KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-13.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

oleh

Yohanes Fajar Kristanto NIM 1003127


(2)

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-13

Oleh

Yohanes Fajar Kristanto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Yohanes Fajar Kristanto 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-13

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs.YayaSonjaya,M.Si NIP.196502121990031002

Pembimbing II

Muhamad Nurul Hana,S.Pd, M.Pd NIP.197101191997021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatatakan bahwa skripsi yang berjudul “KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT TM-13” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Yohanes Fajar Kristanto NIM 1003127


(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pada umumnya tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian, dan khususnya sektor perkebunan. Karena kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan baku produksi minyak goreng juga bahan baku biodiesel. Kelapa sawit adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi besar dibandingkan tanaman pangan lainnya (Kiswanto, 2008). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dilakukan usaha peningkatan kuantitas produksi kelapa sawit. Terdapat berbagai cara atau strategi untuk peningkatan kuantitas produksi buah kepala sawit, salah satu diantaranya yaitu dengan cara menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.

Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung tanah dalam penyediaan unsur hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara dari luar dengan cara pemupukan. Proses pemupukan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah sehingga tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pupuk juga dapat menggantikan unsur hara dalam tanah yang hilang karena pencucian (runoff oleh air hujan) dan terserap tanaman menjadi produk yang dihasilkan. Pupuk juga dapat memperbaiki kondisi tanah dan menjaga tanah agar tetap subur (Lukitaningsih, 2008).

Kajian Bidang Keahlian (KBK) Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia Prodi Kimia Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2006 mulai melakukan penelitian untuk mengekplorasi potensi biodiversitas Indonesia dalam rangka pengembangan pupuk/nutrien yang ramah lingkungan dan dapat berkontribusi


(6)

2

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

positif pada pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Salah satu target dari penelitian yang dikembangkan untuk menggantikan sebagian atau seluruh fungsi pupuk kimia adalah dengan mensintesis pupuk hayati atau bionutrien. Bionutrien ialah nutrisi yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tanpa merusak kesuburan tanah maupun menyebabkan pencemaran tanah dan air (Nurzaman, 2010). Produk bionutrien yang telah dihasilkan diantaranya bionutrien CAF, AMA, RSR, AGF dan PBAG. Bionutrien diyakini dapat menjadi salah satu solusi dalam mengurangi dampak negatif bagi lingkungan maupun mahluk hidup akibat praktek pertanian modern yang syarat dengan penggunaan bahan–bahan kimia (Desyartika, 2011).

Secara khusus, bionutrien PBAG telah berhasil disintesis dengan menggunakan bahan dasar tanaman PBAG melalui ekstrasi dalam pelarut organic. Lebih lanjut, berdasarkan kajian kinerja bionutrien PBAG terhadap pertumbuhan padi (Oryza Sativa L), diperoleh laju pertumbuhan tanaman padi dengan konstanta laju pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 0,1181 hari-1 pada bionutrien dosis 10 % dan hasil panen terbanyak terdapat pada padi bionutrien dosis 10 % dengan massa total kering seberat 30,6520 gram (Gustian, 2013). Temuan ini menunjukkan bahwa bionutrient PBAG potensial untuk digunakan sebagai alternative bionutrien untuk pertanian khususnya tanaman padi. Penyiraman bionutrien CAF pada tanaman selada bokor dapat menjadikan konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 0,045 minggu-1 pada lahan yang diberi pupuk kandang dan 0,036 minggu-1 pada lahan yang tidak diberi pupuk kandang. Sedangkan dengan penyemprotan bionutrien CAF pada dosis 10% pada tanaman kentang dapat memberikan konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 0,021 minggu-1 (Sempurna, 2008). Bionutrien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup bagi tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Bionutrien itu sendiri merupakan hasil ekstraksi tanaman potensial yang digunakan sebagai sumber nutrien untuk tanaman. Seperti halnya pupuk, bionutrien mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, dan K. Sebagian unsur hara yang terkandung dalam bionutrien berada dalam bentuk senyawa organik (Kurniasih, 2009). Selain di sektor pertanian, peran pupuk/


(7)

nutrient juga sangat signifikan dalam membantu proses pertumbuhan tanaman dalam industri perkebunan, salah satunya perkebunan kelapa sawit.

