PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY MENGGUNAKAN KOMBINASI PRAKTIKUM NYATA-MAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY MENGGUNAKAN KOMBINASI PRAKTIKUM NYATA-MAYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika

Oleh

Ratih Indah Puji Hartini NIM. 1202170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY MENGGUNAKAN KOMBINASI PRAKTIKUM NYATA-MAYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

Oleh

Ratih Indah Puji Hartini

S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika

© Ratih Indah Puji Hartini 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY MENGGUNAKAN KOMBINASI PRAKTIKUM NYATA-MAYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

(Ratih Indah Puji Hartini, 1202170)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran levels of inquiry menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya pada materi rangkaian listrik arus searah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses siswa SMA sebagai efek dari penerapan model pembelajaran levels of inquiry yang menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya pada materi rangkaian listrik arus searah. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa den gan kondisi nyata di lapangan. Penelitian ini dilakukan di kelas X di salah satu SMA negeri di kota Subang dengan metode pre-eksperimental dan desain one-group pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mendapatkan pembelajaran model pembelajaran levels of inquiry dengan kombinasi praktikum nyata-maya : 1) Kemampuan kognitif siswa pada materi rangkaian listrik arus searah meningkat dengan kategori sedang; 2) Keterampilan proses siswa pada materi rangkaian listrik arus searah meningkat dengan kategori tinggi; dan 3) Hampir seluruh siswa menyatakan bahwa siswa mendapatkan nuansa dan proses pembelajaran yang berbeda, merasa termotivasi dalam pembelajaran fisika, dan merasa terbantu dalam meningkatkan kemampuan kogntif dan keterampilan proses sains.

Kata kunci : levels of inquiry, kombinasi praktikum nyata-maya, kemampuan kognitif, dan keterampilan proses sains.


(5)

IMPLEMENTATION LEVELS OF INQUIRY LEARNING MODEL USING A COMBINATION REAL-VIRTUAL EXPERIMENT TO IMPROVE STUDENTS COGNITIVE ABILITY AND SCIENCE PROCESS SKILLS OF DIRECT CURRENT ELECTRIC CIRCUITS

(Ratih Indah Puji Hartini, 1202170)

ABSTRACT

It has been conducted research on the application of levels of inquiry learning model using a combination real-virtual experiment of direct current electrical circuit. The objective of this research is to get an overview about the increase in student cognitive abilities and science process skills as the effect of the application of levels of inquiry learning model which uses a combination of real-virtual experiment of direct current electrical circuit. The research was motivated by the gap of learning objectives that must be achieved by students with real conditions in classroom. This research was conducted in class X in one of the public high school in Subang with pre-experimental method and one-group pretest-posttest design. The results showed that after getting the learning with levels of inquiry learning model with a combination of real-virtual experiment: 1) cognitive ability students on direct current electric circuit increases students with moderate category; 2) science process skills of students of direct current electric circuit increases with high category; and 3) Almost all of the students stated that students get a feel and a different learning process, feel motivated in learning physics, and was helped in improving their cognitive abilities and science process skills.

Keywords: levels of inquiry, the combination of real-virtual experiment, cognitive ability, and science process skills.


(6)

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Rumusan Masalah Penelitian ...7

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Definisi Operasional...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Levels of Inquiry ...11

B. Kegiatan Praktikum ...17

C. Kemampuan Kognitif ...25

D. Keterampilan Proses Sains ...27

E. Analisis Materi Rangkaian Listrik Arus Searah...31

F. Penelitian yang Relevan ...33


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ...37

B. Metode Penelitian ...37

C. Desain penelitian ...37

D. Instrumen Penelitian ...38

E. Analisis Instrumen Tes Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains ...39

F. Hasil Validitas Isi dan Konstruksi...42

G. Hasil Pengujian Instrumen Tes Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains ...43

H. Teknik Pengumpulan Data ...46

I. Analisis Data ...47

J. Prosedur Penelitian...50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Levels of Inquiry ...53

B. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa ...58

C. Peningkatan Keterampilan Proses Siswa ...63

D. Skala Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran ...66

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...71

B. Saran dan Rekomendasi ...71


(8)

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Karakteristik dari Tipe-Tipe Inquiry Labs ...15

Tabel 2.2.Tujuan Pembelajaran untuk Setiap Sintak Levels of Scientific Inquiry 17 Tabel 2.3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Praktikum Maya dan Praktikum Nyata...21

Tabel 2.4. Kategori-Kategori dalam Dimensi Kognitif...26

Tabel 2.5. Keterampilan Proses Sains dan Indikator ...29

Tabel 2.6. Hubungan Sintaks Model Pembelajaran Levels of Inquiry yang Menggunakan Kombinasi Praktikum Nyata-Maya Terhadap Kemampuan Kognitif, dan Keterampilan Proses Sains ...36

Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kemudahan ...40

Tabel 3.2. Kategori Daya Pembeda...41

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes ...42

Tabel 3.4. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Kognitif...43

Tabel 3.5. Distribusi Soal untuk Setiap Aspek Kemampuan Kognitif...44

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains ....44

Tabel 3.7. Distribusi Soal untuk Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains...45

Tabel 3.8. Kriteria Persentase Rata-rata N-gain...48

Tabel 3.9. Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran ...49

Tabel 3.10. Kriteria Tanggapan Siswa ...50

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Levels of Inquiry dengan Kombinasi Praktikum Nyata-Maya untuk Setiap Pertemuan ...54

Tabel 4.2. Kategori N-gain Peningkatan Setiap Aspek Kemampuan Kognitif...62

Tabel 4.3. Kategori Peningkatan N-gain untuk Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains ...65


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Hirarki Dasar dari Pembelajaran Beriorientasi Inkuiri.. ...11 Gambar 3.1. Desain Penelitian ...38 Gambar 3.2. Alur Penelitian...52 Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Tes

Akhir, dan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi (N-Gain) Kemampuan Kognitif...59 Gambar 4.2. Perbandingan Persentase Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Tes

Akhir, dan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi (N-Gain) untuk Setiap Ranah Kognitif ...61 Gambar 4.3.Perbandingan Persentase Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Tes

Akhir, dan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi (N-Gain) Keterampilan Proses Sains...63 Gambar 4.4. Perbandingan Persentase Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Tes

Akhir, dan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi (N-Gain) untuk Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains ...65


(10)

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Perangkat Pembelajaran...77

Lampiran B. Instrumen Penelitian ...106

Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen ...204

Lampiran D. Pengolahan Data Hasil Penelitian...214


(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah menengah atas di kabupaten Subang. Pertimbangan pengambilan lokasi penelitian ini adalah karena penulis merupakan pengajar di sekolah tersebut dan sekolah ini menyediakan fasilitas laboratorium lengkap untuk praktikum rangkaian listrik arus searah sehingga memudahkan dalam mendapatkan akses dan mencapai tujuan penelitian.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA negeri di kabupaten Subang. Sebagai sampel penelitian dipilih satu kelas secara acak dengan teknik randomized cluster sampling dari sembilan kelas yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design (Arikunto, 2002), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol). Penggunaan metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian, yaitu peneliti ingin mengetahui gambaran peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa akibat dari perlakuan yang diberikan sehingga tidak diperlukan kelas kontrol atau kelas pembanding.

C. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa SMA sebagai efek penerapan model pembelajaran levels of inquiry dengan kombinasi metode praktikum nyata-maya pada materi rangkaian listrik arus searah, maka desain penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design (Frankael & Wallen, 2012).


(12)

38

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

Penelitian ini diawali dengan memberikan tes awal (pretest) untuk mengidentifikasi kemampuan awal siswa. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran levels of inquiry menggunakan kombinasi metode praktikum nyata-maya. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan tes akhir (posttest) untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa. Tes awal dan tes akhir pada penelitian ini menggunakan perangkat tes yang sama. Pola one-group pretest-posttest design

ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen O1, O2 X O1, O2

Gambar 3.1. Desain Penelitian

(Frankael & Wallen, 2012). Keterangan:

O1 = tes kemampuan kognitif pada materi rangkaian listrik arus searah

O2 = tes keterampilan proses sains pada materi rangkaian listrik arus searah

X = model pembelajaran levels of inquiry menggunakan kombinasi metode praktikum nyata-maya

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengambil data yang diinginkan pada waktu penelitian menggunakan suatu metode tertentu (Arikunto, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat instrumen sebagai berikut.

1. Tes tertulis kemampuan kognitif yang diberikan pada saat tes awal dan tes akhir. Tes ini bersifat koseptual untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa mengenai konsep fisika dari C1 sampai dengan C4. Bentuk tes ini berupa tes

objektif pilihan ganda dengan lima option.

2. Tes tertulis keterampilan proses sains yang diberikan pada saat tes awal dan tes akhir. Tes ini berbentuk tes objektif pilihan ganda dengan lima option untuk mengetahui penguasaan keterampilan proses sains siswa yang


(13)

39

mencakup keterampilan melakukan pengamatan, berhipotesis, memprediksi, interpretasi, berkomunikasi, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan. 3. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengamati kesesuaian aktivitas siswa dan guru dengan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Format lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini dibuat dalam bentuk checklist.

4. Skala sikap siswa untuk mengetahui bagaiamana respon siswa terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran levels of inquiry menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya dan efeknya terhadap dukungan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains. Skala sikap ini berupa pernyataan-pernyataan yang terdiri dari empat pilihan yang bertingkat yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dengan skala positif satu sampai empat. Skala sikap ini diisi dengan memberikan tanda checklist terhadap kolom pilihan yang tersedia.

E. Analisis Instrumen Tes Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains

Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang dimaksud merupakan analisis terhadap instrumen yang akan digunakan meliputi validitas, daya pembeda, tingkat kemudahan, dan reliabilitas. Semua bentuk pengujian dilakukan dan dihitung dengan menggunakan software Microssoft Excel for Windows 2010.

a. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal yang digunakan. Sebuah soal dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains pada penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruksi. Validitas isi ditentukan melalui judgement ahli untuk melihat kesesuaian indikator dengan instrumen tes. Validitas konstruksi ditentukan melalui judgement ahli untuk melihat kesesuaian


(14)

40

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

standar isi materi dengan indikator yang ada dalam instrumen tes. Jumlah ahli yang melakukan judgement butir soal dalam penelitian ini sebanyak tiga orang.

b. Tingkat Kemudahan Butir Soal

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kemudahan 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Indeks

kemudahan diberi simbol ‘P’ (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2012)

JS B

P (3.1) Keterangan:

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk mengklasifikasi indeks kemudahan dapat digunakan pedoman kategori tingkat kemudahan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kemudahan Indeks kemudahan Kategori soal

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012)

c. Daya pembeda butir soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki


(15)

41

kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu tes dapat digunakan persamaan:

A B

B B A

A P P

J B J B

D    (3.2) Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2012)

Untuk mengklasifikasi indeks daya pembeda dapat digunakan pedoman kategori daya pembeda seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kategori Daya Pembeda

Indeks daya pembeda Kategori

Negatif Soal dibuang

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012)

d. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat memberikan hasil yang tetap sama (ajeg, konsisten) setiap kali dipakai. Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan


(16)

42

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

menggunakan test-retest method (metode tes ulang). Dalam metode ini seorang pengetes hanya memiliki satu seri tes, tetapi diujicobakan dua kali, atau juga disebut dengan single test double trial method (Arikunto, 2012). Kemudian hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.

Karena kedua data yang akan dikorelasikan berupa data kontinu dan kuantitatif, maka perhitungan korelasi yang sangat cocok untuk data ini adalah

Pearson’s correlation coefficient (Minium, dkk., 1993). Persamaannya adalah sebagai berikut:

=

� ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ 2− ∑ 2}{� ∑ 2− ∑ 2} (3.3)

Keterangan: xy

r = koefisien korelasi antara skor test dan skor retest X = skor test

Y = skor retest N = jumlah sampel

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas, digunakan tolak ukur seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes Koefisien reliabilitas Kategori

rxy≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi F. Hasil Validitas Isi dan Konstruksi

Validitas isi dan validitas konstruksi dari instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains ditentukan melalui judgement tiga orang ahli. Hasil validitas isi dan validitas konstruksi untuk kedua instrumen tes dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan judgement tiga orang ahli, diperoleh kesimpulan bahwa 40 soal kemampuan kognitif dan 30 soal keterampilan proses sains yang telah disusun semuanya telah memenuhi validitas isi dan konstruk si


(17)

43

sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian, sekalipun terdapat beberapa perbaikan pada gambar dan redaksi.

G. Hasil Pengujian Instrumen Tes Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains

Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang akan kita gunakan dalam penelitian, maka instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains yang telah mendapatkan judgement tiga orang ahli, diuji coba kepada kelas XII di sekolah tempat pelaksanaan penelitian. Hasil uji coba instrumen tersebut disajikan lengkap pada lampiran C.1 dan lampiran C.2. Adapun rekapitulasi hasil uji coba instrumen untuk kemampuan kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Kognitif Nomor

lama

Nomor baru

Tingkat kemudahan

Daya

Pembeda Kesimpulan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 1 0,38 Sedang 0,55 Baik Dipakai

2 2 0,82 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

3 3 0,74 Mudah 0,45 Baik Dipakai

4 0,36 Sedang 0,18 Jelek Dibuang

5 4 0,41 Sedang 0,45 Baik Dipakai

6 5 0,54 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

7 0,87 Mudah 0,00 Jelek Dibuang

8 6 0,72 Mudah 0,55 Baik Dipakai

9 0,26 Sukar 0,18 Jelek Dibuang

10 0,26 Sukar -0,36 Jelek Dibuang

11 7 0,36 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

12 8 0,26 Sukar 0,36 Cukup Dipakai

13 0,46 Sedang 0,09 Jelek Dibuang

14 9 0,90 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

15 10 0,21 Sukar 0,45 Baik Dipakai

16 11 0,49 Sedang 0,45 Baik Dipakai

17 12 0,41 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

18 13 0,62 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

19 0,77 Mudah 0,18 Jelek Dibuang

20 14 0,08 Sukar 0,45 Baik Dipakai

21 15 0,26 Sukar 0,55 Baik Dipakai

22 0,36 Sedang 0,18 Jelek Dibuang


(18)

44

Ratih Indah Puji Hartini, 2015 Nomor lama Nomor baru Tingkat kemudahan Daya

Pembeda Kesimpulan

Nilai Kategori Nilai Kategori

24 17 0,44 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

25 18 0,59 Sedang 0,45 Baik Dipakai

26 19 0,54 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

27 20 0,41 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

28 21 0,56 Sedang 0,64 Baik Dipakai

29 22 0,56 Sedang 0,45 Baik Dipakai

30 23 0,72 Mudah 0,73 Baik Sekali Dipakai

31 24 0,69 Sedang 0,45 Baik Dipakai

32 25 0,51 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

33 26 0,23 Sukar 0,27 Cukup Dipakai

34 27 0,54 Sedang 0,45 Baik Dipakai

35 28 0,62 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

36 29 0,36 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

37 30 0,64 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

38 31 0,21 Sukar 0,36 Cukup Dipakai

39 32 0,46 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

40 33 0,26 Sukar 0,45 Baik Dipakai

Berdasarkan Tabel 3.4, diperoleh informasi bahwa dari 40 soal yang diujicobakan, hanya terdapat 33 soal yang memenuhi kelayakan instrumen penelitian. Soal-soal tersebut memiliki nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,86 dengan kategori sangat tinggi. Dari masing-masing soal tersebut diperoleh distribusi soal yang hampir seimbang untuk setiap aspek kemampuan kognitif dengan komposisi yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Distribusi Soal untuk Setiap Aspek Kemampuan Kognitif

No Aspek Kemampuan

Kognitif

Jumlah

Soal No Soal

1 Mengingat (C1) 8 1,2,3,9,10,16,17,18

2 Memahami (C2) 8 4,5,11,12,13,19,20,21

3 Menerapkan (C3) 9 6,14,15,22,23,24,25,26,27 4 Menganalisis (C4) 8 7,8,28,29,30,31,32,33

Rekapitulasi hasil uji coba instrumen keterampilan proses sains ditunjukkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains Nomor

lama

Nomor baru

Tingkat


(19)

45

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 1 0,87 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

2 2 0,87 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

3 3 0,28 Sukar 0,27 Cukup Dipakai

4 4 0,36 Sedang 0,55 Baik Dipakai

5 5 0,51 Sedang 0,55 Baik Dipakai

6 6 0,72 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

7 7 0,67 Sedang 0,45 Baik Dipakai

8 8 0,97 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

9 9 0,92 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

10 10 0,69 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

11 11 0,33 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

12 12 0,15 Sukar 0,55 Baik Dipakai

13 13 0,44 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

14 14 0,41 Sedang 0,45 Baik Dipakai

15 15 0,74 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

16 16 0,95 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

17 17 0,92 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

18 18 0,44 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

19 19 0,77 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

20 20 0,85 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

21 21 1,00 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

22 22 0,69 Sedang 0,45 Baik Dipakai

23 23 0,79 Mudah 0,45 Baik Dipakai

24 24 0,74 Mudah 0,45 Baik Dipakai

25 25 0,56 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

26 26 0,31 Sedang 0,73 Baik Sekali Dipakai

27 27 0,90 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

28 28 0,77 Mudah 0,45 Baik Dipakai

29 29 0,74 Mudah 0,45 Baik Dipakai

30 30 0,41 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

Berdasarkan Tabel 3.6, diperoleh informasi bahwa dari 30 soal yang diujicobakan, semua soal memenuhi kelayakan instrumen penelitian. Semua soal tersebut memiliki reliabilitas instrumen sebesar 0,63 dengan kategori tinggi. Dari masing-masing soal tersebut diperoleh distribusi soal yang cukup berimbang untuk setiap aspek keterampilan proses sains dengan komposisi yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Distribusi Soal untuk Setiap Aspek Keterampilan Proses sains No Aspek Keterampilan Proses Sains Jumlah Soal No Soal


(20)

46

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

No Aspek Keterampilan Proses Sains Jumlah Soal No Soal

2 Menginterpretasi data 4 6, 18, 19, 27

3 Memprediksi 3 8, 9, 21

4 Berkomunikasi 4 7, 17, 20, 28

5 Berhipotesis 3 3, 12, 24

6 Merencanakan percobaan 5 2, 13, 14, 15, 16

7 Menerapkan konsep 4 10, 22, 29, 30

8 Mengajukan pertanyaan 3 1, 11, 23

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan skala sikap.

1. Tes

Tes merupakan pernyataan atau latihan, serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan natau bakat yang dimiliki indvidu maupun kelompok. Dalam penelitian ini, tes yang diberikan berupa tes tertulis berupa pilihan ganda dengan lima option. Instrumen tes yang digunakan merupakan soal tes yang dapat mengukur kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, yang diobservasi adalah keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru dan siswa di dalam pembelajaran. Format observasi ini dibuat dalam bentuk checklist, sehingga observer di dalam pengisiannya hanya memberikan tanda checklist. Format keterlaksanaan pembelajaran ini tidak diujicobakan, akan tetapi dikoordinasikan terlebih dahulu kepada observer agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam pengisiannya.


(21)

47

Pengumpulan data dengan skala sikap dilakukan dengan memberikan pernyataan yang harus dijawab siswa dengan empat pilihan yang bertingkat yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dengan skala positif satu sampai empat. Skala sikap ini diisi dengan memberikan tanda checklist terhadap kolom pilihan yang tersedia.

I. Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan keterampilan proses sains, keterlaksanaan pembelajaran, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada penelitian ini.

1. Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains

Analisis data untuk peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains telah dilakukan dengan beberapa langkah yaitu penskoran tes awal dan tes akhir, dan perhitungan N-gain.

a. Pemberian skor tes awal dan tes akhir

Pemberian skor penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa sama-sama mengacu pada metode rights only. Skor untuk setiap jawaban benar adalah +1 sedangkan untuk jawaban salah adalah 0.

Untuk mengetahui pencapaian skor tes awal dan tes akhir, dilakukan perbandingan skor yang diperoleh siswa dengan skor maksimal idealnya. Perhitungan skor tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

� =

� × % (3.4)

Keterangan :

� : besar persentase skor

� : besar skor yang diperoleh


(22)

48

Ratih Indah Puji Hartini, 2015 b. Perhitungan Nilai N-Gain

Pengolahan data N-gain dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Persentase N-gain perorangan dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (2002), yaitu

� = � −� �

� � −� � × % (3.5)

2) Persentase Rata-rata N-gain yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains melalui persamaan:

< � >= <� >−<� �>

� � − <� >× % (3.6)

Keterangan:

� : skor tes akhir

� : skor tes awal

Adapun pengkategorian peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa melalui rata-rata N-gain, dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kriteria Persentase Rata-rata N-gain

Nilai Kategori

< � > 7 % Tinggi

3 % < � > < 7 % Sedang

< � > < 3 % Rendah

c. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model pembelajaran sains levels of inquiry dengan kombinasi praktikum nyata-maya yang diterapkan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

Keterlaksanaan pembelajaran akan dianalisis berdasarkan persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemberian skor. Jika observer memberikan tanda cheklist, maka diberi skor 1, namun jika tidak memberikan checklist berarti diberi skor 0.


(23)

49

3. Pengambilan kesimpulan yang dinyatakan dalam persentase keterlaksanaan dengan dihitung oleh persamaan berikut:

�� % =jumlah keseluruhan kegiatan dalam satu pertemuanJumlah kegiatan yang terlaksana × % (3.7)

Persentase keterlaksanaan pembelajaran dapat diintrepretasikan dengan menggunakan Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan

Pembelajaran (%) Kriteria

KP=0 Tak satu kegiatan pun 0<KP<25 Sebagian kecil kegiatan

25≤KP<50 Hampir setengah kegiatan KP=50 Setengah kegiatan

50<KP<75 Sebagian besar kegiatan

75≤KP<100 Hampir seluruh kegiatan KP=100 Seluruh Kegiatan

d. Analisis Skala Sikap Siswa

Skala sikap ini diberikan setelah pembelajaran keseluruhan selesai dilakukan. Skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skala positif 1-4. Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa terhadap pembelajaran dengan kombinasi praktikum nyata-maya pada model pembelajaran levels of inquiry pada konsep rangkaian listrik arus searah di kelas X. Skala sikap siswa pada tiap butir pernyataan, dihitung, ditabulasi kemudian dibuat persentase. Untuk menghitung persentase hasil skala sikap siswa tersebut digunakan persamaan :

% ���� = ∑ × � � �


(24)

50

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

Kemudian, untuk persentase untuk pernyataan sangat setuju dan setuju dijumlahkan dan hasilnya diinterpretasi dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kriteria Tanggapan Siswa

Sikap (%) Deskripsi

J=0 Tidak seorang pun responden 0<J<25 Sebagian kecil responden

25≤J<50 Hampir setengahnya dari jumlah responden J=50 Setengah dari jumlah responden

50<J<75 Sebagian besar responden

75≤J<100 Hampir seluruh responden J=100 Seluruh responden

J. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa di sekolah. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati pembelajaran, sarana dan sarana pendukung pembelajaran, mewawancarai guru fisika, memberikan tes penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dan menyebarkan angket kepada siswa. Wawancara juga tidak hanya dilakukan dengan guru fisika tetapi guru TIK untuk mengetahui kemampuan awal dan respon siswa pada pembelajaran yang berbasiskan komputerisasi.

b. Studi literatur untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis komputer khususnya mengenai praktikum maya, model pembelajaran levels of inquiry, kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selain itu juga mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator pembelajaran untuk kemudian dipergunakan dalam penyusunan rencana pembelajaran.


(25)

51

c. Pengajuan dan perbaikan proposal penelitian pada seminar proposal penelitian.

d. Perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen tes. e. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. f. Melakukan uji coba Instrumen.

g. Perbaikan instrumen berdasarkan hasil uji coba.

2. Tahap penelitian

a. Penjaringan data tes awal pada awal penelitian yang meliputi tes penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi rangkaian listrik arus searah.

b. Pemberian perlakuan yaitu menerapkan model pembelajaran levels of inquiry menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya.

c. Penjaringan data tes akhir untuk tes penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan penskoran terhadap data hasil tes awal dan tes akhir, lembar keterlaksanaan pembelajaran, dan skala sikap siswa.

b. Menghitung persentase rata-rata N-gain dari tes awal dan tes akhir dan melakukan analisis hasil observasi guru dan skala sikap siswa.

c. Melakukan pembahasan temuan atau hasil penelitian dengan mempergunakan kajian pustaka yang menunjang.

d. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. e. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.


(26)

52

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Kondisi Siswa.

Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah.

Kondisi Pembelajaran Fisika

Studi Pustaka :

Model pembelajaran

levels of inquiry

Praktikum maya

Hasil belajar ranah kognitif.

Keterampilan proses sains.

