Pengembangan media komik peristiwa rengasdengklok dalam pembelajaran sejarah di sma negeri 3 Surakarta jurnal

(1)

commit to user

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK PERISTIWA RENGASDENGKLOK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA

Herliyana Rosalinda (S861308012), Prof. Hermanu Joebagio, M.Pd, Dr. Akhmad Arif Musadad. M.Pd.

Magister Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret herliyanarosalinda1990@gmail.com

ABSTRACT

Learning media can facilitate the teacher delivers material in learning process. Therefore this research developed comic learning media. This comic was the one of Rengasdengklok incidence constituting the study on historical lesson material in the eleventh graders of Social Sciences of Senior High School. The objectives of research were: 1) to find out the media used in historical learning in SMA Negeri 3 Surakarta currently, 2) to find out the development of Rengasdengklok comic media in historical learning in SMA Negeri 3 Surakarta, and 3) to find out the effectiveness of Rengasdengklok comic media in SMA Negeri 3 Surakarta.

This study was a research and development one referring to Research & Development method developed by Borg and Gall, and Sugiyono. This hypothetical

model adopted Molenda’s ADDIE model, using five steps of development: Analysis,

Design, Development, Implementation and Evaluation. The product provided was comic made manually and then edited using corel draw and adobe photoshop software eventually resulting in comic book as learning media. The data collection was conducted using interview, observation, questionnaire, and test techniques. The result of interview and observation was analyzed descriptively qualitatively, while questionnaire and test were analyzed quantitatively.

The conclusions of research were as follows. 1) The use of learning media in History subject in the eleventh grade of Social Sciences of SMA Negeri 3 Surakarta was still less varying. 2) The development of Rengasdengklok incidence comic learning media had been consistent with ADDIE method. The media developed was scored as good with the mean value of 3.132. 3) The effectiveness of learning media was analyzed using t test. From the result of t-test, it could be found that tstatistic = 3.132 at significance level of 0.05, because the result of t-test showed tstatistic > 0.05, therefore it could be said that H0 was accepted and it meant that the result of both groups had unequal learning achievement. Such the elaboration proved that the product of historical learning media in the form of Rengasdengklok incidence comic developed was effective to improve the students’ achievement.

Keywords: development, learning media, comic, Rengasdengklok incidence.

PENDAHULUAN

Di dalam mukadimah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 akan terlihat bahwa para pendahulu kita yang telah memproklamasikan Republik ini dengan jelas-jelas mengemukakan arti

“merdeka” bagi seluruh rakyat Indonesia,

tanpa kecuali. Atas dasar itu, pendidikan

Indonesia secara terbuka menjamin kebebasan hak rakyat Indonesia untuk mendapat pendidikan yang sebaik mungkin. Hal ini juga dapat dilihat dalam pasal 31 UUD 1945 bahwa pemerintah Indonesia mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan


(2)

commit to user

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Kepaniteraan dan SekJen MK RI, 2014:34).

Kenyataan yang dipaparkan diatas cukup bertolak belakang dengan keadaan sistem pendidikan Indonesia sekarang. Menurut Maarif (Kompas, 17 juni 2014) Sistem pendidikan nasional belum banyak beranjak dari nuansa kolonial sehingga tidak melahirkan manusia cerdas dan merdeka, bangsa Indonesia piawai dengan konsep tetapi lemah pada implementasinya. Dari beberapa berita media massa yang memuat berita mengenai dinamika pendidikan Indonesia akan banyak ditemui fakta dan opini negatif mengenai pendidikan, baik itu dari guru, kepala sekolah, intansi pendidikan sampai kepada sistem yang berlaku pada pendidikan. Survey Bank Dunia juga menyimpulkan bahwa pencapaian pendidikan Indonesia berada dibawah Australia, Jepang, Hongkong, Cina dan Thailand (Asyhar, 2012:14).

Lewat kurikulum 2013 diatas akan terlihat bahwa pentingnya mata pelajaran sejarah Indonesia pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) ternyata berdampak suram pada kualitas pembelajaran sejarah Indonesia di sekolah. Guru enggan melakukan pengembangan-pengembangan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah. Berdasarkan

observasi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta, proses pembelajaran sejarah masih terlihat menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan belum meggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan media pembelajaran hanya sebatas pemanfaatan media slide power point.

Komik merupakan media visual berupa gambar dengan alur cerita yang berurutan berupa kolom-kolom yang disertai teks atau dialog. Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana siswa diharapkan mau membaca tanpa perasaan terpaksa atau harus dibujuk (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2005 : 68).

Hal diatas tentunya tidak terlepas dari anggapan bahwa cerita komik lebih mudah dicerna dengan bantuan gambar yang ada di dalamnya. Kelebihan dari bacaan yang berbentuk komik ini telah banyak dimanfaatkan oleh negara-negara maju sebagai alat untuk meningkatkan minat belajar anak pada buku-buku pelajaran. Salah satu negara yang telah memanfaatkan komik sebagai salah satu pendukung keberhasilan pendidikannya adalah Jepang (Romi Satria, 2008). Di negara ini, komik bukan merupakan benda asing yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Bahkan, beberapa buku sekolah di Jepang diterbitkan dalam bentuk komik.

Kenyataannya, komik menjadi media pembelajaran yang sangat efektif


(3)

commit to user

dan sangat diminati siswa dengan gambar dan cara bertuturnya yang lugas. Selain di Jepang, pemanfaatan komik sebagai media pembelajaran juga telah banyak dilakukan oleh praktisi pembelajaran di Indonesia. Komik telah banyak dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran di dalam kelas, maupun sebagai media penyuluhan bagi masyarakat mengenai topik-topik tertentu. Saat ini di Indonesia telah beredar komik pembelajaran yang dibukukan, tetapi lebih banyak didominasi oleh komik untuk pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. Respon dari masyarakat terhadap komik pembelajaran ini positif dan komik pembelajaran ini dianggap mampu membantu siswa untuk lebih mudah mempelajari konsep-konsep pelajaran yang sebelumnya dianggap sulit untuk dipahami.

Merupakan tugas wajib bagi guru untuk menyediakan suasana pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa. Penggunaan media komik yang digunakan dalam proses pembelajaran sejarah diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menambah semangat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Melalui media pembelajaran komik, siswa akan selalu berusaha mengembangkan setiap potensi diri yang dimilikinya melalui proses pembelajaran sejarah yang terjadi di sekolah.

Komik dengan gambar, alur cerita yang ringkas tanpa mengurangi dari substansi isi cerita, dan bahkan disuguhi dengan setiap gerakan yang dilakukan oleh tokoh di dalam komik dengan catatan angka yang menarik dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, tujuan pembelajaran akan menjadi mudah tercapai.

Menurut Kochhar (2008: 68) sejarah adalah mata pelajaran yang cukup sulit, karena ruang lingkup sejarah sangat luas, dengan terbatasnya waktu dan agar para siswa dapat mempelajari hal-hal baru setiap hari, pembuatan keputusan tentang materi yang diajarkan dan media yang digunakan untuk tingkatan yang berbeda-beda perlu dilakukan secara bijaksana.

