Pencemaran Nama Baik Melalui Situs Jejaring Sosial Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

(1)

LAMPIRAN I

VARIABEL X (PNPM-P2KP)

NO

NO ANGKET

JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

2 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

3 3 3 3 1 2 3 2 3 1 3 24

4 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

5 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25

6 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 25

7 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 24

8 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25

9 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 23

10 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

11 3 3 3 2 2 2 2 3 1 3 24

12 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

13 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 24

14 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25

15 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

16 3 3 2 3 3 2 2 3 1 3 25

17 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

18 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

19 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

20 3 3 3 1 1 2 2 2 2 3 22

21 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

22 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

23 3 2 2 2 3 3 2 3 1 3 24

24 2 3 2 2 3 3 2 3 1 3 24

25 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 27

26 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 26

27 3 3 3 1 1 3 2 3 1 3 23

28 3 3 3 1 1 3 2 3 1 3 23

29 3 3 3 2 3 3 1 3 1 3 25

30 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25

31 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25

32 3 3 3 1 1 3 2 3 1 3 23

33 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 28

34 3 3 2 1 3 3 2 2 1 3 23

35 3 3 2 2 3 3 2 3 1 3 25

36 2 2 3 2 3 2 2 3 1 3 23

37 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25

38 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 21

39 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20


(2)

41 3 2 3 2 3 1 2 3 1 3 23

42 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 23

43 3 3 3 1 1 3 2 3 1 3 23

44 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 24

45 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 26

46 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 23

47 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 23

48 3 3 3 1 3 3 2 3 1 3 25

49 3 3 3 1 1 3 1 2 2 3 22

50 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 25


(3)

LAMPIRAN II

VARIABEL Y (SOSIAL EKONOMI) NOMOR

NOMOR ANGKET

JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2 1 1 3 2 1 2 1 2 4 1 3 3 1 3 30

2 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 3 33

3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 38

4 2 1 1 3 1 1 2 1 2 4 1 3 3 1 3 29

5 2 1 1 3 1 1 2 3 3 4 1 3 3 1 2 31

6 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 1 3 3 1 3 27

7 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 1 3 32

8 2 2 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 31

9 2 1 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 3 1 3 26

10 2 2 2 3 1 2 2 1 2 4 1 3 3 3 3 34

11 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 3 33

12 2 1 1 2 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 2 29

13 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 3 2 3 2 2 29

14 2 2 1 3 1 1 2 3 3 3 1 3 3 1 3 32

15 2 2 2 3 2 1 2 1 2 4 1 3 3 1 3 32

16 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 39

17 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 36

18 2 2 2 3 1 1 2 1 3 4 3 3 3 1 3 34

19 2 1 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 30

20 1 2 1 3 1 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 35

21 2 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 1 3 38

22 2 1 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 30

23 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3 35

24 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 3 26

25 2 2 1 3 2 1 2 3 3 4 3 3 3 1 3 36

26 2 1 1 3 1 1 2 3 2 3 1 3 3 1 3 30

27 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 38

28 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 34

29 2 2 2 3 2 1 2 3 3 4 3 3 3 1 3 37

30 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 1 3 3 1 3 34

31 2 2 2 3 1 1 2 3 3 1 1 3 3 3 3 33

32 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 3 3 35

33 2 2 2 3 1 1 2 3 1 4 3 3 3 3 2 35

34 2 2 2 3 2 1 2 3 1 1 2 3 3 1 2 30

35 3 1 2 3 1 1 1 3 3 3 1 3 3 1 2 31

36 2 1 2 3 1 1 2 3 3 3 1 3 3 1 2 31

37 3 1 1 2 1 1 2 3 3 4 3 3 3 1 2 33

38 2 1 2 3 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 3 33

39 2 2 2 3 1 1 2 1 2 3 1 2 3 2 3 30

40 2 2 2 3 1 1 2 3 1 3 1 3 3 3 3 33


(4)

42 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 3 3 3 1 3 32

43 2 2 2 3 1 1 2 3 2 4 1 3 3 1 3 33

44 2 1 1 3 1 1 2 3 3 1 2 20

45 2 2 2 3 1 1 2 2 3 1 3 22

46 2 2 2 3 2 2 2 3 1 4 1 3 3 2 3 35

47 3 2 2 3 1 2 2 3 3 4 1 3 3 3 3 38

48 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 25

49 1 1 1 3 1 1 2 2 2 4 1 3 3 1 3 29

50 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 26


(5)

LAMPIRAN III

DATA UNTUK PERHITUNGAN PERSAMAAN REGRESI HIPOTESIS PENELITIAN

NO X Y X.Y

1 26 30 676 900 780

2 26 33 676 1089 858

3 24 38 576 1444 912

4 26 29 676 841 754

5 25 31 625 961 775

6 25 27 625 729 675

7 24 32 576 1024 768

8 25 31 625 961 775

9 23 26 529 676 598

10 26 34 676 1156 884

11 24 33 576 1089 792

12 26 29 676 841 754

13 24 29 576 841 696

14 25 32 625 1024 800

15 26 32 676 1024 832

16 25 39 625 1521 975

17 26 36 676 1296 936

18 26 34 676 1156 884

19 26 30 676 900 780

20 22 35 484 1225 770

21 26 38 676 1444 988

22 26 30 676 900 780

23 24 35 576 1225 840

24 24 26 576 676 624

25 27 36 729 1296 972

26 26 30 676 900 780

27 23 38 529 1444 874

28 23 34 529 1156 782

29 25 37 625 1369 925

30 25 34 625 1156 850

31 25 33 625 1089 825

32 23 35 529 1225 805

33 28 35 784 1225 980

34 23 30 529 900 690

35 25 31 625 961 775

36 23 31 529 961 713

37 25 33 625 1089 825

38 21 33 441 1089 693

39 20 30 400 900 600

40 26 33 676 1089 858


(6)

42 23 32 529 1024 736

43 23 33 529 1089 759

44 24 20 576 400 480

45 26 22 676 484 572

46 23 35 529 1225 805

47 23 38 529 1444 874

48 25 25 625 625 625

49 22 29 484 841 638

50 25 26 625 676 650


(7)

LAMPIRAN IV CRITICAL VALUES FOR t

df

Confidence level for one-tailed test

.0,5 .0,25 .0,1 .005

Confidence level for two-tailed test

.10 .0,5 .02 .01

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 35 40 45 50 60 90 120 ∞ 6.134 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.708 1.706 1.703 1.701 1.699 1.697 1.687 1.684 1.679 1.676 1.671 1.662 1.658 1.645 12.706 4.303 3.182 2.776 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 2.056 2.052 2.048 2.045 2.042 2.030 2.021 2.014 2.009 2.000 1.987 1.980 1.960 31.821 6.965 4.541 3.747 3.365 3.143 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.457 2.438 2.423 2.412 2.403 2.390 2.369 2.358 2.326 63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.750 2.724 2.704 2.690 2.678 2.660 2.632 2.617 2.576


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi. 1994. Psikologi Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hasan, Iqbal. 2002.Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jones, Charles. 1996. Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta:PT Raja Grapindo Persada.

Nawawi, Hadar. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S.

Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Suriadi, Agus. 2005. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Community Organization and Community Development). Medan: diktat departemen kesejahteraan sosial USU.


(9)

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternative Pendekatan. Jakarta:Prenada Media.

Tim pengendali (TP) PNPM Mandiri. Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, 2007.

Sumber-sumber lainnya :

(http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=199) diakses tanggal 2 september 2010 pukul 10.00 Wib

(http://konsep%20pnpm.htm) diakses tanggal 2 september 2010 pukul 10.00 Wib

10.00 Wib

(http Wib

september 2010 pukul 10.00 Wib


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 TIPE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanasi. Penelitian Eksplanasi (kuantitatif) digunakan untuk menguji hubungan antara variabel yang akan di hipotesakan. Pada jenis penelitian ini jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis ini sendiri menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lain, atau apakah suatu variabel dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya (Faisal, 2007:21). Adapun penelitian ini akan menguji bagaimana pengaruh antara variabel yaitu pengaruh program PNPM-P2KP dengan sosial ekonomi masyarakat kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Pemilihan lokasi ini karena Kelurahan Sidikalang merupakan salah satu Kelurahan yang mendapat program PNPM-P2KP dan masih ada sampai saat ini.


(11)

3.3 POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1 POPULASI

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Bagong,2005:139). Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penerima program PNPM-P2KP yang ada di Kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi yang berjumlah 50 KSM yang dimana 1 KSM berjumlah 5 orang dan jumlah keseluruhannya adalah 250 orang.

3.3.2 SAMPEL

Sampel adalah salah satu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih dari populasi (Silalahi,2009:254). Gay berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yaitu jika yang digunakan adalah Metode Deskriptif, minimal 10% populasi, untuk pupulasi relatif kecil minimal 20%.(Hasan,2002:60). Jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sejumlah 10-15% atau 20-25% dari populasi. Berdasarkan ketentuan diatas maka sampel yang diambil dari populasi Kelurahan Sidikalang adalah 20%, sehingga 20% x 250=50 orang.

Adapun Teknik Penarikan Sampel yang diterapkan adalah Simple Random Sampling.


(12)

3.4 TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1) Studi Kepustakaan (library research)

Teknik pengumpulan data atau atau informan yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, surat kabar, majalah, yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti.

