Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Anak Buah Kapal di Kapal "X" TNI-AL.
i
ABSTRAK
Penelitian berjudul studi deskriptif mengenai strategi penanggulangan stres pada Anak Buah Kapal di Kapal “X” TNIAL bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres yang digunakan para Anak Buah Kapal di Kapal “X” TNIAL dan kaitannya dengan faktor yang mendukungnya.
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan metode survei. Pada metode survey, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Populasi sasaran peneliti adalah para Anak Buah Kapal di Kapal “X” TNIAL sebanyak 46 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Ways of Coping dari Lazarus & Folkman (1984) yang telah dimodifikasi oleh peneliti.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian (50%) dari Anak Buah Kapal di Kapal “X” TNIAL menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi, 39% responden sama seringnya menggunakan kedua strategi (problem focused coping dan emotion focused coping), dan 11% responden menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah.
Strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh para Anak Buah Kapal di kapal “X” TNIAL tampaknya didukung oleh keterampilan sosial yang adekuat, dukungan sosial dan keyakinan diri yang positif. Dengan demikian disarankan diadakan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel dukungan sosial dan keyakinan diri yang positif serta meneliti lebih lanjut mengenai keefektifan penggunaan strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh para ABK di Kapal “X” TNIAL dalam mengatasi masalah selama mereka menjalani tugas di kapal.
(2)
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………i
DAFTAR ISI ………ii
DAFTAR SKEMA ………...vi
DAFTAR TABEL ………vii
DAFTAR LAMPIRAN ………viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……….1
1.2. Identifikasi Masalah ………8
1.3. Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian ………..8
1.3.2. Tujuan Penelitian ………....9
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah ………9
1.4.2. Kegunaan Praktis ………9
1.5. Kerangka Pemikiran ………10
(3)
iii BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1 Pengertian Stres ………22
2.1.2 Teori Stress ………...24
2.1.3 Teori Stres dari Lazarus ………28
2.1.4 Teori tentang Penilaian Kognitif ………...30
2.1.4.1. Proses Penilaian Kognitif ………..31
2.1.4.2. Faktor yang mempengaruhi terhadap Penilaian ……35
2.1.5. Strategi Penanggulangan Stres ………...38
2.1.5.1. Pengertian Strategi Penanggulangan Stres …………38
2.1.5.2.Fungsi dan Bentuk Strategi Penanggulangan Stres …39 2.1.5.3.Faktor Pendukung Strategi Penanggulangan Stres ….43 2.1.5.4.Hambatan dalam Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres ………44
2.1.5.5.Hubungan Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat pada Masalah dan yang Berpusat pada Emosi ……….45
2.1.5.6.Hubungan Penilaian Kognitif, Stres dan Strategi Penanggulangan Stres ………..46
2.2.Dewasa Awal 2.2.1 Pengertian Dewasa ……….47
(4)
iv
2.2.2.1. Fasefase Kognitif ……….48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian ……….51
3.2. Bagan Rancangan Penelitian………...52
3.3. Variabel penelitian dan Definisi operasional 3.3.1. Variabel penelitian ………..52
3.3.2. Definisi operasional ………52
3.4. Alat Ukur 3.4.1. Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres ………..55
3.4.2. Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang …….57
3.4.3. Validitas dan Reliabilitas alat ukur …….………...58
3.5. Populasi sasaran dan teknik penarikan sample 3.5.1. Populasi sasaran ……….59
3.5.2. Karakteristik populasi ………59
3.5.3. Teknik penarikan sample………60
3.5. Teknik Analisis data ....………..60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ……….62
4.1.1. Gambaran responden ……….62
4.1.2. Hasil pengolahan data ………64
(5)
v BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………..77 5.2. Saran ………78
(6)
vi
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1. Skema Kerangka Pikir Skema 3.2. Skema Rancangan Penelitian
(7)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Persentase responden berdasarkan usia
Tabel 4.2. .Persentase responden berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 4.3. Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir Tabel 4.4. Persentase responden berdasarkan pangkat
Tabel 4.5. Persentase responden berdasarkan lama bekerja Tabel 4.6. Persentase Strategi Penanggulangan Stres Tabel 4.7. Persentase aspek emotion focused coping
Tabel 4.8. Persentase aspek yang seimbang problem focused coping dan emotion focused coping
(8)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres Lampiran 2. Kisikisi Alat Ukur Try Out dan KisiKisi Setelah Try Out Lampiran 3. Kuesioner Try Out
Lampiran 4. Analisa Item (Validitas dan reliabilitas Alat Ukur)
Lampiran Tabel 4.10. Crosstab keceenderungan umum dengan Status pernikahan Lampiran Tabel 4.11. Crosstab kecenderungan umum dengan alasan menjadi ABK Lampiran Tabel 4.12. Crosstab kecenderungan umum dengan sumbersumber
material (penghasilan)
Lampiran Tabel 4.13. Crosstab kecenderungan umum dengan sumbersumber material (fasilitas di Kapal “X”)
Lampiran Tabel 4.14. Crosstab kecenderungan umum dengan keterampilan sosial yg adekuat
Lampiran Tabel 4.15. Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (dari rekan sesama ABK)
Lampiran Tabel 4.16. Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (dari atasan)
Lampiran Tabel 4.17. Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (dari keluarga)
Lampiran Tabel 4.18. Crosstab kecenderungan umum dengan keyakinan yang positif Lampiran 5. TNIAL
(9)
(10)
(11)
Lampiran I. Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres DATA PRIBADI
Usia :
Status pernikahan : a. belum menikah b. menikah
c. pernah menikah
Jumlah anak ………... ( jika ada ) Tingkat pendidikan terakhir : a. SD d. D3
b. SMP e. S1 c. SMU f. S2
Pangkat :
Alamat :
(12)
1. Apa yang menyebabkan saudara memutuskan untuk bekerja sebagai Anak Buah Kapal TNIAL ?
2. Selama menjalani tugas di kapal, Saya seringkali sakit (ya/tidak)* 3. Hal apa saja yang biasanya dapat membuat saudara sakit ?
a. Saat menghadapi suatu masalah yang cukup berat b. Perubahan Cuaca
c. Lainnya………..
4. Bila menghadapi suatu masalah apakah dapat mengganggu kesehatan saudara? (ya/tidak)*
5. Saat menghadapi suatu masalah apa yang akan saudara lakukan ? a. Mencari pemecahan bersama dengan orang lain
b. Menyelesaikan masalah dengan melakukan banyak pertimbangan dan membuat rencana
c. Lainnya………..
6. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan saudara : a. Sangat memadai
b. Kurang memadai c. Cukup memadai d. Tidak memadai
7. Sarana dan prasarana yang ada di kapal dapat membantu mengurangi stress ketika Saya sedang menghadapi suatu masalah (ya/tidak)*
(13)
8. Apakah saudara memiliki seseorang yang dapat membantu saudara mengatasi setiap masalah yang saudara hadapi ? (ya/tidak)*
9. Pada saat menghadapi masalah selama menjalani tugas di kapal, Saya mendapatkan dukungan dari rekan sesama ABK
a. Sering
b. Kadangkadang c. Tidak pernah
10. Pada saat menghadapi masalah selama menjalani tugas di kapal, Saya mendapatkan dukungan dari atasan
a. Sering
b. Kadangkadang c. Tidak pernah
11. Pada saat menghadapi masalah selama menjalani tugas di kapal, Saya mendapatkan dukungan dari keluarga
a. Sering
b. Kadangkadang c. Tidak pernah
12. Saya merasa yakin bahwa Saya memiliki energi dan kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal (ya/tidak)*
13. Pada saat menghadapi masalah selama menjalani tugas di kapal, Saya merasa yakin dapat menyelesaikannya (ya/tidak)*
(14)
Kuesioner strategi Penanggulangan Stres Petunjuk Pengisian
Kuesioner terdiri dari 59 pernyataan yang menggambarkan cara saudara mengatasi masalah. Saudara diminta untuk memilih jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu diantara pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan saudara. Adapun pilihan jawaban tersebut ialah :
1. Beri tanda silang pada kolom (SS) Sangat Sering jika saudara sangat sering menggunakan cara tersebut.
2. Beri tanda silang pada kolom (S) Sering jika saudara seringkali menggunakan cara tersebut.
3. Beri tanda silang pada kolom (J) Jarang jika saudara jarang menggunakan cara tersebut.
4. Beri tanda silang pada kolom (SJ) Sangat Jarang jika saudara sangat jarang menggunakan cara tersebut.
Semua jawaban yang saudara berikan tidak ada yang salah, jika pilihan jawaban yang tersedia kurang dapat menggambarkan cara saudara dalam menghadapi masalah, maka pilihlah yang paling mendekati.