Maka untuk mencapai keberhasilan komik sebagai media pembelajaran sejarah memang diperlukan kebijaksanaan guru sebagai seorang pengembang media pembelajaran, karena apabila isi dari peristiwa sejarah tidak tersampaikan maka keberhasilan media komik tidak akan pernah tercapai. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian untuk mengembangkan media pembelajaran sejarah berbentuk komik. Media pembelajaran akan difokuskan pada pelajaran sejarah Indonesia dengan materi peristiwa Rengasdengklok. Komik sejarah disini bukan hanya sekedar cerita yang diberi ilustrasi gambar saja, komik sejarah ini dapat menjadi hiburan


(4)

commit to user

siswa, meminimalisasi kebosanan untuk belajar sejarah dan memberi wawasan kebangsaan serta menumbuhkan rasa nasionalisme serta demokrasi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat lewat makna yang dipetik dari peristiwa Rengasdengklok. Lebih dari itu komik

peristiwa Rengasdengklok ini akan memuat tentang alur cerita bergambar tentang peristiwa menjelang kemerdekaan Republik Indonesia di Rengasdengklok, yang terkait pada Kompetensi Dasar point 3 Kurikulum 2013 tingkat SMA Kelas XI sosial.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan mengacu pada metode penelitian dan pengembangan (Research & Development) yang dikembangkan oleh Borg dan Gall serta Sugiyono. Penelitian dan pengembangan merupakan jenis penelitian yang banyak digunakan sebagai strategi meningkatkan kualitas dan memecahkan masalah pada ranah pendidikan. Menurut Sugiyono (2013: 407) penelitian Research & Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Prosedur penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (1983: 772) terdiri dari dua tujuan utama, yaitu mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam

mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan, produk yang dihasilkan dapat berupa software, hardware seperti buku, modul, paket program pembelajaran maupun alat bantu belajar. Sedangkan tujuan kedua disebut sebagai fungsi validasi. Dalam penelitian ini akan menghasilkan produk hardware, yaitu komik Rengasdengklok.

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pengembangan deskriptif prosedural, yang menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk. Apabila belum ada keputusan maka proses produksi belum dapat dilakukan, karena harus melewati beberapa tahapan validasi dan revisi. Pemilihan model Borg dan Gall dikarenakan model ini mempunyai karakteristik yang menekankan pada uji coba dan revisi yang berulang sehingga menghasilkan produk yang layak, selain itu analisis produknya terperinci berorientasi pada hasil belajar. Dalam penelitian ini model pengembangan tidak peneliti gunakan semua, hanya


(5)

commit to user

beberapa langkah penelitian saja yang dilakukan karena adanya keterbatasan, sehingga model pengembangan ini merupakan model pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi.

Modifikasi yang pertama, yaitu pembatasan wilayah uji coba. Peneliti hanya menggunakan satu sekolah untuk melakukan uji coba. Dilakukan uji kompetensi sebagai langkah untuk menguji efektivitas produk media pembelajaran yang dikembangkan. Pelaksanaan uji kompetensi melibatkan dua kelas yaitu kelas yang

menggunakan media pembelajaran menggunakan media komik yang disebut kelas eksperimen yang terdiri dari 30 siswa dan kelas yang

menggunakan media video

pembelajaran yang disebut kelas kontrol yang juga terdiri dari 30 siswa. Dua kelas yang diambil harus memiliki tingkat kecerdasan yang sama. Kedua, langkah penelitian hanya dilakukan hingga langkah kesembilan.

HASIL PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

Hasil penelitian merupakan tahap awal dalam penelitian ini. Diantaranya terdapat penjabaran mengenai hasil dari studi pendahuluan, meliputi dua kegiatan, yaitu studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan dalam studi literatur meliputi studi kurikulum dan silabus mata pelajaran sejarah untuk menentukan materi yang akan digunakan dalam isi media.

Studi lapangan atau observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi atau keadaan sekolah dan proses pembelajaran sejarah. Mengkaji karakter subyek penelitian dan melihat kemunginan-kemungkinan jika

produk penelitian berupa komik rengasdengklok dalam pembelajaran sejarah.

Hasil observasi terhadap mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Surakarta, diperoleh gambaran proses pembelajaran khususnya pada standart kompetensi guru dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu bagaimana pengetahuan guru mengenai media pembelajaran dan bagaimana penerapan proses engajaran dalam kelas, apakah

sudah menggunakan media

pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah. Selanjutnya merupakan penjabaran tentang seperti apakah bentuk kebutuhan guru dan siswa dalam media pembelajaran di kelas.

1. Kompetensi Guru dalam

Penggunaan Media Pembelajaran

Hasil observasi kompetensi guru dalam penggunaan media pembelajaran

terhadap mata pelajaran sejarah di kelas XI pada SMA Negeri 3 Surakarta pada


(6)

commit to user

tanggal 24 September 2014, diperoleh gambaran proses pembelajaran bahwa guru di kelas masih menggunakan metode pembelajaran secara tradisional dan meski menggunakan media pembelajaran berupa power point yang dihubungkan pada LCD projector, namun tidak di aplikasikan pada semua materi sejarah.

Wawancara dilakukan pada Wakil kepala sekolah bagian kurikulum, Wakil kepala sekolah bagian humas, guru mata pelajaran sejarah kelas XI IPS, dan beberapa siswa di kelas XI IPS. Peneliti mewawancarai dan berkolaborasi dengan Bapak Drs. Sri Widadi, M. Hum selaku guru mata pelajaran sejarah untuk kelas XI di SMA Negeri 3 Surakarta. Hasil wawancara diperoleh adalah gambaran bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran oleh guru belum bervariasi dan penggunaannya belum ke semua materi pelajaran, khususnya pelajaran sejarah. Untuk mengatasi kebosanan dalam pembelajaran sejarah, guru hanya

menerapkan pembelajaran yang inovatif, seperti tanya jawab individu dan kelompok.

Guru belum mengembangkan sebuah media pembelajaran disebabkan oleh beberapa kendala yaitu waktu dan biaya. Waktu dalam hal ini adalah keluangan untuk menyusun media yang mampu meningkatkan pemahaman dan minat dalam proses belajar di kelas, sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah belum tersedianya anggaran untuk membuat variasi media pembelajaran di kelas. Guru hanya menjelaskan fakta-fakta dan konsep saja, hal ini berdampak pada gaya belajar siswa yakni siswa hanya bisa memaparkan fakta-fakta hafalan saja dengan sederhana, namun mereka tidak dapat menghubungkan hal tersebut kedalam kehidupan mereka, sehingga pelajaran sejarah tidak bermakna dan siswa hanya memiliki tingkat hafalan yang tinggi namum memiliki

pemahaman yang redah.

Analisis Kebutuhan Guru

Pada tahap ini, analisis kebutuhan guru dilihat dari hasil wawancara dan kompetensi guru mengenai media pembelajaran yang dipakai selama ini. Dari hasil temuan dalam penelitian, guru Sejarah pada SMA Negeri Surakarta, khususnya guru kelas XI IPS, masih menggunakan metode ceramah di sertai media pembelajaran berupa slide power

point. Isi dari slide itu juga merupakan ringkasan dari isi materi yang ada pada buku teks. Hal itu dapat diketahui bahwa guru belum pernah menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.

Guru mengungkapkan bahwa, sebenarnya mempunyai niat dan berkeinginan untuk mengembangkan media pembelajaran, namun masih


(7)

commit to user

terkendala banyak hal, diantaranya adalah kendala waktu pembuatan dan keterampilan dalam menciptakan media pembelajaran yang baru. Pada saat pembelajaran berlangsung, media pembelajaran yang tepat dirasa sangat penting agar kegiatan pembelajaran berjalan lancar dan guru dapat menyampaikan materi dengan maksimal, namun hal itu terkadang terkendala pada situasi dan kondisi pada kelas yang terdiri dari berbagai macam karakter siswa. Saat pelaksanaan pembelajaran dikelas, sering siswa terlihat malas, dan mengobrol dengan teman lainnya. Maka dari itu guru membutuhkan cara mengajar baru yang lebih efektif

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya yaitu dengan

menggunakan media yang

dikembangkan, yakni media komik pembelajaran. Komik merupakan media yang menarik bagi siswa, karena didalamnya tidak hanya terdapat materi berupa teks yang sering dianggap monoton untuk dipelajari, tetapi di dalamnya terdapat gambar berupa sketsa adegan yang menceritakan sesuatu sehingga pembacanya tidak bosan. Maka pengembangan media komik dirasa dapat menjawab kebutuhan guru untuk memberikan media pembelajaran yang tepat dikelas.