Secara umum, kebutuhan pupuk/nutrient pada perkebunan kelapa sawit dalam satu tahun cukup signifikan yaitu sebesar 9,1 kg/tahun dengan rincian urea 2,5 kg/tahun, KCL 3kg/tahun, Krisit 2,5kg/tahun, SP36 1kg/tahun, dan borax 0,1kg/tahun dilakukan dalam 2 kali pemupukan (kiswantoiwel.wordpress.com). Pemenuhan kebutuhan nutrien ini, masih dominan dipenuhi dari sediaan pupuk sintesis. Namun disisi lain, penggunaan pupuk sintesis dalam jumlah banyak menimbulkan penurunan kualitas tanah, yang dapat berimplikasi pada penurunan produktifitas kelapa sawit. Pemanfaatan bionutrien diharapkan dapat berkontribusi dalam membantu pertumbuhan dan meningkat produktifiitas kelapa sawit. Sampai saat ini, belum ada penelitian terkait yang secara khusus mengkaji tentang pengaruh penggunaan bionutrien terhadap produktifitas kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit dapat digolongkan ke dalam beberapa varietas berdasarkan umur dan perkembangan tanamanya, diantaranya ada TM-5 (masa tanam 8 tahun, dikategorikan dalam umur muda yang memiliki ciri fisiologis memiliki ketinggian 1,5-2,3 meter dengan rata-rata tandan hasil panen 15-20 kg/tandan) TM-8 ( masa tanam 11 tahun, dikategorikan dalam usia muda yang memiliki ciri fisiologis memiliki ketinggian 2,5-3,5 meter dengan rata-rata tandan hasil panen 20-35 kg/tandan) TM-13 ( masa tanam 16 tahun, dikategorikan dalam usia dewasa yang memiliki cirri fisiologis memiliki ketinggian 4-6,5 meter dengan rata-rata tandan hasil panen 20-35 kg/tandan).

Secara khusus, pada tanaman kelapa sawit TM 13 ini sudah 4 tahun tidak dilakukan pemupukan, sehingga bisa di bilang kekurangan nutrisi. Karena kekurangan nutrisi tersebut tanaman sawit TM 13 ini menjadi stress dan berdampak pada kemunculan bunga jantan yang lebih sering daripada bunga betina. Padahal jika ingin meningkatkan produksi seharusnya bunga betina yang harus lebih banyak muncul. Pada TM 13 ini, banyak sekali kasus aborsi yaitu bunga betina yang mati akibat kekurangan nutrisi. Tanaman kelapa sawit dengan TM 13 memiliki tingkat produksi tandan yang masih produktif, namun jika


(8)

4

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kekurangan nutrisi tanaman kelapa sawit akan berdampak pada kemunculan bunga jantan yang lebih sering.

Tanaman kepala sawit dengan TM yang berbeda diprediksikan memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda tergantung prioritas pertumbuhannya. Oleh karena itu dilakukan penelitian berkelompok pada tanaman kelapa sawit dengan perbedaan umur tanaman muda, remaja dan dewasa untuk melihat pengaruh aplikasi bionutrien pada tanaman kelapa sawit dengan umur muda, remaja dan dewasa.

Bionutrien S267 merupakan penyempurnaan dari bionutrien PBAG yang ditambahkan dengan ion logam dan mikro nutrien yang ditambahkan yang diharapkan dapat meningkatkan produksi hasil panen tanaman dengan meningkatkan pertumbuhan bunga betina. Guna penelitian lebih lanjut tentang bionutrien PBAG dalam meningkatkan produksi tanaman, dilakukan penelitian pada tanaman keras. Salah satu tanaman keras yang memiliki nilai komoditas eksport yaitu kelapa sawit. Dalam penelitian ini akan dilakukan aplikasi bionutrien S267 pada tanaman kelapa sawit yang berumur tanam TM-05, TM-08, dan TM-13. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bionutrien S267 terhadap produktifitas tanaman kelapa sawit TM-13.

1.2Rumusan masalah

Dalam penelitian ini akan diuji kinerja bionutrien sebagai pupuk alternatif terhadap peningkatan produktifitas tanaman kelapa sawit. rumusan masalah penelitian adalah bagaimana pengaruh aplikasi bionutrien S267 terhadap produktifitas tanaman kelapa sawit TM-13?. Adapun, kajian produktifitas tanaman kelapa sawit dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan parameter bunga betina, jumlah tandan, massa tandan, dan randemen minyak dari tanaman kelapa sawit .

1.3Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang pengaruh aplikasi bionutrien S267 terhadap produktifitas tanaman kelapa sawit TM-13 ditinjau dari


(9)

parameter Bunga betina, jumlah tandan, massa tandan, dan randemen minyak dari tanaman kelapa sawit .