(15)
No. PERNYATAAN SS S J SJ 1. Saya merasa dengan berjalannya waktu, maka akan
ada perubahan bagi masalah yang sedang Saya hadapi, jadi hal yang biasa Saya lakukan adalah menunggu.
2. Saya akan meluapkan kemarahan pada orang lain jika Saya sedang memiliki masalah.
3. Saya mencoba menganalisa penyebab dari masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal. 4. Saya tidak akan bekerja dengan giat karena merasa
jenuh dan bosan dengan situasi di kapal.
5. Saya tidak memendam sendiri jika saya mengalami suatu masalah.
6. Saat berhadapan dengan masalah selama menjalani tugas di kapal, Saya akan meredakan perasaan dulu sebelum mengambil keputusan untuk bertindak. 7. Saya berusaha mendapatkan pengertian orang lain
tentang masalah yang Saya hadapi.
8. Saya sulit meredakan beban perasaan karena kesulitan yang saya alami dalam menjalankan tugas di kapal, yang sebenarnya bukanlah
(16)
tanggung jawab Saya.
9. Saya mengubah hal yang menyebabkan masalah sehingga segalanya menjadi lebih baik.
10. Saya menerima konsekuensi Saya sebagai Anak Buah Kapal TNIAL, walaupun terkadang konsekuensi tersebut membebani Saya.
11. Saya menjaga bentuk perilaku Saya dalam menjalani tugas di kapal.
12. Saya mencoba mengambil hikmah dari kesulitan kesulitan yang Saya hadapi sebagai ABK.
13. Saya tidak mencari cara atau metode lain dalam menjalani tugas di kapal.
14. Saya membuat cara agar dalam menjalankan tugas di kapal menjadi menyenangkan.
15. Saya menerima masalah yang Saya hadapi apa adanya karena tidak ada yang bisa Saya lakukan. 16. Saya percaya bahwa Saya memiliki masalah
selama menjalani tugas di kapal.
17. Saya tidak menceritakan kepada siapa pun tentang masalah yang Saya hadapi.
(17)
dengan berdoa saat Saya menghadapi masalah. 19. Saya mengatakan pada diri sendiri halhal yang
dapat membuat perasaan menjadi lebih baik. 20. Saya tidak mempersiapkan diri untuk mengalami
kegagalan dalam menjalankan tugas di kapal. 21. Saya menyibukkan diri dengan kegiatankegiatan
lain agar tidak perlu memikirkan masalah yang membuat Saya jenuh.
22. Saya menemukan harapan baru saat menghadapi kesulitan selama menjalani tugas di kapal.
23. Saya tidak belajar dari pengalaman masa lalu Saya saat menghadapi masalah dalam menjalani tugas di kapal.
24. Saya menjaga pikiran Saya dan tidak mencampuradukan masalah yang Saya hadapi di kapal dengan masalah lain.
25. Saya tidak dapat menerima kegagalan dalam melaksanakan tugas yang diberikan pada Saya. 26. Saya meminta nasehat kepada orang lain tentang
masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal.
(18)
27. Bila merasa jenuh, Saya mengingatkan diri sendiri bahwa kesulitan dalam menjalani tugas yang diberikan pada Saya adalah tanggung jawab Saya untuk mengatasinya.
28. Ketika Saya melakukan kesalahan dalam pekerjaan Saya akan berusaha berulang kali memperbaiki pekerjaan Saya sampai dengan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh atasan pada Saya.
29. Saya menerima masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal sebagai kehendak Tuhan walau kadangkadang menyakitkan.
30. Saya berbicara kepada seseorang yang dapat memberi dukungan untuk menyelesaikan masalah Saya.
31. Saya berusaha melupakan beban perasaan yang Saya alami dalam menjalankan tugas di kapal. 32. Jika Saya menghadapi masalah Saya akan minum
minuman keras agar Saya merasa lebih baik
33. Saya tahu cara mengatasi masalah yang Saya alami selama menjalani tugas di kapal, tetapi Saya tidak melakukan apapun untuk itu.
(19)
34. Saya sadar bahwa sebagai seorang ABK saya akan mengahadapi berbagai tuntutan tugas dari atasan yang harus Saya jalani.
35. Saya berjanji pada diri sendiri untuk lebih tenang dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal. 36. Saya tidur lebih banyak untuk mengatasi
kebosanan di kapal.
37. Daripada stress memikirkan masalah yang Saya alami, Saya akan mengerjakan pekerjaan lain yang lebih menyenangkan.
38. Saya tidak bisa melihat manfaat dari pekerjaan Saya sebagai ABK.
39. Saya berkatakata keras pada rekan Saya apabila rekan Saya bekerja tidak sesuai dengan tugas yang diberikan.
40. Saya tidak menemukan apa yang penting dalam hidup ini saat menghadapi masalah yang Saya alami dalam menjalankan tugas di kapal.
41. Bila Menghadapi Masalah Saya akan merokok agar Saya merasa lebih baik
(20)
42. Saya merasa tuntutan kerja sebagai ABK adalah suatu tekanan bagi Saya.
(21)
Lampiran 2. Kisikisi Alat Ukur Try Out Aspek Coping
Stres
Dimensi Indikator No.Item
Problem Focused Coping Plantful Confrontative Membuat Perencanaan Membuat alternative penyelesaian masalah Belajar dari pengalaman masa lalu Mengungkapkan kemarahan Melipatgandakan usaha untuk menyelesaikan masalah
Melakukan sesuatu yang belum tentu bermanfaat Berpegang pada pendirian 1(+)4(+)10(+) 16() 31() 3(+)54(+) 39(+) 56(+) 37() Emotion Focused Distancing Self Control
Menunggu sampai masalah selesai dengan sendirinya Tidak memikirkan masalah Tetap melakukan aktivitas dan mencoba melupakan masalah Menerima masalah sebagai kehendak Tuhan
Mencoba melupakan semua kesulitan
Berolahraga sampai dengan lelah Memendam perasaan sendiri 2(+)18(+) 11(+)24()12(+) 5()32(+) 40(+) 25(+)43(+)59() 57(+) 6()13()
(22)
Escape avoidance
Positive Reappraisal
Seeking social
Membuat situasi menjadi menyenangkan
tidak bertindak tergesagesa Mensugesti diri
Menjaga pikiran dan tingkah laku
Melihat masalah dari sudut pandang orang lain Mempersiapkan diri menerima hal buruk Menolak mengalami masalah Mengharap keajaiban Tidur lebih banyak
Melakukan hal yang lebih menyenangkan
Membuat perasaan menjadi lebih baik dengan minum minuman keras, dan merokok Harapan mengenai jalan keluar
Menerima tuntutan kerja sebagai hal yang positif Berdoa Menemukan hal baru Mencari simpati orang lain 17(+) 7(+) 26(+) 14(+)33(+) 19(+) 27()34() 21()29(+)51(+) 48() 49(+) 51(+) 44(+)58(+) 50(+) 15(+)53() 23(+) 30(+)55(+) 8(+)42()
(23)
support
Accepting responsibility
Berbicara pada seseorang untuk mendapat penjelasan Mencari bantuan ahli
Mencari seseorang untuk mendapatkan dukungan
Mencari orang yang mengerti masalah
Menerima tanggung jawab dan melakukan sesuatu untuk memperbaiki kadaan
Sadar dan berjanji pada diri sendiri
22()35(+) 20()28(+) 41(+) 36(+)
9()38(+)45()
(24)
KisiKisi Setelah Try Out Aspek Coping
Stres
Dimensi Indikator No.Item
Problem Focused Coping Plantful Confrontative Membuat Perencanaan Membuat alternative penyelesaian masalah Belajar dari pengalaman masa lalu Mengungkapkan kemarahan Melipatgandakan usaha untuk menyelesaikan masalah 4(+)10(+) 16() 31() 3(+)54(+) 39(+) Emotion Focused Distancing Self Control
Menunggu sampai masalah selesai dengan sendirinya Tidak memikirkan masalah Tetap melakukan aktivitas dan mencoba melupakan masalah Menerima masalah sebagai kehendak Tuhan
Mencoba melupakan semua kesulitan
Memendam perasaan sendiri Membuat situasi menjadi menyenangkan 2(+)18(+) 12(+) 5() 40(+) 43(+)59() 6() 17(+)
(25)
Escape avoidance Positive Reappraisal Seeking social support tidak bertindak tergesagesa Mensugesti diri
Menjaga pikiran dan tingkah laku
Mempersiapkan diri menerima hal buruk
Menolak mengalami masalah Tidur lebih banyak
Melakukan hal yang lebih menyenangkan
Membuat perasaan menjadi lebih baik dengan minum minuman keras, dan merokok
Menerima tuntutan kerja sebagai hal yang positif
Berdoa
Menemukan hal baru Mencari simpati orang lain Berbicara pada seseorang untuk mendapat penjelasan Mencari seseorang untuk mendapatkan dukungan 7(+) 26(+) 14(+)33(+) 27()34() 21()29(+) 49(+) 51(+) 44(+)58(+) 15(+)53() 23(+) 30(+)55(+) 8(+) 22()35(+) 41(+)
(26)
Accepting responsibility
Menerima tanggung jawab dan melakukan sesuatu untuk memperbaiki kadaan
Sadar dan berjanji pada diri sendiri
9()38(+)45()
(27)
Lampiran 3. Kuesioner Try Out
Petunjuk Pengisian
Kuesioner terdiri dari 59 pernyataan yang menggambarkan cara saudara mengatasi masalah. Saudara diminta untuk memilih jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu diantara pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan saudara. Adapun pilihan jawaban tersebut ialah :