Analisis Kebutuhan Siswa

Analisis kebutuhan siswa merupakan tahapan awal yang dilakukan saat studi pendahuluan dalam mengembangkan media ini. Dalam proses mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang diharapkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap yang sudah mereka miliki (Sudiman, 2002: 99).

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi materi peristiwa Rengasdengklok, yaitu peristiwa detik-detik menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dari buku-buku teks untuk memperoleh gambaran hal apa saja yang akan dicantumkan pada dialog dan scene

cerita di dalam komik pembelajaran. Kemudian dilakukan penyesuaian materi dengan materi yang diajarkan dalam kelas XI, apakah memang sudah sesuai dengan materi dalam kurikulum 2013. Peneliti selanjutnya mengumpulkan alat dan bahan-bahan pendukung seperti foto-foto tokoh peristiwa Rengasdengklok untuk pedoman penggambaran karakter dalam komik, dan alat-alat tulis. Setelah pesrsiapan media pembelajaran selesai, selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara langsung kepada pihak sekolah yaitu wakasek bagian humas, guru sejarah, dan siswa kelas XI IPS.

Observasi dilakukan oleh peneliti yang berlangsung sejak bulan Juli-Agustus 2014, kemudian wawancara


(8)

commit to user

pada bulan September, dan dilanjutkan pada saat uji coba produk yang berupa media pembelajaran disekolah. Pada saat observasi awal, peneliti mengamati bagaimana kondisi serta lingkungan SMA Negeri 3 Surakarta, baik prosess KBM hingga media yang dipergunakan oleh sekolah tersebut.

Kesimpulan dari observasi yang dilakukkan di SMA Negeri 3 Surakarta adalah pembelajaran sejarah dikelas XI telah menggunakan media pembelajaran berupa power point namun tidak pada semua materi dan masih menerapkan metode pembelajaran ceramah. Hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa siswa kurang bisa memahami prinsip dasar ilmu sejarah dan mendeskripsikan pemahaman makna yang bisa diambil dari kajian materi dalam sebuah peristiwa sejarah.

Melihat hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dan pihak sekolah, maka menghasilkan titik temu bahwa diperlukan media pembelajaran yang baik, efektif dan menyenangkan untuk

mengakomodasi kebutuhan

pembelajaran sejarah. Dari sinilah dimulainya kerja sama antara peneiti dan guru serta siswa untuk mengembangkan media yang tidak biasa mereka pergunakana sebelumnya, media ini nantinya akan berupa komik peristiwa Rengasdengklok.

Penggunaan komik peristiwa Rengasdengklok ini diharapkan dapat membantu, baik siswa maupun guru agar materi yang disampaikan mudah dipahami. Pembelajaran ini akan memberikan contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar sehingga konsep dasar ilmu sejarah bisa bermakna, karena selama ini hanya dianggap sebagai mata pelajaran hafalan peristiwa angka tahun dan nama tokoh atau pahlawan saja.

Setelah mengetahui siswa yang menjadi sasaran pengembangan media komik peristiwa Rengasdengklok yang akan disusun, selanjutnya yang menjadi sasaran dikembangkannya media pembelajaran.

Bentuk Awal Media Komik Peristiwa Rengasdengklok

a. Pengkajian Materi

Pada tahap ini ditentukan materi yang akan disampaikan pada siswa, perangkat media dan penggunaannya. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi menjelang peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya pada Peristiwa

Rengasdengklok untuk siswa SMA kelas XI. Materi disesuaikan dengan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.


(9)

commit to user

Materi tersebut merupakan bagian dari materi dari Kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada beberapa sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Surakarta sejak tahun ajaran 2013/2014. Materi ini dipilih karena pembahasannya menarik. Pada peristiwa menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan terdapat konflik antara golongan tua dan golongan muda yang mengandung makna demokrasi dan nasionalisme yang dapat dicontoh pada siswa saat ini.

Untuk memahaminya, disajikan buku pedoman pembelajaran yang berisi materi ringkas tentang materi ajar, namun terkhusus pada materi perisitwa Rengasdengklok hanya disebutkan alur cerita yang singkat. Maka dengan adanya media komik pembelajaran peristiwa Rengasdengklok ini diharapkan mampu menambah pemahaman siswa terhadap makna nasionalisme yang tersurat dalam peristiwa tersebut, serta tercapainya tujuan belajar.

c. Pembuatan Desain Media

Dalam tahap ini dilakukan penentuan konsep dari media komik pembelajaran yang akan dikembangkan. Media komik didesain sebagai alat bantu pembelajaran. komik sebagai alat bantu dalam pembelajaran lebih ditekankan untuk mempermudah siswa memahami dan untuk mengingat kembali materi yang disajikan dalam komik. media komik dicetak menjadi sebuah buku komik menggunakan kertas HVS dan kertas art pepper pada sampul komik. tahap yang dihasilkan adalah berupa naskah.

Pada penyusunan naskah ini dilakukan dengan mengacu pada landasan-landasan teori yang dihasilkan dari kajian pustaka. Dengan cara memadukan kesesuaian karakteristik model yang akan dikembangkan dengan

bidang pengembangan dan

perkembangan siswa. Naskah yang

dibuat menunjukkan gambaran kasar dari komik yang akan dikembangkan berupa dialog pendek yang diucapkan pada tokoh dalam komik. Dimulai dari cover, kemudian masuk menuju halaman pendahuluan yang berisi penjelasan situasi awal dan kalimat pengantar cerita. Setelah itu mulai masuk pada

halaman komik peristiwa

Rengasdengklok yang dimulai dengan percakapan dari golongan muda tentang kekalahan Jepang terhadap sekutu, kemudian pada halaman selanjutnya berlanjut cerita tersebut sampai pada akhir cerita menggambarkan situasi upacara proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Pada halaman akhir dicantumkan keterangan gambar berupa pengenalan tokoh-tokoh. Setelah naskah selesai dibuat, selanjutnya dijadikan dialog antar tokoh dalam komik peristiwa


(10)

commit to user

Rengasdengklok. Dialog di kelompokkan sesuai dengan sketsa gambar pada tiap bagian percakapan. Naskah dan dialog

hasil pendesainan komik terdapat pada lampiran.

d. Produksi Komik Pembelajaran

Pada tahap ini dilakukan pembuatan gambar sesuai dengan naskah desain komik. Pembuatan gambar dilakukan secara manual, yaitu digambar tangan pada kertas HVS dan menggunakan pensil HB, 2B, dan 8B untuk membuat sketsa awal pada gambar komik. Setelah sketsa menggunakan pensil telah selesai, kemudian sketsa komik di tebalkan dan diarsir menggunakan drawing pen ukuran 0.1 dan 0.5 dan sisa sketsa dengan pensil dihapus menggunakan penghapus pensil.

Tahap selanjutnya adalah editing. Editing di lakukan dengan bantuan aplikasi perangkat lunak corel draw. Sketsa komik yang telah jadi di scan dalam bentuk JPEG. Kemudian di upload ke dalam corel draw yang telah dibuka. Komik diberi efek shepia atau warna kuning kecoklatan sebagai warna dasar, dan pada sketsa di beri efek arsiran dan pewarnaan hitam yang mempertegas siluet dan bayangan pada gambar. Setelah itu dimasukkan naskah dan dialog yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Naskah berupa kalimat pengantar diletakkan pada satu halaman penuh yang berposisi di tengah kertas. Huruf yang digunakan adalah Comic San MS ukuran 14 dan latar halaman berwarna hitam sementara tulisan

berwarna kuning. Kemudian dialog yang disisipkan pada gelembung kosong di sketsa komik sesuai dengan alur percakapan dan situasi pada sketsa tersebut.

