Kartini dan Koruptor.

Pikiran Rakyat
o Setasa
4

5
20

o Mar

6

.

0

Rabu

7

W>


22

.Apr

0

9

23

Mei

0

0

Kamis

8


10
24

Jun

Jumat

25

0

Jut

26

0

o Sabtu
12


11

0

13
27

Ags OSep

Minggu

14
28

OOkt

15
29
ONov


16
30

ODes

Kartini dan Koruptor
Oleh YESMIL ANWAR

H
.

ABIS gelap terbitlah

terang, sebuah opti-

misme tentang harapan yang dimalmai seorang
R.A Kartini sebagai perempuan Indonesia yang merdeka
dalam berpikir dan bertindak.
Habis Gelap Terbitlah Terang,
adalah judul buku yang sangat

monumental. Isinya berupa
kumpulan surat Kartini seorang putri bupatikepada sahabatnya Nona Abendanon, perempuan kulit putih, warga negara Belanda tentang kegelisahan, harapan dan cita-cita
Kartini untuk memajukan kaurn perempuan Indonesia yang
terkurung dalam tradisi yang
masif. Kartini ingin p~rempuan
Indonesia dapat bebas bersekolah, mengenyam pendidikan
setinggi-tingginya sama dengan
kaum laki-Iaki.
Namun yang lebih penting
adalah kenyataan bahwa Kartini pada saat itu dapat dianggap
mewakili bangsa yang dijajah,
dan Nona Abendanon merupakan perwakilan dari bangsa
yang menjajah. Meskipun demikian, mereka sebagai individu dapat melepaskan diri dari
prasangka situasi dua bangsa
yang saling berseberangan.
Tulisan ini ingin menyoroti
secara selintas bagaimana kita

melihat dan mewujudkan nilainilai kekartinian pada masa kini yang esensinya telah dituangkan Kartini dal;un isi suratnya tentang optimisme perempuan Indonesia yang memiliki
kebebasan (liberty), kesamaan

(equality) dan persaudaraan
(fraternity) di dalam kehidupannya. Pemikiran Kartini pada
masa itu melampaui batasan
pemikiran perempuan Indonesia pada umumnya dan tidak
hanya menenibus keberadaan
perempuan dalam konsep gender, tetapi juga merupakan
deklarasi tentang keberadaan
perempuan Indonesia di mata
dunia, di mata perempuan, dan
di mata Kartini sendiri.
Lalu apakah yang dapat dipetik dari nilai-nilai kekartinian
yang dalam sebuah lagu didengungkan sebagai "pendekar
bangsa"? Bagaimana kita memandang nilai-nilai kartini dalam konsep kebangsaan,politik,
ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan hukum? Apakah kita
sudah mampu mengimplementasikan konsep kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan dalam konteks kekinian di bumi
Indonesia? Bagaimana kita memandang nilai-nilai kekartinian
dan sudut moralitas dan etika
sebagaimana yang diharapkan

Kliping Humas Unpad 2010


31

oleh bangsa dan negara?
Betapa ironisnya jika perempuan Indonesia diberi julukan
"ratu ekstasi", "ratu ngebor", "ra- .
tu goyang gergaji", dan berbagai

julukan lainnya untuk hal-hal
yang negatif. Di sidang pengadilan, saksi koruptor yang notabene
adalah perempuan Indonesia,
bernama Nunun Nurbaeti dan
Sumarni, sekretaris Nunun,
mendapatjulukan "miss pelupa"
karena tidak mampu mengingat
kepada siapa saja uang satu mili-'
ar diberikan dalam bentuk cek.
Tumbuh pertanyaan, sejauh mana peranan perempuan dalam
kasus-kasus korupsi di Indonesia
yang pada umumnya dilakukan

oleh laki-laki?
Dalam teori kriminologi kuno dari filosof Aristoteles bahwa penyebab kejahatan ada
dua macam; pertama adalah
emas, yang kedua adalah wanita. Orang sering mengatakan,
istri menjadi faktor pendorong
bagi terjadinya korupsi yang dilakukan sang suami karena
menuruti keinginan istrinya
untuk hidup melampaui kemampuan. Sang istri ingin rumah mewah, mobil bagus, de~
posito berlimpah. Namun apa
daya gaji suami tidak mencukupi. Besar pasak daripada tiang, kata pepatah. Meskipun tidak semua istri mendorong
suaminya menjadi koruptor.
Namun, potensi ke arah sana
terbuka lebar. Sikap mental

yang buruk, kesempatan yang
terbuka lebar, sistem pengawasan yang longgar plus istri
yangjauh dari nilai-nilai kekartinian akan mudah menjerumuskan sang suami menjadi
koruptor. Perempuan Indonesia yang terdidik dengan baik,
nalar ataupun akhlaknya, akan
sangat berguna untuk menjauhkan diri dan keluarganya dari peluang menjadi koruptor.

Di era emansipasi ini, banyak
sekali perempuan yang memegangjabatan penting dalam pemerintahan, sebagai bupati,
wali kota, penegak hokum, anggota parlemen, bahkan menteri sekalipun. Banyak di antara
mereka yang dijebloskan ke dalam penjara karena menjadi
koruptor. Artinya, emansipasi
dalam lapangan pekeIjaan antara perempuan dan laki-Iaki,
bukan hanya akan berdampak
positif pada harkat dan martabat perempUlln Indonesia. Kalau tidak diisi dengan nilai-nilai
kekartinian yang mulia, maka
peranan perempuan Indonesia
dalam tindak pidana korupsi,
dapat secara langsung maupun
tidak langsung menyuburkan
penyakit korupsi di Indonesia.
Apakah kita akan membiarkan koruptor ini lolos dari jeratan hokum karena saksi yang
kebetulan perempuan Indonesia dengan ringan mengatakan .
lupa sehingga hukum seolaholah tak berdaya. Apakah po-

tret perempuan Indonesia semaearn ini dapat menjadi salah
satu pendekar memberantas

korupsi? Tentu saja jawabannya tidak. Ironis sekali bila kita
simak bunyi lirik lagu "Ibu kita
Kartinipendekarbangsa"yang
kita nyanyikan pada 21 April
setiap tabun dalam acara-acara
peringatan Hari Kartini, di sekolah-sekolah dari tingkat SD
sampai dengan perguruan tinggi, di kantor-kantor pemerintab
maupun swasta, di RT/RW
berbagai permukiman,
dan
berbagai komunitas perempuan di Indonesia. Hal ini sangat
memperihatinkan.
Dalam era keterbukaan informasi dan kesetaraan gender, ternyata perempuan Indonesia sebagian besar masili dimarginalkan oleh keadaan dan berada
dalam kegelapan, diperalat untuk kepentingan politik, dan melancarkan transaksi koruptor.
Banyak sekali kasus korupsi
yang melibatkan wanita semaearn itu, sebagai contoh Artalita
(ayin) dalam kasusjaksa Drip.
Inilah sisi lain yang membuka kesempatan bagi perempuan uotuk berbenah diri agar
mampu mengimplementasikan
nilai-nilai kekartinian dan dengan lantang menyatakan "say

no to corruption". Selamat Ha-

ri Kartini.***

Penulis,
dosen Fakultas
Hukum Unpad dan Unpas.