5. Beri tanda silang pada kolom (SS) Sangat Sering jika saudara sangat sering menggunakan cara tersebut.
6. Beri tanda silang pada kolom (S) Sering jika saudara seringkali menggunakan cara tersebut.
7. Beri tanda silang pada kolom (J) Jarang jika saudara jarang menggunakan cara tersebut.
8. Beri tanda silang pada kolom (SJ) Sangat Jarang jika saudara sangat jarang menggunakan cara tersebut.
Semua jawaban yang saudara berikan tidak ada yang salah, jika pilihan jawaban yang tersedia kurang dapat menggambarkan cara saudara dalam menghadapi masalah, maka pilihlah yang paling mendekati.
(28)
No. PERNYATAAN SS S J SJ 1. Saya menyusun rencana tentang hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah yang Saya alami.
2. Saya merasa dengan berjalannya waktu, maka akan ada perubahan bagi masalah yang sedang Saya hadapi, jadi hal yang biasa Saya lakukan adalah menunggu.
3. Saya akan meluapkan kemarahan pada orang lain jika Saya sedang memiliki masalah.
4. Saya mencoba menganalisa penyebab dari masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal. 5. Saya tidak akan bekerja dengan giat karena merasa
jenuh dan bosan dengan situasi di kapal.
6. Saya tidak memendam sendiri jika saya mengalami suatu masalah.
7. Saat berhadapan dengan masalah selama menjalani tugas di kapal, Saya akan meredakan perasaan dulu sebelum mengambil keputusan untuk bertindak. 8. Saya berusaha mendapatkan pengertian orang lain
(29)
9. Saya sulit meredakan beban perasaan karena kesulitan yang saya alami dalam menjalankan tugas di kapal, yang sebenarnya bukanlah tanggung jawab Saya.
10. Saya mengubah hal yang menyebabkan masalah sehingga segalanya menjadi lebih baik.
11. Saya tidak terlalu memikirkan masalah yang Saya hadapi selama menjalankan tugas di kapal.
12. Saya menerima konsekuensi Saya sebagai Anak Buah Kapal TNIAL, walaupun terkadang konsekuensi tersebut membebani Saya.
13. Saya menceritakan perasaan Saya kepada orang lain tentang masalah yang Saya hadapi.
14. Saya menjaga bentuk perilaku Saya dalam menjalani tugas di kapal.
15. Saya mencoba mengambil hikmah dari kesulitan kesulitan yang Saya hadapi sebagai ABK.
16. Saya tidak mencari cara atau metode lain dalam menjalani tugas di kapal.
17. Saya membuat cara agar dalam menjalankan tugas di kapal menjadi menyenangkan.
(30)
18. Saya menerima masalah yang Saya hadapi apa adanya karena tidak ada yang bisa Saya lakukan. 19. Saya berusaha melihat masalah yang Saya hadapi
dari sudut pandang orang lain.
20. Saya tidak mencari bantuan orang professional untuk mengatasi kejenuhan yang Saya alami selama menjalani tugas di kapal.
21. Saya percaya bahwa Saya memiliki masalah selama menjalani tugas di kapal.
22. Saya tidak menceritakan kepada siapa pun tentang masalah yang Saya hadapi.
23. Saya berusaha mendekatkan diri pada Tuhan YME dengan berdoa saat Saya menghadapi masalah. 24. Saya sangat memikirkan masalah Saya selama
menjalankan tugas di kapal.
25. Saya berusaha sementara waktu mengalihkan perhatian pada kegiatan lain untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja, seperti bermain Play Station atau pergi dengan teman di kapal.
26. Saya mengatakan pada diri sendiri halhal yang dapat membuat perasaan menjadi lebih baik.
(31)
27. Saya tidak mempersiapkan diri untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas di kapal. 28. Saya mencari bantuan ahli untuk mengatasi beban
perasaan Saya dalam menghadapi masalah yang Saya alami di kapal.
29. Saya menyibukkan diri dengan kegiatankegiatan lain agar tidak perlu memikirkan masalah yang membuat Saya jenuh.
30. Saya menemukan harapan baru saat menghadapi kesulitan selama menjalani tugas di kapal.
31. Saya tidak belajar dari pengalaman masa lalu Saya saat menghadapi masalah dalam menjalani tugas di kapal.
32. Saya tetap menjalankan tugas Saya di kapal, seolaholah Saya tidak mengahadapi masalah apapun.
33. Saya menjaga pikiran Saya dan tidak mencampuradukan masalah yang Saya hadapi di kapal dengan masalah lain.
34. Saya tidak dapat menerima kegagalan dalam melaksanakan tugas yang diberikan pada Saya.
(32)
35. Saya meminta nasehat kepada orang lain tentang masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal.
36. Saya berbagi cerita dengan rekan di kapal tentang masalah yang Saya hadapi.
37. Saya mengubah pendirian dalam mengatasi masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal.
38. Bila merasa jenuh, Saya mengingatkan diri sendiri bahwa kesulitan dalam menjalani tugas yang diberikan pada Saya adalah tanggung jawab Saya untuk mengatasinya.
39. Ketika Saya melakukan kesalahan dalam pekerjaan Saya akan berusaha berulang kali memperbaiki pekerjaan Saya sampai dengan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh atasan pada Saya.
40. Saya menerima masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal sebagai kehendak Tuhan walau kadangkadang menyakitkan.
41. Saya berbicara kepada seseorang yang dapat memberi dukungan untuk menyelesaikan masalah
(33)
Saya.
42. Saya tidak mencari simpati siapapun tentang kesulitan yang Saya hadapi dalam menjalankan tugas di kapal.
43. Saya berusaha melupakan beban perasaan yang Saya alami dalam menjalankan tugas di kapal. 44. Jika Saya menghadapi masalah Saya akan minum
minuman keras agar Saya merasa lebih baik
45. Saya tahu cara mengatasi masalah yang Saya alami selama menjalani tugas di kapal, tetapi Saya tidak melakukan apapun untuk itu.
46. Saya sadar bahwa sebagai seorang ABK saya akan mengahadapi berbagai tuntutan tugas dari atasan yang harus Saya jalani.
47. Saya berjanji pada diri sendiri untuk lebih tenang dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang Saya hadapi selama menjalani tugas di kapal. 48. Saya tidak berharap akan ada keajaiban yang dapat
menyelesaikan masalah Saya.
49. Saya tidur lebih banyak untuk mengatasi kebosanan di kapal.
(34)
50. Saya berkhayal ada situasi kapal yang lebih menyenangkan.
51. Daripada stress memikirkan masalah yang Saya alami, Saya akan mengerjakan pekerjaan lain yang lebih menyenangkan.
52. Saya tidak menyadari sepenuhnya bahwa sebagai ABK akan mengahadapi berbagai tuntutan tugas dari atasan yang harus Saya jalani.
53. Saya tidak bisa melihat manfaat dari pekerjaan Saya sebagai ABK.
54. Saya berkatakata keras pada rekan Saya apabila rekan Saya bekerja tidak sesuai dengan tugas yang diberikan.
55. Saya tidak menemukan apa yang penting dalam hidup ini saat menghadapi masalah yang Saya alami dalam menjalankan tugas di kapal.
56. Saya akan mengomel pada orangorang di sekitar Saya ketika menghadapi masalah selama menjalani tugas di kapal walaupun Saya sadar cara ini tampaknya tidak berguna.
