Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH :
ADELIA ALFAMA ZAMISTA NIM. 1302256
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
Oleh
Adelia Alfama Zamista
S.Pd FKIP Universitas Riau, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika
© Adelia Alfama Zamista 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
(5)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
Oleh:
Adelia Alfama Zamista NIM. 1302256
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing,
Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Dadi Rusdiana, M.Si. NIP. 196810151994031002
(6)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran POGIL ... 8
B. Kemampuan Kognitif ... 13
C. Keterampilan Proses Sains ... 21
D. Keterkaitan Model POGIL, Kemampuan Kognitif, dan Keterampilan Proses Sains ... 31
E. Deskripsi Materi Fluida Statis ... 34
BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 41
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
C. Variabel Penelitian ... 42
D. Definisi Operasional ... 42
E. Instrumen Penelitian ... 43
F. Prosedur Penelitian ... 58
(7)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa... 67 B. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 83
BAB V. SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ...104 B. Saran ...104 C. Rekomendasi ...105
DAFTAR PUSTAKA ...106 LAMPIRAN ...111
(8)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Peran Guru dalam Model POGIL ... 9
2.2 Peran Tiap Anggota Kelompok ... 10
2.3 Tahapan Kegiatan Pembelajaran dengan Model POGIL ... 11
2.4 Kategorisasi Dimensi Pengetahuan pada Taksonomi Anderson ... 15
2.5 Kategorisasi Dimensi Proses Kognitif pada Taksonomi Anderson ... 17
2.6 Aspek Keterampilan Proses Sains Menurut Beberapa Ahli ... 21
2.7 Hubungan Sintaks Model POGIL, Kemampuan Kognitif, dan Keterampilan Proses Sains ... 31
2.8 Keterkaitan Model POGIL dengan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains yang Dilatihkan pada Tiap Tahapan ... 33
3.1 Instrumen Penelitian dan Tujuan Penggunaan Instrumen ... 43
3.2 Rekapitulasi Soal Tiap Aspek Dimensi Proses Kognitif Sebelum Validasi ... 46
3.3 Kategori Reliabilitas Tes ... 47
3.4 Interpretasi Daya Pembeda Soal ... 48
3.5 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Kognitif ... 49
3.6 Interpretasi Tingkat Kemudahan Soal ... 50
3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kemudahan Soal Tes Kemampuan Kognitif .. 50
3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 51
3.9 Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Aspek Dimensi Proses Kognitif ... 53
3.10 Rekapitulasi Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains Sebelum Validasi ... 54
3.11 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Proses Sains ... 54
3.12 Hasil Perhitungan Tingkat Kemudahan Soal Tes Keterampilan Proses Sains ... 55
3.13 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains .... 56
3.14 Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains ... 57
3.15 Kategorisasi Skor N-gain ... 64
3.16 Pedoman Penilaian Kinerja Siswa ... 65
3.17 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ... 66
4.1 Hasil Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Kognitif... 67
4.2 Data Peningkatan Tiap Dimensi Proses Kognitif ... 69
4.3 Data Peningkatan Kemampuan Kognitif per Konsep pada Materi Fluida Statis ... 74
4.4 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model POGIL oleh Guru ... 77
(9)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.6 Hasil Pretest, Posttest, dan N-Gain Keterampilan Proses Sains ... 83
4.7 Data Peningkatan Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains ... 85
4.8 Rekapitulasi Hasil Asesmen Kinerja untuk Proses ... 87
(10)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Struktur Keterampilan Proses Sains ... 22 2.2 Ilustrasi Perbedaan Tekanan pada Kedalaman yang Berbeda... 36 2.3 Dongkrak Hidrolik, penghisap kecil diberi tekanan sehingga tekanan ini
diteruskan sama besar ke penghisap besar ... 37 2.4 Ilustrasi yang Menunjukkan Gaya yang Bekerja pada Benda di Dalam
Zat Cair ... 38 2.5 Ilustrasi yang Menunjukkan Tiga Keadaan Benda yang Berada di Dalam
Zat Cair ... 39 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest ... 41 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 62 4.1 Diagram Persentase Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain
Kemampuan Kognitif ... 68 4.2 Diagram Persentase Rata-rata Skor Pretest dan Posttest untuk Setiap
Dimensi Proses Kognitif ... 69 4.3 Diagram Rata-rata Skor N-gain untuk Setiap Dimensi Proses Kognitif .... 70 4.4 Diagram Persentase Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain
Keterampilan Proses Sains ... 84 4.5 Diagram Persentase Rata-rata Skor Pretest dan Posttest untuk Setiap
Aspek Keterampilan Proses Sains ... 85 4.6 Diagram Rata-rata Skor N-gain untuk Setiap Aspek Keterampilan
Proses Sains ... 86 4.7 Jawaban LKS untuk Aspek KPS Mengobservasi pada Pertemuan
Pertama ... 89 4.8 Jawaban LKS, Kesimpulan Hasil Observasi Mengenai Tekanan
Hidrostatis ... 90 4.9 Jawaban LKS untuk Aspek KPS Mengobservasi pada Pertemuan
Kedua ... 90 4.10 Jawaban LKS untuk Aspek KPS Berhipotesis pada Pertemuan
Pertama ... 92 4.11 Jawaban LKS untuk Aspek KPS Berhipotesis pada Pertemuan
Kedua dan Ketiga ... 93 4.12 Jawaban LKS untuk Aspek KPS Merencanakan Percobaan ... 95 4.13 Jawaban LKS untuk Aspek KPS Menerapkan Konsep pada Pertemuan
Pertama ... 98 4.14 Grafik Hasil Percobaan pada Pertemuan Pertama (Hubungan antara
(11)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.15 Grafik Hasil Percobaan pada Pertemuan Pertama (Hubungan antara Gaya pada Dua Penghisap Alat Suntik dengan Perbandingan Luas Penampang 1:3) ... 100
(12)
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Perangkat Pembelajaran ... 111
Lampiran B. Instrumen Penelitian sebelum Validasi ... 158
Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 205
Lampiran D. Instrumen Penelitian ... 213
Lampiran E. Data Hasil Penelitian ... 228
Lampiran F. Dokumen Penelitian ... 269 260
(13)
1
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diarahkan pada perkembangan peserta didik. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan peserta didik tersebut, masyarakat, bangsa dan negara. Maka semua mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah formal di Indonesia haruslah bertujuan agar mampu mendidik peserta didik yang memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap sosial dan sikap spiritual yang seimbang (Kemdikbud, 2013a).
Fisika sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SMA) diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, untuk mengembangkan sikap spiritual yang positif, menumbuhkan sikap sosial, memiliki kemampuan kognitif, membuat siswa dapat bertahan dan mampu menghadapi perkembangan global, serta mengembangkan keterampilan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Manfaat pembelajaran sains, khususnya Fisika dinyatakan dengan tegas pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikbud, 2013b). Kompetensi yang dituntut untuk dimiliki siswa SMA adalah:
1. Memiliki perilaku beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai hasil dari penyelidikan terhadap fenomena fisika.
2. Mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif melalui pembelajaran fisika.
3. Merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena fisika benda, merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan eksperimen, melakukan pengukuran secara teliti, mencatat dan menyajikan hasil dalam bentuk tabel dan grafik, menyimpulkan, serta melaporkan hasilnya secara lisan maupun tertulis.
(14)
2
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menganalisis konsep, prinsip, dan hukum mekanika, fluida, termodinamika, gelombang, dan optik serta menerapkan metakognisi dalam menjelaskan fenomena alam dan penyelesaian masalah kehidupan.
5. Memodifikasi atau merancang proyek sederhana berkaitan dengan penerapan konsep mekanika, fluida, termodinamika, gelombang, atau optik.
Terlihat dari kompetensi yang dituntut untuk dikuasai siswa, tidak hanya mengutamakan aspek kognitif namun juga sikap dan berbagai keterampilan. Khususnya untuk poin nomor tiga menunjukkan siswa dituntut untuk memiliki kompetensi keterampilan proses sains (KPS).
KPS diperlukan untuk memproduksi dan menggunakan informasi ilmiah, melakukan penelitian ilmiah, dan untuk memecahkan masalah. KPS penting dilatihkan kepada siswa karena KPS merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-harinya. Memiliki KPS maka akan membuat seorang individu memahami hakikat ilmu, yang akan mempengaruhi cara hidup individu tersebut, cara bersosialisasi dan cara menghadapai serta mencari solusi masalah. Secara tidak langsung dengan memiliki KPS akan meningkatkan kualitas dan standar hidup seseorang (Aktamis & Omer, 2008).
Kegiatan pembelajaran untuk mencapai seluruh tujuan ini harus menekankan pada proses sains untuk membangun kemampuan kognitif yang dilakukan langsung oleh siswa. Dengan demikian pembelajaran Fisika bukan hanya sekedar transfer of knowledge dari pendidik kepada siswa secara tekstual, tetapi harus melibatkan aktivitas siswa saat proses untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri.
Dewey dalam Heuvelen (2001) menyatakan bahwa pendidikan sains cenderung gagal karena begitu sering disajikan hanya sebagai pengetahuan siap pakai dan bersifat informatif saja. Beberapa penelitian mengenai pembelajaran Fisika di Indonesia pun menunjukkan bahwa pembelajaran Fisika umumnya berfokus pada banyaknya aspek kognitif yang dikuasai siswa tanpa memperhatikan proses bagaimana aspek kognitif tersebut dibangun oleh siswa (Kamil, 2014; Ningsih, 2015). Sehingga pembelajaran Fisika yang umum terjadi tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk melatihkan berbagai keterampilan, seperti KPS dan bahkan aspek sikap siswa memprihatinkan. Hal yang sama juga dinyatakan Rofi’udin (2000) dalam hasil penelitiannya bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif dan KPS yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia.
(15)
3
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kenyataan di lapangan, berdasarkan studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung yang dilakukan pada tanggal 4-5 November 2014, dapat dikatakan bahwa kemampuan kognitif dan KPS siswa di sekolah tersebut masih rendah. Untuk kemampuan kognitif, berdasarkan hasil wawancara guru mengeluhkan kemampuan kognitif siswa yang rendah ditunjukkan dengan hasil ulangan harian siswa yang rendah. Untuk KPS, aspek KPS siswa yang dapat diamati hanya aspek berkomunikasi, diamati selama kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk aspek mengobservasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menganalisis data hasil percobaan dan menerapkan konsep tidak dapat diamati, karena selama semester ganjil sampai pertengahan semester genap tahun ajaran 2014/2015 untuk kelas X guru belum pernah melakukan kegiatan percobaan. Hasil observasi aspek KPS berkomunikasi, menunjukkan hanya beberapa orang siswa yang mampu dan berani untuk berkomunikasi lisan dengan baik. Sedangkan untuk aspek berkomunikasi tertulis, siswa tidak terbiasa membuat laporan tertulis.
Hasil observasi mengenai kegiatan pembelajaran diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan belum memfasilitasi siswa untuk memiliki kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap positif yang berimbang. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih dominan konvensional dengan metode ceramah. Guru memulai proses pembelajaran dengan langsung menjelaskan materi ajar tanpa memberikan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat memotivasi siswa. Setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa diberi latihan soal dan salah satu siswa mengerjakan di papan tulis kemudian dibahas bersama di dalam kelas.
Hasil observasi ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa diduga adanya indikasi proses pembelajaran yang kurang memfasilitasi untuk melatihkan kemampuan kognitif dan KPS siswa secara optimal, sebagai contoh untuk melatihkan kemampuan menjelaskan sebagai bagian dari dimensi proses kognitif memahami proses pembelajaran harus disertai dengan menyajikan fenomena dalam kehidupan, namun proses pembelajaran yang berlangsung berdasarkan hasil observasi tidak menyajikan hal tersebut. Untuk melatihkan kemampuan menganalisis siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan analisis untuk memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana
(16)
4
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya (Anderson, 2001), melatihkan kemampuan ini dapat dilakukan dengan siswa menganalisis data hasil percobaan. Namun berdasarkan hasil observasi siswa sama sekali belum pernah melakukan kegiatan percobaan, sehingga siswa tidak difasilitasi untuk melakukan analisis.
Hal yang sama juga berlaku untuk aspek KPS diindikasikan bahwa pembelajaran yang selama ini diterapkan tidak maksimal dalam melatihkan KPS. Dahar (1996) menyatakan bahwa KPS merupakan perilaku sains yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui pembelajaran di kelas yang memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif. Namun pada pembelajaran yang dilakukan, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sesekali mengamati demonstrasi namun tidak dituntut untuk menentukan hal penting berdasarkan demonstrasi sehingga demonstrasi yang dilakukan tidak melatihkan kemampuan mengobservasi pada siswa. Siswa juga tidak pernah dituntut untuk membuat hipotesis, merencanakan percobaan untuk menguji hipotesis ataupun melakukan kegiatan yang dapat melatihkan aspek KPS lainnya. Sehingga perlu difikirkan suatu model pembelajaran yang secara efektif dapat melatihkan kemampuan kognitif dan KPS agar kemampuan kognitif dan KPS siswa meningkat.
Model pembelajaran yang efektif menurut para ahli adalah model pembelajaran yang menekankan proses mendapatkan pengetahuan (pembelajaran yang berorientasi pada proses) dan mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (Hanson, 2006). Model pembelajaran yang berorientasi pada proses ini sesuai dengan teori konstruktivisme.
Konstruktivisme sebagai teori pembelajaran mengusulkan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran atau benak pembelajar. Proses membangun pengetahuan tersebut dapat terjadi ketika pembelajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan cara mengkoneksikan antara pengetahuan barunya dengan pengetahuan sebelumnya (Bodner, 1986). Teori ini mendukung adanya aktifitas pembelajaran yang memfasilitasi terjadinya proses pembangunan pengetahuan. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
(17)
5
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teori konstruktivisme adalah Process Oriented Guided Inquiry Learning yang disingkat dengan nama POGIL.
POGIL merupakan model pembelajaran yang menggabungkan model inkuiri terbimbing dan pembelajaran kooperatif yang dioptimalkan dengan pemberian peran dan kerjasama tim (Hanson, 2006). POGIL menekankan pada pembelajaran kooperatif, peserta didik bekerja dalam tim, mendesain kegiatan untuk membangun kemampuan kognitif (conceptual understanding), dan mengembangkan keterampilan selama proses pembelajaran salah satunya KPS (Hanson, 2006). POGIL hadir sebagai model pembelajaran yang dapat mempermudah pelaksanaan pembelajaran secara inkuiri baik di kelas maupun di laboratorium.
Model POGIL sesuai diterapkan untuk siswa di Indonesia yang umumnya belum terbiasa dengan kegiatan berinkuiri, karena POGIL menerapkan kegiatan inkuiri terbimbing yang dalam prosesnya guru yang memberikan cukup banyak arahan, pertanyaan penuntun dan petunjuk (Suparno, 2007). Arahan dan pertanyaan penuntun dari guru ini dapat mencegah siswa kebingungan dan frustasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sejalan dengan tinjauan teori, berbagai hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model POGIL dapat meningkatkan hasil belajar (Eaton, 2006; Widyaningsih et al, 2012; Kamil, 2014). Model POGIL juga dapat meningkatkan KPS siswa terutama dalam aspek merumuskan hipotesis, memprediksi, mengajukan pertanyaan, menginterpretasikan dan mengkomunikasikan (Ergul, 2011; Kamil, 2014; Ningsih, 2015). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis sebagai efek diterapkannya model POGIL?”
(18)
6
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk lebih mengarahkan penelitian maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi fluida statis sebagai efek diterapkannya model POGIL?
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis sebagai efek diterapkannya model POGIL?
C.Batasan Masalah
1. Kemampuan kognitif yang dibahas pada penelitian ini adalah peningkatan kemampuan kognitif siswa sebagai efek dari penerapan model POGIL. Peningkatan kemampuan kognitif ditandai dengan perubahan positif dari hasil pretest dan posttest, yang dinyatakan dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>). Indikator kemampuan kognitif disusun berdasarkan taksonomi Anderson khususnya untuk empat aspek dimensi proses kognitif, yaitu: aspek mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan
menganalisis (C4). Empat dimensi proses kognitif pada taksonomi Anderson
tersebut disesuaikan dengan materi fisika yang diujikan pada penelitian ini yaitu materi fluida statis. Pada Kurikulum 2013 materi fluida statis termasuk dalam kompetensi dasar 3.7 yaitu menerapkan hukum-hukum fluida statik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keterampilan proses sains (KPS) yang dibahas pada penelitian ini adalah peningkatan KPS siswa sebagai efek dari penerapan model POGIL. Aspek KPS yang diamati dan diases adalah keterampilan 1) mengamati, 2) berhipotesis, 3) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 4) menganalisis data hasil percobaan, 5) menerapkan konsep atau prinsip dan 6) berkomunikasi. Keenam aspek KPS tersebut diadaptasi dari aspek KPS yang dikembangkan oleh Rustaman (2005). Asesmen KPS siswa dilakukan dengan tes dan asesmen kinerja. Hasil tes (pretest dan posttest) dianalisis untuk menentukan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) yang menunjukkan peningkatan KPS siswa sebagai efek diterapkannya model POGIL. Hasil asesmen kinerja digunakan untuk melihat peningkatan aspek KPS siswa pada setiap pertemuan.
(19)
7
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peningkatan KPS siswa pada setiap pertemuan berdasarkan hasil asesmen kinerja kemudian dibandingkan dengan nilai gain yang dinormalisasi.
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “memperoleh gambaran peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis setelah diterapkan model POGIL”. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi fluida statis sebagai efek diterapkannya model POGIL.
2. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis sebagai efek diterapkannya model POGIL.
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah:
1. Memperoleh bukti empiris mengenai penerapan model pembelajaran POGIL dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa dan sebagai building block penelitian sebelumnya.
2. Menjadi referensi yang dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan seperti guru, mahasiswa pendidikan dan tenaga kependidikan, para praktisi pendidikan dan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan.
3. Menjadi referensi bagi peneliti yang bermaksud mengadakan penelitian sejenis serta pengembangannya.
(20)
41
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen awal atau pre-experiment. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya ingin melihat dampak penerapan model pembelajaran process oriented guided inquiry learning (POGIL) terhadap peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains (KPS) siswa, tidak menguji efektivitas model POGIL jika dibanding dengan penggunaan model pembelajaran lain.
Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-posttest (Fraenkel, 2012). Dengan desain seperti ini, subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Dalam desain one-group pretest-posttest kelompok subjek tunggal diberi pretest/tes awal (T), perlakuan (X), dan posttest/tes akhir (T), dan selama perlakuan juga dilakukan observasi (O) terhadap keterlaksanaan perlakuan tersebut. Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Bentuk desainnya seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Keterangan:
T1 : pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan kognitif siswa
T2 : pretest dan posttest untuk mengukur KPS siswa
X : perlakuan berupa penerapan model pembelajaran POGIL
O : observasi untuk mengamati keterlaksanaan model POGIL dan kinerja siswa
Perlakuan (treatment) yang diberikan pada kelas eksperimen berupa pembelajaran dengan model POGIL, yang dilakukan sebanyak tiga pertemuan dengan berpatokan pada RPP, skenario, dan lembar kerja siswa (LKS) yang telah disusun sebelumnya.
T1 T2 X, O T1 T2 Pretest Perlakuan Posttest
(21)
42
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA pada salah satu SMA Negeri di Kota Bandung pada tahun ajaran 2014/2015.Sampel penelitian ini adalah siswa di satu kelas X MIA yang dipilih menggunakan metode cluster random sampling. Metode ini digunakan peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan kelas yang sudah ada (Fraenkel, et al., 2012). Teknik random dilakukan dengan cara pengundian. Pengundian sampel dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel sehingga diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian terdapat dua variabel yaitu kemampuan kognitif dan KPS. Akan dilihat peningkatan kedua variabel tersebut setelah diberi perlakuan berupa model POGIL.
D. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan penafsiran berbeda terhadap istilah dalam penelitian ini, maka akan dijabarkan definisi operasional sebagai berikut:
1. Kemampuan kognitif adalah kecakapan seorang individu untuk melakukan berbagai aktifitas mental menggunakan konsep dan kaidah yang telah dimiliki untuk menyelesaikan masalah (Gagne dalam Winkel, 1996). Indikator kemampuan kognitif pada penelitain ini berdasarkan pada taksonomi Anderson, meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),
dan menganalisis (C4). Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam
bentuk pilihan ganda. Skor hasil tes digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran (pretest dan posttest), untuk mengetahui derajat peningkatan kemampuan kognitif siswa dilakukan dengan menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain).
2. Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan yang digunakan untuk membuat informasi, berfikir mengenai suatu masalah dan merumuskan
(22)
43
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Aspek KPS yang diamati dan diases adalah: mengamati, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menganalisis data hasil percobaan, menerapkan konsep atau prinsip dan berkomunikasi. Keenam aspek KPS tersebut diadaptasi dari aspek KPS yang dikembangkan oleh Rustaman (2005). Instrumen yang digunakan untuk mengukur KPS adalah perangkat observasi selama proses pembelajaran dan tes. Perangkat observasi sebagai instrumen asesmen kinerja digunakan untuk memperoleh gambaran langsung kinerja siswa selama pembelajaran. Perangkat observasi terdiri dari rubrik penilaian berupa rubrik holistik dan lembar penilaian kinerja siswa. Hasil penilaian kinerja akan dianalisis secara deskripstif dengan menghitung persentase. Skor hasil tes KPS digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran (pretest dan posttest), untuk mengetahui derajat peningkatan KPS siswa dilakukan dengan menghitung rata-rata N-gain.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tabel 3.1 mencantumkan jenis-jenis instrumen disesuaikan dengan tujuan penggunaan instrumen tersebut.
Tabel 3.1
Instrumen Penelitian dan Tujuan Penggunaan Instrumen
No
Jenis Instrumen/Alat
Pengumpul Data
Tujuan Instrumen Sumber
Data Waktu
1. Tes
Kemampuan kognitif
Mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan kognitif siswa pada materi fluida statis sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran. Instrumen tes berupa tes pilihan ganda.
Siswa Pada awal dan akhir kegiatan pembelaja ran 2. Tes Keterampilan Proses Sains
Mendeskripsikan dan menganalisis KPS siswa pada materi sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran. Instrumen tes berupa tes pilihan ganda.
Siswa Pada awal dan akhir kegiatan pembelaja ran
(23)
44
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No
Jenis Instrumen/Alat
Pengumpul Data
Tujuan Instrumen Sumber
Data Waktu
3.
Perangkat Observasi untuk Aspek KPS (terdiri dari rubrik dan lembar observasi kinerja)
Mendeskripsikan dan menganalisis keterlaksanaan proses kegiatan praktikum dengan menekankan pada penjabaran indikator keterampilan proses sains yang dilatihkan.
Siswa Selama pelaksana an kegiatan pembelaja ran 4. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran POGIL
Mengetahui sejauh mana pelaksanaan model pembelajaran POGIL dalam penelitian Guru dan Siswa Selama pelaksana an kegiatan pembelaja ran 1. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif dan KPS siswa pada materi fluida statis. Untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa digunakan instrumen berupa 23 soal pilihan ganda, dan untuk mengetahui tingkat KPS siswa digunakan instrumen berupa 19 soal pilihan ganda.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk tes kemampuan kognitif dan KPS pada materi fluida statis.
b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi.
c. Melakukan validasi konstruksi dari instrumen yang telah dibuat dengan meminta pertimbangan ahli (judgement expert).
d. Melakukan uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dan tes KPS.
e. Hasil uji coba akan dianalisis untuk mengukur reliabilitas tes, daya pembeda, serta tingkat kemudahan tes.
Uji coba instrumen tes dilakukan pada siswa kelas X IPA salah satu SMA Negeri di Parongpong, kecamatan Bandung Barat. Soal yang diuji cobakan berbentuk pilihan ganda, dengan jumlah 44 butir soal kemampuan kognitif dan 21 soal KPS. Analisis instrumen dilakukan dengan menngunakan program Microsoft Excel untuk menguji reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat
(24)
45
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudahan soal. Rekapitulasi data hasil uji coba tes kemampuan kognitif dan tes KPS secara terperinci tertera pada Lampiran C.1 dan C.3
Adapun deskripsi hasil validasi dan hasil ujicoba instrumen untuk tes kemampuan kognitif dan KPS dijelaskan sebagai berikut:
a. Tes Kemampuan Kognitif
Tes kemampuan kognitif dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Sesuai dengan langkah-langkah penyusunan instrumen tes yang telah dijabarkan sebelumnya, instrumen tes kemampuan kognitif dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang merujuk pada dimensi proses kognitif taksonomi Anderson dan kompetensi dasar pada kurikulum 2013. Setelah instrumen tes disusun maka dilakukan uji validitas soal dan uji coba instrumen. Hasil uji coba intrumen kemudian dianalisis untuk mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal.
1) Uji Validitas Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2013). Pengujian validitas instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian validitas konstruksi (construct validity). Untuk mengetahui validitas konstruksi sebuah instrument digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Judgement experts dilakukan dengan meminta penilaian dari ahli yang sesuai dengan lingkup yang diteliti untuk memastikan bahwa instrumen yang dibuat telah sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur pada penelitian. Judgement experts untuk mendapatkan validitas konsrtuksi pada penelitian ini dilakukan oleh lima orang ahli.
Jumlah soal kemampuan kognitif yang dinilai oleh ahli sebanyak 44 soal pilihan ganda dengan rincian untuk setiap dimensi proses kognitif yaitu: (1) mengingat (C1) sebanyak 9 soal, (2) memahami (C2) sebanyak 11 soal, (3) mengaplikasikan sebanyak 15 soal, dan (4) menganalisis (C4) sebanyak 9 soal. Rekapitulasi sebaran soal per aspek dimensi proses kognitif sebelum divalidasi dapat dilihat pada Tabel 3.2.
(25)
46
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Rekapitulasi Soal Tiap Aspek Dimensi Proses Kognitif sebelum Validasi
Sub Konsep
Dimensi Proses Kognitif
Mengingat (C1)
Memahami (C2)
Mengaplikasi kan (C3)
Menganalisis (C4)
Tekanan Hidrostatis 1, 2, 3 4, 5, 9, 10, 13, 14
6, 7, 11, 13,
15, 16 8, 17 Hukum Pascal 18, 19, 20 21, 22, 23,
24 25, 26, 27 28, 29, 30 Hukum Archimedes 31, 32, 33 34 35, 36, 37,
38, 41, 42
39, 40, 43, 44
Jumlah 9 11 15 9
Penilaian dari ahli untuk seluruh soal kemampuan kognitif meliputi aspek-aspek kesesuaian tes dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), indikator soal, redaksi soal, dan kesesuaian kunci jawaban pada setiap soal. Secara umum kesimpulan dari hasil judgement expert yaitu instrumen hasil belajar kognitif yang disusun sudah memenuhi validitas konstruksi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa butir soal yang dimensi proses kognitifnya tidak sesuai, seperti soal nomor 8, 28, 30, dan 43 yang semula merupkan soal menganalisis (C4), namun setelah divalidasi oleh beberapa ahli dinyatakan sebagai soal memahami (C2). Hal lainnya masih ada beberapa redaksi soal yang perlu diperbaiki. Setelah direvisi maka instrumen tes kemampuan kognitif siap untuk diuji coba kepada siswa yang telah mempelajari materi fluida statis. Kisi-kisi soal tes kemampuan kognitif sebelum validasi dan hasil validitas konstruksi oleh ahli (judgement expert) untuk tes kemampuan kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan B.2.
2) Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran lainnya. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011).
(26)
47
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menguji reliabilitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan teknik pengujian test-retest, yakni dengan cara mencobakan beberapa kali sebuah instrumen yang sama pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan test-retest, yaitu dengan melakukan 2 kali uji coba instrumen dengan rentang waktu uji coba satu minggu.
Nilai reliabilitas kemudian diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan kedua. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2011). Persamaan untuk menentukan nilai korelasi dapat menggunakan persamaan 3.1 (persamaan korelasi Pearson Product-Moment)(Arikunto, 2013).
2 2 2 2 ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy (3.1) Keterangan : rxy X Y N = = = =Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y Skor tes uji coba pertama
Skor tes uji coba kedua Jumlah sampel
Selanjutnya, untuk mengetahui klasifikasi reliabilitas nilai koefisien korelasi yang telah diperoleh dikonsultasikan dengan Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kategori Reliabilitas Tes (Arikunto, 2013)
Batasan Kategori
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
Perhitungan uji reliabilitas instrumen tes kemampuan kognitif siswa dapat dilihat pada Lampiran C.2. Proses analisis hasil uji coba untuk melihat reliabilitas instrumen tes menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Hasil analisis hasil uji
(27)
48
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
coba diperoleh nilai reliabilitas instrumen tes kemampuan kognitif sebesar 0,92 yang menandakan bahwa tes kemampuan kognitif yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi.
3) Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2013). Soal yang dapat dijawab dengan benar baik oleh siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa berkemampuan rendah dikatakan tidak memiliki daya pembeda. Begitupula dengan soal yang tidak dapat dijawab oleh semua siswa, baik siswa berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah juga dikatakan tidak memiliki daya pembeda.
Bilangan yang menunjukkan daya pembeda soal disebut indeks daya pembeda. Untuk mengukur indeks daya pembeda butir soal dapat digunakan persamaan 3.2.
4)
B B B A
J B J B
D (3.2)
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas
JB = Banyaknya peserta tes kelompok bawah
Selanjutnya untuk mengetahui kualifikasi daya pembeda butir soal, nilai indeks daya pembeda yang telah diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi daya pembeda terlihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Interpretasi Daya Pembeda (Arikunto, 2013)
Indeks Daya Pembeda Kualifikasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
(28)
49
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses analisis daya pembeda instrumen tes kemampuan kognitif siswa menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Perhitungan daya pembeda soal kemampuan kognitif dapat dilihat pada Lampiran C.1. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal terdapat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Kognitif No.
Butir Soal Asli
TES I TES II No.
Butir Soal Asli
TES I TES II
Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori
1 0,27 Cukup 0,27 Cukup 23 0,47 Baik 0,33 Cukup
2 0,53 Baik 0,47 Baik 24 0,27 Cukup 0,27 Cukup
3 0,13 Jelek 0,13 Jelek 25 0,07 Jelek 0,00 Jelek
4 0,27 Cukup 0,27 Cukup 26 0,27 Cukup 0,33 Cukup
5 0,33 Cukup 0,27 Cukup 27 0,00 Jelek 0,00 Jelek
6 0,00 Jelek 0,07 Jelek 28 0,07 Jelek 0,00 Jelek
7 0,27 Cukup 0,27 Cukup 29 0,33 Cukup 0,27 Cukup
8 0,27 Cukup 0,27 Cukup 30 -0,07 Jelek -0,07 Jelek
9 0,13 Jelek 0,13 Jelek 31 0,53 Baik 0,47 Baik
10 0,47 Baik 0,47 Baik 32 0,27 Cukup 0,27 Cukup
11 0,00 Jelek 0,00 Jelek 33 0,47 Baik 0,47 Baik
12 0,27 Cukup 0,27 Cukup 34 0,27 Cukup 0,27 Cukup
13 0,47 Baik 0,47 Baik 35 0,33 Cukup 0,33 Cukup
14 -0,07 Jelek -0,20 Jelek 36 0,13 Jelek 0,00 Jelek
15 0,47 Baik 0,47 Baik 37 0,33 Cukup 0,27 Cukup
16 0,00 Jelek 0,00 Jelek 38 0,07 Jelek 0,20 Jelek
17 0,13 Jelek 0,00 Jelek 39 0,07 Jelek 0,00 Jelek
18 0,33 Cukup 0,27 Cukup 40 0,47 Baik 0,60 Baik
19 0,47 Baik 0,27 Cukup 41 0,33 Cukup 0,33 Cukup
20 0,47 Baik 0,47 Baik 42 -0,13 Jelek -0,07 Jelek
21 0,27 Cukup 0,20 Jelek 43 0,00 Jelek 0,00 Jelek
22 0,47 Baik 0,47 Baik 44 0,27 Cukup 0,40 Cukup
Berdasarkan analisis hasil uji coba, dari 44 butir soal tes kemampuan kognitif, 11 soal pada kategori baik, 17 soal pada kategori cukup, dan 16 soal pada kategori jelek.
4) Tingkat Kemudahan Soal
Analisis tingkat kemudahan butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut mudah, sedang, atau sukar. Suatu soal yang baik seharusnya memiliki proporsi yang seimbang antara soal mudah, sedang, dan sukar.
Bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal disebut indeks kemudahan. Untuk menghitung indeks kemudahan tiap butir soal dapat digunakan persamaan 3.3.
JS B P
(29)
50
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
P = Indeks kemudahan
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Jx = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Selanjutnya untuk mengetahui kualifikasi tingkat kemudahan butir soal, nilai indeks kemudahan yang telah diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi tingkat kemudahan soal yang terlihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Interpretasi Tingkat Kemudahan Soal (Arikunto, 2013)
Indeks kemudahan Klasifikasi
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Soal mudah
Proses analisis tingkat kemudahan instrumen tes kemampuan kognitif menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Perhitungan tingkat kemudahan butir soal dapat dilihat pada Lampiran C.1. Hasil perhitungan tingkat kemudahan butir soal terdapat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Tingkat Kemudahan Soal Tes Kemampuan Kognitif No.
Butir Soal Asli
TES I TES II No.
Butir Soal Asli
TES I TES II
Indeks Tingkat Kemudahan Kategori Indeks Tingkat Kemudahan Kategori Indeks Tingkat Kemudahan Kategori Indeks Tingkat Kemudahan Kategori
1 0,87 Mudah 0,80 Mudah 23 0,57 Sedang 0,43 Sedang
2 0,60 Sedang 0,57 Sedang 24 0,47 Sedang 0,47 Sedang
3 0,07 Sukar 0,27 Sukar 25 0,10 Sukar 0,13 Sukar
4 0,33 Sedang 0,47 Sedang 26 0,13 Sukar 0,17 Sukar
5 0,37 Sedang 0,20 Sukar 27 0,13 Sukar 0,27 Sukar
6 0,27 Sukar 0,30 Sukar 28 0,17 Sukar 0,23 Sukar
7 0,60 Sedang 0,60 Sedang 29 0,57 Sedang 0,67 Sedang
8 0,40 Sedang 0,33 Sedang 30 0,10 Sukar 0,03 Sukar
9 0,47 Sedang 0,53 Sedang 31 0,40 Sedang 0,37 Sedang
10 0,50 Sedang 0,50 Sedang 32 0,33 Sedang 0,33 Sedang
11 0,07 Sukar 0,07 Sukar 33 0,50 Sedang 0,70 Sedang
12 0,13 Sukar 0,27 Sukar 34 0,40 Sedang 0,53 Sedang
13 0,30 Sukar 0,30 Sukar 35 0,43 Sedang 0,43 Sedang
14 0,03 Sukar 0,10 Sukar 36 0,27 Sukar 0,20 Sukar
15 0,50 Sedang 0,30 Sukar 37 0,17 Sukar 0,20 Sukar
16 0,33 Sedang 0,53 Sedang 38 0,43 Sedang 0,57 Sedang
17 0,27 Sukar 0,27 Sukar 39 0,17 Sukar 0,13 Sukar
18 0,50 Sedang 0,47 Sedang 40 0,37 Sedang 0,37 Sedang
19 0,63 Sedang 0,47 Sedang 41 0,37 Sedang 0,43 Sedang
(30)
51
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.
Butir Soal Asli
TES I TES II No.
Butir Soal Asli
TES I TES II
Indeks Tingkat Kemudahan Kategori Indeks Tingkat Kemudahan Kategori Indeks Tingkat Kemudahan Kategori Indeks Tingkat Kemudahan Kategori
21 0,33 Sedang 0,43 Sedang 43 0,20 Sukar 0,07 Sukar
22 0,30 Sukar 0,30 Sukar 44 0,27 Sukar 0,33 Sukar
Hasil analisis pada Tabel 3.7 menunjukkan bahwa masing-masing soal memiliki tingkat kemudahan yang berbeda. Dari 44 soal tes kemampuan kognitif yang diuji cobakan 19 soal pada kategori sukar, 24 soal ada kategori sedang dan satu soal pada kategori mudah. Agar lebih jelas rekapitulasi hasil analisis butir soal kemampuan kognitif yang telah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif No. Butir Soal Asli No. Butir Soal Baru
TES 1 TES II
Keterangan
Daya Pembeda Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Tingkat Kemudahan
Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori
1 1 0,27 Cukup 0,87 Mudah 0,27 Cukup 0,80 Mudah Digunakan
2 2 0,53 Baik 0,60 Sedang 0,47 Baik 0,57 Sedang Digunakan
3 0,13 Jelek 0,07 Sukar 0,13 Jelek 0,27 Sukar Dibuang
4 0,27 Cukup 0,33 Sedang 0,27 Cukup 0,47 Sedang Dibuang
5 0,33 Cukup 0,37 Sedang 0,27 Cukup 0,20 Sukar Dibuang
6 0,00 Jelek 0,27 Sukar 0,07 Jelek 0,30 Sukar Dibuang
7 0,27 Cukup 0,60 Sedang 0,27 Cukup 0,60 Sedang Dibuang
8 3 0,27 Cukup 0,40 Sedang 0,27 Cukup 0,33 Sedang Digunakan
9 0,13 Jelek 0,47 Sedang 0,13 Jelek 0,53 Sedang Dibuang
10 4 0,47 Baik 0,50 Sedang 0,47 Baik 0,50 Sedang Digunakan
11 0,00 Jelek 0,07 Sukar 0,00 Jelek 0,07 Sukar Dibuang
12 5 0,27 Cukup 0,13 Sukar 0,27 Cukup 0,27 Sukar Digunakan
13 6 0,47 Baik 0,30 Sukar 0,47 Baik 0,30 Sukar Digunakan
14 -0,07 Jelek 0,03 Sukar -0,20 Jelek 0,10 Sukar Dibuang
15 7 0,47 Baik 0,50 Sedang 0,47 Baik 0,30 Sukar Digunakan
16 0,00 Jelek 0,33 Sedang 0,00 Jelek 0,53 Sedang Dibuang
17 8 0,13 Jelek 0,27 Sukar 0,00 Jelek 0,27 Sukar Digunakan*
18 0,33 Cukup 0,50 Sedang 0,27 Cukup 0,47 Sedang Dibuang
19 0,47 Baik 0,63 Sedang 0,27 Cukup 0,47 Sedang Dibuang
20 9 0,47 Baik 0,63 Sedang 0,47 Baik 0,50 Sedang Digunakan
21 10 0,27 Cukup 0,33 Sedang 0,20 Jelek 0,43 Sedang Digunakan
22 11 0,47 Baik 0,30 Sukar 0,47 Baik 0,30 Sukar Digunakan
23 0,47 Baik 0,57 Sedang 0,33 Cukup 0,43 Sedang Dibuang
24 12 0,27 Cukup 0,47 Sedang 0,27 Cukup 0,47 Sedang Digunakan
25 0,07 Jelek 0,10 Sukar 0,00 Jelek 0,13 Sukar Dibuang
26 13 0,27 Cukup 0,13 Sukar 0,33 Cukup 0,17 Sukar Digunakan
27 0,00 Jelek 0,13 Sukar 0,00 Jelek 0,27 Sukar Dibuang
28 0,07 Jelek 0,17 Sukar 0,00 Jelek 0,23 Sukar Dibuang
29 14 0,33 Cukup 0,57 Sedang 0,27 Cukup 0,67 Sedang Digunakan
30 -0,07 Jelek 0,10 Sukar -0,07 Jelek 0,03 Sukar Dibuang
31 15 0,53 Baik 0,40 Sedang 0,47 Baik 0,37 Sedang Digunakan
32 16 0,27 Cukup 0,33 Sedang 0,27 Cukup 0,33 Sedang Digunakan*
(31)
52
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No. Butir Soal Asli No. Butir Soal Baru
TES 1 TES II
Keterangan
Daya Pembeda Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Tingkat Kemudahan
Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori
34 0,27 Cukup 0,40 Sedang 0,27 Cukup 0,53 Sedang Dibuang
35 18 0,33 Cukup 0,43 Sedang 0,33 Cukup 0,43 Sedang Digunakan
36 0,13 Jelek 0,27 Sukar 0,00 Jelek 0,20 Sukar Dibuang
37 19 0,33 Cukup 0,17 Sukar 0,27 Cukup 0,20 Sukar Digunakan
38 0,07 Jelek 0,43 Sedang 0,20 Jelek 0,57 Sedang Dibuang
39 20 0,07 Jelek 0,17 Sukar 0,00 Jelek 0,13 Sukar Digunakan
40 21 0,47 Baik 0,37 Sedang 0,60 Baik 0,37 Sedang Digunakan*
41 22 0,33 Cukup 0,37 Sedang 0,33 Cukup 0,43 Sedang Digunakan
42 -0,13 Jelek 0,20 Sukar -0,07 Jelek 0,23 Sukar Dibuang
43 0,00 Jelek 0,20 Sukar 0,00 Jelek 0,07 Sukar Dibuang
44 23 0,27 Cukup 0,27 Sukar 0,40 Cukup 0,33 Sukar Digunakan*
Berdasarkan analisis hasil uji coba, dari 44 butir soal instrumen tes kemampuan kognitif, untuk tingkat kemudahan 19 soal pada kategori sukar, 24 soal ada kategori sedang dan satu soal pada kategori mudah. Dan untuk daya pembeda, 28 soal pada kategori baik dan cukup, dan 16 soal pada kategori jelek. Dari 16 butir soal dengan daya pembeda jelek diketahui 13 soal tersebut juga memiliki tingkat kemudahan pada kategori sukar, yang hampir seluruh siswa tidak dapat menjawab soal tersebut. Untuk soal dengan daya pembeda “jelek” dan
kategori tingkat kemudahan “sukar”, peneliti menelusuri lebih lanjut dengan
melakukan wawancara terhadap siswa yang diuji coba.
Hasil wawancara terhadap siswa yang menjadi objek uji coba instrumen diketahui bahwa selama pembelajaran siswa tidak diajarkan mengenai aplikasi dari materi fluida statis (soal nomor 3, 9 dan 39), siswa tidak terbiasa dan tidak teliti jika mengerjakan soal-soal hitungan yang menuntut adanya konversi satuan (soal nomor 6, 16, dan 25), siswa tidak terbiasa mengerjakan soal hitungan yang menggunakan konstanta atau variabel yang tidak diketahui langsung pada soal (soal nomor 27, 36, 38, dan 42). Maka berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa instrumen tes yang berada pada kategori daya pembeda “jelek” dan tingkat
kemudahan “sukar” disebabkan keterbatasan pada siswa yang menjadi objek uji
coba. Setelah melakukan diskusi dengan pembimbing maka untuk soal dengan
kategori daya pembeda “jelek” dan tingkat kemudahan “sukar” masih dapat
digunakan.
Hasil analisis uji coba instrumen kemudian digunakan untuk menentukan butir soal yang akan digunakan sebagai instrumen tes kemampuan kognitif.
(32)
53
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komposisi soal tes kemampuan kognitif tiap indikator terdiri dari: 6 soal mengingat (C1), 6 soal memahami (C2), 6 soal mengaplikasikan (C3), dan 5 soal menganalisis (C4). Pemilihan 23 butir soal ini disesuaikan dengan indikator pembelajaran pada materi fluida statis. Rekapitulasi sebaran soal per aspek dimensi proses kognitif yang digunakan sebagai instrumen tes pada penelitian diperlihakan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Aspek Dimensi Proses Kognitif
Dimensi Proses
Kognitif Nomor Soal Jumlah
(C1) Mengingat 1, 2, 9, 15, 16, 17 6
(C2) Memahami 3, 4, 6, 10, 11, 12 6
(C3) Mengaplikasikan 5, 7, 13, 18, 19, 22 6
(C4) Menganalisis 8, 14, 20, 21, 23 5
Jumlah Soal 23
b. Tes Keterampilan Proses Sains
Tes KPS dilakukan untuk mengetahui KPS siswa pada aspek mengamati, berhipotesis, merencanakan percobaan, menganalisis data hasil percobaan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Sesuai dengan langkah-langkah penyusunan instrumen tes yang telah dijabarkan sebelumnya, instrumen tes KPS dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang merujuk pada enam aspek KPS yang dikembangkan Rustaman (2005). Setelah instrumen tes disusun maka dilakukan uji validitas dan uji coba instrumen. Hasil uji coba intrumen kemudian dianalisis untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan soal.
1) Uji Validitas Soal
Pengujian validitas instrumen tes KPS yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas konstruksi yang dilakukan dengan dengan meminta penilaian dari ahli (judgement experts). Penilaian ahli dilakukan untuk menelaah kesesuaian butir soal dengan cakupan materi ajar serta indikator KPS yang diukur. Jumlah soal KPS yang dinilai oleh ahli sebanyak 21 soal pilihan ganda. Rekapitulasi sebaran soal per indikator KPS sebelum divalidasi dapat dilihat pada Tabel 3.10.
(33)
54
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.10
Rekapitulasi Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains sebelum Validasi
Indikator Keterampilan Proses Sains Nomor Soal
Mengamati (Observasi) 1, 2, 3, 4
Berhipotesis 5, 6, 7
Merencanakan Percobaan 8, 9, 10
Menganalsis Data Hasil Percobaan 11, 12, 13, 14
Menerapkan Konsep 15, 16, 17, 18
Berkomunikasi 19, 20, 21
Secara umum hasil judgementexpert untuk seluruh soal KPS menyatakan kesesuaian indikator soal dan uraian soal dengan aspek KPS yang dikembangkan Rustaman (2005). Kisi-kisi soal tes KPS sebelum validasi dan komentar umum hasil judgement instrumen tes KPS dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan B.4.
2) Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas instrumen tes KPS diperoleh dengan menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua menggunakan persamaan 3.1, menghasilkan nilai sebesar 0,91 yang menandakan bahwa tes KPS yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi. Perhitungan uji reliabilitas instrumen tes KPS dapat dilihat pada Lampiran C.4.
3) Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal KPS dihitung menggunakan persamaan 3.2. Perhitungan daya pembeda soal KPS dapat dilihat pada Lampiran C.3. Tabel 3.11 menunjukkan hasil perhitungan daya pembeda soal tes KPS.
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Proses Sains No.
Butir Soal Asli
TES I TES II
Indeks Daya Pembeda
Kategori
Indeks Daya Pembeda
Kategori
1 0,27 Cukup 0,40 Cukup
2 0,00 Jelek 0,00 Jelek
3 0,47 Baik 0,47 Baik
4 0,07 Jelek 0,13 Jelek
5 0,47 Baik 0,47 Baik
6 0,07 Jelek 0,07 Jelek
7 0,33 Cukup 0,27 Cukup
8 0,47 Baik 0,47 Baik
9 0,47 Baik 0,47 Baik
(34)
55
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.
Butir Soal Asli
TES I TES II
Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori
11 0,13 Jelek 0,07 Jelek
12 0,40 Cukup 0,27 Cukup
13 0,27 Cukup 0,27 Cukup
14 0,27 Cukup 0,07 Jelek
15 0,47 Baik 0,47 Baik
16 0,07 Jelek 0,00 Jelek
17 0,67 Baik 0,47 Baik
18 0,40 Cukup 0,40 Cukup
19 0,00 Jelek 0,07 Jelek
20 0,13 Jelek 0,07 Jelek
21 0,27 Cukup 0,33 Cukup
Berdasarkan analisis hasil uji coba, dari 21 butir soal tes KPS, enam soal pada kategori baik, delapan soal pada kategori cukup, dan tujuh soal pada kategori jelek.
4) Tingkat Kemudahan Soal
Tingkat kemudahan soal KPS dihitung menggunakan persamaan 3.3. Perhitungan tingkat kemudahan soal KPS dapat dilihat pada Lampiran C.3. Tabel 3.12 menunjukkan hasil perhitungan tingkat kemudahan soal tes KPS.
Tabel 3.12
Hasil Perhitungan Tingkat Kemudahan Soal Tes Keterampilan Proses Sains No.
Butir Soal Asli
TES I TES II
Tingkat Kemudahan Tingkat Kemudahan
Indeks Tingkat kemudahan Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori
1 0,67 Sedang 0,67 Sedang
2 0,00 Sukar 0,00 Sukar
3 0,37 Sedang 0,37 Sedang
4 0,23 Sukar 0,27 Sukar
5 0,37 Sedang 0,37 Sedang
6 0,10 Sukar 0,03 Sukar
7 0,17 Sukar 0,13 Sukar
8 0,23 Sukar 0,23 Sukar
9 0,37 Sedang 0,42 Sedang
10 0,20 Sukar 0,17 Sukar
11 0,40 Sedang 0,37 Sedang
12 0,33 Sedang 0,33 Sedang
13 0,27 Sukar 0,20 Sukar
14 0,20 Sukar 0,17 Sukar
15 0,43 Sedang 0,43 Sedang
16 0,10 Sukar 0,13 Sukar
17 0,60 Sedang 0,63 Sedang
18 0,33 Sedang 0,33 Sedang
19 0,27 Sukar 0,23 Sukar
20 0,20 Sukar 0,23 Sukar
(35)
56
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil analisis pada Tabel 3.12 menunjukkan bahwa masing-masing soal memiliki tingkat kemudahan yang berbeda. Dari 21 soal tes kps yang diuji cobakan 11 soal pada kategori sukar dan10 soal ada kategori sedang. Agar lebih jelas rekapitulasi hasil analisis butir soal KPS yang telah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel 3.13.
Tabel 3.13
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains No. Butir Soal Asli No. Butir Soal Baru
TES 1 TES II
Keterangan
Daya Pembeda Tingkat Kemudahan Daya Pembeda Tingkat Kemudahan
Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori Indeks Daya Pembeda Kategori Indeks Tingkat kemudahan Kategori
1 1 0,27 Cukup 0,67 Sedang 0,40 Cukup 0,67 Sedang Digunakan
2 0,00 Jelek 0,00 Sukar 0,00 Jelek 0,00 Sukar Dibuang
3 2 0,47 Baik 0,37 Sedang 0,47 Baik 0,37 Sedang Digunakan
4 3 0,07 Jelek 0,23 Sukar 0,13 Jelek 0,27 Sukar Digunakan
5 4 0,47 Baik 0,37 Sedang 0,47 Baik 0,37 Sedang Digunakan
6 5 0,07 Jelek 0,10 Sukar 0,07 Jelek 0,03 Sukar Digunakan*
7 6 0,33 Cukup 0,17 Sukar 0,27 Cukup 0,13 Sukar Digunakan
8 7 0,47 Baik 0,23 Sukar 0,47 Baik 0,23 Sukar Digunakan
9 8 0,47 Baik 0,37 Sedang 0,47 Baik 0,42 Sedang Digunakan
10 9 0,27 Cukup 0,20 Sukar 0,20 Cukup 0,17 Sukar Digunakan
11 0,13 Jelek 0,40 Sedang 0,07 Jelek 0,37 Sedang Dibuang
12 10 0,40 Cukup 0,33 Sedang 0,27 Cukup 0,33 Sedang Digunakan*
13 11 0,27 Cukup 0,27 Sukar 0,27 Cukup 0,20 Sukar Digunakan
14 12 0,27 Cukup 0,20 Sukar 0,07 Jelek 0,17 Sukar Digunakan
15 13 0,47 Baik 0,43 Sedang 0,47 Baik 0,43 Sedang Digunakan
16 14 0,07 Jelek 0,10 Sukar 0,00 Jelek 0,13 Sukar Digunakan*
17 15 0,67 Baik 0,60 Sedang 0,47 Baik 0,63 Sedang Digunakan
18 16 0,40 Cukup 0,33 Sedang 0,40 Cukup 0,33 Sedang Digunakan
19 17 0,00 Jelek 0,27 Sukar 0,07 Jelek 0,23 Sukar Digunakan
20 18 0,13 Jelek 0,20 Sukar 0,07 Jelek 0,23 Sukar Digunakan
21 19 0,27 Cukup 0,33 Sedang 0,33 Cukup 0,37 Sedang Digunakan
Tabel 3.13 menunjukkan dari ketujuh soal dengan daya pembeda “jelek”,
seluruhnya memiliki tingkat kesukaran “sukar”. Sama halnya dengan instrumen
tes kemampuan kognitif, untuk soal dengan daya pembeda “jelek” dan kategori
tingkat kemudahan “sukar”, peneliti menelusuri lebih lanjut dengan melakukan
wawancara terhadap siswa yang diuji coba.
Secara umum hasil wawancara menunjukkan siswa tidak terbiasa mengerjakan soal tes KPS. Siswa tidak terbiasa membuat hipotesis, kesulitan dalam merancang percobaan karena selama ini terbiasa dengan kegiatan yang sudah disuguhi detail rencana percobaan, tidak terbiasa mengkomunikasikan hasil percobaan baik tertulis maupun lisan, dan belum terbiasa menerapkan konsep
(36)
57
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah dipelajari dalam konteks dunia nyata. Hasil wawancara ini memberikan penjelasan mengenai penyebab rata-rata siswa yang menjadi objek uji coba hanya mampu menjawab benar 6 dari 21 soal tes keterampilan proses sains.
Setelah melakukan diskusi dengan pakar, maka untuk soal dengan daya
pembeda “jelek” dan tingkat kemudahan pada kategori “sukar” soal tidak harus dibuang, hal ini menunjukkan bahwa siswa memang tidak terbiasa mengerjakan soal tes untuk KPS bahkan siswa tidak mengetahui aspek yang akan dinilai pada KPS. Untuk itu perlu dilakukan proses pembelajaran yang benar-benar dapat melatihkan KPS yang kemudian memungkinkan untuk mengases KPS siswa dengan hasil yang lebih baik.
Hasil analisis uji coba instrumen kemudian digunakan untuk menentukan butir soal yang akan digunakan sebagai instrumen tes KPS. Seperti telah dikemukakan pada bagian pembatasan masalah pada Bab I, aspek keterampilan proses sains yang akan dilatihkan dan diases pada penelitian ini adalah 6 aspek KPS yang diadaptasi dari Rustaman (2005), yaitu: megobservasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menganalisis data hasil percobaan, menerapkan konsep dan berkomunikasi, maka dipilih 19 butir soal dari 21 butir soal yang telah diujicobakan. Rekapitulasi sebaran soal tiap aspek KPS yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14
Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains
Indikator Keterampilan Proses Sains Nomor Soal
Mengamati (Observasi) 1, 2, 3,
Berhipotesis 4, 5, 6
Merencanakan Percobaan 7, 8, 9
Menganalsis Data Hasil Percobaan 10, 11, 12
Menerapkan Konsep 13, 14, 15, 16
Berkomunikasi 17, 18, 19
2. Perangkat Observasi untuk Aspek Keterampilan Proses Sains
Perangkat observasi untuk aspek KPS terdiri dari rubrik penilaian dan lembar observasi kinerja siswa. Rubrik penilaian kinerja disusun berdasarkan aspek KPS yang dilatihkan pada penelitian ini, yang bertujuan memperoleh gambaran secara langsung mengenai kinerja tiap siswa selama pembelajaran.
(37)
58
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rubrik penilaian kinerja yang disusun berupa rubrik holistik berbentuk rating scale yang memuat skor 1 sampai 4 sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Saat penggunaan rubrik, observer akan memberikan skor sesuai dengan capaian dan kecakapan siswa saat melakukan kinerja. Rubrik penilaian kinerja ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.4.
Penilaian kinerja juga dilengkapi dengan menilai laporan hasil kinerja siswa pada LKS. LKS yang disusun disesuaikan dengan tahapan pada model POGIL, meliputi kegiatan mengobservasi, ekslorasi, pembentukan konsep, dan menerapkan konsep. Maka penilaian hasil kinerja siswa pada LKS juga berdasarkan pada tahapan-tahapan model POGIL tersebut. Sama halnya dengan rubrik penilaian kinerja rubrik penilaian LKS ini juga merupakan rubrik holistik berbentuk rating scale yang memuat skor 1 sampai 4 sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Rubrik penilaian LKS ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.5.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pembelajaran dengan model POGIL yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru dan aktivitas siswa yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan model POGIL yang diterapkan. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kejadian-kejadian yang dilakukan guru dan siswa dalam setiap fase pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyusunan laporan. Tahapan persiapan meliputi kegiatan pendahuluan dan kegiatan perencanaan dan penyusunan. Pendahuluan terdiri dari
(38)
59
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan pelaksanaan survei ke lokasi penelitian (studi pendahuluan), studi literatur, dan penentuan subjek penelitian. Perencanaan dan penyusunan merupakan tahap penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan meliputi seluruh aktivitas pengumpulan data. Tahap penyusunan laporan meliputi pengolahan data, analisis hasil, penarikan kesimpulan dan penyusunan laporan.
1. Tahap persiapan Pendahuluan
a. Studi pendahuluan (survei lapangan), dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan.
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 4-5 November 2014 pada salah satu SMA Negeri di kota Bandung yang akan menjadi tempat penelitian. Dilakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui kondisi siswa pada kelas X IPA, melihat rata-rata hasil belajar fisika dan mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru. Hasilnya diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa masih cukup rendah, dan KPS siswa belum diketahui karena selama pembelajaran sebelumnya tidak dilakukan kegiatan yang dapat melatihkan KPS.
b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis yang sesuai. Studi literatur terhadap artikel jurnal, buku dan laporan penelitian mengenai model POGIL.
c. Studi kurikulum, dilakukan untuk mengetahui tuntutan Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Fisika SMA, khususnya untuk kelas X IPA. Studi kurikulum juga dilakukan untuk mengkaji indikator kemampuan kognitif dan KPS konsep fisika terhadap kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. Dari kajian terhadap KI dan KD akan diketahui konsep-konsep pada materi fluida statis dan kompetensi keterampilan yang akan dijadikan landasan untuk pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
Penyusunan dan Perencanaan
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran sesuai model POGIL, dan LKS.
(39)
60
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RPP, skenario pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran A.2, A.3, dan A.4.
b. Menyusun instrumen penelitian untuk menjaring data penelitian, meliputi tes kemampuan kognitif, tes KPS, rubrik penilaian kinerja dan lembar observasi.
Kisi-kisi instrumen tes kognitif dan tes KPS sebelum divalidasi dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan B.3.
c. Meminta pertimbangan dosen ahli terhadap instrumen yang dibuat kemudian melakukan revisi berdasarkan saran dosen ahli.
Hasil pertimbangan dosen ahli untuk instrumen tes kognitif dan KPS dapat dilihat pada Lampiran B.2 dan B.4.
d. Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian untuk mengukur reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda butir-butir soal yang akan digunakan pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
Data hasil uji coba dan perhitungan reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda butir-butir soal dapat dilihat pada Lampiran C.
e. Merevisi/memperbaiki instrumen yang sudah divalidasi dan diuji coba. Instrumen tes kognitif, tes KPS, rubrik penilaian kinerja yang digunakan pada penelitia dapat dilihat pada Lampiran D.1, D.2, dan D.3.
f. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Memberikan pretest kemampuan kognitif siswa pada materi fluida statis. b. Memberikan pretest KPS siswa pada materi fluida statis.
c. Melakukan proses pembelajaran dengan model POGIL.
d. Memberikan posttest kemampuan kognitif pada materi fluida statis setelah pembelajaran dengan menggunakan model POGIL.
e. Memberikan posttest KPS pada materi fluida statis setelah pembelajaran dengan menggunakan model POGIL .
(40)
61
Adelia Alfama Zamista, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Selama proses pembelajaran, melakukan observasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran dengan mengobservasi aktivitas guru dan siswa.
g. Mencatat segala kejadian faktual penting dalam catatan lapangan penelitian.
3. Tahap akhir
Tahap akhir dari pelaksanaan penelitian ini, meliputi;
a. Mengolah data hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian.
Pengolahan data hasil penelitian berupa data hasil tes kemampuan kognitif tes KPS dan hasil penilaian kinerja, baik sebelum perlakuan maupun sesudah diberikan perlakuan. Data dan pengolahan data hasil pretest-posttest kemampuan kognitif dan KPS serta hasil penilaian kinerja dapat dilihat pada Lampiran E.
b. Melakukan analisis terhadap seluruh data hasil penelitian yang diperoleh. c. Menyimpulkan hasil analisis data berdasarkan tujuan penlitian yang
diajukan.
d. Menyusun laporan penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan alur penelitian pada Gambar 3.2.
(1)
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian PENDAHULUAN PERENCANAAN &
PENYUSUNAN
PERSIAPAN PELAKSANAAN AKHIR
Survey Lapangan Kondisi siswa Hasil belajar siswa Keterampilan proses
sains siswa
Kondisi pembelajaran fisika
Permasalahan pembelajaran fisika
Studi Literatur Model pembelajaran
processoriented guided inquiry learning (POGIL) Kemampuan kognitif Keterampilan proses
sains Studi Kurikulum Penyusunan perangkat pembelajaran untuk penerapan model pembelajaran POGIL
pada materi fluida statis
Pembuatan kisi-kisi instrumen dan
judgement instrumen.
Uji coba instrumen Analisis judgement dan
revisi instrumen pembelajaran
Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian fix
Penentuan sampel
Tes awal (pretest) untuk kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains Implementasi model pembelajaran POGIL
Penilaian kinerja untuk keterampilan proses
sains siswa selama pembelajaran pada kelas eksperimen
Tes akhir (posttest) untuk kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains Pengolahan data lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Menghitung rata-rata
gain yang dinormalisasi dari
pretest dan posttest
untuk kemempaun kognitif dan keterampilan proses
Pembahasan
(2)
G.Teknik Analisis Data
1. Analisis Kemampuan Kognitif Siswa
Salah satu tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan kognitif siswa sebagai efek diterapkannya model POGIL. Peningkatan kemampuan kognitif yang dimaksud pada penelitian ini adalah perubahan positif dari hasil pretest dan posttest yang dinyatakan dengan nilai rata-rata N-gain. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data kemampuan kognitif siswa adalah:
1) Pemberian Skor
Penskoran hasil tes kemampuan kognitif dan KPS siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor 1 jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.
2) Perhitungan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi
Data yang diperoleh dari pretest dan posttest digunakan untuk mencari nilai rata-rata N-gain. Rata-rata N-gain berfungsi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan suatu variabel, dalam hal ini kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model POGIL. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa dilakukan perhitungan rata-rata N-gain dengan rumus seperti terlihat pada persamaan 3.4.
< � > =
%<��> − %<��>−%<��> (3.4)
Keterangan:
� = skor rata-rata gain yang dinormalisasi �� = skor rata-rata posttest yang diperoleh siswa
�� = skor rata-rata pretest yang diperoleh siswa
Rata-rata N-gain yang diperoleh pada pengukuran kemampuan kognitif menunjukkan kategori peningkatan kemampuan kognitif siswa. Kategori tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.15.
(3)
Tabel 3.15
Kategorisasi Skor Rata-rata N-gain (Hake, 1999)
Rentang Kategori
� ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ � < 0,70 Sedang
� < 0,30 Rendah
2. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Penelitian ini juga melihat peningkatan KPS siswa sebagai efek diterapkannya model POGIL. Untuk melihat peningkatan KPS siswa dilakukan tes dan asesmen kinerja siswa selama pembelajaran.
a. Teknik analisis hasil tes KPS
Sama halnya dengan hasil tes kemampuan kognitif, data yang diperoleh dari pretest dan posttest KPS digunakan untuk mencari nilai rata-rata N-gain, untuk mengetahui seberapa besar peningkatan KPS siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model POGIL. Nilai rata-rata N-gain dihitung menggunakan persamaan 3.4. Dan untuk menentukan kategori peningkatan KPS siswa, hasil perhitungan rata-rata N-gain dikonsultasikan dengan Tabel 3.15.
b. Teknik analisis hasil asesmen kinerja
Data asesmen kinerja diperoleh dari hasil observasi. Observasi yang dilakukan dipandu menggunakan rubrik, berupa rubrik holistik dengan empat skala penilaian (rating scale). Kinerja paling sempurna diberi skor 4 dan kinerja kurang sempurna diberi skor 1. Data yang diperoleh dari lembar observasi kinerja siswa merupakan data kuantitatif yang akan dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah total skor siswa dari setiap aspek kinerja yang diamati. 2) Menghitung persentase kinerja siswa dengan menggunakan persamaan
deskriptif persentase untuk keterlaksanaan pembelajaran.
Persamaan 3.5 digunakan untuk menentukan persentase kinerja siswa. % 100
% x
diperoleh dapat
yang maksimum Skor
total Skor
(4)
Hasil yang diperoleh siswa dikonfirmasi berdasarkan pedoman penilaian (Purwanto, 2009) pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16
Pedoman Penilaian Kinerja Siswa
Kinerja (%) Kategori
86 – 100 Baik Sekali
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup
55 – 59 Kurang
≤ 54 Kurang Sekali
3. Analisis Keterlaksanaan Model POGIL
Data keterlaksanaan model pembelajaran diperoleh melalui observasi. Observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa. Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran dengan model POGIL. Lembar observasi dibuat dalam bentuk cheklist (). Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist () sesuai dengan kriteria penilaian pada kolom yang sudah disediakan.
Data yang diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran merupakan data kuantitatif yang akan dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah tanda cek pada kolom “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.
b. Tanda cek pada kolom “ya” mendapat skor 1, dan tanda cek pada kolom
“tidak” mendapat skor 0.
c. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan deskriptif persentase untuk keterlaksanaan pembelajaran.
Persamaan 3.6 merupakan persamaan untuk menentukan persentase keterlaksanaan pembelajaran.
% 100
% x
diamati akan
yang aspek n Keseluruha
terlaksana diamati
yang Aspek naan
Keterlaksa
(5)
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kriteria keterlaksanaan pembelajaran, skor yang telah diperoleh (dalam bentuk %) kemudian dikonsultasikan pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase Keterlaksanaan
Pembelajaran (%) Interpretasi
KP = 0 Tak satupun kegiatan terlaksana 0 < KP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 ≤ KP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KP = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 ≤ KP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75 ≤ KP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
(6)