2) Studi Lapangan (field research)

Yaitu pengunpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

a) Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b) Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan angket ke sampel.

c) Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3) Data Sekunder


(13)

3.5 TEKNIK PENULISAN SKOR

Teknik penulisan skor (nilai) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal untuk menilai jawaban dari kuesioner yang disebarluaskan kepada responden. Adapun penentuan skor dari setiap pertanyaan dengan alternatif jawaban yang berbeda-beda yaitu :

Untuk alternatif jawaban a diberi skor 3 Untuk alternatif jawaban b diberi skor 2 Untuk alternatif jawaban c diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori jawaban dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang, dan rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut :

Skor tertinggi - Skor terendah

Banyaknya bilangan

maka diperoleh :

66 , 0 3

1 3

= −

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu :

Kategori Nilai

Tinggi 2,34 – 3,00

Sedang 1,67 – 2,33


(14)

3.6TEKNIK ANALISIS DATA

3.6.1 Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa deskriptif dan metode kuantitatif memakai rumus Korelasi Product Moment ( Silalahi, 2009: 408).

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− −

− =

Y Y

n X X

n

Y X XY

n rxy

Keterangan :

n = jumlah individu dalam sampel x = angka mentah untuk variabel x y = angka mentah untuk variabel y

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan tiga kemungkinan yaitu :

1. koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol ( r = 0 ) berarti hubungan kedua variabel yang diuji tidak ada.

2. koefisien korelasi yang diperoleh positif ( r = + ) artinya kemungkinan nilai variabel yang lain dan kedua variabel memiliki hubungan yang positif.

3. koefisien korelasi yang diperoleh negatif ( r = - ) artinya kedua variabel negatif dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu diikuti menurunnya variabel yang lain.


(15)

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang, atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r ( koefisien korelasi ) digunakan skala Guillford ( Rakhmat, 2005:29).

˂ 0,20 : Hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20 – 0,40 : Hubungan rendah tapi pasti

0,41 – 0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71 – 0,90 : Hubungan yang tinggi, kuat

˃ 0,91 : Hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya.

3.6.2 Untuk menguji hipotesis, pengaruh antara program PNPM-P2KP ( X ) dan Sosial Ekonomi ( Y ) maka diadakan pengujian dengan rumus “t‘ (Sugiyono, 2005:214) :

2

1 2 r n r t

− − =

3.6.2 Untuk mengetahui kontribusi PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi digunakan perhitungan determinasi dengan rumus :

( )

r

2

x

100

%

D

=

xy Keterangan :

D = Koefisien Determinan


(16)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Geografis

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Sidikalang

Kelurahan Sidikalang adalah salah satu kelurahan yang terdapat dalam Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Terbagi dalam 15 lingkungan yang masing-masing lingkungan dikepalai oleh seorang kepala lingkungan. Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Kalang Simbara Sebelah Selatan : Kelurahan Huta Gambir Sebelah Timur : Kelurahan Batang Beruh Sebelah Barat : Desa Huta Rakyat

Sementara yang menjadi daerah penelitian adalah Kelurahan Sidikalang dan 14 lingkungan karena 1 lingkungan dalam Kelurahan Sidikalang tidak menerima Program PNPM-P2KP.

4.1.2. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah

Luas wilayah Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi adalah ±830 ha. Luas wilayah ini digunakan penduduk dalam berbagai fungsi. Untuk lebih jelasnya luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(17)

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah No Penggunaan Tanah Luas/Ha Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. Rumah/pemukiman Lapangan olah raga Perkantoran Pemerintah Tempat pemakaman Pertokoan Pasar 600 4 58 10 100 8 84,75% 0,56% 8,19% 1,41% 14,12% 1,13%

Jumlah 780 Ha 100%

Sumber : Kantor Lurah, 2010

4.2. Keadaan Demografis

4.2.1. Jumlah Kepala Keluarga dan Distribusi Prnduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kelurahan Sidikalang adalah 10661 jiwa diantaranya 5327 jiwa laki-laki dan 5334 jiwa perempuan dengan total 2339 kepala keluarga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1. 2. Laki-laki Perempuan 5327 5334 49,97% 50,03%

Jumlah 10661 100%


(18)

4.2.2. Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Dalam menunjang ekonomi rumah tangga, masyarakat Kelurahan Sidikalang mempunyai berbagai jenis mata pencaharian yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3

Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian No Mata pencaharian Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. PNS TNI POLRI Dokter Swasta

Jasa pengobatan alternatif Guru swasta

Pensiunan TNI/POLRI Pensiunan PNS

Notaris

Pembantu rumah tangga Supir

Jasa penyewaan peralatan pesta Pemilik usaha jasa transportasi Buruh usaha jasa transportasi Kontraktor

Pemilik hotel dan penginapan Buruh hotel dan penginapan Pemilik warung,rmh makn dan restoran. 400 315 320 1 3 50 40 30 3 30 91 3 91 250 15 5 25 54 23,17% 18,25% 18,54% 0,06% 0,17% 2,90% 2,32% 1,74% 0,17% 1,74% 5,27% 0,17% 5,27% 14,48% 0,87% 0,29% 1,45% 3,13%

Jumlah 1726 100%


(19)

4.3. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya

4.3.1. Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Agama

Ditinjau dari sudut keagamaan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat di Kelurahan Sidikalang mayoritas beragama Kristen protestan. Pemeluk agama lainnya yang ada di daerah ini adalah penduduk yang beragama Islam, Katholik, Budha dan Hindu. Adapun distribusi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Agama No Jenis Agama Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. 5.

Islam

Kristen Protestan Kristen Katholik Hindu

Budha

2600 6200 1750 15 95

24,39% 58,16% 16,42% 0,14% 0,89%

Jumlah 10660 100%

Sumber : Kantor Lurah, 2010

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa penduduk yang beragama islam ada 2600 jiwa (24,39%), Kristen Protestan ada 6200 jiwa (58,16%), Kristen Katholik ada 1750 (16,42%), Hindu ada 15 jiwa (0,14%) kemudian agama Budha ada 95 jiwa (0,89%).


(20)

4.3.2 Distribusi Sarana Ibadah

Namun sarana/rumah ibadah yang dianut oleh para penduduk kurang lengkap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Sarana ibadah/rumah ibadah di Kelurahan Sidikalang No Rumah Ibadah Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. 5.

Mesjid Mushola Gereja Pura Wihara

4 2 16

- -

18,18% 9,09% 72,73% 0,00% 0,00%

Jumlah 22 100%

Sumber : Kantor Lurah, 2010

4.3.3 Distribusi Prasarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci penentu kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan itu tergantung sendiri sangat tergantung kepada ketersediaan prasarana pendukung yang ada di suatu wilayah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam hidup manusia untuk menambah pengetahuan dan kecerdasan manusia itu sendiri. Pendidikan juga berpengaruh dalam merubah perilaku seseorang dalam usahanya meningkatkan keadaan sosial ekonominya. Sampai dengan tahun 2010, ketersediaan prasarana sekolah sebagai salah satu faktor pendukung kemajuan pendidikan di Kelurahan Sidikalang dari SD, SMP, SMA masing-masing secara berurutan 10, 6, 4 gedung sekolah. Adapun distribusi prasarana pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :


(21)

Tabel 4.6

Distribusi jumlah Prasarana pendidikan

No Prasarana Pendidikan Frekuensi Persentase 1.

2. 3. 4. 5.

Gedung Kampus PTS Gedung SMA Gedung SMP Gedung SD Gedung TK 1 4 6 10 6 3,70% 14,81% 22,22% 37,04% 22,22%

Jumlah 27 100%

Sumber : Kantor Lurah, 2010

4.3.4. Distribusi Prasarana Kesehatan

Adapun Prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Sidikalang adalah berjumlah 30 dan rumah sakit tidak termasuk karena berada di kelurahan lain yang bersebelahan dengan kelurahan ini. Adapun distribusi Prasarana Kesehatan yang terdapat di Kelurahan Sidikalang dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7

Distribusi Prasarana Kesehatan

No Prasarana Kesehatan Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. Puskesmas pembantu Apotik Posyandu Toko obat

Balai pengobatan masyarakat swasta

Rumah/Kantor praktek Dokter

1 4 16 4 1 4 3,33% 13,33% 53,33% 13,33% 3,33% 13,33%

Jumlah 30 100%


(22)

4.3.4 Distribusi Sarana Kesehatan

Berdasarkan data yang di dapat dari kantor Kelurahan Sidikalang menunjukkan bahwa terdapat 69 orang yang bekerja di bidang kesehatan dan jumlah tersebut sudah cukup memadai untuk menunjang kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Sidikalang. Adapun distribusi Sarana Kesehatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8

Distribusi Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Frekuensi Persentase 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Dokter umum Dokter gigi

Dokter spesialis lainnya Paramedis

Bidan Perawat

Dukun pengobatan alternatif Jumlah dokter praktek

5 4 3 20 10 20 6 1

7,25% 5,80% 4,35% 28,99% 14,49% 28,99% 8,70% 1,45%

Jumlah 69 100%


(23)

BAB V ANALISA DATA

5.1. Analisis Deskriptif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan. Jumlah pertanyaan seluruhnya adalah 26 butir yaitu 10 butir untuk variabel bebas dan 16 butir untuk variabel terikat. Sebagaimana tujuan penelitian ini, daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden berisikan pertanyaan Program PNPM-P2KP (X) dan Sosial Ekonomi (Y).

Berikut ini diperlihatkan data karakteristik responden, diantaranya menyangkut Umur, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan, Suku/Etnis, Profesi/Pekerjaan, dan Jumlah Anak.