(35)
57. Saya akan berolahraga sampai dengan lelah untuk mengurangi stress ketika Saya menghadapi suatu masalah.
58. Bila Menghadapi Masalah Saya akan merokok agar Saya merasa lebih baik
59. Saya merasa tuntutan kerja sebagai ABK adalah suatu tekanan bagi Saya.
(36)
Lampiran 4. Analisa Item (Validitas dan reliabilitas Alat Ukur)
No. Item R Validitas No. Item R Validitas
1 0,117 Tidak Valid 31 0,464 Valid
2 0,402 Valid 32 0,033 Tidak valid
3 0,384 Valid 33 0,417 Valid
4 0,426 Valid 34 0,328 Valid
5 0,508 Valid 35 0,440 Valid
6 0,460 Valid 36 0,218 Tidak valid
7 0,316 Valid 37 0,086 Tidak valid
8 0,411 Valid 38 0,521 Valid
9 0,439 Valid 39 0,511 Valid
10 0,531 Valid 40 0,442 Valid
11 0,138 Tidak valid 41 0,533 Valid
12 0,521 Valid 42 0,038 Tidak valid
13 0,162 Tidak valid 43 0,405 Valid
14 0,566 Valid 44 0,403 Valid
15 0,515 Valid 45 0,504 Valid
16 0,433 Valid 46 0,.417 Valid
17 0,692 Valid 47 0,414 Valid
18 0,408 Valid 48 0,026 Tidak valid
19 0,165 Tidak valid 49 0,568 Valid
20 0,296 Tidak valid 50 0,065 Tidak valid
21 0,312 Valid 51 0,324 Valid
22 0,389 Valid 52 0,186 Tidak valid
23 0,517 Valid 53 0,750 Valid
24 0,198 Tidak valid 54 0,368 Valid
25 0,295 Tidak valid 55 0,806 Valid
26 0,510 Valid 56 0,259 Tidak valid
27 0,654 Valid 57 0,244 Tidak valid
28 0,183 Tidak valid 58 0,484 Valid
29 0,309 Valid 59 0,487 Valid
30 0,364 Valid
Jumlah Item dipakai : 42 item Jumlah Item dibuang : 17 item
(37)
Lampiran Crosstab
Tabel 4.10. Crosstab keceenderungan umum dengan Status pernikahan Kecenderungan
Umum Belum menikah Menikah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 8 44% 10 56% 18 100%
PFC 2 40% 3 60% 5 100%
EFC 6 26% 17 74% 23 100%
Tabel 4.11.Crosstab kecenderungan umum dengan alasan menjadi ABK Kecenderungan
Umum Cita2& ingin Mengabdi Mencari Pekerjaan Tidak Tahu Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 10 56% 7 39% 1 5% 18 100%
PFC 3 60% 1 20% 1 20% 5 100%
EFC 11 48% 11 48% 1 4% 23 100%
Tabel 4.12.Crosstab kecenderungan umum dengan sumbersumber material (penghasilan) Kecenderungan
Umum Memadai Memadai Tidak Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 8 44% 10 56% 18 100%
PFC 3 60% 2 40% 5 100%
EFC 12 52% 11 48% 23 100%
Tabel 4.13.Crosstab kecenderungan umum dengan sumbersumber material (fasilitas di Kapal “X”) Kecenderungan
Umum Mendukung mendukung Tidak Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 12 67% 6 33% 18 100%
PFC 4 80% 1 220% 5 100%
(38)
Tabel 4.14. Crosstab kecenderungan umum dengan keterampilan sosial yg adekuat Kecenderungan
Umum Ya Tidak Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 17 94% 1 6% 18 100%
PFC 3 60% 2 40% 5 100%
EFC 21 91% 2 9% 23 100%
Tabel 4.15.Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (dari rekan sesama ABK) Kecenderungan
Umum Sering Kadang kadang Tidak pernah Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 11 48% 6 33% 1 19% 18 100%
PFC 4 80% 1 20% 0 0% 5 100%
EFC 12 52% 11 48% 0 0% 23 100%
Tabel 4.16.Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (dari atasan) Kecenderungan
Umum Sering Kadang kadang Tidak pernah Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 6 33% 9 50% 3 17% 18 100%
PFC 2 40% 3 60% 0 0% 5 100%
EFC 9 39% 13 56% 1 5% 23 100%
Tabel 4.17. Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (dari keluarga) Kecenderungan
Umum Sering Kadang kadang Tidak pernah Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 12 67% 5 28% 1 5% 18 100%
PFC 5 100% 0 0% 0 0% 5 100%
(39)
Tabel 4.18. Crosstab kecenderungan umum dengan keyakinan yang positif Kecenderungan
Umum Ya Tidak Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Seimbang 17 94% 1 6% 18 100%
PFC 5 100% 0 0% 5 100%
(40)
Lampiran 5. TNIAL (www.TNIAL.com) Sejarah TNIAL
Berdirinya Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut ) pada tanggal 10 September 1945 menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan Laut di lingkungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik Indonesia. Dalam masa sulit selama Pereang Kemerdekaan ALRI berhasil membentuk Corps Armada (CA), Corps Marinier (CM), dan lembaga pendidikan di berbagai tempat. Pembentukan unsur unsur tersebut menandai kehadiran aspek bagi pembentukan Angkatan Laut yang modern.
Berakhirnya Perang Kemerdekaan menandai pembangunan ALRI sebagai Angkatan Laut modern. Sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), sejak tahun 1949, ALRI menerima berbagai peralatan perang berupa kapal kapal perang beserta berbagai fasilitas pendukungnya berupa Pangkalan Angkatan Laut. Langkah ini bersamaan dengan konsilidasi di tubuh ALRI, pembenahan organisasi, dan perekrutan personel melalui lembaga pendidikan sebelum mengawaki peralatan matra laut. Selama 19491959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan
(41)
kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat ini disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKOAL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut. Peralatan tempur ALRI pun bertambah baik yang berasal dari penyerahan Angkatan Laut Belanda maupun pembelian dari berbagai negara. Penyiapan prajurit yang profesional pun mendapatkan perhatian yang besar dengan mendirikan lembaga pendidikan untuk mendidik calon calon prajurit strata tamtama, bintara, dan perwira, serta pengiriman prajurit ALRI untuk mengikuti pendidikan luar negeri.
Sejak tahun 1966 ALRI yang kemudian disebut dengan TNI AL mengalami babak baru dalam perjalanan sejarahnya seiring dengan upaya integrasi ABRI. Dengan adanya integrasi ABRI secara organisatoris dan operasional telah mampu menyamakan langkah pada pelaksanaan tugas di bidang pertahanan dan keamanan sehingga secara doktrinal, arah pengembangan kekuatan dan kemampuan setiap angkatan menjadi terpusat. Kegiatan kegiatan nyata yang dilakukan TNI AL adalah mendirikan badan badan pengkajian pembangunan kelautan bersama sama dengan pemerintah dan swasta di beberapa daerah, program desa pesisir percontohan yang terangkum dalam Pembinaan Desa Pesisir (Bindesir), dan program Pembinaan Potensi Nasional menjadi Kekuatan Maritim (Binpotnaskuatmar). Dalam rangka menggelorakan jiwa bahari bangsa, TNI AL menggelar event kelautan skala internasional yaitu Arung Samudera 1995 yang berintikan Lomba Kapal Layar Tiang Tinggi dan perahu layar. TNI AL juga menjadi pendukung utama dicanangkan Tahun
(42)
Bahari 1996 dan Deklarasi Bunaken 1998 yang merupakan manifestasi pembangunan kelautan di Indonesia.
Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan MarinirI di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta. Pembenahan pembenahan tersebut merupakan bagian dari tekad TNI AL menuju Hari Esok yang Lebih Baik.
Visi dan Misi TNIAL
TNIAL memiliki Visi, yaitu :
Terwujudnya TNIAL yang besar, kuat dan Profesional sehingga mampu mengemban tugas dan tanggung jawab untuk menegakkan kedaulatan dan keamanan Negara di laut.
Kemudian Misi dari TNIAL adalah :
1. Melindungi dan menjaga keutuhan dan integritas bangsa dan Negara 2. Menegakkan kedaulatan dan keamanan di laut
3. Mengamankan dan memperlancar pembangunan nasional khususnya pembangunan kelautan
4. Mewujudkan postur TNIAL yang besar, kuat dan profesional 5. Ikut mewujudkan perdamaian dunia melalui diplomasi angkatan laut
(43)
Adapun tugastugas pokok dari TNIAL adalah :
1. Menyiapkan dan membina kekuatan untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta melindungi kepentingan nasional di laut yurisdiksi nasional.
2. Menegakkan hukum di laut sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam perundangundangan nasional dan hukum internasional.
3. Melaksanakan operasi militer selain perang dan ikut serta secara aktif dalam tugastugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.
Dalam kaitannya dengan tujuan dasar strategi militer, TNI AL memiliki dua fungsi dasar yaitu Pengendalian Laut dan Proyeksi Kekuatan. Dua fungsi ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Tingkat pengendalian di laut sangat ditentukan dengan tersedianya kekuatan yang diproyeksikan. Sebaliknya, kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan dibuat untuk mendukung pengendalian laut.
