KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08.

(1)

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267

TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT

TM-08

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

oleh

Hendri Hermawan NIM 1005323

PROGRAM STUDI KIMIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


(2)

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267

TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT

TM-08

oleh

Hendri Hermawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

©Hendri Hermawan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HENDRI HERMAWAN

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267

TERHADAP PRODUKTIVITS TANAMAN KELAPA SAWIT

TM-08

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I,

Drs. Yaya Sonjaya, M.Si NIP: 19650212 199003 1 002

Pembimbing II,

Muhamad Nurul Hana, M.Pd NIP: 19710119 199702 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08” ini dan seluruh isinya adalah karya penulis sendiri, dan penulis tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, penulis siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya penulis.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Hendri Hermawan NIM 1005323


(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan kajian mengenai pengaruh bionutrien S267 terhadap tanaman kelapa sawit TM-08. Penelitian ini terdiri dari preparasi, karakterisasi, dan aplikasi bionutrien S267 terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Bionutrien S267 disiapkan melalui metode maserasi. Bionutrien S267 dikarakterisasi dengan FTIR, UV, dan teknik spektroskopi serapan atom. Pemberian bionutrien S267 menggunakan beberapa variasi dosis (0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7% dan 1%) dengan cara disemprotkan. Hasil penelitian menunjukkan bionutrien S267 mengandung metabolit sekunder dengan gugus fungsional yang khas seperti -OH, C≡C, C = C (aromatik), CH, dan CO. Kadar N, P dan K pada bionutrien S267 masing-masing sebesar 2,04%, 0,25%, dan 0,52% dari berat sampel. Bionutrien S267 dapat memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-08, hasil penelitian pada dosis optimum 0,5% menunjukan kemunculan bunga betina, jumlah tandan dan massa tandan selama satu tahun secara berturut turut adalah 151 bunga (reratanya yaitu 10,06 bunga betina perpohon), 144 tandan (reratanya yaitu 9,6 tandan perpohon) dan 4095 kg (reratanya yaitu 273 kg perpohon), randemen tertinggi diperoleh sebesar 28,74% pada dosis 1%. Penerapan bionutrien S267 dapat meningkatkan produktivitas tanaman sawit.


(6)

ABSTRACT

The study on the effect of bio-nutrient S267 on palm tree productivity has been conducted. This study was consisted of preparation, characterization, and performance test of bio-nutrient S267 on palm tree productivity. In particular, the bio-nutrient S267 was prepared through maceration method. The bio-nutrient S267 was characterized using FTIR, UV, and atomic absorption spectroscopy techniques. The bio-nutrient S267 was applied to palm tree on various dosage (0.1%, 0.3%, 0.5%, 0.7% and 1%) by foliar spray method. The result showed that bio-nutrient S267 contained secondary metabolites with typical functional groups such as –OH, C≡C, C=C (aromatic), C-H, and C-O. The bio-nutrient S267 contained N, P, and K concentration of 2.04%, 0.25%, and 0.52%, respectively. Additionally, bio-nutrient S267 gave the remarkable effect on palm tree productivity at optimum dosage of 0.5 % which indicated by the appearance of stamens, number of palm bunches number, bunches weight in a year were 151 (average of 10.06/ tree), 144 (average of 9.6/tree), 4095 kg (average of 273 kg/tree), respectively. The highest yield was 28.74% at dosage of 1 % bio-nutrient S267. The application of bio-nutrient S267 was significantly improved the productivity of palm trees.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tanaman kelapa sawit ... 7

2.1.1 Morfologi tanaman kelapa sawit ... 8

2.1.2 Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit 14 2.1.2.1 Gulma ... 14

2.1.2.2 Hama ... 15

2.1.2.3 Penyakit ... 18

2.2 Pupuk ... 20

2.3 Bionutrien dan Perkembangannya ... 21


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2 Alat dan Bahan ... 24

3.3 Alur Penelitian ... 24

3.3.1 Karakterisasi Bionutrien S267 dengan FTIR ... 25

3.3.2 Tahap Uji Nitrogen, Fospor, dan Kalium ... 26

3.3.2.1 Penentuan Kadar Nitogen (N)... 26

3.3.2.2 Penentuan Kadar Fospor (P) ... 26

3.3.2.3 Penentuan Kadar Kalium (K) ... 26

3.3.3 Tahap Aplikasi Bionutrien S267 pada Tanaman Kelapa Sawit ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil Analisis dan Karakterisasi Bionutrien S267 ... 30

4.1.1 Hasil Analisis N, P dan K terhadap Sampel Bionutrien S267 ... 30

4.1.2 Karakterisasi Gugus Fungsi Bionutrien S267 dengan metode Spektroskopi FTIR ... 30

4.2 Kemunculan Bunga Betina pada Tanaman Kelapa Sawit TM-08 setelah Penerapan Bionutrien S267 ... 32

4.2.1 Jumlah Kemunculan Bunga Betina Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 32

4.2.2 Rerata Kemunculan Bunga Betina Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 34

4.2.3 Jumlah Keseluruhan Kemunculan Bunga Betina Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 36

4.3 Pertambahan Tandan pada Tanaman Kelapa Sawit TM-08 setelah Penerapan Bionutrien S267 ... 37

4.3.1 Jumlah Tandan Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 38

4.3.2 Jumlah Tandan Hasil Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 40

4.3.3 Jumlah Tandan pada Tanaman Kelapa Sawit TM-08 setelah dilakukan Panen ... 42


(9)

