ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK).
ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG
DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO
DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
ALBINA SEPTIFO BR. BUKIT
NIM 209210003
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Tindak
Tutur Rakut sitelu saat Erdidong-didong dalam Pesta Adat Perkawinan
Masyarakat Karo di Kabupaten Karo (Kajian Pragmatik) ” ini dengan baik dan
tepat waktu. Penulis menyusun Skripsi ini guna memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sastra Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Penelitian ini
memfokuskan pada tuturan didong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu
dalam pesta perkawinan masyarakat Karo.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan sehingga
Skripsi ini dapat diselesaikan.
1.
Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan,
2.
Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
3.
Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi,
4.
Drs. Sanggup Barus, M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
5.
Muhammad Surip, S.Pd, M.Si., Ketua Program Studi Sastra Indonesia,
6.
Syairal Fahmy Dalimunthe, S.Sos., M.I.Kom., Dosen Pengarah Akademik,
7.
Hendra Kurnia Pulungan, S.Sos., M.I.Kom. dan Drs. Basyaruddin, M.Pd.,
Dosen Penguji,
8.
ayahanda Marim Bukit dan ibunda yang begitu penulis sayangi Perarihen R.
Br Perangin-angin, A.Ma.Pd. yang bersusah payah membesarkan, mengasuh,
mendidik, memotivasi serta melengkapi kehidupan penulis secara moril
maupun materil dengan penuh kasih sayang dan senantiasa mendoakan
penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan Skripsi ini. Skripsi ini
ananda persembahkan kepada ibunda sebagai salah satu wujud rasa
terimakasih yang mungkin tidak sebanding dengan kasih sayang yang ananda
terima dari ibunda,
ii
9.
keluargaku Arman Bukit/Erpi Tarigan, Ella Br. Bukit/Alam Ginting, Elsa Br.
Bukit/Parto Ginting, dan keponakan-keponakanku Jessika, Jefran, Jaycal,
Rensiva, Michelle, dan Aurora. Terima kasih istimewa juga penulis
sampaikan kepada Thomas Perangin-angin yang telah meluangkan banyak
waktunya untuk membantu, memotivasi dan menemani penulis dalam proses
perkuliahan serta penyelesaian Skripsi ini,
10. UK-KMK St. Martinus Unimed yang telah membentuk karakter penulis
menjadi lebih baik dan memberikan dukungannya, terkhusus untuk Graciana
Manalu, Devi Riana Sagala, Dewi SRG, S.Paulinus, Yuslela, Juanda Pr,
Johan Ambarita, Susilowati, Riris Yana, Meyori, Maria Nababan, Gustini,
abangda Willy FS, aa’Parno, aa’Selly, aa’Melisa serta seluruh BPH dan
Anggota,
11. Rekan-rekan seperjuangan Nondik 2009 terkhusus Afrina Lestari dan Minda
Sari yang banyak memberikan motivasi, masukan, dan dukungan semoga
selalu semangat dalam mencapai kesuksesan. Tak lupa juga terimakasih
kepada P. Ignatius Simbolon OFM Cap serta semua pihak yang berperan
dalam kehidupan dan perkuliahanku, serta mendoakan keberhasilanku.
Terimakasih atas dukungan, doa dan motivasinya. Penulis tidak dapat
membalas semua jasa, bantuan, kebaikan, dan pengorbanan yang diberikan
kepada penulis, kiranya Tuhan membalas semuanya itu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan akan ada penelitian lanjut yang akan menyempurnakan
penelitian ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan dan
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan,
September 2014
Penulis
Albina Septifo Br. Bukit
NIM 209210003
iii
ABSTRAK
Albina Septifo Br. Bukit. 209210003. Analisis Tindak Tutur Rakut
sitelu saat Erdidong-didong dalam Pesta Adat Perkawinan Masyarakat Karo
di Kabupaten Karo (Kajian Pragmatik). Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Medan. 2014.
Erdidong-didong merupakan sebuah tradisi masyarakat Karo yang
biasanya disajikan ketika melaksankan upacara adat. Penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran mengenai jenis tuturan berdasarkan konteksnya dan
bentuk tindak tutur dinilai dari segi komunikatifnya serta makna dari bentuk
tuturan yang disampaikan rakut sitelu saat menyajikan didong-didong dalam
upacara perkawinan adat masyarakat Karo dengan menggunakan kajian
pragmatik. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah metode deskriptif
kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data agar data yang
diperoleh lebih akurat adalah dengan menggunakan teknik simak dan teknik
interview. Sumber data dalam penelitian ini berupa Compact Disk (CD) yang
memuat rekaman tuturan rakut sitelu yang disajikan melalui erdidong-didong.
Teknik analisis data penelitian ini yaitu mentranskrip data, penyalinan,
mengidentifikasi kemudian menganalisis.
Pemakaian tindak tutur dalam sajian didong-didong yang disampaikan
oleh rakut sitelu memiliki variasi yang berbeda-beda. Hal in dipengaruhi oleh
konteks tuturan serta nilai komunitif dari kalimat yang diujarkan. Dalam
penyajian didong-didong tersebut ditemukan jenis dan bentuk yang berbeda serta
maknanya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat wujud pemakaian
jenis tindak tutur, meliputi tindak tutur lokusi 5 tuturan, tindak tutur ilokusi 9
tuturan dan tindak tutur perlokusi 2 tuturan. Menyimpulkan bentuk tindak tutur
asertif ada 1 tuturan, direktif ada 9 tuturan, ekspresif ada 4 tuturan, komisif ada 1
tuturan, dan deklaratif ada 1 tuturan yaitu berupa kalimat yang memiliki makna
salam, nasehat, memohon, terimakasih, memohon maaf, tawaran, janji, berpasrah,
memberkati dan belasungkawa.
Praktek erdidong-didong dalam upacara adat masyarakat Karo merupakan
warisan budaya yang menjadi salah satu tradisi yang layak dilestarikan. Penulis
berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap erdidong-didong ini
dengan kajian yang menarik, sampel besar, dan teknik analisis yang lebih
mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna.
Kata kunci: Tindak Tutur, Rakut Sitelu, Erdidong-didong.