Setelah itu, seluruh gambar komik yang telah jadi disusun berdasarkan urutan gambar dan di edit memakai aplikasi software Adobe Photoshop CS3. software Adobe Photoshop CS3 merupakan perangkat yang digunakan untuk proses colouring akhir. Hasil dari Adobe Photoshop CS3 merupakan sebuah gambar / image, yang di dalam program komputer grafis terdiri dari 2 kategori, yaitu image bitmap dan vector. Pada proses ini dilakukan pengecekan kualitas gambar, mengedit kecerahan warna dan penambahan efek warna dan arsiran. Hasil gambar berkualitas tinggi dengan menggunakan Adobe photoshop CS3 sangat mempengaruhi pixel image tersebut, maka dari itu perlu diperhatikan dimensi pixel yang diperlukan, resolusi gambar yang akan dibuat, dan resolusi monitor yang dapat menunjang tampilan gambar agar berkualitas. Tampilan hasil akhir komik peristiwa Rengasdengkok ini ada pada lampiran.

File komik yang telah dibuat dan disimpan dalam suatu folder kemudian dicetak/diprint menggunakan printer.


(11)

commit to user

Berikut ini adalah bentuk awal dari desain komik pada tahap menggambar sketsa komik menggnakan pensil dan

kemudian ditebalkan serta diarsir menggunakan drawing pen.

Hasil Pengembangan

1. Hasil Uji Validasi Tim Ahli

Validasi Ahli Materi

Hasil dari validasi ahli materi media pembelajaran ini mempunyai jumlah total nilai 52 bila di rata-rata 4,72 dan bila di konversikan berdasarkan skala 5 maka keseluruhan dinyatakan Baik dan layak diterapkan dalam proses pembelajaran dengan revisi sesuai saran dari ahli materi.

Ahli materi memberikan saran untuk merevisi, yaitu: dalam pendahuluan terdapat prolog atau pengantar cerita dalam komik yang perlu diganti jenis tampilan hurufnya (font) dan ukurannya. Dari desain awal, penulis menggunakan font Comic Sans MS, lalu diganti menjadi font jenis Gloucester MT

Extra Condensed. Kemudian warna font yang semula berwarna putih diganti menjadi kuning, serta ukuruan huruf yang semula berukuran 12 diganti menjadi ukuran 14. Tujuan diganti font ini adalah agar bisa membedakan tampilan huruf antara prolog dan huruf di isi percakapan pada komik. Selain itu, apabila tulisan dalam prolog masih menggunakan font Comic San MS, oleh ahli media dianggap kurang terlihat karena jenis font ini yang cenderung tipis. Demikian pula dengan diubahnya warna dan ukuran font tujuannya agara pembaca mudah membacanya.

Validasi Ahli Media

Hasil validasi dari ahli media, media pembelajaran ini mempunyai jumlah total nilai 51 bila di rata-rata 4,63 dan bila di konversikan berdasarkan skala 5 maka keseluruhan dinyatakan Baik dan layak diterapkan dalam proses pembelajaran dengan revisi sesuai saran dari ahli materi. Maka dapat disimpulkan bahwa media komik peristiwa Rengasdengklok dianggap layak oleh ahli materi sejarah untuk digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran sejarah.

Saran revisi yang diberikan dari ahli media adalah dalam hal ukuran buku komik. Agar mengganti ukuran cetak kertas yang semula dirasa terlalu

besar yaitu berukuran Legal 8,5” x 14”

22 x 36 cm menjadi ukuran A4. Tujuannya adalah agar komik ini tidak terlalu besar, sehingga mudah untuk dibawa dan dibaca oleh siswa. Kemudian ahli media memberikan saran agar warna tampilan komik dipertegas. Pada desain awal, pewarnaan komik dianggap sedikit pucat, maka disarankan untuk


(12)

commit to user

mengubah efek dari tampilan komik. efek komik lalu diubah menjadi efek kekuningan atau efek shepia. Selain itu, ahli media memberikan saran agar pada

setiap lembar isi komik diberi keterangan nomor halaman agar pembaca lebih dapat memahami alur cerita komik.

2. Hasil Uji Coba di Lapangan

Terdapat tiga tahap penilain uji coba terhadap siswa, diangtaranya penilaian uji coba satu-satu diterapkan pada tiga siswa, uji coba kelompok kecil pada 9 siswa, dan uji coba lapangan pada 30 siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Surakarta, dengan kriteria siswa memiliki kemampuan tinggi, siswa memiliki kemampuan sedang, dan siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Setelah melakukan Uji coba pada siswa, diperoleh hal-hal yang harus di revisi, diantaranya adalah agar memperjelas pengenalan pada tokoh. Pada desain awal tidak ada pengenalan tokoh yang berperan dalam komik peristiwa Rengasdengklok ini. Setelah di revisi, maka dimuncukan pengenalan tokoh yang terdiri dari tokoh golongan muda dan golongan tua yang diletakkan pada halaman terakhir di buku komik.

3. Kajian Bentuk Final Media Komik Peristiwa Rengasdengklok

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yaitu penelitian yang berorientasi pada produk baik atau tidak digunakan sebagai media pembelajaran. produk yang dikembangan dalam penelitian ini berupa media komik peristiwa Rengasdengklok pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta. Setelah melalui berbagai tahap pengembangan maka dihasilkan sebuah komik pembelajaran peristiwa Rengasdengklok yang dapat dibaca kapanpun dan dimanapun. Dalam komik ini disajikan runtutan cerita dari peristiwa Rengasdengklok, dari kekalahan Jepang terhadap sekutu sampai dengan proklamasi Setelah melalui tahap validasi, uji coba lapangan,

dan dengan adanya revisi yang berulang-ulang, maka dihasilkan bentuk final media komik peristiwa Rengasdengklok.

Komik sebagai alat bantu dalam pembelajaran lebih ditekankan untuk mempermudah siswa memahami dan untuk mengingat kembali materi yang disajian dalam komik. media ini juga dapat digunakan guru pada saat kegiatan belajar dengan panduuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Komik yang sudah melalui tahap validasi dari ahli media dan ahli materi selanjutnya di uji cobakan pada siswa dengan tiga tahap uji coba, yaitu uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Hasil penghitungan pada angket media dijelaskan dengan


(13)

commit to user

langkah deskriptif kuantitatif, dari temuan tersebut dihasilkan penilaian bahwa komik pembelajaran yang dikembangkan telah dinyatakan baik, namun juga ada saran revisi atau perbaikan media komik untuk menghasilkan produk final yang lebih baik lagi. Revisi dari masing masing

tahap validasi dan uji coba juga telah dibahas pada subbab sebelumnya.

Akhirnya diperoleh produk komik peristiwa rengasdengklok yang memenuhi kriteria baik, menarik, dan efektif sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran sejarah SMA kelas XI IPS.

4. Media Komik Rengasdengklok di SMA Negeri 3 Surakarta

a. Uji Pra Syarat

Uji efektifitas media dilakukan dengan membandingkan nilai post test yang diperoleh dari kelas kontrol yang menggunakan media pebelajaran power point dan kelas eksperimen yang menggunakan media komik. Uji efektivitas yang dari kelas kontrol dan dilaksanakan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Surakarta, dengan jumlah siswa 35. Sebelum melakukan uji efektivitas, masing-masing digunakan dalam pre test yang sama.

Soal yang digunakan dalam pre test telah melalui uji validasi dan uji reabilitas. Uji coba soal untuk menentukan jumlah soal yang valid dan reliabel telah dilakukan sebelumnya pada kelas uji coba, yakni menggunakan kelas XI IPS 2 yang tidak memiliki hubungan apapun dengan sampel yang terdapat pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Dari 40 butir soal yang valid dipilih menjadi 32 butir soal yang valid dan 8 butir soal yang tidak valid. Butir soal yang valid inilah yang dipakai untuk pre test pada kelas kontrol

dan eksperimen. Hasil selengkapnya ditampilkan pada Lampiran.