4.3.4 Jumlah Keseluruhan Tandan Hasil Panen Tanaman Kelapan

Sawit TM-08 ... 44

4.4 Hasil Pengamatan Pengaruh Bionutrien S267 terhadap Hasil Panen Tanaman Kelapa Sawit TM-08... 45

4.4.1 Massa Tandan Hasil Panen Tanaman Kelapa Sawit TM-08 .... 45

4.4.2 Rerata Massa Produksi Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 48

4.4.3 Jumlah Keseluruhan Massa Tandan Hasil Panen Tanaman Kelapa Sawit TM-08 ... 50

4.5 Kondisi Tanaman Kelapa Sawit TM-08 Bionutrien S267 pada Dosis Optimal ... 51

4.6 Rendemen Minyak Tanaman Kelapa Sawit TM-08 Aplikasi Bionutrien S267 ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 58 RIWAYAT HIDUP


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala defisiensi hara pada daun ... 10

Tabel 2.2 Kriteria Kondisi tanaman untuk kelapa sawit ... 13

Tabel 2.3 Kadar N, P dan K pada beberapa jenis bionutrien ... 22

Tabel 3.1 Variabel dan metode pangamatan ... 28

Tabel 4.1 Data rendemen tiap perlakuan ... 53


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman kelapa sawit TM-08 ... 7

Gambar 2.2 Bagian buah pada kelapa sawit ... 11

Gambar 2.3 Piringan sawit untuk pengendalian gulma ... 14

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... 25

Gambar 3.2 Denah dan penomoran pohon pada aplikasi ... 29

Gambar 4.1 Spektrum FTIR bionutrien S267 ... 31

Gambar 4.2 Kemunculan bunga betina tanaman kelapa sawit TM-08 ... 32

Gambar 4.3 Kondisi bunga kelapa sawit bulan juli 2014 ... 34

Gambar 4.4 Rerata kemunculan bunga betina tanaman kelapa sawit TM-08 ... 35

Gambar 4.5 Jumlah keseluruhan kemunculan bunga betina tanaman kelapa sawit TM-08 bulan Juli 2014 - Juli 2015 ... 37

Gambar 4.6 Jumlah tandan pada tanaman kelapa sawit TM-08 dari bulan Juli 2014 - Juli 2015 ... 38

Gambar 4.7 Jumlah tandan hasil panen tanaman kelapa sawit tm-08 bulan Juli 2014 - Juli 2015 ... 40

Gambar 4.8 Jumlah tandan setelah panen pada tanaman kelapa sawit TM-08 bulan Juli 2014 - Juli 2015 ... 42

Gambar 4.9 Jumlah keseluruhan tandan hasil panen pada tanaman kelap sawit TM-08 bulan Juli 2014 - 2015 ... 45

Gambar 4.10 Massa tandan hasil panen pada tanaman kelapa sawit TM-08 bulan Juli 2014 - Juli 2015 ... 46

Gambar 4.11 Rerata massa tandan hasil panen bionutrien S267 pada tanaman kelapa sawit TM-08 bulan Juli 2014 – Juli 2015 ... 48

Gambar 4.12 Jumlah keseluruhan massa tandan hasil panen pada tanaman bulan Juli 2014 – Juli 2015 ... 51

Gambar 4.13 Keadaan tanaman kelapa sawit TM-08 pada aplikasi penerapan bionutrien S267 dosis optimum bulan Juli 2014 – Juli 2015 ... 52


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan jumlah volume untuk aplikasi ... 58

Lampiran 2. Hasil spektrum FTIR bionutrien ... 59

Lampiran 3. Data kemunculan bunga betina ... 60

Lampiran 4. Data jumlah tandan ... 60

Lampiran 5. Data jumlah tandan panen ... 61

Lampiran 6. Data jumlah tandan setelah pengurangan panen ... 61

Lampiran 7. Data pengukuran massa hasil panen ... 62


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman penghasil minyak nabati terbesar dan paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Hasil produksi tanaman kelapa sawit dalam skala industri hasil setengah jadi berupa golongan oleo-pangan dan oleo-kimia, untuk barang jadi dapat dipakai untuk industri makanan, kosmetik, farmasi, pabrik logam dll. Adanya potensi minyak kelapa sawit yang dapat dijadikan berbagai kebutuhan membuat minyak kelapa sawit memiliki peranan yang sangat penting di berbagai negara.

Indonesia memiliki potensi sebagai Market Leader dalam bidang perkebunan tanaman kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit di Indonesia sangat menjanjikan, selain itu negara Indonesia memiliki kondisi yang cocok untuk tanaman kelapa sawit seperti iklim tropis (sinar matahari dan curah hujan merata sepanjang tahun) serta areal lahan yang masih luas untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, dengan potensi tersebut negara Indonesia memiliki kesempatan besar untuk berkompetisi dikancah internasional dalam bidang komoditas minyak sawit.