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Landasan Teoretis ................................................................................... 10
1. Pragmatik ......................................................................................... 10
2. Tindak Tutur ..................................................................................... 13
3. Rakut sitelu ....................................................................................... 25
a. Kalimbubu ................................................................................... 29
b. Senina .......................................................................................... 30
c. Anak Beru .................................................................................... 32
4. Erdidong........................................................................................... 34
5. Perkawinan Adat Masyarakat Karo ................................................. 35
B. Operasionalisasi Konsep ......................................................................... 38
C. Kerangka Konseptual.............................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 41
B. Sumber Data dan Subjek Penelitian ....................................................... 41
iv
C. Metode Penelitian ................................................................................... 42
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ........................... 42
E. Teknik Analisis Data............................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 47
1. Tuturan Erdidong Kalimbubu ............................................................ 48
a. Jenis Tindak Tutur ....................................................................... 48
b. Bentuk Tindak Tutur ................................................................... 50
2. Tuturan Erdidong Senina.................................................................... 53
a. Jenis Tindak Tutur ....................................................................... 53
b. Bentuk Tindak Tutur ................................................................... 57
3. Tuturan Erdidong Anak Beru ............................................................. 60
a. Jenis Tindak Tutur ....................................................................... 60
b.Bentuk Tindak Tutur .................................................................... 62
B. Pembahasan ............................................................................................ 63
1. Tindak Tutur Lokusi ........................................................................... 63
2. Tindak Tutur Ilokusi .......................................................................... 64
3. Tindak Tutur Perlokusi ....................................................................... 66
4. Tindak Tutur Asertif ........................................................................... 67
5. Tindak Tutur Direktif ......................................................................... 67
6. Tindak Tutur Ekspresif ....................................................................... 69
7. Tindak Tutur Komisif ......................................................................... 69
8. Tindak Tutur Deklaratif ...................................................................... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrument Penelitian................................................................ ......44
Tabel 4.1 Tindak Tutur Lokusi Kalimbubu................................................. ..48
Tabel 4.2 Tindak Tutur Ilokusi Kalimbubu................................................. ..49
Tabel 4.3 Tindak Tutur Perlokusi Kalimbubu............................................. .50
Tabel 4.4 Tindak Tutur Ekspresif Kalimbubu. ........................................... 50
Tabel 4.5 Tindak Tutur Direktif Kalimbubu................................................ 51
Tabel 4.6 Tindak Tutur Komisif Kalimbubu............................................... ..52
Tabel 4.7 Tindak Tutur Lokusi Senina......................................................... ..53
Tabel 4.8 Tindak Tutur Ilokusi Senina......................................................... ..53
Tabel 4.9 Tindak Tutur Ekspresif Senina.................................................... ..55
Tabel 4.10 Tindak Tutur Deklaratif Senina................................................. ..57
Tabel 4.11 Tindak Tutur Direktif Senina..................................................... ..58
Tabel 4.12 Tindak Tutur Ilokusi Anak Beru................................................ ..59
Tabel 4.13 Tindak Tutur Perlokusi Anak Beru........................................... ..61
Tabel 4.14 Tindak Tutur Direktif Anak Beru.............................................. ..62
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tuturan Rakut sitelu saat Erdidong-didong ........................... 76
Lampiran 2 Glosarium ................................................................................. 79
Lampiran 3 Data Informan .......................................................................... 81
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan,
keduanya merupakan konsep yang saling berkaitan. Masyarakat merupakan
pendukung dari kebudayaan. Wujud dari kebudayaan itu sendiri berupa aturanaturan yang telah ada di tengah-tengah masyarakat kemudian tumbuh dan
berkembang pada pelaksanaan adat istiadat atau tradisi masyarakat. Budaya
tersebut kemudian menjadi tata cara hidup yang dimiliki oleh sebuah kelompok
masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Jadi
setiap tindakan manusia secara keseluruhan disebut kebudayaan.
Salah satu wujud dari pelaksanaan kebudayaan adalah adat istiadat,
sedangkan upacara adat merupakan wujud nyata dari adat istiadat tersebut yang
berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat di
suatu tempat atau daerah berbeda satu sama lain. Hal ini terjadi karena pengaruh
pola dan lingkungan di tempat masyarakat itu tinggal. Perbedaan kebudayaan
masyarakat tersebut salah satunya adalah dalam hal pelaksanaan upacara adat
berupa upacara tradisional seperti upacara syukuran, kelahiran, perkawinan,
kematian dan lain sebagainya. Prosesi pelaksanaan upacara adat inilah yang
menumbuhkan keberagaman yang indah diantara suku-suku yang ada di Indonesia
termasuk suku Karo yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Upacara adat perkawinan merupakan upacara adat yang penting bagi
sekelompok masyarakat karena merupakan jembatan yang memperkenalkan
1
2
keluarga pengantin dari kedua belah pihak. Salah satunya adalah upacara adat
perkawinan masyarakat suku Karo. Dalam perkawinan adat suku Karo dikenal
dengan adanya merga silima, tutur siwaluh, rakut sitelu. Ketiga hubungan
kekeluargaan ini memiliki peranan peranan penting dalam perkawinan adat suku
Karo. Cara memperoleh hubungan kekeluargaan ini adalah melalui ertutur.
Ertutur merupakan ciri khas masyarakat Karo dan sangat penting karena
akan terjalin hubungan yang lebih erat satu sama lain melalui sapaan kekeluargaan
yang diperoleh. Dasar ertutur ialah identitas adat yang diperoleh dari ayah dan
ibunya. Dasar tersebut adalah merga yang berlaku bagi laki-laki dan diperoleh
dari ayah, beru merupakan sebutan bagi perempuan dan merupakan merga dari
ayahnya dan bere-bere yang berlaku bagi laki-laki dan perempuan dan diperoleh
dari ibunya. Ertutur pada prinsipnya adalah mencari tutur berdasarkan merga dan
bere-bere masing-masing si ertutur. Setelah mengetahui merga dan bere-bere
masing-masing, maka akan diperoleh hubungan kekerabatan diantara si ertutur.
Dari hasil tutur yang telah mendapat hubungan kekerabatan ini akan diperoleh
panggilan kekerabatan yang berdasarkan pada jenjang tutur seperti er-senina, erkalimbubu dan er-anak beru.
Ketiga hasil tutur inilah yang kemudian disebut sebagai rakut sitelu.
Senina adalah mereka yang masih satu merga dan satu sub-merga dengan kita,
kalimbubu adalah saudara laki-laki dari pihak istri, dan anak beru adalah saudara
perempuan bagi pihak laki-laki ataupun saudara perempuan dari pihak suami.
Ketiga komponen dari rakut sitelu ini memiliki peranan yang sangat penting
dalam upacara perkawinan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut
3
tidak ada maka upacara adat yang dilaksanakan dapat dikatakan tidak memenuhi
perkawinan secara adat Karo sehingga upacara perkawinan tersebut tidak dapat
berlangsung dengan baik.
Pelaksanaan upacara perkawinan adat Karo sebagai salah satu etnik dari
beratus etnik yang dimiliki Nusantara tentu memiliki keunikan budaya tersendiri.
Keunikan budaya Karo ini lah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam
menjalankan tutur budayanya. Salah satu dari keunikan budaya tersebut dapat kita
temukan pada pesta adat perkawinan masyarakat Karo dimana dikenal sebuah
tradisi yang masih kental dalam budaya ketika pihak rakut sitelu menyampaikan
petuah-petuah serta harapan-harapannya kepada mereka yang melaksanakan
perkawinan yakni erdidong-didong. Uniknya erdidong-didong ini, petuah-petuah
serta harapan - harapan tersebut disampaikan seperti sebuah nyanyian atau
senandung. Bahasa tutur yang digunakan oleh rakut sitelu saat erdidong-didong
juga berbeda penggunaan serta pengertiannya dengan bahasa Karo yang dipakai
dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya.
Bahasa yang digunakan merupakan bahasa halus yang mengandung
unsur keindahan dan menggunakan bahasa kiasan yang memiliki makna yang
lebih mendalam dibanding dengan jika pihak rakut sitelu menyampaikan dengan
ucapan biasa saja. Erdidong-didong ini selalu digunakan dalam setiap upacara
adat istiadat masyarakat Karo. Baik dalam adat perkawinan, kematian, memasuki
rumah baru, ataupun kegiatan adat lainnya. Bahasa tutur yang dipakai oleh rakut
sitelu merupakan kajian pragmatik. Karena yang dikaji dalam tuturan tersebut
4
adalah makna satuan lingual dari tuturan yang disampaikan. Seperti halnya dalam
kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur.