1. Pengendalian Laut. Pada dasarnya pengendalian laut bertujuan untuk menjamin kepentingan nasional di dan lewat laut, dan bertujuan agar mampu secara optimal memanfaatkan potensi laut yang dimilikinya untuk kepentingan bangsa sendiri, serta mampu mencegah atau menghambat pemanfaatan oleh bangsa lain yang dapat merugikan kepentingan sendiri. 2. Proyeksi Kekuatan, terbagi ke dalam :
(44)
a. Proyeksi kekuatan sebagai bagian dari pengendalian laut. Adalah penggunaan dari kapalkapal TNI AL dan pasukan Marinir untuk memastikan pengendalian dan terpeliharanya keamanan di laut dan daerah penting lainnya. b. Proyeksi kekuatan untuk mendukung kampanye kekuatan darat dan udara. Spektrum yang lebih luas ini meliputi operasi amfibi, penggunaan pesawat angkut udara, bantuan tembakan kapal terhadap sasaran di darat, dalam mendukung kampanye udara dan darat.
Anak Buah Kapal
Terdapat strata untuk para awak yang ada di TNIAL. Strata tersebut terdiri dari strata perwira, bintara dan tamtama. Di dalam kapal terdapat komandan kapal, Palaksa (wakil dari komandan), beberapa departemen dan masingmasing departemen terbagi lagi menjadi beberapa divisi yang telah mempunyai tugas tersendiri. Untuk jabatan komandan, palaksa, kepala departemen dan juga kepala divisi dipegang oleh perwiraperwira kapal. Masingmasing departemen dan divisi dipimpin oleh perwira perwira kapal. Divisidivisi tersebut membawahi beberapa anak buah kapal (ABK). ABK ini terdiri dari para bintara dan tantama yang berusia antara 19 tahun sampai dengan 35 tahun. ABK memiliki tugas menjalankan perintah yang diberikan pimpinan pada masingmasing divisi sesuai dengan bagiannya masingmasing. Para ABK sudah ada yang menikah dan ada pula yang belum menikah. Bagi ABK yang belum menikah dan yang keluarganya tinggal jauh diharuskan untuk tinggal di kapal. Di dalam kapal para ABK memiliki beberapa hak, antara lain menerima gaji, menerima uang berlayar dan juga mendapatkan cuti. Setiap kapal memiliki peraturan
(45)
peraturan tertentu dan peraturanperaturan tersebut harus dipatuhi oleh para ABK. Bila ada yang melanggar maka para ABK akan menerima hukuman baik hukum yang tertulis maupun lisan. Bila pelanggarannya tergolong ringan biasanya yang diberikan adalah hukum lisan, tetapi bila pelanggarannya tergolong berat maka hukuman yang diberikan berasal dari hukum yang tertulis.
(46)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap menjaga keamanan negara agar dapat tercipta suatu keadaan yang aman dan terkendali, baik dalam bidang politik, hukum, sosial, dan ekonomi. Untuk dapat menciptakan suatu keadaan yang aman dan terkendali, maka dibutuhkan orangorang yang berkompeten, terlatih dan terampil untuk dapat melindungi serta mempertahankan keamanan negara. Salah satu bentuk pertahanan negara yang dipersiapkan oleh pemerintah adalah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNIAL).
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang disingkat TNIAL merupakan orangorang yang telah dibimbing, dilatih, dan telah dipersiapkan untuk menjaga keamanan dan kestabilan negara di laut. Mereka mempunyai beberapa tugas, diantaranya adalah menyiapkan dan membina kekuatan untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta melindungi kepentingan nasional di laut yurisdiksi nasional (Mabes TNIAL, 2007). Adapun yang dimaksud dengan laut yurisdiksi adalah wilayah laut yang berada di dalam hukum Indonesia, seperti laut teritorial sejauh 12 mil dan juga ZEEI (Zona
(47)
2
Ekonomi Ekslusif Indonesia) sejauh 200 mil. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, para personil TNIAL ditugaskan untuk melakukan perlayaran di berbagai wilayah kelautan di seluruh Indonesia.
TNIAL memiliki banyak kapalkapal perang yang digunakan untuk menjalankan tugasnya tersebut, salah satunya adalah Kapal “X”. Kapal “X” merupakan salah satu armada kapal yang dimiliki oleh TNIAL dan memiliki tugas yang sama dengan kapalkapal perang lainnya. Kapal “X” ini terdiri dari seorang Komandan kapal, seorang Palaksa (wakil dari komandan), empat departemen dan masingmasing departemen terbagi lagi menjadi beberapa divisi yang telah mempunyai tugas tersendiri. Komandan kapal, Palaksa, kepala departemen dan kepala divisi dipimpin oleh perwiraperwira kapal. Divisidivisi tersebut membawahi kurang lebih 10 sampai dengan 15 orang anak buah kapal (ABK). ABK ini terdiri dari para bintara dan tamtama yang tugasnya adalah menjalankan perintah yang diberikan pimpinan pada masingmasing divisi.
Para perwira di Kapal “X” memiliki otoritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan para ABK. Para perwira dapat memberikan perintah dan tugas kepada para ABK dan para ABK berkewajiban untuk melaksanakan tugas tersebut sampai dengan selesai dan harus sesuai dengan perintah dari para perwira. Para perwira juga memiliki hak untuk memberikan hukuman atau sanksi kepada para ABK yang melakukan pelanggaran.
(48)
3
Kapal “X” ini memiliki beberapa ciri antara lain, Kapal “X” sudah melakukan banyak perlayaran di berbagai wilayah Indonesia karena kapal ini sudah berusia cukup tua. Terkadang hal ini mengakibatkan kerusakan pada mesin yang dapat terjadi di berbagai tempat ketika mereka sedang berlayar di beberapa wilayah Indonesia, sehingga untuk melakukan perlayaran kembali atau pulang ke keluarga mereka harus menunggu sampai dengan kapal selesai diperbaiki. Kapal “X” juga seringkali melakukan perlayaran dengan jadwal keberangkatan dan kembali yang tidak menentu bahkan terkadang jadwalnya diputuskan dengan tibatiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Kemudian di kapal “X” sebanyak 80% awaknya sudah menikah, sehingga mereka jarang bertemu dengan keluarga ketika sedang berlayar. Halhal tersebut seringkali menimbulkan berbagai macam masalah yang dapat mengakibatkan stres terutama dialami oleh para Anak Buah Kapal.
Berdasarkan hasil survey awal pada 20 orang Anak Buah Kapal sebanyak 70% mengatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya di kapal terdapat beberapa masalah yang mereka rasakan, sedangkan sebanyak 30% mengatakan bahwa tidak terdapat masalah yang signifikan yang mereka rasakan dalam menjalankan tugasnya di kapal. Tingkah laku para ABK yang mengalami masalah yang seringkali muncul antara lain, mereka seringkali melamun, sulit untuk berkonsentrasi dalam bekerja dan tidak fokus pada pekerjaan, tidak bersemangat dalam bekerja, pada situasi tertentu mereka terkadang merasa cemas, khawatir, kemudian beberapa diantara ABK terkadang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang ada di Kapal “X”.
(49)
4
Tingkah laku para ABK tersebut muncul diakibatkan oleh berbagai macam masalah. Masalahmasalah yang dihadapi antara lain, menurut 20% Anak Buah Kapal yang sudah menikah mereka mengatakan bahwa keluarganya terkadang atau seringkali mengeluhkan mengenai tugas mereka di kapal yang jadwal keberangkatan dan kembalinya seringkali tidak menentu. Menurut mereka sebelumnya keluarganya sangat mendukung pekerjaan mereka tetapi setelah beberapa tahun bekerja keluarganya sering mengeluh, karena mereka dianggap kurang memiliki waktu untuk keluarga. Situasi tersebut membuat para ABK mengalami konflik, dimana sebenarnya mereka ingin lebih sering berkumpul bersama dengan keluarga tetapi mereka juga harus tetap melaksanakan tugas yang merupakan kewajiban dan tanggung jawab mereka.
Menurut B seorang perwira kapal di kapal “X” terkadang hasil kerja yang diberikan ABK tidak sesuai dengan apa yang diharapkan olehnya padahal sebelumnya ABK tersebut selalu memberikan hasil kerja yang baik. Ketika ditanya secara pribadi oleh B ternyata ABK tersebut memiliki masalah dengan keluarga, sehingga membuat mereka menjadi tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak bekerja dengan antusias.
Para awak kapal yang belum berkeluarga atau yang anggota keluarganya tinggal jauh diharuskan untuk tinggal di kapal, sehingga selain bekerja, mereka pun tinggal di dalam kapal. Di Kapal “X” terdapat peraturan tersendiri untuk setiap awak kapal terutama bagi ABK yang tinggal di sana, seperti batas waktu jam istirahat malam,
(50)
5
siang, jam kerja, dan juga jam malam. Kemudian untuk setiap ABK yang akan keluar dari kapal harus melapor pada perwira kapal yang saat itu sedang bertugas menjaga Kapal “X”, dan jika beberapa kali dilanggar mereka akan diberikan sanksi hukuman.