5.1.1. Identitas dan Karakteristik Responden 1. Usia Responden

Tabel 5.1

Karakteristik Responden berdasarkan Usia No Usia Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4.

20 – 30 Tahun 31 – 40 Tahun 41 – 50 Tahun 51 – 60 Tahun

6 25 14 5

12% 50% 28% 10%

Jumlah 50 100 %


(24)

Tabel 5.1 halaman sebelumnya menunjukkan sebagian responden yang terpilih tergolong usia produktif, yaitu sebanyak 6 orang antara umur 20 – 30 tahun (12%), 25 orang berumur 31 – 40 tahun (50%), 14 orang berumur 41 – 50 tahun (28%), dan sisanya 5 orang berumur antara 51 – 60 tahun. Persentase umur 31 – 40 tahun lebih besar mengingat pekerjaan dari sebahagian responden adalah pedagang sehingga masih mampu berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

2. Jenis Kelamin

Tabel 5.2

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. 2.

Laki – laki Perempuan

18 32

36% 64%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebahagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu perempuan sebanyak 32 orang (64%) dan laki-laki sebanyak 18 orang (36%). Jika dilihat dari komposisinya maka lebih banyak jenis kelamin perempuan yang menggunakan program PNPM-P2KP khususnya untuk berdagang dan para laki – laki sebagian lebih memilih berladang. Ada juga ditemukan bahwa yang menggunakan program PNPM-P2KP adalah perempuan namun atas nama laki-laki yang menjadi suaminya.


(25)

3. Agama

Tabel 5.3

Karakteristik Responden berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase

1. 2. 3. Islam K.Protestan K.Katolik 24 22 4 48% 44% 8%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kuesioner tentang agama yang dipeluk responden diketahui agama Islam berjumlah 24 orang (48%) disusul agama Kristen Protestan berjumlah 22 orang (44%), dan agama Kristen Katolik berjumlah 4 orang (8%).

4. Pendidikan

Tabel 5.4

Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 7 41 1 2% 14% 82% 2%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa jumlah penerima program ada yang hanya tamat SD yaitu 1 orang (2%), tamat SMP 7 Orang (14%), tamat SMA 41 orang (82%), dan perguruan tinggi 1 orang (2%). Adapun jumlah yang tamat SMA lebih besar karena lebih memilih tinggal di Sidikalang dari pada merantau.


(26)

5. Suku/Etnis

Tabel 5.5

Karakteristik Responden berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. 5. Pakpak Batak Karo Simalungun Lainnya 17 21 2 1 9 34% 42% 4% 2% 18%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Berdasarkan Tabel 5.5, sebagian responden dalam program PNPM-P2KP di Kelurahan Sidikalang adalah suku Batak yaitu berjumlah 21 orang (42%), Pakpak 17 orang (34%), Karo berjumlah 2 orang (4%), Simalungun berjumlah 1 orang (2%), dan lainnya berjumlah 9 orang (18%). Adapun kelurahan Sidikalang mayoritas penduduknya adalah suku Batak sehingga lebih banyak menggunakan program PNPM-P2KP.

6. Jumlah Anak

Tabel 5.6

Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anak No Jumlah Anak Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 1 2 3 4 >4 1 12 21 9 3 2,17% 26,09% 45,65% 19,57% 6,52%

Jumlah 46 100 %


(27)

Berdasarkan Tabel 5.6 di halaman sebelumnya dapat kita lihat bahwa kebanyakan responden memiliki 3 orang anak (45%), 2 orang anak (26%), 4 orang anak (19%), diatas 4 anak (6%), dan 1 orang anak (1%). Responden yang memiliki 3 orang anak kebanyakan dari mereka yang memiliki penghasilan tidak tetap dan berprofesi sebagai pedagang.

5.1.2 Deskriptif Variabel

Pada penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif hasil dari penelitian analisis Program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi masyarakat miskin di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi, dengan tanggapan responden sebagai berikut :

Untuk alternatif jawaban a diberi skor 3 Untuk alternatif jawaban b diberi skor 2 Untuk alternatif jawaban c diberi skor 1


(28)

5.1.3 PNPM-P2KP ( Variabel X )

Tabel 5.7

Mengetahui Program PNPM-P2KP

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Mengetahui

Kurang Mengetahui Tidak Mengetahui

47 3 0

94,00% 6,00% 0,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 5.7 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang Program PNPM-P2KP sebesar 47 orang (94%) namun sebagian dari mereka juga mengetahui program tersebut melalui orang – orang yang mendapat program dan ada juga mengetahui dari tetangga terdekat.

Frekuensi dari kurang mengetahui yaitu 3 orang (6%) hal tersebut terjadi karena dari mereka ada yang hanya ikut-ikutan atau bisa di sebut numpang nama supaya mendapat uang saja bagi beberapa orang dalam kelompok mereka sendiri. Adapun untuk pilihan jawaban tidak mengetahui dengan tidak ada jawaban (0%) karena peneliti tidak mendapat responden yang pilihan jawabannya tidak mengetahui. Namun ada juga ketika diwawancarai lebih dalam mengenai istilah – istilah Program PNPM-P2KP mereka kebanyakan tidak menjawab dan lebih banyak menceritakan mata pencaharian mereka.


(29)

Tabel 5.8

Pemilihan peserta program tepat sasaran

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Tepat

Kurang tepat Tidak tepat

41 9 0

82,00% 18,00% 0,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi responden yang memberikan jawaban tepat sebesar 41 orang (82%) hal tersebut terjadi karena mereka beranggapan bahwa prosedur – prosedur yang digunakan dalam menyeleksi peserta program telah melalui tim ferifikasi oleh BKM sehingga wajar mendapat pinjaman uang dalam proses pelaksanaan PNPM-P2KP.

Frekuensi responden yang menjawab kurang tepat adalah 9 orang (18%) mereka beralasan bahwa peserta program di pilih oleh kepling sehingga rawan penyelewengan seperti terjadi pada lingkungan yang tidak mendapat program PNPM-P2KP. Frekuensi responden yang memilih tidak tepat tidak ada ditemukan peneliti ketika ke lapangan. Hal ini didukung dari informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Bapak Posman Matondang selaku koordinator BKM Sehati Kelurahan Sidikalang (60 tahun) menyatakan “ada 2 lingkungan yang tidak mendapatkan Program PNPM-P2KP bukan karena masalah sosialisasi yang kurang tepat tetapi karena di lapangan pernah ada penyelewengan oleh kepling jadi warganya menolak Program PNPM-P2KP”.


(30)

Tabel 5.9

Dana yang diberikan sudah cukup memadai

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Memadai

Kurang memadai Tidak memadai

41 9 0

82,00% 18,00% 0,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa responden yang memilih bahwa dana yang diberikan memadai adalah 41 orang (82%) mereka beranggapan bahwa dana pinjaman yang sebesar Rp 500.00,00 untuk dana awal sudah memadai mengingat dana tersebut hanya digunakan untuk membantu usaha berdagang saja.

Frekuensi responden yang menjawab bahwa dana yang diberikan kurang memadai adalah 9 orang (18%) mereka beranggapan bahwa ingin mendirikan usaha yang lebih besar lagi sehingga apabila ada kelompok baru ingin meminjam dana besar tidak cukup, sedangkan data yang menunjukkan bahwa dana PNPM-P2KP tidak memadai tidak ditemukan peneliti dalam lapangan.

Hal ini didukung dari informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Adelaide L. Tobing (33 tahun) menyatakan “ dana yang diberikan sebenarnya kurang untuk buat usaha seperti dalam kelompok mereka ada 5 orang yang terdaftar namun yang memakai uang hanya 1 atau 2 orang dan pengembaliannya dananya pun yang memakai uang sedangkan sisanya hanya nitip nama saja supaya dana yang diberikan cair kepada 1 atau 2 orang tersebut”.


(31)

Tabel 5.10

Frekuensi kehadiran dalam Sosialisasi

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Selalu hadir Jarang hadir Tidak pernah hadir

4 37

9

8,00% 74,00% 18,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.10 diketahui bahwa kategori responden selalu hadir dalam sosialisasi ada 4 responden (8%) mereka umumnya ingin tahu mengenai program PNPM-P2KP dan juga atas anjuran kepling mereka. Data yang menunjukkan bahwa responden jarang hadir dalam sosialisasi ada 37 responden (74%) mereka sebagian beranggapan bahwa tidak tahu mengenai sosialisasi dan juga yang beralasan tidak sempat. Data yang menunjukkan responden tidak pernah hadir ada 9 responden (18%) dan umumnya mereka adalah yang hanya menitip nama dan beranggapan yang perlu hadir adalah UPK saja seperti Ketua dan Bendahara.

Tabel 5.11

Manfaat sosialisasi dalam penerapan program PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Membantu

Kurang membantu Tidak membantu

37 7 6

74,00% 14,00% 12,00%

Jumlah 50 100%


(32)

Dari tabel data halaman sebelumnya diketahui bahwa responden yang menyatakan bahwa sosialisasi membantu dalam penerapan program PNPM-P2KP ada 37 responden (74%) mereka mengatakan bahwa tidak cukup informasi kalau dengar dari anggota – anggota KSM lain juga ada yang mengatakan bahwa ingin tahu mengenai program PNPM-P2KP.