Produksi minyak kelapa sawit dikancah internasional masih dikuasai negara Indonesia dan Malaysia sebesar 85% dari total produksi minyak sawit internasional. Indonesia dan Malaysia merupakan negara produksi minyak kelapa sawit terbesar sehingga menjadi pemegang kontribusi dalam produksi minyak kelapa sawit. Negara Indonesia memiliki luasan lahan perkebunan kelapa sawit terbesar disusul oleh peringkat kedua yaitu negara Malaysia, akan tetapi tingkat produksi masih dibawah potensi yang seharusnya sehingga produksi minyak kelapa sawit masih lebih rendah dibandingkan dengan perkebunan Malaysia. Faktor ini membuat negara Indonesia masih belum dapat menjadi pemegang

Market Leader dalam minyak kelapa sawit. Hakim (2013) mengemukakan bahwa

rendahnya produktivitas di Indonesia disebabkan oleh karena teknis agronomi tidak dijalankan sesuai dengan yang seharusnya, terutama pemupukan.


(14)

2

mengakibatkan kandungan nutrisi dalam tanah berkurang sehingga mengganggu dalam pertumbuhan tanaman, oleh karena itu pemupukan menjadi proses yang sering dilakukan dalam dunia pertanian dan perkebunan sebagai penunjang nutrisi kepada tanaman.

Pemupukan di perkebunan kelapa sawit masih rentan terhadap ketidakefektifan pupuk akibatnya kegunaan fungsi pupuk berkurang. ketidakefektifan pupuk disebabkan teknis pemupukan yang salah. Pengaruh sifat pupuk saat aplikasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pupuk misalnya pupuk urea ketika diaplikasikan pada musim kemarau akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga mengurangi konsentrasi nitrogen. Aplikasi dimusim hujan pupuk anorganikseperti urea, ZA (Amonium Sulfat), kieserite, MOP (Muriate Of Potash), TSP (Tripelsuperfosfat) dan HGBF (High Grade Fertilizer Borate) memiliki sifat larut dalam air sehingga berpotensi terjadi kehilangan yang sangat tinggi karena proses pencucian oleh aliran permukaan.

Teknis pemupukan pupuk anorganik harus dilakukan dengan dosis, waktu dan cara yang tepat. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan merusak kondisi tanah karena dalam waktu panjang tanah akan semakin keras yang mengakibatkan terganggunya habitat tanaman, hal ini menyebabkan penurunan pada tingkat produksi. Penggunaan pupuk anorganik harus iringi dengan penggunaan pupuk organik untuk menghasilkan produktivitas yang optimal karena akan saling membantu dalam penambahan nutrisi, adanya penggunaan pupuk organik akan meningkatkan kandungan bahan organik yang memicu pertumbuhan jasad renik. Peningkatan jasad renik dapat memacu proses pelapukan dan peningkatan kandungan unsur hara disekitarnya yang akan diabsorpsi oleh tanaman.

Bionutrien merupakan salah satu produk pupuk cair organik yang memiliki potensi dalam menggantikan pupuk anorganik. Bionutrien memiliki keuntungan pada pengaplikasiannya, diantaranya efisiensi waktu yang dapat dilakukan pada musim hujan ataupun kemarau, memicu pertumbuhan jasad renik dan memiliki kandungan sumber nutrisi “three major elemen” bagi tanaman yakni mengandung


(15)

3

Bionutrien yang telah dikembangkan oleh tim penelitian Kelompok Bidang Kajian (KBK) Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia diantaranya bionutrien CAF, AMA, RSR, AGF dan PBAG. Bionutrien ini berasal dari tanaman-tanaman potensial yang tumbuh di daerah tropis dan mengandung nutrien yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Sebagian unsur hara yang terkandung dalam bionutrien berada dalam bentuk senyawa organik.

Pada kajian bionutrien PBAG terhadap pertumbuhan padi (Oryza Sativa L) bahwa hasil panen terbanyak terdapat pada padi bionutrien dosis 10 % dengan massa total kering seberat 30,6520 gram (Nugraha, 2013). Sedangkan pada kajian Bionutrien PBAG1 pada dosis 0,5% terbukti memberikan pengaruh terhadap hasil panen tanaman padi (Oryza sativaL.) dengan hasil panen padi kering sebesar 30,6880 gram (Nurfitriana, 2013).

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya memberikan hasil bahwa bionutrien memiliki potensi dalam meningkatkan hasil panen, tetapi masih dilakukan upaya peningkatan kandungan mineral dalam bionutrien, salah satu cara meningkatkan kandungan mineral dalam bionutrien diantaranya dengan pemberian ion logam terhadap bionutrien. Aplikasi bionutrien PBAG1 dengan penambahan larutan ion logam untuk tanaman padi (Oryza Sativa L.) menghasilkan hasil panen terbanyak terdapat pada PBAG1 2.5 % dengan penambahan ion logam dengan total massa gabah kering seberat 108.3353 gram (Pakih, 2014). Kajian mengenai pengaruh bionutrien PBAG2 dengan penambahan ion logam terhadap hasil panen tanaman padi gogo (Oryza Sativa L.) varietas Towuti memberikan pengaruh bahwa bionutrien PBAG2 dosis 2,5 % menghasilkan total massa gabah kering 105.3145 gram (Imami, 2014).