Menurut B seorang perwira kapal di kapal “X” peraturan tersebut beberapa kali dilanggar oleh beberapa orang ABK, terutama batas waktu jam malam. Terkadang mereka kembali ke Kapal “X” lebih dari batas waktu yang telah ditentukan, akibatnya mereka mendapatkan teguran dan bila terjadi lebih dari 2 kali maka mereka akan diberi sanksi hukuman dari pimpinan mereka. Peraturan yang dimiliki oleh Kapal “X” dirasa sebagai tekanan oleh para ABK, sehingga membuat beberapa orang ABK melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang ada di Kapal “X”. Berdasarkan hasil survey awal sebanyak 35% Anak Buah Kapal merasa bahwa peraturan di kapal sangat disiplin dan ketat sehingga mau tidak mau mereka harus mengikuti peraturan tersebut agar tidak mendapatkan hukuman dari atasan.
Kegiatan para awak kapal yang harus berlayar, kemudian menyandar seringkali membuat para awaknya jenuh. Berdasarkan hasil survey awal terdapat 15% ABK yang seringkali merasa jenuh dengan kegiatan di kapal. Mereka merasa bosan dan jenuh jika harus berlayar berharihari di laut atau ketika sedang lego jangkar (terapung di tengah laut) karena mereka tidak dapat pergi kemanamana dan harus tetap berada di kapal, mereka juga bosan dengan suasana kapal dan pekerjaan yang monoton, dan juga ketika mesin kapal rusak di wilayah yang jauh dari tempat keluarga mereka. Hal tersebut membuat para ABK menjadi tidak semangat dalam
(51)
6
bekerja dan terkadang mereka bingung karena tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Kemudian ketika berlayar dan kondisi laut sedang berombak besar seringkali membuat para awaknya merasa cemas dan takut, karena ombak besar dapat membuat kapal terguling.
Fenomenafenomena di atas merupakan beberapa hal yang dapat menimbulkan stres bagi para ABK di Kapal “X”. Stres merupakan bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan dirinya (Lazarus, 1984). Tidak berbeda dengan individu lain setiap kali berhadapan dengan situasi penuh stres, mereka akan berusaha untuk mengatasi stres tersebut. Cara mengatasi stres tersebut disebut dengan strategi penanggulangan stres (coping). Strategi penanggulangan stres merupakan perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terusmenerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan eksternal maupun internal (Lazarus & Folkman, 1984). Terdapat dua fungsi dan bentuk strategi penanggulangan stres, yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi. Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah diarahkan pada usaha untuk memecahkan masalah yang ada, mencari dan memilih berbagai alternatif, mempertimbangkan keuntungan atau kerugian setiap alternatif, memilih alternatif terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak, sedangkan strategi
(52)
7
penanggulangan stres yang berpusat pada emosi terdiri dari prosesproses kognisi yang ditujukan untuk mengurangi tekanan emosi dan termasuk strategi menghindar, pengurangan tekanan emosi, membuat jarak, perhatian selektif dan perbandingan positif.
Berdasarkan hasil survey awal pada 20 orang ABK terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh para ABK untuk mengatasi stres yang dialami oleh mereka. Sebanyak 5% ABK mengatasi masalahnya dengan mencari hiburan dengan menggunakan prasarana yang ada seperti bermain Play Station. Sebanyak 10% ABK biasanya menyibukkan diri dengan melakukan kegiatan misalnya berolah raga sampai mereka benarbenar merasa lelah sehingga mereka dapat tidur lebih cepat dan tidak memikirkan masalah yang dialaminya. Kemudian sebanyak 5% ABK biasanya akan bercandagurau dengan temantemannya agar dapat melupakan masalahnya, 5% lagi mengatakan bahwa ia biasanya bekerja dengan tidak terlalu serius dan santai agar pekerjaannya tidak akan menjadi beban untuknya. Sebanyak 20% ABK biasanya akan menghadapi masalahnya dengan dikendalikan oleh diri sendiri dan tetap bersabar serta berdoa kepada Tuhan YME. Beberapa cara penanggulangan stres di atas yang dilakukan oleh para ABK merupakan bentuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi.
Sebanyak 25% ABK ada pula yang menceritakan masalah mereka pada teman dekatnya yang mereka rasa cukup dapat dipercayai untuk meminta masukan bagi masalah yang mereka alami. Sebanyak 20% ABK akan menceritakan masalah
(53)
8
mereka pada atasannya terutama untuk masalah pekerjaan dan menurut mereka atasannya cukup dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah pekerjaan. Beberapa cara penanggulangan stres di atas yang dilakukan oleh para ABK merupakan bentuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah.
Berdasarkan fenomenafenomena di atas, maka dapat dikatakan bahwa bentuk strategi penanggulangan stres yang dilakukan oleh para ABK di Kapal “X” TNIAL bervariasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi penanggulangan stres pada ABK di Kapal “X” TNIAL.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka ingin diketahui :
Bagaimana kecenderungan strategi penanggulangan stres pada Anak Buah Kapal di kapal “X” TNIAL
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Maksud Penelitian
Adapun maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kecenderungan strategi penanggulangan stres pada Anak Buah kapal di kapal “X” TNIAL.
(54)
9
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi paparan yang lebih rinci mengenai strategi penanggulangan stres pada Anak Buah Kapal di kapal “X” TNIAL yang dikaitkan dengan faktor pendukung.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1. Kegunaan Ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan antara lain untuk :
a. Memberikan sumbangan informasi bagi bidang Psikologi Industri dan Organisasi secara khusus tentang strategi penanggulangan stres pada Anak Buah Kapal di kapal “X” TNIAL.
b. Sebagai landasan informatif untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan strategi penanggulangan stres pada Anak Buah Kapal di kapal “X” TNIAL.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain : a. Memberikan informasi bagi para Anak Buah Kapal di kapal “X”
mengenai strategi penanggulangan stres yang pada umumnya dilakukan oleh mereka sehingga para ABK lebih bisa memahami tentang diri mereka sendiri.
b. Sebagai masukan/informasi untuk Komandan Kapal di kapal “X” mengenai masalah yang seringkali dialami oleh para Anak Buah
(55)
10
Kapal di kapal “X” serta bagaimana strategi penanggulangan stres yang dilakukan oleh mereka sehingga komandan kapal dapat menindak lanjuti hal tersebut.
1.5. KERANGKA PEMIKIRAN
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang disingkat TNIAL merupakan orangorang yang telah dibimbing, dilatih, dan telah dipersiapkan untuk menjaga keamanan dan kestabilan negara di laut. Tugasnya adalah menyiapkan dan membina kekuatan untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta melindungi kepentingan nasional di laut yurisdiksi nasional (Mabes TNIAL, 2007). Adapun yang dimaksud dengan laut yurisdiksi adalah wilayah laut yang berada di dalam hukum Indonesia, seperti laut teritorial sejauh 12 mil dan juga ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) sejauh 200 mil.
Di dalam TNIAL terdapat strata untuk para awaknya. Strata tersebut terdiri atas strata perwira, bintara dan tamtama. Di dalam kapal yang ada di TNIAL terdapat komandan kapal, Palaksa (wakil dari komandan), beberapa departemen dan masing masing departemen terbagi lagi menjadi beberapa divisi yang telah mempunyai tugas tersendiri. Untuk jabatan komandan, palaksa, kepala departemen dan juga kepala divisi dipegang oleh perwiraperwira kapal. Divisidivisi membawahi beberapa anak buah kapal (ABK). ABK di kapal “X” terdiri atas para bintara dan tantama yang berusia antara 19 tahun sampai dengan 34 tahun. ABK memiliki tugas menjalankan
(56)
11
perintah yang diberikan pimpinan pada masingmasing divisi sesuai dengan bagiannya masingmasing.
Para ABK yang berusia 19 sampai dengan 34 tahun menurut Santrock (1995) masuk pada fase perkembangan dewasa awal. Dewasa awal merupakan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Dua kriteria yang menunjukkan akhir masa muda dan permulaan masa dewasa adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Pada masa dewasa awal ini juga ditandai dengan perkembangan kognitif. Beberapa ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa awal individu mengatur pemikiran operasional mereka, sehingga mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalahmasalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. Sementara beberapa orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak berpikir dengan cara operasional formal sama sekali (Keating, 1980, 1990 dalam Santrock, 1995). Dalam hal ini para ABK yang sudah memasuki masa dewasa awal diharapkan dapat mengatasi stres dan juga menyelesaikan masalah ketika mereka mengalami suatu masalah selama menjalani tugas di kapal “X”.