Pada data yang menunjukkan sosialisasi kurang membantu ada 7 responden (14%) mereka umumnya adalah yang meenjadi anggota baru sehingga belum paham betul program ini, sedangkan data yang menunjukkan bahwa sosialisasi program PNPM-P2KP tidak membantu umumnya adalah mereka tidak datang ketika sosialisasi dan kebanyakan adalah hanya menitip nama supaya kelompok mereka diberikan pinjaman.

Tabel 5.12

Pendapatan meningkat setelah menerapkan program PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Meningkat

Kurang meningkat Tidak meningkat

29 20 1

58,00% 40,00% 2,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data diatas dapat diuraikan bahwa ada 29 responden (58%) menyatakan bahwa pendapatan mereka meningkat dan mempunyai untung antara sampai Rp 500.000,00. Responden yang menyatakan pendapatan mereka kurang meningkat ada 20 responden (40%) karena hanya naik sedikit dari rata – rata sehingga mengusahakan mata pencaharian lain yaitu berladang. Responden yang


(33)

menyatakan pendapatan mereka tidak meningkat ada 1 responden (2%) dan mengatakan tidak mengikuti program PNPM-P2KP lagi.

Tabel 5.13

Keuntungan setelah mengikuti Program PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2.

Ada Tidak ada

48 2

96,00% 4,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data diatas dapat diuraikan bahwa ada 48 responden (96%) yang menyatakan untung setelah mengikuti program PNPM-P2KP terhitung mulai dari tahun 2008 sampai sekarang dan sebagian dari mereka ada juga yang memutuskan untuk meminjam lagi guna membuat usaha yang lebih besar dari sebelumnya.

Data yang menunjukkan tidak ada keuntungan setelah mengikuti program PNPM-P2KP ada 2 orang (4%) mereka beralasan bahwa dana yang digunakan dari program tersebut kurang sehingga keuntungannya juga kurang dan memutuskan untuk tidak ikut program PNPM-P2KP lagi.

Tabel 5.14

PNPM-P2KP bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan Ekonomi No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Bermanfaat

Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat

42 8 0

84,00% 16,00% 0,00%

Jumlah 50 100%


(34)

Dari tabel data dihalaman sebelumnya dapat dilihat bahwa ada 42 responden (84%) yang menyatakan bahwa program PNPM-P2KP bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan ekonomi, sedangkan data yang menyatakan bahwa program PNPM-P2KP kurang bermanfaat ada 8 responden (16%) mereka menyatakan untuk mendapatkan dana tambahan mereka mengusahakan ladang. Data yang menunjukkan bahwa program PNPM-P2KP tidak bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan ekonomi tidak ditemukan peneliti dalam responden di lapangan.

Tabel 5.15

Menerima sanksi/hukuman terkait pelaksanaan Program PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2.

Pernah Tidak pernah

6 44

12,00% 88,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.15 dapat kita lihat bahwa responden yang menyatakan pernah menerima sanksi adalah 6 responden (12%). Mereka yang menerima sanksi adalah biasanya karena lewat jatuh tempo sehingga mendapat sanksi berupa peringatan dan apabila masih juga bermasalah maka kelompok mereka tidak akan diberikan lagi pinjaman dana bergulir. Keputusan tersebut diserahkan kepada tim ferifikasi. Tabel data yang menyatakan tidak pernah menerima sanksi adalah 44 responden (88%) dan mereka menyatakan membayar sebelum jatuh tempo sehingga diberi keleluasaan untuk memberi pinjaman dan mendapat kepercayaan.


(35)

Tabel 5.16

Tanggapan tentang Program PNPM-P2KP

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Baik

Kurang baik Buruk

46 4 0

92,00% 8,00% 0,00%

Jumlah 50 100%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data diatas dapat diuraikan bahwa ada 46 responden (92%) yang menyatakan baik terhadap program PNPM-P2KP karena merasa ada peningkatan terhadap pendapatan mereka sehingga ada yang memutuskan untuk mengikuti program sampai sekarang.

Tabel data yang menyatakan kurang baik ada 4 responden (8%) mereka merasa pendapatan mereka kurang meningkat dan lagi pula ada peraturan yang menurut mereka kurang berkenaan seperti apabila ada seseorang dalam kelompok yang pindah kelurahan maka kelompok mereka tidak akan mendapat pinjaman lagi. Tabel data yang menunjukkan program PNPM-P2KP buruk tidak ditemukan peneliti dalam lapangan.


(36)

5.1.4 Sosial Ekonomi Masyarakat (Variabel Y) 1. Penghasilan/Pendapatan

Tabel 5.17

Pendapatan/Penghasilan karena mengikuti PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Rp >1.000.000,00

Rp 500.000,00 – 900.000,00 Rp 100.000,00 – 400.000,00

3 42

5

6,00% 84,00% 10,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.17 dapat kita lihat bahwa sebanyak 42 responden (84%) menjawab penghasilan mereka karena mengikuti Program PNPM-P2KP adalah Rp 500.000 – 900.000 dan Rp 100.000 – 400.000 untuk 3 responden (10%) namun ada juga yang mencapai pendapatan Rp 1.000.000 yaitu hanya 3 responden (6%).

Hal ini didukung dari informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Masnawati Sitanggang (35 tahun) yang berprofesi sebagai pedagang menyatakan “ uang yang didapat dari program PNPM-P2KP tersebut digunakan untuk buka usaha dan hasil yang diperoleh pun pas – pas nya, paling 600 rb an”.


(37)

Tabel 5.18

Pendapatan mempunyai sisa setiap bulannya

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2.

Ya Tidak

17 33

34,00% 66,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data diatas dapat kita lihat bahwa responden yang menjawab tidak mempunyai sisa setiap bulannya adalah 33 responden (66%) adapun hal ini terjadi karena kebanyakan pendapatan mereka telah mereka gunakan untuk kehidupan sehari – hari dan bahan membeli bahan belanjaan untuk berdagang.

Pada tabel data yang menjelaskan bahwa responden mempunyai sisa pendapatan setiap bulannya adalah 17 responden (34%) hal ini terjadi karena beberapa dari responden tersebut mempunyai lebih dari 2 sumber mata pencaharian seperti berdagang dan rental foto copy atau berdagang dan berladang.

Seperti hasil wawancara dengan Ibu Sonia (54 tahun) menyatakan “ ada sedikit hasil dari pendapatan yang kemudian ditabung lagian sebenarnya gak berharap kali dari program ini karena ada pendapatan lain dari ladang”.


(38)

Tabel 5.19

Responden Memiliki tabungan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2.

Memiliki Tidak memiliki

18 32

36,00% 64,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Pada tabel data 5.19 yang menunjukkan bahwa responden memiliki tabungan adalah 18 responden (36%) pada umumnya mereka menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka untuk menabung sehingga nantinya tidak selalu mengikuti program PNPM-P2KP atau bisa dibilang lepas dari program tersebut.

Sebanyak 32 responden (64%) menjawab tidak memiliki tabungan karena pendapatan mereka pas-pasan untuk kehidupan sehari – hari juga untuk membeli kebutuhan dagang kendati demikian sebagian dari mereka tetap mengikuti program PNPM-P2KP sampai sekarang dan sebahagian dari mereka enggan memberitahu sisa pendapatannya tiap bulan.

Tabel 5.20

Pemenuhan pokok sehari – hari karena mengikuti PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Terpenuhi

Kurang terpenuhi Tidak terpenuhi

43 7 0

86,00% 14,00% 0,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.20 di atas diuraikan responden yang menjawab bahwa pemenuhan pokok sehari – hari sudah terpenuhi ada 43 responden (86%) dengan


(39)

kualifikasi seperti makan 4 sehat 5 sempurna dan makan 3 kali sehari. Pada data yang menunjukkan bahwa pemenuhan pokok sehari – hari kurang terpenuhi ada 7 responden (14%) dengan kualifikasi 4 sehat dan kurang dalam hal pemenuhan makanan penyempurna. Data yang menunjukkan bahwa pemenuhan pokok sehari- hari responden tidak terpenuhi tidak ditemukan peneliti di lapangan.

2. Perumahan

Tabel 5.21

Status rumah yang dimiliki

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Rumah milik sendiri Rumah warisan Rumah kontrakan

4 11 35

8,00% 22,00% 70,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data diatas dapat diuraikan bahwa responden yang memiliki rumah sendiri ada 4 responden (8%) sedangkan responden yang tinggal di rumah warisan ada 11 responden (22%) mereka menempati rumah tersebut karena pemberian orang tua. Data yang menunjukkan bahwa responden tinggal di rumah kontrakan ada 35 responden (70%).

Hal ini didukung dari informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Rina Yanti (35 tahun) yang menyatakan “ rumah yang kami tempati kontrakan jadi agak payah bayar uang kontrakan sambil buka usaha tapi ya namanya juga hidup mau bilang apalagi”. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa meskipun status rumah mereka kontrakan namun tetap ada motivasi untuk berjuang hidup.


(40)

Tabel 5.22

Tipe bangunan rumah yang dimiliki

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2.

Permanen Semi permanen

11 39

22,00% 78,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.22 dapat diuraikan berdasarkan tipe bangunan rumah yang dimiliki sebanyak 39 responden (78%) memiliki tipe rumah semi permanen hal yang diperhitungkan adalah rumah setengah beton dan setengah papan meskipun status rumah milik sendiri, warisan, dan kontrakan. Adapun responden yang memiliki tipe bangunan rumah permanen adalah 11 responden (22%).

