlock). Pada tahap pertengahan dan akhir anak-anak, orangtua terus manjalankan pengawasan umum dan kendali meskipun anak diperbolehkan untuk terlibat dalam pembagian tugas dan pengaturan waktu (Santrock, 2002). Untuk itu anak-anak membutuhkan peranan orangtua ataupun orang dewasa yang mampu memberikan bimbingan dan dukungan bagi mereka dalam belajar dan menerapkan tugas-tugas perkembangan dalam hidupnya,


(59)

13

serta dapat membantu anak dalam menanggulangi stres dan menyelesaikan masalahnya yang berkaitan dengan hambatan dalam memenuhi tugas perkembangan mereka.

Anak-anak panti asuhan mengalami perkembangan yang sama seperti anak-anak lain pada umumnya. Anak-anak-anak panti asuhan merupakan anak-anak-anak-anak yang dirawat dan menetap di panti asuhan karena ditinggalkan oleh kedua orangtua ataupun orangtua mereka tidak sanggup lagi membiayai anaknya. Terdapat banyak masalah yang anak panti asuhan hadapi yang dapat menyebabkan stres seperti berpisah dengan kedua orangtua, kehilangan salah satu atau kedua orangtua, konflik dan penolakan dari teman sebaya, maupun anak yang terbuang dari keluarga selama bertahun-tahun, hal-hal tersebut dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi anak-anak panti asuhan. Sama halnya dengan anak-anak-anak-anak panti asuhan X, dimana terdapat beragam masalah yang mereka alami seperti perpisahan dengan kedua orangtua, kehilangan salah satu atau kedua orangtua, keberadaan orangtua yang jauh, merasa terbuang oleh kedua orangtuanya, ataupun perselisihan dengan sesama anak-anak panti asuhan.

Keadaan-keadaan diatas merupakan masalah-masalah yang dihadapi seorang anak panti asuhan. Masalah-masalah yang ada tersebut dihayati secara individual oleh masing-masing anak sehingga menghasilkan penghayatan yang berbeda pada tiap anak, yang tergantung dari penilaian kognitifnya. Penilaian kognitif merupakan suatu proses evaluatif yang menentukan mengapa suatu interaksi antara manusia dengan lingkungannya bisa menimbulkan stres (Lazarus, 1984), Salah satu bentuk dari


(60)

14

proses penilaian kognitif adalah proses penilaian primer, yaitu anak panti asuhan menghayati situasi yang dihadapi, apakah situasi tersebut tidak bermakna dan tidak berpengaruh terhadap keadaan dirinya (irrelevant), apakah situasi tersebut dirasakan sebagai hal yang positif bagi dirinya (benign positive), ataukah situasi tersebut dirasakan merugikan dan mengancam kesejahteraan dirinya (stress appraisal), jika dirasakan merugikan dan mengancam maka hal tersebut dapat menimbulkan stress, namun jika hal tersebut tidakberkaitan dan tidak berpengaruh dengan keadaan dirinya maka hal tersebut tidak dapat menimbulkan stres. Penilaian kognitif ini memberikan gambaran mengenai berat atau ringannya masalah yang dialami oleh anak-anak panti asuhan.

Penilaian beratnya suatu masalah yang dihadapi anak-anak panti asuhan dapat menimbulkan stress. Menurut Lazarus & Folkman stres merupakan bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan dirinya. Pada umumnya anak-anak panti menghadapi masalah yang sama, namun dapat menghasilkan penghayatan stres yang berbeda tergantung dari motivasi dan penyesuaian diri mereka. Dalam hal ini, perbedaan terletak pada intensitas tekanan emosional yang dirasakan dan dipengaruhi pula oleh cara anak-anak panti asuhan memandang permasalahannya.

Walaupun stres dirasakan cukup berat, anak-anak panti asuhan diharapkan dapat menggunakan cara untuk menanggulangi stres yang dihadapinya. Pemilihan strategi yang akan digunakan anak-anak panti asuhan untuk menghadapi suatu


(61)

15

masalah dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya tersebut atau yang disebut dengan penilaian sekunder (Secondary Appraisal). Secondary appraisal merupakan proses kedua dari penilaian kognitif. Pada tahap ini anak-anak panti asuhan menentukan apa yang dapat dilakukan terhadap situasi yang dihadapinya. Anak-anak panti asuhan mengevaluasi potensi-potensi yang ada dalam dirinya untuk menentukan strategi penanggulangan stres yang dianggap sesuai dengan masalah yang dialaminya dan akibat yang ditimbulkan oleh strategi tersebut.