Masalahmasalah yang biasanya dialami oleh para ABK selama menjalani tugasnya di kapal dapat menimbulkan beberapa tingkah laku antara lain, mereka seringkali melamun, sulit untuk berkonsentrasi dalam bekerja dan tidak fokus pada pekerjaan, tidak bersemangat dalam bekerja, pada situasi tertentu mereka terkadang
(57)
12
merasa cemas, khawatir, kemudian beberapa diantara ABK terkadang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang ada di Kapal “X”.
Tingkah laku para ABK tersebut muncul dikarenakan berbagai macam masalah antara lain, keluhankeluhan dari keluarga terhadap pekerjaan mereka sehubungan dengan jadwal tugas yang seringkali tidak jelas, peraturanperaturan kapal yang dianggap sangat disiplin dan ketat oleh beberapa orang ABK, kejenuhan yang seringkali muncul ketika mereka berada di dalam kapal, kemudian berlayar dengan kondisi laut sedang berombak besar. Fenomenafenomena tersebut merupakan stressorstressor yang dapat menimbulkan stres pada para ABK.
Menurut Lazarus & Folkman (1984) stres merupakan bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan dirinya atau dengan kata lain stres merupakan fenomena yang menunjukkan respon individu terhadap keadaan lingkungan. Pada dasarnya keadaan stres dihayati secara individual. Walaupun situasi atau stresor yang dihadapi sama, penghayatan derajat stres setiap ABK dapat berbeda. Penilaian ini disebut dengan penilaian kognitif (cognitive appraisal). Penilaian kognitif ini menurut Lazarus (1984), merupakan suatu proses evaluatif yang menjelaskan terjadinya stres sebagai akibat dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Proses penilaian kognitif ini terdiri atas 3, yaitu, penilaian primer, penilaian sekunder, dan penilaian kembali (reappraisal). Pada penilaian primer, para ABK mengkaji situasi yang dihadapi,
(58)
13
apakah situasi tersebut mengancam kesejahteraan dirinya, jika dirasakan mengancam maka hal tersebut dapat menimbulkan stres.
Tidak berbeda dengan individu lainnya setiap kali berhadapan dengan situasi penuh stres, mereka akan berusaha mengatasi hal tersebut dengan melakukan strategi penanggulangan stres. Pada penilaian sekunder, para ABK mengevaluasi kemampuan dirinya apakah cukup mampu untuk menghadapi tuntutan lingkungan. Menurut Lazarus (1976) & Folkman (1981), pemilihan strategi yang akan digunakan individu untuk menghadapi suatu masalah dipengaruhi oleh penilaian individu terhadap masalah dan penilaian terhadap potensi yang dimilikinya untuk menghadapi masalah tersebut. Hal ini disebabkan pada dasarnya setiap ABK akan selalu menyesuaikan strategi yang akan digunakan dengan situasi yang akan dihadapinya. Jika para ABK menilai tidak sesuai atau gagal dalam menggunakan strategi, maka para ABK akan melakukan penilaian kembali (reappraisal) terhadap situasi dan mengevaluasi strategi mana yang lebih tepat.
Menurut Lazarus & Folkman (1984) strategi penanggulangan stres merupakan perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terusmenerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan eksternal maupun internal. Strategi penanggulangan stres dipandang sebagai faktor penyeimbang yang membantu individu menyesuaikan diri terhadap tekanan yang dialaminya. Pada dasarnya strategi penanggulangan stres ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang
(59)
14
ditimbulkan oleh masalah yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap kali para ABK mengalami stres, maka ia akan berupaya mengatasi stres tersebut. Strategi penanggulangan stres dapat berpusat pada masalah dan dapat berpusat pada emosi.
Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah merupakan cara para ABK di kapal “X” yang dengan aktif mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres. Jika tekanan dapat diubah, individu akan menggunakan strategi penanggulangan stres yang membuat individu tetap dapat memusatkan perhatian pada situasi tersebut, seperti strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah. Individu akan menghadapi, memecahkan masalah secara terencana, menerima dan memilih aspek aspek positif dari lingkungan tersebut. Dua bentuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, yaitu Planful Problem Solving, menggambarkan usaha pemecahan masalah dengan tenang dan hatihati disertai dengan pendekatan analitis untuk pemecahan masalah secara terencana. Dalam hal ini para ABK akan mencari informasi bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapinya selama menjalani tugas di kapal. Kemudian Confrontative Coping, menggambarkan usaha usaha untuk mengubah keadaan atau masalah secara agresif. Dalam hal ini para Anak Buah Kapal akan berusaha mengubah keadaan atau masalah yang mereka alami selama menjalani tugas di kapal dengan memperlihatkan kemarahan kepada orang lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan orang yang
(60)
15
bersangkutan, atau jika menghadapi masalah pekerjaan mereka akan mencoba berulang kali menyelesaikan masalahnya sampai dengan selesai.
Strategi penanggulangan masalah yang berpusat pada emosi merupakan cara para ABK di kapal “X” melibatkan usahausaha untuk mengatur emosi dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh situasi yang penuh tekanan. Bila individu dihadapkan pada lingkungan yang tidak dapat diubah, ia akan menggunakan penanggulangan stres yang memberi kemungkinan untuk tidak memusatkan diri pada situasi yang bermasalah tersebut seperti menghindar (escape avoidance) atau menjaga jarak (distancing) yang berarti strategi penanggulangan stres yang digunakan adalah yang berpusat pada emosi. Adapun yang termasuk strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi adalah Distancing, menggambarkan reaksi menjaga jarak atau usaha tidak melibatkan diri pada masalah. Para ABK yang menghadapi masalah pekerjaan akan mengatasi stresnya dengan berusaha sementara melupakan masalah yang sedang dihadapi. Para ABK terlebih dahulu akan melakukan kegiatan lain sampai dapat mengurangi stres setelah itu mereka akan mengerjakan kembali pekerjaan tersebut. Self control, menggambarkan usaha untuk meregulasi perasaan maupun tindakan. Dalam hal ini para ABK akan mengatasi stresnya dengan berusaha mengendalikan tingkah lakunya, dan perasaan kesal misalnya dengan tidak mengungkapkan kekesalannya pada orang lain jika menghadapi masalah selama menjalankan tugasnya di kapal. Escape avoidance, menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindari atau melarikan diri dari
(61)
16
masalah. Misalnya ketika para ABK menghadapi masalah keluarga mereka akan melakukan refreshing dengan rekanrekannya di kapal, atau dengan bermain Play Station untuk dapat mengalihkan perhatian dari masalah yang sedang dialami.
Positive reappraisal, menggambarkan usaha menciptakan makna positif dengan memusatkan perhatian pada pengembangan personal dan juga melibatkan halhal yang bersifat religius. Dalam hal ini para ABK akan mengatasi stres dengan berdoa dan memohon bimbingan Tuhan YME untuk dapat menghadapi masalah yang dialami dalam menjalankan tugas di kapal. Seeking social support, menggambarkan usaha mencari dukungan dari pihak luar baik berupa informasi, bantuan nyata maupun dukungan emosional. Dalam hal ini para ABK akan mengatasi stres dengan mencari nasehat atau dukungan dari rekan kerja atau atasan dengan berbagi cerita tentang masalah yang mereka alami selama menjalankan tugas di kapal. Accepting responsibility, menggambarkan usaha mengakui peran dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk mendudukan segala sesuatu dengan benar sebagimana mestinya. Dalam hal ini para ABK akan mengatasi stres dengan menyadari bahwa tugas yang diberikan kepada mereka adalah tanggung jawab yang harus mereka jalani dan mereka juga akan menyadari bahwa dirinya turut berperan dalam permasalahan yang mereka alami selama menjalani tugas di kapal.
Menurut Lazarus & Folkman (1984) pada kenyataannya individu menggunakan kedua strategi penanggulangan stres dalam menghadapi tuntutan internal dan atau eksternal dalam kehidupan nyata. Bila individu dalam menangani sumber masalahnya
(62)
17
dengan korban perasaan yang besar, maka penanggulangan dikatakan tidak efektif. Demikian juga halnya bila individu hanya berhasil meredakan ketegangan emosi dengan tidak menyelesaikan masalah. Untuk mencapai keefektifan penanggulangan justru diperlukan penggunaan kedua strategi (Lazarus & Folkman, 1984:188).
Untuk menghadapi stres yang dialaminya, para ABK didukung oleh sumber daya yang ada di dalam dirinya. Sumber daya yang dimiliki oleh para ABK adalah kesehatan dan energi, keterampilan memecahkan masalah, keyakinan yang positif, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan sumber material. Kesehatan dan energi dibutuhkan oleh para ABK untuk menyelesaikan masalahnya, bila para ABK sehat maka akan lebih mudah menanggulangi masalah karena mereka memiliki cukup energi. Keterampilan memecahkan masalah adalah kemampuan mencari informasi, menganalisa, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, memilih dan menerapkan rencana yang tepat dalam bertindak. Dalam hal ini dibutuhkan pengalaman yang luas, pengetahuan, kemampuan intelektual atau kognisi serta kapasitas untuk mengendalikan diri. Jika para ABK memiliki keterampilan memecahkan masalah akan membantu mereka dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi, terutama masalah pekerjaan. Keyakinan yang positif adalah sikap optimis, pandangan yang positif terhadap kemampuan diri merupakan sumber daya psikologis yang penting dalam upaya menanggulangi masalah. Hal ini akan membangkitkan motivasi individu untuk terus berupaya mencari alternatif penanggulangan masalah yang paling tepat. Jika para ABK memiliki pandangan yang
(63)
18
positif terhadap kemampuan yang mereka miliki maka akan mempermudah dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan masalahnya sehingga tidak akan mudah menyerah.