KTSP mata pelajaran fisika kelas X semester 2 pada materi rangkaian listrik arus searah  PENDAHULUAN PERENCANAAN & PENYUS UNAN INSTRUMEN PELAKSANAAN PENGOLAHAN DATA & PELAPORAN

Penyusunan RPP

Pembuatan kisi-kisi instrumen

Judgement

instrument (validitas isi dan

konstruksi)

Ujicoba instrumen tes

Analisis butir soal terhadap hasil uji coba

Penyusunan instrumen tes

penelitian

Penentuan Sampel Penelitian

Tes awal (pretest)

Penerapan model pembelajaran

levels of inquiry

menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya Pengumpulan data keterlaksanaan model pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran Tes akhir (pos test) Penskoran data hasil tes awal dan

tes akhir, skala sikap, serta lembar

observasi keterlaksanaan

pembelajaran

Menghitung persentase rata-rata

N-gain dari tes

awal dan tes akhir serta melakukan

analisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dan skala sikap siswa

Pembahasan hasil penelitian

Kesimpulan dan Saran


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W, & Krathwohl, D.R. (2010) Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arifin, M. dkk. (2003). Stretegi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan

Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S.(2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S.(2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Bayrak, B., Kanli, & U., Kandilİngec. (2007). To compare the effects of computer

based learning and the laboratory based learning on students achievement regarding electric circuits. The Turkish Journal of Educational Technology, 6, hlm. 15 – 24.

Babateen, H.M. (2011). The role of Virtual Laboratories in Science Education. IPCSIT, vol.12, hlm.100-104.

Başer, M. & Durmuş, S.(2010). The Effectiveness Of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments On The Understanding Of Direct Current Electricity Among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 6(1), hlm. 47-61.

Blosser, P.E. (1990). The Role of The Laboratory in Science Teaching. [online]. Tersedia:https://www.narst.org/publications/research/labs.cfm (1 Oktober 2014).

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Jong, T. D. (2006). Computer Simulations: Technological Advances in Inquiry

Learning. Science, 312, hlm. 532–533.

Eggen, P & Kauchack, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Fajaruddin, F. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Website Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X pada Topik Listrik Arus Searah. (Tesis). Sekolah Pascasarjanan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Farrokhniaa, Mohammad, R., & Esmailpoura, A. (2010). A Study On The Impact Of Real, Virtual And Comprehensive Experimenting On Students’ Conceptual Understanding Of Dc Electric Circuits And Their Skills In Undergraduate Electricity Laboratory. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2 (2010), hlm. 5474–5482.


(28)

74

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

Frankael, Jack., & Wallen, Norman, E. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw-Hill International.

Gumilar, S. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kombinasi Metode Eksperimen Nyata-Virtual Untuk Meningkatkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjanan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hake, R, R.(2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. [online]. Tersedia : physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf. (1 Oktober 2014). Hassard, J. & Dias, M. (2005). The Art of Teaching Science: Inquiry and

Innovation in Middle School and High School. New York: Routledge. Hofstein & Luneta. (2004). The Laboratory in Science Education: Foundations for

The Twenty First Century. Science Education 88, hlm. 28-54.

Keller, H.E. & Keller, E.E. (2005). Making Real Virtual Lab. The Science Education Review, 4(1), hlm. 1-10.

Minium, E.W, dkk.(1993). Statistical Reasoning in Psychology and Education. United states.

Nasrudin, D. (2012). Model Siklus Belajar 5E Berbasis Konflik Kognitif pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

National Research Council. (2000). Inquiry and National Science Education Standards Research Council Standard: A Guide for Teaching and Learning. United State of America: National Academy of Science

Olympiou, G., & Zacharia, Z.C. (2010). Implementing a blended combination of physical and virtual laboratory manipulatives to enhance students’ learning through experimentation in the domain of Light and Color. Journal of Education, Informatics and Cybernetics. 2 (1).

Oral, E, Bozkurt, & Guzel. (2009). The Effect Of Combining Real Experimentation With Virtual Experimentation On Students’ Success. Jurnal World Academy of Science, Engineering and Technology, 30 (256), hlm.1599-1604.

Padilla, M. J. (1990). The Science Process Skills. [online]. Tersedia : https://www.narst.org/ publications/ research/skill.cfm (1 Oktober 2014). Perkins, K., dkk. (2006). PheT: Interactive Simulations for Teaching and Learning

Physics. The Physics Teacher, 44(1), hlm. 18-23.

Rizal, R. (2013). Penerapan Pendekatan Demonstrasi Interaktif Dalam Pembelajaran Listrik Dinamis untuk Meningkatkan kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(29)

75

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Rustaman, dkk . (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press. Saepuzaman, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan

Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjanan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Predana Media.

Semiawan, C. (2006). Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia

Setiawan, A. (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI. UPI 29 Juli 2009.

Setyawan, E.J. (2012). Penerapan Pembelajaran Inkuiri dengan Multiple Represensi untuk Meningkatkan Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Taasoobshirazi, G., Zuiker, S. J., Anderson, K.T., & Hickey, D.T. (2006). Enhancing Inquiry, Understanding, and Achievement in an Astronomy Multimedia Learning Environment. Journal of Science Education and Technology, 15(5), hlm.383-395

Van Joolingen, W.R., de Jong, T., & Dimitrakopoulou, A. (2007). Issues in computer supported inquiry learning in science. Journal of Computer Assisted Learning, 23 (2), hlm. 111–119.

Wenning, C. J. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. Journal of Physics Teacher Education Online, 5(4), hlm.11-19.

Wenning, C. J. (2012). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3), hlm. 3-11.

Zacharia, Z.C. & Anderson, O. R. (2003). The effects of an interactive computer-based simulation prior to performing a laboratory inquiry-computer-based experiment on students’ conceptual understanding of physics. American Journal of Physics, 71(6), hlm. 618–629.

Zacharia, Z.C. (2007). Comparing and Combining Real and Virtual Experimentation: An Effort to Enhance Students’ Conceptual Understanding of Electric Circiuits. Journal of Computer Assistes Learning. 23(2), hlm. 120-132.


(30)

76

Ratih Indah Puji Hartini, 2015

Zacharia, Z.C., & Costantinou, C.P. (2008). Comparing the influence of physical and virtual manipulatives in the context of the Physics by Inquiry curriculum: The case of undergraduate students’ conceptual understanding of heat and temperature. American Journal of Physics, 76 (4), hlm. 425-430.

Zacharia, Z.C., & Olympiou G.. (2011). Physical Versus Virtual Manipulative Experimentation In Physics Learning. Journal Learning and Instruction, 21 (2011), hlm. 317-331.

Zacharia, Z.C., Olympiou, G., & Papaevripidou, M. (2008). Effects Of Experimenting With Physical And Virtual Manipulative On Students’conceptual Understanding In Heat And Temperature. Journal of Research in Science Teaching, 45(9), hlm. 1021-1035.


(1)

c. Pengajuan dan perbaikan proposal penelitian pada seminar proposal penelitian.

d. Perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen tes. e. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. f. Melakukan uji coba Instrumen.

g. Perbaikan instrumen berdasarkan hasil uji coba.

2. Tahap penelitian

a. Penjaringan data tes awal pada awal penelitian yang meliputi tes penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi rangkaian listrik arus searah.

b. Pemberian perlakuan yaitu menerapkan model pembelajaran levels of inquiry menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya.

c. Penjaringan data tes akhir untuk tes penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan penskoran terhadap data hasil tes awal dan tes akhir, lembar keterlaksanaan pembelajaran, dan skala sikap siswa.

b. Menghitung persentase rata-rata N-gain dari tes awal dan tes akhir dan melakukan analisis hasil observasi guru dan skala sikap siswa.

c. Melakukan pembahasan temuan atau hasil penelitian dengan mempergunakan kajian pustaka yang menunjang.

d. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. e. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.


(2)

52

Gambar 3.2. Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Kondisi Siswa. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah. Kondisi

Pembelajaran Fisika

Studi Pustaka :

Model pembelajaran levels of inquiry

Praktikum maya Hasil belajar ranah

kognitif. Keterampilan

proses sains. KTSP mata

pelajaran fisika kelas X semester 2 pada materi rangkaian listrik arus searah  PENDAHULUAN PERENCANAAN & PENYUS UNAN INSTRUMEN PELAKSANAAN PENGOLAHAN DATA & PELAPORAN

Penyusunan RPP

Pembuatan kisi-kisi instrumen

Judgement instrument (validitas isi dan

konstruksi)

Ujicoba instrumen tes

Analisis butir soal terhadap hasil uji coba

Penyusunan instrumen tes

penelitian

Penentuan Sampel Penelitian

Tes awal (pretest)

Penerapan model pembelajaran levels of inquiry

menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya Pengumpulan data keterlaksanaan model pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran Tes akhir (pos test) Penskoran data hasil tes awal dan

tes akhir, skala sikap, serta lembar

observasi keterlaksanaan

pembelajaran

Menghitung persentase rata-rata

N-gain dari tes awal dan tes akhir

serta melakukan analisis hasil

observasi keterlaksanaan pembelajaran dan skala sikap siswa

Pembahasan hasil penelitian

Kesimpulan dan Saran


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W, & Krathwohl, D.R. (2010) Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arifin, M. dkk. (2003). Stretegi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan

Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S.(2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S.(2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Bayrak, B., Kanli, & U., Kandilİngec. (2007). To compare the effects of computer

based learning and the laboratory based learning on students achievement regarding electric circuits. The Turkish Journal of Educational Technology, 6, hlm. 15 – 24.

Babateen, H.M. (2011). The role of Virtual Laboratories in Science Education. IPCSIT, vol.12, hlm.100-104.

Başer, M. & Durmuş, S.(2010). The Effectiveness Of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments On The Understanding Of Direct Current Electricity Among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 6(1), hlm. 47-61.

Blosser, P.E. (1990). The Role of The Laboratory in Science Teaching. [online]. Tersedia:https://www.narst.org/publications/research/labs.cfm (1 Oktober 2014).

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Jong, T. D. (2006). Computer Simulations: Technological Advances in Inquiry

Learning. Science, 312, hlm. 532–533.