Aplikasi bionutrien terhadap beberapa tanaman telah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen, oleh karena itu penelitian ini diperdalam dengan bionutrien berbeda terhadap tanaman yang lain. Dalam penelitian ini menggunakan bionutrien S267 yang merupakan pengembangan dari bionutrien PBAG. Bionutrien S267 diterapkan pada tanaman kelapa sawit karena beberapa bionutrien telah memberikan hasil positif terhadap produktivitas


(16)

4

tanaman holtikultura, dalam penelitian ini ingin melakukan penelitian pengaruh bionutrien terhadap tanaman tingkat keras diantaranya tanaman kelapa sawit.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian berkelompok, terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok terhadap tanaman kelapa sawit muda (TM-02), kelompok tanaman kelapa sawit remaja (TM-08) dan kelompok tanaman kelapa sawit dewasa (TM-13). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bionutrien S267 terhadap tanaman kelapa sawit remaja TM-08 di PT. CG. Tanaman kelapa sawit remaja merupakan tanaman kelapa sawit yang sedang terjadi proses peningkatan produksi buah sehingga memerlukan penyerapan nutrisi yang berbeda dari kategori umur tanaman kelapa sawit lainnya. Kondisi awal tanaman kelapa sawit yang dilakukan uji bionutrien S267 merupakan tanaman tahun tanam 2003/2004 yang berlokasi di daerah Tarisi PT Condong Garut dengan ketinggian tempat >400 m dpl (diatas permukaan laut) dan kemiringan lereng masih dalam kategori kriteria baik yakni <12o. Keasaman tanah (pH) awal berada pada 4,2 sampai 6,2 dan kelembaban berada pada rentang 0-7, rerata kelembaban pada nilai 2,5. Tanaman kelapa sawit yang dilakukan pengujian bionutrien S267 merupakan tanaman kelapa sawit yang telah tidak diberikan perlakuan pemupukan selama 3 tahun.

Kajian produktivitas kelapa sawit meliputi empat aspek diantaranya bunga betina, jumlah tandan, massa tandan dan rendemen. Adanya bunga betina sangat penting bagi produktivitas kelapa sawit karena bunga betina merupakan bakal tandan penghasil minyak kelapa sawit, hanya saja tidak semua bunga betina dapat menjadi tandan, tidak terjadinya penyerbukan dan kondisi lingkungan yang tidak cocok mengakibatkan bunga betina terjadi aborsi. Kajian produktivitas tanaman kelapa sawit lainnya dapat dilihat dari tandan yang dihasilkan diantaranya memiliki massa tandan dan rendemen yang optimal. Rendemen tandan kelapa sawit memiliki pengaruh terhadap produktivitas minyak, semakin tinggi rendemen minyak maka minyak yang dihasilkan akan semakin banyak.


(17)

5

1.2Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh aplikasi bionutrien S267 terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-08 ?

1.3Pembatasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, fokus dan tidak meluas, penulis membatasi penelitian pada kajian produktivitas tanaman kelapa sawit dimana dalam penelitian ini produktivitas ditentukan berdasarkan parameter bunga betina, jumlah tandan, massa tandan, dan rendemen minyak dari tanaman kelapa sawit.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi bionutrien S267 terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-08

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan aplikasi bionutrien S267 terhadap tanaman sawit TM-08 mampu meningkatkan produktivitas hasil panen.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini tersusun atas lima bab, yang terdiri dari bab I tentang pendahuluan, bab II tentang Tinjauan pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil dan pembahasan, bab V tentang kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.

Bab I yang merupakan pendahuluan berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, mafaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian membahas tentang kerangka-kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah mencakup masalah yang yang dimunculkan pada penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian berisi tentang tujuan untuk


(18)

6

berisi tentang batas-batas permasalahan yang dilakukan pada penelitian. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat dari penelitian secara keseluruhan. Struktur organisasi skripsi berisi tentang sistematika penulisan skripsi secara keseluruhan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang membahas mengenai teori-teori yang mendasari dan mendukung penelitian yang dilakukan serta penelusuran pustaka mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang dilakukan termasuk tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian dan menjawab masalah yang diangkat. Bab IV berisi tentang hasil penelitian serta pembahasan mengenai hasil yang didapatkan selama penelitian dilakukan.

Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. Pada bagian akhir skripsi terdapat daftar pustaka yang merupakan sumber rujukan dari jurnal ilmiah maupun buku untuk mendukung dasar-dasar penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama satu tahun, dimulai pada bulan juli 2014 sampai bulan juli 2015. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap analisis sampel dan tahap aplikasi. Tahap pertama melakukan karakterisasi gugus fungsi bionutrien S267 di Laboratorium Instrumen Kimia FPMIPA UPI Bandung, sedangkan uji N, P dan K dilakukan di Labolatorium Penguji Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Tahap pertama telah dilakukan oleh Tim Bioflokulan FPMIPA UPI. Tahap kedua yaitu tahap aplikasi yang dilaksanakan di PT. Condong Garut dengan sampel tanaman kelapa sawit TM-08.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam tahap aplikasi sebagai berikut: 10 buah Jerigen isi 20 liter, Gentong, High Pressure Washer HPW 880-MP, Genset jenis Ohatsu Generator Set OH 3500ES, Timbangan, Selang sepanjang 50 meter, gelas ukur ukuran 100 ml, gelas ukur ukuran 250 ml, satu set alat ektraksi sokhlet, cawan, oven, pisau, neraca analitik, dan gelas kimia ukuran 200 ml.

Bahan atau zat-zat kimia yang digunakan yaitu Bionutrien S267 ( yang sudah disediakan oleh tim Bioflokulan FPMIPA UPI), air dan n-heksana.

3.3 Alur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama melakukan analisis sampel gugus fungsi sampel bionutrien S267 dengan menggunakan instrumen FTIR, uji Nitogen dengan metode kjeldahl, uji Fosfor menggunakan spektro fotometer, dan uji kalium menggunakan flame fotometer. Tahap kedua yaitu aplikasi bionutrien S267 kepada tanaman sawit TM-08. Dosis yang dipakai pada saaat aplikasi diantaranya 0,1% , 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 1%, sedangkan untuk kontrol diperlakukan tanpa adanya pemupukan. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1


(20)

25

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian

3.3.1 Karakterisasi Bionutrien S267 dengan FTIR

Bionutrien S267 dianalisis gugus fungsional menggunakan FTIR. Pada tahap preparasi, sampel bionutrien S267 dimasukan pada proses penguapan sampai sampel berbentuk pasta berwarna hitam. Sebelum dianalisis, pellet KBr dibuat terlebih dahulu dengan cara mencampurkan bionutrien S267 dengan KBr murni. Pellet KBr-S267 dianalisis menggunakan spektrofotometer FTIR tipe Shimadzu FTIR-8400 di Laboratrium Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Pada tanaman kelapa sawit TM-08,

variasi dosis :

0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; dan 1%

Data gugus fungsi Data kadar N,P dan K Data jumlah bunga betina Data jumlah tandan panen Data massa hasil panen Data Rendemen Pengujian dengan

Kjeldahl, AAS, UV-Vis Pengujian

dengan FTIR

Bionutrien S267

Analisis

Data Gugus Fungsi Data N, P, K

Pengolahan Data

Penarikan kesimpulan


(21)

26

3.3.2 Tahap Uji Nitogen, Fosfor, dan Kalium 3.3.2.1 Penentuan Kadar Nitrogen (N)

Penentuan kadar N dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl. Adapun prinsip dasar dalam metode Kjedahl meliputi destruksi, destilasi dan titrasi. Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut : destruat sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam labu Kjeldahl 300 mL, setelah itu ditambahkan larutan buffer borat dan NaOH 6 N hingga mencapai pH 9.5 kemudian tahap selanjutnya didestilasi sampai volumenya berkurang. Hal ini dilakukan supaya semua amonia menguap.

Hasil destilat ditampung ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL yang berisi 20 mL asam borat yang telah ditambahkan indikator hijau brom kresol (HBK) dan metal merah (MM). Kemudian dititrasi dengan H2SO4 0.02 N menggunakan alat automatic titrimetri III Fisher. Volume H2SO4 yang digunakan pada proses titrasi sebanding dengan kadar N yang terkandung dalam destruat.

3.3.2.2 Pengukuran Kadar Fosfor (P)

Pengukuran kadar fosfor dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV. Filtrat dipipet sebanyak 0,1 mL lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 10 mL pereaksi (H2SO4 5 N, larutan molibdat 4% asam askorbat dan K-antimonil tartat), larutan diaduk dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya sampel diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV menggunakan larutan deret, larutan deret standar kalium dihidrogen fosfat di mulai dari 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Kemudian presentase fosfor dapat ditentukan dengan menggunakan absorbansi sampel terhadap kurva kalibrasi fosfor maka didapatkan kadar fosfor dalam destruat.

3.3.2.3 Penentuan Kadar Kalium (K)

Penentuan kadar kalium (K) menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). langkah kerja yang dilakukan adalah: 0,5 mL destruat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 mL larutan deret standar


(22)

27

masing-masing tabung reaksi yang telah diisi destruat selanjutnya dilakukan pengukuran kalium dengan spektrofotometer serapan atom, sehingga didapatkan kadar kalium destruat.

3.3.3 Tahap Aplikasi Bionutrien S267 pada Tanaman Kelapa Sawit

Tahap aplikasi dilakukan pada jenis tanaman Kelapa Sawit TM-08, tanaman kelapa sawit yang dijadikan penelitian merupakan tanaman kelapa sawit di bawah naungan PT. Condong Garut. Tahap aplikasi dilakukan dengan pemberian bionutrien S267 berbagai dosis yakni 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7% dan 1% dalam 40 liter air sedangkan kontrol tidak ada perlakuan.