Pre test yang dilakukan pada kelas kontrol dan eksperimen berguna untuk mengetahui dan membandingkan kemampuan yang dimiliki siswa pada masing kelas, bahwa masing-masing kelas mempunyai kemampuan yang sama (homogen). Hasil rata-rata pre-test yang dilakukan pada kelas kontrol adalah 15,83 sedangkan pada kelas eksperimen adalah 19,83 Langkah yang akan dilakukan selanjutnya adalah menguji kesetaraan antara nilai pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka masing-masing kelas diberi perlakuan. Perlakuan akan dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan media komik peristiwa Rengasdengklok pada saat pembelajaran sejarah dilakukan. Sedangkan pada kelas kontrol, perlakuan penggunaan media komik ini tidak di berlakukan, hanya menggunakan power point. Pengujian efektivitas dengan menggunakan uji t.


(14)

commit to user

Sebelum melakukan uji efektivitas semua data harus melalui uji normalitas.

1) Uji Kesetaraan

Uji ini akan dilakukan menggunakan uji t independen. Untuk mengetahui keadaan awal sebelum perlakuan diberikan (antara eksperimen dan kontrol), dilakukan pemberian pre test kepada kelompok subyek yang diberikan perlakuan. Dari hasil analisis pre test menggunakan SPSS 20

menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun eksperimen memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda atau setara. Dengan signifikasi 0, 881 > 0,05. Jadi sampel dapat digunakan untuk eksperimen penelitian

.

2) Uji Normalitas Populasi

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sampel yang ditentukan dari populasi yang berdiistribusi normal. Jadi pengujian ini dilakukan pada suatu variabel yang mempunyai dua atau lebih kelompok data yang dimaksudkan untuk megetahui apakah tiap kelompok data berasal dari populasi normal atau tidak (Priyatno, 2008). Uji normalitas dianalisis dengan menggunakan uji statistik (pendekatan Tes Formal) Kolmogorov Smirnov (K-S) yang tersedia dalam program paket statistik analisis SPSS versi 20. Berikut adalah hasil dari uji tersebut. Uji normalitas yang dilakukan menunjukkan bahwa uji sampel brasal dari yang berdistribusi normal. Data yang diuji adalah prestasi belajar sejarah pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Keputusan dilakukan dengan melihat angka probalitas dengan ketentuan H0 diterima jika sig. > 0,05, sedangkan H0 ditolak jika sig. < 0,05. Maka diperoleh nilai signifikansi dari dua variabel dengan hasil lebih besar

daro 0,05 (0,637, 0,982 > 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa data yang diperoleh memiliki distribusi yang normal.

3) Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas dilakukan menggunakan analisis Levene test of homogeneity of variance yang dihitung dengan bantuan program SPSS 20. Uji ini merupakan salah satu syarat penggunaan uji t, jika varian populasi tidak sama, maka uji t tidak dapat dipergunakan sebagai alat analisis. Pengambilan keputusan dilakukan dengan angka probalitas dimana probalitass sig > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya apabila probalitas sig < 0,05 maka H0 ditolak. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi 0,055 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima atau populasi mempunyai variansi homogen. Untuk rincian hasil perhitungan melalui SPSS 20 dilampirkan pada Lampiran.

b. Uji Efektfitas Media

Untuk membuktikan efektifitas dalam pengembangan media komik peristiwa Rengasdengklok, maka harus


(15)

commit to user

dilakukan uji efektifitas dengan menggunakan uji t. Hasil uji efektifitas dianalisis menggunakan bantuan dari program SPSS 20 diperoleh thitung = 3,132 dengan db 68, p sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi / sig. 5% (p < 0,05), maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai prestasi yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan setelah adalanya penerapan produk media pembelajaran sejarah

berupa komik peristiwa Rengasdengklok yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi siswa. Perbandingan rata-rata nilai prestasi belajar kelas eksperimen (kelompok yang menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan) = 8,01 > rata-rata nilai prestasi belajar kelas kontrol (kelompok yang menggunakan power point) = 7,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penggunaan Media Pembelajaran

Komik Peristiwa Rengasdengklok di SMA Negeri 3 Surakarta

Dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Surakarta, guru masih belum bervariasi dalam memanfaatkan media pembelajaran. Fasilitas kelas telah dilengkapi dengan perlengkapan LCD projector yang memungkinkan guru

untuk menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi. Guru sejarah hanya memanfaatkan power point sebagai media dan penerapannya tidak pada semua materi pembelajaran. dalam metode penyampaian materi terhadap siswa, guru menggunakan gaya konvensional yaitu dengan ceramah dan tanya jawab yang berpedoman pada buku teks. Dengan adanya situasi tersebut maka dihadapkan dengan persoalan tentang bagaimana memberikan materi pelajaran kepada

siswa agar dengan mudah dapat diterima dan dimengerti siswa.

Keinginan untuk membelajarkan siswa menggunakan media dikalangan guru sangat tinggi, namun berbagai kendala yang ditemukan adalah masih banyak guru yang belum mengetahui

bagaimana membuat media

pembelajaran yang baik, dan jika mengetahui terkadang mereka tidak ada waktu untuk membuatnya. Masalah lain yaitu terkait dengan waktu yang diluangkan guru untuk membuat media pembelajaran sangat terbatas karena sebagian waktu guru dimanfaatkan untuk pekerjaan lain yang sifatnya dapat mendatangkan uang.

Pengamatan tentang metode atau model yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran sejarah yang hanya berpegang pada buku teks kemudian melanjutkan penyampaian dengan


(16)

commit to user

menggunakan power point dan metode ceramah menghasilkan kondisi kelas seakan mati dan memang terasa membosankan. Siswa terlihat ada yang sibuk sendiri dengan teman sebelahnya. Ada pula yang sesekali menguap (mengantuk). Bahkan pada saat guru memberikan pertanyaan sebagai umpan untuk mengevaluasi materi pelajaran, banyak dari siswa yang hanya diam. Hal ini menggambarkan betapa mereka terlihat tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Untuk hal itu tidak dipungkiri bahwa media pembelajaran sangat dimungkinkan dapat digunakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.

Saat peneliti mulai melaksanakan penelitian di SMA Negeri 3 Surakarta,

dan memperkenalkan media

pembelajaran komik yang akan dikembangkan, guru sejarah sangat mengapresiasi komik tersebut untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran sejarah dikelas. Media pembelajaran komik dianggap sebagai media baru yang belum pernah terfikirkan sebelumnya dan menjadi diharapkan mampu memberi banyak dampak positif bagi pembelajaran sejarah selanjutnya, terutama untuk memotivasi siswa dan mempermudah guru dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis karakter sesuai dengan landasan kurikulum 2013.

2. Pengembangan Media Pembelajaran

Sejarah Menggunakan Komik

Peristiwa Rengasdengklok

Pada studi pendahuluan menyatakan bahwa proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Surakarta selama ini menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru atau lebih sering disebut teacher centered. Guru mata pelajaran sejarah belum mengupayakan sepenuhnya mengenai penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah. Oleh karena itu pengembangan media pembelajaran sejarah pun masih terkendala oleh beberapa hambatan. Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa harus memiliki jiwa nasionalisme dan kemampuan berfikir kritis dalam menghadapi masalah. Dalam materi pembelajaran sejarah pada siswa SMA, untuk mewujudkan sikap tersebut tersirat dalam materi pembelajaran mengenai peristiwa menjelang detik proklamasi kemerdekaan, khususnya pada peristiwa Rengasdengklok. Bertolak dari hasil pengamatan tersebut diperlukan sebuah media pembelajaran yang mampu membangkitkan minat, memberikan motivasi, menyampaikan makna materi dengan baik dan tentunya memberikan sebuah inovasi baru dalam proses pembelajaran sejarah. Karena alasan tersebut dalam penelitian ini dikembangkan sebuah media


(17)

commit to user

pembelajaran menggunakan komik peristiwa Rengasdengklok..

Pada saat proses pembelajaran dikelas, peneliti mengembangan media pembelajaran menggunakan komik peristiwa Rengasdengklok adalah teori belajar konstruktivisme. Esensi dari teori ini menurut Sagala (2012: 88) adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situai lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkontruksi pengetahuan di bena mereka sendiri.

Media komik peristiwa Rengasdenglok yang dikembangkan berupa buku komik pembelajaran, memuat visual dari isi cerita dalam peristiwa Rengasdengklok yang disajikan dengan gambar-gambar disertai percakapan singkat antar tokoh. Sehingga siswa memperoleh gambaran yang konkret dalam pemikirannya. Maka secara tidak langsung penjelasan materi tentang peristiwa Rengasdengklok menjadi suguhan atau tampilan yang menyenangkan dari pada penyampaian materi dengan cara ceramah atau yang disampaikan menggunakan media power point.

Gambar pada media komik ini dibuat dengan sketsa tokoh yang digambar menyerupai tokoh aslinya. Pewarnaan dan arsiran pada gambar disesuaikan dengan standart gambar untuk tingkat SMA, yaitu tidak menggunakan gambar kartun atau animasi yang lebih cocok diterapkan pada siswa SD. SMA Negeri 3 Surakarta telah menerapkan kurikulum 2013 yang

mengutakaman pelaksanaan

pembelajaran dengan metode konstrutivisme yang sesuai dengan teknik pengajaran menggunakan komik ini. Di ruang kelas juga telah mendukung perlengkapan yang memadai untuk guru dapat mengembangkan media pembelajaran, maka langkah pengembangan media komik tersebut dapat menjadi variasi dan inovasi pembelajaran yang baru bagi guru. Saat siswa membaca komik secara berkelompok, mereka terlihat antusias dari tertarik pada media komik yang diberikan, sementara guru memberi arahan awal terkait materi yang diajarkan kemudian membentuk siswa menjadi beberpa kelompok agar pembelajaran menjadi efektif.

Dari penjelasan tentang manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses pembeajaran oleh Midun, memang dari hasil penerapan di dalam kelas sangat terlihat sekali kebermanfaatannya. Dengan demikian penerapan media menggunakan komik peristiwa Rengasdengklok yang


(18)

commit to user

dikembangkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat serta pemahaman siswa tentang materi pelajaran sejarah khususnya dari makna peristiwa rengasdengklok yang dapat digali oleh siswa. Maka dari itu komik yang disajikan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme, demokrasi dalam memecahkan perbedaan pendapat, dan rasa nasionalisme yang kini seakan sudah tergerus zaman. Sehingga diharapan pada nantinya siswa mampu bersikap bijak dengan apa yang akan dihadapi di masa depan. Mengingat seolah-olah semakin luntur saja persatuan di Indonesia dengan aksi-aksi yang belakangan ini membuang citra bangsa Indonesia, maka dirasa sangat perlu bagi guru sejarah untuk mampu membuat dan mengembangkan sebuah media pembelajaran yang berkualitas dan tentunya agar proses pembelajaran sejarah tidak membosankan, melainkan menjadi menyenangkan.

KESIMPULAN

1. Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta masih kurang bervariasi. SMA Negeri 3 Surakarta telah menerapkan

kurikulum 2013 yang

mengutakaman pembelajaran konstrutivisme yang sesuai dengan pengajaran menggunakan komik ini. Di ruang kelas juga telah mendukung perlengkapan yang

memadai untuk guru dapat

mengembangkan media

pembelajaran, maka langkah pengembangan media komik tersebut dapat menjadi variasi dan inovasi pembelajaran yang baru bagi guru. seperti yang dikelaskan penggunaan media pembelajaran di dalam kelas sangat terlihat sekali kebermanfaatannya. Dengan demikian penerapan media menggunakan komik peristiwa

Rengasdengklok dapat

menumbuhkan dan meningkatkan minat serta pemahaman siswa tentang materi pelajaran sejarah khususnya dari makna peristiwa rengasdengklok yang dapat digali oleh siswa. Sehingga diharapan pada nantinya siswa mampu bersikap bijak denga apa yang akan dihadapi di masa depan. Media pembelajaran komik ini dirasa sangat perlu bagi guru sejarah untuk mampu membuat dan mengembangkan sebuah media pembelajaran yang berkualitas dan tentunya agar proses pembelajaran sejarah tidak membosankan, melainkan menjadi menyenangkan.

2. Pengembangan media pembelajaran komik peristiwa Rengasdengklok ini dikembangkan sesuai dengan metode ADDIE. Setelah itu produk direvisi sesuai dengan saran-saran yang didapat dari proses validasi dan uji coba. Setelah produk siap,


(19)

commit to user

diadakan imolementasi kepada kelas eksperimen dan kepada kelas kontrol. Perlakuan pembelajaran dengan media komik hanya dilakukan pada kelas eksperimen saja, sedangkan kelas kontrol menggunakan media power point. Tahap berikutnya pengujian efektifitas media yang diukur melalui tes.

3. Berdasarkan uji efektifitas didapat hasil post test kelas eksperimen (menggunakan media yang dikembangkan) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (menggunakan media power point). Pernyataan tesebut dibuktikan berdasarkan analisis melalui uji t. Dari uji r diperoleh thitung = 3,132 dengan db 68, p sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi / sig. 5% (p < 0,05). Rata-rata nilai post test kelas eksperimen 8,01 > nilai kontrol 7,05. Maka ditarik keputusan uji H0 diterima dan itu artinya hasil kedua kelompok memliiki prestasi belajar yang tidak sama. Uraian tersebut membuktikan bahwa produk media pembelajaran sejarah berupa komik peristiwa Rengasdengklok yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoelgani, Roeslan. 1963.

Penggunaan

Ilmu Sejarah. Bandung: Prapanca.

Ainurrahman.

2010.

Belajar

dan

Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.

Anitah, Sri. 2011.

Media Pembelajaran.

Surakarta: UNS Press.

Arief, S. Dkk.. 1993.

Media

Pendidikan

Pengertian, Pengembangan dan

pemanfaatannya.

Jakarta:

Pustekkom Dikbud dan PT. Raja

Grafindo Persada.

Arikunto,

Suharsimi.

2002.

Prosedur

Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asyhar,

Rayandra.

2012.

Kreatif

Mengembangkan

Media

Pembelajaran.

Jakarta: Referensi

Jakarta.

Barzun, J, & Graff, H. F. 1982.

The

Modern Researcher. New York:

Harcounrt, Brance & World Inc.

Davis, Allen F. Dan Harold D. Woodman.

1991.

Konflik dan Konsensus

dalam Sejarah Amerika Modern.

Yogyakarta:

Gadjah

Mada

University Press.

Furchan, Arief. 2011.

Pengatar Penelitian

dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Gall, M. D., Gall, J. P., Brog, W. R. 1983.

Educational Research. Boston:

Pearson Education, Inc.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan..

Bandung: Alumni.

Kochhar, S. K. 2008.

Pembelajaran

Sejarah, Teaching of History

(Edisi

terjemahan

oleh

H.

Purwanta

dan

M.A.,Yovita

Hardiwati). Jakarta: PT Gramedia.

Kuntowijoyo.

2001.

Pengantar

Ilmu

Sejarah. Jakarta: Yayasan Bentang

Budaya.

Louis Gottschalk. 1985.

Mengerti Sejarah

(Edisi terjemahan oleh Nugroho

Notosusanto). Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press).

Musfiqon. 2012.

Pengembangan Media

dan

Sumber

Pembelajaran.

Jakarta: Prestasi Pustaka Karya.

Sartono Kartodirdjo. 1992.

Pendekatan

Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.


(20)

commit to user

Subakti,

Y.

K.

2010.

Paradigma

Pembelajaran Sejarah Berbasis

Kontruktivisme.

Yogyakarta:

Universitas

Sanata

Dharma

Yogyakarta.

Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 2010.

Media

Pengajaran.

Bandung:

Sinar Baru Algensindo.

Suganda, Her. 2009.

Rengasdengklok :

Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus

1945. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.

Sugiyono.