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah penggunaan bionutrien S267 dapat menggantikan pupuk-pupuk sistesis.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini tersusun atas lima bab, yang terdiri dari bab I tentang pendahuluan, bab II tentang Tinjauan pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil dan pembahasan, bab V tentang kesimpulan dan saran, daftar pustaka, serta lampiran.


(10)

19

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi,Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu karakterisasi dan tahap aplikasi. Tahap karakterisasi di lakukan di Laboratorium riset Kimia Lingkungan dan Laboratorium Kimia Instrumen FPMIPA UPI Bandung. Tahap karakterisasi meliputi karaterisasi kadar N, P, K, serta penentuan gugus fungsi bionutrien S267. Sedangkan tahap aplikasi dilaksanakan di PT.Condong Garut, dengan sampel tanaman kelapa sawit umur tanam 1998/1999 TM 13. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Berikut alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini :10 buah Jerigen @ 20 L, Gentong dengan kapasistas 60 L, Mesin penyemprot air ( MultiPro High Pressure Washer HPW 880), Timbangan ,Selang Auroflex Tractor “¼ WP 190 Bar” sepanjang 50 meter, Generator Set Honda Ohatsu OH3500ES , gelas ukur ukuran 100ml, gelas ukur ukuran 2,5 liter. Bahan atau zat-zat kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Bionutrien S267 dan Air.

3.3 Alur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu karakterisasi bionutrien S267 meliputi uji FTIR dan uji NPK. Tahap preparasi dan karakterisasi bionutrien S267 sudah di lakukan oleh tim KBK lingkungan. Tahap Aplikasi bionutrien S267 pada tanaman sawit umur tanam 1998/1999 dengan jenis tanaman menghasilkan TM-13, Dosis yang dipakai diantaranya 0,1% , 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 1%, sedangkan kontrol diperlakukan secara prosedur perusahaan PT. Condong Garut. Secara keseluruhan alur penelitian disajikan pada gambar 3.1.


(11)

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.3.1 Uji FTIR

Bionutrien S267 dikarakterisasi menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsional yang ada di dalam bionutrien S267. Pada tahap awal yaitu preparasi, sampel bionutrien S267 diuapan sampai sampel berbentuk pasta berwarna hitam.

Analisa dan pengolahan data Bionutrien S267

Karakterisasi Aplikasi

Uji N, P, K Uji FTIR

Dosis 0,1% Dosis 0,3%

Dosis 0,7% Dosis 0,5%

Dosis 1% Dosis Kontrol Data Hasil Uji

Kesimpulan

Data Pengamatan Penyiraman dilakukan 1 minggu sekali


(12)

21

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum dianalisis, pellet KBr dibuat terlebih dahulu dengan cara mencampurkan bionutrien S267dengan KBr murni. Pellet KBr-S267 dianalisis menggunakan spektrofotometer FTIR tipe Shimadzu FTIR-8400 di Laboratrium Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

3.3.2 Penentuan Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium 3.3.2.1Penentuan Kadar Nitrogen (N)

Penentuan kadar N dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldhal. Berikut prinsip dasar dalam metode Kjedahl meliputi destruksi, destilasi dan titrasi. Tahapan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut : destruat sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam labu Kjeldahl 300 mL, setelah itu ditambahkan larutan buffer borat dan NaOH 6 N hingga mencapai pH 9.5 kemudian tahap selanjutnya didestilasi sampai volumenya berkurang. Hal ini dilakukan agar semua amonia menguap.

Hasil destilat ditampung ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL yang berisi 20 mL asam borat yang telah ditambahkan indikator hijau brom kresol (HBK) dan metal merah (MM). Kemudian dititrasi dengan H2SO4 0.02 N menggunakan alat

automatic titrimetri III Fisher. Volume H2SO4 yang digunakan pada proses titrasi

sebanding dengan kadar N yang terkandung dalam destruat.

3.3.2.2Penentuan Kadar Fosfor (P)

Penentuan kadar fosfor dilakukan dengan menggunakanmetode spektrofotometer UV. Filtrat dipipet sebanyak 0.1 mL lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 10 mL pereaksi (H2SO4 5 N, larutan

molibdat 4% asam askorbat dan K-antimonil tartat), larutan diaduk dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya sampel diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV menggunakan larutan deret, larutan deret standar kalium dihidrogen fosfat di mulai dari 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Kemudian presentase fosfor dapat ditentukan dengan menggunakan absorbansi sampel terhadap kurva kalibrasi fosfor maka didapatkan kadar fosfor dalam destruat.