Keterampilan sosial yang adekuat dan efektif memudahkan pemecahan masalah individu bersama dengan orang lain seperti rekan kerja yang memberi kemungkinan untuk bekerja sama serta untuk memperoleh dukungan dan melalui interaksi sosial yang terjalin, memberi kendali yang baik bagi individu yang bersangkutan. Jika para ABK memiliki keterampilan sosial yang adekuat dan efektif akan mempermudah para ABK dalam menyelesaikan masalah, karena para ABK dapat menyelesaikan masalahnya dengan bekerja sama dengan orang lain misalnya dengan rekan kerja mereka. Sumbersumber material dapat berupa uang, barang, fasilitas lain yang dapat mendukung terlaksananya penanggulangan secara lebih efektif. Dalam hal ini jika para ABK merasa bahwa gaji yang mereka peroleh cukup memadai dan fasilitas yang ada di kapal juga cukup memadai dapat membantu mereka mengatasi stres yang muncul ketika menjalani tugas di kapal.
Dukungan sosial maksudnya adalah individu memperoleh informasi, bantuan atau dukungan emosional dari orang lain sehingga dapat membantu dalam menanggulangi masalah. Dalam hal ini para ABK yang mendapatkan dukungan sosial dari orang lain misalnya dari rekan kerja akan lebih mudah menyelesaikan masalah, karena mereka akan mendapatkan masukanmasukan dan dukungan emosional yang bisa membantu para ABK menyelesaikan masalah mereka.
(64)
19
Secara skematis, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
(65)
(66)
21
1.6. ASUMSI PENELITIAN
1. Dalam menjalani tugasnya di kapal “X” para personil awaknya terutama para ABK akan menghadapi berbagai macam masalah, masalahmasalah yang mereka hadapi tersebut dapat menimbulkan stres.
2. Perbedaan proses penilaian kognitif para ABK terhadap masalah yang mereka hadapi di kapal “X”, memungkinkan para ABK mempersepsi masalah tersebut dapat menimbulkan tinggi atau rendahnya stres.
3. Munculnya stres yang dialami oleh para ABK memungkinkan mereka melakukan suatu strategi penanggulangan sebagai usaha untuk menanggulangi stres yang dihadapi.
4. Terdapat dua bentuk strategi penanggulangan stres yang dilakukan para ABK, yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan yang berpusat pada emosi.
(67)
22
(68)
(69)
77 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan beberapa hala sebagai berikut :
1. Strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh sebagian Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal “X” TNIAL adalah strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused coping). Dimensi emotion focused coping yang paling menonjol digunakan adalah positive reappraisal.
2. Kemudian para ABK juga sama seringnya menggunakan kedua strategi penanggulangan stres (problem focused coping dan emotion focused coping). Dimensi problem focused coping yang paling menonjol digunakan adalah planful problem solving, sedangkan pada emotion focused coping dimensi yang paling menonjol digunakan adalah accepting responsibility.
3. Strategi penanggulangan stres lain yang digunakan oleh para ABK Kapal “X” TNIAL adalah strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused coping). Dimensi problem focused coping yang paling menonjol digunakan adalah planful problem solving.
(70)
78
4. Faktor pendukung penggunaan strategi penanggulangan stres para ABK di Kapal “X” TNIAL antara lain, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan keyakinan diri yang positif.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lanjut. Adapun saran tersebut adalah :
1. Penggunaan strategi penanggulangan stres yang digunakan para ABK di kapal “X” TNIAL nampaknya didukung oleh keterampilan sosial, dukungan sosial dan juga keyakinan positif, oleh karena itu disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel dukungan sosial dan keyakinan positif.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan penggunaan strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh para Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal “X” TNIAL dalam mengatasi masalah selama mereka menjalani tugas di kapal.
3. Dikarenakan dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mendukung penggunaan strategi penanggulangan stres para ABK di kapal “X” TNIAL, oleh karena itu disarankan kepada Komandan Kapal “X” agar senantiasa dapat menciptakan suasana kerja yang saling mendukung, bekerja sama, baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja sesama ABK, sehingga hal tersebut
(71)
79
diharapkan dapat membantu para ABK dalam menyelesaikan masalah selama mereka menjalani tugas di Kapal “X”.
4. Kepada para Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal “X” TNIAL diharapkan lebih mengerti dan paham mengenai jenis strategi penanggulangan stres yang mereka gunakan selama ini, sehingga mereka dapat menganalisa kembali jenis strategi yang lebih tepat disesuaikan dengan usia dan tuntutan pekerjaan mereka.
(72)
DAFTAR PUSTAKA
Cox, Tom. 1978.Stress. London : Macmillan Press LTD.
Friendenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use, Boston :
Allyn and Bacon
Gulo, W. 2002.Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.
Lazarus, Richard. S.1976. Patterns of adjustment.Kogakusha : McGrawhill.
Lazarus, Richard. S & Folkman, Susan. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New
York : Springer Publishing Company. Program SPSS for Windows Versi 13.0
Santrock, John. W. 1995.Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Sarafino, Edward P. 1990. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. Canada :
(73)
DAFTAR RUJUKAN
Nurhayati, Lany, 2002, Skripsi, Studi deskriptif mengenai profil strategi
penanggulangan stres pada guru sekolah luar biasa (SLB) bagian C Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
(1)
(2)
77 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan beberapa hala sebagai berikut :
1. Strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh sebagian Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal “X” TNIAL adalah strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused coping). Dimensi emotion focused coping yang paling menonjol digunakan adalah positive reappraisal.
2. Kemudian para ABK juga sama seringnya menggunakan kedua strategi penanggulangan stres (problem focused coping dan emotion focused coping). Dimensi problem focused coping yang paling menonjol digunakan adalah planful problem solving, sedangkan pada emotion focused coping dimensi yang paling menonjol digunakan adalah accepting responsibility.
3. Strategi penanggulangan stres lain yang digunakan oleh para ABK Kapal “X” TNIAL adalah strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused coping). Dimensi problem focused coping yang paling menonjol digunakan adalah planful problem solving.
(3)
4. Faktor pendukung penggunaan strategi penanggulangan stres para ABK di Kapal “X” TNIAL antara lain, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan keyakinan diri yang positif.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lanjut. Adapun saran tersebut adalah :
1. Penggunaan strategi penanggulangan stres yang digunakan para ABK di kapal “X” TNIAL nampaknya didukung oleh keterampilan sosial, dukungan sosial dan juga keyakinan positif, oleh karena itu disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel dukungan sosial dan keyakinan positif.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan penggunaan strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh para Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal “X” TNIAL dalam mengatasi masalah selama mereka menjalani tugas di kapal.
3. Dikarenakan dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mendukung penggunaan strategi penanggulangan stres para ABK di kapal “X” TNIAL, oleh karena itu disarankan kepada Komandan Kapal “X” agar senantiasa dapat menciptakan suasana kerja yang saling mendukung, bekerja sama, baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja sesama ABK, sehingga hal tersebut
(4)
79
diharapkan dapat membantu para ABK dalam menyelesaikan masalah selama mereka menjalani tugas di Kapal “X”.
4. Kepada para Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal “X” TNIAL diharapkan lebih mengerti dan paham mengenai jenis strategi penanggulangan stres yang mereka gunakan selama ini, sehingga mereka dapat menganalisa kembali jenis strategi yang lebih tepat disesuaikan dengan usia dan tuntutan pekerjaan mereka.
(5)
Cox, Tom. 1978.Stress. London : Macmillan Press LTD.
Friendenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use, Boston : Allyn and Bacon
Gulo, W. 2002.Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.
Lazarus, Richard. S.1976. Patterns of adjustment.Kogakusha : McGrawhill.
Lazarus, Richard. S & Folkman, Susan. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York : Springer Publishing Company.
Program SPSS for Windows Versi 13.0
Santrock, John. W. 1995.Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga. Sarafino, Edward P. 1990. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. Canada :
(6)
DAFTAR RUJUKAN
Nurhayati, Lany, 2002, Skripsi, Studi deskriptif mengenai profil strategi penanggulangan stres pada guru sekolah luar biasa (SLB) bagian C Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha