legal Memorandum Mengenai Legalitas LSM Sebagai Pelapor terhadap Florence Sihombing yang Diduga Melakukan Penghinaan Terhadap Warga Yogyakarta Melalui Jejaring Sosial Dikaitkan Dengan UU ITE.
ABSTRAK
Komentar Florence Sihombing di media jejaring sosial Twitter dan
Path yang menghina warga Yogyakarta membuat sebagian masyarakat
Yogyakarta tersinggung. Selain itu, tulisan pada media jejaring sosial
elektronik tersebut kemudian ditanggapi oleh beberapa Komunitas Yogya
sebagai hal yang tidak pantas. Sebuah LSM yang menamakan dirinya
Jatisura melaporkan Florence Sihombing ke polisi atas tulisannya di
jejaring sosial tersebut. LSM Jatisura merasa perlu kasus Florence
Sihombing ini masuk ke ranah hukum agar menjadi pembelajaran bagi
masyarakat lainnya. Bertolak dari fenomena tersebut, maka permasalahan
hukum yang akan diangkat dalam legal memorandum ini adalah: (1)
Apakah LSM (Jatisura) memiliki kapasitas sebagai pelapor atas dugaan
tindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Florence
Sihombing terkait penghinaan terhadap warga Yogyakarta di jejaring
sosial elektronik? (2) Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh
Florence Sihombing atas dugaan melakukan penghinaan terhadap warga
Yogyakarta di jejaring sosial elektronik?
Metode penelitian yang digunakan penelitian yuridis normatif yang
mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat di
dalam peraturan perundang-undangan di bidang hukum pidana. Jenis
datanya menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknis analisis
dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis normatif kualitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa: (1) LSM
Jatisura memiliki kapasitas sebagai pelapor dengan alasan bahwa syaratsyarat yang ditentukan Pasal 1 angka 24 Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), bahwa syarat untuk menjadi Pelapor telah
terpenuhi. LSM Jatisura merupakan subjek hukum yang memiliki hak
untuk melaporkan suatu tindak pidana. Selain itu, jika dilihat dari aspek
fungsi dan kewenangan LSM maka dapat pula dikatakan bahwa LSM
Jatisura memiliki kewenangan sebagai pelapor suatu tindak pidana
berdasarkan atas fungsinya sebagai pemelihara dan pelestari norma, nilai
dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2)
Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh Florence Sihombing atas
dugaan melakukan penghinaan terhadap warga Yogyakarta di jejaring
sosial elektronik adalah melakukan langkah-langkah perdamaian dengan
pihak-pihak terkait, menggunakan hak untuk didampingi penasehat hukum
yang bertujuan untuk melindungi hak-haknya sebagai tersangka,
mengajukan bukti-bukti dalam persidangan, dan terakhir bersikap
kooperatif dengan pihak Kepolisian dalam proses penyidikan.
Kata Kunci: Pidana, Pencemaran Nama Baik, LSM.
ABSTRACT
Florence Sihombing comments in social media Twitter and Path are
insulting the people of Yogyakarta, some communities Yogyakarta
offended. Moreover, the inscription on the electronic social networking
media are then addressed by several Community Yogya as inappropriate.
An NGO calling itself Jatisura Florence Sihombing report to the police over
his writings on social networking. NGOs find it necessary Jatisura Florence
Sihombing case was entered into the realm of law in order to be a lesson
for other communities. Starting from the phenomenon, the legal issues that
will be raised in the legal memorandum are: (1) Does the NGO (Jatisura)
have a capacity as rapporteur on alleged criminal offense defamation
committed by Florence SIH-related insult to the people of Yogyakarta on
social networking electronics ? (2) What legal action can be done by
Florence Sihombing for allegedly insulting the people of Yogyakarta in
electronic social networks?
In this study, the authors use the normative juridical approach
referred to the legal norms and principles stated in the regulation of
legislation on the criminal law. Types of data using secondary data. Data
collection techniques used are literature studies. Technical analysis in this
study uses qualitative techniques normative analysis.
The results obtained from this study are that: (1) Jatisura NGOs have
the capacity as rapporteur on the grounds that the conditions provided for
in Article 1 number 24 Code of Criminal Law (Criminal Code), that the
requirements to become a Reporting been met. NGO Jatisura is subject to
the law have the right to report a criminal offense. In addition, when
viewed from the aspect of functions and authority of the NGOs, it can be
said that the NGO Jatisura have the authority as the reporting of an
offense based on its function as stewards and conservationists norms,
values and ethics in the life of society, nation and state. (2) Legal action
that can be performed by Florence Sihombing for allegedly insulting the
people of Yogyakarta in electronic social networks are doing the steps for
peace with the parties concerned, using the right to legal counsel were
intended to protect his rights as a suspect, filed evidences in the trial, and
the last to be cooperative with the police in the investigation process.