2013

Metode

Penelitian

Pendidikan

(Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. 2003. Kapita Selekta

IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suparno, Suhendra. 1995.

“Pengajara

n

Sejarah

Sebagai

Sarana

Memperkuat

Jatidiri

dan

Integritas

Bangsa”,

Dalam

Pengajaran Sejarah, Kumpulan

makalah

Simposium.

Jakarta:

Ditjarahnita.

Sutiyah. 1991.

Dasar-dasar IPS (IPS

4101), Buku Pegangan Kuliah

FKIP

P.IPS Sejarah. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Uno, Hamzah B., Nina Lamatenggo. 2010.

Teknologi

Komunikasi

&

Informasi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

W. R., Borg, & Gall, M. D. 2008.

Educationa;

Research

An

Instructional (7th Ed). New York:

Jurnal, Karya Ilmiah, Surat Kabar,Tesis

Airul Parapat, Budiyono, Sri Yutmini.

2014.

Efektifitas

Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem

Solving)

dengan

Pendekatan Kontekstual Terhadap

Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau

dari Motivasi Belajar Pesera

Didik SMA Negeri Surakarta

”.

Universitas

Sebelas

Maret,

Surakarta.

Kompas, Edisi Senin, 17 juni 2014

Musthafa, Bachrudin. 2002.

“Hak Asasi

Manusia dalam Pendidikan”

.

Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan

ISSN 0215-9643 No 1 Februari

2002.


(1)

commit to user

dilakukan uji efektifitas dengan menggunakan uji t. Hasil uji efektifitas dianalisis menggunakan bantuan dari program SPSS 20 diperoleh thitung = 3,132 dengan db 68, p sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi / sig. 5% (p < 0,05), maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai prestasi yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan setelah adalanya penerapan produk media pembelajaran sejarah

berupa komik peristiwa Rengasdengklok yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi siswa. Perbandingan rata-rata nilai prestasi belajar kelas eksperimen (kelompok yang menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan) = 8,01 > rata-rata nilai prestasi belajar kelas kontrol (kelompok yang menggunakan power point) = 7,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penggunaan Media Pembelajaran

Komik Peristiwa Rengasdengklok di SMA Negeri 3 Surakarta

Dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Surakarta, guru masih belum bervariasi dalam memanfaatkan media pembelajaran. Fasilitas kelas telah dilengkapi dengan perlengkapan LCD projector yang memungkinkan guru

untuk menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi. Guru sejarah hanya memanfaatkan power point sebagai media dan penerapannya tidak pada semua materi pembelajaran. dalam metode penyampaian materi terhadap siswa, guru menggunakan gaya konvensional yaitu dengan ceramah dan tanya jawab yang berpedoman pada buku teks. Dengan adanya situasi tersebut maka dihadapkan dengan persoalan tentang bagaimana memberikan materi pelajaran kepada

siswa agar dengan mudah dapat diterima dan dimengerti siswa.

Keinginan untuk membelajarkan siswa menggunakan media dikalangan guru sangat tinggi, namun berbagai kendala yang ditemukan adalah masih banyak guru yang belum mengetahui

bagaimana membuat media

pembelajaran yang baik, dan jika mengetahui terkadang mereka tidak ada waktu untuk membuatnya. Masalah lain yaitu terkait dengan waktu yang diluangkan guru untuk membuat media pembelajaran sangat terbatas karena sebagian waktu guru dimanfaatkan untuk pekerjaan lain yang sifatnya dapat mendatangkan uang.

Pengamatan tentang metode atau model yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran sejarah yang hanya berpegang pada buku teks kemudian melanjutkan penyampaian dengan


(2)

commit to user

menggunakan power point dan metode ceramah menghasilkan kondisi kelas seakan mati dan memang terasa membosankan. Siswa terlihat ada yang sibuk sendiri dengan teman sebelahnya. Ada pula yang sesekali menguap (mengantuk). Bahkan pada saat guru memberikan pertanyaan sebagai umpan untuk mengevaluasi materi pelajaran, banyak dari siswa yang hanya diam. Hal ini menggambarkan betapa mereka terlihat tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Untuk hal itu tidak dipungkiri bahwa media pembelajaran sangat dimungkinkan dapat digunakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.

Saat peneliti mulai melaksanakan penelitian di SMA Negeri 3 Surakarta,

dan memperkenalkan media

pembelajaran komik yang akan dikembangkan, guru sejarah sangat mengapresiasi komik tersebut untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran sejarah dikelas. Media pembelajaran komik dianggap sebagai media baru yang belum pernah terfikirkan sebelumnya dan menjadi diharapkan mampu memberi banyak dampak positif bagi pembelajaran sejarah selanjutnya, terutama untuk memotivasi siswa dan mempermudah guru dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis karakter sesuai dengan landasan kurikulum 2013.

2. Pengembangan Media Pembelajaran

Sejarah Menggunakan Komik

Peristiwa Rengasdengklok

Pada studi pendahuluan menyatakan bahwa proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Surakarta selama ini menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru atau lebih sering disebut teacher centered. Guru mata pelajaran sejarah belum mengupayakan sepenuhnya mengenai penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah. Oleh karena itu pengembangan media pembelajaran sejarah pun masih terkendala oleh beberapa hambatan. Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa harus memiliki jiwa nasionalisme dan kemampuan berfikir kritis dalam menghadapi masalah. Dalam materi pembelajaran sejarah pada siswa SMA, untuk mewujudkan sikap tersebut tersirat dalam materi pembelajaran mengenai peristiwa menjelang detik proklamasi kemerdekaan, khususnya pada peristiwa Rengasdengklok. Bertolak dari hasil pengamatan tersebut diperlukan sebuah media pembelajaran yang mampu membangkitkan minat, memberikan motivasi, menyampaikan makna materi dengan baik dan tentunya memberikan sebuah inovasi baru dalam proses pembelajaran sejarah. Karena alasan tersebut dalam penelitian ini dikembangkan sebuah media


(3)

commit to user

pembelajaran menggunakan komik peristiwa Rengasdengklok..

Pada saat proses pembelajaran dikelas, peneliti mengembangan media pembelajaran menggunakan komik peristiwa Rengasdengklok adalah teori belajar konstruktivisme. Esensi dari teori ini menurut Sagala (2012: 88) adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situai lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkontruksi pengetahuan di bena mereka sendiri.

Media komik peristiwa Rengasdenglok yang dikembangkan berupa buku komik pembelajaran, memuat visual dari isi cerita dalam peristiwa Rengasdengklok yang disajikan dengan gambar-gambar disertai percakapan singkat antar tokoh. Sehingga siswa memperoleh gambaran yang konkret dalam pemikirannya. Maka secara tidak langsung penjelasan materi tentang peristiwa Rengasdengklok menjadi suguhan atau tampilan yang menyenangkan dari pada penyampaian materi dengan cara ceramah atau yang disampaikan menggunakan media power point.

Gambar pada media komik ini dibuat dengan sketsa tokoh yang digambar menyerupai tokoh aslinya. Pewarnaan dan arsiran pada gambar disesuaikan dengan standart gambar untuk tingkat SMA, yaitu tidak menggunakan gambar kartun atau animasi yang lebih cocok diterapkan pada siswa SD. SMA Negeri 3 Surakarta telah menerapkan kurikulum 2013 yang

mengutakaman pelaksanaan

pembelajaran dengan metode konstrutivisme yang sesuai dengan teknik pengajaran menggunakan komik ini. Di ruang kelas juga telah mendukung perlengkapan yang memadai untuk guru dapat mengembangkan media pembelajaran, maka langkah pengembangan media komik tersebut dapat menjadi variasi dan inovasi pembelajaran yang baru bagi guru. Saat siswa membaca komik secara berkelompok, mereka terlihat antusias dari tertarik pada media komik yang diberikan, sementara guru memberi arahan awal terkait materi yang diajarkan kemudian membentuk siswa menjadi beberpa kelompok agar pembelajaran menjadi efektif.