3. Kesehatan

Tabel 5.23

Kemampuan berobat setelah mengikuti PNPM-P2KP No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2.

Mampu Tidak mampu

49 1

98,00% 2,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.23 diketahui bahwa sebanyak 49 responden (98%) menjawab mampu walaupun dari mereka kebanyakan sebelum dan sesudah mengikuti program mampu berobat ke rumah sakit sedangkan hanya 1 responden (2%) yang menjawab tidak mampu karena tidak cukup biaya apabila berobat ke rumah sakit.


(41)

Tabel 5.24

Tempat berobat kalau sakit

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

Rumah sakit/Puskesmas Obati sendiri

Pengobatan alternatif

35 8 7

70,00% 16,00% 14,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa ada 35 responden (70%) yang berobat ke rumah sakit/puskesmas kalau sakit parah sedangkan 8 responden (16%) lebih memilih mengobati sendiri atau membeli obat ke warung – warung. Data yang menunjukkan responden pergi ke pengobatan alternatif ada 7 responden (14%) dengan maksud pergi ke tukang pijit atau dukun patah tulang kalau sakitnya parah.

4. Pendidikan

Tabel 5.25

Tingkat pendidikan tertinggi anak

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

SD – SMP SMA

Perguruan Tinggi

14 24 7

31,11% 53,33% 15,56%

Jumlah 45 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.25 di halaman sebelumnya dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan tertinggi anak responden adalah SD – SMP dengan jumlah 14 responden (31%), lalu pendidikan SMA dengan jumlah responden 24 (53%) dan perguruan tinggi dengan jumlah 7 responden (15%).


(42)

Tabel 5.26

Pekerjaan anak di luar sekolah

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3. 4.

Tidak ada

Membantu orang tua Bekerja pada orang lain Lain - lain

21 17 4 3

46,67% 37,78% 8,89% 6,67%

Jumlah 45 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak – anak responden tidak mempunyai pekerjaan di luar sekolah dengan data 26 responden (46%), lalu jumlah anak – anak yang membantu orang tua ada 17 (37%) adapun pekerjaan mereka seperti membantu mengangkat barang atau menjaga warung. Pada data yang menunjukkan bekerja orang lain ada 4 responden (8%) lalu ada juga 3 anak (6%) responden yang menjawab kadang – kadang membantu orang tua dan bekerja pada orang sehingga termasuk ke dalam kualifikasi lain – lain.

Hal ini didukung dari informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Bapak Monang Sitinjak (42 tahun) menyatakan “kusuruhnya anak ku tu les bahasa inggris tapi gak mau dia ya udah la apa mau di bilang kusuruh bantu aku aja la dia ”. Namun ada juga yang menyuruh anaknya membantu mereka dibanding Kursus Bahasa atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lainnya dengan alasan masalah ekonomi.


(43)

Tabel 5.27

Kegiatan belajar rutin yang pernah diikuti anak di luar sekolah No Jawaban responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Tidak ada

Les privat mata pelajaran Les komputer/b.inggris

13 3 29

28,89% 6,67% 64,44%

Jumlah 45 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Pada tabel data 5.27 dapat diketahui bahwa kebanyakan anak – anak responden ada yang les komputer dan b.inggris meskipun beberapa dari mereka ada yang sudah berhenti, jumlahnya adalah 29 responden (64%) lalu ada yang les privat berbagai mata pelajaran dengan jumlah 3 responden (6%) adapun alasan mereka adalah karena takut tidak lulus ujian. Tapi ada juga dari anak responden yang tidak mempunyai kegiatan belajar rutin yaitu 13 responden (28%).

Tabel 5.28

Program PNPM-P2KP membantu untuk membiayai sekolah anak No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Membantu

Kurang membantu Tidak membantu

41 4 0

91,11% 8,89% 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.28 dapat diuraikan bahwa ada 41 responden (91,11%) yang menjawab bahwa Program PNPM-P2KP membantu dalam hal membiayai sekolah anak karena adanya dana sisa sedangkan data yang menunjukkan bahwa Pogram PNPM-P2KP kurang membantu ada 4 responden (8,89%) karena tidak


(44)

mampu menambah pemasukan bagi keluarga tersebut. Sedangkan sisanya 5 responden belum mempunyai anak sehingga tidak mengeluarkan biaya.

5. Kondisi Pangan

Tabel 5.29

Jumlah makan dalam sehari

No Jawaban responden Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

3 kali sehari 2 kali sehari 1 kali sehari

50 0 0

100,00% 0% 0%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.29 diketahui bahwa seluruh responden berjumlah 50(100%) memiliki kuantitas pangan yang baik karena makan 3 kali sehari dan responden yang mempunyai kondisi pangan 2 dan 1 kali sehari makan tidak ditemukan peneliti di lapangan.

6. Kondisi Sandang

Tabel 5.30

Kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

3 kali 2 kali 1 kali

14 5 31

28,00% 10,00% 62,00%

Jumlah 50 100,00%


(45)

Dari tabel data 5.30 dapat diketahui bahwa sebanyak 30 responden (62%) mampu membeli pakaian baru 1 kali setahun yaitu sewaktu hari besar saja untuk keluarganya sedangkan data yang menunjukkan responden 2 kali hanya ada 5 responden (10%) dan data yang menunjukkan bahwa 3 kali setahun membeli pakaian dalam setahun ada 14 responden (28%) dengan waktu membeli pakaian yang tidak teratur.

Tabel 5.31

Apakah kebutuhan akan sandang sudah terpenuhi No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1. 2. 3.

Terpenuhi

Kurang terpenuhi Tidak terpenuhi

40 10 0

80,00% 20,00% 0,00%

Jumlah 50 100,00%

Sumber: Kuesioner 2010

Dari tabel data 5.31 diketahui bahwa responden yang kebutuhan sandangnya sudah terpenuhi sebanyak 40 responden (80%) hal ini karena responden sudah mampu dan merasa cukup untuk membeli kebutuhan sandang sebanyak yang dia mau dan butuhkan. Data yang menunjukkan bahwa responden kurang terpenuhi akan kebutuhan sandang ada 10 responden (20%) sedangkan data yang menunjukkan bahwa kebutuhan responden akan sandang tidak terpenuhi tidak ditemukan peneliti di lapangan.


(46)

5.2 Analisis Kuantitatif 5.2.1. Analisis Regresi Linear

Untuk membuktikan kebenaran hipotesa anlternatif dan dan mengetahui adanya pengaruh program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi maka digunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan Regresi Linear Sederhana. Menurut defenisinya, regresi linear merupakan proses memperkirakan satu variabel dari variabel lainnya, manakala kedua variabel tersebut mempunyai hubungan/fungsi linear yang signifikan. Berdasarkan data pengolahan angket pada lampiran III terlihat masing – masing nilai variabel sebagai berikut:

X = 1225

Y = 1585

Χ2

= 30137

2

Y = 51129

ΧΥ = 38845

n = 50

Untuk lebih akuratnya pendugaan atau peramalan tentang nilai Y dari X, maka nilai Y perlu dicari dengan menggunakan rumus:

Y=a+bx

Dimana:

Y = Subjek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan (Dalam hal ini adalah Sosial Ekonomi).

a = Harga y bila x = 0 (harga konstan).

b = Koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan/penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.


(47)

x = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Untuk mendapatkan a dan b rumusnya adalah seperti berikut:

(

) (

)(

)

(

2

) (

)

2 2 .

∑ ∑

− − = X X n XY X X Y a =

(

)(

) (

)(

)

(

) (

)

2

1225 30137 50 38845 1225 30137 1585 − − = 1500625 1506850 47585125 47767145 − − = 6225 182020 = 29,24

(

) (

)( )

(

2

) (

)

2

− − = X X n Y X XY n b =

(

) (

)(

)

(

) (

)

2

1225 30137 50 1585 1225 38845 50 − − = 1500625 1506850 1941625 1942250 − − = 6225 625

= 0,100 Jadi, Y =a+bX


(48)

Dan untuk melihat seberapa besar pengaruh Variabel Bebas(x) terhadap Variabel Terikat(Y) maka diperoleh Y=29,24+0,100X artinya bila Program PNPM-P2KP dinaikkan 1 kali maka Sosial Ekonomi akan meningkat sebesar 29,34.

5.2.2. Korelasi Product Moment (r Pearson)

Untuk mengetahui hubungan Program PNPM-P2KP terhadap sosial ekonomi digunakan rumus:

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− − − = Y Y n X X n Y X XY n rxy

(

)(

)

(

)

[

2 2

]

[

2

(

)

2

]

1585 51129 50 1225 30137 50 1585 1225 38845 50

− − − = xy r

[

1506850 1500625

][

2556450 2512225

]

1941625 1942250 − − − = xy r

[

6225

][

44225

]

625 = xy r 275300625 625 = xy r 18 , 16592 625 = xy r 037 , 0 = xy r

Apabila r setelah dihitung bernilai mendekati nol, berarti ada korelasi linear antara dua variabel tersebut. Apabila besarnya r setelah dihitung bernilai negatif berarti tidak terjadi hubungan dari kedua variabel tersebut. Tetapi apabila besarnya r setelah dihitung positif dan bernilai mendekati satu atau satu berarti


(49)

kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang sangat kuat. Dari hasil perhitungan di halaman sebelumnya 0,037 yang berarti antara Program PNPM-P2KP dan Sosial Ekonomi masyarakat kelurahan Sidikalang memiliki hubungan.