Key Word: Criminal, Defamation, NGOs.
Komentar Florence Sihombing di media jejaring sosial Twitter dan
Path yang menghina warga Yogyakarta membuat sebagian masyarakat
Yogyakarta tersinggung. Selain itu, tulisan pada media jejaring sosial
elektronik tersebut kemudian ditanggapi oleh beberapa Komunitas Yogya
sebagai hal yang tidak pantas. Sebuah LSM yang menamakan dirinya
Jatisura melaporkan Florence Sihombing ke polisi atas tulisannya di
jejaring sosial tersebut. LSM Jatisura merasa perlu kasus Florence
Sihombing ini masuk ke ranah hukum agar menjadi pembelajaran bagi
masyarakat lainnya. Bertolak dari fenomena tersebut, maka permasalahan
hukum yang akan diangkat dalam legal memorandum ini adalah: (1)
Apakah LSM (Jatisura) memiliki kapasitas sebagai pelapor atas dugaan
tindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Florence
Sihombing terkait penghinaan terhadap warga Yogyakarta di jejaring
sosial elektronik? (2) Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh
Florence Sihombing atas dugaan melakukan penghinaan terhadap warga
Yogyakarta di jejaring sosial elektronik?
Metode penelitian yang digunakan penelitian yuridis normatif yang
mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat di
dalam peraturan perundang-undangan di bidang hukum pidana. Jenis
datanya menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknis analisis
dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis normatif kualitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa: (1) LSM
Jatisura memiliki kapasitas sebagai pelapor dengan alasan bahwa syaratsyarat yang ditentukan Pasal 1 angka 24 Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), bahwa syarat untuk menjadi Pelapor telah
terpenuhi. LSM Jatisura merupakan subjek hukum yang memiliki hak
untuk melaporkan suatu tindak pidana. Selain itu, jika dilihat dari aspek
fungsi dan kewenangan LSM maka dapat pula dikatakan bahwa LSM
Jatisura memiliki kewenangan sebagai pelapor suatu tindak pidana
berdasarkan atas fungsinya sebagai pemelihara dan pelestari norma, nilai
dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2)
Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh Florence Sihombing atas
dugaan melakukan penghinaan terhadap warga Yogyakarta di jejaring
sosial elektronik adalah melakukan langkah-langkah perdamaian dengan
pihak-pihak terkait, menggunakan hak untuk didampingi penasehat hukum
yang bertujuan untuk melindungi hak-haknya sebagai tersangka,
mengajukan bukti-bukti dalam persidangan, dan terakhir bersikap
kooperatif dengan pihak Kepolisian dalam proses penyidikan.
Kata Kunci: Pidana, Pencemaran Nama Baik, LSM.
ABSTRACT
Florence Sihombing comments in social media Twitter and Path are
insulting the people of Yogyakarta, some communities Yogyakarta
offended. Moreover, the inscription on the electronic social networking
media are then addressed by several Community Yogya as inappropriate.
An NGO calling itself Jatisura Florence Sihombing report to the police over
his writings on social networking. NGOs find it necessary Jatisura Florence
Sihombing case was entered into the realm of law in order to be a lesson
for other communities. Starting from the phenomenon, the legal issues that
will be raised in the legal memorandum are: (1) Does the NGO (Jatisura)
have a capacity as rapporteur on alleged criminal offense defamation
committed by Florence SIH-related insult to the people of Yogyakarta on
social networking electronics ? (2) What legal action can be done by
Florence Sihombing for allegedly insulting the people of Yogyakarta in
electronic social networks?
In this study, the authors use the normative juridical approach
referred to the legal norms and principles stated in the regulation of
legislation on the criminal law. Types of data using secondary data. Data
collection techniques used are literature studies. Technical analysis in this
study uses qualitative techniques normative analysis.
The results obtained from this study are that: (1) Jatisura NGOs have
the capacity as rapporteur on the grounds that the conditions provided for
in Article 1 number 24 Code of Criminal Law (Criminal Code), that the
requirements to become a Reporting been met. NGO Jatisura is subject to
the law have the right to report a criminal offense. In addition, when
viewed from the aspect of functions and authority of the NGOs, it can be
said that the NGO Jatisura have the authority as the reporting of an
offense based on its function as stewards and conservationists norms,
values and ethics in the life of society, nation and state. (2) Legal action
that can be performed by Florence Sihombing for allegedly insulting the
people of Yogyakarta in electronic social networks are doing the steps for
peace with the parties concerned, using the right to legal counsel were
intended to protect his rights as a suspect, filed evidences in the trial, and
the last to be cooperative with the police in the investigation process.
Key Word: Criminal, Defamation, NGOs.