Konteks merupakan kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia
sebagaimana ditentukan oleh masyarakatnya. Pentingnya konteks dalam
pragmatik disebabkan karena pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks.
Konteks tuturan sangat mempengaruhi fungsi tindak tutur oleh penutur maupun
lawan tutur. Aspek tuturan lainnya, selain konteks yang meliputi penutur dan
lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai kegiatan tindak tutur dan tuturan sebagai
produk tutur. Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah telaah
makna dalam hubungannya dengan situasi ujaran.
Seseorang dapat melantunkan kalimat tuturannya dalam bentuk erdidong
sangatlah menarik perhatian. Pada umumnya dalam berkomunikasi dengan
sesamanya, orang Karo mempergunakan bahasa Karo. Dalam berkomunikasi atau
pembicaraan sehari-hari, penggunaan bahasa Karo ini tidak memerlukan suatu
bentuk atau susunan dan aturan yang baku, yang penting apa yang dikehendaki
atau yang perlu disampaikan bisa dimengerti oleh lawan bicara/pendengar. Akan
tetapi, untuk keperluan tertentu, seperti ungkapan keluh kesah, memberikan
petuah-petuah, pembicaraan adat, bernyanyi, dan lain sebagainya dilakukan
pemilihan kosa kata yang dianggap paling sesuai dan memiliki nilai estetika yang
tinggi. Kosa kata yang dimaksud adalah apa yang disebut oleh orang Karo sebagai
cakap lumat (bahasa halus).
Sebagai contoh, di bawah ini dipaparkan salah satu tindak tutur yang
disampaikan saat erdidong tersebut yang berasal dari tuturan pihak Kalimbubu :
5
Sangap ertuah bayak kam njabuken bana, sangap encari, merih manuk
niasuh, ula lupa ertoto man Dibata (selamat menempuh hidup baru, murah rejeki,
serasi dalam pekerjaan, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan).
Kalimat di atas merupakan kalimat yang termasuk dalam salah satu jenis tindak
tutur dan juga merupakan bentuk dari tindak tutur jika kita lihat dari aspek nilai
komunikatifnya. Fenomena kebahasaan inilah yang akan diteliti oleh penulis
dengan menggunakan konsep jenis serta bentuk-bentuk tindak tutur tersebut.
Ada tiga jenis tindak tutur yang digunakan dalam praktik penggunaan
bahasa, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi adalah melakukan
tindakan untuk mengatakan sesuatu, tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu
tindakan dalam mengatakan sesuatu, dan perlokusi adalah melakukan sesuatu
tindakan dengan mengatakan sesuatu. Dinilai dari segi komunikatifnya, tuturan
yang disampaikan seseorang juga dapat ditelaah dengan menggunakan tindak
tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif.
Nilai estetik dan keunikan dari erdidong ini sangatlah tinggi, namun
dalam erdidong-didong ini, tidak semua masyarakat Karo menguasainya. Hal ini
disebabkan karena kalimat-kalimat yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekedar rangkaian kata saja, namun memiliki makna yang dalam bagi setiap
konteks dan orang yang dituju. Pesan-pesan yang dituturkan lebih berkesan jika
disampaikan
dengan
menggunakan
lantunan
didong
tersebut,
karena
menggunakan kalimat-kalimat yang berupa kiasan sehingga akan terasa lebih
halus, berseni dan mencerminkan sopan-santun berbahasa. sebagian orang juga
menganggap bahwa erdidong bukan lah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
6
dalam sebuah upacara perkawinan masyarakat Karo karena tidak mempengaruhi
sah atau tidaknya sebuah perkawinan. Tapi dianggap penting untuk melengkapi
keharusan melaksanakan adat. Apabila erdidong tersebut tidak dilaksanakan maka
sebuah upacara perkawinan dapat dikatakan kurang lengkap secara adat. Lebih
jauh lagi jika sebuah upacara perkawinan dilaksanakan tanpa mengikutsertakan
erdidong, maka pesta yang diadakan kurang sempurna di mata adat (hasil
wawancara dengan Ukur Ginting) . Maka penulis menyimpulkan bahwa erdidong
merupakan hal yang penting dilaksanakan dalam sebuah upacara perkawinan
dalam memenuhi kelengkapan sebuah adat. Selain berfungsi sebagai alat untuk
berkomunikasi, erdidong berperan penting untuk melengkapi adat upacara
perkawinan pada masyarakat Karo.
Sebagai generasi muda Karo yang akan meneruskan budaya adat Karo,
dari permasalahan yang diungkapkan penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
sebenarnya tuturan-tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu pada saat
erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo di Kabupaten
Karo. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan bentuk dari tuturan
yang disampaikan serta makna yang terkandung pada senandung yang dituturkan
oleh pihak masyarakat saat erdidong pada prosesi upacara perkawinan adat Karo.
Terkait dengan perspektif kebahasaan penelitian ini, fokus penelitian diarahkan
pada aspek tuturan yang diutarakan oleh pihak rakut sitelu kepada yang
melangsungkan pesta perkawinan.
7
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Apakah tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong
dapat
digunakan
sebagai
alat
komunikasi
yang
berguna
untuk
menyampaikan pesan dan nasehat antara keluarga dengan kedua pengantin
maupun kepada orang-orang yang hadir dalam pelaksanaan upacara
perkawinan?
2. Jenis tindak tutur apa yang terdapat dalam ujaran yang disampaikan oleh
pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan
masyarakat Karo?
3. Bentuk tindak tutur apa yang digunakan oleh pihak rakut sitelu saat
erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo?
4. Apa makna yang terkandung dalam tindak tutur yang disampaikan oleh
pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan
masyarakat Karo?
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka perlu dibuat
sebuah pembatasan masalah untuk mempermudah dan lebih memfokuskan sebuah
penelitian. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada analisis
penggunaan tindak tutur yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidongdidong sebagai alat komunikasi dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
8
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini terarah, maka perlu dirumuskan masalah yang akan
diteliti. Rumusan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang
diikuti di dalam proses penelitian. Rumusan masalah penelitian ini adalah Analisis
penggunaan jenis tindak tutur berdasarkan situasi tuturannya dan bentuk tindak
tutur dinilai dari segi komunikatifnya serta makna tuturan yang disampaikan oleh
pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dilihat dari bentuk tuturannya sebagai alat
komunikasi dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis tuturan yang diujarkan oleh rakut sitelu saat
erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
2. Menjelaskan bentuk dari tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu
saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
3. Menjelaskan makna yang terkandung dari tuturan yang disampaikan oleh
rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat
Karo.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada
perkembangan ilmu pengetahuan. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih
9
lanjut baik sebagai bacaan bagi generasi penerus dan menjadi bahan acuan
dalam penelitian yang lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para
pembaca tentang makna yang terkandung dalam tindak tutur yang
disampaikan rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat
perkawinan masyarakat Karo.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
memberikan informasi khususnya kepada para orangtua, instansi
pendidikan, dan masyarakat dalam hal menganalisis tindak tutur yang
disampaikan rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat
perkawinan masyarakat Karo.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Wujud pemakaian tindak tutur yang disampaikan rakut sitelu saat erdidongdidong secara umum tidak memiliki struktur teks yang baku. Artinya teks yang
diungkapkan oleh penyaji dituturkan berdasarkan isi hati si penyaji itu sendiri. Apa
yang diungkapkan si penyaji pada awal erdidong bisa saja muncul kembali pada
bagian pertengahan atau akhir dari tuturan didong tersebut. Dapat dikatakan bahwa
isi tuturan erdidong-didong tidak memiliki aturan mengenai dimana letak bagian
pembuka, isi, atau penutup. Seluruh tuturan yang disampaikan merupakan isi,
dimana keseluruhan dari isi tuturan tersebut berisi pesan-pesan yang jelas, yang
harus disampaikan kepada mempelai, kepada kedua orang tua mempelai, serta
kepada sanak saudara yang hadir dalam pesta tersebut.