Masing-masing kelompok tanaman diisi dengan sampel tanaman kelapa sawit sebanyak 15 pohon. Aplikasi bionutrien S267 pada tanaman kelapa sawit TM-08 dilakukan dengan cara penyemprotan pada waktu pagi hari sampai siang hari. Penyemprotan dilakukan satu kali setiap minggunya. Variabel pengamatan yang diamati terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit meliputi :

1. Jumlah kemunculan bunga betina 2. Jumlah tandan hasil panen

3. Massa tandan hasil panen 4. Rendemen minyak


(23)

28

Tabel 3.1 Variabel dan metode pengamatan

No Variabel Metode Pengamatan

1. Kemunculan bunga betina

Perhitungan bunga betina dilakukan setiap minggu dan disajikan dalam bentuk tabel tiap bulan. Perhitungan bunga betina dimulai sejak keluarnya bunga betina dari pelindung ( spathes ).

2. Jumlah tandan hasil panen

Jumlah tandan hasil panen dihitung ketika adanya proses pemanenan tandan masak. Jumlah tandan hasil panen akan dikolektifkan tiap bulan.

3. Massa tandan

Massa tandan dihitung setelah dilakukan proses pemanenan. Setiap tandan yang dipanen akan ditimbang menggunakan timbangan badan. Massa tandan hasil panen akan dikolektifkan tiap bulannya.

4. Rendemen Rendemen dihitung menggunakan satu tandan contoh untuk setiap dosis. Tandan yang digunakan untuk menghitung rendemen merupakan tandan dengan tingkat kematangan pada fraksi 1 yakni tandan yang telah melepaskan 5-10 borondol. perhitungan rendemen dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun penelitian.

Daging buah yang didapat ditimbang sebanyak 15 gram, lalu daging buah dimasukan dalam oven suhu 100oC selama 4 jam untuk menghilangkan kadar air. Daging buah hasil oven diekstraksi dengan cara ekstraksi sokhlet memakai pelarut n-heksan. Hasil ekstraksi dari 15 gram daging buah sampel dibandingkan dengan total massa daging buah dalam satu tandan.


(24)

29

Berikut denah perlakuan pada saat aplikasi : Gambar 3.2 Denah dan penomoran pohon pada aplikasi

Aplikasi DOSIS 1 . . . . . Aplikasi DOSIS 2 . . . . . Aplikasi DOSIS 3 . . . . . Aplikasi DOSIS 4 . . . . . Aplikasi DOSIS 5 . . . . . Control Belakang

13 14 15

10 11 12

7 8 9

4 5 6

1 2 3

Depan


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa bionutrien S267 dapat memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-08, dimana pada dosis optimum 0,5% memberikan jumlah keseluruhan kemunculan bunga betina, jumlah tandan dan massa tandan selama satu tahun secara berturut turut adalah 174 bunga (dengan rerata kemunculan bunga mencapai 11,6 bunga betina perpohonnya), 160 tandan (dengan rerata panen perpohonnya sebesar 10,67 tandan) dan 4492 kg (dengan rerata massa perpohonnya sebesar 299,47 kg), sedangkan rendemen tertinggi diperoleh sebesar 28,74% pada dosis 1%.

5.2 Saran

Untuk penerapan bionutrien S267pada tanaman kelapa sawit disarankan :

1. Melakukan penelitian dengan periode waktu lebih lama karena respon pengaruh pemberian nutrisi secara menyeluruh pada tanaman kelapa sawit memiliki waktu minimal 24 bulan.

2. Dilakukan penelitian pengaruh pemberian bionutrien S267 dosis optimal terhadap waktu penyemprotan.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abidemi, A.A., dkk. (2006). Oil Palm (Eleaeis guineensis) Seeding Performance

in Response to Phosphorus Fertilization in Two Benchmark Soils of Nigeria. Nigeria: Asian Journal of Plant Sciences. 5 (5), 767-775.

Abdul, R. M. (2011). Kajian Potensi Tanaman JPR Sebagai Bionutrien serta

Pengaruh Aplikasinya pada Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L.). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Allorerung dkk. (2010). Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: ASKA MEDIA

Anonim. (2004). Buku Panduan Mandor. Jakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Carron, M.P., dkk. (2015). Spatial Heterogeneity of Soil Quality Around Mature

Oil Palms Receiving Mineral Fertilization. European Journal of Soil

Biology. 66, 24-31.

Fadlie, M. (2011). Kajian Potensi Ekstrak Tumbuhan dengan Kode AGF sebagai

Bionutrien yang Diaplikasikan pada Tanaman Cabai Merah Keriting (Capcisum Annum L.). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Ginting, J., dkk. (2015). Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap

Produksi Kelapa Sawit Berumur 12,15,18 Tahun di PTPN II Unit Sawit Seberang – Babalan Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

Medan: Jurnal Online Agroteknologi. 3(1), 299-309.