Dari penjelasan tentang manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses pembeajaran oleh Midun, memang dari hasil penerapan di dalam kelas sangat terlihat sekali kebermanfaatannya. Dengan demikian penerapan media menggunakan komik peristiwa Rengasdengklok yang


(4)

commit to user

dikembangkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat serta pemahaman siswa tentang materi pelajaran sejarah khususnya dari makna peristiwa rengasdengklok yang dapat digali oleh siswa. Maka dari itu komik yang disajikan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme, demokrasi dalam memecahkan perbedaan pendapat, dan rasa nasionalisme yang kini seakan sudah tergerus zaman. Sehingga diharapan pada nantinya siswa mampu bersikap bijak dengan apa yang akan dihadapi di masa depan. Mengingat seolah-olah semakin luntur saja persatuan di Indonesia dengan aksi-aksi yang belakangan ini membuang citra bangsa Indonesia, maka dirasa sangat perlu bagi guru sejarah untuk mampu membuat dan mengembangkan sebuah media pembelajaran yang berkualitas dan tentunya agar proses pembelajaran sejarah tidak membosankan, melainkan menjadi menyenangkan.

KESIMPULAN

1. Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta masih kurang bervariasi. SMA Negeri 3 Surakarta telah menerapkan

kurikulum 2013 yang

mengutakaman pembelajaran konstrutivisme yang sesuai dengan pengajaran menggunakan komik ini. Di ruang kelas juga telah mendukung perlengkapan yang

memadai untuk guru dapat

mengembangkan media

pembelajaran, maka langkah pengembangan media komik tersebut dapat menjadi variasi dan inovasi pembelajaran yang baru bagi guru. seperti yang dikelaskan penggunaan media pembelajaran di dalam kelas sangat terlihat sekali kebermanfaatannya. Dengan demikian penerapan media menggunakan komik peristiwa

Rengasdengklok dapat

menumbuhkan dan meningkatkan minat serta pemahaman siswa tentang materi pelajaran sejarah khususnya dari makna peristiwa rengasdengklok yang dapat digali oleh siswa. Sehingga diharapan pada nantinya siswa mampu bersikap bijak denga apa yang akan dihadapi di masa depan. Media pembelajaran komik ini dirasa sangat perlu bagi guru sejarah untuk mampu membuat dan mengembangkan sebuah media pembelajaran yang berkualitas dan tentunya agar proses pembelajaran sejarah tidak membosankan, melainkan menjadi menyenangkan.

2. Pengembangan media pembelajaran komik peristiwa Rengasdengklok ini dikembangkan sesuai dengan metode ADDIE. Setelah itu produk direvisi sesuai dengan saran-saran yang didapat dari proses validasi dan uji coba. Setelah produk siap,


(5)

commit to user

diadakan imolementasi kepada kelas eksperimen dan kepada kelas kontrol. Perlakuan pembelajaran dengan media komik hanya dilakukan pada kelas eksperimen saja, sedangkan kelas kontrol menggunakan media power point. Tahap berikutnya pengujian efektifitas media yang diukur melalui tes.

3. Berdasarkan uji efektifitas didapat hasil post test kelas eksperimen (menggunakan media yang dikembangkan) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (menggunakan media power point). Pernyataan tesebut dibuktikan berdasarkan analisis melalui uji t. Dari uji r diperoleh thitung = 3,132 dengan db 68, p sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi / sig. 5% (p < 0,05). Rata-rata nilai post test kelas eksperimen 8,01 > nilai kontrol 7,05. Maka ditarik keputusan uji H0 diterima dan itu artinya hasil kedua kelompok memliiki prestasi belajar yang tidak sama. Uraian tersebut membuktikan bahwa produk media pembelajaran sejarah berupa komik peristiwa Rengasdengklok yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoelgani, Roeslan. 1963.

Penggunaan

Ilmu Sejarah

. Bandung: Prapanca.

Ainurrahman.

2010.

Belajar

dan

Pembelajaran.

Jakarta: Alfabeta.

Anitah, Sri. 2011.

Media Pembelajaran

.

Surakarta: UNS Press.

Arief, S. Dkk.. 1993.

Media

Pendidikan

Pengertian, Pengembangan dan

pemanfaatannya

.

Jakarta:

Pustekkom Dikbud dan PT. Raja

Grafindo Persada.

Arikunto,

Suharsimi.

2002.

Prosedur

Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktek

. Jakarta: Rineka Cipta.

Asyhar,

Rayandra.

2012.

Kreatif

Mengembangkan

Media

Pembelajaran.

Jakarta: Referensi

Jakarta.

Barzun, J, & Graff, H. F. 1982.

The

Modern Researcher

. New York:

Harcounrt, Brance & World Inc.

Davis, Allen F. Dan Harold D. Woodman.

1991.

Konflik dan Konsensus

dalam Sejarah Amerika Modern

.

Yogyakarta:

Gadjah

Mada

University Press.

Furchan, Arief. 2011.

Pengatar Penelitian

dalam Pendidikan

. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Gall, M. D., Gall, J. P., Brog, W. R. 1983.

Educational Research

. Boston:

Pearson Education, Inc.

Hamalik, Oemar. 1994.

Media Pendidikan..

Bandung: Alumni.

Kochhar, S. K. 2008.

Pembelajaran

Sejarah, Teaching of History

(Edisi

terjemahan

oleh

H.

Purwanta

dan

M.A.,Yovita

Hardiwati). Jakarta: PT Gramedia.

Kuntowijoyo.

2001.

Pengantar

Ilmu

Sejarah

. Jakarta: Yayasan Bentang

Budaya.

Louis Gottschalk. 1985.

Mengerti Sejarah

(Edisi terjemahan oleh Nugroho

Notosusanto). Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press).

Musfiqon. 2012.

Pengembangan Media

dan

Sumber

Pembelajaran.

Jakarta: Prestasi Pustaka Karya.

Sartono Kartodirdjo. 1992.

Pendekatan

Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah

. Jakarta: PT. Gramedia


(6)

commit to user

Subakti,

Y.

K.

2010.

Paradigma

Pembelajaran Sejarah Berbasis

Kontruktivisme

.

Yogyakarta:

Universitas

Sanata

Dharma

Yogyakarta.

Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 2010.

Media

Pengajaran.

Bandung:

Sinar Baru Algensindo.

Suganda, Her. 2009.

Rengasdengklok :

Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus

1945

. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.

Sugiyono.

2013

Metode

Penelitian

Pendidikan

(Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)

.

Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. 2003.

Kapita Selekta

IPS

. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suparno, Suhendra. 1995.

“Pengajara

n

Sejarah

Sebagai

Sarana

Memperkuat

Jatidiri

dan

Integritas

Bangsa”,

Dalam

Pengajaran Sejarah, Kumpulan

makalah

Simposium

.

Jakarta:

Ditjarahnita.

Sutiyah. 1991.

Dasar-dasar IPS (IPS

4101), Buku Pegangan Kuliah

FKIP

P.IPS Sejarah

. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Uno, Hamzah B., Nina Lamatenggo. 2010.

Teknologi

Komunikasi

&

Informasi

Pembelajaran

. Jakarta: Bumi Aksara.

W. R., Borg, & Gall, M. D. 2008.

Educationa;

Research

An

Instructional (7th Ed)

. New York:

Jurnal, Karya Ilmiah, Surat Kabar,Tesis

Airul Parapat, Budiyono, Sri Yutmini.

2014.

Efektifitas

Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem

Solving)

dengan

Pendekatan Kontekstual Terhadap

Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau

dari Motivasi Belajar Pesera

Didik SMA Negeri Surakarta

”.

Universitas

Sebelas

Maret,

Surakarta.

Kompas, Edisi Senin, 17 juni 2014

Musthafa, Bachrudin. 2002.

“Hak Asasi

Manusia dalam Pendidikan”

.

Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan

ISSN 0215-9643 No 1 Februari

2002.