Berdasarkan
pengamatan
penulis,
sajian
teks
didong-didong
yang
disampaikan oleh rakut sitelu terdapat 3 jenis tuturan yakni lokusi, ilokusi, dan
perlokusi. Dalam hal ini, jenis tuturan yang paling dominan adalah tuturan ilokusi 9
tuturan yang berisikan kalimat-kalimat tuturan yang mengharapkan si mitra tutur
(dalam hal ini orang yang melangsungkan pesta) melakukan apa yang penutur
(pihak rakut sitelu) kehendaki. Lokusi 5 tuturan dan perlokusi 2 tuturan. Terdapat
pula bentuk tuturan berupa asertif 1 tuturan, direktif 9 tuturan, ekspresif 4 tuturan,
komisif 1 tuturan, dan deklaratif 1 tuturan.
Dilihat dari jenis serta bentuk tuturan, maka diketahui bahwa tuturan yang
disampaikan saat erdidong-didong memiliki banyak makna seperti ungkapan salam
pada tuturan didong-didong Sitepu mergana, mejuah-juah kam kalimbubu kami
71
72
(timang-timang
merga
Sitepu,
salam
sejahtera
bagi
kamu
kalimbubu
kami),ungkapan terimakasih pada tuturan ija arah totondu nangdangi beberendu,
malemlah pagi ateta natap perjabunna (dimana berkat doa mu kepada
keponakanmu,
maka
bahagialah
kelak
rumahtangganya
berkat
doamu),
permohonan maaf pada tuturan wari sekalenda enggo gia kami urak-urak sada
tapi toto ras pasu-pasu kami tetap sehken kami (walaupun kami tidak hadir
semuanya, namun doa kami tetap kami berikan), ungkapan berpasrah pada tuturan
bapa Karo mergana wari sekalenda pulung kami kerina ermeriah ukur ibas lanai
kepe tertimaindu kita pulung enda (ayah, hari ini kami berkumpul dengan bahagia
tanpa kehadiranmu disini), memberkati pada tuturan mejuah-juah kel perjabun
anakndu e (sejahtera lah pernikahan anakmu), memberikan nasehat pada tuturan
ula kena rubat-rubat nande Karo ( janganlah kalian bertengkar), ungkapan
tawaran pada tuturan enggo turikenndu kata pusuhndu, malemka ate kami ngalongalosa (sudah kamu sampaikan keinginan hatimu, dan kami pun senang
menerimanya), ungkapan janji pada tuturan kena pagi kerina jadi sambar gancih
ku (berjanjilah kalian yang kelak menjadi penggantiku), dan ungkapan
belasungkawa pada tuturan aminna gia bapanta ndai mbaru laws turang, mejuahjuah kel kita tadingkenna (meskipun ayah kita baru saja meninggal, tapi janganlah
kita terlalu larut dalam kesedihan).
Tuturan dalam erdidong-didong ini tidak memiliki struktur yang baku. Pesanpesan yang disampaikan oleh si penyaji diungkapkan berdasarkan perasaan si
penyaji dan diungkapkan secara acak. Namun setiap tuturan yang disampaikan
memiliki makna yang hampir sama. Penulis menyimpulkan bahwa penggunaan
tindak tutur dalam erdidong-didong tidak berdasarkan tingkatan adatnya. Hal ini
terlihat dari isi erdidong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu. Dilihat dari
73
makna yang tersirat pada tuturan tersebut, pesan-pesan yang terkandung dari
tuturan memiliki nilai sosial budaya yakni sebagai perantara atau media pendidikan
sosial dan budaya terhadap masyarakat Karo. Berdasarkan penjelasan diatas maka
diketahui bahwa penggunaan erdidong-didong yang disajikan di dalam pesta
perkawinan masyarakat Karo ini, jelas dapat mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat Karo itu sendiri. Jika erdidong-didong ini dilakukan oleh setiap
generasi, sudah dapat dipastikan bahwa kelestariannya akan tetap terjaga sebagai
sebuah warisan kebudayaan pada masyarakat Karo.
B. Saran
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu serta dana dalam
penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis sangat berharap kepada peneliti lain
agar dapat mengkaji penelitian mengenai erdidong-didong ini lebih lanjut.
Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut agar masyarakat khususnya
masyarakat Karo menganggap bahwa praktek erdidong-didong ini memang penting
diadakan ketika upacara adat baik pesta perkawinan, kematian, maupun acara adat
lainnya. Dengan masih dilakukannya praktek tersebut menandakan bahwa
masyarakat Karo masih memelihara salah satu kebudayaan mereka. Jika hal itu
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus memeliharanya, maka akan
memungkinkan bagi masyarakat Karo menjadikan erdidong-didong sebagai sajian
yang wajib dilakukan saat upacara adat. Dengan begitu penyajian dari erdidongdidong ini dapat dikatakan berfungsi sebagai sarana dalam menjaga kelestarian
salah satu warisan budaya suku Karo ini.
74
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Unika Atmajaya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ginting, M. Ukur.2008. Adat Karo Sirulo. Medan.
Leech, Geofrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lubis, A, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode dan
tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nadar. F. X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Erlangga.
Sembiring, Terang Malem. 2007. Indahnya Perkawinan Adat Karo. Jakarta.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Surakhmad, W. 2000. Metode Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Dianloka.
75
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
B. Sumber Lainnya
Hasibuan, Namsyah. 2005. Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan
Berbahasa (Data Bahasa Mandailing), LOGAT - JURNAL ILMIAH
BAHASA DAN SASTRA. 1:89-90.
Perangin-angin, Normawati. 2011. Analisis Tindak Tutur Rakut Sitelu
(Kalimbubu, Senina Dan Anak Beru) Dalam Kerja Adat Perjabun
Pernikahan Karo Di Kabupaten Karo. Medan: Universitas Negeri Medan.
Raharjo, Suko. 2012. Implikatur dalam Tindak Tutur Deklarasi: Sebuah Kajian
Pragmatik terhadap Fenomena Pasuwitan pada Masyarakat Samin di Pati,
Jawa Tengah, Ragam - Jurnal Pengembangan Humaniora. 12:205-208.
DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO
DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
ALBINA SEPTIFO BR. BUKIT
NIM 209210003
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Tindak
Tutur Rakut sitelu saat Erdidong-didong dalam Pesta Adat Perkawinan
Masyarakat Karo di Kabupaten Karo (Kajian Pragmatik) ” ini dengan baik dan
tepat waktu. Penulis menyusun Skripsi ini guna memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sastra Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Penelitian ini
memfokuskan pada tuturan didong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu
dalam pesta perkawinan masyarakat Karo.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan sehingga
Skripsi ini dapat diselesaikan.
1.
Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan,
2.
Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
3.
Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi,
4.
Drs. Sanggup Barus, M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
5.
Muhammad Surip, S.Pd, M.Si., Ketua Program Studi Sastra Indonesia,
6.
Syairal Fahmy Dalimunthe, S.Sos., M.I.Kom., Dosen Pengarah Akademik,
7.
Hendra Kurnia Pulungan, S.Sos., M.I.Kom. dan Drs. Basyaruddin, M.Pd.,
Dosen Penguji,
8.
ayahanda Marim Bukit dan ibunda yang begitu penulis sayangi Perarihen R.
Br Perangin-angin, A.Ma.Pd. yang bersusah payah membesarkan, mengasuh,
mendidik, memotivasi serta melengkapi kehidupan penulis secara moril
maupun materil dengan penuh kasih sayang dan senantiasa mendoakan
penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan Skripsi ini. Skripsi ini
ananda persembahkan kepada ibunda sebagai salah satu wujud rasa
terimakasih yang mungkin tidak sebanding dengan kasih sayang yang ananda
terima dari ibunda,
ii
9.
keluargaku Arman Bukit/Erpi Tarigan, Ella Br. Bukit/Alam Ginting, Elsa Br.
Bukit/Parto Ginting, dan keponakan-keponakanku Jessika, Jefran, Jaycal,
Rensiva, Michelle, dan Aurora. Terima kasih istimewa juga penulis
sampaikan kepada Thomas Perangin-angin yang telah meluangkan banyak
waktunya untuk membantu, memotivasi dan menemani penulis dalam proses
perkuliahan serta penyelesaian Skripsi ini,
10. UK-KMK St. Martinus Unimed yang telah membentuk karakter penulis
menjadi lebih baik dan memberikan dukungannya, terkhusus untuk Graciana
Manalu, Devi Riana Sagala, Dewi SRG, S.Paulinus, Yuslela, Juanda Pr,
Johan Ambarita, Susilowati, Riris Yana, Meyori, Maria Nababan, Gustini,
abangda Willy FS, aa’Parno, aa’Selly, aa’Melisa serta seluruh BPH dan
Anggota,
11. Rekan-rekan seperjuangan Nondik 2009 terkhusus Afrina Lestari dan Minda
Sari yang banyak memberikan motivasi, masukan, dan dukungan semoga
selalu semangat dalam mencapai kesuksesan. Tak lupa juga terimakasih
kepada P. Ignatius Simbolon OFM Cap serta semua pihak yang berperan
dalam kehidupan dan perkuliahanku, serta mendoakan keberhasilanku.
Terimakasih atas dukungan, doa dan motivasinya. Penulis tidak dapat
membalas semua jasa, bantuan, kebaikan, dan pengorbanan yang diberikan
kepada penulis, kiranya Tuhan membalas semuanya itu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan akan ada penelitian lanjut yang akan menyempurnakan
penelitian ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan dan
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan,
September 2014
Penulis
Albina Septifo Br. Bukit
NIM 209210003
iii
ABSTRAK
Albina Septifo Br. Bukit. 209210003. Analisis Tindak Tutur Rakut
sitelu saat Erdidong-didong dalam Pesta Adat Perkawinan Masyarakat Karo
di Kabupaten Karo (Kajian Pragmatik). Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Medan. 2014.
Erdidong-didong merupakan sebuah tradisi masyarakat Karo yang
biasanya disajikan ketika melaksankan upacara adat. Penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran mengenai jenis tuturan berdasarkan konteksnya dan
bentuk tindak tutur dinilai dari segi komunikatifnya serta makna dari bentuk
tuturan yang disampaikan rakut sitelu saat menyajikan didong-didong dalam
upacara perkawinan adat masyarakat Karo dengan menggunakan kajian
pragmatik. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah metode deskriptif
kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data agar data yang
diperoleh lebih akurat adalah dengan menggunakan teknik simak dan teknik
interview. Sumber data dalam penelitian ini berupa Compact Disk (CD) yang
memuat rekaman tuturan rakut sitelu yang disajikan melalui erdidong-didong.
Teknik analisis data penelitian ini yaitu mentranskrip data, penyalinan,
mengidentifikasi kemudian menganalisis.
Pemakaian tindak tutur dalam sajian didong-didong yang disampaikan
oleh rakut sitelu memiliki variasi yang berbeda-beda. Hal in dipengaruhi oleh
konteks tuturan serta nilai komunitif dari kalimat yang diujarkan. Dalam
penyajian didong-didong tersebut ditemukan jenis dan bentuk yang berbeda serta
maknanya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat wujud pemakaian
jenis tindak tutur, meliputi tindak tutur lokusi 5 tuturan, tindak tutur ilokusi 9
tuturan dan tindak tutur perlokusi 2 tuturan. Menyimpulkan bentuk tindak tutur
asertif ada 1 tuturan, direktif ada 9 tuturan, ekspresif ada 4 tuturan, komisif ada 1
tuturan, dan deklaratif ada 1 tuturan yaitu berupa kalimat yang memiliki makna
salam, nasehat, memohon, terimakasih, memohon maaf, tawaran, janji, berpasrah,
memberkati dan belasungkawa.
Praktek erdidong-didong dalam upacara adat masyarakat Karo merupakan
warisan budaya yang menjadi salah satu tradisi yang layak dilestarikan. Penulis
berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap erdidong-didong ini
dengan kajian yang menarik, sampel besar, dan teknik analisis yang lebih
mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna.
Kata kunci: Tindak Tutur, Rakut Sitelu, Erdidong-didong.