Hakim, M. (2007). Kelapa Sawit Teknis Agronomis & Managemen. Jakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Harris, S. (2013). Pengaruh Bionutrien BDI dengan Penambahan Ion Logam

Terhadap Pertumbuhandan Perkembangan Tanaman Padi (Oryza sativa

L.). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Imami, N. (2014). Pengaruh Bionutrien AMA2 dan PBAG2 dengan Penambahan

Ion Logam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Padi Gogo (oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak


(27)

Kiswanto dkk. (2008). Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan

Dasar Pembuatan Bionutrien yang Diaplikansikan pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Pahan, I. (2007). Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis dari

hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya

Nugraha, G. (2013). Kajian Potensi Bionutrien PBAG terhadap Pertumbuhan

Padi (Oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Nur, R. F. (2011). Kajian Potensi Tanaman RSR Sebagai Bahan Dasar Bionutrien

yang Diaplikasikan pada Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurfitriana, A. (2013). Karakterisasidan Uji Potensi Bionutrien PBAG yang

Diaplikasikan pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana Pada

FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Pakih. (2014). Pengaruh Penambahan Ion Logam terhadap Bionutrien AMA1 dan

PBAG1 untuk Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman PadiGogo (oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Priwiratama, H. (2011). Informasi Organisme Pengganggu Tanaman Mikania

Micrantha H.B.K. Medan: Pusat Penelitian KelapaSawit.

Riskawati, T. (2013). Luas Kebun Sawi tMencapai 135 Jute Hektare. [online].

Diakses dari:

http://pemilu.tempo.co/read/news/2013/12/05/090534988/Luas-Kebun-Sawit-Mencapai-135-Juta-Hektare (11Juni 2015)

Rozziansha, P T.A. & Susanto, G. (2011). Informasi Organisme Pengganggu

Clania sp.(Lepidoptera: psychidae). Medan: Pusat Penelitian Kelapa

Sawit.

Simanjuntak,.dkk. (2011). Informasi Organisme Pengganggu Tanaman Setora


(28)

Sipayung,.dkk. (2014). Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap

Produksi Kelapa Sawit Berumur 5, 10, 15 tahun di Kebun Begerpang Estate PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Medan: Jurnal Online

Agroteknologi. 3(1), 299-309.

Susanto, Agus. (2011). Informasi Organisme Pengganggu Penyakit Busuk

Pangkal Batang Ganoderma boninensePat.. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit

Qurrotul, R. A. (2009). Penerapan Bionutrien KPD pada Tanaman Selada

Keriting (Lactuca sativa var. crispa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Zainaldi, A. (2011). Kajian Tentang Potensi Maserat Tumbuhan ISM sebagai

Bionutrien dan Aplikasinya dalam Budidaya Tanaman Cabai Merah Keriting (Capcisum Annum var. Longum). Skripsi Sarjana pada FPMIPA


(1)

28

Hendri Hermawan, 2015

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

|

Tabel 3.1 Variabel dan metode pengamatan

No Variabel Metode Pengamatan

1. Kemunculan

bunga betina

Perhitungan bunga betina dilakukan setiap minggu dan disajikan dalam bentuk tabel tiap bulan. Perhitungan bunga betina dimulai sejak keluarnya bunga betina dari pelindung ( spathes ).

2. Jumlah

tandan hasil panen

Jumlah tandan hasil panen dihitung ketika adanya proses pemanenan tandan masak. Jumlah tandan hasil panen akan dikolektifkan tiap bulan.

3. Massa

tandan

Massa tandan dihitung setelah dilakukan proses pemanenan. Setiap tandan yang dipanen akan ditimbang menggunakan timbangan badan. Massa tandan hasil panen akan dikolektifkan tiap bulannya.

4. Rendemen Rendemen dihitung menggunakan satu tandan

contoh untuk setiap dosis. Tandan yang digunakan untuk menghitung rendemen merupakan tandan dengan tingkat kematangan pada fraksi 1 yakni tandan yang telah melepaskan 5-10 borondol. perhitungan rendemen dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun penelitian.

Daging buah yang didapat ditimbang sebanyak 15 gram, lalu daging buah dimasukan

dalam oven suhu 100oC selama 4 jam untuk

menghilangkan kadar air. Daging buah hasil oven diekstraksi dengan cara ekstraksi sokhlet memakai pelarut n-heksan. Hasil ekstraksi dari 15 gram daging buah sampel dibandingkan dengan total massa daging buah dalam satu tandan.


(2)

29

Berikut denah perlakuan pada saat aplikasi : Gambar 3.2 Denah dan penomoran pohon pada aplikasi

Aplikasi DOSIS 1

. . . . .

Aplikasi DOSIS 2

. . . . .

Aplikasi DOSIS 3

. . . . .

Aplikasi DOSIS 4

. . . . .

Aplikasi DOSIS 5

. . . . .