Dalam skripsi ini nilai r adalah 0,037 berarti memiliki hubungan yang positif. Untuk mengetahui apakah hubungan variabel x dan y signifikan atau tidak dapat dilihat melalui r untuk n=50 nilai r tabel dengan taraf signifikan. Untuk menguji maka digunakan uji t:

2 1 2 r n r t − − = 2 037 , 0 1 2 50 037 , 0 − − = t 001369 , 0 1 48 037 , 0 − = t 998631 , 0 92 , 6 . 037 , 0 = t 9993 , 0 2560 , 0 = t 2562 , 0 = t

Dari hasil pengujian diatas diketahui bahwa t hitung < t tabel yaitu 0,256 < 2,014 maka Ho diterima, artinya bahwa tidak terdapat hubungan antara Program PNPM-P2KP dengan Sosial Ekonomi Masyarakat. Hubungannya positif, yaitu Program PNPM-P2KP kurang berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat di kelurahan Sidikalang.


(50)

5.3 Pengujian Hipotesis

5.3.1 Uji Signifikan Parsial (uji t)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga t hitung adalah 0,2562. Jika dilihat dari tabel t (lihat lampiran) untuk kesalahan 5% dan n = 50, maka di dapat t tabel adalah 2,014. Berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis:

1) Jika harga t hitung > t tabel, maka Ho (Hipotesis nol) ditolak dan Ha (Hipotesis alternatif) diterima, artinya ada pengaruh signifikan antara program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat.

2) Jika harga t hitung < t tabel, maka Ho (Hipotesis nol) diterima dan Ha (Hipotesis alternatif) ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat. Dengan membandingkan antara t hitung dengan nilai 0,2562 dengan t tabel dengan nilai 2,014, maka dapat diketahui bahwa t hitung < t tabel (0,2562 < 2,014), dalam hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak ada pengaruh yang signifikan antara Program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

5.3.2 Koefisien Determinasi

Tujuan koefisien determinasi ini adalah untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel (y). Dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :


(51)

( )

rxy 2x100%

D=

(

0,037

)

2x100%

D=

% 100 ) 001369 ,

0

( x

D=

=

D 0,1369 %

Dengan persamaan diatas maka diperoleh hasil diatas 0,13 % artinya 0,13 % variabel bebas (Program PNPM-P2KP) dijelaskan oleh variabel terikat (sosial ekonomi), dan sisanya 99,87 % dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.


(52)

BAB VI PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Setelah dianalisis dan evaluasi terhadap data penelitian berdasarkan analisi dan penelitian di halaman sebelumnya maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi Pendapatan di Kelurahan Sidikalang tidak terlalu naik secara signifikan sehingga sebagian dari responden tidak mempunyai sisa pendapatan namun bagi sebagian dari responden yang memiliki sisa pendapatan menabung uang mereka.

2. Rumah yang dihuni oleh responden kebanyakan adalah rumah semi permanen dan statusnya kebanyakan masih rumah kontrakan dan kebanyakan rumah tersebut digunakan dalam membuka usaha.

3. Kondisi kesehatan responden tidak berkembang signifikan karena beberapa responden hanya menkomsumsi obat warung saja bila sakit dan menggunakan JAMKESMAS bila ke rumah sakit.

4. Kondisi Pendidikan anak responden sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari kebanyakan anak responden adalah SMA dan sebagian dari mereka ada yang mengikuti kursus atau kegiatan ekstrakulikuler namun ada juga yang disela-sela waktu ikut membantu orang tua berdagang.


(53)

5. Kondisi Sandang dan Pangan responden cukup baik karena kebutuhan 4 sehat 5 sempurna tercukupi dan tidak kekurangan apapun.

6. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan:

Dengan membandingkan antara t hitung dengan nilai 0,2562 dengan t tabel dengan nilai 2,014, maka dapat diketahui bahwa t hitung < t tabel (0,2562 < 2,014), dalam hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak ada pengaruh yang signifikan antara Program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

7. Besarnya pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel (y) adalah 0,13 % artinya 0,13 % variabel bebas (Program PNPM-P2KP) dijelaskan oleh variabel terikat (sosial ekonomi), dan sisanya 99,87 % dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.


(54)

6.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas yang diuraikan secara ringkas maka peneliti memberi saran sebagai berikut:

1. Bagi responden sebaiknya harus mampu mengontrol penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya sehingga taraf hidup lebih baik bukan sebaliknya seperti beberapa responden yang tidak mampu mengontrol keuangannya dan tidak mampu mengembalikan pinjaman sampai 2 tahun.

2. Bagi pemerintah sebaiknya menerapkan evaluasi. Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan dan/atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal 2 tipe evaluasi, yaitu: evaluasi terus menerus (on-going evaluation) dan evaluasi akhir (ex-post evaluation). Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval waktu periode tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses implementasi. Tipe evaluasi kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana. Evaluasi lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program.


(55)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai :

1) Tujuan kegiatan yang akan dicapai

2) Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

3) Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui 4) Perkiraan anggaran yang dibutuhkan

5) Strategi pelaksanaan

Melalui program, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integral untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O.Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu

1) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.


(56)

2) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni : sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,1996:295).

2.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program Pemberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan (PNPM-P2KP)

2.2.1 Latar Belakang

Program Penggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara bekelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “Lembaga Kepimpinan Masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penaggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.


(57)

Lembaga Kepimpinan Masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM/LKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemnusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagi pondasi modal sosial kehidupan masyarakat. BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.

Tiap BKM/LKM bersama masyarakat melakukan proses perencanaan partisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM dan Renta Pronagkis), sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas aflisiasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, LKM-LKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat.

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 tahun 2008 telah terbentuk sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk miskin) melalui 243.838 KSM.


(58)

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan begitu juga nama generik lembaga kepimpinan masyarakat berubah dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) menjadi Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).

2.2.2 Tujuan

Tujuan umum PNPM Mandiri Perkotaan yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah Masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonomi dan tatapemerintahan lokal.

2.2.3 Sasaran

1) Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat.

2) Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan


(59)

masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan.

3) Terbangunnya forum LKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah.

4) Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota/Kabupaten dalam PNPM-P2KP sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.

2.2.4 Prinsip

1) Bertumpu pada pembangunan manusia. 2) Berorientasi pada masyarakat miskin. 3) Partisipasi

4) Otonomi. 5) Desentralisasi.

6) Kesetaraan dan Keadilan Gender 7) Demokratis.

8) Transparansi dan Akuntabel. 9) Prioritas.

10)Kolaborasi. 11)Keberlanjutan. 12)Sederhana.


(60)

2.2.5 Sasaran Penerima Bantuan PNPM-P2KP

Sasaran penerima bantuan PNPM-P2KP yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang terdiri atas perorangan ataupun keluarga miskin yang tinggal di wilayah perkotaan. Dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatannya, KSM-KSM ini akan mendapatkan pendampingan dari fasilitator kelurahan yang dianggap memenuhi persyaratan akan dibantu melalui :

1) Bantuan kredit modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan pendapatan secara berkelanjutan.

2) Bantuan hibah untuk pembangunan maupun perbaikan prasarana dan sarana dasar lingkungan.

3) Bantuan penciptaan kesempatan kerja, termasuk pelatihan untuk mencapai kemampuan pengembangan usaha-usahanya.

Adapun kriteria bagi peserta (calon anggota KSM) yang berhak menerima bantuan PNPM-P2KP yaitu :

1) Memiliki Kartu Identitas Penduduk

Mereka yang berhak untuk dijadikan peserta PNPM-P2KP adalah semua penduduk yang termasuk dalam golongan ekonomi lemah (miskin), yang tinggal di dalam wilayah administratif pemerintah kelurahan/desa perkotaan. Hal ini identik dengan kepemilikan KTP, namun demikian bila terdapat anggota masyarakat yang tidak memiliki KTP tetapi keberadaannya benar-benar dapar diterima oleh warga di lingkungannya, maka atas persetujan musyawarah BKM mereka dapat didaftarkan menjadi peserta PNPM-P2KP.


(61)

2) Kepada Rumah Tangga Tidak Memiliki Pekerjaan

Orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan atau yang bekerja tidak tetap, memiliki peluang yang lebih besar dari pada mereka yang mempunyai pekerjaan tetap, meski penghasilannya tak mencukupi.

3) Isteri/pendamping Tidak Bekerja

Keluarga yang isteri/pendampingnya tidak mempunyai pekerjaan tetap, lebih berpeluang dibandingkan keluarga dengan isteri/pendamping yang bekerja tetap.

4) Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga Banyak

Jumlah tanggungan dalam keluarga akan memberikan tingkat kesejahteraan yang berbeda pula. Semakin besar tanggungan keluarga semakin besar pula peluang untuk menjadi peserta PNPM-P2KP.

5) Tidak Memiliki Rumah Sendiri

Keluarga yang tidak memiliki rumah sendiri mempunyai peluang yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang memiliki rumah sendiri. 6) Kondisi Rumah

Kondisi tempat tinggal keluarga dilihat dari ukuran fisik suatu keluarga yang tidak mempunyai kesempatan untuk menjadikan kualitas tempat tinggalnya diatas standar umum kehidupan perkotaan merupkan keluarga yang berpeluang untuk mendapatkan bentuan PNPM-P2KP.