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Landasan Teoretis ................................................................................... 10
1. Pragmatik ......................................................................................... 10
2. Tindak Tutur ..................................................................................... 13
3. Rakut sitelu ....................................................................................... 25
a. Kalimbubu ................................................................................... 29
b. Senina .......................................................................................... 30
c. Anak Beru .................................................................................... 32
4. Erdidong........................................................................................... 34
5. Perkawinan Adat Masyarakat Karo ................................................. 35
B. Operasionalisasi Konsep ......................................................................... 38
C. Kerangka Konseptual.............................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 41
B. Sumber Data dan Subjek Penelitian ....................................................... 41
iv
C. Metode Penelitian ................................................................................... 42
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ........................... 42
E. Teknik Analisis Data............................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 47
1. Tuturan Erdidong Kalimbubu ............................................................ 48
a. Jenis Tindak Tutur ....................................................................... 48
b. Bentuk Tindak Tutur ................................................................... 50
2. Tuturan Erdidong Senina.................................................................... 53
a. Jenis Tindak Tutur ....................................................................... 53
b. Bentuk Tindak Tutur ................................................................... 57
3. Tuturan Erdidong Anak Beru ............................................................. 60
a. Jenis Tindak Tutur ....................................................................... 60
b.Bentuk Tindak Tutur .................................................................... 62
B. Pembahasan ............................................................................................ 63
1. Tindak Tutur Lokusi ........................................................................... 63
2. Tindak Tutur Ilokusi .......................................................................... 64
3. Tindak Tutur Perlokusi ....................................................................... 66
4. Tindak Tutur Asertif ........................................................................... 67
5. Tindak Tutur Direktif ......................................................................... 67
6. Tindak Tutur Ekspresif ....................................................................... 69
7. Tindak Tutur Komisif ......................................................................... 69
8. Tindak Tutur Deklaratif ...................................................................... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrument Penelitian................................................................ ......44
Tabel 4.1 Tindak Tutur Lokusi Kalimbubu................................................. ..48
Tabel 4.2 Tindak Tutur Ilokusi Kalimbubu................................................. ..49
Tabel 4.3 Tindak Tutur Perlokusi Kalimbubu............................................. .50
Tabel 4.4 Tindak Tutur Ekspresif Kalimbubu. ........................................... 50
Tabel 4.5 Tindak Tutur Direktif Kalimbubu................................................ 51
Tabel 4.6 Tindak Tutur Komisif Kalimbubu............................................... ..52
Tabel 4.7 Tindak Tutur Lokusi Senina......................................................... ..53
Tabel 4.8 Tindak Tutur Ilokusi Senina......................................................... ..53
Tabel 4.9 Tindak Tutur Ekspresif Senina.................................................... ..55
Tabel 4.10 Tindak Tutur Deklaratif Senina................................................. ..57
Tabel 4.11 Tindak Tutur Direktif Senina..................................................... ..58
Tabel 4.12 Tindak Tutur Ilokusi Anak Beru................................................ ..59
Tabel 4.13 Tindak Tutur Perlokusi Anak Beru........................................... ..61
Tabel 4.14 Tindak Tutur Direktif Anak Beru.............................................. ..62
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tuturan Rakut sitelu saat Erdidong-didong ........................... 76
Lampiran 2 Glosarium ................................................................................. 79
Lampiran 3 Data Informan .......................................................................... 81
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan,
keduanya merupakan konsep yang saling berkaitan. Masyarakat merupakan
pendukung dari kebudayaan. Wujud dari kebudayaan itu sendiri berupa aturanaturan yang telah ada di tengah-tengah masyarakat kemudian tumbuh dan
berkembang pada pelaksanaan adat istiadat atau tradisi masyarakat. Budaya
tersebut kemudian menjadi tata cara hidup yang dimiliki oleh sebuah kelompok
masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Jadi
setiap tindakan manusia secara keseluruhan disebut kebudayaan.
Salah satu wujud dari pelaksanaan kebudayaan adalah adat istiadat,
sedangkan upacara adat merupakan wujud nyata dari adat istiadat tersebut yang
berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat di
suatu tempat atau daerah berbeda satu sama lain. Hal ini terjadi karena pengaruh
pola dan lingkungan di tempat masyarakat itu tinggal. Perbedaan kebudayaan
masyarakat tersebut salah satunya adalah dalam hal pelaksanaan upacara adat
berupa upacara tradisional seperti upacara syukuran, kelahiran, perkawinan,
kematian dan lain sebagainya. Prosesi pelaksanaan upacara adat inilah yang
menumbuhkan keberagaman yang indah diantara suku-suku yang ada di Indonesia
termasuk suku Karo yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Upacara adat perkawinan merupakan upacara adat yang penting bagi
sekelompok masyarakat karena merupakan jembatan yang memperkenalkan
1
2
keluarga pengantin dari kedua belah pihak. Salah satunya adalah upacara adat
perkawinan masyarakat suku Karo. Dalam perkawinan adat suku Karo dikenal
dengan adanya merga silima, tutur siwaluh, rakut sitelu. Ketiga hubungan
kekeluargaan ini memiliki peranan peranan penting dalam perkawinan adat suku
Karo. Cara memperoleh hubungan kekeluargaan ini adalah melalui ertutur.
Ertutur merupakan ciri khas masyarakat Karo dan sangat penting karena
akan terjalin hubungan yang lebih erat satu sama lain melalui sapaan kekeluargaan
yang diperoleh. Dasar ertutur ialah identitas adat yang diperoleh dari ayah dan
ibunya. Dasar tersebut adalah merga yang berlaku bagi laki-laki dan diperoleh
dari ayah, beru merupakan sebutan bagi perempuan dan merupakan merga dari
ayahnya dan bere-bere yang berlaku bagi laki-laki dan perempuan dan diperoleh
dari ibunya. Ertutur pada prinsipnya adalah mencari tutur berdasarkan merga dan
bere-bere masing-masing si ertutur. Setelah mengetahui merga dan bere-bere
masing-masing, maka akan diperoleh hubungan kekerabatan diantara si ertutur.
Dari hasil tutur yang telah mendapat hubungan kekerabatan ini akan diperoleh
panggilan kekerabatan yang berdasarkan pada jenjang tutur seperti er-senina, erkalimbubu dan er-anak beru.
Ketiga hasil tutur inilah yang kemudian disebut sebagai rakut sitelu.
Senina adalah mereka yang masih satu merga dan satu sub-merga dengan kita,
kalimbubu adalah saudara laki-laki dari pihak istri, dan anak beru adalah saudara
perempuan bagi pihak laki-laki ataupun saudara perempuan dari pihak suami.
Ketiga komponen dari rakut sitelu ini memiliki peranan yang sangat penting
dalam upacara perkawinan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut
3
tidak ada maka upacara adat yang dilaksanakan dapat dikatakan tidak memenuhi
perkawinan secara adat Karo sehingga upacara perkawinan tersebut tidak dapat
berlangsung dengan baik.
Pelaksanaan upacara perkawinan adat Karo sebagai salah satu etnik dari
beratus etnik yang dimiliki Nusantara tentu memiliki keunikan budaya tersendiri.
Keunikan budaya Karo ini lah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam
menjalankan tutur budayanya. Salah satu dari keunikan budaya tersebut dapat kita
temukan pada pesta adat perkawinan masyarakat Karo dimana dikenal sebuah
tradisi yang masih kental dalam budaya ketika pihak rakut sitelu menyampaikan
petuah-petuah serta harapan-harapannya kepada mereka yang melaksanakan
perkawinan yakni erdidong-didong. Uniknya erdidong-didong ini, petuah-petuah
serta harapan - harapan tersebut disampaikan seperti sebuah nyanyian atau
senandung. Bahasa tutur yang digunakan oleh rakut sitelu saat erdidong-didong
juga berbeda penggunaan serta pengertiannya dengan bahasa Karo yang dipakai
dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya.
Bahasa yang digunakan merupakan bahasa halus yang mengandung
unsur keindahan dan menggunakan bahasa kiasan yang memiliki makna yang
lebih mendalam dibanding dengan jika pihak rakut sitelu menyampaikan dengan
ucapan biasa saja. Erdidong-didong ini selalu digunakan dalam setiap upacara
adat istiadat masyarakat Karo. Baik dalam adat perkawinan, kematian, memasuki
rumah baru, ataupun kegiatan adat lainnya. Bahasa tutur yang dipakai oleh rakut
sitelu merupakan kajian pragmatik. Karena yang dikaji dalam tuturan tersebut
4
adalah makna satuan lingual dari tuturan yang disampaikan. Seperti halnya dalam
kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur.