Eggen, P & Kauchack, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Fajaruddin, F. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Website Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X pada Topik Listrik Arus Searah. (Tesis). Sekolah Pascasarjanan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Farrokhniaa, Mohammad, R., & Esmailpoura, A. (2010). A Study On The Impact Of Real, Virtual And Comprehensive Experimenting On Students’ Conceptual Understanding Of Dc Electric Circuits And Their Skills In Undergraduate Electricity Laboratory. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2 (2010), hlm. 5474–5482.


(4)

74

Frankael, Jack., & Wallen, Norman, E. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw-Hill International.

Gumilar, S. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kombinasi Metode Eksperimen Nyata-Virtual Untuk Meningkatkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjanan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hake, R, R.(2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. [online]. Tersedia : physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf. (1 Oktober 2014). Hassard, J. & Dias, M. (2005). The Art of Teaching Science: Inquiry and

Innovation in Middle School and High School. New York: Routledge. Hofstein & Luneta. (2004). The Laboratory in Science Education: Foundations for

The Twenty First Century. Science Education 88, hlm. 28-54.

Keller, H.E. & Keller, E.E. (2005). Making Real Virtual Lab. The Science Education Review, 4(1), hlm. 1-10.

Minium, E.W, dkk.(1993). Statistical Reasoning in Psychology and Education. United states.

Nasrudin, D. (2012). Model Siklus Belajar 5E Berbasis Konflik Kognitif pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

National Research Council. (2000). Inquiry and National Science Education Standards Research Council Standard: A Guide for Teaching and Learning. United State of America: National Academy of Science

Olympiou, G., & Zacharia, Z.C. (2010). Implementing a blended combination of physical and virtual laboratory manipulatives to enhance students’ learning through experimentation in the domain of Light and Color. Journal of Education, Informatics and Cybernetics. 2 (1).

Oral, E, Bozkurt, & Guzel. (2009). The Effect Of Combining Real Experimentation With Virtual Experimentation On Students’ Success. Jurnal World Academy of Science, Engineering and Technology, 30 (256), hlm.1599-1604.

Padilla, M. J. (1990). The Science Process Skills. [online]. Tersedia : https://www.narst.org/ publications/ research/skill.cfm (1 Oktober 2014). Perkins, K., dkk. (2006). PheT: Interactive Simulations for Teaching and Learning

Physics. The Physics Teacher, 44(1), hlm. 18-23.

Rizal, R. (2013). Penerapan Pendekatan Demonstrasi Interaktif Dalam Pembelajaran Listrik Dinamis untuk Meningkatkan kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(5)

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Rustaman, dkk . (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press. Saepuzaman, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan

Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjanan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Predana Media.

Semiawan, C. (2006). Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia

Setiawan, A. (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI. UPI 29 Juli 2009.

Setyawan, E.J. (2012). Penerapan Pembelajaran Inkuiri dengan Multiple Represensi untuk Meningkatkan Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Taasoobshirazi, G., Zuiker, S. J., Anderson, K.T., & Hickey, D.T. (2006). Enhancing Inquiry, Understanding, and Achievement in an Astronomy Multimedia Learning Environment. Journal of Science Education and Technology, 15(5), hlm.383-395

Van Joolingen, W.R., de Jong, T., & Dimitrakopoulou, A. (2007). Issues in computer supported inquiry learning in science. Journal of Computer Assisted Learning, 23 (2), hlm. 111–119.

Wenning, C. J. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. Journal of Physics Teacher Education Online, 5(4), hlm.11-19.

Wenning, C. J. (2012). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3), hlm. 3-11.

Zacharia, Z.C. & Anderson, O. R. (2003). The effects of an interactive computer-based simulation prior to performing a laboratory inquiry-computer-based experiment on students’ conceptual understanding of physics. American Journal of Physics, 71(6), hlm. 618–629.

Zacharia, Z.C. (2007). Comparing and Combining Real and Virtual Experimentation: An Effort to Enhance Students’ Conceptual Understanding of Electric Circiuits. Journal of Computer Assistes Learning. 23(2), hlm. 120-132.


(6)

76

Zacharia, Z.C., & Costantinou, C.P. (2008). Comparing the influence of physical and virtual manipulatives in the context of the Physics by Inquiry

curriculum: The case of undergraduate students’ conceptual

understanding of heat and temperature. American Journal of Physics, 76 (4), hlm. 425-430.

Zacharia, Z.C., & Olympiou G.. (2011). Physical Versus Virtual Manipulative Experimentation In Physics Learning. Journal Learning and Instruction, 21 (2011), hlm. 317-331.

Zacharia, Z.C., Olympiou, G., & Papaevripidou, M. (2008). Effects Of Experimenting With Physical And Virtual Manipulative On

Students’conceptual Understanding In Heat And Temperature. Journal of


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

1 13 58

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

4 16 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB MENGGUNAKAN METODE PRAKTIKUM SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

7 32 47

PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD.

2 6 17

Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

1 2 46

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA DALAM MATERI ELASTISITAS.

7 24 28

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 2 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 0 45

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 0 56

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN PROGRAM VIRTUAL LABORATORIES ELECTRICITY PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA SMA.

0 1 49