Control

Belakang

13 14 15

10 11 12

7 8 9

4 5 6

1 2 3

Depan


(3)

Hendri Hermawan, 2015

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa bionutrien S267 dapat memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit TM-08, dimana pada dosis optimum 0,5% memberikan jumlah keseluruhan kemunculan bunga betina, jumlah tandan dan massa tandan selama satu tahun secara berturut turut adalah 174 bunga (dengan rerata kemunculan bunga mencapai 11,6 bunga betina perpohonnya), 160 tandan (dengan rerata panen perpohonnya sebesar 10,67 tandan) dan 4492 kg (dengan rerata massa perpohonnya sebesar 299,47 kg), sedangkan rendemen tertinggi diperoleh sebesar 28,74% pada dosis 1%.

5.2 Saran

Untuk penerapan bionutrien S267pada tanaman kelapa sawit disarankan :

1. Melakukan penelitian dengan periode waktu lebih lama karena respon

pengaruh pemberian nutrisi secara menyeluruh pada tanaman kelapa sawit memiliki waktu minimal 24 bulan.

2. Dilakukan penelitian pengaruh pemberian bionutrien S267 dosis optimal


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidemi, A.A., dkk. (2006). Oil Palm (Eleaeis guineensis) Seeding Performance

in Response to Phosphorus Fertilization in Two Benchmark Soils of Nigeria. Nigeria: Asian Journal of Plant Sciences. 5 (5), 767-775.

Abdul, R. M. (2011). Kajian Potensi Tanaman JPR Sebagai Bionutrien serta

Pengaruh Aplikasinya pada Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L.). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Allorerung dkk. (2010). Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: ASKA MEDIA

Anonim. (2004). Buku Panduan Mandor. Jakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Carron, M.P., dkk. (2015). Spatial Heterogeneity of Soil Quality Around Mature

Oil Palms Receiving Mineral Fertilization. European Journal of Soil

Biology. 66, 24-31.

Fadlie, M. (2011). Kajian Potensi Ekstrak Tumbuhan dengan Kode AGF sebagai

Bionutrien yang Diaplikasikan pada Tanaman Cabai Merah Keriting (Capcisum Annum L.). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Ginting, J., dkk. (2015). Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap

Produksi Kelapa Sawit Berumur 12,15,18 Tahun di PTPN II Unit Sawit Seberang – Babalan Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

Medan: Jurnal Online Agroteknologi. 3(1), 299-309.

Hakim, M. (2007). Kelapa Sawit Teknis Agronomis & Managemen. Jakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Harris, S. (2013). Pengaruh Bionutrien BDI dengan Penambahan Ion Logam

Terhadap Pertumbuhandan Perkembangan Tanaman Padi (Oryza sativa

L.). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Imami, N. (2014). Pengaruh Bionutrien AMA2 dan PBAG2 dengan Penambahan

Ion Logam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Padi Gogo (oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak


(5)

Hendri Hermawan, 2015

KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

Kiswanto dkk. (2008). Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan

Dasar Pembuatan Bionutrien yang Diaplikansikan pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Pahan, I. (2007). Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis dari

hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya

Nugraha, G. (2013). Kajian Potensi Bionutrien PBAG terhadap Pertumbuhan

Padi (Oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Nur, R. F. (2011). Kajian Potensi Tanaman RSR Sebagai Bahan Dasar Bionutrien

yang Diaplikasikan pada Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurfitriana, A. (2013). Karakterisasidan Uji Potensi Bionutrien PBAG yang

Diaplikasikan pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana Pada

FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Pakih. (2014). Pengaruh Penambahan Ion Logam terhadap Bionutrien AMA1 dan

PBAG1 untuk Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman PadiGogo (oryza Sativa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Priwiratama, H. (2011). Informasi Organisme Pengganggu Tanaman Mikania

Micrantha H.B.K. Medan: Pusat Penelitian KelapaSawit.

Riskawati, T. (2013). Luas Kebun Sawi tMencapai 135 Jute Hektare. [online].

Diakses dari:

http://pemilu.tempo.co/read/news/2013/12/05/090534988/Luas-Kebun-Sawit-Mencapai-135-Juta-Hektare (11Juni 2015)

Rozziansha, P T.A. & Susanto, G. (2011). Informasi Organisme Pengganggu

Clania sp.(Lepidoptera: psychidae). Medan: Pusat Penelitian Kelapa

Sawit.

Simanjuntak,.dkk. (2011). Informasi Organisme Pengganggu Tanaman Setora


(6)

Sipayung,.dkk. (2014). Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap

Produksi Kelapa Sawit Berumur 5, 10, 15 tahun di Kebun Begerpang Estate PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Medan: Jurnal Online

Agroteknologi. 3(1), 299-309.

Susanto, Agus. (2011). Informasi Organisme Pengganggu Penyakit Busuk

Pangkal Batang Ganoderma boninensePat.. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit

Qurrotul, R. A. (2009). Penerapan Bionutrien KPD pada Tanaman Selada

Keriting (Lactuca sativa var. crispa L.). Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Zainaldi, A. (2011). Kajian Tentang Potensi Maserat Tumbuhan ISM sebagai

Bionutrien dan Aplikasinya dalam Budidaya Tanaman Cabai Merah Keriting (Capcisum Annum var. Longum). Skripsi Sarjana pada FPMIPA