Konteks merupakan kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia
sebagaimana ditentukan oleh masyarakatnya. Pentingnya konteks dalam
pragmatik disebabkan karena pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks.
Konteks tuturan sangat mempengaruhi fungsi tindak tutur oleh penutur maupun
lawan tutur. Aspek tuturan lainnya, selain konteks yang meliputi penutur dan
lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai kegiatan tindak tutur dan tuturan sebagai
produk tutur. Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah telaah
makna dalam hubungannya dengan situasi ujaran.
Seseorang dapat melantunkan kalimat tuturannya dalam bentuk erdidong
sangatlah menarik perhatian. Pada umumnya dalam berkomunikasi dengan
sesamanya, orang Karo mempergunakan bahasa Karo. Dalam berkomunikasi atau
pembicaraan sehari-hari, penggunaan bahasa Karo ini tidak memerlukan suatu
bentuk atau susunan dan aturan yang baku, yang penting apa yang dikehendaki
atau yang perlu disampaikan bisa dimengerti oleh lawan bicara/pendengar. Akan
tetapi, untuk keperluan tertentu, seperti ungkapan keluh kesah, memberikan
petuah-petuah, pembicaraan adat, bernyanyi, dan lain sebagainya dilakukan
pemilihan kosa kata yang dianggap paling sesuai dan memiliki nilai estetika yang
tinggi. Kosa kata yang dimaksud adalah apa yang disebut oleh orang Karo sebagai
cakap lumat (bahasa halus).
Sebagai contoh, di bawah ini dipaparkan salah satu tindak tutur yang
disampaikan saat erdidong tersebut yang berasal dari tuturan pihak Kalimbubu :
5
Sangap ertuah bayak kam njabuken bana, sangap encari, merih manuk
niasuh, ula lupa ertoto man Dibata (selamat menempuh hidup baru, murah rejeki,
serasi dalam pekerjaan, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan).
Kalimat di atas merupakan kalimat yang termasuk dalam salah satu jenis tindak
tutur dan juga merupakan bentuk dari tindak tutur jika kita lihat dari aspek nilai
komunikatifnya. Fenomena kebahasaan inilah yang akan diteliti oleh penulis
dengan menggunakan konsep jenis serta bentuk-bentuk tindak tutur tersebut.
Ada tiga jenis tindak tutur yang digunakan dalam praktik penggunaan
bahasa, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi adalah melakukan
tindakan untuk mengatakan sesuatu, tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu
tindakan dalam mengatakan sesuatu, dan perlokusi adalah melakukan sesuatu
tindakan dengan mengatakan sesuatu. Dinilai dari segi komunikatifnya, tuturan
yang disampaikan seseorang juga dapat ditelaah dengan menggunakan tindak
tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif.
Nilai estetik dan keunikan dari erdidong ini sangatlah tinggi, namun
dalam erdidong-didong ini, tidak semua masyarakat Karo menguasainya. Hal ini
disebabkan karena kalimat-kalimat yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekedar rangkaian kata saja, namun memiliki makna yang dalam bagi setiap
konteks dan orang yang dituju. Pesan-pesan yang dituturkan lebih berkesan jika
disampaikan
dengan
menggunakan
lantunan
didong
tersebut,
karena
menggunakan kalimat-kalimat yang berupa kiasan sehingga akan terasa lebih
halus, berseni dan mencerminkan sopan-santun berbahasa. sebagian orang juga
menganggap bahwa erdidong bukan lah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
6
dalam sebuah upacara perkawinan masyarakat Karo karena tidak mempengaruhi
sah atau tidaknya sebuah perkawinan. Tapi dianggap penting untuk melengkapi
keharusan melaksanakan adat. Apabila erdidong tersebut tidak dilaksanakan maka
sebuah upacara perkawinan dapat dikatakan kurang lengkap secara adat. Lebih
jauh lagi jika sebuah upacara perkawinan dilaksanakan tanpa mengikutsertakan
erdidong, maka pesta yang diadakan kurang sempurna di mata adat (hasil
wawancara dengan Ukur Ginting) . Maka penulis menyimpulkan bahwa erdidong
merupakan hal yang penting dilaksanakan dalam sebuah upacara perkawinan
dalam memenuhi kelengkapan sebuah adat. Selain berfungsi sebagai alat untuk
berkomunikasi, erdidong berperan penting untuk melengkapi adat upacara
perkawinan pada masyarakat Karo.
Sebagai generasi muda Karo yang akan meneruskan budaya adat Karo,
dari permasalahan yang diungkapkan penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
sebenarnya tuturan-tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu pada saat
erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo di Kabupaten
Karo. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan bentuk dari tuturan
yang disampaikan serta makna yang terkandung pada senandung yang dituturkan
oleh pihak masyarakat saat erdidong pada prosesi upacara perkawinan adat Karo.
Terkait dengan perspektif kebahasaan penelitian ini, fokus penelitian diarahkan
pada aspek tuturan yang diutarakan oleh pihak rakut sitelu kepada yang
melangsungkan pesta perkawinan.
7
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Apakah tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong
dapat
digunakan
sebagai
alat
komunikasi
yang
berguna
untuk
menyampaikan pesan dan nasehat antara keluarga dengan kedua pengantin
maupun kepada orang-orang yang hadir dalam pelaksanaan upacara
perkawinan?
2. Jenis tindak tutur apa yang terdapat dalam ujaran yang disampaikan oleh
pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan
masyarakat Karo?
3. Bentuk tindak tutur apa yang digunakan oleh pihak rakut sitelu saat
erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo?
4. Apa makna yang terkandung dalam tindak tutur yang disampaikan oleh
pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan
masyarakat Karo?
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka perlu dibuat
sebuah pembatasan masalah untuk mempermudah dan lebih memfokuskan sebuah
penelitian. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada analisis
penggunaan tindak tutur yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidongdidong sebagai alat komunikasi dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
8
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini terarah, maka perlu dirumuskan masalah yang akan
diteliti. Rumusan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang
diikuti di dalam proses penelitian. Rumusan masalah penelitian ini adalah Analisis
penggunaan jenis tindak tutur berdasarkan situasi tuturannya dan bentuk tindak
tutur dinilai dari segi komunikatifnya serta makna tuturan yang disampaikan oleh
pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dilihat dari bentuk tuturannya sebagai alat
komunikasi dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis tuturan yang diujarkan oleh rakut sitelu saat
erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
2. Menjelaskan bentuk dari tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu
saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.