(13)

3.3.2.3Penentuan Kadar Kalium (K)

Penentuan kadar kalium dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). Tahap awal langkah kerja yang dilakukan adalah: 0,5 mL destruat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 mL larutan deret standar kalium nitrat (0; 50; 100; 150; 200; dan 250 ppm) dan 4,5 mL aquades pada masing-masing tabung reaksi yang telah diisi destruat selanjutnya dilakukan pengukuran kalium dengan spektrofotometer serapan atom, sehingga didapatkan kadar kalium destruat.

3.3.3 Tahap Aplikasi pada Tanaman Kelapa Sawit

Applikasi dilakukan pada tanaman kelapa sawit dengan umur tanaman 1998/1999 yang merupakan jenis tanaman menghasilkan 13 tahun ( TM-13) di perkebunan PT. Condong Garut. Untuk mengetahui pengaruh pemberian bionutrient S267 dengan dosis berbeda pada tanaman kelapa sawit, maka di buat 6 kelompok tanaman dengan perlakuan berbeda. Berikut 6 perlakuan yang berbeda pada tanaman kelapa sawit:

1. Kelompok tanaman pertama (D1), disiram bionutrien S267 dengan dosis 1 mL/L

2. Kelompok tanaman kedua (D2), disiram bionutrien S267 dengan dosis 3 mL/L

3. Kelompok tanaman ketiga (D3), disiram bionutrien S267 dengan dosis 5 mL/L

4. Kelompok tanaman keempat (D4), disiram bionutrien S267 dengan dosis 7 mL/L

5. Kelompok tanaman kelima (D5), disiram bionutrien S267 dengan dosis 10 mL/L

6. Kelompok tanaman kontrol (DC), tanaman yang tidak disiram yang bertujuan sebagai pembanding.


(14)

23

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengamatan terhadap tanaman kelapa sawit dilakukan 1 minggu sekali, masing-masing kelompok terdiri dari 15 tanaman. Variabel pengamatan yang diamati pada tanaman kelapa sawit ditunjukan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel dan Metode Pengamatan

No Variabel Metode Pengamatan

1. Jumlah Buah Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah tandan sejak keluarnya bunga betina dari pelindung (spathes) dengan penambahan jumlah buah sesuai jumlah yang muncul, untuk tandan yang dipanen akan dilakukan pengurangan jumlah sesuai jumlah tandan yang dipanen.

2. Jumlah Masa Tandan perpohon

Pengamatan dilakukan setiap kali adanya panen di lokasi percobaan, Masa tandan akan di hitung setiap pohon.

3. Masa Tandan rata-rata

Pengamatan dilakukan setiap kali adanya panen di lokasi percobaan, berat tandan akan di totalkan dan dibagi sesuai dengan jumlah buah agar mendapatkan nilai rata-rata berat tandan.

4. Randemen untuk setiap dosis panen

Randemen dihitung menggunakan satu tandan dari setiap dosis, perhitungan randemen dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun penelitian

Adapun setting lokasi tanaman selama penelitian dapat di ilustrasikan pada gambar 3.2

Dosis Kontrol X Dosis 5 X Dosis 4 Jalan

Dosis 3 X Dosis 2 X Dosis 3

Gambar 3.2 Denah Lokasi Tanaman Kelapa Sawit X merupakan tanaman Pembatas, yang membatasi setiap dosis


(15)

depan

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12

13 14 15

belakang


(16)

52

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abidemi, A.A., dkk. (2006). Oil Palm (Eleaeis guineensis) Seeding Performance in Response to

Phosphorus Fertilization in Two Benchmark Soils of Nigeria. Nigeria: Asian Journal of Plant Sciences. 5 (5), 767-775.

Andoko, A. (2008). Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Depok

Anonim, (2012). Dosis Pupuk Sawit [online] Tersedia https://kiswantoiwel.wordpress.com/2012/10/24/dosis-pupuk-sawit (12 April 2015) Anonim, (2013). Luas Kebun Sawit Mencapai 13,5 Juta Hektare [online]. Tersedia

http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/12/05/090534988/luas-kebun-sawit-mencapai-13-5-juta-hektare (12 April 2014)

Anonim, (2013). Morfologi Daun, Batang, dan Akar Kelapa Sawit [online]. Tersedia http://tanimedia.blogspot.com/2013/01/morfologi-daun-batang-dan-akar-kelapa.html (20 Maret 2014)

Arsyad, A., dkk. (2012). Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Potensi Produksi Untuk Meningkatkan Hasil Tandan Buah Segar (Tbs) Pada Lahan Marginal Kumpeh. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Carron, M.P., dkk. (2015). Spatial Heterogeneity of Soil Quality Around Mature Oil Palms Receiving

Mineral Fertilization. European Journal of Soil Biology. 66, 24-31.