Selanjutnya, anak-anak panti asuhan akan bertindak dengan perilaku tertentu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Kecenderungan anak-anak panti asuhan menyelesaikan masalahnya disebut dengan strategi penanggulangan stres (coping stress). Menurut Lazarus & Folkman strategi penanggulangan stres merupakan perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan eksternal maupun internal. Strategi penanggulangan stres dipandang sebagai suatu cara yang membantu anak-anak panti asuhan menyesuaikan diri terhadap tekanan yang dialaminya. Pada dasarnya strategi penanggulangan stres ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang ditimbulkan oleh masalah yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa jika anak panti asuhan tersebut mengalami stres, maka ia akan berupaya mengatasi stres tersebut. Macam-macam strategi penanggulangan stress yaitu strategi yang berpusat pada masalah dan berpusat pada emosi.


(62)

16

Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focus) adalah cara dimana individu berusaha untuk mencari penyelesaian masalah sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi untuk menghilangkan kondisi yang menimbulkan stres. Jika masalah yang dialami dapat teratasi, maka mereka akan menggunakan strategi penanggulangan stres yang sama apabila dihadapkan pada masalah yang serupa. Individu akan menghadapi masalah, memecahkan masalah secara terencana, menerima dan memilih aspek-aspek positif dari masalah tersebut. Contohnya: anak panti asuhan “X” yang mengalami kesulitan untuk menemui kedua orangtua mereka akan merencanakan dan mencari alternatif atau cara lain dengan menghubungi saudara-saudara ataupun kerabat orangtua mereka untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan orangtuanya sehingga anak tersebut dapat menemui kedua orangtuanya

Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotional focus) adalah suatu bentuk respon emosional terhadap masalah yang dihadapi yang ditujukan untuk mengurangi tekanan emosional yag disebabkan oleh masalah yang dialami. Bila individu dihadapkan pada kondisi yang tidak dapat diatasi, ia akan menggunakan penanggulangan stres yang memberi kemungkinan untuk tidak memusatkan diri pada situasi yang bermasalah tersebut seperti menghindar (escape avoidance) atau menjaga jarak (distancing) yang berarti strategi penanggulangan stres yang digunakan adalah yang berpusat pada emosi. Contoh; apabila seorang anak didalam panti asuhan ”X” sedang berselisih dengan teman-temannya, maka ia tidak akan bermain dengan temannya dan memilih untuk berdiam diri dikamarnya


(63)

17

melakukan hal-hal yang ia senangi untuk melupakan masalahnya tersebut semantara waktu.

Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah memiliki dua bentuk strategi, pertama Planful Problem Solving, menggambarkan usaha pemecahan masalah dengan tenang dan hati-hati disertai dengan pendekatan analitis untuk pemecahan masalah secara terencana. Dalam hal ini anak-anak panti asuhan akan mencari informasi bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapinya di panti asuhan.

Bentuk strategi kedua dari strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah adalah Confrontative Coping ,yang menggambarkan usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau masalah secara agresi dan berulang kali menyelesaikan masalah dan rintangannya hingga selesai. Dalam hal ini anak panti asuhan akan berusaha mengubah keadaan atau masalah yang mereka hadapi dengan marah-marah kepada orang tuanya agar orangtuanya paham dan selalu mengunjungi anaknya di panti asuhan.

Adapun yang termasuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi adalah Distancing, menggambarkan reaksi menjaga jarak atau usaha tidak melibatkan diri pada masalah. Para anak panti asuhan yang menghadapi masalah seperti kehilangan orang tua akan mengatasi stresnya dengan berusaha sementara melupakan masalah yang sedang dihadapi. Anak-anak panti asuhan terlebih dahulu akan melakukan kegiatan lain untuk melupakan masalah misalnya dengan tidur ataupun membantu ibu panti asuhan memasak. Self control, menggambarkan usaha


(64)

18

untuk meregulasi perasaan maupun tindakan. Dalam hal ini anak panti asuhan akan mengatasi stresnya dengan berusaha mengendalikan tingkah lakunya, dan perasaan kesal misalnya dengan tidak mengungkapkan kekesalannya pada orang lain jika menghadapi masalah selama tinggal dipanti asuhan. Escape avoidance, menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindari atau melarikan diri dari masalah. Misalnya ketika anak panti asuhan menghayati tinggal di panti asuhan adalah hal yang berat maka dia akan berkhayal seandainya dia tidak tinggal di panti asuhan untuk mengalihkan perhtian dari masalah yang sedang dialami.