3. Menjelaskan makna yang terkandung dari tuturan yang disampaikan oleh
rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat
Karo.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada
perkembangan ilmu pengetahuan. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih
9
lanjut baik sebagai bacaan bagi generasi penerus dan menjadi bahan acuan
dalam penelitian yang lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para
pembaca tentang makna yang terkandung dalam tindak tutur yang
disampaikan rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat
perkawinan masyarakat Karo.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
memberikan informasi khususnya kepada para orangtua, instansi
pendidikan, dan masyarakat dalam hal menganalisis tindak tutur yang
disampaikan rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat
perkawinan masyarakat Karo.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Wujud pemakaian tindak tutur yang disampaikan rakut sitelu saat erdidongdidong secara umum tidak memiliki struktur teks yang baku. Artinya teks yang
diungkapkan oleh penyaji dituturkan berdasarkan isi hati si penyaji itu sendiri. Apa
yang diungkapkan si penyaji pada awal erdidong bisa saja muncul kembali pada
bagian pertengahan atau akhir dari tuturan didong tersebut. Dapat dikatakan bahwa
isi tuturan erdidong-didong tidak memiliki aturan mengenai dimana letak bagian
pembuka, isi, atau penutup. Seluruh tuturan yang disampaikan merupakan isi,
dimana keseluruhan dari isi tuturan tersebut berisi pesan-pesan yang jelas, yang
harus disampaikan kepada mempelai, kepada kedua orang tua mempelai, serta
kepada sanak saudara yang hadir dalam pesta tersebut.
Berdasarkan
pengamatan
penulis,
sajian
teks
didong-didong
yang
disampaikan oleh rakut sitelu terdapat 3 jenis tuturan yakni lokusi, ilokusi, dan
perlokusi. Dalam hal ini, jenis tuturan yang paling dominan adalah tuturan ilokusi 9
tuturan yang berisikan kalimat-kalimat tuturan yang mengharapkan si mitra tutur
(dalam hal ini orang yang melangsungkan pesta) melakukan apa yang penutur
(pihak rakut sitelu) kehendaki. Lokusi 5 tuturan dan perlokusi 2 tuturan. Terdapat
pula bentuk tuturan berupa asertif 1 tuturan, direktif 9 tuturan, ekspresif 4 tuturan,
komisif 1 tuturan, dan deklaratif 1 tuturan.
Dilihat dari jenis serta bentuk tuturan, maka diketahui bahwa tuturan yang
disampaikan saat erdidong-didong memiliki banyak makna seperti ungkapan salam
pada tuturan didong-didong Sitepu mergana, mejuah-juah kam kalimbubu kami
71
72
(timang-timang
merga
Sitepu,
salam
sejahtera
bagi
kamu
kalimbubu
kami),ungkapan terimakasih pada tuturan ija arah totondu nangdangi beberendu,
malemlah pagi ateta natap perjabunna (dimana berkat doa mu kepada
keponakanmu,
maka
bahagialah
kelak
rumahtangganya
berkat
doamu),
permohonan maaf pada tuturan wari sekalenda enggo gia kami urak-urak sada
tapi toto ras pasu-pasu kami tetap sehken kami (walaupun kami tidak hadir
semuanya, namun doa kami tetap kami berikan), ungkapan berpasrah pada tuturan
bapa Karo mergana wari sekalenda pulung kami kerina ermeriah ukur ibas lanai
kepe tertimaindu kita pulung enda (ayah, hari ini kami berkumpul dengan bahagia
tanpa kehadiranmu disini), memberkati pada tuturan mejuah-juah kel perjabun
anakndu e (sejahtera lah pernikahan anakmu), memberikan nasehat pada tuturan
ula kena rubat-rubat nande Karo ( janganlah kalian bertengkar), ungkapan
tawaran pada tuturan enggo turikenndu kata pusuhndu, malemka ate kami ngalongalosa (sudah kamu sampaikan keinginan hatimu, dan kami pun senang
menerimanya), ungkapan janji pada tuturan kena pagi kerina jadi sambar gancih
ku (berjanjilah kalian yang kelak menjadi penggantiku), dan ungkapan
belasungkawa pada tuturan aminna gia bapanta ndai mbaru laws turang, mejuahjuah kel kita tadingkenna (meskipun ayah kita baru saja meninggal, tapi janganlah
kita terlalu larut dalam kesedihan).
Tuturan dalam erdidong-didong ini tidak memiliki struktur yang baku. Pesanpesan yang disampaikan oleh si penyaji diungkapkan berdasarkan perasaan si
penyaji dan diungkapkan secara acak. Namun setiap tuturan yang disampaikan
memiliki makna yang hampir sama. Penulis menyimpulkan bahwa penggunaan
tindak tutur dalam erdidong-didong tidak berdasarkan tingkatan adatnya. Hal ini
terlihat dari isi erdidong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu. Dilihat dari
73
makna yang tersirat pada tuturan tersebut, pesan-pesan yang terkandung dari
tuturan memiliki nilai sosial budaya yakni sebagai perantara atau media pendidikan
sosial dan budaya terhadap masyarakat Karo. Berdasarkan penjelasan diatas maka
diketahui bahwa penggunaan erdidong-didong yang disajikan di dalam pesta
perkawinan masyarakat Karo ini, jelas dapat mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat Karo itu sendiri. Jika erdidong-didong ini dilakukan oleh setiap
generasi, sudah dapat dipastikan bahwa kelestariannya akan tetap terjaga sebagai
sebuah warisan kebudayaan pada masyarakat Karo.
B. Saran
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu serta dana dalam
penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis sangat berharap kepada peneliti lain
agar dapat mengkaji penelitian mengenai erdidong-didong ini lebih lanjut.
Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut agar masyarakat khususnya
masyarakat Karo menganggap bahwa praktek erdidong-didong ini memang penting
diadakan ketika upacara adat baik pesta perkawinan, kematian, maupun acara adat
lainnya. Dengan masih dilakukannya praktek tersebut menandakan bahwa
masyarakat Karo masih memelihara salah satu kebudayaan mereka. Jika hal itu
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus memeliharanya, maka akan
memungkinkan bagi masyarakat Karo menjadikan erdidong-didong sebagai sajian
yang wajib dilakukan saat upacara adat. Dengan begitu penyajian dari erdidongdidong ini dapat dikatakan berfungsi sebagai sarana dalam menjaga kelestarian
salah satu warisan budaya suku Karo ini.
74
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Unika Atmajaya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ginting, M. Ukur.2008. Adat Karo Sirulo. Medan.
Leech, Geofrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lubis, A, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode dan
tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nadar. F. X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Erlangga.
Sembiring, Terang Malem. 2007. Indahnya Perkawinan Adat Karo. Jakarta.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Surakhmad, W. 2000. Metode Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Dianloka.
75
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
B. Sumber Lainnya
Hasibuan, Namsyah. 2005. Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan
Berbahasa (Data Bahasa Mandailing), LOGAT - JURNAL ILMIAH
BAHASA DAN SASTRA. 1:89-90.
Perangin-angin, Normawati. 2011. Analisis Tindak Tutur Rakut Sitelu
(Kalimbubu, Senina Dan Anak Beru) Dalam Kerja Adat Perjabun
Pernikahan Karo Di Kabupaten Karo. Medan: Universitas Negeri Medan.
Raharjo, Suko. 2012. Implikatur dalam Tindak Tutur Deklarasi: Sebuah Kajian
Pragmatik terhadap Fenomena Pasuwitan pada Masyarakat Samin di Pati,
Jawa Tengah, Ragam - Jurnal Pengembangan Humaniora. 12:205-208.