Desyartika, I. ( 2011). Kajian Tentang Potensi Maserat Tumbuhan ISM sebagai Bionutrien dan Aplikasinya dalam Budidaya Tanaman Cabai Merah Keriting (Capcisum Annum var. Longum). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Gustian. (2013). Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi (Oryza Sativa L.). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Hadisuwito, S. (2008). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Haris Boris. (2013). Pengaruh Bionutrien BDI Dengan Penambahan Ion Logam Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan (Oryza Sativa L.). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.


(17)

Iyun, Pahan. (2007). Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agrobisnis dari Hulu ke Hilir. Cetakan kedua, Penebar Swadaya, Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Kelpitna, A E. (2009). Cara Aplikasi Pupuk Daun Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.). Buletin Teknik Pertanian Vol. 14 No, 2009 : 37-39.

Kiswanto, J. Hadi. Purwanta, Bambang W. (2008). Tenik Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RSP-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien yang Diaplikasikan pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Lukitaningsih, D. (2008), Pupuk Kompos. [online]. Tersedia http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/14/pupuk-kompos/. (27 Oktober 2014)

Nurzaman, H. (2010). Kajian Tentang Potensi Dual Bionutrien CAF dan MHR yag Diaplikasikan pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosun L.). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Pakih. (2013). Pengaruh Penambahan Ion Logam Terhadap Bionutrien AMA1 Dan PBAG1 Untuk Pertumbuhan Dan Hasil Panen Tanaman Padi Gogo (Oryza Sativa L.) (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Daun. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Sempurna, F., I. (2008). Kajian Potensi Tanaman CAF Sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Simanungkalit R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai besar dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.

Sunarko. (2007). Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Tanggerang: Agromedia Pustaka.

Suwandi dan Rosliani . (2003). Pengaruh Kompos, Pupuk Nitrogen dan Kalium Pada Cabai yang ditanam Tumpanggilir dengan Bawang Merah. J. Hort Volume 14 No.1. 2004.


(18)

54

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bionutrien S267 dapat memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-13, dimana pada dosis optimum 0,5% memberikan jumlah rerata keseluruhan kemunculan bunga betina, jumlah tandan dan massa tandan selama satu tahun secara berturut turut adalah rerata kemunculan bunga mencapai 8 bunga betina perpohonnya, rerata panen perpohonnya sebesar 7,13 tandan dan rerata massa perpohonnya sebesar 217,73 kg, sedangkan randemen minyak tertinggi diperoleh sebesar 38,22%

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bionutrien S267 menunjukan hasil pertumbuhan dan hasil panen yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan diteliti lebih lanjut mengenai uji fitokimia terhadap bionutrien S267.


(1)

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengamatan terhadap tanaman kelapa sawit dilakukan 1 minggu sekali, masing-masing kelompok terdiri dari 15 tanaman. Variabel pengamatan yang diamati pada tanaman kelapa sawit ditunjukan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel dan Metode Pengamatan

No Variabel Metode Pengamatan

1. Jumlah Buah Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah tandan sejak keluarnya bunga betina dari pelindung (spathes) dengan penambahan jumlah buah sesuai jumlah yang muncul, untuk tandan yang dipanen akan dilakukan pengurangan jumlah sesuai jumlah tandan yang dipanen.

2. Jumlah Masa Tandan perpohon

Pengamatan dilakukan setiap kali adanya panen di lokasi percobaan, Masa tandan akan di hitung setiap pohon.

3. Masa Tandan rata-rata

Pengamatan dilakukan setiap kali adanya panen di lokasi percobaan, berat tandan akan di totalkan dan dibagi sesuai dengan jumlah buah agar mendapatkan nilai rata-rata berat tandan.

4. Randemen untuk setiap dosis panen

Randemen dihitung menggunakan satu tandan dari setiap dosis, perhitungan randemen dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun penelitian

Adapun setting lokasi tanaman selama penelitian dapat di ilustrasikan pada gambar 3.2

Dosis Kontrol X Dosis 5 X Dosis 4 Jalan

Dosis 3 X Dosis 2 X Dosis 3

Gambar 3.2 Denah Lokasi Tanaman Kelapa Sawit X merupakan tanaman Pembatas, yang membatasi setiap dosis


(2)

depan

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12

13 14 15

belakang


(3)

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abidemi, A.A., dkk. (2006). Oil Palm (Eleaeis guineensis) Seeding Performance in Response to Phosphorus Fertilization in Two Benchmark Soils of Nigeria. Nigeria: Asian Journal of Plant Sciences. 5 (5), 767-775.

Andoko, A. (2008). Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Depok

Anonim, (2012). Dosis Pupuk Sawit [online] Tersedia https://kiswantoiwel.wordpress.com/2012/10/24/dosis-pupuk-sawit (12 April 2015) Anonim, (2013). Luas Kebun Sawit Mencapai 13,5 Juta Hektare [online]. Tersedia

http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/12/05/090534988/luas-kebun-sawit-mencapai-13-5-juta-hektare (12 April 2014)

Anonim, (2013). Morfologi Daun, Batang, dan Akar Kelapa Sawit [online]. Tersedia http://tanimedia.blogspot.com/2013/01/morfologi-daun-batang-dan-akar-kelapa.html (20 Maret 2014)

Arsyad, A., dkk. (2012). Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Potensi Produksi Untuk Meningkatkan Hasil Tandan Buah Segar (Tbs) Pada Lahan Marginal Kumpeh. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Carron, M.P., dkk. (2015). Spatial Heterogeneity of Soil Quality Around Mature Oil Palms Receiving Mineral Fertilization. European Journal of Soil Biology. 66, 24-31.

Desyartika, I. ( 2011). Kajian Tentang Potensi Maserat Tumbuhan ISM sebagai Bionutrien dan Aplikasinya dalam Budidaya Tanaman Cabai Merah Keriting (Capcisum Annum var. Longum). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Gustian. (2013). Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi (Oryza Sativa L.). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Hadisuwito, S. (2008). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Haris Boris. (2013). Pengaruh Bionutrien BDI Dengan Penambahan Ion Logam Terhadap

Pertumbuhan Dan Perkembangan (Oryza Sativa L.). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.


(4)

Iyun, Pahan. (2007). Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agrobisnis dari Hulu ke Hilir. Cetakan kedua, Penebar Swadaya, Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Kelpitna, A E. (2009). Cara Aplikasi Pupuk Daun Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.). Buletin Teknik Pertanian Vol. 14 No, 2009 : 37-39.

Kiswanto, J. Hadi. Purwanta, Bambang W. (2008). Tenik Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RSP-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien yang Diaplikasikan pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Lukitaningsih, D. (2008), Pupuk Kompos. [online]. Tersedia http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/14/pupuk-kompos/. (27 Oktober 2014)

Nurzaman, H. (2010). Kajian Tentang Potensi Dual Bionutrien CAF dan MHR yag Diaplikasikan pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosun L.). (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Pakih. (2013). Pengaruh Penambahan Ion Logam Terhadap Bionutrien AMA1 Dan PBAG1

Untuk Pertumbuhan Dan Hasil Panen Tanaman Padi Gogo (Oryza Sativa L.) (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA UPI, Bandung.

Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Daun. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Sempurna, F., I. (2008). Kajian Potensi Tanaman CAF Sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Simanungkalit R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai besar dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.

Sunarko. (2007). Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Tanggerang: Agromedia Pustaka.

Suwandi dan Rosliani . (2003). Pengaruh Kompos, Pupuk Nitrogen dan Kalium Pada Cabai yang ditanam Tumpanggilir dengan Bawang Merah. J. Hort Volume 14 No.1. 2004.


(5)

Yohanes Fajar Kristanto, 2015

PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA


(6)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bionutrien S267 dapat memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-13, dimana pada dosis optimum 0,5% memberikan jumlah rerata keseluruhan kemunculan bunga betina, jumlah tandan dan massa tandan selama satu tahun secara berturut turut adalah rerata kemunculan bunga mencapai 8 bunga betina perpohonnya, rerata panen perpohonnya sebesar 7,13 tandan dan rerata massa perpohonnya sebesar 217,73 kg, sedangkan randemen minyak tertinggi diperoleh sebesar 38,22%

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bionutrien S267 menunjukan hasil pertumbuhan dan hasil panen yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan diteliti lebih lanjut mengenai uji fitokimia terhadap bionutrien S267.