Positive reappraisal, menggambarkan usaha menciptakan makna positif dengan memusatkan perhatian pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius. Dalam hal-hal ini anak panti asuhan yang mengalami stres akan mengatasinya dengan cara berdoa memohon bimbingan Tuhan untuk dapat menghadapi masalah yang mereka alami dan mencoba untuk menerima dengan ikhlas. Seeking social support, menggambarkan usaha mencari dukungan dari pihak luar baik berupa informasi, bantuan nyata maupun dukungan emosional. Dalam hal ini anak panti asuhan akan mengatasi stres dengan mencari nasehat atau dukungan dari teman-temannya di panti asuhan atau ibu panti asuhan yang mengasuh mereka dengan berbagi cerita tentang masalah yang mereka alami. Accepting responsibility, menggambarkan bahwa masalah yang dihadapi merupakan konsekuensi yang harus diterima dan bertanggung jawab atas masalah tersebut. Dalam hal ini anak-anak panti asuhan menerima konsekuensi dengan menyadari keadaan dirinya dan mencoba untuk menyelesaikan masalahnya.


(65)

19

Untuk menghadapi stres yang dialaminya, anak-anak panti asuhan harus memiliki sumber daya yang baik di dalam dirinya. Sumber daya yang dimiliki oleh para anak panti asuhan adalah kesehatan dan energi, keterampilan memecahkan masalah, keyakinan yang positif, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan sumber material.

Kesehatan dan energi dibutuhkan oleh para anak panti asuhan untuk menyelesaikan masalahnya, bila anak panti asuhan sehat maka akan lebih mudah menanggulangi masalah karena mereka memiliki cukup energi. Keterampilan memecahkan masalah adalah kemampuan mencari informasi, menganalisa, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, memilih dan menerapkan rencana yang tepat dalam bertindak. Dalam hal ini dibutuhkan pengalaman yang luas, pengetahuan, kemampuan intelektual atau kognisi serta kapasitas untuk mengendalikan diri. Jika anak panti asuhan memiliki keterampilan memecahkan masalah akan membantu mereka dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi.

Keyakinan yang positif adalah sikap optimis yaitu memiliki pandangan yang positif terhadap kemampuan dirinya dan yakin dapat menanggulangi stres yang dihadapinya. Hal ini akan dapat memotivasi individu untuk berusaha mencari alternatif penanggulangan masalah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jika anak panti asuhan memiliki pandangan yang positif bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalahnya, maka mereka tidak


(66)

20

akan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan masalahnya.

Keterampilan sosial dapat memudahkan pemecahan masalah individu bersama dengan orang lain seperti teman/sahabat yang memberikan kemungkinan untuk bekerja sama serta untuk memperoleh dukungan dan melalui interaksi sosial yang terjalin, hal ini memberi pengaruh yang baik bagi individu yang bersangkutan. Jika anak panti asuhan memiliki penyesuaian sosial yang efektif, maka akan mempermudah mereka dalam menyelesaikan masalahnya.

Sumber-sumber material : berupa uang, barang, fasilitas lain yang dapat mendukung terlaksananya penanggulangan secara lebih efektif. Kondisi stres anak-anak panti asuhan yang disebabkan oleh keberadaan mereka yang jauh dari orang tuanya, dapat diatasi dengan tersedianya sumber-sumber material seperti fasilitas telepon untuk menghubungi kedua orangtua atau keluarganya

Dukungan sosial yaitu informasi, bantuan atau dukungan emosional dari orang lain yang diperoleh individu sehingga dapat membantu dalam menanggulangi masalah. Dalam hal ini anak panti asuhan yang mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya di panti asuhan akan lebih mudah menyelesaikan masalah, karena mereka akan mendapatkan masukan-masukan dan dukungan emosional yang bisa membantu untuk menyelesaikan masalah mereka

Faktor-faktor yamg mempengaruhi anak panti asuhan dalam menggunakan strategi penanggulangan stres melibatkan derajat stres yang dihayati oleh anak panti asuhan tersebut. Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan


(67)