(62)

2.2.6 Pelaksanaan PNPM-P2KP

Dalam penyelenggaraan PNPM-P2KP senua pihak harus menjunjung tinggi dan berpedoman pada asas-asas : Keadilan, Kejujuran, Kesetaraan kaum laki-laki dan perempuan, Kemitraan, Kesederhanaan. Setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PNPM-P2KP harus pula bertindak dengan mengingat prinsip-prinsip : Demokrasi, Partisipasi, Tranparransi, Akuntabilitas, Desentralisasi.

Komponen-komponen proyek dan sub proyek yang didanai PNPM-P2KP dapat dikelompokkan atas :

1) Komponen Fisik

Komponen fisik ini meliputi pemeliharaan, perbaikan, maupun pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan yang dibutuhkan oleh masyarakat kelurahan setempat. Beberapa jenis komponen fisik prasarana dan sarana yang dapat diusulkan, misalnya :

a) Prasarana dan sarana yang biasanya ditangani dalam proyek KIP, seperti jalan dan lingkungan.

b) Ruang terbuka hijau dan taman.

c) Prasarana dan sarana bagi peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.

d) Komponen-komponen lain yang disepakati bersama, kecuali pembangunan dan perbaikan rumah ibadah.


(63)

2) Komponen Kegiatan Ekonomi Skala Kecil

Kegiatan ekonomi yang dimaksud disini meliputi kegiatan industri rumah tangga atau kegiatan usaha kecil lainnya yang dilakukan perseorangan/keluarga miskin yang menghimpun diri dalam KSM.

3) Komponen pelatihan

Kegiatan pelatihan dapat diadakan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan warga di kelurahan sasaran. Pelatihan untuk meningkatkan ketermapilan teknis dan managerial ini dimaksudkan untuk mendukung upaya penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Termasuk disini adalah magang (kredit mikro dapat diminta untuk membayar sebagian upah), dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mengelola lembaga.

PNPM-P2KP dalam pelaksanaannya dibentuk suatu tim koordinasi pada beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut :

1) Di tingkat pusat dibentuk tim koordinasi PNPM-P2KP yang terdiri atas unsur-unsur Bappenas, Depkeu, Depdagri, Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, dan departemen lain yang terkait.

2) Untuk keperluan operasional dan administrasi, tim koordinasi PNPM-P2KP Pusat membawahi sekretariat PNPM-PNPM-P2KP pusat yang terdiri atas unsur-unsur departemen.

3) Pengelolaan proyek dilakukan oleh Projek Manajement Unit (PMU), yang dibentuk di instansi pelaksana, yaitu Departemen Permukiman dan


(64)

Pengembangan Wilayah untuk administrasi proyek, untuk membantu koordinasi dan pengelolaan PNPM-P2KP pada tingkat pusat, dipilih lembaga konsultan melalui suatu lelang terbuka, yang disebut sebagai Konsultan Manajement Pusat (KMP).

4) Pada tingkat wilayah, ditempatkan KMP yang masing-masing menangani satu SWK. KMW direkrut melalui suatu lelang pusat terbuka. KMP dan KMW terikat secara kontraktual dengan pemimpin proyek.

5) Pada tingkat kelurahan, dikembangkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang merupakan kelembagaan masyarakat, perwakilan KSM, dan warga kelurahan. BKM selanjutnya membentuk UPK (Unit Pengeloalaan Keuangan ) yang diketuai oleh bendahara BKM. Sangat dianjurkan bahwa ketua UPK adalah seorang perempuan yang dipilih dari Organisasi Kerja Efektif seperti kelompok PKK.

6) Penerima bantuan adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Kelompok Usaha Bersama (Kube) yang terdiri atas perorangan dan atau keluarga miskin.

7) Untuk membantu, mendorong, dan mengarahkan kegiatan KSM di keluarahan sasaran, disiapkan sejumlah pendamping yang disebut sebagai fasilitator kelurahan. Fasilitator kelurahan adalah perangkat KMW yang melakukan pendampingan baik kepada KSM muapun pada institusi setempat seperti LKM.

Keputusan, kebijakan, dan tindakan dari pengelolaan program dan pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak berorientasi pada


(65)

masyarakat miskin di berbagai program kemiskinan menyebabkan terjadinya kondisi yang kurang menyenangkan, misalnya salah sasaran, menumbuhkan ketergantungan masyarakat, dan lain-lain. Sehingga gambaran lembaga masyarakat tersebut perlu diubah yang pada akhirnya mampu memfasilitasi masyarakat untuk mampu mengangani akar persoalan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Melalui lembaga masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang pada gilirannya dapat tercipta lingkungan perkotaan dengan perumahan yang lebih layak huni dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Tanggung jawab pengelolaan dana PNPM-P2KP dibagi dalam tiga tingkatan yaitu sebagai berikut :

1) Pengelolaan dana di tingkat pusat.

Semua dana bantuan dan pinjaman bank dunia untuk keperluan PNPM-P2KP ditransfer ke rekening bantuan PNPM-PNPM-P2KP di Bank Indonesia. 2) Pengelolaan dana di tingkat kelurahan

Pengelola dana di tingkat kelurahan dilakukan dibawah koordinasi Unit Pengelola Keuangan (UPK) sebagai gugus tugas LKM. Fungsinya adalah mengawasi dan mengadministrasi penyaluran serta penggunaan dana bantuan ke KSM-KSM. Semua proses dilaksanakan secara transparan, sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang dibuat oleh KMW yang disetujui oleh LKM dan KSM yang terkait. Semua informasi mengenai


(66)

penyaluran dan penggunaan dana harus tersedia dan dimengerti oleh semua warga di kelurahan penerima bantuan.

3) Pengelola Dana di Tingkat KSM

Pengelola dana di tingkat KSM dilakukan oleh bagian keuangan KSM. Untuk organisasi KSM yang sederhana, pengelolaan dana dapat dilakukan sendiri oleh ketua KSM. Fungsinya adalah membelanjakan dan untuk berbagai kebutuhan sesuai dengan kesepakatan(dalam proposal yang diajukan).

Kegiatan usaha yang didanai bantuan PNPM-P2KP diharapkan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Ini berarti perlu adanya pertumbuhan akumulasi modal di tingkat KSM, dan adanya perputaran keuangan di kelurahan melalui LKM. Prosesnya harus sesuai dengan ketentuan LKM yang telah desepakati bersama. Perguliran dana bantuan PNPM-P2KP yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan usaha harus terus dijalankan agar tidak ada dana yang mengendap. Setiap ada pengembalian pinjaman dari KSM, maka dana itu dapat segera digulirkan pada KSM-KSM berikutnya tampa perlu menunggu sampai semua pinjaman lunas.

Angsuran dana bergulir yang dibayarkan kembali ke BKM harus disimpan dalam rekening khusus atas nama LKM, yang terpisah dari rekening penerimaan bantuan awal. Pemisahan rekening ini dilakukan agar kedua jenis dana tersebut tidak tercampur. Warga dan masyarakat akan diminta untuk ikut memilih KSM yang kinerjanya baik untuk dicalonkan mendapat penghargaan dari instansi pemerintah terkait. Penilaian KSM yang baik dan pemberian penghargaan


(67)

dilakukan secara terbuka dan dipublikasikan. Dengan demikian, masyarakat akan tertantang untuk memberdayakan dirinya dan mau melakukan pemantauan, serta menerapkan ketentuan proyek sebagaimana mestinya.

Sebaliknya, dikembangkan pula sistem pemantauan yang melibatkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan pengawasan dan pemberian sanksi sosial kepada KSM yang melanggar ketentuan ( misalnya: tidak menepati jadwal pengembalian kredit). Bentuk sanksi dapat dikembangkan sendiri secara berbeda-beda di setiap daerah, sesuai dengan kesepakatan masyarakat dibawah koordinasi LKM. Bentuk sanksi ini, misalnya adalah tidak diperkenankan lagi untuk meminjam dana bergulir.

Pada dasarnya, seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan LKM bekerja atas dasar prinsip-prinsip kesukarelaan, namun ada imbalan bagi fasilitator kelurahan, kader masyarakat, dan tenaga pembantu kelompok, sebagai berikut :

1) Fasilitator kelurahan dipekerjakan oleh KMW untuk jangka waktu 24 bulan. Ia dibayar Rp 500.000,00 per bulan, di tambah 2 % dari nilai proyek binaanya yang telah disetujui LKM. Pembayaran uang perangsang 2 % ini dilakukan bersamaan dengan penyaluran dana kepada BKM.

2) Kader masyarakat dipekerjakan oleh KMW dan merupakan tenaga sukarela yang dipilih dan dilatih oleh fasilitator kelurahan. Ia dibayar Rp 100.000,00 per bulan untuk jangka waktu enam bulan. Kegiatan utamanya adalah membantu fasilitator kelurahan dalam mengembangkan LKM dan mepersiapkan agar kelembagaan tersebut dapat berfungsi.


(68)

3) Tenaga Pembantu Kelompok (TPK) dapat diangkat menjadi anggota KSM jika dianggap perlu, untuk membantu persiapan dan pelaksanaan subproyek maksimal jumlah TPK ini adalah sepertiga jumlah anggota KSM. Pengadaaan TPK diutamakan bagi KSM berukuran besar(anggotanya banyak).

2.2.7 Lembaga Keswadayaan Masyarakat

Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah lembaga yang dirancang untuk membangun kembali kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya dan mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerja sama demi kebaikan bersama.

LKM beranggotakan warga komunitas yang diakui komitmennya, seperti perwakilan warga RT/RW, perwakilan organisasi sosial dan kemasyarakatan, kelompok perempuan (PKK), tokoh masyarakat, atau tokoh agama. Unsur aparatur daerah, misalnya anggota LKMD, dapat berpartisipasi dalam LKM dalam kapasitas pribadi.

Peran pokok LKM adalah menilai dan memberikan persetujuan, serta mengkoordinasikan rencana-rencana kegiatan KSM, baik yang berupa kelompok-kelompok usaha bersama (Kube), maupun kelompok-kelompok pembangunan prasarana dasar lingkungan. LKM mempunyai tanggung jawab untuk merealisasikan pengelolaan dana bergulir di masyarakat wilayah penerima bantuan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, LKM didampingi dan dibantu oleh KMW dan


(69)

fasilitator kelurahan yang bertugas di lapangan. LKM bertanggung jawab atas hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan koordinasi dan pemantauan kegiatan dan organisasi kerja KSM dalam pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan dan kegiatan pengembangan usaha.

2) Menyusun dan menetapkan kegiatan-kegiatan KSM yang diprioritaskan pendanaannya, dan mengajukan kepada PJOK sebagai lampiran SPPB yang ditandatangani bersama oleh LKM dan PJOK.

3) Mengkaji dan menyetujui permintaan pencairan dana bantuan (pembangunan prasarana dan sarana dasar atau pengembangan usaha), sesuai dengan tahapan-tahapan pengerjaannya di lapangan (atas rekomendasi KMW).

4) Mengelola dana Mandiri Perkotaan melalui UPK sebagai unsur pelaksana pengelolaan LKM.

5) Menjamin keterbukaan dalam penggunaan dana serta meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. 6) Menyadarkan dan meyakinkan kaum perempuan dan generasi muda akan

hak yang sama untuk berperan serta.

7) Menyediakan papan informasi di tempat yang mudah dijangkau dan mengumumkan daftar usulan KSM, laporan kemajuan fisik dan keuangan KSM dan laporan keuangan LKM.


(70)

8) Menyediakan kotak saran dan keluhan yang menyangkut pelaksanaan Mandiri Perkotaan kemudian menindaklanjuti setiap saran dan keluhan yang dimasukkan ke dalam kotak saran tersebut.

9) Memberikan penghargaan terhadap usulan proyek yang baik sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama KSM-KSM sebelum suatu kegiatan dilaksanakan.

Pada dasarnya, seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan LKM bekerja atas dasar prinsip-prinsip kesukarelaan. Meskipun demikian beberapa orang yang megurus kegiatan-kegiatan penting tertentu yang membutuhkan waktu perhatian, seperti ketua LKM, bendahara, penagih, dan kader masyarakat, dapat diberikan imbalan dengan catatan tugasnya telah dikerjakan dengan baik.

2.2.8 Kelompok Swadaya Masyarakat

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan target penerima bantuan PNPM-P2KP yang sesungguhnya. KSM penerima bantuan PNPM-P2KP harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1) Beranggotakan minimal tiga orang (dari rumah tangga yang berbeda). 2) Anggota berasal dari keluarga berpenghasilan rendah berdasarkan

kesepakatan antara Lurah. Kepala Desa, tokoh masyarakat, pengurus RT/RW, dan warga masyarakat lainnya.

3) Jumlah anggota yang tidak berasal dari keluarga miskin (namun diajak bergabung karena memiliki keterampilan tertentu yang dibutuhkan), dibatasi tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota KSM.


(71)

Tiap KSM mendapatkan dana hanya sekali (setidak-tidaknya sampai tidak ada lagi usulan KSM lain yang dinilai layak namun belum pernah mendapatkan bantuan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi sebanyak mungkin KSM. Kaum perempuan sangat dianjurkan untuk terlibat aktif dalam KSM dan akan mendapatkan perlakuan serta kesempatan yang sama.

KSM diperkenankan untuk menambah jumlah anggotanya dengan aturan main internal yang nereka susun sendiri. Namun demikian, yang harus bertanggung jawab atas pembayaran dana pinjaman PNPM-P2KP sampai lunas adalah para anggota yang terdaftar pada saat pinjaman diberikan/disetujui. Jumlah dan penentuan dana yang didapat KSM penerima bantuan harus berdasarkan kelayakan usulan kegiatan.

KSM tidak dianjurkan membuka warung baru, terutama bagi kawasan yang keadaan pasarnya telah mencapai titik jenuh. Ketentuan mengenai pinjaman adalah sebagai berikut :

1) Pinjaman harus dikembalikan dalam waktu 12 bulan. 2) Tingkat bunga pinjaman adalah minimal 0,5 % per tahun.

3) Jadwal pembayaran kembali ditentukan atas dasar kesepakatan antara KSM peminjam dan LKM.

4) Dana pembayaran kembali harus dimasukkan kedalam rekening LKM di bank pemerintah yang ditunjuknya, kemudian digulirkan kembali dengan mengutamakan prinsip yang sama.


(1)

DAFTAR GAMBAR


(2)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Data Untuk Persamaan Variabel X (Program PNPM-P2KP). Lampiran 2. Tabel Data Untuk Persamaan Variabel Y (Sosial Ekonomi). Lampiran 3. Tabel Data Data Untuk Perhitungan Persamaan Regresi Hipotesis

Penelitian.

Lampiran 4. Tabel Data Critical Values for t


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Bobby Ridwan Simaremare

NIM : 060902043

ABSTRAK

Pengaruh Program PNPM-P2KP Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 39 tabel, 13 kepustakaan serta lampiran)

Tingkat ketidakmerataan pendapatan penduduk di seluruh Propinsi di Indonesia menurut Bank Dunia tergolong rendah. Melihat tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat melalui pola konsumsi penduduk daerah bersangkutan. Kondisi ketidakmerataan pendapatan tersebut menimbulkan pembagian golongan yaitu golongan ekonomi kuat, ekonomi sedang, dan ekonomi rendah. Di Indonesia total penduduk yang tergolong ekonomi rendah lebih banyak, untuk penduduk yang tergolong ekonomi rendah terdapat predikat miskin atau menderita kemiskinan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan Program PNPM-P2KP terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang. Metode penelitian yang digunakan adalah Explanatory Research yaitu untuk menguji hubungan antara Program PNPM-P2KP (variabel x) dengan Sosial Ekonomi (variabel y). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Analisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment Pearson dan Koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PNPM-P2KP memiliki hubungan yang sangat rendah sekali dengan Sosial ekonomi masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dimana r = 0,037. Sementara Koefisien determinasi


(4)

diperoleh adalah 0,1369 % dan sisanya 99,87% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.

Besar pengaruh Program PNPM-P2KP (variabel x) terhadap Sosial ekonomi masyarakat (variabel y) maka diperoleh Y=29,24+0,100X , artinya bila Program PNPM-P2KP dinaikkan 1 kali maka Sosial ekonomi masyarakat akan meningkat sebesar 29,34. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh Program PNPM-P2KP maka Sosial ekonomi masyarakat akan semakin meningkat.


(5)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Bobby Ridwan Simaremare NIM : 060902043

ABSTRACT

Effect of PNPM-P2KP Against Socioeconomic Sidikalang Village Sidikalang Community Dairi of District (This thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 39 tables, 13 literature and attachments)

The level of income inequality in the population in all provinces in Indonesia by the World Bank's low. Given the level of welfare of the population in a region can through the consumption patterns of local residents concerned. Condition of income inequality which creates a division of the economically powerful groups, namely, the economy, and low economic. In Indonesia's total population belonging to lower socioeconomic more, to people belonging to lower socioeconomic there are poor or suffering from poverty predicate.

This study aims to find out how much the relationship PNPM-P2KP of Social Economics at the Village Community Sidikalang. The method used is the explanatory Research is to examine the relationship between program PNPM-P2KP (variable x) with the Social Economy (variable y). The sample in this study amounted to 50 people.Techniques of data collection using questionnaires, interviews and observation. Research analysis using Pearson product moment correlation analysis and coefficient of determination.

The results showed that PNPM-P2KP have a very low once the Social economic community. This is evident from the calculation where r = 0.037. While the coefficient of determination obtained is 0.1369% and the remaining 99.87% influenced by other factors beyond this study.

Large influence PNPM-P2KP (variable x) to the local economy Social (variable y) is obtained: Y = 29.24 +0.100 X, does it mean when PNPM-P2KP raised 1 times the Socio economic community will increase by 29.34. Then it can


(6)

be concluded that the greater the influence of the PNPM Socio-economic P2KP society will increase.


Dokumen yang terkait

Pengalihan Saham Dalam Perjanjian Jual Beli Saham Melalui Internet Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 30 104

Pencemaran Nama Baik Melalui Situs Jejaring Sosial Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 35 128

FORMULASI KETENTUAN PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK ( STUDI KASUS PRITA MULYASARI)

0 3 4

Tinjauan Hukum Mengenai Rekayasa Foto yang Mengandung Unsur Pencemaran Nama Baik yang Ditampilkan Pada Media Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 31 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DALAM UNDANG -UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

4 5 20

TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 12

ASPEK HUKUM DARI REKAYASA FOTO FIGUR PUBLIK YANG MENGANDUNG UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 2

SITUS LAYANAN PEMBUNUH BAYARAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

0 0 16

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INSTAGRAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 1 9

PENERAPAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 390Pid.B2014PN.Mks.)

0 0 14