21

strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi digunakan pada frekuensi yang berbeda tergantung dari derajat tinggi-rendahnya stres yang dihayati oleh anak panti asuhan. Anak panti asuhan yang derajat stresnya rendah cenderung menggunakan kedua strategi penanggulangan stres dengan frekuensi yang sama. Anak panti asuhan yang derajat stresnya moderat akan sering menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah. Sedangkan anak panti asuhan yang derajat stresnya tinggi lebih sering menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (Lazarus, 1984). Menurut Anderson, kecemasan berhubungan dengan derajat stres yang tinggi dan individu akan lebih terfokus pada ketegangan emosional dan mekanisme pertahanan diri serta sulit untuk memusatkan diri pada mekanisme penanggulangan stres untuk menyelesaikan masalah ( problem solving coping mechanism)

Secara skematis, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(68)

22

Anak-anak Panti asuhan X Bandung

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya stres

(stressor)

- Peristiwa-peristiwa kehidupan dan

percekcokan sehari-hari : perpisahan dengan orangtua, merasa terbuang oleh kedua orangtuanya, kehilangan salah satu atau kedua dan perselisihan dengan teman sebaya

Penilaian Kognitif

(cognitive appraisal) Stres

Coping Stress

(Strategi

Penanggulangan Stres)

Problem Focus

- Planful problem solving -Confrontative coping

Emotion Focus

- Distancing

- Escape avoidance

- Self control

- Seeking social support

- Accepting responsibility

- Positive reappraisal

Proses penilaian primer (primary appraissal)

Proses penilaian sekunder (secondary appraisal)

Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi penanggulangan stres

Derajat stres

rendah tinggi Sedang


(69)

23

1.6 Asumsi penelitian

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa :

1. Anak-anak panti asuhan ”X” melakukan penilaian primer dan sekunder terhadap masalah yang mereka hadapi

2. Anak-anak panti asuhan ”X” mengalami stres apabila bentuk penghayatan yang timbul pada penilaian primer adalah stres appraisal

3. Anak-anak panti asuhan ”X” dapat menggunakan strategi penanggulangan stres yang berbeda-beda dalam menanggulangi stres yang mereka hadapi yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi secara seimbang

4. Derajat stres yang berbeda-beda dari setiap anak panti asuhan memepengaruhi strategi penanggulangan stres yang akan digunakan baik strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah maupun strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi


(70)

Universitas Kristen Maranatha

!

" #

$ % &$%

# '&%

( #

#

)% * " )%

) * " "


(71)

Universitas Kristen Maranatha

)

#

# + + +

+

, -./

"

0

" #

. # #

. # 1

) #


(72)

Universitas Kristen Maranatha

2

# " "

+ "

* ! #

+

# + #

+ +

* #


(73)

Universitas Kristen Maranatha

! " # $

% & ' ( ) ) *

" + , &

& $ - ! . / 0) - &

0

1 $ 0 &! - & 2 &

%$3 4!

" 5 2 6 ) % $ 27

7 & 899/ : ) 2 ; ) &

) / ! " # !

: & ' ) : $

3 . 8998 - & 3 )

) % 899( - & 3! # )

& < / " $ - & & %# '


(74)

Universitas Kristen Maranatha

2 . ; ) 8996 ! %

&'( )* "+

& + , & < & % &!

! & 8998 ! % %

, +-.


(1)

1.6 Asumsi penelitian

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa :

1. Anak-anak panti asuhan ”X” melakukan penilaian primer dan sekunder terhadap masalah yang mereka hadapi

2. Anak-anak panti asuhan ”X” mengalami stres apabila bentuk penghayatan yang timbul pada penilaian primer adalah stres appraisal

3. Anak-anak panti asuhan ”X” dapat menggunakan strategi penanggulangan stres yang berbeda-beda dalam menanggulangi stres yang mereka hadapi yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi secara seimbang

4. Derajat stres yang berbeda-beda dari setiap anak panti asuhan memepengaruhi strategi penanggulangan stres yang akan digunakan baik strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah maupun strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi


(2)

!

" #

$ % &$%

# '&%

( #

#

)% * " )%

) * " "


(3)

#

# + + +

+

, -./

"

0

" #


(4)

2

# " "

+ "

* ! #

+

# + #

+ +

* #


(5)

& $ - ! . / 0) - & 0

1 $ 0 &! - & 2 &

%$3 4!

" 5 2 6 ) % $ 27

7 & 899/ : ) 2 ; ) &

) / ! " # !

: & ' ) : $

3 . 8998 - & 3 )

) % 899( - & 3! # )

& < / " $ - & & %# '


(6)

2 . ; ) 8996 ! %

&'( )* "+

& + , & < & % &!

! & 8998 ! % %

, +-.